Anda di halaman 1dari 10

AAJ 5 (1) (2016)

Accounting Analysis Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj

PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH, TEMUAN


AUDIT BPK TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Nur Ade Noviyanti, Kiswanto

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tujuan dari studi ini adalah untunk menentukan karakteristik pemerintah daerah dan temuan
Diterima Januari 2016 audit dari badan pengawas keuangan pada kinerja keuangan dari pemerintah daerah di daerah
Disetujui Februari 2016 distrik/kecamatan di indonesia. Populasi yang di ambil dalam studi ini adalah daerah perkotaan
Dipublikasikan Maret pada tahun 2011 sampai 2013. Penelitian ini menggunakan sample purposive pada 43 populasi dan
2016 129 unit analisis. Alat analisis dalam penelitian menggunalan SPSS 21 menggunakan regresi
________________ multiple analsis dan tes asumsi klasik. Berdasarkan hasil dari penelitian, diperoleh kesimpulan
Keywords: bahwa level variabel dependen terpusat dan pembiayaan regional memberikan efek positif.
Audit Findings; Level Pengukuran dari legislature meberikan efek negatif dan signifikan pada kinerja dari keuangan
Dependence On Centre; pemerintahan daerah. Ukuran dari pemerintahan daerah, tingkat dari kekyaan daerah, penemuan
Local Government Financial audit tidak memberikan efek pada kinerj keuangan daerah. Saran untuk penelitian selamjutnya
Performance; Regional adalah menggunakan penemuan nilai proxy dan penemuan kategoris akan lebih tepat dalam
Wealth Level; Size of menemukan materi dalam penemuan.
Legislature.
____________________
Abstract
______________________________________________________________
The purpose of this study was to determine the characteristics of the local government and BPK audit findings
on the financial performance of local government districts / municipalities in Indonesia. The population in this
study was the district / city governments in Indonesia in 2011-2013. This study using purposive sampling with
43 population and 129 units of analysis. Analyses tool uses SPSS 21 multiple regression analyses complying
classicat assumption test. Based on the results of this study concluded that the variable level of dependence on
the central and regional budget is gave a positive effect. The size of the legislature gave a negative effect and
significant on the financial performance of local governments. The size of the local government, the level of
regional wealth, the audit findings do not affect the government's financial performance. The recommendation
for further research is The use of proxy values the findings and the findings would be more appropriate
categories in determining the level of materiality of a findingua

© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6765
Gedung C6 Lantai 2 FE Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: fe@unnes.ac.id

1
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)

PENDAHULUAN

Semenjak diberlakukannya otonomi triliun maka total defisit di Kabupaten mencapai


