Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara
berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Ketidaknormalan menstruasi sering
kita sebut gangguan menstruasi yang merupakan keluhan yang sering menyebabkan
seorang perempuan datang berobat ke dokter atau tempat pertolongan pertama.2,1
Data di beberapa negara industri menyebutkan bahwa seperempat penduduk
perempuan dilaporkan pernah mengalami menoragia, 21% mengeluhkan siklus haid
memendek, 17% mengalami perdarahan antar haid dan 6% mengeluh perdarahan
pascasenggama. Selain menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan haid ternyata
berpengaruh pada aktvitas sehari-sehari yaitu 28% dilaporkan merasa terganggu saat
bekerja sehingga berdampak pada bidang ekonomoi. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
pada tahun 2007 dan 2008 didapatkan angka kejadian perdarahan uterus abnormal
sebanyak 12,48% dan 8,8% dari seluruh kunjugan poli kandungan.1
Beberapa wanita mengeluhkan sering terjadi menstruasi yang tidak lancar, nyeri
saat menstruasi ataupun perdarahan yang abnormal. Sebuah penelitian menemukan
bahwa prevalensi terbesar yaitu nyeri menstruasi (89,5%), diikuti ketidakteraraturan
menstruasi sebesar (31,2%), serta terjadi perpanjangan durasi menstruasi sebesar
(5,3%).11 Hasil studi lain menyatakan bahwa dari 90% responden yang mengalami
gangguan menstruasi, keluhan yang dirasakan paling menggangu adalah dismenorea
(80%), sindrom pramenstruasi (70%).12 Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan
menstruasi yang terjadi pada wanita dipengaruhi oleh berat badan, status gizi, kebiasaan
olahraga, aktivitas fisik, stres, diet, paparan lingkungan dan kondisi kerja, singkronisasi
proses menstrual dan gangguan endokrin.10

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fisiologi Terjadinya Haid


Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara
berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Saat menstruasi, terjadi pengeluaran
darah, mukus, dan debris sel dari mukosa uterus. Menstruasi ini terjadi sejak serorang
wanita menarke hingga ia mengalami menopause dan berlangsung dalam interval yang
kurang lebih teratur, siklis, serta dapat diperkirakan waktunya, kecuali saat hamil,
menyusui, anovulasi, atau mendapat intervensi farmakologis.2
Kata menstruasi digunakan untuk merujuk kepada perdarahan yang terjadi saat
kadar progesteron dalam tubuh berkurang. Episode perdarahan endometrium lainnya
pada wanita tidak hamil disebut sebagai perdarahan uterus atau endometrium.2
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel
dengan pertumbuhan lapisan rahiim agar siap diimplantasi janin (proses kehamilan).
Gangguan terhadap siklus menstruasi dapat menyebabkan ketidaksuburan, abortus
berulang, atau keganasan. Gangguan ini merupakan satu di antara alasan seorang berobat
ke dokter.2
Terdapat dua hasil yang bermakna dari siklus seksual wanita. Pertama, hanya satu
ovum matang yang normalnya dikeluarkan dari ovarium setiap bulan, sehingga
normalnya hanya ada satu janin yang dapat mulai tumbuh pada satu waktu, kedua
endometrium uterus dipersiapkan terlebih dahulu untuk implantasi ovum yang telah
dibuahi pada saat tertentu dalam bulan tersebut.9
Siklus ovarium dan uterus sangat bergantung pada perubuhan kadar hormon
reproduksi yang juga terjadi secara siklis. Berikut ini merupakan penjabarannya2 :
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, hormon gonadotropin (FSH dan LH) berada
pada kadar yang rendah. Kadar kedua hormon ini sudah menurun sejak akhir fase
luteal pada siklus sebelumnya.
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan-lahan mengalami peningkatan setelah
korpus luteum menghilang, sedangkan pertumbuhan folikel dimulai pada fase
folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium.
3. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan umpan balik negatif pada pengeluaran
FSH dari hipofisis. Kadar hormon LH kemudian berkurang akibat peningkatan

2
level estradio, tetapi pada akhir fase folikular, level hormon LH meningkat drastis
(respons bifasik).
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon
LH yang terdapat pada sel granulosa. Dengan rangsangan dari hormon LH ini,
dilepaskan hormon progesteron
5. Ovulasi adalah penanda transisi dari fase proliferasi ke fase sekresi, atau dari fase
folikular ke fase luteal.

3
Gambar 2.1. Siklus dan Fase Menstruasi2
2.2. Gangguan Haid
Perdarahan haid merupakan hasil interaksi kompleks yang melibatkan sistem
hormon dengan organ tubuh, yaitu hipotalamus, hipofise, ovarium dan uterus serta faktor
lain di luar organ reproduksi. Bila dibayangkan penyebab gangguan haid pasti sangat
banyak dan bervariasi. Diagnosis banding gangguan haid menjadi sangat luas sehingga
menyebabkan para klinisi mengalami kesulitan saat menangani keadaan tersebut.1

2.2.1. Pengertian Gangguan Haid


Gangguan haid atau disebut juga dengan perdarahan uterus abnormal merupakan
keluhan yang sering menyebabkan seorang perempuan datang berobat ke dokter atau
tempat pertolongan pertama. Keluhan gangguan haid bervariasi dari ringan sampai berat
dan tidak jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi penderita maupun dokter yang
merawatnya. 1
Saat ini banyak istilah yang digunakan untuk terminologi keluhan gangguan haid.
Speroff menyebutkan berbagai definisi tradisional pada gangguan haid, yaitu menoragia,
metroragia, oligomenorea, dan polimenorea. Terminologi gangguan haid tersebut
berdasarkan karakteristik haid normal yaitu durasi 4-7 hari, jumlah darah 30-80 mL, dan
interval 24-35 hari. 1

2.2.2. Epidemiologi Gangguan Haid


Data di beberapa negara industri menyebutkan bahwa seperempat penduduk
perempuan dilaporkan pernah mengalami menoragia, 21% mengeluhkan siklus haid
memendek, 17% mengalami perdarahan antar haid dan 6% mengeluh perdarahan
pascasenggama. Selain menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan haid ternyata
berpengaruh pada aktvitas sehari-sehari yaitu 28% dilaporkan merasa terganggu saat
bekerja sehingga berdampak pada bidang ekonomoi. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
pada tahun 2007 dan 2008 didapatkan angka kejadian perdarahan uterus abnormal
sebanyak 12,48% dan 8,8% dari seluruh kunjugan poli kandungan. 1

4
2.2.3. Penyebab Gangguan Haid
Penyebab gangguan haid sangat banyak, dan secara sistematis dibagi menjadi tiga
kategori penyebab utama, yaitu1 :
1. Lesi Permukaan pada Traktus Genital
 Mioma uteri, adenomiosis
 Polip endometrium
 Hiperplasia endometrium
 Adenokarsinoma endometrium, sarkoma
 Infeksi pada serviks, endometrium, dan uterus
 Kanker serviks, polip
 Trauma
2. Lesi Dalam
 Adenomiosis difus, mioma uteri, hipertrofi miometerium
 Endometriosis
 Malformasi arteri vena pada uterus
3. Penyakit Medis Sistemik
 Gangguan hemostasis : penyakit von Willebrand, gangguan faktor II, V, VII,
IX, XIII, trombositopenia, gangguan platelets.
 Penyakit tiroid, hepar, gagal ginjal, disfungsi kelenjar adrenal, SLE
 Gangguan hipotalamus hipofisis : adenoma, prolaktinoma, stress, olahraga
berlebih.

