PENDAHULUAN
1
disimpulkan bahwa penderita gangguan jiwa di Indonesia setiap tahunya
selalu meningkat.
Data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 menunjukan 1,7
jiwa atau 1-2 orang dari 1.000 warga di Indonesia. Jumlah ini cukup besar,
artinya 50 juta atau sekitar 25 % dari jumlah penduduk indonesia mengalami
gangguan kesehatan jiwa dan provinsi Jawa Timur menunjukan angka 2,2
jiwa berdasarkan data jumlah penduduk Jawa Timur yaitu 38.005.413 jiwa,
maka dapat disimpulkan 83.612 jiwa yang mengalami gangguan jiwa di Jawa
Timur.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep dan asuhan keperawatan pada pasien jiwa dengan
perilaku kekerasan ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan tentang gangguan jiwa dengan perilaku
lekerasan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi pada gangguan jiwa dengan perilaku
kekerasan.
2. Untuk mengetahui Etiologi gangguan jiwa dengan perilaku
kekerasan.
3. Untuk mengtahui tanda gejala terjadinya perilaku kekerasan.
4. Untuk mengetahui klasifikasi gangguan jiwa dengan perilaku
kekerasan.
5. Untuk mengetahui pathosikologi gangguan jiwa dengan perilaku
kekerasan.
6. Untuk mengetahui strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada
gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
2
Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku
seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment) didalam satu atau lebih fungsi yang
penting dari manusia, yaitu fungsi psikologig, perilaku, biologig dan
gangguan itu tidak hanya terltak didalam hubungan antara orang itu tetapi
juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai
marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan
masih terkontrol (Yosep, 2007).
2.2 Etiologi
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan pada Pasien Gangguan
Jiwa.
A. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang
dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:
1. Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh
terhadap perilaku:
a) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls
agresif: sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus.
Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi
atau menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan
sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori. Apabila ada
gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau
menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada
lobus frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan,
kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.
Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik
terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat
otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
3
b) Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight
atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang
respons terhadap stress.
c) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
d) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang
menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang
menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis,
dan epilepsy, khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2. Teori Psikologik
1. Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk
mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan
tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah.
Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise
yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam
kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan
merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
2. Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,
biasanya orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru
karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau
jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak
memiliki persepsi ideal tentang orang tua mereka selama tahap
perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan yang
dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan
orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak
atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka
4
dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku
kekerasan setelah dewasa.
3. Teori Sosiokultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan
struktur sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang
secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk
menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada
perilaku tindak kekerasan, apabila individu menyadari bahwa
kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara
konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut
dapat berisiko untuk perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial
dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup individu.
B. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng
sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat
dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap
perkembangan keluarga.
5
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
1. Fisik
a) Muka merah dan tegang
b) Mata melotot/ pandangan tajam
c) Tangan mengepal
d) Rahang mengatup
e) Postur tubuh kaku
f) Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a) Bicara kasar
b) Suara tinggi, membentak atau berteriak
c) Mengancam secara verbal atau fisik
d) Mengumpat dengan kata-kata kotor
e) Suara keras
f) Ketus
3. Perilaku
a) Melempar atau memukul benda/orang lain
b) Menyerang orang lain
c) Melukai diri sendiri/orang lain
d) Merusak lingkungan
e) Amuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
6
Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif maladaptif,
seperti rentang respon kemarahan di bawah ini (Yosep, 2007).
Adaptif Maladaptif
1. Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau
diungkapkan tanpa menyakiti orang lain, akan memberi kelegaan pada
individu dan tidak akan menimbulkan masalah.
2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena
yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
Dalam keadaan ini tidak ditemukan alternatif lain. Selanjutnya individu
merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan dan terlihat pasif.
3. Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya,
klientampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena rendah diri dan
merasa kurang mampu.
4. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan
untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontol, perilaku
yang tampak dapat berupa : muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar
disertai kekerasan.
5. Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan
kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri orang lain dan
lingkungan.
7
bermusuhan, dan bila cara ini dipakai terus – menerus, maka kemarahan dapat
diekspresikan pada diri sendiri atau lingkungan dan akan tampak sebagai
depresi psikomatik atau agresi dan ngamuk.