daerah maka pemerintah pusat memberikan Rp 23,5triliun. Demikian pula di Kota, dengan
kewenangan kepada pemerintah daerah untuk total pendapatan yang ditargetkan sebesar Rp
mengatur dan mengurus sendiri urusan 81,96 triliun dan alokasi belanja sebesar Rp
pemerintah menurut asas otonomi dan tugas 86,58 triliun maka akan terjadi defisit anggaran
pembantuan berdasarkan undang-undang. sebesar Rp 4,62 triliun. Defisit pada Kabupaten
Undang-undang otonomi daerah memberikan sebesar Rp 23,5 triliun tersebut dibiayai dengan
kewenangan penyelenggaraan pemerintah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
daerah yang lebih luas, nyata dan bertanggung tahun lalu dan komponen-komponen
jawab. Diberlakukannya otonomi daerah pembiayaan lainnya sebesar Rp23,87 triliun
memiliki fungsi agar setiap daerah akan lebih sehingga akan terjadi SiLPA TA berjalan
maju, mandiri, sejahtera dan dapat sebesar Rp 369,4 miliar. Sementara itu,
melaksanakan pemerintah daerah agar pembiayaan untuk defisit anggaran di Kota
mensejahterakan masyarakat di daerah tersebut. sebesar Rp 4,69 triliun sehingga akan terjadi
Pengukuran kinerja merupakan salah satu SiLPA tahun anggaran berjalan sebesar Rp 72,7
cara yang dapat digunakan pemerintah daerah miliar pada Kota.
dalam mencapai pemerintahan yang baik. Pasal Kinerja keuangan daerah juga dilihat dari
4 PP No. 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan hasil Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Hasil laporan keuangan pemerintah daerah
menegaskan bahwa pengelolaan keuangan harus di audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan
daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada (BPK) RI untuk menguji kelayakan dari laporan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, keuangan tersebut. Berdasarkan hasil opni
efisien, efektif, transparan, dan tanggung jawab laporan keuangan pemerintah daerah dari tahun
dengan memperhatikan atas keadilan dan 2008-2012 menunjukkan dari tahun 2008-2012
kepatuhan. Pengukuran kinerja dalam masih sedikit pemerintah daerah yang
pemerintah daerah dikenal 2 macam, yaitu mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian
kinerja keuangan dan kinerja non keuangan (WTP). Masih banyaknya pemerintah daerah
(Mahsun, 2006). Kinerja keuangan adalah yang mendapatkan opini Tidak Memberikan
kinerja yang dinilai berdasarkan ukuran angka Pendapat (TMP) oleh BPK.
dalam satuan nilai uang. Kinerja non keuangan Karakteristik pemerintah daerah dalam
dinilai tidak berdasarkan ukuran angka dalam penelitian ini dijelaskan dengan variabel ukuran
satuan nilai uang. Pemerintah daerah sebagai pemerintah daerah karena variabel ukuran
pihak agen dalam menjalankan amanah yang pemerintah daerah sering digunakan untuk
diberikan oleh masyarakat sebagai pihak menjelaskan karakteristik dari perusahaan sektor
principel maka pemda harus meningkatkan privat. Maka untuk variabel ukuran pemerintah
kinerja keuangannya. daerah dianggap mampu menjelaskan
Anggaran Pendapatan dan Belanja karakteristik dari pemerintah daerah. Variabel
Daerah merupakan instrumen kebijakan yang ukuran pemerintah daerah di ukur dengan
utama bagi pemerintah daerah. APBD menggunakan total aset dalam neraca. Terdapat
menduduki posisi sentral dalam upaya beberapa penelitian yag menganalisis mengenai
pengembangan kapabilitas, efisiensi dan faktor-faktor yang menjadi penentu kinerja
efektivitas pemerintah daerah. Berdasarkan keuangan pemerintah daerah. Diantaranya
Struktur APBD Kabupaten dan Kota TA 2012 penelitian yang dilakukan oleh Sumarjo (2010)
secara kumulatif, total pendapatan daerah menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah
Kabupaten sebesar Rp 321,67 triliun dan belanja (PAD) tidak berpengaruh terhadap kinerja
yang lebih besar yaitu mencapai Rp 345,17 keuangan pemerintah daerah. Namun pada

2
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)

