Anda di halaman 1dari 8

STEP 7

1. Macam – macam restorasi rigid Inlay dan Onlay:


a. Indikasi dan Kontraindikasi
ONLAY
Indikasi
1 Untuk menggantikan tambalan lama, terutama bila jaringan gigi yang tersisa
sedikit (pada gigi belakang).
2 Kerusakan gigi posterior yang menerima tekanan yang besar
3 Kemungkinan bisa terjadi fraktur cusp
4 Pengganti restorasi amalgam yang rusak
5 Lebar karies atau kavitas > 1/3 - 1/2 jarak antar cusp
6 Bila diperlukan perlindungan cusp. Dimana cusp yang ada sudah tidak kuat /
memeiliki resiko fraktur karena kurangnya jaringan pendukung
7 Abrasi gigi posterior yang luas
8 Pasca endodontik
9 Mahkota klinis masih tinggi sebagai retensi dari onlay

Kontra indikasi

1. Dinding bukal dan lingual rusak


2. Mahkota klinis yang pendek
3. Oral Hygiene buruk
4. Frekuensi karies tinggi
2. Macam bahan restorasi rigid, mencakup:
a. Sifat Bahan
Pada umumnya da beberapa bahan yang di gunakan untuk
restorasi inlay. Beberapa di antaranya yaitu logam dan non logam
seperti resin komposit dan juga porcelain, serta terdapat pula
kombinasi dari logam dan non logam yang disebut porselen fused to
metal.
1 LOGAM
Logam sendiri di klasifikasikan menurut Craig, 5 th ed menjadi 3
golongan, yaitu :
- Noble dental alloy
- Base metal alloy
- Ceramic metal restoration

Pada umumnya logam campur yang digunakan pada kedokteran


gigi memiliki kekuatan , dan juga kekerasan yang sesuai dengan
pengunaannya.
a Noble dental alloy
Terdapat beberapa jenis : Gold (Au),Platinum (Pt), Palladium
(Pd), Irridium (Ir), Ruthenium (Ru), Rhodium (Rh), Osmium (Os)
Secara umum noble dental alloy ini memiliki permukaan yang
baik, dan tahan terhadap udara kering. Noble dental alloy mudah
bereaksi dengan sulfur untuk mbentuk sulfide , namun tetap
tahan terhadap oksidasi tarnish, korosi selama pemanasan,
casting dan juga dalam rongga mulut
- Gold (Au)
Memiliki sifat halus, mudah di tempa di banding dengan jenis
yang lain, memiliki warna kuning berkilau, memiliki kekuatan
yang paling rendah di antara jenis yang lain, tidak terpengaruh
oleh perubahan suhu udara dan air yang ekstrim. Semakin tinggi
kandungan Au dalam alloy maka kekerasan logam tersebut
semakin rendah.
- Platinum (Pt)
Metalnya berwarna putih kebiruan,keras, ductile, dan
malleable,serta tahan terhadap kondisi dan temperature dalam
rongga mulut.
- Palladium (Pd)
Hanya digunakan untuk campuran dengan bahan yang lain.
Tidak digunakan sebagai unsur utama tunggal.
- Iridium (Ir), Ruthenium (Ru), Rhodium (Rh)
Ir dan Ru hanya di pakai dalam jumlah yang sedikit, ukuran
grainnya kecil sehinga bisa meningkatkan sifat mekanik dari
alloy.
- Osmium (Os)
Biaya dan titik leburnya tinggi sehingga tidak di gunakan
dalam casting alloy.

b Based metal alloy


Berikut adalah beberapa jenis metal yang digunakan dalam
kombinasi pada logam mulia yaitu : silver (Ag), Copper (Co), Zink
(Zn), Indium (In), Tin (Sn), Gallium (Ga), Nickel (Ni)
- Silver (Ag)
Menangkap banyak oksigen sehingga menyulitkan casting
yang disebabkan karena adanya gas pada solidification sehingga
akan terbentuk permukaan casting yang kasar. Silver atau perak
murni tidak di gunakan pada restorasi. Namun jika perak di
tambah dengan palladium akan dapat mencegah adanya korosi
di dalam rongga mulut. Silver + Palladium + Emas, perak akan
menguatkan warna putih dari alloy dan menetralisir warna
kemerahannya. Perak membentuk solid solution dengan
palladium dan emas. Sehingga terbentuk solid dan palladium
based alloy.
- Copper (Co)
Memiliki sifat lunak,metal ductile dengan konduktivitas termal
dan listrik yang tinggi, memiliki karakteristik warna merah. Pada
palladium based alloy, copper menurunkan titik lebur dan
menguatkan alloy.
- Zinc (Zn)
Dalam bentuk murni zinc halus, britle, dan low strength.
Namun bila terlalu banyak di gunakan zinc akan meningkatkan
sifat brittlenessnya (pecah)
- Indium (In)
Memiliki sifat yang halus, berwarna metal putih keabuan, titik
leburnya rendah yaitu 156,6 derajat celcius, dapat digunakan
pada gold based alloy sebagai pengganti zinc
- Tin (Sn)
Berkilau, halus dan memiliki warna metal putih, jika Tin
dikombinasikan dengan platinum dan palladium akan keras tapi
memiliki sifat brittleness yang tinggi.
- Gallium (Ga)
Memiliki warna keabu abuan, stabil pada udara kering, namun
tarnish terhadap udara lembab.
- Nickel (Ni)
Dapat memutihkan alloy serta meningkatkan kekuatan dan
kekerasan alloy.

