Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah, Temuan Audit BPK Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah, Temuan Audit BPK Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/aaj
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6765
Gedung C6 Lantai 2 FE Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: fe@unnes.ac.id
1
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)
PENDAHULUAN
2
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)
penelitian Surepno (2013) dibuktikan secara (teori keagenan) antara masyarakat sebagai
empiris bahwa PAD berpengaruh positif principal dan pemerintah daerah sebagai agent.
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor
Penelitian yang dilakukan Marfiana 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
(2013) melakukan penelitian menggunakan Pemerintahan, laporan keuangan merupakan
variabel tingkat ketergantungan pada laporan yang terstruktur mengenai posisi
pemerintah pusat yang di ukur menggunakan keuagan dan trasaksi-transaksi yang dilakukan
dana alokasi umum di banding dengan total oleh suatu entitas pelaporan. Undang-undang
pendapatan daerah. Hasil penelitian tersebut nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara,
menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan pada rancangan undang-undang atau peraturan
pada pusat berpengaruh positif terhadap kinerja daerah tentang laporan keuangan pemerintah
keuangan pemerintah daerah. Variabel Belanja pusat-daerah disertakan atau dilampirkan
daerah dan ukuran legislatif masih jarang informasi tambahan mengenai kinerja entitas
digunakan untuk penelitian tentang kinerja pemerintah, yakni prestasi yang berhasil dicapai
keuangan pemerintah daerah. Sehingga peneliti oleh pengguna anggaran sehubungan dengan
menggunakan variabel belanja daerah dan anggaran yang telah ditetapkan. Bastian (2006)
ukuran legislatif dalam menjelaskan mendefinisikan kinerja sebagai gambaran
pengaruhnya terhadap kinerja keuangan pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam
pemerintah daerah. peneliti menggunakan mencapai tujuan, visi dan misi suatu organisasi.
variabel hasil pemeriksaan audit BPK dalam Ukuran pemerintah daerah untuk
mengukur keterkaitan dengan kinerja keuangan mengetahui besar kecilnya obyek dari
pemerintah daerah. Hal tersebut diperlukan pemerintah daerah tersebut. Mengetahui ukuran
untuk menghindari adanya berbagai macam pemerintah daerah salah satunya dengan
tindak kecurangan dalam pelaksanaan kegiatan mengetahui total aset pemerintah daerah.
pemerintahan. Daerah yang memiliki ukuran daerah atau total
Berdasarkan kondisi tersebut membuat aset yang lebih besar akan memberikan
peneliti tertarik dan penting untuk menganalisis keuntungan berupa kemudahan dalam kegiatan
lebih lanjut karakteristik pemerintah daerah dan operasional sehingga pemerintah daerah dalam
temuan audit BPK terhadap kinerja keuangan meberikan pelayanan kepada masyarakat akan
pemerintah daerah Kabupaten/Kota di maksimal. Menguji hubungan ukuran
Indonesia. Penelitian ini juga untuk memberikan pemerintah daerah dengan kinerja keuangan
jawaban atas perbedaan hasil penelitan pemerintah daerah, maka peneliti menduga
terdahulu. bahwa semakin besar ukuran pemerintah daerah
maka akan semakin baik kinerja keuangan
KERANGKA TEORITIS DAN daerah dan juga sebaliknya. Penelitian yang
PENGEMBANGAN HIPOTESIS dilakukan oleh kusumawardani (2012)
menyatakan bahwa ukuran pemrintah daerah
Konteks sektor publik bahwa pengertian berpengaruh terhadap kinerja keuangan
akuntabilitas sebagai kewajiban pemegang pemerintah daerah.
amanah (pemerintah) untuk memberikan Tingkat kekayaan daerah dicerminkan
pertanggungjawaban, menyajikan melaporkan dengan peningkatan Pendapatan Asli Daerah
dan mengungkapkan segala aktivitas dan (PAD). Peningkatan PAD merupakan akses dari
kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya pertumbuhan ekonomi. Jumlah kenaikan
kepada pihak pemberi amanah (masyarakat) kontribusi PAD akan sangat berperan dalam
yang memiliki hak untuk meminta kemandirian pemerintah daerah yang dapat
pertanggungjawaban tersebut. Pernyataan ini dikatakan sebagai kinerja pemerintah daerah.