penelitian Surepno (2013) dibuktikan secara (teori keagenan) antara masyarakat sebagai
empiris bahwa PAD berpengaruh positif principal dan pemerintah daerah sebagai agent.
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor
Penelitian yang dilakukan Marfiana 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
(2013) melakukan penelitian menggunakan Pemerintahan, laporan keuangan merupakan
variabel tingkat ketergantungan pada laporan yang terstruktur mengenai posisi
pemerintah pusat yang di ukur menggunakan keuagan dan trasaksi-transaksi yang dilakukan
dana alokasi umum di banding dengan total oleh suatu entitas pelaporan. Undang-undang
pendapatan daerah. Hasil penelitian tersebut nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara,
menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan pada rancangan undang-undang atau peraturan
pada pusat berpengaruh positif terhadap kinerja daerah tentang laporan keuangan pemerintah
keuangan pemerintah daerah. Variabel Belanja pusat-daerah disertakan atau dilampirkan
daerah dan ukuran legislatif masih jarang informasi tambahan mengenai kinerja entitas
digunakan untuk penelitian tentang kinerja pemerintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai
keuangan pemerintah daerah. Sehingga peneliti oleh pengguna anggaran sehubungan dengan
menggunakan variabel belanja daerah dan anggaran yang telah ditetapkan. Bastian (2006)
ukuran legislatif dalam menjelaskan mendefinisikan kinerja sebagai gambaran
pengaruhnya terhadap kinerja keuangan pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam
pemerintah daerah. peneliti menggunakan mencapai tujuan, visi dan misi suatu organisasi.
variabel hasil pemeriksaan audit BPK dalam Ukuran pemerintah daerah untuk
mengukur keterkaitan dengan kinerja keuangan mengetahui besar kecilnya obyek dari
pemerintah daerah. Hal tersebut diperlukan pemerintah daerah tersebut. Mengetahui ukuran
untuk menghindari adanya berbagai macam pemerintah daerah salah satunya dengan
tindak kecurangan dalam pelaksanaan kegiatan mengetahui total aset pemerintah daerah.
pemerintahan. Daerah yang memiliki ukuran daerah atau total
Berdasarkan kondisi tersebut membuat aset yang lebih besar akan memberikan
peneliti tertarik dan penting untuk menganalisis keuntungan berupa kemudahan dalam kegiatan
lebih lanjut karakteristik pemerintah daerah dan operasional sehingga pemerintah daerah dalam
temuan audit BPK terhadap kinerja keuangan meberikan pelayanan kepada masyarakat akan
pemerintah daerah Kabupaten/Kota di maksimal. Menguji hubungan ukuran
Indonesia. Penelitian ini juga untuk memberikan pemerintah daerah dengan kinerja keuangan
jawaban atas perbedaan hasil penelitan pemerintah daerah, maka peneliti menduga
terdahulu. bahwa semakin besar ukuran pemerintah daerah
maka akan semakin baik kinerja keuangan
KERANGKA TEORITIS DAN daerah dan juga sebaliknya. Penelitian yang
PENGEMBANGAN HIPOTESIS dilakukan oleh kusumawardani (2012)
menyatakan bahwa ukuran pemrintah daerah
Konteks sektor publik bahwa pengertian berpengaruh terhadap kinerja keuangan
akuntabilitas sebagai kewajiban pemegang pemerintah daerah.
amanah (pemerintah) untuk memberikan Tingkat kekayaan daerah dicerminkan
pertanggungjawaban, menyajikan melaporkan dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah
dan mengungkapkan segala aktivitas dan (PAD). Peningkatan PAD merupakan akses dari
kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya pertumbuhan ekonomi. Jumlah kenaikan
kepada pihak pemberi amanah (masyarakat) kontribusi PAD akan sangat berperan dalam
yang memiliki hak untuk meminta kemandirian pemerintah daerah yang dapat
pertanggungjawaban tersebut. Pernyataan ini dikatakan sebagai kinerja pemerintah daerah.
mengandung arti bahwa dalam pengelolaan Menguji hubungan tingkat kekayaan daerah
pemerintah daerah terdapat hubungan keagenan dengan kinerja keuangan pemerintah daerah,

3
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)