2.2.4. Gangguan Haid Pada Masa Reproduksi


1. Gangguan Lama dan Jumlah Darah Haid1
 Hipermenorea (menoragia) atau Heavy Menstrual Bleeding (HMB)
Menoragia atau HMB adalah perdarahan haid dengan jumlah darah
lebih banyak dan/atau durasi lebih lama dari normal dengan siklus yang
normal teratur. Secara klinis menoragia di definisikan dengan total jumah
darah haid lebih dari 80 ml per siklus dan durasi haid lebih lama dari 7 hari.
Sulit menentukan jumlah darah haid secara tepat. Oleh karena ini, bisa
disebutkan bahwa bila ganti pembalut 2-5 kali per hari menunjukkan jumlah
darah haid normal. Menoragia adalah bila ganti pembalut lebih dari 6 kali per
hari. WHO melaporkan 18 juta perempuan usia 30-55 tahun mengalami haid

5
yang berlebih dan dari jumlah tersebut 10% termasuk dalam kategori
menoragia. 1
Hipermenorea merujuk pada perdarahan haid yang lebih banyak atau
lebih lama dari normal (>8 hari). Kelainan ini disebabkan oleh kondisi di
dalam uterus, misalnya mioma uterus yang disertai perluasan permukaan
endometrium dan gangguan kontraktilitas, polip endometrium, serta
gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid.2
Sebab-sebab, yaitu3 :
1. Hypoplasia uteri
Menurut beratnya, hypoplasia dapat mengakibatkan :
 Amenorrhoe (uterus sangat kecil )
 Hypomenorrhoe (uterus kecil jadi luka kecil)
 Menorrhagia karena tonus otot rahim kurang

Terapi : uterotonika

2. Asteni
Menorrhagia terjadi karena tonus otot pada umumnya kurang.
Terapi : uterotonika
roborantia
3. Selama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena terlalu lelah.
Juga karena tonus otot kurang.
4. Myoma uteri
Menorrhagia pada myoma disebabkan oleh :
 Kontraksi otot rahim kurang kuat
 Cavum uteri luas
 Bendungan pembuluh darah balik

Terapi : uterotonika atau operasi

5. Hipertensi
6. Decompensatio cordis
7. Infeksi : endometritis, salpingitis
Infeksi menyebabkan hyperaemia
8. Retroflexio uteri
9. Karena bendungan pembuluh darah balik

6
10. Penyakit darah : Werlhoff, Haemofill.
Pengobatan medikamentosa untuk menoragia dapat dilakukan seperti
dibawah ini, yaitu1 :
 Kombinasi estrogen progestin
Tata cara pengobatan sesuai pada pengobatan perdarahan ireguler.
 Progestin
 Diberikan bila terdapat kontraindikasi pemakaian estogen. Tata cara
pengobatan sesuai dengan pengobatan perdarahan ireguler.
 NSAID (obat anti inflamasi nonsteroid)
 Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) berisi Levonorgestrel
AKDR Levonorgestrel terbukti efektif dan efisien dibandingkan
operasi histerektomi pada kasus menoragia.
 Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih
sedikit dan/atau durasi lebih pendek dari normal. Terdapat beberapa
penyebab hipomenorea yaitu gangguan organik misalnya pada uterus
pascaoperasi miomektomi dan gangguan endokrin. Hipomenorea
menunjukkan bahwa tebal endometrium tipis dan perlu evaluasi lanjut. 1
Kebalikan dari hipermenorea, hipomenorea merujuk pada perdarahan
haid yang lebih pendek dan/atau lebih sedikit dari biasanya. Keadaan ini
dapat disebabkan oleh kondisi organ/sistem organ dalam tubuh penderita
yang mengalami suatu abnormalitas, misalnya pada kelainan uterus (setelah
miomektomi), gangguan endokrin, dan lain-lain. Hipomenorea tidak
mengganggu fertilitasi.2
2. Gangguan Siklus Haid1
 Polimenorea
Polimenorea adalah haid dengan siklus yang lebih pendek dari normal
yaitu kurang dari 21 Hari. Seringkali sulit membedakan polimenorea dengan
metroragia yang merupakan perdarahan antara dua siklus haid. Adapun
beberapa penyebab terjadinya polimenorea, yaitu : 1,3
a. Kalau siklus pendek tapi teratur ada kemungkinan :
 Stadium proliferasi pendek
 Stadium sekresi pendek

7
 Keduanya pendek

Yang paling sering dijumpai ialah pemendekan stadium proliferasi.


Kalau siklus lebih pendek dari 21 hari maka kemungkinan besar juga
stadium sekresi pendek. Hal ini menyebabkan infertilitas.

b. Siklus yang tadinya normal menjadi pendek.


Gejala ini biasanya disebabkan pemendekan stadium sekresi
karena corpus luteum lekas mati. Ini sering terjadi karena dysfungsi
ovarium pada :
 Climacterium
 Pubertas
 Penyakit (TBC)

Terapi : stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan oestrogen dan


stadium sekresi dengan kombinasi oesterogen-progesteron.

Pada polimenorea, siklus haid lebih pendek dari biasanya


(kurang dari 21 hari), sementara jumlah darah yang keluar kurang lebih
sama atau lebih banyak dari haid biasa. Polimenorea dapat disebabkan
oleh gangguan hormon sehingga terjadi gangguan ovulasi atau
pemendekan masa luteal. Sebab lain yang dapat mendasari
polimenorea adalah kongesti ovarium akibat peradangan,
endometriosis dan sebagainya.2
 Oligomenorea

Oligomenorea adala haid dengan siklus yang lebih panjang dari normal
yaitu lebih dari 35 hari. Sering terjadi pada sindroma ovarium polikistik yang
disebabkan oleh peningkatan hormon androgen sehingga terjadi gangguan
ovulasi. Pada remaja oligomenorea dapat terjadi karena imaturitas poros
hipotalamus hipofisis ovarium endometrium. Penyebab lain hipomenorea
antara lain stres fisik dan emosi, penyakit kronis, serta gangguan nutrisi.
Oligomenorea memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk mencari penyebab.
Perhatian perlu diberikan bila oligomenorea disertai dengan obesitas dan
infertilitas karena mungkin berhubungan dengan sindroma metabolik. 1

8
Terminologi keluhan gangguan haid tersebut membutuhkan parameter
karakteristik haid normal yang ditunjukkan oleh frekuensi haid, keteraturan
siklus dalam 12 bulan, durasi haid dan volume darah haid1

Oligomenorea merujuk pada siklus haid yang terjadi lebih panjang


(lebih dari 35 hari) sehingga haid menjadi jarang. Hal ini sangat umum terjadi
di awal-awal tahun setelah menarke dan biasanya tidak mengkhawatirkan.
Biasanya, seorang remaja perempuan yang baru mengalami menarke sering
kali tidak memiliki siklus yang teratur selama awal-awal tahun. Apabila
kondisi tersebut berlanjut hingga lebih dari 3 bulan, dinamakan amenorea.
Pada kasus ini, kesehatan wanita tidak terganggu dan fertilitas juga cukup
baik.2

