Anda di halaman 1dari 7

E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.

php/Mr/index
DOI:

Pertumbuhan Ekonomi dalam Perspektif Islam


Economic Growth in Islamic Perspective

Rizal Muttaqin
Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (Muamalah), STAI Yapata Al-Jawami,
Komplek Pesantren Al-Jawami No. 87 Cileunyi Bandung, 40622, Indonesia
*
E-mail: rizalmuttaqin@stai-aljawami.ac.id

Naskah masuk: 19-11-2018 Naskah diterima: 23-11-2018

ABSTRAK

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) dipandang sebagai bagian terpenting dalam kebijakan
ekonomi di negara maupun sistem ekonomi manapun. Karena pertumbuhan ekonomi menjadi salahsatu
indikator meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, ditengah pesatnya
perkembangan dalam bidang industri, sains, dan revolusi teknologi, di negara-negara maju kemiskinan
absolut dan sejumlah permasalahan ekonomi lainnya masih terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis isu pertumbuhan ekonomi yang akan dikaji dengan kacamata ekonomi Islam. Peneliti
menggunakan metode studi kepustakaan yang berkaitan erat dengan kajian teoritis dan referensi lain
yang terkait dengan nilai, budaya, dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti. Hasil
penelitian ini menemukan bahwa dalam kajian ekonomi Islam, persoalan pertumbuhan ekonomi telah
menjadi perhatian para ahli dalam wacana pemikiran ekonomi Islam klasik. Konsep ini pada dasarnya
telah dirangkum baik secara eksplisit maupun implisit dalam Al-quran, sunnah maupun pemikiran-
pemikiran ulama Islam terdahulu. Kekhasan pertumbuhan dan pembangunan dalam ekonomi Islam
ditekankan pada perhatian yang sangat serius pada pengembangan sumberdaya manusia sekaligus
pemberdayaan alam untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Ini tidak hanya diwujudkan
dalam keberhasilan pemenuhan kebutuhan material saja, namun juga kebutuhan dan persiapan
menyongsong kehidupan akhirat.

Kata kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Kesejahteraan, Pemerataan

ABSTRACT

Economic growth is the most important part of economic policy in any country or economic system.
Because economic growth is one of the indicators of increasing public welfare. Nevertheless, in the
rapid development of industry, science, and the technological revolution, absolute poverty and a
number of other economic problems still occur in developed countries. The purpose of this study is to
analyze the issue of economic growth that will be examined from Islamic economics perspective. The
researcher uses the library research method that related to theoretical studies and other references
related to values, cultures, and norms that develop in the social situation. The results of this study found
that in Islamic economic studies, the problem of economic growth has been concerned of experts in the
discourse of classical Islamic economic thought. This concept has basically been summarized both
explicitly and implicitly in the Qur'an, the Sunnah and the thoughts of previous Islamic scholars. The
peculiarity of growth and development in Islamic economics emphasizes very serious attention to the
development of human resources as well as the empowerment of nature to enhance human dignity.
This is not only manifested in the success of fulfilling material needs, but also the need and preparation
for the afterlife.

Keywords: Economic Growth, Walfare, Equity

Copyright © 2018 Program Studi Ekonomi Perbankan Islam, FAI Universitas Majalengka. All rights
reserved.

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol.1 . No. 2 November 2018 117
E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index
DOI:

1. PENDAHULUAN Hal ini seperti disinyalir Allah SWT dalam Surat


Pertumbuhan ekonomi (economic growth) Ar-Rum ayat 40: "Telah nampak kerusakan di darat
merupakan bagian terpenting dalam kebijakan dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
ekonomi di negara maupun sistem ekonomi manusia, supaya Allah merasakan kepada mareka
manapun. Secara menyeluruh, hal ini dapat sebahagian dari (akibat) perbuatan mareka, agar
diasumsikan bahwa pertumbuhan ekonomi akan mareka kembali (ke jalan yang benar)".
membawa kepada peluang dan pemerataan Krisis ekonomi – dalam analisis Chapra – telah
ekonomi yang lebih besar.1 Satu fakta yang tak memperlihatkan secara jelas kelemahan logika
terbantahkan, pertumbuhan perekonomian dunia Hukum Say dan konsep laissez faire. Ini dibuktikan
selama dua abad ini telah menimbulkan dua efek oleh ekonomi pasar yang hampir tidak mampu
yang sangat penting, yaitu : pertama, semakin secara konstan menggapai tingkat full employment
meningkatnya kemakmuran atau taraf hidup yang dan kemakmuran. Ironisnya, di balik kemajuan ilmu
dicapai oleh masyarakat dunia, kedua, terbukanya ekonomi yang begitu pesat, penuh inovasi,
kesempatan kerja baru bagi penduduk yang dilengkapi dengan metodologi yang semakin tajam,
semakin bertambah jumlahnya. model-model matematika dan ekonometri yang
Meskipun demikian, ditengah pesatnya semakin luas untuk melakukan evaluasi dan
perkembangan dalam bidang industri, sains, dan prediksi, ternyata ilmu ekonomi tetap memiliki
revolusi teknologi, di negara-negara maju keterbatasan untuk menggambarkan, menganalisa
kemiskinan absolut dan sejumlah permasalahan maupun memproyeksikan kecenderungan tingkah
ekonomi lainnya masih terjadi. Sedangkan di negara laku ekonomi dalam perspektif waktu jangka
berkembang2, kondisinya lebih parah lagi. Sampai pendek.4
saat ini, kesenjangan pendapatan, pengangguran, Dengan kata lain, ilmu ekonomi, bekerja dengan
kekurangan pangan dan beragam kesengsaraan asumsi-asumsi ceteris paribus. Dalam konteks ini,
hidup masih mewarnai sebagian besar penduduk Keynes5 pernah mengatakan, “Kita terkungkung dan
dunia.3 Dan kondisi ini diperparah lagi dengan kehabisan energi dalam perangkap teori dan
terjadinya krisis keuangan global yang implementasi ilmu ekonomi kapitalis yang ternyata
memperburuk kondisi ekonomi di berbagai negara. tetap saja mandul untuk melakukan terobosan
Terjadinya krisis ekonomi dalam persepktif mendasar guna mencapai kesejahteraan dan
Islam tentu saja tidak terlepas dari praktek-praktek kualitas hidup umat manusia di muka bumi ini”.6
ekonomi yang bertentangan dengan nilai-nilai Melihat fakta di atas, jelas bahwa sistem
Islam, seperti perilaku riba (dalam makna yang ekonomi konvensional hari ini menghadapi masa
luas), monopoli, korupsi, dan tindakan malpraktek krisis dan re-evaluasi. Ia menghadapi serangan dari
lainnya. Bila pelaku ekonomi telah terbiasa berbegai penjuru. Banyak ekonom dan perencana
bertindak di luar tuntunan ekonomi Ilahiah, maka pembangunan yang skeptis tentang pendekatan
tidaklah berlebihan bila krisis ekonomi yang utuh ilmu ekonomi pembangunan kontemporer.
melanda kita adalah suatu malapetaka yang sengaja Menurut Kursyid Ahmad, sebagian mereka
diundang kehadirannya akibat ulah tangan manusia
4
sendiri. M. Umer Chapra, Islam and The Economic Challenge
(Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1998), 80.
5
Keynes adalah ekonom terkemuka dari Universitas
1
Cambridge. Ia dianggap sebagai ekonom yang mampu
Syed Nawab Haidar Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi melahirkan pikiran-pikiran baru yang tidak dicetuskan oleh
Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 133. pendahulunya sehingga membentuk aliran ekonomi tersendiri
2
Negara berkembang memiliki karakteristik antara lain, yakni Keynesian. Saat itu ada dua permasalahan yang muncul
taraf hidup yang rendah, produktifitas yang rendah, laju setelah depresi yang dialami oleh Amerika Serikat, yaitu teori
pertambahan penduduk yang tinggi dan ketergantungan pada tentang uang dan apa yang harus diusahakan oleh negara untuk
ekspor hasil-hasil pertanian. Lihat Ace Pertadireja, Pengantar mengurangi pengangguran. Keynes dianggap memiliki ulasan
Ekonomika (Yogyakarta: BPFE, 1984), 213–219. teoritis yang paling sistimatis dan komprehensif. Lihat George
3
Safiq A. Alvi dan Amer Al-Raubaie, “Strategi Pertumbuhan Soule, Pemikiran Para Pakar Ekonomi Terkemuka (Jakarta:
Ekonomi yang Berkesinambungan dalam Persepsi Islam,” Kanisius, 1994), 156.
6
Islamia II, no. 5 (2005): 87. Chapra, Islam and The Economic Challenge.