maka peneliti menduga bahwa semakin tinggi (2012) dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah
tingkat kekayaan daerah maka akan semakin daerah yang diawasi sangat baik salah satunya
baik kinerja keuangan pemerintah daerah dan dari lembaga legislatif akan menghasilkan
juga sebaliknya. Semakin rendah tingkat kinerja yang baik.
kekayaan daerah maka akan semakin rendah Temuan audit Badan Pemeriksa
kinerja keuangan pemerintah daerah. Hal ini Keuangan (BPK) merupakan kasus-kasus yang
sejalan dengan penelitian surepno (2013) dan ditemukan BPK terhadap laporan keuangan
indrawan (2013) menyatakan tingkat kekayaan Pemda atas pelanggaran yang dilakukan suatu
daerah berpengaruh positif terhadap kinerja daerah terhadap ketentuan pengendalian intern
keuangan pemerintah daerah. maupun terhadap ketentuan perundang-
Tingkat ketergantungan pada pemerintah undangan yang berlaku. Ketidak patuhan
pusat dapat dilihat dari penerimaan Dana terhadap ketentuan perundang-undangan ini
Alokasi Umum. Undang-undang No 33 Tahun dapat mengakibatkan kerugian daerah, ketidak
2004, DAU adalah dana yang bersumber dari efisienan. Semakin banyak pelanggaran yang
pendapatan APBN yang dialikasikan dengan dilakukan oleh pemerintah daerah
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar menggambarkan semakin buruknya kinerja
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah pemerintah daerah tersebut. Penelitian yang
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. pernah dilakukan oleh Marfiana (2012) variabel
Pemerintah pusat akan memantau pelaksaanaan temuan audit BPK berpengaruh negatif
alokasi DAU sehingga dapat memacu signifikan terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah agar meningkatkan kinerja pemerintah daerah.
keuangannya. Menguji hubungan tingkat Berdasarkan penjelasan di atas, maka
ketergantungan pada pusat dengan kinerja hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai
keuangan pemerintah daerah, maka peneliti berikut :
menduga bahwa semakin tinggi tingkat H1 :Ukuran pemerintah daerah
ketergantungan pada pusat maka akan semakin berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
baik kinerja keuangan pemerintah daerah. Hal pemerintah daerah.
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan H2 :Tingkat kekayaan daerah
oleh sumarjo (2010) dan marfiana (2012) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
menyatakan tingkat ketergantungan pada pusat pemerintah daerah.
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan H3 :Tingkat ketergantungan pada
pemerintah daerah. pusat berpengaruh positif terhadap kinerja
Ukuran legislatif dalam penelitian ini keuangan pemerintah daerah.
ditunjukan dengan jumlah anggota legislatif atau H4 :Belanja daerah berpengaruh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di positif terhadap kinerja keuangan pemerintah
Indonesia. Lembaga legislatif atau DPRD daerah.
merupakan lembaga yang memiliki posisi dan H5 :Ukuran legislatif berpengaruh
peran strategis terkait dengan pengawasan positif terhadap kinerja keuangan pemerintah
keuangan daerah. Dilihat dari keuangan daerah daerah.
maka menunjukkan kinerja pemerintah daerah H6 :Temuan audit BPK
tersebut. Banyaknya jumlah anggota DPRD berpengaruh negaatif terhadap kinerja keuangan
diharapkan dapat meningkatkan pengawasan pemerintah daerah.
terhadap pemerintah daerah sehingga Berdasarkan uraian di atas, kerangka
berdampak dengan adanya peningkatan kinerja berpikir dari penelitian ini digambarkan pada
pemerintah daerah. Semakin besar jumlah Gambar di bawah ini:
anggota legislatif diharapkan dapat
meningkatkan kinerja pemerintah daerah
melalui adanya pengawasan. Kusumawardani

4
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)

Usulan Kerangka Berpikir

Ukuran Pemerintah Daerah H1 +

Tingkat Kekayaan Daerah H2 +

H3 +
Tingkat Ketergantungan
Pada Pusat Kinerja Keuangan
H4+
Pemerintah Daerah
Belanja Daerah
H5 +
Ukuran Legislatif
H6 -
Temuan Audit

METODE PENELITIAN 2011-2013. Adapun jenis data yang digunakan


dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Metode pengambilan sampel adalah purposive
Sampel sampling. Kriteria pengambilan sampel disajikan
Populasi penelitian ini adalah pemerintah pada tabel 1.
daerah kabupaten/kota di Indonesia pada tahun