 Amenorea
Amenorea adalah tidak adanya menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut.2,7
Dibagi menjadi menjadi, yaitu5 :
1. Amenorea primer :
o Dikatakan terjadi jika seorang wanita berusia >18 tahun tidak
pernah mengalami haid sama sekali.
o Umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan sulit
diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik.
2. Amenorea sekunder :
o Dikatakan terjadi jika penderita pernah mendapatkan haid
sebelumnya, tetapi kemudian tidak dapat lagi.
o Lebih berkaitan dengan sebab-sebab yang timbul dalam
kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme,
tumor, dan penyakit infeksi.
Seorang wanita yang sebelumnya pernah mengalami haid dapat
berkembang menjadi amenorea sekunder, yang didefinisikan sebagai tidak
adanya haid selama 3 bulan berturut-turut. Amenorea sekunder biasanya
lebih sering terjadi daripada amenorea primer. Etiologi yang paling umum
untuk penyakit ini adalah disfungsi hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Anamnesis yang cermat, pemeriksaan yang rinci, serta penyelidikan yang
tepat (hormonal assay, pencitraan, dan lain-lain) diperlukan untuk

9
mendiagnosis dengan benar. Penanganan amenorea sekunder berantung pada
etiologinya dan mencakup pembedahan untuk perbaikan, penggantian
hormon serta terapi medis lain yang sesuai.5
Selain amenorea primer dan sekunder, dikenal pula amenorea fisiologis
yaitu amenorea yang terjadi dalam masa sebelum pubertas, masa kehamilan,,
masa laktasi, dan sesudah menopause.5

Klasifikasi Amenorea Patologis

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, amenorea primer dan amenorea


sekunder mempunyai sebab-sebab tersendiri. Pada amenorea primer,
kelainan gonad memegang peranan penting. Meskipun demikian, ada banyak
hal yang dapat menjadi penyebab kedua jenis amenorea tersebut. Yang
mencakup sebab-sebab pada amenorea primer dan sekunder adalah :

1. Gangguan organik pusat


a. Sebab organik;
b. Tumor, radang, destruksi;
2. Gangguan kejiwaan
a. Syok emosional;
b. Psikosis;
c. Anoreksia nervosa;
d. Pseudosiesis;
3. Gangguan poros hipotalamus-hipofisis
a. Sindrom amenorea-galaktorea;
b. Sindrom Stein-Leventhal;
c. Amenorea hipotalamik
4. Gangguan hipofisis
a. Sindrom Sheehan dan penyakit simmonds;
b. Tumor ;
1) Adenoma basofil (penyakit Cushing);
2) Adenoma asidofil (akromegali, gigantisme);
3) Adenoma kromofob (sindom Forbes-Albright)
5. Gangguan gonad
a. Kelainan kongenital

10
1. Disgenesis ovarii (sindrom Turner)
2. Sindrom testicular feminization
b. Menopause prematur
c. The insensitive ovary
d. Penghentian fungsi ovarium karena operasi, radiasi, radang, dan
sebagainya
e. Tumor sel granulosa, sel teka, sel hilus, adrenal, arenoblastoma.
6. Gangguan glandula suprarenalis
a. Sindrom adrenogenital
b. Sindrom Cushing
c. Penyakit addison
7. Gangguan glandula tiroidea
Hipotireoidi, hipertireoidi, kretinisme
8. Gangguan pankreas
Diabetes mellitus
9. Gangguan uterus, vagina
a. Aplasia dan hipoplasia uteri
b. Sindrom Asherman
c. Endometritis tuberkulosa
d. Histerektomi
e. Aplasi vaginae
10. Penyakit-penyakit umum
a. Penyakit umum
b. Gangguan gizi
c. Obesitas

Rencana Pemeriksaan
Anamnesis yang baik serta pemeriksaan umum yang saksama sangatlah penting.
Keadaan tubuh penderita tidak jarang dapat memberikan berbagai petunjuk yang
berharga. Perawakan (pendek atau tinggi), berat badan (malnutrisi atau tidak), dan
ciri-ciri kelamin sekunder pasien (berkembang dengan baik atau tidak), ditambah
dengan ada atau tidaknya tanda-tanda hirsutisme, dapat bermanfaat untuk
pembuatan diagnosis.5

11
Pada pemeriksaan ginekologi, umumnya dapat diketahui adanya berbagai
jenis ginatresi, aplasia vagina, aplasi uteri, tumor dan sebagainya. Pemeriksaan ini
juga dapat menilai keadaan klitoris dan ovarium. Melalui kombinasi anamnesis dan
pemeriksaan umum serta pemeriksaan ginekologi, banyak kasus amenorea yang
dapat diketahui sebabnya.5
Apabila pemeriksaan klinis tidak memberi gambaran yang memuaskan,
dapat dilakukan pemeriksaan berikut5 :
1. Pemeriksaan foto roentgen toraks (untuk mendeteksi adanya tuberkulosis
paru) dan sela tursika (untuk mengetahui adanya perubahan pada sela
tersebut)
2. Pemeriksaan sitologi vagina untuk mengetahui adanya estrogen
3. Tes toleransi glukosa untuk mengetahui adanya diabetes melitus
4. Pemeriksaan mata untuk mengetahui keadaan retina dan pemeriksaan lapang
pandang untuk menilai tanda-tanda tumor hipofisis
5. Kerokan uterus untuk mengetahui keadaan endometrium
6. Pemeriksaan metabolisme basal serta pemeriksaan T3 dan T4 untuk
mengetahui fungsi kelenjar tiroid.
Pemeriksaan khusus
Terdapat beberapa pemeriksaan khusus yang dapat dilakukan pada kasus
amenorea. Dibawah ini merupakan beberapa di antaranya5 :
1. Laparoskopi yang dilakukan untuk mengetahui adanya hipoplasia berat atau
aplasia uteri, disgenesis ovarium, tumor ovarium, dan ovarium polikistik.
2. Pemeriksaan kromatin seks untuk mengetahui apakah penderita secara genetik
memang seorang wanita. Meskipun demikian, penderita yang kromatin seksnya
positif belum tentu memiliki gen yang normal.
3. Pembuatan kariogram dengan pembiakan sel guna mempelajari kromosom
terutama jika fenotipe tidak seusai dengan genotipe.
4. Pemeriksaan kadar hormon.
Tinjauan Umum Penanggulangan Amenorea
Manajemen amenorea mencakup perbaikan siklus ovulasi pada remaja
dengan keterlambatan konstitusional dan anovulasi (jika masih memungkinan),
penggantian estrogen (jika diperlukan), pengurangan kecemasan berlebihan pada
pasien dan reevaluasi. Banyak metode pengobatan membutuhkan pembedahan

12
(untuk kista ovarium atau masalah rahim) atau terapi khusus. Tidak semua kondisi
dapat diobati, tetapi setiap pasien yang kondisinya diobati harus dirawat.5
Pengobatan yang dipilih untuk amenorea bergantung pada penyebabnya.
Penyebab paling umumnya adalah amenorea sekunder, yaitu kehamilan, dan hal
ini harus selalu dijadikan pengecualian. Mengurangi pola latihan berlebihan dan
menjalani program diet yang sesuai dapat membawa hasil yang baik pada remaja
dan atlet. Pemberian estrogen bersama dengan progesteron dapat menimbulkan
perdarahan secara siklis. Meskipun demikian, perdarahan tersebut bukanlah haid
yang didahului ovulasi.5
3. Gangguan Perdarahan di Luar Siklur Haid1
 Menometroragia
Yang dimaksudkan di sini ialah perdarahan yang terjadi dalam masa
antara 2 haid. Perdarahan itu tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid,
atau 2 jenis perdarahan ini menjadi satu: yang pertama dinamakan
metroragia, yang kedua menometroragia. Metroragia atau menometroragia
dapat disebabkan oleh kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan
fungsional.4
Sebab-sebab organik :
Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada4 :
a. Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus
pada porsio uteri, karsinoma servisis uteri;
b. Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus imminens, abortus
sedang berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa,
koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri, sarkoma
uteri, mioma uteri;
c. Tuba fallopii, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor
tuba;
d. Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium.

