Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
1. ANATOMI

1.1 . Anatomi Palpebra

Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa


yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan.
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang
dapat menutup dan melindungi bola mata bagian inferior. Pada
pelpebra terdapat rambut halus, yang hanya tampak dengan
pembesaran.1,2

Kelopak mata atas lebih lebar dan mobile dibandingkan dengan


kelopak mata bawah, dan mempunyai otot penggerak yaitu otot
levator palpebra. Fisura palpebra, terletak pada tepi bebas kelopak
mata dan bergabung pada kantus lateral dan medial. Kantus lateral
relatif tidak mempunyai keistimewaan khusus. Kantus medial sekitar
2 mm di bawah kantus lateral (jarak ini relatif lebih lebar pada orang
Asia). Kantus medial yang merupakan area kecil berbentuk segitiga
yang memisahkan kedua bola mata, dimana lacrimal caruncle
terletak3.

Papila lakrimal, terletak pada margin palpebra jaraknya sekitar


1/6 dari kantus medial mata. Punctum lakrimal, terletak di tengah
papila yang membentuk muara dari sistem drainase lakrimal. Dari
margin lateral kelopak mata menuju ke papila lakrimal terdapat
beberapa bulu mata yang disebut bagian siliaris kelopak mata. Dari
margin medial menuju ke papila yang tidak memiliki bulu mata
membentuk bagian lakrimal bulu mata3.

Ketika melihat lurus ke depan, kelopak mata atas menutupi


bagian atas dari kornea sekitar 2 sampai 3 mm, dimana kelopak mata
bawah hanya menutupi sampai di limbus. Ketika mata ditutup,
kelopak mata atas menutupi seluruh bagian kornea. Malposisi pada
kelopak mata bawah adalah umum, terutama pada orang tua.
Ektropion adalah bergulir keluarnya kelopak mata bawah sehingga
tidak lagi kontak dengan kornea. Sedangkan entropion
menggambarkan inversi kelopak mata yang dapat menyebabkan bulu
mata mengarah ke dalam (trikiasis) yang dapat menyebabkan iritasi
kornea3.

Setiap margin kelopak mata tebalnya 2 sampai 3 mm. 2/3


anterior dari kelopak mata merupakan kulit dan 1/3 posterior
merupakan mukosa konjunctiva. Sebuah garis abu-abu yang tajam
terletak anterior dari mucocutaneous junction, berhubungan dengan
lokasi dari bagian siliaris dari orbicularis oculi dan merupakan
surgical landmark, karena insisi pada titik ini menyebabkan kelopak
mata terpisah menjadi lamela anterior dan posterior. Bulu mata
terletak di depan garis abu-abu dan muara sirkular kelenjar tarsal
(kelenjar meibom) terletak di belakangnya3.

Gambar 1. Kelopak mata dan anterior bola mata. 1. Pupil, 2. Plica


semilunaris, 3. Lacrimal caruncle, 4. Kantus medial, 5. Konjunctiva, 6.
Kelopak mata atas, 7. Bulu mata, 8. Kantus lateral, 9. Margin kelopak mata,
10. Iris, 11. Kelopak mata bawah.
Kelopak mata terdiri atas tujuh lapisan. Dari superficial ke dalam
terdapat lapisan kulit dan jaringan subkutan, lapisan otot orbikularis
okuli, septum orbita, lemak orbita, lapisan otot retraktor, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapisan membrane mukosa (konjungtiva
palpebrae).1

Gambar 2. Anatomi palpebra

Berikut merupakan ketujuh lapisan dari palpebra :

- Lapisan kulit dan jaringan subkutan

Lapisan kulit palpebra merupakan lapisan paling tipis pada tubuh,


longgar, elastik dan tanpa jaringan lemak subkutan.1,4

- Lapisan otot orbikularis okuli

Fungsi m. orbicularis oculi adalah menutup palpebra. Serat-serat ototnya


mengelilingi fissure palpebrae secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian
otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal,,
bagian di atas septum orbital adalah bagian praseptal. Segmen di luar
palpebra disebut bagian orbita. M. orbicularis oculi dipersarafi oleh
nervus facialis (N. VII).1,4

Gambar 3. M. orbicularis oculi dan m. frontalis (a) bagian pretarsal, (b)


bagian preseptal, (c) bagian orbital, (d) m. frontalis

- Septum orbita

Merupakan lapisan tipis, terdiri dari jaringan fibrosa, muncul dari


periosteum di atas orbital rim bagian superior dan inferior pada arcus
marginalis. Pada palpebra superior, septum orbita bergabung dengan
levator aponeurosis 2-5 mm di atas tarsal superior. Pada palpebra
inferior, septum orbita bergabung dengan fascia kapsulopalpebra di
bawah tarsal inferior.1,4