Tabel 1
Populasi dan Sampel
No Identifikasi Jumlah Pemerintah Daerah
1 Pemerintah daerah yang telah diaudit BPK 490
2 Pemerintah daerah yang telah di audit BPK yang tidak (0)
memiliki LKPD secara lengkap
3 Pemerintah daerah yang tidak mendapatkan opini wajar (447)
tanpa pengecualian secara berturut-turut tahun 2011-2013.
4 Jumlah pemerintah daerah yang digunakan sebagai sempel 43
5 Jumlah tahun penelitian 3
Jumlah unit analisis 129
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2015

Variabel Penelitian tingkat kekayaan daerah, tingkat ketergantungan


Variabel dependen dalam penelitian ini pada pusat, belanja daerah, ukuran legislatif,
adalah kinerja keuangan pemerintah daerah. temuan audit. Penjelasan mengenai definisi
Terdapat enam variabel independen dalam operasional dan pengukuran dari masing-masing
penelitian ini yaitu ukuran pemerintah daerah, variabel akan dijelaskan pada Tabel 2 berikut :

5
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)

Tabel 2
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Skala Pengukuran Sumber
1 Kinerja Gambaran pecapaian Rasio Output Bastian
Keuangan pelaksanaan suatu Input (2006)
Pemerintah kegiatan/program/kebija
Daerah (Y) kan dalam mewujudkan
sasaran,tujuan,misi dan
visi organisasi
2 Ukuran Ukuran pemerintah Nominal Total aset dalam Sumarjo
Pemerintah daerah menujukkan neraca pemerintah (2010)
Daerah (X1) besar/kecilnya suatu daerah
objek
3 Tingkat Tingkat kekayaan daerah Nominal Pendapatan Asli Kusuma
Kekayaan yang diukur melalui nilai Daerah wardani
Daerah (X2) PAD Total Pendapatan (2012)
Daerah
4 Tingkat Tingkat ketergantungan Nominal Dana Alokasi Umum Marfian
Ketergantungan pada pemerintah pusat Total Pendapatan a (2013)
pada Pusat (X3) diukur melalui nilai DAU Daerah
5 Belanja Daerah semua pengeluaran kas Nominal Total Realisasi Marfian
(X4) daerah atau kewajiban Belanja Daerah a (2013)
yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan
bersih
6 Ukuran Legislatif lembaga perwakilan Nominal Jumlah Anggota Kusuma
(X5) rakyat daerah yang DPRD wardani
melaksanakan fungsi- (2012)
fungsi pemerintah daerah
sebagai mitra sejajar
Pemerintah Daerah
7 Temuan Audit kasus-kasus yang Nominal Jumlah Temuan Marfian
(X6) ditemukan BPK terhadap Audit a (2013)
laporan keuangan Pemda
atas pelanggaran yang
dilakukkan suatu daerah
terhadap ketentuan
perundang-undangan
yang berlaku
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2015

Metode Analisis Data dan uji hipotesis yaitu uji F, uji t dan juga uji
Analisis data dalam penelitian ini koefisien determinasi. Hasil dari data penelitian
dilakukan dengan menggunakan uji asumsi menunjukkan bahwa data penelitian normal dan
klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, bebas dari multikolinearitas dan bebas dari
Uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. heteroskedastisitas.
Setelah itu, dilakukan analisis regresi berganda

6
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN variabel penelitian. Pengukuran yang digunakan


mencakup nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
Statistik Deskriptif nilai maksimum, dan nilai minimum. Hasil
Statistik deskriptif digunakan untuk analisis statistik deskriptif dilihat pada Tabel 3.
memberikan gambaran mengenai variabel-

Tabel 3
Analisis Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


SIZE 12 333647755631, 24793716376864, 3376968870325,1 3756967180651,31
9 73 60 104 150
TKD 12 ,01 ,38 ,1188 ,09125
9
TKPP 12 ,02 ,75 ,5308 ,12904
9
BD 12 355460934019, 3277526096684,0 1098434293323,7 642660187525,719
9 00 0 919 10
UL 12 25,00 50,00 38,2558 10,14834
9
TA 12 4,00 35,00 14,4341 5,94617
9
R_EFISIENSI 12 ,83 1,11 ,9724 ,05117
9
Valid N 12
(listwise) 9
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2015