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol.1 . No. 2 November 2018 118
E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index
DOI:
berpendapat bahwa teori yang didapat dari paparan yang disajikan menjadi lebih mudah
pengalaman pembangunan Barat kemudian dibaca dan dipahami. Sementara untuk menyajikan
diterapkan di negara-negara berkembang, jelas kesimpulan dengan menggunakan analisis deduktif,
tidak sesuai dan merusak masa depan dimana hal-hal yang bersifat umum disimpulkan
pembangunan itu sendiri.7 menjadi kesimpulan khusus.
Pada akhirnya, kita memerlukan suatu konsep Berdasarkan sifat, materi dan tujuan
pertumbuhan ekonomi yang tidak hanya mampu penelitian ini maka pendekatan yang digunakan
merealisasikan sasaran-sasaran yang ingin dicapai adalah pendekatan interdisipliner yakni
dalam suatu pembangunan ekonomi secara tepat, mengkaji satu persoalan dengan kaca mata dua
teruji dan bisa diterapkan oleh semua negara- atau lebih disiplin, kemudian hasilnya dirumuskan
negara di belahan bumi ini, tetapi juga yang dalam satu konsep yang utuh menyeluruh.
terpenting adalah kemampuan konsep tersebut Aplikasinya, isu pertumbuhan ekonomi yang diangkat
meminimalisasi atau bahkan menghilangkan segala akan dikaji dengan kaca mata ekonomi Islam.
negative effect pembangunan yang dilakukan.
Konsep tersebut juga harus mampu memperhatikan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
sisi kemanusiaan tanpa melupakan aspek moral. Meninjau Kembali Makna Pertumbuhan Ekonomi
Tulisan ini mencoba memberikan gambaran Pemikiran ekonomi Barat diakui sebagai peletak
mengenai konsep Islam berkaitan dengan dasar pemahaman tentang pertumbuhan ekonomi
pertumbuhana ekonomi (economic growth). Konsep dalam wacana kontemporer yang kemunculannya
ini diharapkan tidak hanya mampu menjadi hanya oleh perspektif ekonomi-materil saja.
alternatif model pembangunan negara-negara Pertumbuhan ekonomi8 didefinisikan sebagai
muslim saja, namun juga mampu menjadi acuan perkembangan dalam perekonomian yang
umum pembangunan negara-negara dunia secara menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan
universal. dalam masyarakat meningkat yang selanjutnya
diiringi dengan peningkatan kemakmuran
9
2. METODE masyarakat. Dalam kegiatan ekonomi yang
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka sebenarnya, pertumbuhan ekonomi berarti
yang datanya melalui sumber pustaka, yaitu kajian perkembangan ekonomi fiskal yang terjadi di suatu
pustaka melalui penelitian kepustakaan. Studi negara seperti pertambahan jumlah dan produksi
kepustakaan (library Research) berkaitan erat barang industri, infra struktur, pertambahan jumlah
dengan kajian teoritis dan referensi lain yang terkait sekolah, pertambahan produksi kegiatan-kegiatan
dengan nilai, budaya, dan norma yang berkembang ekonomi yang sudah ada dan beberapa
pada situasi sosial yang diteliti. perkembangan lainnya. Dalam analisis makro
Penelitian ini pada dasarnya juga disebut ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang
penelitian konsep atau bersifat pemikiran yang dicapai suatu negara diukur dengan perkembangan
tidak lepas dari pendekaan filosofis yang terdiri pendapatan nasional riil yang dicapai oleh suatu
dari analisis linguistik dan analisis konsep. Analisis negara yaitu Produk Nasional Bruto (PNB) atau
linguistik digunakan untuk mengetahui makna yang Produk Domestik Bruto.10
sesungguhnya, sedangkan analisis konsep untuk
8
menemukan kata kunci yang mewakili suatu Dalam kajian ekonomi, ada istilah yang hampir sama yakni
pembangunan ekonomi (economic development).
gagasan.
Pembangunan ekonomi diartikan sebagai pertumbuhan
Analisis dalam penelitian ini menggunakan ekonomi yang diikuti oleh perubahan-perubahan dalam
deskriptif-analisis, yang menjelaskan dan struktur dan corak kegiatan ekonomi. Kedua istilah ini
menggambarkan fokus kajian utama penelitian terkadang digunakan dalam konteks yang hampir sama. Banyak
dari konsep-konsep yang berhubungan dengan orang mencampuradukkan penggunaan kedua istilah tersebut.
Pencampuadukan istilah ini, pada dasarnya tidak terlalu
pertumbuhan ekonomi dengan analisis pendapat mempengaruhi kajian ekonomi, karena inti pembahasan pada
para ulama, cendekiawan dan para ahli yang akhirnya akan berhubungan erat dengan perkembangan
berkompeten dalam kajian tersebut, sehingga perekonomian suatu negara.
9
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi, II.
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), 413–414.
7 10
Kursyid Ahmad, “Pembangunan Ekonomi dalam Perspektif Produk Nasional Bruto (PNB) adalah produk nasional
Islam,” in Etika Ekonomi Politik (Jakarta: Risalah Gusti, 1997), 9. yang diwujudkan oleh warga negara suatu Negara, sedangkan

