Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa bukanlah sesuatu yang mudah untuk dijaga, dengan
tekanan kehidupan yang semakin berat untuk dihadapi. Seiring dengan
berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi semakin banyak pula
masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig
untuk mencapai kesejahteraan hidup. Dengan keadaan seperti ini yang akan
menuntut para individu untuk menyesuaikan (adaptasi). Tidak setiap individu
mampu beradaptasi dengan kemajuan, setiap individu mempunyai hambatan-
hambatan masing-masing. Dan masalah yang datang tanpa diiringi dengan
pemecahan-pemecahan masalah akan menimbulkan semacam ancaman bagi
perasaan individu yang dapat menimbulkan stres berkepanjangan bahkan
menyebabkan gangguan jiwa. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik
positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadian (WHO, 2007)
Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur,
ras, agama, maupun status sosial-ekonomi.Gangguan jiwa bukan disebabkan
oleh kelemahan pribadi.Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau
mitos yang salah mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa
gangguan jiwadisebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa
itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya.
Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya
karena pengidap gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan
tepat (Notosoedirjo, 2005).
Di indonesia sendiri prevalensi gangguan jiwa tertinggi terdapat di
provinsi Daerah Khusus Ibu Kota jakarta (24,3%), Diikuti Nagroe Aceh
Darusalam (18,5%), Sumatra Barat (17,7%), NTB (10,9%), Sumatra Selatan
(9,2%), dan Jawa Tengah (6,8%). (Depkes RI 2008). Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (2013) menunjukan prevalensi gangguan jiwa nasional
mencapai 5,6% dari jumlah penduduk. Berdasar data tersebut bisa

1
disimpulkan bahwa penderita gangguan jiwa di Indonesia setiap tahunya
selalu meningkat.
Data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 menunjukan 1,7
jiwa atau 1-2 orang dari 1.000 warga di Indonesia. Jumlah ini cukup besar,
artinya 50 juta atau sekitar 25 % dari jumlah penduduk indonesia mengalami
gangguan kesehatan jiwa dan provinsi Jawa Timur menunjukan angka 2,2
jiwa berdasarkan data jumlah penduduk Jawa Timur yaitu 38.005.413 jiwa,
maka dapat disimpulkan 83.612 jiwa yang mengalami gangguan jiwa di Jawa
Timur.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep dan asuhan keperawatan pada pasien jiwa dengan
perilaku kekerasan ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan tentang gangguan jiwa dengan perilaku
lekerasan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi pada gangguan jiwa dengan perilaku
kekerasan.
2. Untuk mengetahui Etiologi gangguan jiwa dengan perilaku
kekerasan.
3. Untuk mengtahui tanda gejala terjadinya perilaku kekerasan.
4. Untuk mengetahui klasifikasi gangguan jiwa dengan perilaku
kekerasan.
5. Untuk mengetahui pathosikologi gangguan jiwa dengan perilaku
kekerasan.
6. Untuk mengetahui strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada
gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

2
Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku
seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment) didalam satu atau lebih fungsi yang
penting dari manusia, yaitu fungsi psikologig, perilaku, biologig dan
gangguan itu tidak hanya terltak didalam hubungan antara orang itu tetapi
juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai
marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan
masih terkontrol (Yosep, 2007).
2.2 Etiologi
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan pada Pasien Gangguan
Jiwa.
A. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang
dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
1. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh
terhadap perilaku:
a) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls
agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus.
Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi
atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan
sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada
gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau
menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada
lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan,
kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.
Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik
terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat
otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.

3
b) Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight
atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang
respons terhadap stress.
c) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
d) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang
menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang
menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis,
dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2. Teori Psikologik
1. Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan
tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah.
Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise
yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam
kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan
merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
2. Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,
biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru
karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau
jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak
memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap
perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang
dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan
orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak
atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka

4
dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku
kekerasan setelah dewasa.
3. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan
struktur sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang
secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk
menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada
perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa
kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara
konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut
dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial
dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.

B. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat
dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap
perkembangan keluarga.

2.3 Tanda dan gejala perilaku kekerasan

5
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
1. Fisik
a) Muka merah dan tegang
b) Mata melotot/ pandangan tajam
c) Tangan mengepal
d) Rahang mengatup
e) Postur tubuh kaku
f) Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a) Bicara kasar
b) Suara tinggi, membentak atau berteriak
c) Mengancam secara verbal atau fisik
d) Mengumpat dengan kata-kata kotor
e) Suara keras
f) Ketus
3. Perilaku
a) Melempar atau memukul benda/orang lain
b) Menyerang orang lain
c) Melukai diri sendiri/orang lain
d) Merusak lingkungan
e) Amuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

2.4 Rentang Respon Marah

6
Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif,
seperti rentang respon kemarahan di bawah ini (Yosep, 2007).
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk / PK

1. Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau
diungkapkan tanpa menyakiti orang lain, akan memberi kelegaan pada
individu dan tidak akan menimbulkan masalah.
2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena
yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
Dalam keadaan ini tidak ditemukan alternatif lain. Selanjutnya individu
merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan dan terlihat pasif.
3. Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya,
klientampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena rendah diri dan
merasa kurang mampu.
4. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan
untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol, perilaku
yang tampak dapat berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar
disertai kekerasan.
5. Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan
kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri orang lain dan
lingkungan.