- Lemak orbita

Lemak orbita terletak pada posterior dari septum orbita dan anterior dari
levator aponeurosis (palpebra superior) atau fascia kapsulopalpebra
(palpebra inferior). Pada palpebra superior, terdapat 2 kantong lemak;
nasal dan sentral. Pada palpebra inferior, terdapat 3 kantong lemak; nasal,
sentral, dan temporal. Kantong-kantong lemak ini dikelilingi oleh lapisan
tipis fibrosa yang merupakan kelanjutan dari anterior septum orbita.1,4
- Otot-otot retraktor

Otot retraktor palpebra superior adalah otot levator dengan aponeurosis


dan otot tarsal superior (M. Muller). Pada palpebra inferior adalah fascia
kapsulopalpebra dan otot tarsal inferior.1,4

- Tarsus

Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan fibrosa


padat yang bersama sedikit jaringan elastic disebut tarsus superior dan
inferior. Sudut lateral dan medial dan juluran tarsus tertambat pada tepian
orbita oleh ligament palpebra lateralis dan medialis. Tarsus superior dan
inferior juga tertambat oleh fascia tipis dan padat pada tepi atas dan
bawah orbita.1,4

- Konjungtiva

Konjungtiva tersusun oleh epitel squamous non keratin, membentuk


lapisan di posterior dari palpebra dan terdiri dari sel-sel goblet, kelenjar
lakrimal Wolfring dan Krause. Kelenjar lakrimal terletak di jaringan
subkonjunctiva palpebra superior dan inferior. Kelenjar Wolfring terletak
di sepanjang tarsal, sedangkan kelenjar Krause terletak pada forniks.1,4

1.2. Anatomi Bulu Mata

Bulu mata (dalam bahasa Yunani : blepharo) adalah rambut-


rambut pendek, halus dan melengkung yang terdiri dari 2 sampai 3
lapisan yang tumbuh pada tepi kelopak mata. Bulu mata berfungsi
melindungi bola mata dari debris dan benda asing3,5. Bulu mata
kelopak mata bagian atas lebih panjang, lebih banyak, dan
melengkung keatas dimana bulu mata kelopak mata bagian bawah
lebih pendek, lebih sedikit dan melengkung ke bawah sehingga tidak
saling bertemu dan mengganggu ketika kedua kelopak mata ditutup5.

Pada fase embryo, bulu mata tumbuh dari jaringan ektoderm


pada umur kehamilan 22 sampai 26 minggu. Bulu mata membutuhkan
waktu 7 sampai 8 minggu untuk tumbuh kembali setelah dicabut tetapi
penyabutan bulu mata secara terus-menerus dan konstan dapat
menyebabkan kerusakan permanen. Warna bulu mata dapat berbeda
dari rambut pada umumnya, walaupun mereka dapat berwarna lebih
gelap pada seseorang dengan rambut warna gelap dan berwarna lebih
terang pada orang dengan rambut warna terang3,5.

Beberapa penyakit dan kelainan pada bulu mata yaitu3,5 :

- Madarosis, adalah kehilangan bulu mata dapat merupakan


kelainan kongenital atau akibat infeksi seperti leprosy, alopecia
totalis dll.
- Blepharitis, adalah peradangan kronik pada kelopak mata dengan
tingkat keparahan yang bervariasi. Kelopak mata menjadi merah
dan gatal, kulit kelopak mata menjadi menebal dan dapat
menyebabkan bulu mata rontok3,5,6.
- Distichiasis, adalah pertumbuhan abnormal dari bulu mata pada
beberapa area dari kelopak mata.
- Trichiasis, adalah pertumbuhan bulu mata ke dalam yang dapat
menggosok kornea dan konjunctiva dapat menyebabkan iritasi.
- Hordeolum eksterna, adalah peradangan purulen folikel bulu mata,
kelenjar Zeis dan kelenjar Moll sekitar pada kelopak mata.
- Trikotilomania, adalah kelainan berupa keinginan untuk mencabut
rambut kepala, bulu mata, dll.
- Demodex folliculorum, adalah sejenis tungau yang hidup di bulu
mata dan folikel rambut, dan sekitar 98 % orang mempunyai
tungau ini. Terkadang, tungau ini dapat menyebabkan blepharitis.