Sebab-sebab fungsional :

Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab


organik dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional
dapat terjadi terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause.

13
Tetapi kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa
akhir fungsi ovarium.4

Patologi

Gangguan perdarahan yang dinamakan metropatia hemoragika terjadi


karena persisten folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan
pembentukan korpus luteum. Akibatnya, terjadilah hiperplasia endometrium
karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus-menerus.4

Perdarahan disfungsional dapat ditemukan bersamaan dengan berbagai


jenise enodmetrium, yakni endometrium atrofik, hiperplastik, proleferatif,
dan sekretoris, dengan endometrium jenis nonsekresi merupakan jenis
terbesar. Pembagian endometrium dalam endometrium jenis nonsekresi dan
endometrium jenis sekresi penting artinya, karena dengan demikian dapat
dibedakan perdarahan yang anovolatoar dari yang ovulator. Klasifikasi ini
mempunyai nilai klinik karena kedua jenis perdarahan disfungsional ini
mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan memerlukan penanganan yang
berbeda. Pada perdarahan disfungsional yang ovulator gangguan dianggap
berasal dari faktor-faktor neuromuskular, vasomotorik, atau hematologik,
yang mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedang perdarahan
anovulator biasanya dianggap bersumber pada gangguan endokrin.4

Gambaran Klinik

Perdarahan Ovulatoar

Perdarahan ovulatoar terjadi pada 10% kasus perdarahan


disfungsional, baik yang siklusnya pendek maupun panjang (poli-
oligomenorea). Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukana kerokan
endometrium pada saat mendekati haid. Apabila siklus haid tidak teratur,
terkadang kurva suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan
bahwa perdarahan berasal dari endometrium dan merupakan tipe sekresi
tanpa disertai sebab organik, perlu dipikirkan beberapa etiologinya, seperti 5
:

14
1. Korpus Luteum Persisten
Pada kondisi ini, dijumpai perdarahan yang terkadang bersamaan
dengan pembesaran ovarium.
2. Insufisiensi Korpus Luteum
Kelainan ini dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia,
atau polimenorea. Dasar mekanismenya adalah kurangnya produksi
progesteron akibat gangguan faktor pelepas LH.
3. Apopleksia Uteri
Apopleksia uteri adalah suatu kondisi yang mengancam jiwa dan
ditandai dengan terlepasnya plasenta (abrupsio plasenta) sehingga
menyebabkan perdarahan yang menembus ke dalam miometrium
uterus hingga ke rongga peritoneum. Kondisi in idapat terjadi pada
wanita dengan hipertensi.
4. Kelaianan darah seperti anemia, purpura trombositopenik, dan
gangguan dalam mekanisme pembekuan darah.

Perdarahan Anovulatoar

Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium.


Dengan menurunnya kadar estrogen di bawah tingkat tertentu, timbul
perdarahan yang terkadang bersifat siklis, atau tidak teratur sama sekali.5

Fluktuasi kadar estrogen memiliki hubungan dengan jumlah folikel


yang pada suatu waktu aktif secara fungsional. Folikel-folikel ini
mengeluarkan estrogen sebelum mengalami atresia, kemudian diganti oleh
folikel-folikel baru. Di bawah pengaruh estrogen, endometrium akan terus
tumbuh, dan dari endometrium yang mula-mula proliferatif dapat timbul
endometrium yang bersifat hperplasia kistik. Jika gambaran ini dijumpai ada
sediaan yang diperoleh dengan kerokan, dapat diambil kesimpulan bahwa
perdarahan bersifat anovulatoar.5

Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada setiap waktu dalam siklus


menstruasi seorang wanita, tetapi paling sering timbul pada masa pubertas
dan masa pramenopause. Pada masa pubertas sesudah menarke, perdarahan
tidak normal disebabkan oleh gangguan atau keterlambatan proses maturasi
pada hipotalamus. Hal ini menyebabkan produksi releasing factor dan

15
hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa
pramenopause, prorses terhentinya fungsi ovarium tidak berjalan dengan
lancar.5

Jika kelainan ini terjadi pada masa pubertas, kemungkinan keagnasan


dapat dianggap sangat kecil, dan ada harapan bahwa siklus haid lambat lau
akan menjadi normal serta bersifat ovulatoar. Pada seorang wanita dewasa
dengan perdarahan yang tidak teratur, terutama saat masa pramenopause,
mutlak diperlukan kerokan endometrium untuk menentukan keberadaan
tumor ganas.5

Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada pasien penyakit


metabolik umum, penyakit endokrin, penyakit umum menahun, dan tumor-
tumor ovarium. Tingkat stres yang tinggi, kejadian yang mengganggu
keseimbangan emosional, serta pemberian obat penenang dalam jangka
waktu yang terlalu lama dapat menyebabkan perdarahan anovulatoar, tetapi
biasanya hanya terjadi untuk sementara waktu.5

Diagnosis

Pembuatan anamnesis yang cermat sangatlah penting. Bagaimana


perdarahan dimulai apakah didahului oleh siklus pendek atau oleh
oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan (banyak/sedikit, sakit/tidak), serta
lama perdarahan merupakan beberapa hal yang perlu ditanyakan. Perhatikan
tanda-tanda yang merujuk pada kemungkinan penyakit lain. Pada
pemeriksaan ginekologi, perlu diperiksa apakah pasien memiliki kelainan
organik yang menyebabkan perdarahan abnormal.5

Pada perempuan usia pubertas, umumnya tidak perlu dilakukan


kerokan untuk diagnosis. Sementara itu, etiologi perdarahan bukan haid pada
wanita berumur 20-40 tahun kemungkinan besar adalah kehamilan
terganggu, polip, dan mioma submukosa. Kerokan dilakukan apabila telah
diyakini bahwa tindakan ini tidak akan mengganggu kehamilan yang masih
ada harapan untuk diselamatkan. Pada wanita dalam masa pramenopause,
kerokan dilakukan untuk mengetahui keadaan tumor ganas.5

Penanganan

16
Apabila pengeluaran darah disfungsional sangat banyak, penderita
harus beristirahat dan mendapat transfusi darah. Setelah pemeriksaan
menunjukkan bahwa perdarahan berasal dari uterus dan tidak ada abortus
inkomplet, perdarahan sementara dapat dikontrol dengan pemberian hormon
steroid. Selain itu, dapat diberikan pula5 :

1. Estrogen dosis tinggi


Estrogen dosis tinggi diberikan agar kadar estrogen dalam darah
meningkat dan perdarahan pun terhenti. Estrogen yang diberikan dapat
berupa dipropionas estradiol 2,5 mg IM, benzoas estradiol 1,5 mg IM,
atau valeras estradiol 20 mg IM. Meskipun demikian, jika terapi ini
dihentikan, perdarahan dapat timbul lagi.
2. Progesteron
Pemberian progesteron dapat mengimbangi pengaruh estrogen terhadap
endometrium, dengan pertimbangan bahwa sebagian perdarahan bersifat
anovulatoar. Dapat diberikan hidroksiprogesteron kaproat 125 mg IM
atau noretindron 15 mg/hari per os. Terapi ini berguna pada wanita yang
masih dalam masa pubertas.
5. Gangguan Lain yang Berhubungan dengan Haid1
 Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan
terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai
dari yang ringan sampati berat. Keparahan dismenorea berhubungan
langsung dengan lama dan jumlah darah haid. Seperti diketahui haid hampir
selalu diikuti dengan rasa mulas/nyeri. Namun, yang dimaksud dengan
dismenorea pada yaitu nyeri haid berat sampai menyebabkan perempuan
tersebut datang berobat ke dokter atau mengobati dirinya sendiri dengan obat
anti nyeri.1
Dismenorea dapat dibagi menjadi dua kelompok, dismenorea primer
dan dismenorea sekunder.1
Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri haid tanpa ditemukan keadaan
patologi pada panggul. Dismenorea primer berhubungan dengan siklus