2.5 Proses terjadinya marah


Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari – hari yang
harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan
yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam, kecemasan
dapat menimbulkan kemarahan.
Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu : 1)
Mengungkapkan secara verbal, 2) Menekan, 3) Menantang. Dari ketiga cara
ini, cara yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara lain adalah
destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa

7
bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus – menerus, maka kemarahan dapat
diekspresikan pada diri sendiri atau lingkungan dan akan tampak sebagai
depresi psikomatik atau agresi dan ngamuk.

Skema 2.1 Proses terjadinya marah (Yosep, 2007)

Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal


atau eksternal. Stressor internal seperti penyakit hormonal, dendam, kesal
sedangkan stressor eksternal bisa berasal dari ledekan, cacian, makian,
hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana dan sebagainya. Hal
tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau gangguan pada sistem individu
(Disruption & Loss). Hal yang terpenting adalah bagaimana seorang individu
memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau menjengkelkan tersebut
(Personal meaning).
Bila seseorang memberi makna positif, misalnya : macet adalah waktu
untuk istirahat, penyakit adalah sarana penggugur dosa, suasana bising adalah
melatih persyarafan telinga (nervus auditorius) maka ia akan dapat melakukan
kegiatan secara positif (Compensatory act) dan tercapai perasaan lega
(Resolution). Bila ia gagal dalam memberikan makna menganggap segala

8
sesuatunya sebagai ancaman dan tidak mampu melakukan kegiatan positif
(olah raga, menyapu atau baca puisi saat dia marah dan sebagainya) maka akan
muncul perasaan tidak berdaya dan sengsara (Helplessness). Perasaan itu akan
memicu timbulnya kemarahan (Anger). Kemarahan yang diekpresikan keluar
(Expressed outward) dengan kegiatan yang konstruktif (Contruktive action)
dapat menyelesaikan masalah. Kemarahan yang diekpresikan keluar
(Expressed outward) dengan kegiatan yang destruktif (Destruktive action)
dapat menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal (Guilt). Kemarahan yang
dipendam (Expressed inward) akan menimbulkan gejala psikosomatis (Poinful
symptom) (Yosep, 2007).

2.6 Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Risiko perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan

2.7 Pengobatan Medik


A. Farmakoterapi

1) Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)


2) Obat anti depresi, amitriptyline
3) Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
4) Obat anti insomnia, phneobarbital

B. Terapi modalitas

1) Terapi keluarga

9
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian:

a. BHSP
b. Jangan memancing emosi klien
c. Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga
d. Memberikan kesempatan pada klien dalam mengemukakan
pendapat
e. Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang
dialami
f. Mendengarkan keluhan klien
g. Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien
h. Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan
klien
i. Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonis
j. Jika terjadi PK yang dilakukan adalah:

- Bawa klien ketempat yang tenang dan aman

- Hindari benda tajam

- Lakukan fiksasi sementara

- Rujuk ke pelayanan kesehatan

2) Terapi kelompok

Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan social


atau aktivitas lai dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran klien karena masalah sebagian orang merupakan perasaan dan
tingkah laku pada orang lain.

3) Terapi musik

Dengan music klien terhibur, rilek dan bermain untuk


mengembalikan kesadaran klien.

10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

I. IDENTITAS KLIEN

Nama :

Umur :

Alamat :

Pendidikan :

Agama :

Status :

Pekerjaan :

Jenis Kel. :

No RM :

Ruang :

Tanggal dirawat :

Tanggal pengkajian :

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer
Biasanya pasien dengan resiko perilaku kekerasan mengatakan
kalau mengingat masalahnya ingin marah dan membanting barang
disekitarnya .

11
b. Data sekunder
Biasanya pasien dengan resiko bunuh diri terlihat murung, dan ada
bekas percobaan bunuh diri .

c. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG dan FAKTOR PRESIPITASI


1) Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom
bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah
meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran
urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti
meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang
terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini
disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
2) Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,
jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk,
bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
3) Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui
proses intelektual, peran panca indra sangat penting untuk
beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam
proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu
mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan,
bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
4) Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan
ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang
lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik
tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati
dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai
suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri,
menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
5) Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu
dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang

12
dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan
dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji
individu secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi,
intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat
dilukiskan sebagai berikut :
Aspek fisik terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas
pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat,
tekanan darah meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman,
dendam, jengkel. aspek intelektual : mendominasi, bawel,
sarkasme, berdebat, meremehkan. aspek sosial : menarik diri,
penolakan, kekerasan, ejekan, humor.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
 Ya
 Tidak
Jika Ya, Jelaskan

2. Pengobatan sebelumnya
 Berhasil
 Kurangberhasil
 Tidakberhasil
Jelaskan:

3. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang)