mengandung arti bahwa dalam pengelolaan Menguji hubungan tingkat kekayaan daerah
pemerintah daerah terdapat hubungan keagenan dengan kinerja keuangan pemerintah daerah,
3
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)
maka peneliti menduga bahwa semakin tinggi (2012) dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah
tingkat kekayaan daerah maka akan semakin daerah yang diawasi sangat baik salah satunya
baik kinerja keuangan pemerintah daerah dan dari lembaga legislatif akan menghasilkan
juga sebaliknya. Semakin rendah tingkat kinerja yang baik.
kekayaan daerah maka akan semakin rendah Temuan audit Badan Pemeriksa
kinerja keuangan pemerintah daerah. Hal ini Keuangan (BPK) merupakan kasus-kasus yang
sejalan dengan penelitian surepno (2013) dan ditemukan BPK terhadap laporan keuangan
indrawan (2013) menyatakan tingkat kekayaan Pemda atas pelanggaran yang dilakukan suatu
daerah berpengaruh positif terhadap kinerja daerah terhadap ketentuan pengendalian intern
keuangan pemerintah daerah. maupun terhadap ketentuan perundang-
Tingkat ketergantungan pada pemerintah undangan yang berlaku. Ketidak patuhan
pusat dapat dilihat dari penerimaan Dana terhadap ketentuan perundang-undangan ini
Alokasi Umum. Undang-undang No 33 Tahun dapat mengakibatkan kerugian daerah, ketidak
2004, DAU adalah dana yang bersumber dari efisienan. Semakin banyak pelanggaran yang
pendapatan APBN yang dialikasikan dengan dilakukan oleh pemerintah daerah
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar menggambarkan semakin buruknya kinerja
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah pemerintah daerah tersebut. Penelitian yang
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. pernah dilakukan oleh Marfiana (2012) variabel
Pemerintah pusat akan memantau pelaksaanaan temuan audit BPK berpengaruh negatif
alokasi DAU sehingga dapat memacu signifikan terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah agar meningkatkan kinerja pemerintah daerah.
keuangannya. Menguji hubungan tingkat Berdasarkan penjelasan di atas, maka
ketergantungan pada pusat dengan kinerja hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai
keuangan pemerintah daerah, maka peneliti berikut :
menduga bahwa semakin tinggi tingkat H1 :Ukuran pemerintah daerah
ketergantungan pada pusat maka akan semakin berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
baik kinerja keuangan pemerintah daerah. Hal pemerintah daerah.
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan H2 :Tingkat kekayaan daerah
oleh sumarjo (2010) dan marfiana (2012) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
menyatakan tingkat ketergantungan pada pusat pemerintah daerah.
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan H3 :Tingkat ketergantungan pada
pemerintah daerah. pusat berpengaruh positif terhadap kinerja
Ukuran legislatif dalam penelitian ini keuangan pemerintah daerah.
ditunjukan dengan jumlah anggota legislatif atau H4 :Belanja daerah berpengaruh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di positif terhadap kinerja keuangan pemerintah
Indonesia. Lembaga legislatif atau DPRD daerah.
merupakan lembaga yang memiliki posisi dan H5 :Ukuran legislatif berpengaruh
peran strategis terkait dengan pengawasan positif terhadap kinerja keuangan pemerintah
keuangan daerah. Dilihat dari keuangan daerah daerah.
maka menunjukkan kinerja pemerintah daerah H6 :Temuan audit BPK
tersebut. Banyaknya jumlah anggota DPRD berpengaruh negaatif terhadap kinerja keuangan
diharapkan dapat meningkatkan pengawasan pemerintah daerah.