17
ovulasi dan disebabkan oleh kontraksi miometrium sehingga terjadi iskemia
akibat adanya prostaglandin yang diproduksi oleh endometrium fase sekresi.1
Molekul yang berperan pada dismenorea adalah prostaglandin F2α
yang selalu menstimulasi kontraksi uterus, sedangkan prostaglandin E
menghambat kontraksi uterus. Terdapat peningkatan kadar prostaglandin di
endometrium saat perubahan dari fase proliferasi ke fase sekresi.Perempuan
dengan dismenorea primer didapatkan kadar prostaglandin lebih tinggi
dibandingkan perempuan tanpa dismenorea. Peningkatan kadar
prostaglandin tertinggi saat haid terjadi pada 48 jam pertama. Hal ini sejalan
dengan awal muncul dan besarnya intensitas keluhan nyeri haid. Keluhan
mual, muntah, nyeri kepala, atau diare sering menyertai dismenorea yang
diduga karena masuknya prostaglandin ke sirkulasi sistemik.1
Dismenorea Sekunder
Dismenorea Sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan
berbagai keadaan patologis di organ genitalia, misalnya endometriosis,
adenomiosis, mioma uteri, stenosis serviks, penyakit radang panggul,
perlekatan panggul, atau irritable bowel syndrome,1
Diagnosis
Dismenorea primer sering terjadi pada usia muda/remaja dengan
keluhan nyeri seperti kram dan lokasinya ditengah bawah rahim. Dismenorea
primer sering diikuti dengan keluhan mual, muntah, diare, nyeri kepala dan
pada pemeriksaan ginekologi tidak ditemukan kelainan. Biasanya nyeri
muncul sebelum keluarnya haid dan meningkat pada hari pertama dan kedua.
Terapi empiris dapat diberikan bila berdasarkan gambaran klinis curiga
amenorea primer.1
Dismenorea sekunder dipikirkan bila pada anamnesis dan pemeriksaan
curiga ada patologi panggul atau kelainan bawaan atau tidak respons dengan
obat untuk amenorea primer. Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan
misalnya USG, infus salin sonografi, atau laparoskopi dapat
dipertimbangkan bila curiga adanya endometriosis.1

Pemeriksaan perut dan panggul harus dilakukan (kecuali remaja).


Tanda-tanda tertentu pada endometriosis termasuk massa panggul (jika ada
endometrioma), rahim yang tidak bergerak (jika terdapat adhesi) dan nodul

18
endometriotik (teraba di kantong Douglas atau pada ligamen uterosakral).
Rahim yang membesar dapat ditemukan dengan fibroid.8

Penanganan
 Obat antiinflamasi nonsteroid/NSAID
NSAID adalah terapi awal yang sering digunakan untuk dismenorea.
NSAID mempunyai efek analgetika yang secara langsung menghambat
sintesis prostaglandin dan menekan jumlah darah haid yang keluar.
 Pil kontrasepsi kombinasi
Bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan pertumbuhan jaringan
endometirum sehingga mengurangi jumlah darah haid dan sekresi
prostaglandin serta kram uterus. Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi
sangat efektif untuk mengatasi dismenorea dan sekaligus akan
membuat sikluas haid menjadi teratur.
Progestin dapat juga dipakai untuk pengobatan dismenorea, misalnya
medroksi progesteron asetat (MPA) 5 mg atau didrogesteron 2 x 10 mg
mulai haid hari ke 5 sampai 25.
 Sindrom pramenstruasi/Premenstrual Syndrome (PMS)
Sindrom pramenstruasi/pramenstrual syndrome (PMS) meliputi sekelompok
besar gelaja yang muncul teratur dan dapat diperkirakan pada minggu
sebelum menstruasi dimulai. Pola gejala bervariasi untuk setiap individu,
gejala dapat sembuh sempurna pada akhir menstruasi. Derajat keparahan
dapat bervariasi secara bermakna dan digolongkan sebagai berikut6 :
1. Ringan : tidak mengganggu kehidupan pribadi/sosial dan kerja
2. Sedang : mengganggu kehidupan pribadi/sosial dan kerja, tetapi wanita
tersebut masih dapat berinteraksi, meskipun mungkin kurang optimal
3. Berat : tidak dapat berinteraksi dengan kehidupan pribadi/sosial/kerja,
menarik diri dari aktvitas sosial dan kerja.

Gambaran Klinis

Meskipun etiologi PMS belum diketahui, tetapi hal ini jelas berkaitan dengan
aktivitas siklis ovarium. Wanita yang tidak mempunyai variasi siklik steroid
seks (misalnya wanita pascamenopause, wanita hamil atau wanita yang

19
sedang menyusui serta wanita yang telah menjalani ooferektomi bilateral)
tidak mengalami PMS.6

Tabel 2.1 Gejala Klinis PMS6

Retensi air Nyeri Reaksi autonom


Penambahan berat Sakit kepala Pusing/pingsan
badan (hingga 7,15 kg Sakit punggung Keringat dingin
atau 7 lbs) Kelelahan Mual/muntah
Distensi abdomen Kekakuan otot Hot flushes
Rasa kembung
Perubahaan mood Hilang konsentrasi Lain-lain
Ketegangan Mudah lupa Rasa tercekik
Iritabilitas Ceroboh Nyeri dada
Depresi Sulit membuat Jantung berdebar
Mudah menangis keputusan Baal, kesemutan
Kurang tidur

Pemeriksaan

Tidak ada pemeriksaan yang memasikan diagnosis PMS. Meminta pasien


untuk melengkapi catatan harian gejala setiap harinya selama beberapa siklus
akan bermanfaat untuk menunjukkan bahwa gejala tersebut berhubungan
dengan fase pramenstruasi.6

Pada beberapa wanita, teapi dengan menggunakan analog GnRH selama 3


bulan akan sangat membantu. Obat ini dipercaya dapat menekan aktivitas
ovarium. Bila gejal masih tampak setelah 3 bulan pengobatan, maka gejala
tersebut agaknya tidak berkaitan dengan PMS.6

Penanganan

Saran umum meliputi mengurangi stress, menjaga pola makan yang baik, dan
latihan fisik teratur, yang telah terbukti bermanfaat untuk wanita dengan
PMS.6