 Ya
 Tidak
Jika ya Jelaskan

b. Pernah ada riwayat NAPZA

 Narkotika
 Penyalahgunaan Psikotropika
 Zat aditif : kafein, nikotin, alkohol
 Dll

13
c. Riwayat Trauma

Usia Pelaku Korban Saksi

1. Aniayafisik ………… ………… …………


…………
2. Aniayaseksual ………… ………… …………
…………
3. Penolakan ………… ………… …………
…………
4. Kekerasan dalam keluarga ………… ………… …………
…………
5. Tindakan kriminal ………… ………… …………
…………
6. Usaha Bunuh diri ………… ………… …………
……….
Jelaskan:

Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
 Perubahanpertumbuhandanperkembangan  Resikotinggikekerasan
 Berdukaantisipasi  Ketidakefektifan penatalaksanaan
 Berdukadisfungsional regiment terapeutik
 Responpaska trauma  Resti Suicide
 Sindroma trauma perkosaan  Koping Individu inefektif
 Koping Keluarga inefektif

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan (peristiwa


kegagalan, kematian, perpisahan )
Bila Ya jelaskan:

Masalah/ DiagnosaKeperawatan :

 Perubahan pertumbuhan dan  Respon paska trauma

14
perkembangan  Sindroma trauma
 Berdukaantisipasi perkosaan
 Berdukadisfungsional  Lain-lain,
jelaskan ..................

5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


1. Anggota keluarga yang gangguan
jiwa ?
 Ada
 Tidak
Kalau ada :

Hubungan keluarga :

Gejala :

Riwayat pengobatan :

Masalah / Diagnosa Keperawatan:

 Koping keluarga tidak efektif :


ketidakmampuan
 Koping keluarga tidak efektif :
kompromi
 Resiko tinggi kekerasan
 Lain-lain, jelaskan ..................

IV. PEMERIKSAAAN FISIK


Tanggal :

1. Keadaan umum :
2. Tanda vital:
TD: …….mm/Hg

15
N:……..x/m

S…….

P……..x/m

3. Ukur: BB …….kg TB…….cm


 Turun
 Naik
4. Keluhan fisik:
 Nyeri : Ringan (1,2,3),Sedang(4,5,6), Berat terkontrol (7 8 9),
Berat tidak terkontrol (10) (Standar JCI)
Ya :

P=

Q=

R=

S=

T=

Tidak

 Keluhan lain
 Tidak ada keluhan
Jelaskan:

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Risiko tinggi perubahan suhutubuh  PerubahanNutrisi:


 Defisit Volume Cairan
LebihdarikebutuhanTubuh
 Kelebihan Volume Cairan
 KerusakanMenelan
 ResikoTinggiterhdapInfeksi
 PerubahanEliminasifaeses
 RisikoTinggiterhadapTransmisiInfeksi
 PerubahanEliminasi urine

16
 PerubahanNutrisi:  Kerusakanintegritaskulit
 Lain-lain, jelaskan...........
KurangdarikebutuhanTubuh

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram:

Keterangan Gambar :

: Laki-laki

: Perempuan

17
: klien

Jelaskan:

Ayah klien mempunyai 2 anak laki-laki

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Kopingkeluargatidakefektif :  Lain-lain,
ketidakmampuan jelaskan...........
 Kopingkeluargatidakefektif :
kompromi
 Kopingkeluarga :
potensialuntukpertumbuhan

2. KonsepDiri
a. Citra tubuh
Pandangan individu terhadap tubuhnya, disadari atau tidak disadari.
Termasuk persepsi dan perasaan masa lalu dan sekarang, tentang ukuran
tubuh, fungsi, penampilan dan potensi. Pandangan ini terus berubah oleh
pengalaman dan persepsi baru. Citra tubuh yang diterima secara realistis
akan meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam
menjalani kehidupan. Biasanya klien menyukai seluruh anggota tubuhnya.

b. Identitas
Pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.

c. Peran
Serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial.

18
d. Ideal diri
Persepsi individu tentang bagaimana seharusnya ia berperilaku
berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu.

e. Harga diri
Penilaiain pasien terhadap dirinya jelek ,klien tampak kotor, tidak rapi,
duduk menyendiri, tatapan mata kosong, lebih sering
menunduk,ekspresi wajah sedih, tidak mau bertemu dengan orang
lain,klien mengatakan dirinya bodoh, tidak bisa apa-apa, klien
mengatakan dirinya tidak berguna

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Pengabaian unilateral  Harga diri rendah


 Gangguan citra tubuh kronis
 Gangguan identitas pribadi  Harga diri rendah
situasional
 Lain-lain,
jelaskan..........

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Kerusakan komunikasi  Isolasi sosial


 Kerusakan komunikasi verbal  Lain-lain, jelaskan..........
 Kerusakan interaksi sosial

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan

19
b. Kegiatan ibadah
Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 Distress spiritual
 Lain-lain, jelaskan

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
 Tidak rapi
 Penggunaan pakaian tidak sesuai
Jelaskan
Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 Sindroma defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias, toileting,


instrumentasi)
 Defisit perawatan diri (makan, mandi, berhias, toileting, instrumentasi)
 Lain-lain, jelaskan..........