terhadap pemerintah daerah sehingga Berdasarkan uraian di atas, kerangka
berdampak dengan adanya peningkatan kinerja berpikir dari penelitian ini digambarkan pada
pemerintah daerah. Semakin besar jumlah Gambar di bawah ini:
anggota legislatif diharapkan dapat
meningkatkan kinerja pemerintah daerah
melalui adanya pengawasan. Kusumawardani
4
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)
H3 +
Tingkat Ketergantungan
Pada Pusat Kinerja Keuangan
H4+
Pemerintah Daerah
Belanja Daerah
H5 +
Ukuran Legislatif
H6 -
Temuan Audit
Tabel 1
Populasi dan Sampel
No Identifikasi Jumlah Pemerintah Daerah
1 Pemerintah daerah yang telah diaudit BPK 490
2 Pemerintah daerah yang telah di audit BPK yang tidak (0)
memiliki LKPD secara lengkap
3 Pemerintah daerah yang tidak mendapatkan opini wajar (447)
tanpa pengecualian secara berturut-turut tahun 2011-2013.
4 Jumlah pemerintah daerah yang digunakan sebagai sempel 43
5 Jumlah tahun penelitian 3
Jumlah unit analisis 129
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2015
5
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)
Tabel 2
Definisi Operasional
No Variabel Definisi Skala Pengukuran Sumber
1 Kinerja Gambaran pecapaian Rasio Output Bastian
Keuangan pelaksanaan suatu Input (2006)
Pemerintah kegiatan/program/kebija
Daerah (Y) kan dalam mewujudkan
sasaran,tujuan,misi dan
visi organisasi
2 Ukuran Ukuran pemerintah Nominal Total aset dalam Sumarjo
Pemerintah daerah menujukkan neraca pemerintah (2010)
Daerah (X1) besar/kecilnya suatu daerah
objek
3 Tingkat Tingkat kekayaan daerah Nominal Pendapatan Asli Kusuma
Kekayaan yang diukur melalui nilai Daerah wardani
Daerah (X2) PAD Total Pendapatan (2012)
Daerah
4 Tingkat Tingkat ketergantungan Nominal Dana Alokasi Umum Marfian
Ketergantungan pada pemerintah pusat Total Pendapatan a (2013)
pada Pusat (X3) diukur melalui nilai DAU Daerah
5 Belanja Daerah semua pengeluaran kas Nominal Total Realisasi Marfian
(X4) daerah atau kewajiban Belanja Daerah a (2013)
yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan
bersih
6 Ukuran Legislatif lembaga perwakilan Nominal Jumlah Anggota Kusuma
(X5) rakyat daerah yang DPRD wardani
melaksanakan fungsi- (2012)
fungsi pemerintah daerah
sebagai mitra sejajar
Pemerintah Daerah
7 Temuan Audit kasus-kasus yang Nominal Jumlah Temuan Marfian
(X6) ditemukan BPK terhadap Audit a (2013)
laporan keuangan Pemda
atas pelanggaran yang
dilakukkan suatu daerah
terhadap ketentuan
perundang-undangan
yang berlaku
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2015
Metode Analisis Data dan uji hipotesis yaitu uji F, uji t dan juga uji
Analisis data dalam penelitian ini koefisien determinasi. Hasil dari data penelitian
dilakukan dengan menggunakan uji asumsi menunjukkan bahwa data penelitian normal dan
klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, bebas dari multikolinearitas dan bebas dari
Uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. heteroskedastisitas.