2 Definisi
Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian
tepi atau margo palpebra kearah dalam. Hal ini menyebabkan
'trichiasis' dimana bulu mata yang biasanya mengarah keluar kini
menggosok pada permukaan mata. Hal ini dapat menyebabkan
beberapa masalah.4
Trikiasis adalah suatu kelainan dimana bulu mata mengarah ke
dalam bola mata yang dapat menggosok kornea atau konjungtiva yang
dapat menyebabkan iritasi. Trichiasis harus dibedakan daripada
entropion, dimana pada entropion terjadi pelipatan palpebra ke arah
dalam. Kemungkinan dimana terjadinya entropion dan trikiasis
bersamaan dapat terjadi, dan dibutuhkan terapi untuk keduanya.7,8

3. Epidemiologi

Entropion kelopak mata bawah lebih sering terjadi daripada


entropion kelopak mata atas. Entropion pada kelopak mata bawah
lebih sering karena proses involusional pada proses penuaan,
sedangkan pada kelopak mata atas sering karena sikatrikal seperti
akibat trakoma. Entropion dapat terjadi unilateral maupun bilateral.1
Trikiasis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering
ditemukan pada orang dewasa. Belum ditemukan bukti adanya
predileksi pada ras-ras tertentu ataupun jenis kelamin.1

4. Etiologi

Entropion berdasakan penyebab dibagi atas :


Involusi
Paling sering terjadi sebagai akibat dari proses penuaan. Seiring
dengan meningkatnya usia maka terjadi degenerasi progresif jaringan
fibrous dan elastik kelopak mata bawah. Gangguan ini paling sering
ditemukan pada kelopak bawah dan merupakan akibat gabungan
kelumpuhan otot-otot retraktor kelopak bawah, migrasi ke atas
muskulus orbikularis preseptal, dan melipatnya tepi tarsus atas. 5,6

Gambar 3. Entropion involusi kelopak mata atas. 7

Entropion involusi pada kelopak mata atas juga dapat terjadi.


Penelitian Jorge GC et al disimpulkan bahwa karakteristik anatomi
yang khas kelopak mata atas pada populasi. Kelemahan horizontal
dari kelopak mata dapat diketahui dengan kekuatan kelopak mata
yang lemah dan menurunnya kemampuan menarik kelopak mata lebih
dari 6 mm. Asia merupakan predisposisi entropion involusi kelopak
mata atas.7
Sikatrik
Dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah dan disebabkan oleh
jaringan parut di konjungtiva atau tarsus. Patologi dasarnya yaitu
memendeknya lamella posterior akibat berbagai sebab. Gangguan ini
paling sering ditemukan pada penyakit-penyakit radang kronik seperti
trakoma. Berbagai kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya
entropion sikatrik adalah penyakit autoimun (sikatrik pemfigoid dan
sindrom steven johnson), inflamasi, infeksi (herpes zooster, trakoma),
tindakan bedah (enukleasi, koreksi ptosis) dan trauma (luka bakar dan
trauma kimia). Penggunaan obat glaukoma dalam jangka waktu yang
lama dapat menyebabkan konjungtivitis kronis yang menyebabkan
pemendekan konjungtiva secara vertikal sehingga terjadi entropion
sikatrik sekunder. Entropion sikatrik dapat mengenai kelopak mata
atas atau bawah. 8
Kongenital
Entropion kongenital merupakan anomali yang jarang ditemukan.
Entropion kongenital dapat menyebabkan erosi kornea kronik dan
blefarospasm. Dapat terjadi trauma pada kornea yang menyebabkan
terbentuknya ulkus pada bayi. Pada entropion kongenital, tepi kelopak
mata memutar kearah kornea, sementara pada epiblefaron kulit dan
6,9
otot pratarsalnya menyebabkan bulu mata memutari tepi tarsus .
Entropion kongenital sering sering juga terdapat kelainan pada system
kardiovaskular, musculoskeletal, dan system saraf pusat. Entropion
kongenital berbeda dengan entropion didapat. Entropion didapat
terjadi pada usia remaja dan diturunkan secara autosomal dominan 10.
Entropion Spastik Akut
Entropion spastik akut biasanya terjadi pada iritasi maupun inflamasi
okuli dimana terjadi pembengkakan pada kelopak mata dan spasme
otot orbikularis. Keadaan ini juga paling sering terjadi setelah operasi
intraokuler pada pasien dengan kelopak mata preoperatif tidak
menyadari atau memiliki kelopak mata yang sedikit menekuk ke arah
bola mata. Kontraksi otot orbikularis kelopak mata yang tertahan
menyebabkan rotasi ke dalam tepi kelopak mata. Hal ini akan
mengakibatkan bertambahnya iritasi dari yang telah ada sebelumnya.
Taping pada kelopak mata, kauterisasi atau teknik penjahitan dapat
digunakan sementara tetapi karena perubahan itu biasanya menetap
sebainya dilakukan tindakan operasi untuk menghilangkan entropion
secara permanen. Namun pada beberapa kasus dapat digunakan toksin
botullinum tipe A (Botox) untuk memberikan efek paralisis pada otot
orbikularis septal di sekitarnya.5
Trikiasis dapat disebabkan oleh infeksi pada mata, peradangan
pada palpebra, kondisi autoimun, dan trauma. Proses penuaan juga
merupakan penyebab umum terjadinya trikiasis, karena kulit yang
kehilangan elastisitas.9

Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan resiko terjadinya


trikiasis sebagai berikut1,2,9 :

 Idiopatik
 Blefaritis kronik : Margo palpebra meradang, menebal,
berkrusta, erythem dengan secret ringan dan telangiektasis
pembuluh darah
 Sikatriks : Dapat diakibatkan oleh luka palpebra oleh trauma.
 Epiblepharon, penyakit kongenital yang terjadi dimana jaringan
longgar di sekitar mata membentuk lipatan yang abnormal kulit
dan otot pretarsal, menyebabkan bulu mata mengarah ke dalam.
 Trachoma, suatu konjunctivitis folikular kronik yang
berkembang hingga terbentuknya jaringan parut. Pada kasus
yang berat, trikiasis dapat terjadi akibat jaringan parut yang
berat.
 Penyakit-penyakit lainnya yang dapat mengenai kulit dan
membran mukosa seperti Steven Johnson Syndrome dan
cicatrical pemphigoid.

Selain dari penyakit-penyakit diatas, pentingnya membedakan


tipe-tipe kelainan dari bulu mata yang dapat menyebabkan trikiasis,
dimana penatalaksanaannya dapat berbeda tergantung dari
penyebabnya. Pembagian trikiasis berdasarkan kelainan bulu mata
yaitu sebagai berikut10,11 :

- Acquired metaplastic eyelashes. Biasanya disebabkan peradangan


kelopak mata seperti meibomitis atau trauma akibat pembedahan,
dimana epitel kelenjar meibom mengalami perubahan metaplastik
menjadi folikel rambut. Hal ini menyebabkan pertumbuhan bulu
mata lebih posterior daripada normal dimana dapat mengarah ke
belakang.
- Congenital metaplastic eyelashes. Kelainan kongenital dimana
kelenjar meibom menjadi multipoten berkembang menjadi folikel-
folikel rambut. Barisan kedua dari bulu mata tumbuh dari
permukaan kelenjar meibom. Bulu mata yang tumbuh tersebut
mengarah secara vertikel, dan pada anak-anak dapat ditoleransi
dikarenakan oleh adanya tear film yang bagus dan sedikit
mengurangi sensasi kornea.
- Misdirected eyelashes12. Pertumbuhan bulu mata yang normal,
namun akibat dari sedikit jaringan parut pada margin kelopak mata
menyebabkan perubahan arah dari bulu mata ke dalam.
- Marginal entropion. Pembalikan dari margin kelopak mata akibat
dari proses parut dari lamela posterior kelopak mata.

5. Gejala klinis
Keluhan yang sering timbul akibat entropion adalah rasa tidak
nyaman seperti adanya sensasi benda asing, mata berair, mata merah,
7
gatal, mata kabur dan fotofobia . Entropion kronis dapat
menyebabkan sensitifitas terhadap cahaya dan angin, dapat
menyebabkan infeksi mata, abrasi kornea atau ulkus kornea 11.
Dari pemeriksaan fisik akan tampak berupa :12
1. Kerusakan pada epitel konjungtiva atau kornea akibat trauma.
2. Hiperemia pada konjungtiva yang terlokalisasi.
3. Kelemahan kelopak mata (involusional entropion).
4. Jaringan parut pada konjungtiva (sikatrik entropion).
5. Pertumbuhan kelopak mata bawah yang abnormal (kongenital
entropion).
Pada pasien dengan trikiasis dapat mengeluhkan sensasi benda
asing, iritasi pada permukaan bola mata yang kronik, lesi pada
kelopak mata, gatal, nyeri pada mata, dan mata bengkak. Abrasi
kornea sampai dapat terjadi ulkus kornea, injeksi konjungtiva,
keluarnya cairan mucus, dan pandangan menjadi kabur dapat
menyertai penyakit ini.1,7