2. Pembicaraan
 Cepat
 Keras
 Gagap
 Apatis
 Lambat
 Membisu
 Tidak mampu memulai pembicaraan
 Lain-lain………..
Jelaskan:

(sesuai data fokus)

Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 Kerusakan komunikasi
 Kerusakan komunikasi verbal

20
 Lain-lain, jelaskan..........

3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :

 Hipokinesia,hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitasserea
Jelaskan:

Peningkatan :
 Hiperkinesia,hiperaktifitas  Grimace
 Gagap  Otomatisma
 Stereotipi  Negativisme
 GaduhGelisahKatatonik  Reaksikonversi
 Mannarism  Tremor
 Katapleksi  Verbigerasi
 Tik  Berjalankaku/rigid
 Ekhopraxia  Kompulsif :sebutkan
 Command automatism
Jelaskan:

Masalah/ Diagnosa Keperawatan :

 Risiko tinggi cidera  Defisit aktivitas deversional /


 Kerusakan mobilitas fisik hiburan
 Perilaku kekerasan  Intoleransi aktivitas
 Resiko tinggi kekerasan
 Lain-lain, jelaskan..........

4. Afek dan Emosi


Pertanyaan :
Bagaimana perasaan anda akhir akhir ini ?

21
Jika tidak ada respon, lanjutkan dengan pertanyaan : Bagaimana perasaan
anda senang apa sedih?

Jika pasien tampak sedih, tanyakan : bagaimana sedihnya? Dapatkah anda


menceritakannya?

Jika pasien menunjukkan gambaran depresi , lanjutkan dengan


pertanyaan:

Bagaimana dengan masa depanmu?Apakah anda benar benar tidak punya


harapan?

Jika “ya” Lanjutkan dengan : Bukankah hidup ini berharga?

Lanjutkan dengan pertanyaan : adalah keininginan untuk bunuh diri.

a. Afek

 Adekuat
 Tumpul
 Dangkal/datar
 Inadekuat
 Labil
 Ambivalensi
Jelaskan:

Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 Risiko tinggi cidera  Kerusakan interaksi sosial


 Kerusakan komunikasi  Isolasi sosial
 Kerusakan komunikasi verbal  Lain-lain, jelaskan..........

b. Emosi

 MerasaKesepian
 Apatis

22
 Marah
 Anhedonia
 Eforia
 Cemas (ringan,sedang,berat,panic)
 sedih
 Depresi
 Keinginan bunuh diri
Jelaskan:

Masalah / Diagnosa Keperawatan

 Risiko tinggi cidera  Risiko bunuh diri


 Ansietas, (jelaskan :  Risiko diri
ringan/sedang/berat) penganiayaan diri
 Ketakutan  Risiko tinggi mutilasi
 Isolasi sosial diri
 Ketidakberdayaan  Lain-lain, jelaskan..........

5. Interaksi selama wawancara


 Bermusuhan
 Tidak kooperatif
 Mudah tersinggung
 Kontak mata kurang
 Defensif
 Curiga
Jelaskan:
Masalah / Diagnosa Keperawatan :

 Kerusakan komunikasi  Risiko tinggi kekerasan


 Kerusakan interaksi sosial  Risiko tinggi
 Isolasi sosial penganiayaaan diri
 Risiko membahayakan diri  Risiko tinggi mutilasi diri
 Lain-lain, jelaskan..........

23
6. Persepsi – Sensorik
Pertanyaan pada pasien :
Apakah anda sering mendengar suara saat tidak ada orang atau saat tidak
ada orang yang berbicara?
ATAU : Apakah anda mendengar suara orang yang tidak dapat anda lihat.
Jika : ‘ya”
Apakah itu benar benar suara yang datng dari luar kepala anda atau dalam
pikiran anda.
Apa yang dikatakan oleh suara itu?
Berikan contohnya, apa yang anda denar hari ini atau kemarin

Halusinasi

 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
Ilusi

 Ada
 Tidak ada
Depersonalisasi

 Ada
 Tidak ada
Derealisasi

 Ada
 Tidakada
Jelaskan:
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
 Gangguan persepsi sensori : halusinasi........... (pendengaran,
penglihatan, perabaan , pengecapan, penciuman)
 Lain-lain, jelaskan..........

7. Proses Pikir

24
Pertanyaan :

1. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang atau suatu kekuatan di luar


anda memasukkan buah pikiran yang bukan milik anda ke dalam
pikiran anda, atau menyebabkan anda bertindak tidak seperti biasanya
?
2. Pernahkan anda percaya bahwa anda sedang dikirimi pesan khusus
melalui TV, radio atau koran, atau bahwa ada seseorang yang tidak
anda kenal secara pribdai tertarik pada anda?

3. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang membaca pikiran


anda atau bisa mendengar pikiran anda atau bahkan anda bisa
membaca atau mendengar apa yang sedang dipikirkan oleh orang
lain ?
4. Pernahkah anda percaya bahwa seseorang sedang memata matai anda,
atau seseorang telah berkomplot melawan anda atau menciderai
anda ?
5. Apakah keluarga atau teman anda pernah menganggap keyakinan
anda aneh atu tidak lazim ?

a. Arus Pikir :
 Koheren
 Inkoheren
 Sirkum stansial
 Neologisme
 Tangensial
 Logorea
 Kehilangan asosiasi
 Bicara lambat
 Flight of idea
 Bicara cepat

25
 Irrelevansi
 Main kata-kata
 Blocking
 Pengulangan Pembicaraan/perseverasi
 Afasia
 Asosiasi bunyi
Jelaskan:

Masalah / Diagnosa Keperawatan:

 Gangguan proses pikir : (jelaskan)


 Lain-lain, jelaskan..........

b. Isi Pikir
 Obsesif
 Ekstasi
 Fantasi
 Alienasi
 Pikiran Bunuh Diri
 Preokupasi
 Pikiran Isolasisosial
 Ide yang terkait
 Pikiran Rendah diri
 Pesimisme
 Pikiran magis
 Pikiran curiga
 Fobia, sebutkan:
 Waham:
 Agama
 Somatik/hipokondria
 Kebesaran
 Kejar / curiga
 Nihilistik

26
 Dosa
 Sisip pikir
 Siar piker
 Kontrol pikir

Jelaskan:

Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 Gangguan proses pikir : (jelaskan)


 Lain-lain, jelaskan

8. Kesadaran
 Menurun:
 Compos mentis
 Sopor
 Apatis/sedasi
 Subkoma
 Somnolensia
 Koma
 Meninggi
 Hipnosa
 Disosia:
 Gangguan perhatian
Jelaskan:

Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 Risiko tinggi cidera  Lain-lain, jelaskan


 Gangguan proses pikir, (jelaskan)

9. Orientasi
 Waktu
 Tempat

27
 Orang
Jelaskan:

Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 Risiko tinggi cidera  Lain-lain, jelaskan


 Gangguan proses pikir, .....
(jelaskan)
10. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang ( > 1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka pendek ( 1 hari – 1 bulan)
 Gangguan daya ingat saat ini ( < 24 jam)
 Amnesia
 Paramnesia:
 Konfabulasi
 Dejavu
 Jamaisvu
 Fause reconnaissance
 hiperamnesia
Jelaskan:

Masalah / DiagnosaKeperawatan :
 Gangguan proses pikir : (jelaskan)
 Lain-lain, jelaskan

11. Tingkat konsentrasi dan berhitung


 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi
 Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
 Gangguan proses pikir : (jelaskan)
 Isolasi sosial

28
 Lain-lain, jelaskan

12. Kemampuan penilaian


 Gangguan ringan
 Gangguanbermakna
Jelaskan:
Sesuai data fokus
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
 Gangguan proses pikir : (jelaskan)

13. Daya tilik diri


 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan:
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
 Gangguan proses pikir : (jelaskan)
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
 Mandiri
 Bantuan Minimal
 Bantuan total
Jelaskan:

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh


 Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh
 Perubahan nutrisi : potensial lebih dari kebutuhan tubuh
 Lain-lain, jelaskan ..........................

2. BAB/BAK
 Mandiri
 Bantuan minimal

29
 Bantuan total
Jelaska:

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Perubahan eliminasi fases


 Perubahan eliminasi urin
 Defisit perawatan diri : (makan, mandi, berhias, toiletting,
instrumentasi)
 Lain-lain, jelaskan

3. Mandi
 Mandiri
 Bantuan minimal
 Bantuan total
4. sikat gigi
 Mandiri
 Bantuan minimal
 Bantuan total
5. keramas
 Mandiri
 Bantuan minimal
 Bantuan total
Jelaskan

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Defisit perawatan diri : (makan, mandi, berhias, toiletting,


instrumentasi)
 Lain-lain, jelaskan

6. Berpakaian/berhias
 Mandiri
 Bantuan Minimal

30
 Bantuan total
Jelaskan

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Defisit perawatan diri : .... (makan, mandi, berhias, toiletting, instrumentasi)


 Lain-lain, jelaskan

7. Istirahat dan tidur


 Tidur Siang, Lama : ____________ s/d _____________
 TidurMalam, Lama : _____________ s/d _____________
 Aktifitassebelum/sesudahtidur : __________ , _________
Jelaskan:

Masalah / Diagnosa Keperawatan :

 Gangguan pola tidur


 Lain-lain, jelaskan

8. Penggunaan obat
 Bantuan Minimal
 Bantuan total
Jelaskan

Masalah / DiagnosaKeperawatan :

 Perubahan pemeliharaan kesehatan


 Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik
 Ketidakpatuhan
 Lain-lain, jelaskan

9. Pemeliharaan kesehatan

31
Ya Tidak

Perawatan Lanjutan

Sistem pendukung Ya Tidak

Keluarga

Terapis

Teman sejawat

Kelompok sosial

Jelaskan :