Hasil Uji Hipotesis


Tabel 4. Uji Statistik F
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. A
1 Regression ,057 6 ,009 4,166 ,001b 0,05
Residual ,278 122 ,002
Total ,335 128
Sumber: Output SPSS 21, 2015

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa disimpulkan bahwa model penelitiannya layak


untuk model yang pertama menunjukan nilai F atau bisa diterima.
hitung sebesar 4,166 dan nilai signifikansi 0,001. Hasil uji statistik t dapat dijelaskan
Hal ini berarti tingkat signifikansi < 5% berdasarkan tabel 5 sebagai berikut :
(α=0,05). Variabel dalam penelitian ini dapat

7
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)

Tabel 5. Uji Statistik t


Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig. Kesimpulan
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) ,937 ,035 26,606 ,00
0
SIZE -1,010E-013 ,000 -,075 -,510 ,61 H1 = Ditolak
1
TKD -,044 ,078 -,078 -,561 ,57 H2 = Ditolak
6
TKPP ,135 ,044 ,339 3,056 ,00 H3 = Diterima
3
BD 1,638E-013 ,000 ,802 3,739 ,00 H4 = Diterima
0
UL -,002 ,001 -,483 -3,542 ,00 H2 = Ditolak
1
TA ,000 ,001 -,039 -,443 ,65 H2 = Ditolak
9
Sumber: Output SPSS 21, 2015

Uji parsial t digunakan untuk mengetahui Hipotesis kedua Pengaruh tingkat


pengaruh variabel independen terhadap variable kekayaan daerah terhadap kinerja keuangan
dependen. Tabel 5 menunjukkan hipotesis pemerintah daerah memiliki nilai signifikansi -
pertama Pengaruh ukuran pemerintah daerah 0,576>0,05 sehingga H2 ditolak. Berdasarkan
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah hasil pengujian dari hipotesis kedua menyatakan
memiliki nilai signifikansi 0,611>0,05 sehingga bahwa tingkat kekayaan daerah tidak
H1 ditolak. Berdasarkan hasil pengujian dari berpengaruh terhadap kinerja keuangan
hipotesis pertama menyatakan bahwa ukuran pemerintah daerah. Adanya hubungan negatif
pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap dan tidak signifikan antara tingkat kekayaan
kinerja keuangan pemerintah daerah. Karena daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah
kanaikan atau penurunan ukuran pemerintah daerah menunjukan semakin mandiri
daerah tidak mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri
pemerintah daerah. Berdasarkan hasil penelitian kegiatan pemerintah, pembangunan dan
mengindikasi bahwa peran total aset dalam pelayanan kepada masyarakat sehingga tingkat
meningkatkan kinerja keuangan pemerintah ketergantungan kepada pihak eksternal menjadi
daerah di Indonesia belum dapat berfungsi rendah. Hal inilah yang membuat pemerintah
sebagai mana mestinya. Penelitian ini sejalan daerah tidak termotivasi untuk meningkatkan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh kinerja keuangannya karena rendahnya tuntutan
Marfiana (2013) yang menyatakan bahwa dari pihak eksternal. Hasil penelitian ini sesuai
ukuran pemerintah daerah yang diproksikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
dengan total aset tidak berpengaruh terhadap Sumarjo (2010), Kusumawardani (2012) dan
kinerja keuangan pemerintah daerah. Hasil Marfiana (2013) yang menyatakan bahwa
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang tingkat kekayaan daerah tidak berpengaruh
dilakukan oleh Sumarjo (2010), Kusumawardani terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
(2012), Indrawan (2013), Surepno (2013) yang Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
menyatakan bahwa ukuran pemerintah daerah penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
berpengaruh terhadap kinerja keuangan Indrawan (2013) dan Surepno (2013)
pemerintah daerah. menyatakan bahwa tingkat kekayaan daerah