6. Diagnosa
Sebagian besar pasien dengan entropion bermasalah dengan air
mata yang terus mengalir, iritasi, terasa ada benda asing di dalam mata
dan mata merah yang persisten. Dengan menggunakan slitlamp
kadang-kadang dapat mengidentifikasi lipatan pinggir kelopak mata,
kelemahan kelopak yang horizontal, melingkarnya perseptal
orbikularis, enophtalmus, injeksi konjungtiva, trikiasis, dan entropion
yang memanjang, keratitis punctata superfisial yang dapat menjadi
ulkus dan formasi panus. Pasien dengan entropion sikatrik mungkin
terdapat keratinisasi pada tepi kelopak mata dan simblefaron.5
Pemeriksaan fisik pada kelopak mata meliputi test snapback
yaitu dengan cara menarik kelopak mata dengan hati-hati ke arah luar
lalu dilihat apakah kelopak mata dapat kembali ke posisi semula, dan
biasanya tes ini tidak menimbulkan rasa sakit. Dari tes ini dapat dilihat
kelemahan pada tonus kelopak mata yang horizontal. Pada pinggir
kelopak mata bawah selalu ditemukan kelengkungan ke arah limbus
setelah entropion terbentuk. Forniks inferior tidak selalu kelihatan
dalam dan kelopak mata mungkin dapay mudah dikeluarkan.
Tanda klinis lainnya meliputi gambaran garis putih dalam
ukuran milimeter di bawah tarsal inferior akibat dari pergeseran dari
retraktor kelopak mata dan pergerakan yang sedikit atau tidak ada
sama seklai dari kelopak bawah saat melihat ke bawah. Pindahnya
bagian superior dari orbikularis superior dapat dideteksi dengan
melakukan observasi yaitu menutup mata yang memerah setelah
kelipak entropion kembali normal (tes kelengkungan orbikularis).5

7. Diagnosis Banding
1. Retraksi kelopak mata (penyakit Grave).
Tarikan dari kelopak mata bawah dan atas menimbulkan bulu mata
dan kulit kelopak melipat ke dalam menyerupai entropion.
2. Distikiasis
Bersifat kongenital, terdapat kelainan yang menekan temapat
keluarnya saluran Meibom.
3. Trikiasis
Kelainan berupa bulu mata yang mengarah ke kornea, sehingga
timbul reaksi radang yang kedua dan terbentuk jaringan parut
4. Dermatokalasis
Suatu keadaan degeneratif, timbul lebih awal, dan menunjukkan
gambaran yang longgar dengan penonjolan dan kulit kelopak yang
banyak. Perubahan arah bulu mata pada kelopak atas menyerupai
entropion
5. Epiblefaron
Kelainan kongenital yang tampak berupa pelipatan kulit kelopak
dan ketegangan otot horizontal yang menyilang ke pinggir kelopak
menyebabkan bulu mata masuk ke dalam. Orientasi dari tarsal plate
normal selalu asimptomatik dan berkaitan dengan pertambahan
umur.
Trikiasis dapat didiagnosis banding dengan entropion. Entropion
adalah pelipatan kelopak mata ke arah dalam yang dapat disebabkan
oleh involusi, sikatrik, atau congenital. Gangguan ini selalu mengenai
kelopak mata bawah dan merupakan akibat gabungan kelumpuhan
otot-otot retractor kelopak mata , mikrasi ke atas muskulus orbikularis
preseptal, dan melipatnya tarsus ke atas.1