Masalah/ Diagnosa Keperawatan :

 Perilaku mencari bantuan kesehatan


 Lain-lain, jelaskan

10. Aktifitas dalam rumah


Ya Tidak

Mempersiapkan makanan

Menjaga kerapihan rumah

Mencuci Pakaian

Pengaturan keuangan

11. Aktifitas di luarrumah


Ya Tidak

Belanja

Transportasi

Lain-lain

Jelaskan :

32
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :

 Perubahan pemeliharaan kesehatan


 Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah
 Lain-lain, jelaskan

VIII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif

 Bicara dengan orang lain  Minum alkhohol


 Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berlebihan
 Teknik relaksasi  Bekerja berlebihan
 Aktifitas konstruktif  Menghindar
 Olah raga  Menciderai diri
 Lain-lain…………….  Lain-lain…………..
Jelaskan :

Sesuai data fokus

Masalah/ Diagnosa Keperawatan :

 Kegiatan penyesuaian
 Koping individu tidak efektif
 Koping individu tidak efektif (koping defensif)
 Koping individu tidak efektif (menyangkal)
 Lain-lain, jelaskan
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
 Masalah lainnya, spesifiknya

33
Masalah/ Diagnosa Keperawatan :

 Perubahan pemeliharan kesehatan  Enuresis maturasi


 Perubahan pada eliminasi urine  Ketidak berdayaan
 Gangguan konsep diri (Gangguan citra tubuh)  Keputus asaan
 Gangguan konsep diri (Gangguan identitas  Perubahan kinerja
pribadi) peran
 Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri)  Sindrom stres
 Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri relokasi
rendah kronis)  Lain-lain,
 Gangguan konsep diri (Gangguan harga diri jelaskan......
rendah situasional
 Perilaku mencari bantuan kesehatan

X. ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal?

 Penyakit/gangguan jiwa
 Sistem pendukung
 Faktor presipitasi
 Mekanisme koping
 Penyakit fisik
 Obat-obatan
 Lain-lain, jelaskan
Jelaskan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan:

 Perilaku mencari bantuan kesehatan


 Ketidakefektifan penatalaksanaan regiment terapeutik
 Kurang pengetahuan (tentang )

XI. ASPEK MEDIS


Diagnosis medik : Axis 1 : F. 20,13

34
Axis 2 : Kepribadian : Introvert

Axis 3 : -

Axis 4 : Pasien pengangguran

Axis 5 : 20-30

Terapi medik :

3.2 ANALISA DATA

MASALAH /
NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN

1. DS: Klien mengatakan benci atau kesal perilaku kekerasan


pada seseorang. Klien suka membentak terhadap orang lain
dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau
marah.

DO: Mata merah, wajah agak merah, nada


suara tinggi dan keras,pandangan tajam.

2. DS: Klien mengatakan benci atau kesal Risiko tinggi mencederai


pada seseorang. Klien suka membentak orang lain
dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau
marah.

DO: Mata merah, wajah agak merah, nada

35
suara tinggi dan keras,pandangan tajam.

3.3 DAFTAR MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perilaku kekerasan
2. Risiko tinggi mencederai orang lain

3.4 POHON MASALAH

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Risiko perilaku kekerasan

Perilaku Kekerasan

3.5 PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


Perilaku kekerasan

36
3.6 INTERVENSI

KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Nama Klien : ……………… DX Medis : ………..

No. CM : ……………… Ruangan : …………..

No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Risiko Perilaku TUM: Klien dapat


Kekerasan mengontrol
perilaku kekerasan

37
TUK:

1. Klien dapat 1. Setelah … X 1. Bina hubungan


membina pertemuan klien saling percaya
hubungan menunjukkan tanda- dengan:
saling percaya tanda percaya kepada  Beri salam
perawat: setiap
o Wajah cerah, berinteraksi.
tersenyum  Perkenalkan
o Mau berkenalan nama, nama
o Ada kontak mata panggilan

o Bersedia perawat dan

menceritakan tujuan perawat

perasaan berinteraksi
 Tanyakan dan
panggil nama
kesukaan klien
 Tunjukkan
sikap empati,
jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi
 Tanyakan
perasaan klien
dan masalah
yang dihadapi
klien
 Buat kontrak
interaksi yang
jelas
 Dengarkan
dengan penuh

38
perhatian
ungkapan
perasaan klien
2. Klien dapat 2. Setelah … X pertemuan 2. Bantu klien
mengidentifikas klien menceritakan mengungkapkan
i penyebab penyebab perilaku perasaan
perilaku kekerasan yang marahnya:
kekerasan yang dilakukannya:  Motivasi klien
dilakukannya untuk
o Menceritakan
menceritakan
penyebab perasaan
penyebab rasa
jengkel/kesal baik
kesal atau
dari diri sendiri
jengkelnya
maupun
 Dengarkan
lingkungannya
tanpa menyela
atau memberi
penilaian setiap
ungkapan
perasaan klien