8
sesuatunya sebagai ancaman dan tidak mampu melakukan kegiatan positif
(olah raga, menyapu atau baca puisi saat dia marah dan sebagainya) maka akan
muncul perasaan tidak berdaya dan sengsara (Helplessness). Perasaan itu akan
memicu timbulnya kemarahan (Anger). Kemarahan yang diekpresikan keluar
(Expressed outward) dengan kegiatan yang konstruktif (Contruktive action)
dapat menyelesaikan masalah. Kemarahan yang diekpresikan keluar
(Expressed outward) dengan kegiatan yang destruktif (Destruktive action)
dapat menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal (Guilt). Kemarahan yang
dipendam (Expressed inward) akan menimbulkan gejala psikosomatis (Poinful
symptom) (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan
B. Terapi modalitas
1) Terapi keluarga
9
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian:
a. BHSP
b. Jangan memancing emosi klien
c. Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga
d. Memberikan kesempatan pada klien dalam mengemukakan
pendapat
e. Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang
dialami
f. Mendengarkan keluhan klien
g. Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien
h. Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan
klien
i. Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonis
j. Jika terjadi PK yang dilakukan adalah:
2) Terapi kelompok
3) Terapi musik
10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
Nama :
Umur :
Alamat :
Pendidikan :
Agama :
Status :
Pekerjaan :
Jenis Kel. :
No RM :
Ruang :
Tanggal dirawat :
Tanggal pengkajian :
11
b. Data sekunder
Biasanya pasien dengan resiko bunuh diri terlihat murung, dan ada
bekas percobaan bunuh diri .
12
dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan
dengan amoral dan rasa tidak berdosa.
Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji
individu secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi,
intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat
dilukiskan sebagai berikut :
Aspek fisik terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas
pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat,
tekanan darah meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman,
dendam, jengkel. aspek intelektual : mendominasi, bawel,
sarkasme, berdebat, meremehkan. aspek sosial : menarik diri,
penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil
Kurangberhasil
Tidakberhasil
Jelaskan:
Narkotika
Penyalahgunaan Psikotropika
Zat aditif : kafein, nikotin, alkohol
Dll
13
c. Riwayat Trauma
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
Perubahanpertumbuhandanperkembangan Resikotinggikekerasan
Berdukaantisipasi Ketidakefektifan penatalaksanaan
Berdukadisfungsional regiment terapeutik
Responpaska trauma Resti Suicide
Sindroma trauma perkosaan Koping Individu inefektif
Koping Keluarga inefektif
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
14
perkembangan Sindroma trauma
Berdukaantisipasi perkosaan
Berdukadisfungsional Lain-lain,
jelaskan ..................
Hubungan keluarga :
Gejala :
Riwayat pengobatan :
1. Keadaan umum :
2. Tanda vital:
TD: …….mm/Hg
15
N:……..x/m
S…….
P……..x/m
P=
Q=
R=
S=
T=
Tidak
Keluhan lain
Tidak ada keluhan
Jelaskan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
16
PerubahanNutrisi: Kerusakanintegritaskulit
Lain-lain, jelaskan...........
KurangdarikebutuhanTubuh
Keterangan Gambar :
: Laki-laki
: Perempuan
17
: klien
Jelaskan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Kopingkeluargatidakefektif : Lain-lain,
ketidakmampuan jelaskan...........
Kopingkeluargatidakefektif :
kompromi
Kopingkeluarga :
potensialuntukpertumbuhan
2. KonsepDiri
a. Citra tubuh
Pandangan individu terhadap tubuhnya, disadari atau tidak disadari.
Termasuk persepsi dan perasaan masa lalu dan sekarang, tentang ukuran
tubuh, fungsi, penampilan dan potensi. Pandangan ini terus berubah oleh
pengalaman dan persepsi baru. Citra tubuh yang diterima secara realistis
akan meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam
menjalani kehidupan. Biasanya klien menyukai seluruh anggota tubuhnya.
b. Identitas
Pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung jawab
terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.
c. Peran
Serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial
berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial.
18
d. Ideal diri
Persepsi individu tentang bagaimana seharusnya ia berperilaku
berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau nilai personal tertentu.
e. Harga diri
Penilaiain pasien terhadap dirinya jelek ,klien tampak kotor, tidak rapi,
duduk menyendiri, tatapan mata kosong, lebih sering
menunduk,ekspresi wajah sedih, tidak mau bertemu dengan orang
lain,klien mengatakan dirinya bodoh, tidak bisa apa-apa, klien
mengatakan dirinya tidak berguna
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/terdekat
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
19
b. Kegiatan ibadah
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
Distress spiritual
Lain-lain, jelaskan
2. Pembicaraan
Cepat
Keras
Gagap
Apatis
Lambat
Membisu
Tidak mampu memulai pembicaraan
Lain-lain………..