20
Bagan 2.2 Management Premenstrual Syndrome7

2.2.5. Evaluasi Gangguan Haid/Perdarahan Uterus Abnormal


Perlu diperhatikan bahwa gangguan haid atau perdarahan uterus abnormal bukan
suatu diagnosis, tetapi merupakan keluhan yang membutuhkan evaluasi secara seksama
untuk mencari faktor penyebab keluhan perdarahan tersebut. Melakukan anamnesis yang
cermat merupakan langkah pertama yang sangat penting untuk evaluasi dan
menyingkirkan diagnosis banding. 1
Anamnesis yang baik akan menuntun kepada penatalaksaan lanjut secara lebih
terarah. Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus
memanjang, oligomenorea/amenorea. Sifat perdarahan (banyak atau sedikit), lama
perdarahan dan sebagainya. Jangan lupa menyingkirkan adanya kehamilan/ kegagalan
kehamilan pada perempuan usia reproduksi. Keluhan terlambat haid, mual, nyeri dan
mulas sebainya ditanyakan.1
Pemeriksaan palpasi bimanual untuk melihat pembesaran uterus, tes kehamilan
βhCG, dan ultrasonografi sangat membantu memastikan adanya gangguan kehamilan.
Penyebab iatrogenik juga harus dievaluasi termasuk di dalamnya adalah pemakaian obat
hormon, kontrasepsi, antikoagulan, sistostatika, kortikosteroid, dan obat herbal. Bahan
21
obat tersebut akan mengganggu kadar estrogen dan faktor pembekuan darah sehingga
berpotensi terjadi juga perdarahan.1
Riwayat dan tanda penyakit sistemik perlu secara cermat ditanyakan. Beberapa
penyakit yang mungkin bisa jadi penyebab perdarahan, misalnya penyakit tiroid, hati,
gangguan pembekuan darah, tumor hipofisis, sindroma ovarium polikistik, dan
keganasan tidak boleh dilewatkan untuk eksplorasi.1

Gambar 2.2. Alur Evaluasi Perdarahan Uterus Abnormal1

22
Evaluasi dan Spesifisitas Diagnosis Perdarahan Uterus Abnormal
Sensitivitas biopsi endometrium untuk deteksi endometrium abnormal cukup
tinggi 96%. Ultrasonografi transvagina mampu mendeteksi mioma, ketebalan
endometrium, dan masa fokal serta mempunyai sensitivitas yang sama tinggi 96% untuk
deteksi endometrium abnormal. Penggunaan sonohisterografi dengan menggunakan
cairan salin steril meningkatkan ketajaman diagnosis dibandingkan dengan
ultrasonografi transvagina. Sensitivitas dan spesifitas sonohisterografi untuk deteksi
endometrium abnormal sama dengan histeroskopi. berdasarkan data bukti terakhir
didapatkan hasil bahwa penggunaan sonohisterografi dan biopsi endometrium
merupakan cara evaluasi terbaik dengan resiko paling rendah.1
2.2.6. Penanganan Perdarahan Uterus Abnormal
Penanganan Pertama
Penanganan pertama ditentukan pada kondisi hemodinamik. Bila keadaan
hemodinamik tidak stabil segera masuk rumah sakit untuk perawatan perbaikan keadaan
umum. Bila keadaan hemodinamik stabil, segera dilakukan penanganan untuk
menghentikan perdarahan, yaitu1 :
1. Perdarahan Akut dan Banyak
Perdarahan akut dan banyak sering terjadi pada 3 kondisi yaitu pada remaja dengan
gangguan koagulopati, dewasa dengan mioma uteri, dan pada pemakaian obat
antikoagulansia. Ditangani dengan 2 cara, yaitu dilatasi kuret dan medikamentosa.
 Dilatasi dan kuretase
Tidak mutlak dilakukan, hanya bila ada kecurigaan keganasan dan kegagalan
dengan terapi medikamentosa. Perdarahan uterus abnormal dengan risiko
keganasan yaitu bila usia >35 tahun, obesitas, dan siklus anovulasi kronis.
 Penanganan medikamentosa
Terdapat beberapa macam obat hormon yang dapat dipakai untuk terapi
perdarahan uterus abnormal.
Pilihan obat tertera seperti dibawah ini :
o Kombinasi estrogen progestin
Dosis dimulai dengan 2x1 tablet selama 5-7 hari dan setelah
terjadi perdarahan lucut dilanjutkan 1x1 tablett selama 3-6 siklus.
Dapat pula diberikan dengan dosis tapering 4x1 tablet selama 4 hari,
diturunkan dosis menjadi 3x1 tablet selama 3 hari, 2x1 tablet selama 2
hari, 1x1 tablet selama 3 minggu kemudian berhenti tanpa obat selama
1 minggu, dilanjutkan pil kombinasi 1x1 tablet selama 3 siklus.
o Estrogen
23
Terapi estrogen dapat diberikan dalam 2 bentuk, intravena atau
oral, tetapi sediaan intravena sulit didapatkan di Indonesia. Pemberian
estrogen oral dosis tinggi cukup efektif untuk mengatasi perdarahan
uterus abnormal, yaitu estrogen konjugasi dengan dosis 1,25 mg atau
17β estradiol 2 mg setiap 6 jam selam 24 jam. Setelah perdarahan
berhenti dilanjutkan dengan pemberian pil kontrasepsi kombinasi.
Rasa mual bisa terjadi pada pemberian terapi estrogen.
o Progestin
Progestin diberikan selama 14 hari kemudian berhenti tanpa obat
selama 14 hari, diulang selama 3 bulan. Biasanya progestin diberikan
bila ada kontraindiasi terhadap estrogen. Saat ini tersedia beberapa
sediaan progestin oral yang bisa digunakan yaitu Medroksi progesteron
asetat (MPA) dengan dosis 2x10 mg, Noretisteron asetat dosis 2x5 mg,
Didrogesteron dosis 2x10 mg dan Normegestrol asetat dosis 2x5 mg.
Dapat pemilihan jenis progestin harus diperhatikan dosis yang kuat
untuk menghentikan perdarahan uterus abnormal. Progestin
merupakan anti estrogen yang akan menstimulasi aktivitas enzim 17β
hidroksisteroid dehidrogenase dan sulfotranferase sehingga
mengonversi estradiol menjadi estron. Progestin akan mencegah
terjadinya endometrium hiperplasia.
2. Perdarahan Ireguler
Perdarahan ireguler dapat dalam bentuk metroragia, menometroragia,
oligomenorea, perdarahan memanjang yang sudah terjadi dalam hitungan minggu
atau bulan dan berbagai bentuk pola perdarahan lainnya. Bentuk pola perdarahan
di atas digabungkan karena mempunyai penanganan yang relatif sama. Perdarahan
ireguler melibatkan banyak macam pola perdarahan dan tentunya mempunyai
berbagai macam penyebab. Menoragia, menometroragia, oligomenorea,
perdarahan memanjang, dan lain sebagainya merupakan bentuk pola perdarahan
yang bisa terjadi. Sebelum memulai dengan terapi hormon sebaiknya penyebab
sistemik dievaluasi lebih dulu, seperti yang dilakukan di bawah ini :
 Periksa TSH : evaluasi penyakit hipotiroid dan hipertiroid sebaiknya
dilakukan sejak awal.
 Periksa prolaktin : bila ada oligomenorea atau hipomenorea

