Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENANGANAN PENYAKIT TUBERCULOSA PARU (TBC)


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. WIRDAN FAUZI RAHMAN, M.Kep

Disusun Oleh :
ANGGI NURLIYANTI
(1700001002)

PROGRAL STUDI D-III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN RS. EFARINA
PURWAKARTA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Tubeculosis Paru.


Sub Topik :
1. Definisi Tubeculosis Paru.
2. Penyebab Tubeculosis Paru.
3. Manifestasi Tubeculosis Paru.
4. Komplikasi Tubeculosis Paru.
5. Cara Penularan Tubeculosis Paru.
6. Pengobatan Tubeculosis Paru.
7. Tata cara batuk efektif.
8. Cara Pencegahan Tubeculosis Paru.

Hari/Tanggal : Kamis, Desember 2019


Tempat : Jl. Raya
Waktu : 1x 40 Menit
Sasaran :

A. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan selama 1x30 menit
diharapkan lansia mampu memahami dan mengetahui tentang TB Paru.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan 1x40 menit diharapkan lansia
dapat memahami dan menjelaskan kembali tentang:
a. Definisi Tubeculosis Paru.
b. Penyebab Tubeculosis Paru.
c. Manifestasi Tubeculosis Paru.
d. Komplikasi Tubeculosis Paru.
e. Cara Penularan Tubeculosis Paru.
f. Pengobatan Tubeculosis Paru.
g. Cara Pencegahan Tubeculosis Paru.
B. Metode Penyuluhan
1. Ceramah.
2. Tanya jawab.

C. Media
1. Laptop.
2. Leafleat.

D. Materi (Uraian Terlampir)


a. Definisi Tubeculosis Paru.
b. Penyebab Tubeculosis Paru.
c. Manifestasi Tubeculosis Paru.
d. Komplikasi Tubeculosis Paru.
e. Cara Penularan Tubeculosis Paru.
f. Pengobatan Tubeculosis Paru.
g. Tata cara batuk efektif.
h. Cara Pencegahan Tubeculosis Paru.

E. Pengorganisasian
Pembicara : Anggi Nurliyanti.

F. Strategi Pelaksanaan
No Tahap Waktu Kegiatan Sasaran
Kegiatan Penyuluhan
1. Pembukaan 5 Menit a. Mengucapkan a. Menjawab salam.
salam. b. Mendengarkan dan
b. Memperkenalkan menyimak.
diri. c. Bertanya
c. Menjelaskan mengenai
tujuan pokok perkenalan dan
materi. tujuan jika ada
yang kurang jelas.
d. Menjelaskan
pokok
pembahasan.
e. Kontrak waktu.
4. Pelaksanaan 20 Menit a. Definisi a. Mendengarkan dan
Tubeculosis menyimak.
Paru. b. Mendengarkan dan
b. Penyebab menyimak.
Tubeculosis c. Mendengarkan dan
Paru. menyimak.
c. Manifestasi d. Mendengarkan dan
Tubeculosis menyimak.
Paru. e. Mendengarkan dan
d. Komplikasi menyimak.
Tubeculosis f. Mendengarkan dan
Paru. menyimak.
e. Cara Penularan g. Mendengarkan dan
Tubeculosis menyimak.
Paru. h. Mendengarkan dan
f. Pengobatan menyimak.
Tubeculosis
Paru.
g. Tata cara batuk
efektif.
h. Cara Pencegahan
Tubeculosis
Paru.
5. Evaluasi 5 Menit a. Memberikan a. Bertanya dan
kesempatan menjawab
untuk bertanya. pertanyaan.
b. Memberi b. Dapat melakuan
kesempatan demonstrasi batuk
untuk menjawab
pertanyaan yang efektif dengan
diberikan. benar.
c. Pasien dapat
melakukan batuk
efektif dengan
benar.
6. Penutup 10 Menit a. Menyampaikan a. Mendengarkan dan
kesimpulan ikut serta
materi. menyimpulkan
b. Mengakhiri yang telah
kegiatan disampaikan.
penyuluhan. b. Mendengarkan dan
c. Mengucapkan memperhatikan
salam. c. Menjawab salam.

G. Evaluasi
Metode Evaluasi : Diskusi dan Tanya Jawab.
Jenis Pertanyaan : Lisan
Jumlah Soal : 3 soal.

H. Sumber
1. Anonymus. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis.
http://www.itokindo.org diakses pada tanggal 14 Mei 2014 Jam 12.19.
2. Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 1
dan 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran : EGC.
3. Departemen Kesehatan. 2011. Pedoman Nasional Penganggulangan TB.
Jakarta : Republik Indonesia.
4. Joko Ariyanto. 2018. Pengaruh Teknik Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran
Sputum Untuk Penemuan Mycobacterium Tuberculosis (MTB) Pada Pasien
TB Paru Di Ruang Rajawali 6B RSUP DR Kariadi Semarang. Semarang :
Universitas Muhammadiyah.
5. Mila Yanuar Pertiwi. 2014. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Penanganan
Penyakit Tuberculosa Paru (TBC). Bandung : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Immanuel.
6. Siti Mulyani. 2010. Satuan Acara Pengajaran TB Paru Pada Tn. C dan
Keluarga Di C3 Lantai 2 RSUP Dr Karyadi Semarang. Semarang : Akademi
Keperawatan Asih Husada.
7. Yuliati Alie dan Rodiyah. 2018. Pengaruh Batuk Efektif Terhadap
Pengeluaran Sputum Pada Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Peterongan
Kabupaten Jombang. Jombang: STIKES PEMKAB Jombang.
Lampiran Materi
1. Definisi Tuberculosis Paru
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis (Depkes RI, 2011).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi Mansjoer
Arif, 2014).
TBC paru adalah penyakit infeksi yang terutama mengenai jaringan
paru dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain yaitu otak, ginjal, tulang,.
Penyebab infeksi adalah kuman mycobacterium tuberculosis (Brunner &
Suddarth, 2002).
Jadi dapat disimpulkan bahwa TBC adalah suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yang ditularkan melalui
udara dan jika tidak ada pengobatan yang efektif dapat mengakibatkan
perjalanan penyakit yang kronis dan bisa menimbulkan kematian.

2. Penyebab Tuberculosis Paru


Tb paru disebabkan oleh kuman tahan asam yaitu mycobacterium
tuberculosis. Setelah terinfeksi kuman tersebut kira-kira 50% kuman akan
berkembang menjadi TBC aktif dalam satu tahu, sisanya kuman ini akan
menyebabkan infeksi laten. Adapun faktor yang mungkin terjadi antara lain:
a. Kontak langsung dengan pendertia TBC aktif.
b. Menurunnya kekebalan tubuh.
c. Kurang nutrisi yang adekuat.
d. Lingkungan dengan prevalensi TB yang tinggi.
e. Pengobatan paru yang tidak tuntas.

3. Manifestasi Tuberculosis Paru


Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistemik:
a. Gejala Respiratorik (Paru)
1) Batuk
Awal terjadinya penyakit, kuman akan berkembangbiak di jaringan
paru, batuk baru terjadi bila bronkus telah terlibat. Batuk merupakan
akibat dari terangsangnya bronkus, kemudian akibat peradangan batuk
menjadi produktif karena diperlukan untuk membuang produk-produk
eksresi dari peradangan. Sputum dapat bersifat mukoid atau purulen.
2) Batuk Darah
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah, berat atau ringannya batuk
darah tergantung dari besarnya pembuluh darah yang pecah. Gejala ini
tidak selalu terjadi pada setiap TB paru, kadang-kadang merupakan
perluasan proses TB paru.
3) Sesak Napas
Terjadi akibat luasnya kerusakan jaringan paru, didapatkan pada
penyakit paru yang sudah lanjut. Sedangkan pada penyakit yang baru
tidak akan dijumpai gejala ini.
4) Nyeri Dada
Biasanya terjadi bila sistem saraf terkena,dapat bersifat lokal atau
pleuritik.
5) Malaise
Sering ditemukan berupa tidak ada nafsu makan, badan makin kurus,
sakit kepala, meriang, nyeri otot dan keringat malam.
b. Gejala Sistemik (Umum)
1) Demam
Salah satu keluhan utama penderita TB paru adalah demam seperti
gejala influenza. Biasanya demam dirasakan pada malam hari disertai
dengan keringat malam, kadang-kadang suhu badan mencapai 40°-
41°C. Serangan seperti influenza ini bersifat hilang timbul, dimana ada
masa pulih diikuti dengan serangan berikutnya setelah 3 bulan, 6 bulan,
9 bulan (dikatakan sebagai multiplikasi 3 bulan).
2) Gejala Yang Tidak Spesifik
Dapat ditemukan rasa tidak enak bada (malaise), nafsu makan
berkurang yang menyebabkan penurunan berat badan, sakit kepala dan
badan pegal-pegal. Pada wanita kadang-kadang dapat dijumpai
gangguan siklus haid.
4. Komplikasi Tuberculosis Paru
a. Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran pernapasan) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
napas.
b. Kolaps lobus retaksi brinkial.
c. Bronkhiektasis dan fibrosis fau yaitu terjadi pelebaran bronkus dan terjadi
pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif.
d. Pneumotorak spontan yaitu kerusakan jaringan paru dan adanya udara di
dalam rongga pleura.
e. Penyebaran infeksi.