3. Klien dapat 3. Setelah … X pertemuan 3. Bantu klien


mengidentifikas klien menceritakan mengungkapkan
i tanda-tanda tanda-tanda saat terjadi tanda-tanda
perilaku perilaku kekerasan perilaku kekerasan
kekerasan yang dialaminya:
o Tanda fisik : mata
merah, tangan  Motivasi klien
mengepal, ekspresi menceritakan
tegang, dan lain- kondisi fisik
lain. (tanda-tanda
o Tanda emosional : fisik) saat
perasaan marah, perilaku
jengkel, bicara kekerasan

39
kasar. terjadi
o Tanda sosial :  Motivasi klien
bermusuhan yang menceritakan
dialami saat terjadi kondisi
perilaku emosinya
kekerasan. (tanda-tanda
emosional) saat
terjadi perilaku
kekerasan
 Motivasi klien
menceritakan
kondisi
hubungan
dengan orang
lain (tanda-
tanda sosial)
saat terjadi
perilaku
kekerasan
4. Klien dapat 4. Setelah … X pertemuan 4. Diskusikan dengan
mengidentifikas klien menjelaskan: klien perilaku
i jenis perilaku kekerasan yang
o Jenis-jenis
kekerasan yang dilakukannya
ekspresi
pernah selama ini:
kemarahan yang
dilakukannya
selama ini telah  Motivasi klien
dilakukannya menceritakan
o Perasaannya saat jenis-jenis
melakukan tindak
kekerasan kekerasan yang
o Efektivitas cara selama ini
yang dipakai pernah
dalam dilakukannya.

40
menyelesaikan  Motivasi klien
masalah menceritakan
perasaan klien
setelah tindak
kekerasan
tersebut terjadi
 Diskusikan
apakah dengan
tindak
kekerasan yang
dilakukannya
masalah yang
dialami
teratasi.
5. Klien dapat 5. Setelah … X pertemuan 5. Diskusikan dengan
mengidentifikas klien menjelaskan klien akibat negatif
i akibat perilaku akibat tindak kekerasan (kerugian) cara
kekerasan yang dilakukannya yang dilakukan
pada:
o Diri sendiri : luka,
dijauhi teman, dll  Diri sendiri
o Orang  Orang
lain/keluarga : lain/keluarga
luka, tersinggung,  Lingkungan
ketakutan, dll
o Lingkungan :
barang atau benda
rusak dll
6. Klien dapat 6. Setelah … X 6. Diskusikan dengan
mengidentifikas pertemuan klien : klien:
i cara
o Menjelaskan cara-  Apakah klien
konstruktif
cara sehat mau
dalam
mengungkapkan mempelajari

41
mengungkapka marah cara baru
n kemarahan mengungkapka
n marah yang
sehat
 Jelaskan
berbagai
alternatif
pilihan untuk
mengungkapka
n marah selain
perilaku
kekerasan yang
diketahui klien.
 Jelaskan cara-
cara sehat
untuk
mengungkapka
n marah:
 Cara fisik:
nafas
dalam,
pukul
bantal atau
kasur, olah
raga.
 Verbal:
mengungka
pkan bahwa
dirinya
sedang
kesal
kepada

42
orang lain.
 Sosial:
latihan
asertif
dengan
orang lain.
 Spiritual:
sembahyan
g/doa, zikir,
meditasi,
dsb sesuai
keyakinan
agamanya
masing-
masing
7. Klien dapat 7. Setelah … X pertemuan 7. 1. Diskusikan cara
mendemonstrasi klien memperagakan yang mungkin
kan cara cara mengontrol dipilih dan
mengontrol perilaku kekerasan: anjurkan klien
perilaku memilih cara
o Fisik: tarik nafas
kekerasan yang mungkin
dalam, memukul
untuk
bantal/kasur
mengungkapkan
o Verbal:
kemarahan.
mengungkapkan
perasaan 7.2. Latih klien
kesal/jengkel pada memperagakan
orang lain tanpa cara yang dipilih:
menyakiti
 Peragakan cara
o Spiritual:
melaksanakan
zikir/doa, meditasi
cara yang
sesuai agamanya
dipilih.
 Jelaskan

43
manfaat cara
tersebut
 Anjurkan klien
menirukan
peragaan yang
sudah
dilakukan.
 Beri penguatan
pada klien,
perbaiki cara
yang masih
belum
sempurna
7.3. Anjurkan klien
menggunakan
cara yang sudah
dilatih saat
marah/jengkel

8. Klien mendapat 8. Setelah … X pertemuan 8.1. Diskusikan


dukungan keluarga: pentingnya peran
keluarga untuk serta keluarga
o Menjelaskan cara
mengontrol sebagai
merawat klien
perilaku pendukung klien
dengan perilaku
kekerasan untuk mengatasi
kekerasan
perilaku
o Mengungkapkan
kekerasan.
rasa puas dalam
merawat klien 8.2. Diskusikan
potensi keluarga
untuk membantu
klien mengatasi
perilaku

44
kekerasan

8.3. Jelaskan
pengertian,
penyebab, akibat
dan cara merawat
klien perilaku
kekerasan yang
dapat
dilaksanakan
oleh keluarga.