8
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)

berpengaruh terhadap kinerja keuangan jumlah anggota DPRD belum tentu dapat
pemerintah daerah. meningkatkan kinerja keuangan pemerintah
Hipotesis ketiga Pengaruh tingkat daerah. Bahkan malah semakin menurunkan
ketergantungan pada pusat terhadap kinerja kinerja keuangan pemerintah daerah. Peran
keuangan pemerintah daerah memiliki nilai yang diharapkan pada anggota DPRD dalam
signifikansi 0,003<0,05 sehingga H3 diterima. kaitannya dengan kinerja yaitu dalam hal
Berdasarkan hasil pengujian dari hipotesis ketiga pengawasan pelaksanaan kinerja oleh
menyatakan bahwa tingkat ketergantungan pada pemerintah daerah kepada masyarakat.
pusat berpengaruh terhadap kinerja keuangan Seharusnya DPRD diharapkan dapat lebih
pemerintah daerah. Hal ini mengindikasi bahwa sensitif dan aktif dalam memperjuangkan
semakin tinggi tingkat ketergantungan kepentingan masyarakat mengingat mereka pun
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat terpilih menjadi anggota DPRD karena pilihan
maka semakin tinggi pula tingkat kinerja masyarakat. Hasil penelitian ini sejalan dengan
keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian penelitian Marfiana (2013) yang menyatakan
ini sejalan dengan penelitian Marfiana (2013) bahwa ukuran legislatif berpengaruh negatif
yang menyatakan bahwa tingkat ketergantungan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
pada pusat berpengaruh positif terhadap kinerja Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
keuangan pemerintah daerah. Sumarjo (2010) yang menyatakan bahwa tidak
Hipotesis keempat Pengaruh belanja ada pengaruh antara ukuran legislatif terhadap
daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah kinerja keuangan pemerintah daerah.
daerah memiliki nilai signifikansi 0,000<0,05 Hipotesis keenam Pengaruh temuan audit
sehingga H4 diterima. Berdasarkan hasil terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah
pengujian dari hipotesis keempat menyatakan memiliki nilai signifikansi 0,659>0,05 sehingga
bahwa belanja daerah berpengaruh terhadap H6 ditolak. Berdasarkan hasil pengujian dari
kinerja keuangan pemerintah daerah. hipotesis keenam menyatakan bahwa temuan
Banyaknya belanja yang dikeluarkan oleh suatu audit tidak berpengaruh terhadap kinerja
daerah dapat mempermudah pemerintah daerah keuangan pemerintah daerah. Pemerintah
tersebut untuk menjalankan program daerah yang mendapatkan jumlah temuan audit
pembangunan yang telah dirancang di yang banyak belum tentu memiliki kinerja
daerahnya. Pengelolaan belanja daerah dengan keuangan pemerintah daerah yang buruk.
efisien dan tepat akan meningkatkan kinerja Pemerintah daerah dalam menjalankan kinerja
keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian keuangannya kurang dipengaruhi oleh hasil dari
ini sejalan dengan penelitian Marfiana (2013) temuan audit. Pelaksanaan revisi maupun kritik
yang menyatakan bahwa belanja daerah saran dari BPK hanya sebatas pemenuhan
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan kewajban tanpa adanya tindak lanjut dari
pemerintah daerah. Hal ini mengindikasikan pemerintah daerah untuk melakukan kinerja
bahwa anggaran belanja daerah pemerintah keuangan dengan baik. Jumlah temuan audit
daerah sudah direalisasikan untuk penggunaan sedikit, maka kinerja keuangan pemerintah
perbaikan kinerja yang lebih baik. daerah yang dilakukan baik dari pada daerah
Hipotesis kelima Pengaruh ukuran yang memiliki jumlah temuan audit banyak.
legislatif terhadap kinerja keuangan pemerintah Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
daerah memiliki nilai signifikansi 0,001<0,05, Marfiana (2013) yang menyatakan bahwa
akan tetapi koefisien bernilai negatif sehingga H5 temuan audit tidak berpengaruh terhadap
ditolak. Berdasarkan hasil pengujian dari kinerja keuangan pemerintah daerah.
hipotesis kelima menyatakan bahwa ukuran
legislatif berpengaruh negatif terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan hasil
penelitian mengindikasikan bahwa banyaknya