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol.1 . No. 2 November 2018 118
E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index
DOI:
Jika kita telaah, definisi di atas dimaksudkan (take for granted) sebagai sesuatu yang siap pakai
bahwa prioritas utama dari pertumbuhan ekonomi dan dapat diterapkan di negara-negara Islam. Kita
ialah adanya perubahan bangunan ekonomi menuju harus mencoba menempatkan konsep Barat di satu
ekonomi indutrialis dengan pertambahan produksi pihak dan konsep-konsep Islam di pihak lain dalam
yang maksimal. Oleh karena itu, pertambahan kerangka sejarah dan mekanisme epistimologisnya
akumulasi devisa negara dan peran individu masing-masing dengan sikap kritis-konstruktif.
dikategorikan sebagai indikasi pokok dalam
pertumbuhan. Pertumbuhan Ekonomi dalam Islam
Menurut al-Tariqi, ada beberapa alasan tentang Dalam kajian ekonomi Islam, persoalan
pentingnya meninjau kembali pemahaman tentang pertumbuhan ekonomi telah menjadi perhatian
pertumbuhan ekonomi ini. Pertama, studi-studi para ahli dalam wacana pemikiran ekonomi Islam
tentang pertumbuhan menunjukkan bahwa teori klasik.12 Pembahasan ini diantaranya berangkat dari
tersebut merupakan hasil analisa yang dilandasi firman Allah Swt. surat Hud ayat 61: “Dia yang telah
oleh ideologi liberal kapitalis. Sehingga, teori menjadikan kamu dari tanah dan menjadikan kamu
pertumbuhan cenderung kepada hasil liberal barat pemakmurnya”. Artinya, bahwa Allah Swt.
dengan segala tujuan kapitalnya. Kedua, dasar menjadikan kita sebagai wakil untuk memakmurkan
pijakan yang dipakai adalah karakteristik bumi. Terminologi ‘pemakmuran bumi’ ini
perkembangan Barat. Dengan kata lain, perspektif mengandung pemahaman tentang pertumbuhan
yang ada tidak mempehatikan kondisi riil negara- ekonomi, sebagaimana yang dikatakan Ali bin Abi
negara Islam. Ketiga, analisa mereka cenderung Thalib kepada seorang gubernurnya di Mesir:
ahistoris sehingga melupakan kondisi yang terjadi di “Hendaklah kamu memperhatikan pemakmuran
negara-negara muslim ‘sebagai sesuatu yang ada’. bumi dengan perhatian yang lebih besar dari pada
Islam dianggap tidak memiliki perbedaan atau orientasi pemungutan pajak, karena pajak sendiri
eksistensi yang berkelanjutan. Padahal, sejarah hanya dapat dioptimalkan dengan pemakmuran
telah menunjukkan kemajuan Islam sebagai satu bumi. Barang siapa yang memungut pajak tanpa
peradaban penting yang penah ada. Keempat, Studi memperhatikan pemakmuran bumi, negara
pertumbuhan cenderung dipersempit dalam satu tersebut akan hancur.”13
negara atau masyarakat dengan generalisasi Islam mendefinisikan pertumbuhan ekonomi
perubahan-perubahan politik, ekonomi, dan sebagai perkembangan yang terus-menerus dari
sosial.11 faktor produksi secara benar yang mampu
Alhasil, teori seperti yang dikembangkan di memberikan konstribusi bagi kesejahteraan
Barat merupakan konsep yang khas yang lahir dari manusia.14 Dengan demikian, maka pertumbuhan
pengalaman historis masyarakat Barat yang ekonomi menurut Islam merupakan hal yang sarat
memiliki kekhususannya tersendiri, sehingga tidak nilai. Suatu peningkatan yang dialami oleh faktor
mungkin diterapkan secara take for granted dalam produksi tidak dianggap sebagai pertumbuhan
realitas kehidupan umat Islam. Konsep ekonomi jika produksi tersebut misalnya
pertumbuhan ala Barat ini merupakan konsep memasukkan barang-barang yang terbukti
partikular yang tidak terlepas dari ruang dan waktu. memberikan efek buruk dan membahayakan
Karena kelemahan mendasar inilah, maka teori manusia.
tersebut tidak mampu menyelesaikan persoalan Lebih dari itu, perubahan ekonomi merupakan
pembangunan di berbagai negara berkembang. aktivitas menyeluruh dalam bidang produksi yang
Akan tetapi, kita juga tidak bisa menapikan berkaitan erat dengan keadilan distribusi.
bahwa ada hal-hal yang paralel dengan kondis
12
objektif masyarakat muslim. Maka yang harus kita Hal ini bisa dilihat dalam pemikiran-pemikiran ilmuwan
lakukan adalah tidak menolak secara membabi-buta muslim klasik, seperti Al-Ghazali, Ibnu Khaldun, At-Tusi, Ibnu
Taymiyah, Ibnu Qayyim dan lain-lain. Penjelasan tentang
teori tersebut, tidak pula menerimanya bulat-bulat pemikiran ekonomi para ulama tersebut, lihat Aidit Ghazali,
Islamic Thinkers on Economics, Administration and Transactions
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah produk nasional yang (Kuala Lumpur: Quill Publishers, 1991).
13
diwujudkan oleh penduduk dalam suatu Negara. Al-Tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar dan Tujuan, 282–
11
Abdullah Abdul Husain Al-Tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, 283.
14
Dasar dan Tujuan (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004), Abul Hasan Muhammad Sadeq, Economic Development
279–281. in Islam (Malaysia: Pelanduk Publication, 1991), 5–6.