8.Penatalaksanaan

Terapi nonfarmakologis dengan menarik kulit palpebra ke arah


pipi sehingga menjauh dari bola mata dapat mengurangi gejala
sementara terutama untuk involusi atau spastik entropion. Pencukuran
bulu mata bisa dilakukan di tempat lokasi trichiasis. Terapi kontak
lensa (hidrogel, hidrogel silikon, yang memiliki diameter lebih besar
dari kornea atau sklera) untuk melindungi kornea.12
Pengobatan entropion terbaik adalah operasi plastik atau suatu
tindakan tarsotomi pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk
memutar keluar kelopak mata efektif pada semua jenis entropion.
Sebuah tindakan sementara yang bermanfaat pada entropion
evolusional adalah dengan menarik kelopak mata bawah dan
menempelkannya dengan ‘tape’ ke pipi; tegangannya mengarah ke
6
temporal dan inferior . Operasi entropion transkonjungtiva
merupakan prosedur yang aman dan lebih efisien pada entropion
involusi 2,7
Pemilihan prosedur pembedahan tergantung pada penyebab
yang mendasari. Intervensi bedah diindikasikan jika salah satu dari
berikut muncul persisten: iritasi okular berulang, konjungtivitis
bakteri, refleks hipersekresi air mata, superfisial keratopathy, risiko
ulserasi dan keratitis mikroba.12
Beberapa tindakan operasi yang dapat dilakukan5
1. Entropion kongenital.
Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan pemasangan kembali
fasia kapsulopalpebra. Prosedur ini akan diuraikan pada bagian
entropion involusional, dan dilakukan untuk mengencangkan kelopak
mata anak-anak yang horizontal secara tidak serentak. Perbaikan
epiblefaron diperlukan jika ada bukti keratopati atau jika gejalanya
simptomatik.
2. Entropion akut spastik
Suntikan toksin botulinum selalu efektif untuk paralisi orbikularis.
Efek toksin botulinum bertahan hanya sekitar 3 bulan, tetapi entropion
tidak akan terulang walaupun efeknya menghilang.
3. Entropion involusional.
a. Perbaikan fasia kapsulopalpebra13
Metode perbaikan entropion ini berdasarkan jenis dan tingkatan
masalah. Salah satu perbaikan fasia kapsulopalpebra dapat
menggunakan teknik inferior refraktorplication. Setelah anestesi lokal,
suatu goresan subsiliar dibuat 2 mm di bawah luka dari bawah
punctum menuju cabang cantal. Penutup kulit yang kecil disayat ke
bawah di atas tarsus, dan potongan otot orbikularis pretarsal disayat
sampai batas tarsus. Septum orbita digores dan dibuka, sehingga tepi
fasia kapsulopalpebra yang tipis dapat terlihat. Dengan adanya
bantalan inferior orbita, yang kondisinya sama dengan keadaan
kelopak mata bawah terhadap levator, dapat ditutup dengan empat
jahitan sesuai dengan struktur mata. Suatu potongan tarsal yang
mengarah ke samping menunjukkan kelemahan kelopk mata bawah
dan potongan tersebut sesuai dengan banyaknya ketegangan kelopak.
Tiga jahitan dengan silk 6.0 digunakan untuk menyambung kembali
fasia kapsulopalpebra bawah dengan perbatasan tarsal. Kelopak mata
tidak harus selalu dikoreksi dan banyaknya jumlah fasia
kapsulopalpebral dapat dikonfirmasi dengan melakukan follow up
pasien. Kulit muka yang ditutup dengan jahitan 6.0 biasa, dan jumlah
tepi fasia kapsulopalpebral harus disatukan dengan tiga jahitan pusat
untuk mencegahnya otot orbikularis.
Gambar 4. Operasi dengan perbaikan faisa kapsulopalpebra dengan
teknik inferior refraktorplication

Gambar 5. Koreksi entropion involusional dengan teknik Horizontal


Shortening-Modified Brick.

b. Jahitan quickert.14
Jika pasien yang menderita involusional entropion dan tidak mampu
maka teknik quickert, atau tiga jahitan, dapat digunakan.
Kelemahannya tingkat kekambuhan dengan teknik ini sangatlah
tinggi. Jahitan tiga double-kromik 5-0 ditempatkan horizontal 3 mm
melebar ke lateral, tengah, dan medial kelopak mata bawah. Jahitan
melewati forniks sampai batas di bawah perbatasan inferior tarsal lalu
keluar sampai kulit. Masing-masing jahitan ditegangkan untuk
koreksi. Berikut gambar jahitan dengan metode 3 jahitan.
Gambar 6. Teknik 3 jahitan pada lateral, tengah dan medial kelopak mata.

4. Entropion sikatrik.5
Prosedur Weis. Jika entropionnya asli sikatrik, blefarotomi dan rotasi
merginal (prosedur Weis) efektif untuk memperbaiki kelopak mata
atas atau bawah. Anestesi lokal diberikan pada kelopak mata dan insisi
horizontal dibuat 4 mm dari kelopak sampai kulit dan orbikularis.
Dibuat atap marginal yang berada 2-4 mm dari garis tepi kelopak
mata. Kelopak kemudian diangkat, dan dalam hitungan detik dibuat
insisi sampai konjungtiva dan tarsus. Gunting Westcott atau Tenotomi
digunakan untuk memperluas blefarotomi ke medial dan lateral
melewati tarsus. Lalu dijahit tiga double-armed dengan silk 6-0
sampai tarsus, ke atas tarsus yang kemudian keluar melalui kulit dekat
bulu mata. Jahitan diikat di atas kapas untuk melindungi “pemasangan
kawat”. Lalu dkoreksi untuk pastinya. Kulit yang diinsisi ditutup
dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan dan kasa penutup harus diangkat 10-
14 hari.
Gambar 7. Prosedur Weiss.