Jelaskan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
Kerusakan komunikasi
Kerusakan komunikasi verbal
20
Lain-lain, jelaskan..........
3. Aktifitas motorik/Psikomotor
Kelambatan :
Hipokinesia,hipoaktifitas
Katalepsi
Sub stupor katatonik
Fleksibilitasserea
Jelaskan:
Peningkatan :
Hiperkinesia,hiperaktifitas Grimace
Gagap Otomatisma
Stereotipi Negativisme
GaduhGelisahKatatonik Reaksikonversi
Mannarism Tremor
Katapleksi Verbigerasi
Tik Berjalankaku/rigid
Ekhopraxia Kompulsif :sebutkan
Command automatism
Jelaskan:
21
Jika tidak ada respon, lanjutkan dengan pertanyaan : Bagaimana perasaan
anda senang apa sedih?
a. Afek
Adekuat
Tumpul
Dangkal/datar
Inadekuat
Labil
Ambivalensi
Jelaskan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
b. Emosi
MerasaKesepian
Apatis
22
Marah
Anhedonia
Eforia
Cemas (ringan,sedang,berat,panic)
sedih
Depresi
Keinginan bunuh diri
Jelaskan:
23
6. Persepsi – Sensorik
Pertanyaan pada pasien :
Apakah anda sering mendengar suara saat tidak ada orang atau saat tidak
ada orang yang berbicara?
ATAU : Apakah anda mendengar suara orang yang tidak dapat anda lihat.
Jika : ‘ya”
Apakah itu benar benar suara yang datng dari luar kepala anda atau dalam
pikiran anda.
Apa yang dikatakan oleh suara itu?
Berikan contohnya, apa yang anda denar hari ini atau kemarin
Halusinasi
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penciuman
Ilusi
Ada
Tidak ada
Depersonalisasi
Ada
Tidak ada
Derealisasi
Ada
Tidakada
Jelaskan:
Masalah / Diagnosa Keperawatan :
Gangguan persepsi sensori : halusinasi........... (pendengaran,
penglihatan, perabaan , pengecapan, penciuman)
Lain-lain, jelaskan..........
7. Proses Pikir
24
Pertanyaan :
a. Arus Pikir :
Koheren
Inkoheren
Sirkum stansial
Neologisme
Tangensial
Logorea
Kehilangan asosiasi
Bicara lambat
Flight of idea
Bicara cepat
25
Irrelevansi
Main kata-kata
Blocking
Pengulangan Pembicaraan/perseverasi
Afasia
Asosiasi bunyi
Jelaskan:
b. Isi Pikir
Obsesif
Ekstasi
Fantasi
Alienasi
Pikiran Bunuh Diri
Preokupasi
Pikiran Isolasisosial
Ide yang terkait
Pikiran Rendah diri
Pesimisme
Pikiran magis
Pikiran curiga
Fobia, sebutkan:
Waham:
Agama
Somatik/hipokondria
Kebesaran
Kejar / curiga
Nihilistik
26
Dosa
Sisip pikir
Siar piker
Kontrol pikir
Jelaskan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
8. Kesadaran
Menurun:
Compos mentis
Sopor
Apatis/sedasi
Subkoma
Somnolensia
Koma
Meninggi
Hipnosa
Disosia:
Gangguan perhatian
Jelaskan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
9. Orientasi
Waktu
Tempat
27
Orang
Jelaskan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
Gangguan proses pikir : (jelaskan)
Lain-lain, jelaskan
28
Lain-lain, jelaskan
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
2. BAB/BAK
Mandiri
Bantuan minimal
29
Bantuan total
Jelaska:
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
3. Mandi
Mandiri
Bantuan minimal
Bantuan total
4. sikat gigi
Mandiri
Bantuan minimal
Bantuan total
5. keramas
Mandiri
Bantuan minimal
Bantuan total
Jelaskan
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
6. Berpakaian/berhias
Mandiri
Bantuan Minimal
30
Bantuan total
Jelaskan
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
8. Penggunaan obat
Bantuan Minimal
Bantuan total
Jelaskan
Masalah / DiagnosaKeperawatan :
9. Pemeliharaan kesehatan
31
Ya Tidak
Perawatan Lanjutan
Keluarga
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan :
Mempersiapkan makanan
Mencuci Pakaian
Pengaturan keuangan
Belanja
Transportasi
Lain-lain
Jelaskan :
32
Masalah/ DiagnosaKeperawatan :
Kegiatan penyesuaian
Koping individu tidak efektif
Koping individu tidak efektif (koping defensif)
Koping individu tidak efektif (menyangkal)
Lain-lain, jelaskan
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Masalah lainnya, spesifiknya
33
Masalah/ Diagnosa Keperawatan :