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol.1 . No. 2 November 2018 119
E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index
DOI:
Pertumbuhan mencakup sisi yang lebih luas untuk Lebih jauh lagi, ekonomi Islami harus bisa
pertumbuhan dan kemajuan aspek materil dan menjawab pertanyaan, apakah yang menjadi
spiritual manusia. Dengan kata lain, pendekatan ini prioritas dalam pertumbuhan ekonomi itu
bukan hanya persoalan ekonomi kehidupan pemerataan (growth with equity) atau
manusia saja, akan tetapi mencakup aspek hukum, pertumbuhan itu sendiri (growth an sich). Jawaban
sosial, politik dan budaya. Dalam pengertian ini, pertanyaan tersebut adalah bahwa Islam
tujuan pertumbuhan ekonomi adalah untuk membutuhkan kedua aspek tersebut. Baik
memajukan dasar-dasar keadilan sosial, kesamaan, pertumbuhan (growth) maupun pemerataan
Haka Asasi Manusia (HAM) dan martabat manusia.15 (equity), dibutuhkan secara simultan.17 Islam tidak
Dengan demikian, pembangunan ekonomi akan mengorbankan pertumbuhan ekonomi, karena
menurut Islam bersifat multi dimensi yang memang pertumbuhan (growth) sangat dibutuhkan.
mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif. Pada sisi lain, Islam juga tetap memandang
Tujuannya bukan semata-mata kesejahteraan pentingnya pemerataan,18 karena pertumbuhan
material di dunia, tetapi juga kesejahteraan akhirat. ekonomi tidak menggambarkan kesejahteraan
Keduanya menurut Islam menyatu secara integral. secara menyeluruh, terlebih apabila pendapatan
dan faktor produksi banyak terpusat bagi
Model Pertumbuhan Ekonomi yang Islami sekelompok kecil masyarakat.
Jika kita melihat sejarah, banyak aksioma Karena itu, teknik dan pendekatan baru
fundamental ekonomi Barat – baik kapitalis maupun yang harus dilakukan dalam pembangunan menurut
sosialis – yang terinspirasi oleh dasar-dasar perspektif ekonomi Islam, adalah bahwa kita harus
ekonomi Islam. Yang membedakannya adalah meninggalkan penggunaan model-model
bahwa ekonomi Islami mengkaji perilaku individu pertumbuhan agregatif yang lebih menekankan
lebih berdasarkan etika, nilai dan moral. Sehingga maksimalisasi tingkat pertumbuhan sebagai satu-
Manusia Rasional (Rational Man) Islami tidak satunya indeks perencanaan pembangunan. Karena
sekedar memuaskan materi saja, tetapi juga harus itu, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan
memerhatikan kepuasan spiritualnya. Jadi, fungsi perkapita19 yang tinggi, bukan menjadi tujuan
maslahat (utility) individu dalam Islam adalah U= utama. Sebab apalah artinya perkapita tinggi, tapi
u(M,S). M merepresentasikan konsumsi semua berbeda sama sekali dengan kondisi riil, kemiskinan
barang-barang yang bersifat materil, sedangkan S menggurita dan kesenjangan tetap menganga.20
adalah semua aktivitas yang bersifat spiritual (lebih Untuk mewujudkan pemerataan, menurut
jelas lagi lihat gambar model pertumbuhan ekonomi M. Umer Chapra, setidaknya ada lima unsur utama
yang didesain dalam bentuk pohon).16 yang harus dilakukan. Pertama, mengadakan
pelatihan dan menyediakan lowongan kerja bagi
Gambar Model Pertumbuhan Ekonomi Islami pencari kerja, sehingga terwujud full employment.
Kedua, memberikan sistem upah yang pantas bagi
karyawan. Ketiga, mempersiapkan asuransi wajib
untuk mengurangi penganguran, kecelakaan kerja,
tunjangan hari tua dan keuntungan-keuntungan