24
 Lakukan PAP smear : bila didapatkan perdarahan pascasengggama
 Bila curiga atau terdapat resiko keganasan endometrium : lakukan biopsi
endometrium dan pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan dengan
USG transvagina.
Bila terdapat keterbatasan untuk melakukan evaluasi seperti yang disebutkan
di atas dapat segera melakukan pengobatan seperti dibawah ini, yaitu
o Kombinasi estrogen progestin
Berikan pil kontrasepsi kombinasi dosis 1x1 tablet sehari, diberikan secara
siklik selama 3 bulan.
o Progestin
Bila terdapat kontraindikasi pemakaian pil kontrasepsi kombinasi, dapat
diberikan progestin misalnya MPA 10 mg 1x1 tablet per hari. Pengobatan
dilakukan selama 14 hari dan dihentikan selama 14 hari. Pengobatan
progestin diulang selama 3 bulan.
Bila pengobatan medikamentosa gagal sebaiknya dipertimbangkan untuk
dirujuk ke tempat pengobatan dengan fasilitas yang lebih lengkap. Pemeriksaan
USG transvagina atau infus salin sonohisterografi dilakukan untuk mendeteksi
mioma uteri dan polip endometrium. Kegagalan terapi medikamentosa bisa
menjadi pertimbangan untuk melakukan tindakan bedah, misalnya ablasi
endometrium, reseksi histeroskopi dan histerektomi.
Penanganan dengan Medikamentosa Nonhormon
Penanganan medikamentosa diberikan bila tidak ditemukan keadaan patologi pada
panggul. Tujuan medikamentosa tersebut adalah mengurangi jumlah darah yang keluar,
menurunkan risiko anemia, dan meningkatkan kualitas hidup. Medikamentosa non
hormon yang dapat digunakan untuk perdarahan uterus abnormal adalah sebagai berikut
:
Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)
Asam mefenamat diberikan dengan dosis 250-500 mg 2-4 kali sehari. Ibuprofen
diberikan dengan dosis 600-1.200 mg per hari. NSAID dapat memperbaiki hemostasis
endometrium dan mampu menurunkan jumlah darah haid 20-50%. Efek samping secara
umum adalah dapat menimbulkan keluhan gastrointestinal dan merupakan kontraindikasi
pada perempuan dengan ulkus peptikum.
Antrifibrinolisis

25
Endometrium memiliki sistem fibrinolitik. Pada perempuan dengan keluhan
menoragia ditemukan kadar aktivator plasminogen pada endometrium yang lebih tinggi
dari normal. Penghambat aktivator plasminogen atau obat antifibrinolisis dapat
digunakan untuk pengobatan menoragia.
Asam traneksamat bekerja menghambat plasminogen secara reversibel dan bila
diberikan saat haid mampu menurunkan jumlah perdarahan 40-50%. Efek samping asam
traneksamat adalah keluhan gasto intestinal dan tromboemboli yang ternyata kejadiannya
tidak berbeda bermakna dibandingkan kejadian pada populasi normal.
Penanganan dengan Terapi Bedah
Histerektomi merupakan prosedur bedah utama yang dilakukan pada kegagalan
terapi medikamentosa. Angka keberhasilan terhadap perdarahan mencapai 100%. Angka
kepuasan cukup tinggi mencapai 95% setelah 3 tahun pascaoperasi. Walaupun demikian,
komplikasi tetap bisa terjadi berupa perdarahan, infeksi, dan masalah penyembuhan luka
operasi. Saat ini telah dikembangkan prosedur bedah invasif minimal dengan cara ablasi
untuk mengurangi ketebalan endometrium.
Tabel 2.2. Penyebab Tersering dan Tatalaksana Abnormal Uterine Bleeding8

26
BAB III

Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala
dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Saat menstruasi, terjadi pengeluaran darah, mukus,
dan debris sel dari mukosa uterus. Menstruasi ini terjadi sejak serorang wanita menarke hingga
ia mengalami menopause dan berlangsung dalam interval yang kurang lebih teratur, siklis, serta
dapat diperkirakan waktunya, kecuali saat hamil, menyusui, anovulasi, atau mendapat
intervensi farmakologis.
Gangguan haid atau disebut juga dengan perdarahan uterus abnormal merupakan keluhan
yang sering menyebabkan seorang perempuan datang berobat ke dokter atau tempat
pertolongan pertama. Keluhan gangguan haid bervariasi dari ringan sampai berat dan tidak
jarang menyebabkan rasa frustasi baik bagi penderita maupun dokter yang merawatnya.
Anamnesis yang baik akan menuntun kepada penatalaksaan lanjut secara lebih terarah.
Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus memanjang,
oligomenorea/amenorea. Sifat perdarahan (banyak atau sedikit), lama perdarahan dan
sebagainya. Jangan lupa menyingkirkan adanya kehamilan/ kegagalan kehamilan pada
perempuan usia reproduksi. Keluhan terlambat haid, mual, nyeri dan mulas sebainya
ditanyakan
Penanganan pada perdarahan yang akut dapat dilakukan dilatasi dan kuretase, selain itu
dapat diberikan terapi medikamentosa dan jika terdapat perdarahan irreguler maka dapat
dilakukan terapi medikamentosa.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Anwar, Mochamad, Ali Baziad, dan R. Prajitno Prabowo. 2011. Ilmu Kandungan.
Jakarta : 2011
2. Rasjidi, H. Iman. 2019. Buku Ajar Ginekologi Sistem Blok Reproduksi. Jakarta : EGC.
3. Fakultas Kedokteran Bagian Obstetri & Ginekologi Universitas Padjajaran Bandung.
1981. Ginekologi. Bandung : Elstar Offset
4. Saifuddin, Abdul Bari; Trijatmo Rachimhadhi; dan Hanifa Wiknjosastro. 2009. Ilmu
Kandungan Edisi Kedua. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
5. Rasjidi, H. Imam. 2019. Buku Ajar Ginekologi Sistem Blok Reproduksi. Jakarta : EGC
6. Bain, Catrina M; Kevin Burton dan C. Jay Mcgavigan. 2011. Ilustrasi Ginekologi Edisi
Keenam. Singapore : Elsevier
7. Monga, Ash dan Stephen Dobbs. 2011. Gynaecology. United States : Hodder Arnold.
8. Callahan, Tamara L dan Aaron B. Caughey. 2013. Blueprints Obstetrics & Gynecology
Six Edition. China : Wolters Kluwer
9. Guyton, Arthur C dan John E. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta : EGC
10. Putri Erni Gustina dan Sitti Nur Djannah.2015. Sumber Informasi dan Pengetahuan
Tentang Menstrual Hygiene Pada Remaja. 2015 [cited 17 September 2019]; 2 [6
Screens]; 10 (2). Available from : file:///C:/Users/User/Downloads/3375-7153-1-
SM.pdf

28
Soal UKMPPD
1. Seorang pasien wanita usia 12th, datang ke puskesmas dengan keluhan 2 bulan tidak
haid. Haid pertama 1 tahun yang lalu. Keluhan disertai nyeri pada payudara. Gangguan
siklus haid pada pasien ini disebut ?
a. Oligomenorrhea
b. Metroraghia
c. Amenorrhea
d. Menorrhagia
e. Hipermenorrhea
2. Wanita usia 26 tahun datang ke puskesmas dengan keluhana tidak haid selama 2 bulan.
Pasien baru melahirkan anak pertama 2 bulan yang lalu. Pasien menyusui secara ekslusif
dan pasien tidak menggunakan kontrasepsi apapun. Apakah yang menyebabkan pasien
tidak haid ?
a. Penekanan FSH oleh estrogen
b. Penekanan LH oleh progesteron
c. Penekanan FSH oleh prolaktin
d. Penekanan LH oleh prolaktin
e. Penekanan esterogen oleh progesteron
3. Seorang wanita 30 tahun mengeluh tidak mens selama 3 bulan, pasien adalah atlet yang
masih rutin berlatih, dismenorea (-). Pemeriksaan vital sign dbn, Hamil (-). Dokter akan
memeriksa hormonnya. Hormon apa yang meningkat ?
a. LH
b. FSH
c. Estrogen
d. Progesteron
e. Prolaktin
4. Wanita 27 tahun datang dengan keluhan nyeri perut hebat. Pasien mengaku telat datang
bulan selam 2 bulan. Pemeriksaan fisik : Tekanan darah 100/70 mmHg; nadi 88x; RR
20x; Suhu 36,5 oC. Didapatkan nyeri tekan abdomen +, nyeri goyang portio +,
Pemeriksaan penunjang Hb : 6 gr/dL. Pemeriksaan penunjang selanjutnya yang tepat
adalah ?
a. USG Abdomen
b. Pregnancy test

