IMUNISASI
Disusun Oleh :
1102015172
Pembimbing :
B. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tersebut pada
sekelompok masyarakat (populasi), atau bahkan menghilangkannya dari
dunia seperti yang kita lihat pada keberhasilan imunisasi cacar variola
(Ranuh et.al, 2011).
1
Sangat labil dan dapat rusak kemudian diinaktifkan.
oleh suhu tinggi dan cahaya Biasanya hanya sebagian
(fraksional).
Selalu memerlukan dosis
ulang
Virus Campak, Mumps, rubella, Virus inaktif utuh: influenza,
polio, yellow fever, dan cacar polio, rabies, hepatitis A.
air Virus inaktif fraksional: sub-
unit (hepatitis B, influenza,
acellular pertussis, typhoid
injeksi), toxoid (DT
botulinum), polisakarida
murni (pneumococcal,
meningococcal, Hib), dan
polisakarida konjungasi (Hib
dan pneumococcal).
Bakteri BCG dan tifoid oral Bakteri inaktif utuh (pertussis,
typhoid, cholera, pes)
D. Sasaran Imunisasi
2
Tabel 1.3 Sasaran Imunisasi pada Anak Sekolah Dasar (SD/Sederajat)
Sasaran Jenis Imunisasi Waktu Keterangan
Pemberian
Kelas 1 SD Campak Bulan Agustus Bulan Imunisasi
Kelas 1 SD DT Bulan anak
November Sekolah(BIAS)
Kelas 2 & 3 SD Td Bulan
November
Sumber: Dirjen PP dan PL Depkes RI, 2013
E. Jenis Kekebalan
Berdasarkan cara memperoleh kekebalan, maka kekebalan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Kekebalan pasif
Kekebalan yang diperoleh dari luar, yang berarti bahwa tubuh
mendapat bantuan dari luar antibodi yang sudah jadi. Sifat kekebalan
pasif tidak berlangsung lama, umumnya tidak kurang dari 6 bulan.
Misalnya bayi yang secara alami telah memiliki kekebalan pasif dari
ibunya.
2. Kekebalan aktif
Yang umum disebut imunisasi diperoleh melalui pemberian vaksinasi
dan berlangsung bertahun tahun, karena tubuh memiliki sel memori
terhadap antigen tertentu.
3
F. Jenis Imunisasi
4
Influenza type B (DPT-HB-Hib), Polio dan Campak
(Kemenkes RI, 2013).
1. Vaksin BCG
5
Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres
dengan cairan antiseptik.
Apabila cairan bertambah banyak atau koreng
semakin membesar anjurkan orangtua membawa
bayi ke ke tenaga kesehatan.
2. Vaksin DPT-HB-Hib
6
menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam
setelah pemberian.
3. Vaksin Hepatitis B
7
Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara
intramuskuler, sebaiknya pada anterolateral paha.
Pemberian sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama usia 0–7 hari, dosis berikutnya
interval minimum 4 minggu (1 bulan).
8
Deskripsi: Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari
suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3 (strain Sabin)
yang sudah dilemahkan.
Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
poliomielitis.
Cara Pemberian dan Dosis:
Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes)
sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval
setiap dosis minimal 4 minggu.
9
dan pada individu di mana vaksin polio oral menjadi kontra
indikasi.
Cara Pemberian dan Dosis:
Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan
dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml.
Dari usia 2 bulan, 3 suntikan berturut-turut 0,5 ml
harus diberikan pada interval satu atau dua bulan.
IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan 14,
sesuai dengan rekomendasi dari WHO.
Bagi orang dewasa yang belum diimunisasi
diberikan 2 suntikan berturut-turut dengan interval
satu atau dua bulan.
Kontraindikasi:
10
Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air
dingin.
Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB
setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam)
Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air
hangat.
6. Vaksin Campak
11
Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air
dingin.
Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB
setiap 3–4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam)
Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air
hangat.
Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke
dokter.
b. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
melengkapi imunisasi dasar pada bayi yang diberikan kepada
anak usia bawah tiga tahun (batita), anak usia sekolah, dan
Wanita Usia Subur (WUS) termasuk ibu hamil sehingga dapat
mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk memperpanjang
masa perlindungan. Imunisasi lanjutan pada WUS salah
satunya dilaksanakan pada waktu melakukan pelayanan
antenatal. Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak
usia bawah tiga tahun (batita) terdiri atas Difhteria Pertusis
TetanusHepatitis B (DPT-HB) atau Difhteria Pertusis Tetanus-
Hepatitis BHaemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib) pada
usia 18 bulan dan Universitas Sumatera Utara 21 campak pada
usia 24 bulan. Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar
diberikan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dengan
jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah
dasar terdiri atas campak, Difhteria Tetanus (DT), dan Tetanus
Difhteria (Td). Jenis imunisasi lanjutan yang diberikan pada
wanita usia subur berupa Tetanus Toxoid (Kemenkes RI, 2013).
1. Vaksin DT
12
Deskripsi: Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu
mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni yang
terabsorpsi ke dalam alumunium fosfat.
Indikasi: Pemberian kekebalan simultan terhadap difteri
dan tetanus pada anak-anak.
Cara Pemberian dan Dosis:
Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan
dosis 0,5 ml. Dianjurkan untuk anak usia di bawah 8
tahun.
13
2. Vaksin Td
3. Vaksin TT
14
Secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan
dosis 0,5 ml.
Kontraindikasi:
b) Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan atas
dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi.
Kegiatan ini sifatnya tidak rutin, membutuhkan biaya khusus,
kegiatan dilaksanakan dalam suatu periode tertentu (Lisnawati,
2011). Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan adalah:
a. Backlog fighting
b. Crash program
c. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
d. Sub PIN
e. Catch up Campaign campak
f. Imunisasi dalam Penanganan KLB (Outbreak Response
Immunization/ORI)
15
c) Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan
untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada
situasi tertentu. Situasi tertentu yang dimaksud tersebut antara lain
persiapan keberangkatan calon jemaah Universitas Sumatera Utara
22 haji/umroh, persiapan perjalanan menuju negara endemis
penyakit tertentu dan kondisi kejadian luar biasa (KLB). Jenis
imunisasi khusus antara lain terdiri atas imunisasi Meningitis
Meningokokus, imunisasi Yellow Fever (demam kuning), dan
imunisasi Anti Rabies (VAR) (Kemenkes RI, 2013).
2. Imunisasi Pilihan
Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada
seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang
bersangkutan dari penyakit menular tertentu. Imunisasi pilihan adalah
imunisasi lain yang tidak termasuk dalam imunisasi wajib, namun penting
diberikan pada bayi, anak, dan dewasa di Indonesia mengingat beban
penyakit dari masingmasing penyakit. Jenis imunisasi pilihan dapat berupa
imunisasi Haemophilus Influenza tipe b (Hib), Pneumokokus, Rotavirus,
Influenza, Varisela, Measles Mump Rubella (MMR), Demam Tifoid,
Hepatitis A, Human Papiloma Virus (HPV), dan Japanese Encephalitis
(Kemenkes RI, 2013).
G. Jadwal Imunisasi
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar
16
Gambar 1.1 Jadwal imunisasi dasar (untuk bayi usia 0–11 bulan)
17
Gambar 1.3 Jadwal imunisasi lanjutan pada Anak usia Sekolah
18