17
Agustianto, “Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
dalam Perspektif Ekonomi Islam,” diakses Februari 11, 2009,
http://agustianto.niriah.com/2008/10/04/pertumbuhan-dan-
pembangunan-ekonomi-perspektif-ekonomi-islam-2.
18
Naqvi menganggap bahwa keadilan distributif adalah
salahsatu elemen dalam ajaran ekonomi Islam yang sangat
penting. Lihat Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, 128.
19
Perhitungan perkapita merupakan perhitungan agregat
yang diperoleh berdasarkan pembagian atas Produk Domestik
Bruto oleh jumlah penduduk. Sehingga jumlah penduduk
sebagai faktor pembagi makin besar, hasil angka perkapita yang
15
Alvi dan Al-Raubaie, “Strategi Pertumbuhan Ekonomi diperoleh akan semakin kecil, demikian pula sebaliknya.
20
yang Berkesinambungan dalam Persepsi Islam,” 90. Agustianto, “Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi
16
Ibid., 92. dalam Perspektif Ekonomi Islam.”

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol.1 . No. 2 November 2018 120
E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index
DOI:
lainnya. Keempat, memberikan bantuan kepada harus ada di dalamnya, karena teori yang utopis
mereka yang cacat mental dan fisik, agar mereka yang jauh dari kondisi riil akan sulit diterima
hidup layak. Kelima, mengumpulkan dan oleh masyarakat. Islam – yang merupakan
mendayagunakan zakat, infaq, dan sedaqah, melalui agama yang berasal dari Allah – tidak mungkin
undang-undang sebagaimana undang-undang menetapkan aturan-aturan idealis yang jauh
pajak. dari kehidupan manusia dan kemungkinan
Dengan upaya-upaya itu, maka kekayakan penerapannya. Realistis Islam adalah idealitas,
tidak terpusat pada orang-orang tertentu. Al-Qur’an dan idealitas islam adalah realitas.
dalam surat Al-Hasyr ayat 7 dengan tegas 4. Keadilan (‘Adalah), Seperti dikemukakan diatas
mengatakan, “kekayaan hendaknya tidak terus- bahwa pertumbuhan harus disertai dengan
menerus beredar di kalangan orang-orang kaya adanya keadilan distributif. Allah berfirman:
saja”. “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku
Untuk itu, menurut al-Tariqi21 Islam harus adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
mempunyai karakteristik tersendiri agar tujuan kerabat, dan Allah melarang dari berbuat keji,
pertumbuhan ekonominya bisa tercapai. kemunkaran dan permusuhan.(Q.S. Al-Nahl:
Karakteristik tersebut adalah: 90). Dari realitas yang ada kita bisa melihat
1. Komprehensif (al-Syumul); Islam melihat bahwa betapa kesenjangan antara yang kaya dan
pertumbuhan lebih dari sekedar persoalan miskin di negeri ini telah sedemikian hebatnya.