Setelah itu, dilakukan analisis regresi berganda
6
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)
Tabel 3
Analisis Statistik Deskriptif
7
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)
8
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)
berpengaruh terhadap kinerja keuangan jumlah anggota DPRD belum tentu dapat
pemerintah daerah. meningkatkan kinerja keuangan pemerintah
Hipotesis ketiga Pengaruh tingkat daerah. Bahkan malah semakin menurunkan
ketergantungan pada pusat terhadap kinerja kinerja keuangan pemerintah daerah. Peran
keuangan pemerintah daerah memiliki nilai yang diharapkan pada anggota DPRD dalam
signifikansi 0,003<0,05 sehingga H3 diterima. kaitannya dengan kinerja yaitu dalam hal
Berdasarkan hasil pengujian dari hipotesis ketiga pengawasan pelaksanaan kinerja oleh
menyatakan bahwa tingkat ketergantungan pada pemerintah daerah kepada masyarakat.
pusat berpengaruh terhadap kinerja keuangan Seharusnya DPRD diharapkan dapat lebih
pemerintah daerah. Hal ini mengindikasi bahwa sensitif dan aktif dalam memperjuangkan
semakin tinggi tingkat ketergantungan kepentingan masyarakat mengingat mereka pun
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat terpilih menjadi anggota DPRD karena pilihan
maka semakin tinggi pula tingkat kinerja masyarakat. Hasil penelitian ini sejalan dengan
keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian penelitian Marfiana (2013) yang menyatakan
ini sejalan dengan penelitian Marfiana (2013) bahwa ukuran legislatif berpengaruh negatif
yang menyatakan bahwa tingkat ketergantungan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
pada pusat berpengaruh positif terhadap kinerja Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
keuangan pemerintah daerah. Sumarjo (2010) yang menyatakan bahwa tidak
Hipotesis keempat Pengaruh belanja ada pengaruh antara ukuran legislatif terhadap
daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah kinerja keuangan pemerintah daerah.
daerah memiliki nilai signifikansi 0,000<0,05 Hipotesis keenam Pengaruh temuan audit
sehingga H4 diterima. Berdasarkan hasil terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah
pengujian dari hipotesis keempat menyatakan memiliki nilai signifikansi 0,659>0,05 sehingga
bahwa belanja daerah berpengaruh terhadap H6 ditolak. Berdasarkan hasil pengujian dari
kinerja keuangan pemerintah daerah. hipotesis keenam menyatakan bahwa temuan
Banyaknya belanja yang dikeluarkan oleh suatu audit tidak berpengaruh terhadap kinerja
daerah dapat mempermudah pemerintah daerah keuangan pemerintah daerah. Pemerintah
tersebut untuk menjalankan program daerah yang mendapatkan jumlah temuan audit
pembangunan yang telah dirancang di yang banyak belum tentu memiliki kinerja
daerahnya. Pengelolaan belanja daerah dengan keuangan pemerintah daerah yang buruk.
efisien dan tepat akan meningkatkan kinerja Pemerintah daerah dalam menjalankan kinerja
keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian keuangannya kurang dipengaruhi oleh hasil dari
ini sejalan dengan penelitian Marfiana (2013) temuan audit. Pelaksanaan revisi maupun kritik
yang menyatakan bahwa belanja daerah saran dari BPK hanya sebatas pemenuhan
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan kewajban tanpa adanya tindak lanjut dari
pemerintah daerah. Hal ini mengindikasikan pemerintah daerah untuk melakukan kinerja
bahwa anggaran belanja daerah pemerintah keuangan dengan baik. Jumlah temuan audit
daerah sudah direalisasikan untuk penggunaan sedikit, maka kinerja keuangan pemerintah
perbaikan kinerja yang lebih baik. daerah yang dilakukan baik dari pada daerah
Hipotesis kelima Pengaruh ukuran yang memiliki jumlah temuan audit banyak.
legislatif terhadap kinerja keuangan pemerintah Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
daerah memiliki nilai signifikansi 0,001<0,05, Marfiana (2013) yang menyatakan bahwa
akan tetapi koefisien bernilai negatif sehingga H5 temuan audit tidak berpengaruh terhadap
ditolak. Berdasarkan hasil pengujian dari kinerja keuangan pemerintah daerah.
hipotesis kelima menyatakan bahwa ukuran
legislatif berpengaruh negatif terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan hasil
penelitian mengindikasikan bahwa banyaknya
9
Nur Ade Noviyanti & Kiswanto /Accounting Analysis Journal 5 (1) (2016)
10