X. ASPEK PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal?
Penyakit/gangguan jiwa
Sistem pendukung
Faktor presipitasi
Mekanisme koping
Penyakit fisik
Obat-obatan
Lain-lain, jelaskan
Jelaskan:
Masalah / DiagnosaKeperawatan:
34
Axis 2 : Kepribadian : Introvert
Axis 3 : -
Axis 5 : 20-30
Terapi medik :
MASALAH /
NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
35
suara tinggi dan keras,pandangan tajam.
1. Perilaku kekerasan
2. Risiko tinggi mencederai orang lain
Perilaku Kekerasan
36
3.6 INTERVENSI
No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
37
TUK:
perasaan berinteraksi
Tanyakan dan
panggil nama
kesukaan klien
Tunjukkan
sikap empati,
jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi
Tanyakan
perasaan klien
dan masalah
yang dihadapi
klien
Buat kontrak
interaksi yang
jelas
Dengarkan
dengan penuh
38
perhatian
ungkapan
perasaan klien
2. Klien dapat 2. Setelah … X pertemuan 2. Bantu klien
mengidentifikas klien menceritakan mengungkapkan
i penyebab penyebab perilaku perasaan
perilaku kekerasan yang marahnya:
kekerasan yang dilakukannya: Motivasi klien
dilakukannya untuk
o Menceritakan
menceritakan
penyebab perasaan
penyebab rasa
jengkel/kesal baik
kesal atau
dari diri sendiri
jengkelnya
maupun
Dengarkan
lingkungannya
tanpa menyela
atau memberi
penilaian setiap
ungkapan
perasaan klien
39
kasar. terjadi
o Tanda sosial : Motivasi klien
bermusuhan yang menceritakan
dialami saat terjadi kondisi
perilaku emosinya
kekerasan. (tanda-tanda
emosional) saat
terjadi perilaku
kekerasan
Motivasi klien
menceritakan
kondisi
hubungan
dengan orang
lain (tanda-
tanda sosial)
saat terjadi
perilaku
kekerasan
4. Klien dapat 4. Setelah … X pertemuan 4. Diskusikan dengan
mengidentifikas klien menjelaskan: klien perilaku
i jenis perilaku kekerasan yang
o Jenis-jenis
kekerasan yang dilakukannya
ekspresi
pernah selama ini:
kemarahan yang
dilakukannya
selama ini telah Motivasi klien
dilakukannya menceritakan
o Perasaannya saat jenis-jenis
melakukan tindak
kekerasan kekerasan yang
o Efektivitas cara selama ini
yang dipakai pernah
dalam dilakukannya.
40
menyelesaikan Motivasi klien
masalah menceritakan
perasaan klien
setelah tindak
kekerasan
tersebut terjadi
Diskusikan
apakah dengan
tindak
kekerasan yang
dilakukannya
masalah yang
dialami
teratasi.
5. Klien dapat 5. Setelah … X pertemuan 5. Diskusikan dengan
mengidentifikas klien menjelaskan klien akibat negatif
i akibat perilaku akibat tindak kekerasan (kerugian) cara
kekerasan yang dilakukannya yang dilakukan
pada:
o Diri sendiri : luka,
dijauhi teman, dll Diri sendiri
o Orang Orang
lain/keluarga : lain/keluarga
luka, tersinggung, Lingkungan
ketakutan, dll
o Lingkungan :
barang atau benda
rusak dll
6. Klien dapat 6. Setelah … X 6. Diskusikan dengan
mengidentifikas pertemuan klien : klien:
i cara
o Menjelaskan cara- Apakah klien
konstruktif
cara sehat mau
dalam
mengungkapkan mempelajari
41
mengungkapka marah cara baru
n kemarahan mengungkapka
n marah yang
sehat
Jelaskan
berbagai
alternatif
pilihan untuk
mengungkapka
n marah selain
perilaku
kekerasan yang
diketahui klien.
Jelaskan cara-
cara sehat
untuk
mengungkapka
n marah:
Cara fisik:
nafas
dalam,
pukul
bantal atau
kasur, olah
raga.
Verbal:
mengungka
pkan bahwa
dirinya
sedang
kesal
kepada
42
orang lain.
Sosial:
latihan
asertif
dengan
orang lain.
Spiritual:
sembahyan
g/doa, zikir,
meditasi,
dsb sesuai
keyakinan
agamanya
masing-
masing
7. Klien dapat 7. Setelah … X pertemuan 7. 1. Diskusikan cara
mendemonstrasi klien memperagakan yang mungkin
kan cara cara mengontrol dipilih dan
mengontrol perilaku kekerasan: anjurkan klien
perilaku memilih cara
o Fisik: tarik nafas
kekerasan yang mungkin
dalam, memukul
untuk
bantal/kasur
mengungkapkan
o Verbal:
kemarahan.
mengungkapkan
perasaan 7.2. Latih klien
kesal/jengkel pada memperagakan
orang lain tanpa cara yang dipilih:
menyakiti
Peragakan cara
o Spiritual:
melaksanakan
zikir/doa, meditasi
cara yang
sesuai agamanya
dipilih.
Jelaskan
43
manfaat cara
tersebut
Anjurkan klien
menirukan
peragaan yang
sudah
dilakukan.
Beri penguatan
pada klien,
perbaiki cara
yang masih
belum
sempurna
7.3. Anjurkan klien
menggunakan
cara yang sudah
dilatih saat
marah/jengkel
44
kekerasan
8.3. Jelaskan
pengertian,
penyebab, akibat
dan cara merawat
klien perilaku
kekerasan yang
dapat
dilaksanakan
oleh keluarga.
8.5.Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan
ulang
8.7. Tanyakan
perasaan
keluarga setelah
mencoba cara
yang dilatihkan
45
menggunakan pertemuan klien menggunakan
obat sesuai menjelaskan: obat secara
program yang teratur dan
o Manfaat minum
telah ditetapkan kerugian jika
obat
tidak
o Kerugian tidak
menggunakan
minum obat
obat
o Nama obat
o Bentuk dan warna 9.2. Jelaskan kepada
obat klien:
Minta dan
menggunakan
obat tepat
waktu
Lapor ke
perawat/dokter
jika mengalami
efek yang tidak
46
biasa
Beri pujian
terhadap
kedisiplinan
klien
menggunakan
obat.
47
dengan obat disertai penjelasan guna minum obat
dan akibat berhenti minum obat,
b. Menyusun jadwal minum obat secara teratur
48
(hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki
keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujaun yang
spesifik dan periode yang telah ditentukan.
I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk
memecahkan atau menghilangkan masalah klien. Karena status klien
selalu berubah, intervensi harus dimodifikasi atau diubah sesuai
rencana yang telah ditetapkan.
E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan
analisis respons klien terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria
evaluasi tidak tercapai, harus dicari alternatif intervensiyang
memungkinkan kriteria tujuan tercapai.
R (Revisi) : tindakan revisi/modifikasi proses keperawatan terutama
diagnosis dan tujuan jika ada indikasi perubahan intervensi atau
pengobatan klien. Revisi proses asuhan keperawatan ini untuk
mencapai tujuan yang diharapkan dalam kerangka waktu yang telah
ditetapkan.
a. Perhatikan hari demi hari
b. Libatkan klien dalam mengevaluasi perilakunya
Apakah ancaman bunuh diri sudah menghilang?
Apakah perilaku menunjukkan kepedulian pada kegiatan
sehari-hari?
Apakah sumber koping sudah dipakai semua?
Apakah klien sudah dapat menggambarkan dirinya dengan
positif?
Apakah sudah memakai koping positif?
Apakah klien terlibat dalam aktivitas meningkatkan diri?
Apakah klien sudah mendapatkan keyakinan untuk
pertumbuhan diri?
49
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku
seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment) didalam satu atau lebih fungsi yang
penting dari manusia, yaitu fungsi psikologig, perilaku, biologig dan
gangguan itu tidak hanya terltak didalam hubungan antara orang itu tetapi
juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).
4.2 Saran
1. Diharapkan perawat dan calon perawat mengerti tentang perawatan
pasien gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan.
2. Diharapkan masyarakat bisa membantu dalam pemulihan pada gangguan
jiwa.
50
51