materi dan memiliki tujuan yang lebih universal Realita disparitas ekonomi ini tidak saja terjadi
dibandingkan dengan orientasi terbatas yang di Indonsia dan negara-negara berkembang
ingin dicapai oleh sistem-sistem kontemporer, lainnya, tetapi juga negara-negara maju yang
yaitu untuk menciptakan keadilan sosial. menjadi pendekar kapitalisme, seperti Amerika
Pertumbuhan harus berorientasi pada tujuan Serikat. Maka disinilah pentingnya
dan nilai. Aspek material, moral, ekonomi, sosial pertumbuhan yang disertai dengan pemerataan
spiritual dan fiskal tidak dapat dipisahkan. yang adil.
Kebahagian yang ingin dicapai tidak hanya 5. Bertanggung Jawab (Mas’uliyyah); Ketika Islam
kebahagian dan kesejahteraan material di memberikan ruang kebebasan terhadap
dunia, tetapi juga di akhirat. individu dalam bidang apapun dengan ekspresi
2. Berimbang (Tawazun); Pertumbuhan tidak yang mencerminkan penghormatan kepada
hanya diorientasikan untuk menciptakan manusia untuk menikmati kenikmatan duniawi,
pertambahan produksi, namun ditujukan maka kebebasan ini tidak diberikan secara
berlandaskan asas keadilan distribusi sesuai absolut tanpa batas. Kebebasan itu dibatasi
dengan firman Allah : “Berbuat adillah kamu, oleh berbagai aturan yang menunjukkan adanya
sesungguhnya hal itu yang paling dekat dengan jaminan kebahagiaan seluruh anggota
ketakwaan”. (Q.S. Al-Maidah: 8). Pertumbuhan masyarakat. Karakteristik ini juga berkaiatan
juga memerlukan adanya keberimbangan dengan aspek lain dalam pertumbuhan, yaitu
usaha-usaha pertumbuhan. Oleh karena itu, bahwa pertumbuhan harus sustainable.
Islam tidak menerima langkah kebijakan Pertumbuhan harus memperhatikan faktor
petumbuhan perkotaan dengan mengabaikan ekologi dengan tidak mengeksploitasi seluruh
pedesaan, industri yang mengabaikan pertanian sumber daya yang ada tanpa memperhatikan
atau dengan mengonsentrasikan percepatan kelestariannya.22
pembangunan program tertentu dengan 6. Mencukupi (Kifayah); Islam tidak hanya
mengabaikan sarana umum dan prasarana menetapkan adanya karakteristik tanggung
pokok lainnya. jawab seperti yang telah diungkapkan, namaun
3. Realistis (Waqi’iyyah); Realistis adalah suatu tanggung jawab itu haruslah mutlak dan
pandangan terhadap permasalah sesuai dengan mampu menakup realisasi kecukupan bagi umat
kenyataan. Dalam teori-teori sosial secara manusia. Dalam hal ini para ahli fikih telah
umum, realistis merupakan persyaratan yang menetapkan dalam bidang pengalokasian harta
dengan ukuran yang dapat mencukupi
21
Al-Tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar dan Tujuan, 301–
22
322. Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, 135.