5. Cara Penularan Tuberculosis Paru


Sumber utama penularan penyakit ini adalah sputum (dahak). Batuk
dan meludah akan menyebabkan kuman tuberkulosis menular pada orang lain
lewat udara. Penderita TBC ketika batuk, bersin, atau berbicara, akan
memercikkan kuman TBC atau bacilli ke udara (langsung). Seseorang dapat
terpapar dengan kuman TBC hanya dengan menghirup sejumlah kecil kuman
TBC (penularan melalui udara). Keluarga yang tinggal dekat penderita
memiliki kemungkinan lebih banyak untuk tertular. Bayi dari ibu yang
terinfeksi tuberkulosis berisiko tinggi untuk terserang, oleh sebab itu penderita
harus dilatih untuk menutup mulutnya dan menghadapkan wajah ke arah lain
saat batuk.

6. Pengobatan Tuberculosis Paru


Menurut Dep.Kes (2003) tujuan pengobatan TB Paru adalah untuk
menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan
menurunkan tingkat penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) yaitu pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung. Untuk mencegah terjadinya kekebalan bakteri Tb.
Tahap lanjutan (4-7 bulan) yaitu pasien mendapat jenis obat lebih
sedikit namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Bertujuan untuk
membunuh kuman sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. Paduan obat
yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama
yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH,
Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah
Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat
Rifampisin/INH.
Salah satu komponen dalam DOTS adalah pengobatan paduan OAT
jangka pendek dengan pengawasan langsung dan untuk menjamin keteraturan
pengobatan diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). Prinsip
pengobatan TB Paru adalah :
a. Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis (Isoniasid,
Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin, Etambutol) dalam jumlah cukup
dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman
persisten) dapat dibunuh.
b. Dosis tahap intensif dan tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal,
sebaiknya pada saat perut kosong.
c. Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi
langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian
besar penderita TB Paru BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada
akhir pengobatan intensif.
d. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk
membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadi kekambuhan.
Adapun penatalaksanaan Tb paru secara non-farmakologi yaitu diet tinggi
kalori tinggi protein (TKTP), hindari merokok dan minuman alkohol, yang
cukup (tirah baring), mengajarkan batuk efektif, olahraga dan pengawasan
menelan obat.

7. Tata Cara Batuk Efektif


Batuk efektif adalah merupakan suatu metode batuk dengan benar,
dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat
mengeluarkan dahak secara maksimal.
Latihan batuk efektif merupakan aktivitas perawat untuk
membersihkan sekresi pada jalan nafas. Tujuan batuk efektif adalah
meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah resiko tinggi retensi sekret.
Pemberian batuk efektif dilaksanakan terutama pada klien dengan masalah
keperawatan ketidak efektifan jalan nafas dan masalah resiko tinggi infeksi
saluran pernafasan bagian bawah yang berhubungan dengan akumulasi sekret
pada jalan nafas yang sering disebabkan oleh kemampuan batuk yang menurun
atau adanya nyeri setelah pembedahan thoraks atau pembedahan abdomen
bagian atas sehingga klien merasa malas untuk melakukan batuk. Hal tersebut
merupakan masalah yang sering di temukan perawat praktisi diklinik
keperawatan. Adapun cara melakukan batuk efektif adalah sebagai berikut:
a. Posisi pasien duduk dan badan condong ke depan (membungkuk).
b. Hirup napas selama 2 kali menggunakan hidung dan keluarkan melalui
mulut secara perlahan.
c. Hirupan nafas yang ketiga ditahan selama 3 detik setelah itu batukan
dengan kuat 2-3 kali secara berturut-turut.
d. Nafas ringan.

8. Pencegahan Tuberculosis Paru


a. Mencegah dengan penjalankan pola hidup sehat, dengan cara:
1. Makan bergizi seimbang.
2. Istirahat yang cukup dan jangan tidur larut malam.
3. Tidak merokok.
4. Menjemur kasur atau alas tidur secara teratur agar tidak lembab.
5. Membuka jendela rumah waktu pagi hari hingga sore hari.
b. Mencegah penularan pada pasien TB Paru, denngan cara :
1) Bila batuk tutup mulut agar keluarga dan orang sekitar tidak tertular.
2) Jangan meludah di sembarang tempat.
3) Meludah dengan menggunakan tempolong atau kaleng yang tertutup
dan diisi air sabun atau lysol untuk menampung dahak.
4) Membuang tampungan dahak ke lubang WC atau tmbun di tempat yang
jauh dari keramaian.
c. Mencegah TB Paru pada anak, dengan cara :
1) Mencegah kontak antara anak dengan penderita TB yang menular.
2) Memberikan gizi yang cukup (terutama protein dan Fe yang cukup).
3) Vaksinasi BCG sebagai perlindungan bagi anak terhadap TB primer
serta komplikasi-komplikasinya dengan syarat bahwa vaksinasinya
baik, penyimpanan dan handlingnya baik, teknik penyuntikan baik dan
anak yang bersangkutan mempunyai respon imun seluler yang baik.
Lembar Pengesahan

Purwakarta, Desember 2019

Sasaran Pemberi Penyuluh

(................................) (...................................)

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

(..............................................)

Anda mungkin juga menyukai