Jika sikatrik entropion masih mengganggu, atau prosedur yang


dilakukan gagal, lamellar posterior tambahan akan sangat membantu.
Suatu cangkokan mungkin ditempatkan antara konjungtiva/retraktor
kelopak bawah dan perbatasan inferior tarsal. Berbagai material
cangkok yang tersedia meliputi tulang rawan telinga, langit-langit
keras, dan selaput lendir. Terbentuknya jaringan parut, dan defek
produksi lamellar posterior, bahan cangkok diletakkan dengan jahitan
yang bisa diserap dan kelopak akan dapat disembuhkan dengan jahitan
yang direnggangkan. Lamellar posterior tersebut menyebabkan
kelopak mungkin tidak dapat menarik kembali saat melihat ke bawah.
Gambar 8. Posterior lamella grafting.

Jika hanya sedikit bulu mata yang terlibat, trikiasis dapat


diterapi dengan mechanical epilation, yaitu membuang bulu mata
yang tumbuh ke dalam dengan forcep pada slit lamp. Karena
pertumbuhan kembali dapat terjadi, epilasi berulang diperlukan
setelah 3-8 minggu.

Electrolysis dapat digunakan untuk menatalaksana trikiasis.


Akan tetapi tingkat rekurensinya tinggi, selain itu bulu mata normal
yang berdekatan dapat menjadi rusak dan jaringan parut pada jaringan
margin palpebra dapat menyebabkan trikiasis lebih lanjut.

Radiosurgery dapat memperbaiki bulu mata yang abnormal


dengan menggunakan ujung jarum yang dimasukkan dari ujung silia
ke basis silia. Sinyal radiosurgery dikirimkan kurang lebih selama 1
detik dengan tenaga yang lemah untuk menghancurkan folikel rambut.
Ketika ujung jarum dipindahkan, maka bulu mata dapat diangkat
dengan mudah.

Trikiasis segmental dapat diperbaiki dengan cryotherapy.


Cryotherapy hanya membutuhkan anestesia lokal infiltratif. Folikel
dari bulu mata sangat sensitif terhadap dingin dan dapat dihancurkan
pada suhu -20o C. Area yang terlibat dibekukan kurang lebih selama 25
detik dan kemudian dibiarkan mencair. Kemudian dibekukan kembali
selama 20 detik (double freeze-thaw technique). Beberapa sumber
menyebutkan, membutuhkan 45 detik membekukan dengan 4 menit
mencairkan secara lambat untuk double freeze-thaw technique14. Bulu
mata yang abnormal dapat diangkat dengan forcep. Kekurangan dari
cryotherapy adalah edema yang dapat bertahan selama beberapa hari,
kehilangan pigmen kulit melanosit yang dapat hancur pada suhu -10o
C sehingga dapat hancur terlebih dahulu sebelum folikel rambut
dihancurkan, penebalan margin palpebra, dan kemungkinan gangguan
fungsi sel goblet. Metode ini dapat dikombinasi dengan berbagai
tehnik pembedahan dan dapat diulangi jika persisten atau berulang.

Penggunaan Argon Laser pada trikiasis tidak se-efektif seperti


menggunakan cryotherapy, tetapi dapat sangat berguna ketika hanya
sedikit dari bulu mata yang tersebar membutuhkan ablasi atau ketika
stimulasi dari area peradangan yang lebih besar tidak dibutuhkan.
Beberapa pigmen dibutuhkan pada dasar bulu mata untuk menyerap
energi laser dan mengablasi bulu mata, menyebabkan tehnik ini
sensitif terhadap warna rambut. Ablasi menggunakan argon laser
membutuhkan sinar dengan lebar 200_m untuk kelopak mata bawah,
dan 250 _m untuk kelopak mata atas, untuk kedalaman yang sama
dengan electrolysis15.

Dari semua tehnik yang telah disebutkan, tingkat keberhasilan


dapat bervariasi, dan penatalaksanaan tambahan biasanya diperlukan.
Full thickness pentagonal resection dengan penutupan primer dapat
dipertimbangkan ketika trikiasis terbatas pada segmen palpebra.

Tingkat keberhasilan ablasi bulu mata dapat ditingkatkan dengan


transconjunctival eyelash bulb extirpation di bawah mikroskop16. Hal
ini dapat digunakan sebagai prosedur primer atau ketika upaya
elektrolisis atau modalitas ablasi lainnya telah gagal dan pengobatan
lebih lanjut berisiko terbentuknya jaringan parut.