8.4. Peragakan cara


merawat klien
(menangani
perilaku
kekerasan)

8.5.Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan
ulang

8.6. Beri pujian


kepada keluarga
setelah peragaan

8.7. Tanyakan
perasaan
keluarga setelah
mencoba cara
yang dilatihkan

9. Klien 9.1. Setelah ...X 9.1. Jelaskan manfaat

45
menggunakan pertemuan klien menggunakan
obat sesuai menjelaskan: obat secara
program yang teratur dan
o Manfaat minum
telah ditetapkan kerugian jika
obat
tidak
o Kerugian tidak
menggunakan
minum obat
obat
o Nama obat
o Bentuk dan warna 9.2. Jelaskan kepada
obat klien:

o Dosis yang  Jenis obat


diberikan (nama, warna
kepadanya dan bentuk
o Waktu pemakaian obat)
o Cara pemakaian  Dosis yang
o Efek yang tepat untuk
dirasakan klien
9.2. Setelah … X  Waktu
pertemuan klien pemakaian
menggunakan obat  Cara
sesuai program pemakaian
 Efek yang akan
dirasakan klien
9.3. Anjurkan klien:

 Minta dan
menggunakan
obat tepat
waktu
 Lapor ke
perawat/dokter
jika mengalami
efek yang tidak

46
biasa
 Beri pujian
terhadap
kedisiplinan
klien
menggunakan
obat.

3.7 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan
Keperawatan, implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan.

SP I a) Membina hubungan saling percaya


b) Mendiskusikan bersama klien penyebab
c) perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
d) Mendiskusikan perasaan klien jika terjadi
penyebab perilaku kekerasan

SP II a) Mendiskusikan bersama klien akibat perilakunya


b) Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan
secara fisik

SP III a. Membantu pasien latihan mengendalikan


perilaku kekerasan secara sosial/verbal
b. Melatihan mengungkapkan rasa marah secara
verbal
c. Mengungkapkan perasaan dengan baik
d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan marah
secara verbal
SP IV a. Membantu klien latihan mengendalikan perilaku
kekerasan secara spiritual
SP V a. Membantu klien latihan mengendalikan PK

47
dengan obat disertai penjelasan guna minum obat
dan akibat berhenti minum obat,
b. Menyusun jadwal minum obat secara teratur

SP VI keluarga a. Membantu keluarga merawat klien saat dirumah

SP VII a. Membantu keluarga membuat jadwal klien


aktivitas dirumah termasuk minum obat

SP VIII a. Mendiskusikan sumber rujukan yang bisa


dijangkau oleh keluarga

3.8 EVALUASI KEPERAWATAN


Menurut Setiadi, (2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematis dan terencaan tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan
klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut.
1. Kartu SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan
perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi
dan pengkajian ulang.
2. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai
penilaian diagnosis keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER
S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali
pada klien yang afasia.
O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi
perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpanan fungsi fisik,
tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.
A (Analisis/assessment) : masalah dan diagnosis keperawatan klien
yang dianalisis/dikaji dari data subjektif dan data objektif. Karena
status klien selalu berubah yang mengakibatkan informasi/data perlu
pembaharuan, proses analisis/assessment bersifat diinamis. Oleh
karena itu sering memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan
perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.
(Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang

48
(hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki
keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujaun yang
spesifik dan periode yang telah ditentukan.
I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk
memecahkan atau menghilangkan masalah klien. Karena status klien
selalu berubah, intervensi harus dimodifikasi atau diubah sesuai
rencana yang telah ditetapkan.
E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan
analisis respons klien terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria
evaluasi tidak tercapai, harus dicari alternatif intervensiyang
memungkinkan kriteria tujuan tercapai.
R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama
diagnosis dan tujuan jika ada indikasi perubahan intervensi atau
pengobatan klien. Revisi proses asuhan keperawatan ini untuk
mencapai tujuan yang diharapkan dalam kerangka waktu yang telah
ditetapkan.
a. Perhatikan hari demi hari
b. Libatkan klien dalam mengevaluasi perilakunya
 Apakah ancaman bunuh diri sudah menghilang?
 Apakah perilaku menunjukkan kepedulian pada kegiatan
sehari-hari?
 Apakah sumber koping sudah dipakai semua?
 Apakah klien sudah dapat menggambarkan dirinya dengan
positif?
 Apakah sudah memakai koping positif?
 Apakah klien terlibat dalam aktivitas meningkatkan diri?
 Apakah klien sudah mendapatkan keyakinan untuk
pertumbuhan diri?

49
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku
seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment) didalam satu atau lebih fungsi yang
penting dari manusia, yaitu fungsi psikologig, perilaku, biologig dan
gangguan itu tidak hanya terltak didalam hubungan antara orang itu tetapi
juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).

4.2 Saran
1. Diharapkan perawat dan calon perawat mengerti tentang perawatan
pasien gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan.
2. Diharapkan masyarakat bisa membantu dalam pemulihan pada gangguan
jiwa.

50
51

Anda mungkin juga menyukai