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol.1 . No. 2 November 2018 121
E-ISSN: 2621-5012 Available Online at http://jurnal.unma.ac.id/index.php/Mr/index
DOI:
kebutuhan berupa pangan, sandang dan papan Perspektif Islam.” In Etika Ekonomi Politik.
dalam batas yang seharusnya. Jakarta: Risalah Gusti, 1997.
7. Berfokus pada manusia (Ghayatuha al-Insan),
Ini berbeda dengan konsep pembangunan Al-Tariqi, Abdullah Abdul Husain. Ekonomi Islam:
ekonomi modern yang menegaskan bahwa Prinsip, Dasar dan Tujuan. Yogyakarta:
wilayah operasi pembangunan adalah Magistra Insania Press, 2004.
lingkungan fisik saja. Dengan demikian Islam
Alvi, Safiq A., dan Amer Al-Raubaie. “Strategi
memperluas wilayah jangkauan obyek
Pertumbuhan Ekonomi yang
pembangunan dari lingkungan fisik kepada
Berkesinambungan dalam Persepsi Islam.”
manausia. Islam sangat memperhatikan
Islamia II, no. 5 (2005).
masalah pembangunan ekonomi, namun tetap
menempatkannya pada persoalan Chapra, M. Umer. Islam and The Economic
pembangunan yang lebih besar, yaitu Challenge. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf,
pembangunan umat manusia. Fungsi utama 1998.
Islam adalah membimbing manusia pada jalur
yang benar dan arah yang tepat. Semua aspek Ghazali, Aidit. Islamic Thinkers on Economics,
yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi Administration and Transactions. Kuala
harus menyatu dengan pembangunan ummat Lumpur: Quill Publishers, 1991.
manusia secara keseluruhan.
Naqvi, Syed Nawab Haidar. Menggagas Ilmu
4. KESIMPULAN Ekonomi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Kajian tentang pertumbuhan (growth) ekonomi 2003.
dapat ditemukan dalam konsep ekonomi Islam.
Pertadireja, Ace. Pengantar Ekonomika. Yogyakarta:
Konsep ini pada dasarnya telah dirangkum baik
BPFE, 1984.
secara eksplisit maupun implisit dalam Al-quran,
sunnah maupun pemikiran-pemikiran ulama Islam Sadeq, Abul Hasan Muhammad. Economic
terdahulu, namun kemunculan kembali konsep ini, Development in Islam. Malaysia: Pelanduk
khususnya beberapa dasawarsa belakangan ini Publication, 1991.
terutama berkaitan kondisi negara-negara muslim
yang terkebelakang yang membutuhkan formula Soule, George. Pemikiran Para Pakar Ekonomi
khusus dalam stratregi dan perencanaan Terkemuka. Jakarta: Kanisius, 1994.
pembangunannya.
Kekhasan pertumbuhan dan pembangunan Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Makro Ekonomi.
dalam ekonomi Islam ditekankan pada perhatian II. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999.
yang sangat serius pada pengembangan
sumberdaya manusia sekaligus pemberdayaan alam
untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Ini tidak hanya diwujudkan dalam keberhasilan
pemenuhan kebutuhan material saja, namun juga
kebutuhan dan persiapan menyongsong kehidupan
akhirat.

5. DAFTAR PUSTAKA
Agustianto. “Pertumbuhan dan Pembangunan
Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi Islam.”
Diakses Februari 11, 2009.
http://agustianto.niriah.com/2008/10/04/pert
umbuhan-dan-pembangunan-ekonomi-
perspektif-ekonomi-islam-2.

Ahmad, Kursyid. “Pembangunan Ekonomi dalam

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol.1 . No. 2 November 2018 122

Anda mungkin juga menyukai