29
c. Kuldosintesis
d. Hb Serial
e. Radiologi
5. Seorang wanita usia 25 tahun datang dengan keluhan utama; mual dan mutah. Mual,
muntah, dan memuntahkan segala yang masuk ke dalam mulut. Kulit tampak pucat
namun tidak ditemukan sianosis. Sudah tidak haid 3 bulan. Dokter mendiagnosa dengan
Hiperemesis Gravidarum. Obat utama yang diberikan adalah
a. Tiamin
b. Piridoksin
c. Domperidon
d. Metoklopramid
e. Ondansentron
6. Seorang wanita 35 tahun mengalami menstruasi yang banyak 4 bulan terakhir, dan ia
didiagnosa anemia. Setelah mendapatkan terapi suplementasi besi, timbul keluhan mual,
muntah, nyeri lambung dan susah buang air besar. Bagaimana anda memberi penjelasan
kepada pasien ?
a. Minum bersama antasida
b. Minum berrsama susu
c. Kurangi kadar pemakaiannya
d. Minum bersama antihistamin
e. Minum bersama steroid
7. Wanita 30 tahun datang ke poliklinik RS mengeluhkan siklus haid yang tidak teratur, dua
kali dalam sebulan dengan lama haid 3-6 hari, sudah terjadi dalam 6 bulan terakhir ini.
Sebelumnya siklus haid normal, tidak terdapat kelainan genital interna. Apa penyebab
kasus diatas?
a. Fase proliferasi memendek
b. Fase sekresi memanjang
c. Fase ovulasi yang lama
d. Fase proliferasi memanjang
e. Folikel yang tidak pecah
8. Perempuan 30 tahun datang dengan keluhan 5 tahun belum memiliki anak. Haid tidak
teratur. 2-3 kali sehari. Saat di USG terdapat gumpalan-gumpalan kecil di uterus.
Pemeriksaan hormone yang disarankan
a. LH

30
b. LTH
c. FSH
d. ACTH
e. TSH
9. Seorang perempuan usia 32 tahun, datang ke rumah sakit untuk berkonsultasi. Pasien
sudah menikah 5 tahun tapi belum juga hamil. Suami pasien berobat ke dokter dan
dinyatatakan fertile. Siklus haid pasien tidak teratur. Pasien juga sering berjerawat,
rambut rontok, kakinya berbulu kasar sejak remaja. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan
ada hirsutisme, lain-lain dalam batas normal. Dokter kemudian menyarankan
pemeriksaan laboratorium. Untuk mengetahui kadar LH dan FSH. Kapankah waktu yang
paling tepat untuk melakukan pemeriksaan tersebut ?
a. Saat tengah siklus haid
b. Saat awal fase folikuler siklus haid
c. Saat akhir fase folikuler siklus haid
d. Fase luteal siklus haid
e. Fase perimenstrual siklus haid
10. Seorang perempuan usia 34 tahun, datang ke IGD rumah sakit dengan keluhan sesak
nafas sudah 2 bulan. Keluhan disertai badan jadi kurus dan tidak mens 5 bulan. Nafsu
makan baik, tapi sulit tidur, dan berkeringat banyak. Pada pemeriksaan fisik diperoleh
tekanan darah 160/70 mmHg, denyut nadi 110 x/menit tidak teratur, frekuensi nafas
20x/menit dan suhu 37,8oC. Pemeriksaan laboratorium nitrazin test (-), GDS 140 mg/dL.
Obat apa yang diberikan pada pasien ini ?
a. Nitrogliserin
b. Sulfonylurea
c. Metformin
d. Diazepam
e. Propiltiurasil
11. Seorang perempuan usia 55 tahun, datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri dan panas
di kedua pipi. Pasien diketahui tidak haid selama 5 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan
fisik wajah dalam batas normal. Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut ?
a. Febris ec inflamasi
b. Menopouse
c. Sindrome perimenopause
d. Gangguan hormonal

31
e. Postmenopousal syndrome
12. Sepasang suami istri datang ke klinik andrologi, sudah menikah selama 1,5 tahun, namun
belum meniliki anak. Menstruasi teratur, tidak ada dysmenorrhea, dan aktif berhubungan
seksual 2-3x/minggu. Apakah pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan ?
a. Serum estrogen
b. Serum progesteron
c. Serum FSH
d. Serum LH
e. ACTH
13. Seorang perempuan usia 28 tahun , datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri perut
bawah saat menstruasi. Nyeri perut dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Pasien diketahui
riwayat memakai IUD selama 2 tahun, sekarang sudah memiliki anak usia 4 tahun. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 80 x/menit,
frekuensi nafas 20 x/menit, dan suhu 36,5oC. Pemeriksaan dalam didapatkan portio
teraba licin, uterus antefleksi dbn nyeri tekan adnexa (-), nyeri goyang porsio (-).
Pemeriksaan USG uterus antefleksi, tampak gambaran kista ukuran 5x5 cm di adnexa
dextra. Apakah diagnosis yang tepat pada pasien tersebut ?
a. Kista ovarium
b. PID
c. Salpingitis
d. Adnexitis
e. Endomentriosis
14. Seorang perempuan usia 33 tahun, datang ke klinik untuk konsultasi. Pasien diketahui
sudah lama menikah belum mempunyai anak. Riwayat haid tidak teratur sejak remaja,
rambut rontok, rambut kaki kasar dan wajah berjerawat. Hasil pemeriksaan analisis
sperma suami normal. Penyebab keluhan yang dialami pasien ini?
a. Sindroma ovarium polikistik
b. Penyakit radang panggul
c. Mioma uteri
d. Obstruksi tuba fallopi
e. Tumor ovarium
15. Ny. J berusia 27 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan belum punya anak. Pasien
telah menikah 3 tahun dan tinggal serumah dengan suaminya. Selam ini pasien tidak
pernah menggunakan kontrasepsi. Siklus haidnya tidak teratur, yaitu 4 bulan sekali.

32
Lama haid 1-2 hari dengan pendarahan sedikit. Dari pemeriksaan fisik diperoleh berat
badan 90 kg. Pasien pernah melakukan pemeriksaan USG dengan hasil uterus kecil
penampang 50 mm x 25 mm. Apakah kemungkinan diagnosis pasien tersebut ?
a. Salpingitis
b. Endometriosis
c. Oligomenorea
d. Polikistik ovarium sindrom
e. Infeksi primer dengan hipoplasia uteri
16. Nn. L, 18 tahun, datang ke dokter umum dengan mengeluhkan siklus haid tidak teratur,
lama haid 3-5 hari, jumlah haid normal. Diagnosanya adalah ?
a. Polimenore = siklus haid memendek < 21 hari
b. Oligomenore = siklus haid memanjang > 35 hari
c. Menoragia = darah mens yang banyak > 80 cc
d. Metroragi = irreguler bleeding/siklus tidak teratur
e. Amenore = tidak mens
17. Seorang wanita 16 tahun, datang ke praktek umum dengan keluhan tidak pernah
menstruasi selama remaja, dari pemeriksaan didapatkan himen intak dengan membran
berwarna kemerahan. Tatalaksana yang tepat pada kasus diatas ?
a. Insisi himen
b. Himen di oleskan antibiotik
c. Pemberian analgetik
d. Pemberian antibiotik
e. Marsupialisasi

33

Anda mungkin juga menyukai