Menurut American Dental Association (ADA) Specification No.


5 logam emas diklasifikasikan berdasarkan kekuatan dan kandungan
emasnya ke dalam 4 tipe, yaitu:

 Tipe I : Jarang dipakai


 Tipe 2 : Untuk restorasi intrakorona dan ekstrakorona tunggal
 Tipe 3 : Untuk onlay dan mahkota sebagian
 Tipe 4 : Untuk inti mahkota pasak dan jembatan
Klasifikasi Dental Gold Alloy diatas pada umunnya kekerasannya akan bertambah
tinggi dari type 1 hingga type 1V. Brinell Hardness Number (BHN) dari alloy-alloy ini
berhubungan langsung dengan tensile strength. Pada umumnya gold alloy dengan BHN
kurang dari 40 tidak boleh dipergunakan didalam mulut. Alloy tersebut sangat lunak, dan
akan rusak oleh tekanan pengunyahan.

2 KOMPOSIT

Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama, terutama ketika


mempertimbangkan segi estetik

- Menghasilkan derajat polimerisasi yang lebih tinggi


- Tidak abrasif untuk struktur gigi yang berlawanan
- mudah, preparasi gigi tidak terlalu kompleks/rumit
- Adanya efek pengerutan polimerisasi (shrinkage polymerisation)
- Elastisitas rendah

3 PORCELAIN
-Mempunyai kekuatan tekan dan mampu menahan beban oklusal yang besar.
Sifat porcelain ini sangat bergantung pada melting point nya, semakin tinggi melting
pointnya maka semakin baik kekuatannya

4. PORCELEN FUSE TO METAL

Karena titik lebur logam yang lebih rendah dari pada porselen,
sehingga dalam porselen fuse to metal, dipilih bahan porselen yang
memiliki titik lebur rendah sedangkan logam yang digunakan
memiliki titik lebur tinggi. Porselen tipe low melting point dapat
digunakan bersama titanium alloy karena memiliki koefisien
ekspansi termal hampir sama dengan logam.
b. Indikasi dan Kontraindikasi
1. PORSELEN
Indikasi:
 Pada kasus dimana faktor estetik sangat penting diperhatikan.
 Pada daerah yang mengalami erosi disebabkan oleh cara
menyikat gigi yang salah.
 Pada kavitas yang besar di permukaan proksimal gigi depan.
 Sebagai bahan pengganti restorasi komposit pada gigi
posterior.

Kontra Indikasi:

 Pada kavitas kelas I, II, dan IV.


 OH buruk
 Insidensi karies tinggi
 Pasien dengan kebiasaan bruxism

2. LOGAM
Indikasi :
 Pilihan pasien.
 Pasien bersangkutan mungkin lebih memilih alloy emas bila
indikasinya memungkinkan.
 Pengganti amalgam.
 Bila restorasi amalgam yang besar rusak, alloy emas
merupakan pengganti yang lebih baik.
 Lesi karies yang besar.
 Apabila tumpatan amalgam tidak mendapat dukungan yang
baik, maka diindikasikan alloy emas.
 gi-gigi yang aus.
 Email yang aus, sehingga dentin terbuka, maka gigi-gigi ini
diindikasikan dengan alloy emas.
 Gigi post perawatan saluran akar.

Kontraindikasi:

Pasien dengan alergi logam.