9
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)

SIMPULAN Tahun 2013. http://bpk.go.id . Diakses pada


tanggal 2 Maret 2015.
Simpulan dari peneltian ini Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
2013. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas
menunjukkan bahwa ukuran pemerintah daerah,
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jakarta :
tingkat kekayaan daerah, temuan audit tidak
BPK RI.
berpengaruh terhadap kinerja keuangan Bastian, I. 2006. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia.
pemerintah daerah. Tingkat ketergantungan Yogyakarta: BPFE. 2006. Akuntansi Sektor
pada pusat, belanja daerah berpengaruh positif Publik. Jakarta: Erlangga.
terhadap kinerja keuangan daerah. Ukuran Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. 2012.
legislatif berpengaruh negatif terhadap kinerja Profil APBD TA 2012.
keuangan pemerintah daerah. http://djpk.depkeu.go.id. Diakses pada
tanggal 26 Februari 2015.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate
SARAN
Dengan Program IBM SPSS 21. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan Indrawan, M Yusuf. 2013. Faktor-faktor yang
diatas, maka saran dalam penelitian ini adalah : mempengaruhi kinerja keuangan pada pemerintah
1. Hasil penelitian ini menunjukkan kabupaten/kota se provinsi sulawesi selatan.
bahwa tingkat ketergantungan pada pusat dan Skripsi. Fe Universitas Hasanudin.
sbelanja daerah berpengaruh positif terhadap Kusumawardani.2012. Pengaruh Size, Kemakmuran,
kinerja keuangan pemerintah daerah sehingga Ukuran Legistatif, Leverage terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia.
diharapkan dengan adanya transfer dana dari
Jurnal Akuntansi. Volume 1 (1).
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
Marfiana, Nandhya dan Lulus Kurniasih. 2013.
dapat digunakan dengan baik agar terciptanya Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah
pembangunan kegiatan ekonomi daerah Dan Hasil Pemeriksaan Audit Bpk Terhadap
sehingga meningkatkan kinerja keuangan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
pemerintah daerah. Kabupaten/Kota. E-Jurnal Ekonomi Universitas
2. Penelitian selanjutnya disarankan Sebelas Maret. Volume 1 (1)
dapat menggunakan variabel independen lain Mohamad, Mahsun. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor
yang diduga memiliki pengaruh terhadap kinerja Publik. Yogyakarta : BPFE UGM Yogyakarta.
Sumarjo, Hendro. 2010. Pengaruh karakteristik
keuangan pemerintah daerah. Misalnya jumlah
Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja Keuangan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan
Pemerintah Daerah. Skripsi, Fakultas Ekonomi
opini audit. Penggunaan proksi nilai temuan dan Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
kategori temuan akan lebih tepat dalam Surepno. 2013. Pengaruh Retuen on Equity (ROE),
menentukan tingkat materialitas suatu temuan. Ukuran (Size), dan Kemakmuran (Wealth)
Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja Keuangan
DAFTAR PUSTAKA Pemda Di Indonesia . Skripsi. Semarang :
Fakultas Ekonomi Unnes.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
2011. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jakarta : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33
BPK RI. Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
2012. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 4 PP No.
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jakarta : 105 tahun 2000 tentang pengelolaan dan
BPK RI. pertanggungjawaban keuangan daerah.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
2013. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester II

10

Anda mungkin juga menyukai