9 . Komplikasi
Komplikasi entropion :
1. Konjungtivitis
Peradangan pada konjungtiva. Akan terlihat lapisan putih yang
transparan pada mata dan garis pada kelopaknya. Entropion dapat
menyebabkan konjungtiva menjadi merah dan meradang, dan
menimbulkan infeksi.
2. Keratitis
Suatu kondisi dimaan kornea meradang. Masuknya bulu mata dan
tepi kelopak ke kornea dapat menimbulkan iritasi dan rasa sakit.
Jaringan parut akan terbentuk dan dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan.
3. Ulkus kornea
Ulkus kornea adalah ulkus yang terbentuk di kornea, dan biasanya
disebabkan oleh keratitis. Kondisi ini sangat serius karena dapt
menyebabkan kehilangan penglihatan. Sangat penting utnuk segera
berobat ke dokter jika mata menjadi maerah, mata terasa sakit atau
seperti ada yang mengganjal di dalam mata.
4. Komplikasi bedah termasuk perdarahan, hematoma, infeksi, rasa
sakit, dan posisi tarsal yang buruk.
Komplikasi trikiasis
Apabila tidak ditangani dengan segera trikiasis dapat
menyebabkan komplikasi seperti iritasi pada permukaan bola mata
yang kronik, abrasi kornea, terjadi ulkus kornea, perforasi, sampai
terjadinya infeksi bola mata. Komplikasi lebih lanjut dapat
menyebabkan kebutaan.

10. Prognosis

Entropion pada umumnya memiliki prognosis yang baik.


Keefektifan pengobatan entropion tergantung pada penyebab utama
dan tingkat keparahan penyakitnya.
Prognosis trikiasis umumnya baik. Tindak lanjut perawatan
berkala dan perhatian terhadap komplikasi, kekambuhan, atau
komplikasi kornea dapat meningkatkankan prognosis jangka
panjang.17

BAB III
KESIMPULAN
1. Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau
margo palpebra kearah dalam. Penatalaksanan entropion dengan reposisi
palpebrae, dapat dilakukan dengan teknik rfraktorplication, horizontal
shortening modified brick, jahitan quickert dan teknik weiss.
2. Trikiasis merupakan kondisi dimana silia bulu mata melengkung ke arah
bola mata. Trikiasis dapat menyebabkan komplikasi seperti erosi kornea,
iritasi bola mata yang kronik, ulkus kornea, infeksi bola mata.
Penatalaksanaan trikiasis adalah dengan menghilangkan bulu mata dengan
teknik epilasi mekanik, elektrolisis, radiosurgery, cryotherapy, dan argon
laser.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, H. Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata, Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
2. Anonymous. Entropion-eyelids that turn it. American asociaty of
Ophthalmic and Reconstruction of Surger7, 2005.
3. Anonymous. Eye anatomy (online) available at
www.medicinestuffs.blogspot.com
4. Anonymous. Entropion. Crescent Veterinary Clinic, tanpa tahun.
5. Prabowo D. Entropion. Healt Care, 2011. (online) Availabe at
http://diemazcaeem.blogspot.com/2011/05/entropion.html
6. Altieri A, Lester M, Harman F et al. Comparison of three techniques for
repair of involutional lower lid entropion: a three year follow up study.
Ophthalmologica 2003; 217: 265-272
7. Sullivan JH. Palpebra dan apparatus lakrimalis. Dalam: Vaughan D,
Asbury T. Oftalmologi Umum (General Opthalmology). Alih bahasa: Ilyas
S. Edisi 14. Jakarta, Widya Medika: 2000
8. Camara JG, Nguyen LT, Sangalang-Chuidian M et al. Involutional lateral
entropion of the upper eyelids. Arch. Ophthalmol 2002; 120: 1682-4
9. Sodhi PK, Yadava U, Pandey RM, Mehta DK. Modified grey line split
with anterior lamellar repositioning for treatment of cicatricial lid
entropion. Ophthalmic surgery lasers 2002; 33: 169-74
10. Mandal AK, Honavar SG, Gothwal VK. The association of unilateral
congenital glaucoma and congenital lower lid entropion: causal or casual?
Ophthalmic surg lasers 2001; 32: 149-51
11. Park MS, Chi MJ, Baek SH. Clinical study of single-suture inferior
retractor repair for involutional entropion. Ophthalmologica 2006; 220:
327-31.
12. Boboridis K, Bunce C. Interventions for involutional lower lid entropion.
Cochrane Batabase for Systematic Review, 2002.
13. Woo KI, Yi K, Kim YD. Surgical correction for lower lid epiblepharon in
Asians. Br J Ophthalmol 2000;84:1407–1410.
14. Shorr N et al. Three-suture technique addresses involutional entropion in
the office. Ocular Surgery News, 2004

Anda mungkin juga menyukai