3. KOMPOSIT
Indikasi:
 Restorasi yang berukuran kecil dan sedang, terutama dengan
margin email
 Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama,
terutama ketika mempertimbangkan segi estetik
 Restorasi yang dapat diisolasi selama prosedur dilakukan
 Sebagian besar restorasi yang digunakan untuk memperkuat
sisa struktur gigi yang melemah
 Beberapa restorasi yang dapat berfungsi sebagai landasan
untuk mahkota

Kontraindikasi:
 Pasien dengan bad habbit seperti bruxism.
 Terdapat restorasi porselen pada gigi antagonisnya. Hal ini
disebabkan karena meskipun porselen memiliki sifat rapuh,
namun ia memiliki kekerasan permukaan yang tinggi sehingga
dapat mengikis komposit yang berada pada gigi antagonisnya
saat pasien melakukan oklusi.

c. Kelebihan dan kekurangan


1. Alloy Emas
Kelebihan :
a. Kekuaatan baik walau dalam bentuk tipis.
b. Ketahanan terhadap kerusakan tepi dan korosi.
c. Pembuatan restorasi dilakukan di dal yang mana memiliki akses yang baik,
sehingga kerusakan gigi parah dengan mngembalikan kontur alamiah dan
kontak oklusal dan aprosimal yang tepat menjadi mudah
d. Penampilan
Pernah suatu saat, ketika pilihan restorasi adalah amalgam, emas atau
silikat.Emas sering menjadi bahan yang paling disukai untuk alasan estetika
karena lebih menarik daripada amalgam dan tidak rusak seperti silikat. Selain
itu, dilingkungan masyarakat tertentu, emas di anggap sebagai symbol status
jika diletakkan di depan atau di pinggir mulut. Dengan di perkenalkannya
bahan restorasi sewarna dengan gigi yang lebih andal, mode tersebut lambat
laun menghilang dan kini relative sedikit pasien yang meminta tambalan emas.

Kekurangan

a. Memakan waktu lama.


b. Kesempatan melakukan kesalahan lebih banyak daripada membuat restorasi
sederhana dengan bahan restorasi plastis.

2. Porselain
Kelebihan:

a. Tidak korosi atau larut.


b. Kekuatan kompresif baik.
c. Mempunyai permukaan yang halus sehingga akumulasi plak dapat dihindari.

Kekurangan:

a. Porselen memiliki sifat regas dan gampang retak, terutama jika ada cacat pada
restorassinya.
b. Porselen tidak aus secepat email, dan ini menjadi masalah bila keausan sisa
gigi asli tetap berlanjut seperti pada pasien yang giginya erosi atau memiliki
kebiasaann bruxism.
c. Biaya
Biaya merupakan kelemahan terbesar dari restorasi porselen.Penyebab
tingginya biaya adalah jumlah waktu yang harus dialokasikan.Selalu ada tahap
laboratorium sehingga minimal harus ada dua perjanjian klinis dengan pasien.
Pertama untuk preparasi gigi dan pencetakan, dan kedua untuk pengepasan
restorasi setelah dibuat di laboratorium. Waktu ekstra yang harus di keluarkan
oleh dokter gigi dan tekniker gigi tak terhindarkan lagi menyebabkan biaya
yang beberapa kali lebih mahal dari pada restorasi plastisnya yang setara.
3. Komposit
Kelebihan:
a. Estetiknya bagus
b. Preparasi minimal
c. Mudah di lakukan pemolesan
d. Tidak mengalami perubahan warna (diskolorisasi)
Kekurangan:
a. Shrinkage
Meskipun komposit mengalami shrinkage, adanya polimerisasi yang
dilakukan dua kali dapat menyebabkan shrinkage komposit ini menjadi
berkurang. Polimerisasi komposit dilakukan dengan light cure dan pemanasan.
Karena polimerisasi dilakukan sebanyak dua kali, artinya monomer yang
masih tersisa (tidak terpolimerisasi) pada polimerisasi pertama, dapat di
lakukan polimerisasi kembali.Sehingga shrinkage-nya berkurang.

DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. (2003). Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. (JohanArief

Budiman & Susi Purwoko, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Ford, T.R Pitt. 1993. Restorasi Gigi. Jakarta : EGC

Josef, Schmidseder. 2000. Color Atlas of Dental Medicine Aesthetic Dentistry. New York :

ThiemeLO

Kidd, A.M., Smith, BGN., and Pickard, HM. 2000. Manual Conservative

Restoratif 6thEd. Jakarta: Widya Medika

O’Brien, William J. 2002. Dental Materials and Their Selection 3rd Ed. Chicago:

Quintessence Publishing Co,Inc

Tarigan R., 1993, Tambalan Inlay, Penerbit Buku kedokteran EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai