Anda di halaman 1dari 101

SUMBER AIR HIDUP

RANCANGAN KHOTBAH
Edisi: Januari - Juni 2012

Diterbitkan oleh :
Program Identitas dalam Pluralitas Sinode GKSBS
Jln. Yos Sudarso 15 Polos - Kota Metro 34111
Telp. (0725) 42598 - E.mail : sinode_gksbs@yahoo.co.id
Website: www.gksbs.org

1
DAFAR ISI
1. Pengantar 3

2. RK 01 Januari 2012 5

3. RK 08 Januari 2012 17

4. RK 15 Januari 2012 23

5. RK 22 Januari 2012 29

6. RK 29 Januari 2012 37

7. RK 05 Pebruari 2012 49

8. RK 12 Pebruari 2012 56

9. RK 19 Pebruari 2012 63

10. RK 03 Juni 2012 70

11. RK 10 Juni 2012 77

12. RK 17 Juni 2012 84

13. RK 24 Juni 2012 92

***

2
 PENGANTAR
Teman-teman pelayan Firman se-sinode GKSBS yang dikasihi Kristus,
Salam sejahtera untuk kita semua.

Sungguh merupakan suatu sukacita bagi kita semua diijinkan Tuhan


meninggalkan tahun 2011 dengan segala kenangannya dan memasuki
tahun 2012 dengan segala tantangannya. Apalagi kami kembali diberi
kesempatan untuk menyapa Bapak/Ibu/Sdr/i sekalian di tahun yang baru
ini, melalui buku Sumber Air Hidup. Sama seperti tahun sebelumnya,
seluruh khotbah dalam SAH semester ganjil 2012 ini dijiwai oleh tema
besar Sinode GKSBS 2010-2015; “Berapa Banyak Roti yang Ada
Padamu, Cobalah Periksa” Dan sub tema: “Panggilan Persaudaraan
untuk Hidup Berbagi dan Bermartabat dalam Rumah Bersama” Tema
hasil Sidang IX Sinode GKSBS inilah yang hendaknya menjadi jiwa dan
roh bagi seluruh gerak langkah Jemaat se Sinode GKSBS.

Buku “Sumber Air Hidup” semester ganjil 2012 ini, disajikan dalam
bentuk “Rancangan Khotbah” dan dilengkapi dengan contoh khotbah
jadi. Contoh khotbah jadi dalam buku ini disajikan dengan maksud
sebagai pembanding khotbah jadi yang akan bapak/ibu/sdr buat, bukan
untuk digunakan secara langsung. Karena situasi dan konteks khotbah
jadi tersebut tentu berbeda dengan situasi dan konteks bapak/ibu/sdr/I
sekalian. Dalam rangka pembelajaran dan peningkatan kapasitas para
pengkhotbah, sangat diharapkan para pengguna buku mempelajari lebih
dahulu Rancangan Kotbah ini, sebelum menyusun khotbahnya sendiri
dan membandingkan dengan contoh khotbah jadi. Karena jikalau
khotbah jadi ini langsung dipergunakan akan mematikan kreativitas dan
semangat belajar para pengkhotbah.

Kami mengucapkan terimakasih kepada GKSBS Klasis Tulang Bawang,


Seputih Raman dan Bandarjaya yang telah memfasilitasi proses
penulisan SAH semester ganjil 2012 ini. Terimakasih kepada para
penulis yang telah berkenan mempersembahkan karya tulisnya. Pdt.
3
Kurniawan Dewanto Wijaya, Pdt. Darmawan Ginting, Pdt. Purnomo Sidi,
Sdri. Lily Rabbita Sari Namuru, Sdr. Dwi Tunggal, Pdt. Bonason R.
Manulang, Pdt. Endar W. Subekti, Pdt. Ardyo Wiyoso, Sdri. Tressia T.
Tahulending, Pdt. Prasetyanto Aji, Pdt. Parningotan Siagian, Pdt. Riyadi
Basuki, Pdt. Alfred RG. Ta’ek, Pdt. Bambang Nugroho Hadi, Pdt. Erik T.
Purba, Pdt. Joko Nawanto, Sdr. Yosafat Agung Prabowo dan Pdt. A.T.
Hariyanto. Kiranya Tuhan Yesus memberkati jerih lelah dan pelayanan
saudara.
Harapan kami buku SAH ini dapat menolong Bapak/Ibu/Sdr/i sekalian
dalam mempersiapkan khotbah dan menjadi berkat bagi seluruh Jemaat
se-Sinode GKSBS. Selamat melayani demi kemuliaan Allah Tri tunggal.

Metro, Desember 2011


Majelis Pekerja Sinode GKSBS

4
Rancangan Khotbah, 1 Januari 2012
Tahun Baru Masehi 2012
Warna Putih
Bacaan berdasarkan Leksionari:
Pengkotbah 3:1-15; Mazmur 8; Wahyu 21:1-6a; Matius 25:31-46
Bacaan Kotbah: Pengkhotbah 3:1-15

HIDUP DI DALAM WAKTU TUHAN

Tujuan : Anggota Jemaat menyadari pentingnya menilai segala sesuatu


yang akan terjadi dalam perspektif (cara pandang) Allah.

PENJELASAN TEKS

Kitab Pengkhotbah berisi buah pikiran dari “Sang Pemikir”. Ia


merenungkan dalam-dalam betapa singkatnya hidup manusia ini, yang
penuh pertentangan, ketidakadilan dan hal-hal yang sulit dimengerti.
Maka disimpulkannya bahwa "hidup itu sia-sia". Ia tak dapat memahami
tindakan Allah dalam menentukan nasib manusia. Tetapi meskipun
demikian, dinasihatinya orang-orang untuk bekerja dengan giat, dan
untuk sebanyak mungkin dan selama mungkin menikmati pemberian-
pemberian Allah. Kebanyakan dari buah pikiran Sang Pemikir itu
bernada sumbang, bahkan putus asa. Tetapi kenyataan bahwa kitab ini
termasuk dalam Alkitab, menunjukkan bahwa iman yang mendasarkan
Alkitab cukup luas untuk mempertimbangkan juga keragu-raguan dan
keputusasaan semacam itu. Banyak orang yang telah membaca kitab ini
merasa terhibur, karena mereka seolah-olah melihat sifat-sifat mereka
berdiri didalam kitab Pengkhotbah ini. Mereka pun sadar bahwa Alkitab
yang mencerminkan pemikiran-pemikiran yang sumbang itu, juga
memberi harapan tentang Allah, harapan yang memberi arti kehidupan
yang sebenarnya.

SEGALA SESUATU ADA MASANYA

5
Pengkhotbah, mengawali perikop ini dengan jelas dan sesuatu yang
umum. Segala sesuatu ada masanya, tidak terbatas pada sesuatu bahkan
makin diperjelas dengan kata “untuk apa pun di bawah langit ada
waktunya”. Artinya bahwa semua peristiwa yang terjadi di bumi/di
bawah langit itu ada waktunya, ada masanya, ada fasenya, terjadi dalam
keteraturan, keserasian dan keselarasan. Sehingga pembukaan pasal 3 ini
sungguh membawa dan mengantar pemahaman pembaca terhadap ayat-
ayat berikutnya. Namun, jika kita membaca Alkitab dalam bahasa Jawa
atau versi Bahasa Indonesia sehari-hari (BIS) terjemahan ayat 1 secara
jelas persoalan peristiwa, waktu dan masa itu terjadi atas kehendak Allah.
“Samubarang kabèh sing kelakon ing donya iki kelakoné ing wektu sing
katetepaké déning Allah” (versi Alkitab Bahasa Jawa).
Versi BIS: “Segala sesuatu di dunia ini terjadi pada waktu yang
ditentukan oleh Allah”. Namun, penulis lebih mengikuti terjemahan dari
Terjemahan Baru (TB) LAI, bahwa memang ada yang mengatur dan
berkuasa akan sang waktu bisa menunjuk kepada Allah, tetapi bagi
pengkhotbah ada maksud yang khas/istimewa terhadap ayat yang
pertama ini, yaitu membuka pembaca untuk terbuka seluas-luasnya dan
tidak terpaku/ terkekang oleh satu ide/tafsiran.

Ayat 2. Menjelaskan tentang waktu untuk lahir diperbandingkan/


dipertentangkan dengan waktu untuk meninggal. Ada waktu untuk
menanam diperbandingkan/dipertentangkan dengan ada waktu untuk
mencabut yang ditanam. Peristiwa lahir – meninggal, menanam dengan
mencabut yang ditanam. Membawa makna bahwa peristiwa kelahiran itu
ada waktunya yang memiliki masa untuk sampai pada meninggal, hal ini
erat dengan manusia dan binatang. Begitu juga dengan menanam
tanaman sampai waktu panen/masa mencabut tanaman yang ditanam, hal
ini erat hubungannya dengan tanaman/tumbuh-tumbuhan.

Ayat 3. Membunuh – menyembuhkan diparalelkan dengan merombak –


membangun. Yang pertama dapat dikenakan kepada konteks
pemeliharaan binatang ternak. Ketika ternak ini sakit parah dan tidak
dapat disembuhkan maka akan dibunuh. Yang kedua ini dikenakan pada
konteks pembangunan dan pembongkaran rumah.

6
Ayat 4. Menangis – tertawa diparalelkan dengan meratap – menari,
sorotan khusus pada pengalaman manusia. Yang pertama konteks
lingkup emosional manusia, sedangkan yang kedua lebih kepada reaksi
fisik berupa gerak tubuh. Apa yang lahir dari hati terkadang diluapkan
dalam reaksi gerak tubuh.

Ayat 5. Membuang batu – mengumpulkan batu, diparalelkan dengan


memeluk – menahan diri dari memeluk atau tidak memeluk. Yang
pertama adalah metafor untuk hubungan seksual. Membuang batu
maksudnya bersetubuh, sedangkan mengumpulkan batu maksudnya
berhenti/tidak bersetubuh. Ini menunjuk pada konteks tentang hubungan
intim. Bahwa dalam agama Yahudi, seksualitas tidak dianggap saru/tabu
melainkan dipandang positif. Bahwa para rabi memberikan saran agar
suami-suami berhubungan dengan istrinya minimal 1 kali seminggu,
tetapi pada saat hari raya Yom Kippur (Pendamaian) di malam harinya
orang dilarang melakukan hubungan seksual. Itu pun ada waktunya, itu
pun sudah diatur “dari sononya”

Ayat 6. Pertentangan mencari – membiarkan rugi diparalelkan dengan


menyimpan – membuang. Ini masuk dalam konteks barang hilang di
rumah. Mula-mula giat dicari, tetapi setelah tidak menemukannya,
direlakan saja. Menyimpan dan membuang bisa juga dikenakan pada
konteks rumah tangga.

Ayat 7. Pertentangan merobek – menjahit diparalelkan dengan berdiam


diri – berbicara. Tradisi dalam PL, diketahui bahwa orang yang bersedih
dan/atau berkabung selalu merobek-robek pakaiannya sebagai tanda
berdukacita. Setelah masa perkabungan selesai, robekan itu dijahit
kembali. Konteks perkabungan ini cocok dengan paralelnya yaitu orang
yang berkabung akan banyak berdiam diri, nanti sesudah masa
perkabungan selesai baru dia berbicara lagi.

Ayat 8. Mengasihi/mencintai dipertentangkan dengan membenci;


paralelnya perang dan damai. Konteksnya jelas adalah hubungan
manusia dengan sesamanya.

7
Ayat-ayat ini (1-8) merupakan gambaran atau memperlihatkan kegiatan-
kegiatan manusia yang bertentangan dan tidak bisa dilaksanakan dalam
waktu yang sama. Dan itu semua terjadi secara alamiah.

HAL YANG SIA-SIA


Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih
payah?
Pertanyaan dari penulis kitab Pengkhotbah, dengan memperhatikan dan
menilai pertentangan-pertentangan yang terjadi hingga dapat sejenak
disimpulkan pada ayat ini adalah sesuatu yang sia-sia karena tidak
memperoleh keuntungan. Walaupun sudah dikerjakan dengan berjerih
payah. Bahkan pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak
manusia itu menurut Pengkhotbah adalah melelahkan dirinya. (ay. 10).
Bahwa ketetapan-ketetapan yang terjadi ini, bukan sesuatu hal yang
menggairahkan, tetapi menyusahkan dan membebani manusia.
Mengapa? Hal ini dipahami sebagai beban oleh karena dirasakan semua
itu selalu diatur dan diatur. Misalnya: waktu untuk tertawa – waktu
untuk menangis, mengapa harus diatur dan terkesan manusia tidak bisa
bebas, inilah beban.

HAL YANG MENG-INDAH-KAN


Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,... kata “indah” adalah
sebuah istilah estetis/nilai seni. Pemakaian kata “indah” yang bisa
diterjemahkan sebagai menyenangkan, menunjukkan akan kedekatan
Pengkhotbah dengan pemahaman Yunani yang selaras juga dengan
ungkapan Jawa mengenai “memayu hayuning bawana” yang sering
diartikan sebagai memperindah dunia dan bukan memperbaiki dunia.
Hal ini mengartikan kalau Allah yang membuat peristiwa-peristiwa
seperti yang tertulis dalam ayat1-8 itu terjadi pada waktunya, itu adalah
indah. Segala sesuatu menjadi indah, segala sesuatu adalah indah pada
waktunya, oleh karena Ia (Allah) memberikan kekekalan dalam hati
manusia. Namun, hal ini tidak membuat manusia dengan mudah
menyelami pekerjaan yang dilakukan oleh Allah dari awal sampai akhir.
Inilah yang dapat disebut sebagai misteri Allah, artinya bahwa pekerjaan-
pekerjaan Allah tidak bisa didikte, diprediksi atau diramalkan dengan
tepat oleh manusia. Sebab jika apa yang dilakukan/dikerjakan oleh
8
Allah itu dengan mudah diselami oleh manusia, maka manusia lebih
hebat dan lebih punya kuasa daripada Allah.

.... itu juga adalah pemberian Allah. Masa-masa yang berat, pekerjaan-
pekerjaan yang berat atau menyusahkan itu adalah pemberian Allah,
begitu juga dengan hal-hal yang ringan dalam hidup kita seperti makan,
minum dan bersenang-senang adalah juga pemberian Allah. Hal-hal
yang penting namun sekaligus menyusahkan di dunia ini datang dari
Tuhan, tetapi juga hal-hal yang ringan-ringan. Di tengah ketiadaan
makna dan ketidak mampuan teologi untuk memahami Allah, kita masih
bisa menerima berkat-berkat sehari-hari.

PENGHARAPAN DALAM WAKTU TUHAN

Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada
untuk selamanya;...(ay.14a).
Inilah kata Pengkhotbah yang menampakkan kepercayaannya mengenai
perbuatan-perbuatan Allah yang berlangsung terus-menerus. Akan tetap
ada untuk selamanya, tidak hanya dalam waktu sesaat/sekali waktu saja,
tetapi itu berlangsung terus-menerus, tidak berhenti perbuatan Allah itu
untuk manusia dan seluruh ciptaan.

Itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat
demikian, supaya manusia takut akan Dia.(ay.14b).
Manusia tidak dapat menambah atau mengurangi, hal ini untuk
menunjukkan kadaulatan Allah yang mutlak. Perbuatan manusia bisa
ditambah atau dikurangi, perbuatan Allah tidak. Entah suka atau tidak
suka, mau atau tidak mau itu sudah demikian adanya. Dipihak lain
ungkapan mengenai sesuatu yang tidak bisa ditambah atau dikurangi juga
menunjukkan kesempurnaan karya Allah. Allah membuat karya-karya-
Nya demikian dengan maksud tertentu, yaitu agar manusia takut akan
Dia. Biasanya didalam PL, “takut akan Allah” adalah tema yang positif.
Takut akan Allah bagi Pengkhotbah sungguh-sungguh bahwa Allah
adalah Allah yang menakutkan, disebut sebagai Sang Allah. Ingin
memberikan bahwa Allah itu berbeda dengan manusia. Allah harus
disembah dan manusialah yang menyembah Allah.

9
Ayat 15: .... Allah mencari yang sudah lalu. Dalam Alkitab BIS-LAI
menafsir: “Allah menentukan supaya yang sudah terjadi, terjadi lagi”.
Dipahami bahwa ingin menunjukkan Allah tetap melihat, memperhatikan
dan peduli akan peristiwa yang terjadi dahulu atau yang sudah lalu. Yang
sekarang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah lama ada. Allah
telah merancangkan dan menetapkan, dan inilah waktu Allah dalam
karya-Nya di tengah-tengah dunia.

KONTEKS MASA KINI

1. Memasuki tahun yang baru tahun 2012, melepas tahun yang lama
tahun 2011, membawa pemahaman akan adanya hari baru, tahun
baru, harapan yang baru dan senantiasa yang baru. Namun, perlu
disadari bahwa waktu dalam tahun yang baru itu masih sama dengan
waktu-waktu yang lalu.
2. Adanya evaluasi program atau kegiatan ditahun yang lalu (2011).
Yang berhasil dan membahagiakan diapresiasi dan dihargai.
Sedangkan kemunduran/kegagalan dan ketidakberhasilan/
ketidaksuksesan diterima dengan syukur sebagai pembelajaran untuk
sukses dan berhasil.
3. Ada perencanaan-perencaan yang baru dibuat atau disusun untuk
mempersiapkan diri melangkah ditahun yang baru. Misal:
penyusunan RAPBG (Rencana Anggaran Pendapatan dan Beban
Gereja); Rencana Program Kegiatan tahun 2012.
4. Ada komitmen yang baru untuk membawa kemajuan diri, keluarga,
gereja dan masyarakat.

SARAN PENYUSUNAN KOTBAH

Pendahuluan.
Pengkotbah menyampaikan ucapan selamat “Tahun Baru 2012” kepada
jemaat. Waktu yang baru, hari yang baru… semua baru. Kiranya juga
kita masuk ibadah ini dengan hati yang selalu baru. Sampaikan apresiasi
akan segala sesuatu berkaitan dengan pribadi/ gereja/ bangsa secara

10
umum yang terjadi pada tahun yang lalu (2011). Ada banyak kesuksesan
dan keberhasilan, tetapi ada pula ketidaksuksesan/ kegagalan.

Isi
1. Pengkotbah menyampaikan apa yang tertulis dalam penjelasan teks
(dalam bahasa sendiri) dengan pokok penting:
o Untuk segala sesuatu ada masanya.
o Hal yang sia-sia.
o Hal yang meng-indah-kan.
o Pengharapan didalam waktu TUHAN.
2. Hidup di dalam waktu TUHAN (pengkotbah memperhatikan konteks
masa kini, dan juga konteks terkini yang dialaminya yang sesuai
dengan teks).

Penutup
Pengkotbah memberikan penekanan tentang bagaimana untuk hidup di
dalam waktu TUHAN dengan memperhatikan dan menghayati dengan
sadar bahwa TUHAN-lah yang empunya kuasa atas waktu/masa. Amin.

Liturgi:
Nats Pembimbing : Mazmur 8:2-5
Berita Anugerah : Wahyu 21:4-6
Petunjuk Hidup Baru : Matius 25:37-40
Nats Persembahan : Mazmur 27:4-6

Lagu – lagu:
1. KJ. 246 PKJ. 27
2. KJ. 242 PKJ. 58
3. KJ. 33 PKJ. 43
4. KJ. 332 PKJ. 123
5. KJ. 337 PKJ. 264
6. KJ. 345 PKJ. 203

***
11
Contoh Kotbah Jadi
Minggu, 1 Januari 2012
Tahun Baru Masehi

HIDUP DI DALAM WAKTU TUHAN

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,


Selamat memasuki “Tahun Baru 2012”. Waktu yang baru, hari yang
baru... semua baru. Kiranya juga kita masuk ibadah ini dengan hati yang
selalu baru. Banyak yang telah terjadi dalam kehidupan kita selama satu
tahun ditahun 2011. Sebagai pribadi, keluarga, gereja, Negara, tentu
pernah mengalami kesuksesan/keberhasilan, misalnya sebagai pribadi:
dalam pekerjaan ditahun 2011 beroleh kemajuan, panen banyak, hasil
melimpah. SYUKUR.
Tetapi tidak dipungkiri juga ada kegagalan yang terjadi, atau ada yang
belum berhasil dilakukan. Misalnya: sebagai keluarga, dalam
kehidupannya sudah berusaha tapi ternyata belum berhasil, gagal panen,
tidak lulus ujian, dll. TETAP BERSYUKUR. Bahwa SEGALA
SESUATU ADA MASANYA.

Marilah kita saat ini belajar dari nats yang kita baca saat ini. Kata
Pengkhotbah, Segala sesuatu ada masanya, tidak terbatas pada sesuatu
bahkan makin diperjelas dengan kata “untuk apa pun di bawah langit
ada waktunya”. Artinya bahwa semua peristiwa yang terjadi di bumi/ di
bawah langit itu ada waktunya, ada masanya, ada fasenya, terjadi dalam
keteraturan, keserasian dan keselarasan.
(Waktu dan masa itu terjadi atas kehendak Allah. “Samubarang kabèh
sing kelakon ing donya iki kelakoné ing wektu sing katetepaké déning
Allah” (versi Alkitab Bahasa Jawa).

12
Versi BIS (Bahasa Indonesia Sehari-hari) : “Segala sesuatu di dunia
ini terjadi pada waktu yang ditentukan oleh Allah”.) – disesuaikan
dengan situasi yang hendak berkhotbah.
Dalam dunia ada yang mengatur dan berkuasa akan sang waktu. Apakah
menunjuk kepada Allah?

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,


Keteraturan, keselarasan peristiwa dalam dunia yang kita alami hingga
saat ini sebagai orang percaya kita bisa yakin bahwa Allah-lah yang
kuasa akan waktu/masa. Sebagai buktinya ketika kita menghayati dalam
ayat 2-8, untuk hal lahir – mati; menanam – mencabut yang ditanam;
membunuh – menyembuhkan; merombak – membangun; membunuh –
menyembuhkan; merombak – membangun; menangis – tertawa; meratap
– menari; membuang batu –mengumpulkan batu; memeluk – menahan
diri dari memeluk atau tidak memeluk; mencari – membiarkan rugi;
menyimpan – membuang; merobek – menjahit; berdiam diri – berbicara;
Mengasihi/mencintai – membenci; perang – damai; semua ini ada
waktunya. Inilah gambaran atau memperlihatkan kegiatan-kegiatan
manusia yang bertentangan dan tidak bisa dilaksanakan dalam waktu
yang sama.

Peristiwa lahir – meninggal, menanam dengan mencabut yang ditanam.


Membawa makna bahwa peristiwa kelahiran itu ada waktunya yang
memiliki masa untuk sampai pada meninggal, hal ini erat dengan
manusia dan binatang. Begitu juga dengan menanam tanaman sampai
waktu panen/ masa mencabut tanaman yang ditanam, hal ini erat
hubungannya dengan tanaman/ tumbuh-tumbuhan. Membunuh –
menyembuhkan diparalelkan dengan merombak – membangun. Yang
pertama dapat dikenakan kepada konteks pemeliharaan binatang ternak.
Ketika ternak ini sakit parah dan tidak dapat disembuhkan maka akan
dibunuh. Yang kedua ini dikenakan pada konteks pembangunan dan
pembongkaran rumah. Menangis – tertawa diparalelkan dengan meratap
– menari, sorotan khusus pada pengalaman manusia. Yang pertama
konteks lingkup emosional manusia, sedangkan yang kedua lebih kepada
reaksi fisik berupa gerak tubuh. Apa yang lahir dari hati terkadang
diluapkan dalam reaksi gerak tubuh.
13
Membuang batu – mengumpulkan batu, diparalelkan dengan memeluk –
menahan diri dari memeluk atau tidak memeluk. Yang pertama adalah
metafor untuk hubungan seksual. Membuang batu maksudnya
bersetubuh, sedangkan mengumpulkan batu maksudnya berhenti/tidak
bersetubuh. Ini menunjuk pada konteks tentang hubungan intim. Bahwa
dalam agama Yahudi, seksualitas tidak dianggap saru/tabu melainkan
dipandang positif. Bahwa para rabi memberikan saran agar suami-suami
berhubungan dengan istrinya minimal 1 kali seminggu, tetapi pada saat
hari raya Yom Kippur (Pendamaian) di malam harinya orang dilarang
melakukan hubungan seksual. Itu pun ada waktunya, itu pun sudah
diatur “dari sononya”. Pertentangan mencari – membiarkan rugi
diparalelkan dengan menyimpan – membuang. Ini masuk dalam konteks
barang hilang di rumah. Mula-mula giat dicari, tetapi setelah tidak
menemukannya, direlakan saja. Menyimpan dan membuang dikenakan
pada peristiwa di rumah tangga.

Pertentangan merobek – menjahit diparalelkan dengan berdiam diri –


berbicara. Tradisi dalam PL, diketahui bahwa orang yang bersedih
dan/atau berkabung selalu merobek-robek pakaiannya sebagai tanda
berdukacita. Setelah masa perkabungan selesai, robekan itu dijahit
kembali. Konteks perkabungan ini cocok dengan paralelnya yaitu orang
yang berkabung akan banyak berdiam diri, nanti sesudah masa
perkabungan selesai baru dia berbicara lagi. Mengasihi/mencintai
dipertentangkan dengan membenci; paralelnya perang dan damai.
Konteksnya jelas adalah hubungan manusia dengan sesamanya.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,


Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih
payah? Hal yang sia-sia karena tidak memperoleh keuntungan. Walaupun
sudah dikerjakan dengan berjerih payah. Bahkan pekerjaan yang
diberikan Allah kepada anak-anak manusia itu adalah melelahkan
dirinya. (ay. 10). Ketetapan-ketetapan yang terjadi ini, bukan sesuatu hal
yang menggairahkan, tetapi menyusahkan dan membebani manusia.
Mengapa? Hal ini dipahami sebagai beban oleh karena dirasakan semua
itu selalu diatur dan diatur. Misalnya: waktu untuk tertawa – waktu

14
untuk menangis, mengapa harus diatur dan terkesan manusia tidak bisa
bebas, inilah beban.

Namun, Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,... kata


“indah” adalah sebuah istilah estetis/ nilai seni. Pemakaian kata “indah”
yang bisa diterjemahkan sebagai menyenangkan, menunjukkan akan
kedekatan Pengkhotbah dengan pemahaman Yunani yang selaras juga
dengan ungkapan Jawa mengenai “memayu hayuning bawana” yang
sering diartikan sebagai memperindah dunia dan bukan memperbaiki
dunia. Hal ini mengartikan kalau Allah yang membuat peristiwa-
peristiwa seperti yang tertulis dalam ayat1-8 itu terjadi pada waktunya,
itu adalah indah. Segala sesuatu menjadi indah, segala sesuatu adalah
indah pada waktunya, oleh karena Ia (Allah) memberikan kekekalan
dalam hati manusia.

Walaupun segala sesuatu itu indah tidak membuat manusia dengan


mudah menyelami pekerjaan yang dilakukan oleh Allah dari awal sampai
akhir. Inilah yang dapat disebut sebagai misteri Allah, artinya bahwa
pekerjaan-pekerjaan Allah tidak bisa didikte, diprediksi atau diramalkan
dengan tepat oleh manusia. Sebab jika apa yang dilakukan/dikerjakan
oleh Allah itu dengan mudah diselami oleh manusia, maka manusia lebih
hebat dan lebih punya kuasa daripada Allah. Masa-masa yang berat,
pekerjaan-pekerjaan yang berat atau menyusahkan kita, namun .... itu
juga adalah pemberian Allah. Begitu juga dengan hal-hal yang ringan
dalam hidup kita seperti makan, minum dan bersenang-senang Sebab ....
itu juga adalah pemberian Allah... Hal-hal yang penting namun
sekaligus menyusahkan di dunia ini datang dari Tuhan, tetapi juga hal-hal
yang ringan-ringan. Di tengah ketiadaan makna dan ketidakmampuan
teologi untuk memahami Allah, kita masih bisa menerima berkat-berkat
sehari-hari.

Inilah yang dapat membawa kita dalam hidup ber-PENGHARAPAN


DALAM WAKTU TUHAN. Aku tahu bahwa segala sesuatu yang
dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya;... (ay.14a). Inilah
kata Pengkhotbah yang menampakkan kepercayaannya mengenai
perbuatan-perbuatan Allah yang berlangsung terus-menerus. Akan tetap
ada untuk selamanya, tidak hanya dalam waktu sesaat/sekali waktu saja,
15
tetapi itu berlangsung terus-menerus, tidak berhenti perbuatan Allah itu
untuk manusia dan seluruh ciptaan. Manusia tidak dapat menambah atau
mengurangi, hal ini untuk menunjukkan kadaulatan Allah yang mutlak.
Perbuatan manusia bisa ditambah atau dikurangi, perbuatan Allah tidak.
Entah suka atau tidak suka, mau atau tidak mau itu sudah demikian
adanya. Di pihak lain ungkapan mengenai sesuatu yang tidak bisa
ditambah atau dikurangi juga menunjukkan kesempurnaan karya Allah.
Allah membuat karya-karya-Nya demikian dengan maksud tertentu, yaitu
agar manusia takut akan Dia. Biasanya di dalam PL, “takut akan Allah”
adalah tema yang positif. Takut akan Allah bagi Pengkhotbah sungguh-
sungguh bahwa Allah adalah Allah yang menakutkan, disebut sebagai
Sang Allah. Ingin memberikan bahwa Allah itu berbeda dengan manusia.
Allah harus disembah dan manusialah yang menyembah Allah. Sebab
Allah tetap melihat, memperhatikan dan peduli akan peristiwa yang
terjadi dahulu atau yang sudah lalu. Yang sekarang ada dulu sudah ada,
dan yang akan ada sudah lama ada. Allah telah merancangkan dan
menetapkan, dan inilah waktu Allah dalam karya-Nya di tengah-tengah
dunia.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,


Tuhan memberikan waktu untuk kita. Bagaimana kita meresponnya
dengan syukur untuk hidup di dalam waktu TUHAN dengan
memperhatikan dan menghayati secara sadar bahwa TUHAN-lah yang
empunya kuasa atas waktu/masa. Amin.(KDW)

***

16
Rancangan Khotbah, 8 Januari 2012
Minggu Epifani ( Perjamuan kudus 1)
Warna Putih
Bacaan Leksionari:
Yes. 60:1-6; Mzm.72: 1-7, 10-14; Ef. 3:1-12; Mat.2:1-12
Bacaan Kotbah: Efesus 3:1-12

TERANG YANG MENUNJUKKAN JALAN.

Tujuan: Anggota jemaat menyadari kedatangan Kristus sebagai terang


yang menuntun kepada kehidupan, sehingga mereka mengalami
perjumpaan dengan Kristus.

LATAR BELAKANG TEKS

Efesus adalah sebuah kota besar di Asia Depan, di jaman Perjanjian Baru
kota Efesus yang terletak di pantai Laut Tengah dan menjadi ibu kota
propinsi Romawi yang disebut “Asia”. Kota ini menjadi pusat
kebudayaan Yunani dan pusat penyembahan Dewi Artemis (dewi Ibu atau
dewa Kesuburan) yang selama ribuan tahun dipuja di sana. Selain Dewi
Artemis ada dewa-dewi lain yang dipuja, khususnya Kaisar Roma yang
didewakan. Keberadaan jemaat yang dituju adalah jemaat Kristen non
Yahudi, dengan latar belakang ada alam pikiran jemaat yang sinkritisme
(paham/aliran yang merupakan perpaduan beberapa aliran), disebabkan
adanya aliran, pemikiran, dan ajaran yang bermacam-macam disiarkan
dalam masyarakat Yunani – Romawi dan hal ini menjadi ancaman bagi
kepercayaan Kristen.
17
PENJELASAN TEKS

Ayat 1-2: Rasul Paulus menjelaskan bahwa dirinya telah dipenjarakan


karena memberitakan Injil. Dan Tugas pemberitaan Injil (kasih Karunia
Allah) diberikan oleh Allah karena kebaikan Allah, dan dilakukan demi
kepentingan jemaat.
Ayat 3-6: Allah telah mengungkapkan rahasia rencanaNya kepada Rasul
Paulus melalui wahyu, yang telah dituliskan kepada jemaat Efesus.
Jemaat Efesus akan mengetahui rahasia rencana Allah bila membaca
surat tersebut. Rahasia itu dahulu tidak diberitahukan kepada anak-anak
manusia, tetapi Roh Allah telah menyatakan rahasia itu kepada nabi-
nabi dan kepada rasul-rasul yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi
melalui pemberitaan Injil ikut menjadi ahli waris kerajaan Allah
yang dulu hanya diperuntukan bagi orang Yahudi. Tetapi sekarang
orang-orang non Yahudipun juga menjadi anggota tubuh yang sama
(menerima hak yang sama) yaitu turut menerima apa yang dijanjikan
Allah melalui Kristus Yesus.

Ayat 7- 12: Allah telah memberi anugerah yaitu tugas kepada Rasul
Paulus untuk memberitakan Kabar Baik (Injil). Rasul Paulus pun
meresponnya dengan menerima tugas tersebut. Rasul Paulus sendiri
merasa paling hina di antara umat, tetapi diberi kepercayaan
memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kabar baik mengenai
Kristus dengan segala kekayaannya. Sehingga semua tahu bagaimana
Allah, Pencipta semesta alam ini, melaksanakan semua rencanaNya yang
dahulu dirahasiakan kepada dunia. Sekarang melalui jemaat, semua
yang memegang kekuasaan di surga mengetahui kebijaksanaan/hikmat
Allah dalam segala bentuknya, sesuai dengan maksud Allah yang kekal,
yang dinyatakan melalui perantaraan Yesus Kristus Tuhan. Sehingga di
dalam Dia umat beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah
dengan penuh kepercayaan dan iman kepadaNya.

KONTEKS MASA KINI

18
Suasana tahun baru masih terasa, bayang-bayang kedepan tidak tahu apa
yang akan terjadi, masih gelap, banyak godaan banyak tantangan dalam
kehidupan. Contohnya, banyak orang menerawang kedepan dengan
memegang dan mempercayai ramalan-ramalan, Shio-shio, ataupun
horoskop. Tidak sedikit yang mengandalkan apa yang dimiliki. Roh
jaman (Materialistis, Egois, hedonisme, dll) juga mempengaruhi cara
berpikir jemaat, dunia yang serba instant menjadikan jemaat kurang
menyadari arti pentingya proses, sehingga cenderung menghalalkan
segala cara untuk mencapai tujuan, yang penting cepat selesai, cepat kaya
tanpa memperhatikan apakah hal itu baik dan benar dihadapan Allah.
Tidak sedikit orang yang berjalan menurut kehendaknya sendiri, sehingga
banyak orang yang tersesat di jalan hidupnya.

SARAN PENYUSUNAN KOTBAH


Pendahuluan
Pengkotbah memulai kotbah ini dengan menyampaikan bahwa suasana
kemeriahan menyambut Tahun baru 2012 masih sangat terasa. Setelah
itu tanyakan kepada jemaat demikian “ siapa diantara kita yang sudah
tahu apa yang akan terjadi di tahun 2012 ke depan? (bila memungkinkan
minta jawaban dari beberapa anggota jemaat. Kemungkinan jawaban
adalah sudah atau tidak).
Setelah itu pengkotbah menjelaskan bahwa banyak orang diterangi
dengan percaya ramalan-ramalan yang akan terjadi ditahun ini,
harapannya dapat mengatasi dan menghindari kesulitan-kesulitan hidup
di tahun ini. Salah satunya masih banyak orang yang mengandalkan
hartanya untuk menjalani dan melewati tahun ini. Terangkan juga bahwa
tidak sedikit orang yang berjalan menurut kehendaknya sendiri, sehingga
banyak yang tersesat dijalan hidupnya, semakin jauh dari Allah.
Terangkan bahwa Allah telah memberi terang kepada manusia melalui
perantaraan Tuhan Yesus Kristus, dan hal itu disaksikan oleh Rasul
Paulus sendiri yang diberitakan kepada semua orang.

Isi
Terangkan kepada jemaat bahwa rasul Paulus telah dipenjarakan karena
memberitakan Injil, dan tugas pemberitaan Injil ini diberikan karena
19
kebaikan Allah. Rasul Paulus sadar bahwa dirinya adalah orang yang
paling hina diantara umat Allah, sekalipun demikian Paulus dipanggil
oleh Allah untuk memberitakan Injil Kristus.
Jelaskan bahwa Allah telah mengungkapkan rahasia rencanaNya dan
telah memberitahukan semua kepada rasul Paulus, dan rahasia itu dahulu
tidak diberitahukan kepada manusia, tetapi Roh Allah telah menyatakan
rahasia itu kepada nabi-nabi dan kepada rasul-rasul yaitu bahwa orang-
orang bukan Yahudi melalui pemberitaan Injil ikut menjadi ahli
waris kerajaan Allah yang dulu hanya diperuntukan bagi orang Yahudi.
Tetapi sekarang orang-orang bukan Yahudipun juga menjadi Anggota
tubuh yang sama (menerima hak yang sama) yaitu turut menerima apa
yang dijanjikan Allah melalui Kristus Yesus.

Terangkan bahwa melalui pemberitaan Injil yang dilakukan Rasul Paulus


diharapkan manusia tahu bagaimana Allah telah melakukan segala
rencanaNya dan mengetahui hikmat Allah, dan semua rencanaNya
dilakukan dengan perantaraan Yesus Kristus. Sehingga dengan
percaya kepada Yesus Kristus dan bersatu dengan Dia, umat diberi
kebebasan untuk mendekati Allah dengan penuh kekercayaan.

Penutup
Tekankan, bahwa jemaat yang percaya kepada Tuhan Yesus juga
termasuk menjadi ahli waris kerajaan Allah. Dengan beriman kepadaNya
jemaat mengetahui hikmat Allah, yang akan menuntun dan menerangi
jemaat untuk dekat kepada Allah, sehingga jemaat dituntun kepada hidup
yang benar.

Contoh Khotbah Jadi.

TERANG YANG MENUNJUKKAN JALAN.

Jemaat yang dikasihi dan mengasihi Tuhan,


Sudah delapan hari ini kita meninggalkan tahun 2011, dan suasana tahun
baru masih terasa di dalam hidup kita, ada harapan-harapan baru yang
muncul, bahwa tahun 2012 ini harus lebih baik dari pada tahun yang lalu.
Kalau boleh saya bertanya” Apakah ada yang tahu situasi kedepan
20
ditahun ini?” ya memang tidak ada yang tahu, besok seperti apa dan
bagaimana, (masih gelap). Kadang-kadang orang meraba-raba, atau
menerangi dirinya dengan percaya ramalan-ramalan yang akan terjadi,
baik melalui shio-shio, horoskop, dan lain sebagainya. Upaya-upaya ini
sangat mudah dan murah didapat melalui iklan di TV, hanya dengan
biaya Rp 2.000 ketik REG peramal sudah mengetahui nasib kita ke
depan, dengan mengetahui nasib kedepan harapannya dapat mengatasi
dan menghindari kesulitan-kesulitan hidup ditahun ini. Salah satunya
masih banyak orang yang mengandalkan hartanya untuk menjalani hidup
ditahun ini. Selain itu roh jaman yang mempengaruhi pola pikir sebagian
jemaat, menjadikan jemaat tidak terarah, contohnya dalam dunia serba
instan menjadikan jemaat kurang menyadari arti pentingya proses. Tidak
sedikit orang yang terjebak dan menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuan. Yang penting cepat selesai, cepat kaya tanpa
memperhatikan apakah hal itu baik dan benar dihadapan Allah. Tidak
sedikit pula orang yang berjalan menurut kehendaknya sendiri, sehingga
banyak yang tersesat dan semakin jauh dari Allah. Ketika menatap hari-
hari di depan dapat dipastikan bahwa kita tidak tahu akan apa yang
terjadi namun toch mau tidak mau kita tetap harus melangkah maju.
Ketika kita merenungkan, sebenarnya Allah telah memberi terang dan
hikmat kepada manusia, sehingga kita sebagai manusia tidak perlu takut
berjalan untuk melewati tahun 2012 ini. Dan terang itu telah dinyatakan
di dalam diri Yesus Kristus, yang sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi,
bahkan Rasul Paulus kepada semua orang, seperti yang ada dalam bacaan
kita saat ini.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Kita semua pasti tahu siapa rasul Paulus sebelumnya, seorang yang
membenci ajaran Tuhan dan penganiaya jemaat, tetapi oleh Tuhan ia
telah dirubah melalui kuasanya, sehingga ia mau bertobat, dan dipakai
oleh Tuhan untuk menjadi alatnya. Ia menjadi seorang yang berubah 180
derajat, dari seorang yang melawan ajaran Tuhan menjadi seorang yang
menyebarkan ajaran Tuhan bahkan sampai dipenjarakan karena
pemberitaan injil.
Dalam suratnya kepada jemaat Efesus, rasul Paulus mengingatkan
kembali bahwa ia telah dipenjarakan karena memberitakan Injil, dia
sadar pula bahwa tugas pemberitaan Injil ini diberikan oleh Allah karena
21
kebaikan Allah. Rasul Paulus sendiri sadar bahwa dirinya adalah orang
yang paling hina diantara umat Allah (orang yang tidak layak) sekalipun
demikian Paulus dipanggil oleh Allah untuk memberitakan Injil Kristus
kepada orang-orang non Yahudi.
Mengapa Rasul Paulus memberitakan Injil kepada orang bukan Yahudi?
Ya karena Allah telah mengungkapkan rahasia rencanaNya dan telah
memberitahukan semua kepada rasul Paulus, yaitu bahwa orang-orang
bukan Yahudi melalui pemberitaan Injil ikut menjadi ahli waris
kerajaan Allah yang dulu hanya diperuntukan bagi orang Yahudi. Tetapi
sekarang orang-orang bukan Yahudipun juga menjadi anggota tubuh yang
sama (menerima hak yang sama) yaitu turut menerima apa yang
dijanjikan Allah melalui Kristus Yesus. Sehingga melalui pemberitaan
Injil yang dilakukan Rasul Paulus diharapkan manusia tahu
bagaimana Allah telah melakukan segala rencanaNya dan manusia
juga mengetahui hikmat Allah, dan semua rencanaNya itu dilakukan
dengan perantaraan Yesus Kristus. Sehingga dengan percaya
kepada Yesus Kristus dan bersatu dengan Dia, umat diberi
kebebasan untuk mendekati Allah dengan penuh kepercayaan.
Dari sini kita bisa mengetahui bahwa didalam Yesus ada hikmah Allah, di
dalam Yesus ada jalan untuk dekat kepada Allah, sehingga manusia
mendapat terang dan tidak tersesat jalannya.
Jemaat Yang mengasihi Tuhan Yesus, Sebagai umat yang percaya kepada
Tuhan Yesus, haruslah percaya bahwa kita adalah orang-orang pewaris
Kerajaan Allah. Artinya keselamatan itu telah nyata di dalam kehidupan
kita. Dengan beriman kepadaNya maka akan mengetahui hikmat Allah,
sehingga kita akan dituntun dan diterangi untuk dapat dekat kepada
Allah. Disaat kita dekat kepada Allah maka kita dituntun kepada
kehidupan yang dikehendakiNya. Untuk itu marilah kita sebagai umat
Tuhan dalam mengisi dan melewati tahun 2012 ini, kita mau benar-benar
bergaul dengan Tuhan Yesus melalui sabda firmanNya dan beriman
kepadaNya, karena Dialah yang akan menerangi dan menuntun hidup
kita, sehingga kita tidak berjalan dalam kegelapan dan tidak akan
tersesat. Oleh karena mari kita tinggalkan berhala jaman ini yang
berkaitan dengan ramalan, okultisme, matrialisme, hedonisme, dan
individualisme. Amin. (JN)

22
UsulanAyat-ayat dan Lagu-lagu
1. Ny Pembukaan : PKJ. 2:1.
2. Nats Pembimbing : Matius 2:1-2
3. Ny Pujian : PKJ. 258:1-2
4. Berita Anugerah : Yesaya 60:1-2
5. Ny Peneguhan : PKJ. 241:1-3
6. Ny Responsoria : PKJ. 230:1-4
7. Nats Persembahan : Amsal 3:9-10
8. Ny Persembahan : PKJ. 145:1 dstnya
9. Ny Penutup : PKJ. 131:1-3

Rancangan Khotbah, 15 Januari 2012


Minggu Epifani 2
Warna Hijau
Bacaan Leksionari:
1 Sam. 3:1-20; Mzm. 139: 1-6, 13-18; Ef. 3: 1- 12; Mat. 2: 1 -12
Bacaan Khotbah: Mazmur 139:1-6, 13-18

MENGABDIKAN HIDUP KEPADA


TUHAN
Tujuan
1. Jemaat mengakui akan keberadaan Allah yang maha tahu.
2. Jemaat sungguh-sungguh mengabdikan hidupnya bagi kemuliaan
Tuhan

PENJELASAN TEKS

1. Mazmur 139 ini merupakan kesusasteraan yang berisi syair yang


indah. Dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian I (ayat 1-18) tentang
Pengakuan Iman dan bagain II (ayat 19-24) tentang Permohonan
kepada Tuhan. Jika dibandingkan bagian I dengan bagian II
ditemukan perbedaan yang mencolok. Pada bagian I bernada sebuah
pengakuan iman, didalam ketenangan, kedamaian jiwa yang
mengagumkan, sukacita. Sebaliknya pada bagian II nada emosi dan

23
mendesak seolah tidak sabar terhadap orang-orang yang fasik yang
mengitarinya.
2. Ayat-ayat yang disusun dengan teratur ini dibagi atas 4 sajak, masing-
masing terdiri dari 6 ayat, yaitu:
1. Sajak I (ayat 1 – 6) : tentang Tuhan Maha Tahu
2. Sajak II (ayat 7 – 12 ) : tentang Tuhan Maha Hadir
3. Sajak III (ayat 13 – 18) : tentang Tuhan Maha Kuasa
4. Sajak IV (ayat 19 – 24) : menyatakan sambutan penulis Mazmur
terhadap berita-berita indah mengenai sifat-sifat Tuhan,
menyebabkan ia bertelut mempersembahkan doa.
3. Tuhan Maha Tahu (ay.1-6) : menyatakan pengakuan iman pemazmur
bahwa: hati, pikiran, jalan (tindakan) dan perkataannya diketahui
Allah. Bagi pemazmur kemahatahuan adalah ‘pengenalan Allah
yang sempurna akan diriku.’ Tuhan mengetahui apa saja yang
dilakukan pemazmur apakah sedang duduk, berdiri, berjalan atau
berbaring. Bahkan yang masih tersimpan dalam hatinya - belum
terucap, dari jauh Tuhan sudah mengetahui. Tuhan menjaga dengan
kuasaNya mengelilingi dari semua arah, belakang, depan dan dari
atas tangan Tuhan. Menyadari keterbatasan dirinya, pemazmur
menyatakan ketakjubannya, kagum akan keajaiban pengetahuan
Tuhan akan dirinya, terlalu tinggi sungguh tidak terpahami.
4. Tuhan Maha Kuasa (ay.13-18): pengakuan iman pemazmur bahwa
manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling dasyat dan ajaib
merupakan bukti kemahakuasaan-Nya. Digambarkan sebagai
seniman agung. Dalam proses pembentukan manusia, Tuhan
menenun (membentuk) dalam kandungan ibu organ-organ tubuh yang
sesuai, indah, sempurna menimbulkan perasaan bersyukur, hormat
dan kagum hati pemazmur. Kejadiannya begitu dasyat dan ajaib
‘jiwaku benar-benar menyadarinya (ay.14). Tuhan melihat hari-hari
akan datang sebelum ada satupun daripadanya, semuanya tercatat
dalam kitab Tuhan. Pemazmur mengakui betapa sulitnya pikiran
Tuhan bagi dirinya, betapa banyak jumlahnya jika dihitung lebih
banyak dari pasir. Dan meskipun demikian pemazmur masih
bersama-sama Tuhan.

KONTEKS MASA KINI

24
1. Tidak sedikit orang menolak pemberian Tuhan atas dirinya. Merasa
hidung pesek, terlalu gemuk, ukuran anggota tubuh tertentu kurang
indah, lalu dioperasi plastik. Permukaan kulit yang semula halus
di’tato’ agar kelihatan lebih garang untuk diakui oleh komunitasnya.
2. Hancurnya penghargaan atas kehidupan semakin luas. Tindakan
eksploitasi manusia terhadap sesama ciptaan baik secara tersembunyi
maupun terang-terangan: jual beli organ tubuh, prostitusi,
memperkerjakan anak-anak, penebangan liar, perburuan satwa,
pencemaran air-udara-tanah. Semuanya bertujuan untuk
mendapatkan untung sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan akibat
yang ditimbulkan bagi kebaikan alam raya ciptaan Tuhan.
3. Motivasi melaksanakan ajaran agama berubah dari berbakti kepada
Allah menjadi menuruti keinginan diri semata atau bertujuan untuk
kepentingan-kepentingan tertentu saja.

SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH

Pendahuluan
Pengkotbah mengawali khotbah dengan beberapa pertanyaan retoris
(pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban) antara lain: “siapakah
yang mengecat cabe, awalnya hijau berubah menjadi merah ? “ Adakah
seorang petani yang telah mewarnainya? Pengkotbah menjelaskan
bahwa Tuhan adalah Pelukis yang Agung itu, Dia-lah pencipta yang
berdaulat atas segala ciptaanNya. Tentunya kita akan meyakini dengan
sungguh kuasa Tuhan atas hidup dan masa depan kita. Hidup yang
dianugerahkan kepada kita perlu dipersembahkan bagi kemuliaan-Nya.

Isi
Berdasarkan penjelasan awal kotbah di atas, Pengkotbah menyampaikan
kepada jemaat beberapa hal antara lain:
1. Pemazmur mengakui pengenalan Tuhan akan dirinya sangat
sempurna, sungguh ajaib, tidak terpahami oleh pikirannya. (lihat
Penjelasan Teks 3). Demikian juga manusia hendaknya mengakui
akan keberadaan Tuhan. Tuhan mengetahui segenap hidup manusia,
baik lahir maupun batin.
2. Selain itu Tuhan mahakuasa, yang berdaulat atas diri setiap manusia.
Ketika proses pembentukan bakal (anak) manusia dalam kandungan
25
Tuhan sudah berkarya disana dengan sempurna. Bahkan sebelum
terbentuk Tuhan sudah mencatat arah dan perjalanan kehidupan
setiap orang. Kemahakuasaan Tuhan sungguh disadari pemazmur.
Sehingga dia tetap menyatakan untuk bersama-sama dengan Tuhan
(lihat Penjelasan Teks 4). Jika manusia sudah tidak lagi mengakui
Tuhan sebagai Pencipta yang mahatahu dan berkuasa maka manusia
tidak lagi dapat mensyukuri dan menghargai hidup ini. Manusia
akan menjauh dari Tuhan, mengabdi- kan diri pada dirinya sendiri
dan keinginan-keinginan duniawi.
3. Pengkotbah dapat menghubungkan teks dengan Konteks Masa Kini
(Lihat konteks masa kini).
4. Pengkotbah diberikan kesempatan menggali dan mengungkapkan
isu-isu terkini yang ada hubungannya dengan teks Alkitab ini.

Penutup
Pengkotbah mengakhiri kotbah ini dengan memantapkan hati warga
jemaat bahwa setiap orang yang sungguh-sungguh mengabdi kepada
Tuhan akan beroleh pertolongan didalam hidupnya. Sebab Tuhan
mengenal setiap ciptaanNya dan berkuasa atasnya. Tinggal bersama-
sama dengan Tuhan akan mendapatkan ketenangan.

***

Contoh Kotbah Jadi

MENGABDIKAN HIDUP KEPADA TUHAN

Saudara – saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,


“Siapakah yang mengecat cabe, awalnya hijau lambat laun berubah
menjadi merah?“ Adakah seorang petani yang telah mewarnainya?
Tidak seorang pun yang mampu melakukan sesempurna hasil karya
Tuhan. Tuhan adalah Pelukis yang Agung itu, Dia-lah pencipta yang
berdaulat atas segala ciptaanNya. Tuhan mengetahui setiap saat dalam
hidup kita. Dia mengenal diri kita jauh daripada diri kita mengenal diri
kita sendiri. Tentunya kita akan meyakini dengan sungguh kuasa Tuhan

26
atas hidup dan masa depan kita. Hidup yang dianugerahkan kepada kita
perlu dipersembahkan bagi kemuliaan-Nya.

Saudara – saudara yang dikasihi dan mengasihi Tuhan,


Pengakuan akan kemahatahuan Tuhan atas kehidupan kita penting.
Sebab dengan pengakuan tersebut terkandung sikap hidup hormat dan
bergantung dengan kuasa pertolonganNya dan atas setiap persoalan yang
kita hadapi dalam kehidupan ini. Tuhan sungguh mengenal dengan
sempurna akan diri kita. Apa saja yang kita perbuat: sedang duduk,
berdiri, bekerja atau istirahat berbaring tidak ada yang dapat ditutupi dari
Tuhan. Bahkan angan-angan, pikiran, niat yang masih tersimpan dalam
hati - belum terucap, dari jauh Tuhan telah lebih dulu mengetahui. Tidak
ada celah sekecil apapun untuk menghindar dari penglihatan-Nya. Dari
semua sisi Tuhan mengelilingi, belakang, depan dan dari atas tangan
Tuhan menaungi dan menjaga dengan kuasaNya untuk melindungi kita.
Begitu dalam pengetahuan Tuhan tidak terjangkau oleh pikiran siapapun.
Menyadari keterbatasan dirinya maka Pemazmur menyatakan
ketakjubannya, kekagumannya akan keajaiban pengetahuan Tuhan pada
dirinya. Pemazmur mengatakan terlalu tinggi sungguh tidak terpahami.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus


Hidup setiap orang berharga karena Tuhan yang memberikannya.
Pemazmur mengakui bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling
dasyat dan ajaib, ini merupakan bukti kemahakuasaan-Nya. Tuhan
digambarkan sebagai Seniman Agung. Dalam proses pembentukan
manusia, Tuhan menenun (membentuk) dalam kandungan ibu organ-
organ tubuh yang sesuai, indah, sempurna sehingga mendorong
Pemazmur untuk bersyukur, menaruh hormat dan kagum pada Tuhan.
Kejadiannya begitu dasyat dan ajaib ‘jiwaku benar-benar menyadarinya
(ay.14). Tuhan melihat hari-hari akan datang sebelum ada satupun dari
padanya, semuanya tercatat dalam kitab Tuhan. Pemazmur mengakui
betapa sulitnya pikiran Tuhan bagi dirinya, betapa banyak jumlahnya jika
dihitung lebih banyak dari pasir. Dan meskipun demikian Pemazmur
masih bersama-sama Tuhan.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,

27
Meskipun sekarang ini banyak orang yang tidak lagi sungguh-sungguh
mengakui kemaha-tahuan Tuhan, sehingga tidak lagi takut kepada Tuhan.
Berprilaku buruk dengan menuruti keinginan-keinginan dirinya sendiri
atau kelompok-nya. Ada yang dengan terang-terangan atau dengan cara
sembunyi-sembunyi mengorbankan sesamanya untuk kepentingan
pribadi dan kelompoknya. Tindak kejahatan semakin meningkat,
pembegalan terhadap pengendara sepeda motor terjadi tiap hari,
pencurian ternak, perampasan, penjualan perempuan untuk praktek
prostitusi, memperkerjakan anak-anak dibawah umur, korupsi, dsb.
Ditengah-tengah kondisi seperti itu, mari kita mengabdikan diri dengan
nyata, berani menegakkan kebenaran dan keadilan Tuhan ditengah
kehidupan sehari-hari dengan penuh ketulusan hati, bukan dengan
kemunafikan.
Ungkapan syukur kepada Tuhan yang telah menenun kita sejak dalam
kandungan tersebut, juga bisa kita ungkapkan/wujudkan dengan
kesetiaan beribadah.

Marilah kita mengakui bahwa tidak ada kuasa apapun yang mampu
melampaui kemahakuasaan Tuhan. Meskipun disekitar kehidupan kita
masih banyak orang yang sudah meragukan kuasa Tuhan. Tuhan kita
mahatahu, Dia selalu hadir dan berkuasa untuk melindungi kita. Kita
harus selalu tinggal bersama Tuhan, menyerahkan diri untuk berdoa agar
kita diberi kemampuan menjauhi segala bentuk kejahatan. Bersama
Tuhan kita akan mendapatkan keamanan dan ketenangan jiwa.
Berbahagialah setiap orang yang sepenuh hati mengabdi kepada Tuhan.
Amin.
(DGS)

UsulanAyat-ayat dan Lagu-lagu


1. Ny Pembukaan : PKJ. 22:1-3
2. Nats Pembimbing : 1 Samuel 3:18-20
3. Ny Pujian : KJ. 68:1-2
4. Berita Anugerah : 1 Korintus 6:18-20
28
5. Ny Peneguhan : PKJ. 4:1 (2x)
6. Ny Responsoria : KJ. 376:1-4
7. Nats Persembahan : Roma 12:1-2
8. Ny Persembahan : PKJ. 264:1 dstnya
9. Ny Penutup : KJ. 400:1 dan 4

***

Rancangan Khotbah, 22 Januari 2012


Minggu Epifania 3
Warna Hijau
Bacaan Leksionari:
Yun. 3:1-5; Mzm. 62:5-12; I Kor.7:29-31; Mrk. 1:14-20
Bacaan Khotbah : Markus 1:14-20

MERESPONI PANGGILAN YESUS


UNTUK MENJADI BERKAT

Tujuan:
1. Jemaat mengetahui peristiwa pemilihan murid yang pertama.
2. Jemaat memiliki komitmen merespon panggilan Tuhan.
3. Jemaat memiliki komitmen untuk menjadi berkat.

PENJELASAN TEKS

Disampaikan dalam Mark 1:14; bahwa Yohanes ditangkap dan kemudian


datanglah Yesus ke Galilea. Hal ini perlu diingat bahwa penangkapan
Yohanes dan kemudiaan dimasukan dalam penjara dikarenakan Ia telah
menghina raja Herodes di depan umum. Yohanes telah mengingatkan
29
raja Herodes akan ketidaklayakannya memperistri iparnya sendiri yaitu
Herodias. Setiap orang yang menegur dan telah menghina raja tidak ada
yang selamat, demikian juga terjadi pada diri Yohanes. Herodes telah
membawanya ke dalam penjara, bahkan membunuhnya. (Mat 14:3-12).

Kedatangan Yesus ke Galilea, mungkin saja terjadi agar Ia terluput dari


penguasa yang kejam yaitu raja Herodes yang telah menangkap Yohanes
Pembaptis. Jadi bila terjadi sesuatu Yesus dapat menyingkir jauh ke
Kerajaan Filipus, seorang raja yang baik hati. Selanjutnya bisa saja
menjadi alasan Yesus keluar dari kota Nazaret adalah seperti dalam
kesaksian Markus 6:4 bahwa: seorang nabi akan dihormati di mana-
mana kecuali ditempat asalnya sendiri.

Kalau kita mencermati daerah Galilea, kota ini adalah tempat yang
terkenal dan dikelilingi oleh bangsa-bangsa yang dianggap kafir oleh
orang Yahudi. Di sebelah barat tinggalah orang Funisia, sebelah Utara
dan Timur tinggalah orang Syria, dan sebelah selatan tinggallah orang
Samaria. Galilea adalah kota bagian dari Palestina yang selalu
berhubungan dengan pengaruh-pengaruh non Yahudi. Jadi dibandingkan
dengan bagian-bagian Palestina yang lain Galilea merupakan wilayah
yang terbuka terhadap ide-ide yang baru.

Wilayah Galilea berpusat disekitar laut Galilea. Permukaaan laut Galilea


berada kira-kira 220 dibawah permukaan laut. Kenyataan ini
mengakibatkan wilayah-wilayah di sekitarnya menjadi subur. Pada
zaman Yesus tampil, Laut Galilea merupakan tempat penangkapan ikan
yang ramai.

Inilah awal mula Yesus dalam kesaksian Injil Markus, bahwa kalimat
berita yang menjadi salah satu pokok inti pekerjaan Yesus yaitu
memberitakan Injil Allah: Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah
dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil (Mark.1:15).
Memberitakan atau menjadi pewarta adalah orang yang membawa pesan
atau berita langsung. Isinya tentu tidak diragukan lagi.

Pernyataan bahwa Kerajaan Allah sudah sudah dekat: bukan berarti Yesus
memimpin membawa pedang ke medan perang untuk mengalahkan
30
tentara-tentara Romawi dan melakukan pemulihan kerajaan seperti pada
masa raja Daud. Ini adalah kerajaan secara Politis. Kerajaan Allah
adalah suasana kepentingan Allah itu hadir. Suatu keadaan yang mana
Allah berperan mengusai kehidupan.

Setiap orang dipanggil hidup dalam Kerajaan Allah dengan menjadikan


Allah sebagai Raja kehidupannya. Untuk itu Ia mengajak semua orang
menanggapinya. Menjadikan Allah sebagai raja diawali dengan
pertobatan dan percaya pada kabar sukacita. Sikap bertobat adalah
suatu sikap sadar, adapun sikap tersebut selalu memperjuangkan dan
memperbaiki keadaan yang belum berkenan oleh Allah.

Peristiwa Yesus menyusuri danau Galilea sambil mengajar, ketika itu


melihat Simon Petrus dan Andreas, itu nampaknya bukan pertama kali
Yesus melihat mereka. Sebagaimana dalam kesaksian Injil Yohanes,
sebagian dari mereka pada waktu itu telah menjadi murid Yohanes
Pembaptis (Yoh 1:35). Jadi tentunya mereka pernah berbicara dengan
Yesus dan telah mendengar ajaran-ajaranNya. Tetapi baru pada saat
pertemuan di danau Galilea inilah, mereka mendapatkan tantangan yang
baru. Mari ikutlah Aku, dan kamu akan menjadi penjala manusia (Mark.
1:17). Selanjutnya sebelum mendekati Kapernaum masih di dekat danau
Galilea Yesus memanggil Yakobus dan Yohanes. Nampak sekali para
penjala-penjala ikan ini begitu terbuka dengan panggilan Yesus.

Cukup menarik jika kita melihat latar belakang dari murid-murid yang
dipilih. Yesus melihat bahwa kehidupan mereka biasa. Mereka bukan
orang yang terpelajar, berpengaruh, kaya dan berasal dari keluarga yang
terhormat. Mereka pekerja-pekerja biasa yang tidak memiliki latar
belakang yang besar. Mungkin bisa dipastikan juga tidak memiliki masa
depan yang baik. Orang-orang biasa yang seperti inilah yang dipilih
Yesus.

Inilah sebuah peristiwa pemilihan Yesus kepada para murid. Menjadi


murid atau pengikut Yesus berarti berjalan di belakang Yesus. Berjalan di
belakang Yesus berarti mengikuti teladan Yesus. Salah satu teladan Yesus
adalah mewartakan Kabar Baik kepada semua orang.

31
KONTEKS MASA KINI

1. Setiap orang ingin dihargai orang lain. Itu wajar dan manusiawi.
Namun ketika penghargaan hanya diletakan pada nilai kekayaan dan
kekuasaan (status sosialnya) maka manusia cenderung untuk menjadi
pemangsa bagi yang lainnya. Dominasi kepentingan-ku akan
menjadi lebih besar. Penghargaan kehidupan bukan terletak pada
nilai kedudukan dan kekuasaan melainkan kesediaan untuk merespon
undangan Yesus untuk melayani.

2. Bukan rahasia lagi saat ini, krisis keteladanan telah menggerogoti


kehidupan kita. Negeri kita yang tercinta dikenal sebagai bangsa
yang santun namun dalam praktek pemerintahan banyak sekali
praktek korupsi dan suap. Tindakan ini sepertinya menjadi makanan
sehari-hari. Demikian lembaga keagamaan yang seharusnya menjadi
teladan mengawal pembangunan Indonesia, malah menjadi sarang
praktek penggelapan uang.

3. Fanatisme yang sempit masih menjadi virus yang menggerogoti nilai


keragaman di negeri kita. Masih ada peristiwa bom bunuh diri dan
issu peledakan bom pada tempat ibadah seperti gereja. Oleh sebab itu
Gereja saat ini ditantang dalam rangka mewujudkan panggilan
Kristus dalam upaya pewartaan Injil.

4. Banyak dari anggota jemaat kurang bersedia meresponi undangan


Yesus ketika dipilih menjadi anggota majelis yaitu Penatua atau
Diaken atau bahkan pengurus komisi/panitia.

SARAN PENYUSUNAN KOTBAH

1. Pendahuluan
 Pengkotbah dapat menceritakan bahwa setiap orang Kristen
memiliki tanggung jawab tidak cukup hanya sekedar hari minggu
pergi beribadah. Pengkotbah dapat memberikan contoh ilustrasi-
ilustrasi yang mengajak jemaat untuk merasakan tanggung jawab
terhadap tugas dan panggilan gereja.
32
 Pengkotbah menegaskan kepada jemaat agar terlibat dalam
tanggung jawab pekerjaan Tuhan.

2. Isi
 Pada bagian ini pengkotbah dapat menceritakan kisah Yesus
memanggil para murid.
 Pengkotbah dapat menegaskan bahwa pangilan tersebut direspon
dengan positif oleh para murid.
 Ajaklah jemaat untuk meresponi panggilan Tuhan ini dengan
keterbukaan, pertobatan dan siap untuk menjadi berkat. Dan
selanjutnya pengkotbah dapat menyampaikan konteks masa kini
yang sesuai.
 Pengkotbah dapat mengungkapkan isu-isu terkini yang
dihubungkan dengan teks Alkitab ini.

3. Penutup
 Pengkotbah mengakhiri kotbah ini dengan penegasan bahwa
pekerjaan Tuhan Yesus adalah dinamis. Ia terus memanggil
jemaatNya untuk mewartakan Injil. Dan Ia tidak pernah berhenti
untuk memanggil orang-orang pilihanNya.

Contoh Kotbah Jadi

MERESPONI PANGGILAN YESUS


UNTUK MENJADI BERKAT

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,


Kita sering mendengar istilah calo di terminal. Orang tersebut biasanya
bekerja menawarkan kepada calon-calon penumpang bus sesuai Trayek
yang ada. Biasanya mereka berteriak-teriak menawarkan bus dengan
berbagai tujuan kepada calon penumpang. Medan…..Yogya…..dll!
Setelah ada calon penumpang naik ke bus dan berangkat ke tujuan
dengan sopir, calo tersebut tidak ikut bus ke tujuan. Sang calo tetap
berada pada aktifitas menawarkan bus-bus dengan berbagi tujuan.
33
Ilustrasi ini menggambarkan kepada kita: banyak orang meneriakan
tentang Kerajaan Sorga dan Kabar Sukacita yang di dalamnya terdapat
nilai pengampunan, kebenaran dan keadilan, namun orang tersebut tidak
terlibat dan hidup di dalamnya. Oleh sebab itu marilah kita belajar dari
peristiwa Yesus yang menyampaikan undangan kepada para nelayan di
Galilea, dan akhirnya apa yang bisa kita pelajari dari peristiwa ini.

Pada waktu itu Yesus sedang menyusuri danau Galilea. Galilea adalah
daerah yang terbuka terhadap pengajaran-pengajaran yang baru dan
danau ini dikenal sebagai daerah penangkapan ikan yang ramai. Yesus
mengawali pengajaranNya di daerah ini. Di dalam pengajaranNya Ia
meneriakan “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat.
Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”. Dari kalimat ini Yesus
berperan sebagai pewarta menyampaikan kabar baik. Kabar baik itu
adalah warta Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah suasana Allah
memerintah sebagai Raja. Allah yang berkehendak dan kehendak
Allah yang terjadi.

Istilah Kerajaan Allah sudah dekat berarti Pemerintahan Allah mulai


terwujud salah satunya melalui Yesus melakukan penyembuhan,
pengajaran, dan pengusiran setan-setan. Dalam diri Yesus inilah
permulaan Kerajaan Allah dinyatakan oleh sebab itu dengan kenyataan
ini menuntut sikap manusia yang: “Bertobat dan percaya kepada Injil”.
Yang ingin disampaikan dalam kalimat pengajaran Yesus ini adalah sikap
yang cocok dengan pemerintahan Allah. “Bertobatlah”! berarti ubahlah
haluan hidupmu dan arahkanlah hidupmu pada kehendak Allah.

Inilah salah satu pokok inti dari pengajaran Yesus dan nampaknya ketika
Yesus melakukan pengajaran ini bukan yang pertama kalinya di antara
para nelayan. Dari pengajaran Yesus ini akhirnya mengakar di hati para
nelayan, misalnya Simon dan Andreas sehingga mereka menerima
undangan Yesus. Disusul Yakobus dan Yohanes. Para nelayan ini
merespon dan tanggap terhadap undangan Yesus untuk mewartakan
Kerajaan Allah di tengah kehidupan mereka dengan mengikut Yesus.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,


34
Mengikut Yesus berarti meraka berjalan di belakang Yesus. Yesus
menjadi teladan bagi kehidupan para murid. Kalau dalam Perjanjian
Lama, mengikuti seseorang atau berjalan dibelakang seseorang
mengandung arti mengiringi, mentaati, mencintai, menyerahkan diri dan
mengabdikan diri. Itulah yang terjadi pada kehidupan para murid.
Mereka mengikuti Yesus keluar masuk desa dan kota, turun naik lembah
dan bukit, melintasi gurun, kebun anggur dll.

Para murid tidak lagi sekedar tertarik dan menyaksikan Yesus mengajar
seperti di danau Galilea, namun mereka terlibat langsung dalam
pewujudan Injil. Karya Allah sungguh mereka rasakan. Hidup mereka
menjadi berubah. Saat itu mereka adalah mitra Yesus yang juga
mewartakan Kerajaan Allah.

Itulah yang terjadi pada peristiwa pemanggilan murid yang pertama.


Dalam peristiwa ini kita belajar: Pewujudan Kerajaan Allah bukan hanya
terjadi pada saat Yesus ada pada waktu itu. Tetapi juga tugas kita untuk
mewujudkan Kerajaan Allah dalam kehidupan kita. Dengan undangan
Yesus ini mari dengan segenap hati kita belajar:

1. Membuka hati kita untuk menerima tawaran Kerajaan Allah.


Membuka hati untuk menerima tawaran Kerajaan Allah berarti
menerima Allah sebagai Tuan atas kehidupan kita. Keadaannya
tidak memaksakan kehendak dan menggunakan kesempatan untuk
kepentingan diri sendiri ataupun kelompok. Nilai yang dibangun
dalam kehidupannya selalu sadar/mengerti keinginannya dan
harapan mereka berbeda dengan keinginan dan rencana Allah untuk
hidup mereka. Keterbukaan adalah kata kunci panggilan dari Allah.
Membuka hati untuk menerima panggilan Kristus berarti siap untuk
mengikut Yesus. Mengikut Yesus berarti kita siap untuk menjadikan
Ia teladan bagi kehidupan kita. Hidup dengan kasih, peduli dan
bersedia berkorban.

2. Siap menjadi berkat bagi kehidupan.


Inilah salah satu tujuan final kita sebagai umat yang dipanggil untuk
memperoleh kehidupan yang bermartabat. Kita diutus untuk
mewujudkan nilai-nilai Allah yang meraja bagi kehidupan. Kita
35
selayaknya gelisah dengan liturgi kita yang mengajak kita untuk
mewartakan damai sejahtera bagi kehidupan. Liturgi kita bukanlah
sebagai bendungan yang hanya sebagai penampung, tetapi aliran
sungai yang mengajak kita untuk mewartakan kabar baik dan
menjadi berkat bagi sesama.

Bagi kita sebagai anggota jemaat yang telah dipilih menjadi anggota
majelis, menjadi anggota komisi, panitia-panitia ataupun kerja
kelompok sosial kemasyarakatan terimalah itu dengan sukacita.
Bukalah hati untuk menerima panggilan tersebut. Itulah kehidupan
sesungguhnya.
Akhirnya! Tuhan kita adalah Tuhan yang dinamis, yang terus melanjutkan karya
penyelamatan-Nya di dunia ini. Maka, Dia memanggil dan memilih orang-
orang yang mau diutus-Nya. Kemampuan dan keterampilan bukanlah menjadi
kunci kesuksesan dalam panggilan, melainkan keterbukaan, kesiapsediaan
orang untuk hidup berakar dalam Kristus. Amin.

UsulanAyat-ayat dan Lagu-lagu


1. Ny Pembukaan : KJ. 4:1-3
2. Nats Pembimbing : Mazmur 11:4-7
3. Ny Pujian : KJ. 159:1-2
4. Berita Anugerah : Kolose 1:19
5. Ny Peneguhan : KJ. 39:1-2
6. Ny Responsoria : KJ. 432:1-2
7. Nats Persembahan : 2 Korintus 9:13-15.
8. Ny Persembahan : KJ. 393:1 dstnya
9. Ny Penutup : KJ. 426:1-2

***

36
Rancangan Kotbah, 29 Januari 2012
Minggu Epifani 4
Warna Hijau
Bacaan berdasarkan Leksionari :
Ulangan 18:9-22; Mazmur 111; 1 Korintus 8:1-13; Markus 1:21-28
Bacaan Kotbah: Ulangan 18:9-22 (15-20)

SUARAKAN SUARA KENABIAN

Tujuan :
1. Anggota jemaat memahami dan menyadari tugas panggilan
sebagai nabi.
2. Anggota jemaat memelihara kenabiannya dan disuarakan kepada
pihak lain.

PENJELASAN TEKS

Pengantar
Kitab Ulangan terdiri dari serangkaian pidato-pidato yang diucapkan
Musa di depan bangsa Israel waktu mereka berada di negeri Moab.
Mereka berhenti di situ sesudah mengakhiri perjalanan panjang lewat
padang gurun dan sebelum masuk ke Kanaan untuk menduduki negeri
itu.

Beberapa pokok yang penting dari kitab ini ialah:


37
1. Musa mengingatkan bangsa Israel akan peristiwa-peristiwa besar
selama 40 tahun yang terakhir. Ia mohon kepada bangsa Israel
supaya mereka ingat bagaimana Allah memimpin mereka melalui
padang gurun dan karena itu mereka harus taat dan setia kepada
Allah.
2. Musa mengulangi Sepuluh Perintah Allah, dan ia menekankan arti
Perintah yang Pertama. Ia minta dengan sangat supaya orang
Israel beribadat kepada TUHAN saja. Lalu ia mengulangi
beberapa hukum dan perintah yang mengatur kehidupan bangsa
Israel di tanah yang sudah dijanjikan.
3. Musa mengingatkan bangsa Israel akan arti ikatan perjanjian
Allah dengan mereka. Ia mendorong bangsa itu supaya
membaharui kesediaan mereka untuk memenuhi kewajiban-
kewajiban mereka.
4. Yosua ditunjuk sebagai pengganti Musa untuk memimpin umat
Allah. Sesudah menyanyikan sebuah lagu pujian bagi kesetiaan
TUHAN, dan mengucapkan berkat atas suku-suku Israel, Musa
meninggal di Moab, di sebelah timur Sungai Yordan.

Tema pokok kitab ini ialah bahwa Allah sudah menyelamatkan dan
memberkati umat pilihan-Nya, bangsa yang dikasihi-Nya. Jadi bangsa
Israel tak boleh lupa akan hal itu. Mereka harus mentaati Allah, supaya
mereka tetap hidup dan terus diberkati.
Bagian yang paling penting dalam kitab ini ialah 6:4-6. Ayat-ayat ini
memuat kata-kata yang oleh Yesus disebut hukum yang terbesar,
"Cintailah TUHAN Allahmu dengan sepenuh hatimu: Tunjukkan itu
dalam cara hidupmu dan dalam perbuatanmu."

HIDUP DENGAN TIDAK BERCELA DI HADAPAN TUHAN


ALLAH
Tuhan melalui Musa mengingatkan dan menasehati orang Israel untuk
nanti ketika sudah masuk dan berdiam di tanah Kanaan agar tidak meniru
kebiasaan yang mengorbankan anak kepada dewa-dewa kafir, yang
dilaksanakan supaya berusaha mempengaruhi jalannya peristiwa-
peristiwa di masa depan. Sebab, di mata Tuhan adalah ...kekejian yang
dilakukan bangsa-bangsa itu. Tradisi atau kebiasaan yang tidak
dikehendaki TUHAN yang ada di dalam bangsa Kanaan, antara
38
lain: ...mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan
sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung,
seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang
pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada
roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati.
(ay.10, 11). Mereka yang menjadi petenung berusaha untuk meramal
masa depan atau menyingkap rahasia-rahasia dengan bantuan roh-roh
jahat atau aneka cara yang dipakai manusia. Daftar ini mencakup para
pemantera, orang yang bertanya kepada roh, atau siapapun yang
memanggil arwah orang mati atau berhubungan dengan dunia roh jahat
untuk menyingkap rahasia-rahasia, meramal masa depan, atau
memperoleh kekuasaan.

Ayat 9-11 ini menyebutkan berbagai kegiatan okultisme (perdukunan, dll)


yang umum dipakai dalam agama bangsa-bangsa Kanaan, yang
merupakan kekejian bagi Allah dan dilarang oleh-Nya. Sebab setiap
orang yang melakukan hal-hal ini (ay. 10,11) adalah kekejian bagi
TUHAN, dan oleh karena kekejian-kekejian inilah TUHAN, Allahmu,
menghalau mereka dari hadapanmu. (ay.12). Mengapa? Dikatakan
sebagai kekejian bagi TUHAN, karena bangsa ini hidup dalam
kebiasaan-kebiasaan bercela di hadapan TUHAN, bukan mendengarkan
TUHAN, tetapi roh yang lain atau ilah lain. Jika berkait dengan hukum
Taurat, hal-hal ini melanggar perintah-Nya : Jangan ada padamu allah
lain dihadapan-Ku, dan jangan buat bagimu berhala untuk disembah.

Maka, apa yang diharapkan oleh TUHAN kepada bangsa yang hendak
masuk ke tanah Kanaan? Yaitu, “haruslah engkau hidup dengan tidak
bercela di hadapan TUHAN, Allahmu” (ay.13). TUHAN tidak
mengizinkan bangsa pilihan-Nya melakukan tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh bangsa-bangsa lain. Tidak diizinkan untuk berbuat yang
bercela seperti yang dilakukan bangsa-bangsa lain, yaitu mendengarkan
kepada peramal atau petenung. Sebab, TUHAN adalah Allah yang
cemburu, yang tidak mau diduakan, atau dinomor duakan. TUHAN Allah
haruslah disediakan tempat yang pertama dan utama. Bangsa Israel
dibawah kepemimpinan Musa harus mendengarkan suara TUHAN, Allah
yang telah membawa mereka keluar dari tanah perbudakan Mesir.

39
Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan TUHAN,
ini adalah nasehat serta firman yang memerintahkan bahwa hidup
yang menghidupkan ialah menerapkan dan melakukan tindakan
kehidupan yang baik, benar dan berkenan di hadapan TUHAN.
Melakukan apa yang dikehendaki oleh TUHAN, itu adalah tugas
dan panggilan sebagai umat pilihan. Juga kepada kita yang menjadi
pengikut Yesus Kristus dan percaya akan TUHAN Allah semesta
alam. Apa yang diperdengarkan TUHAN, kepada bangsa Israel
dengan maksud yang baik dan benar menurut ukuran dan kehendak
TUHAN, yang mungkin bagi ukuran manusia yang mendengar tidak
baik/benar, terkesan mendikte/memaksa. Tetapi, sungguh jika hal itu
dipahami dalam nuansa / wacana iman, maka apa yang
diperdengarkan oleh TUHAN itu demi kebaikan manusia juga dan
itulah yang utama dan pertama dilakukan oleh TUHAN Allah. ...
oleh karena kekejian-kekejian inilah TUHAN, Allahmu, menghalau
mereka dari hadapanmu.

SEORANG NABI DARI TENGAH-TENGAHMU


Lebih daripada itu, kehendak TUHAN atas bangsa Israel, adalah dengan
mengirimkan utusan atau yang disebut sebagai nabi. “Seorang nabi dari
tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku,
akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus
kamu dengarkan.” (ay. 15). Dari tengah-tengah bangsa Israel, dipilih dan
diangkat serta diutus menjadi seorang NABI. Memperdengarkan suara
ke-nabi-annya, yaitu nubuatan atas bangsa Israel. Menjadi penyambung
lidah dari Allah kepada umat-Nya yang dikasihi. Sama seperti Musa yang
adalah seorang nabi, yang dipilih oleh Allah sendiri untuk menyampaikan
suara pembebasan, dan menjadi pemimpin umat Israel demi
kemerdekaan/kebebasan dari perbudakan tanah mesir.

Suara nabi atau penyambung suara TUHAN ini, merupakan permintaan


atau permohonan dari bangsa Israel sendiri : “tepat seperti yang kamu
minta dahulu kepada TUHAN, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari
perkumpulan, dengan berkata: Tidak mau aku mendengar lagi suara
TUHAN, Allahku, dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi,
supaya jangan aku mati” (ay.16). Artinya bahwa Israel tidak mau jika
TUHAN Allah itu secara langsung memperdengarkan suara-Nya, bahkan
40
dengan melalui api yang besar itu bangsa ini tidak mau melihatnya lagi.
Ada ketakutan oleh karena hal ini, yaitu supaya jangan aku mati. Mati
oleh karena mereka (bangsa Israel) tidak mau mendengarkan suara
TUHAN Allah yang begitu dekat dan langsung memerintah bangsa ini.

Apa yang diperbuat oleh bangsa Israel, bukan dianggap sebagai


pemberontakan akan kehendak TUHAN, sebab TUHAN sendiri
mengatakan bahwa apa yang di katakan bangsa ini baik (ay. 17). Maka
TUHAN, menghendaki : seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka
dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh
firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka
segala yang Kuperintahkan kepadanya. Orang yang tidak
mendengarkan segala firman-Ku yang akan diucapkan nabi itu demi
nama-Ku, dari padanya akan Kutuntut pertanggungjawaban. (ay.18,19)

SEORANG NABI AKAN KUBANGKITKAN


... seorang nabi akan Kubangkitkan... Aku akan menaruh firman-Ku
dalam mulutnya... akan mengatakan ... segala yang Kuperintahkan
kepadanya. Karya dan kehendak Allah, IA melakukan yang terbaik untuk
umat-Nya. Di utusnya seorang nabi dari antara mereka dengan kuasa
Allah dan dengan cara-Nya yang istimewa “Kubangkitkan”. Artinya
bahwa semula dari yang mati menjadi hidup, yang lemah menjadi kuat,
dari yang tidak berdaya menjadi luar biasa. Dibangkitkan, dari kehidupan
yang lama kepada kehidupan yang baru, secara langsung beroleh kuasa
dari TUHAN bahwa orang yang telah dipilih akan menerima firman
TUHAN dalam mulutnya, dan ketika ia melakukan tugasnya untuk
mengatakan segala yang diperintahkan TUHAN kepadanya, maka ia
akan didengarkan.

Seorang nabi akan dibangkitkan, ini menunjukkan kuasa TUHAN serta


kebaikan-Nya kepada bangsa Israel. Apa yang dikehendaki bangsa ini
dikabulkan TUHAN, bahkan diberikan lebih, yaitu bagaimana nabi ini
akan menerima tugas dan kuasa atas firman TUHAN yang ditaruh dalam
mulutnya. Ini juga menunjukkan bahwa nabi ini diberikan kuasa dalam
berbicara atau menjadi penyambung lidah TUHAN, bukan jabatan yang
sembarangan atau hanya sekedar. Lebih daripada itu, ketika TUHAN
sudah menaruh Firman-Nya di mulut orang yang telah dipilih sebagai
41
nabi ini, syarat atau ketentuan bagi dia yang menerima tugas ini adalah
tidak diperkenankan untuk terlalu berani mengucapkan demi nama
TUHAN perkataan yang tidak diperintahkan TUHAN untuk
diperkatakan. Artinya bahwa, seorang nabi harus menjaga perkataannya
terhadap kata-kata yang keluar dari mulutnya sendiri dan bukan
perkataan dari TUHAN.

Ini adalah syarat bagi seorang nabi, mengapa? Karena nabi itu telah
diberikan dalam mulutnya firman TUHAN, bukan merupakan hal yang
main-main tetapi satu hal yang serius. Sebab, bila itu tidak dipenuhi oleh
seorang nabi, maka ia harus mati. Seorang nabi yang berkata demi allah
lain, juga harus mati. “ Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu:
Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan
TUHAN? -- apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan
perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan
yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah
mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya." (ay.21,22).

DEMI NAMA TUHAN


Suara kenabian, baik ketika zaman bangsa Israel hendak masuk ke
Kanaan hingga saat ini adalah untuk kepentingan dan demi nama
TUHAN. Bukan untuk kepentingan diri sendiri atau golongan atau
kelompok tertentu di masyarakat, tetapi semata demi nama TUHAN.
Yang berarti bahwa suara kebenaran yang ada di masyarakat itu di
dasarkan dalam nama TUHAN untuk karya dan kasih TUHAN atas dunia
ini.

Dari sisi sang nabi, bagaimana ketaatan, keteguhan hati untuk melakukan
tugas tanggungjawab kenabian itu dalam kesetiaan menjaga, memelihara
mulut / lidah dari perkataan-perkataan yang jahat. Perkataan-perkataan
yang menipu dan lahir dari hati yang jahat hanya untuk kepentingan diri
sendiri, mencari kebenaran sendiri. Maka, menjadi penting bahwa,
menjadi seorang nabi/nabiah, menerima panggilan sebagai seorang nabi
adalah tugas yang mulia dan terhormat tetapi penuh tanggung jawab.
Demi nama TUHAN, nabi itu bekerja memperkatakan Firman Tuhan.
Nabi itu menjadi utusan membawa berita kebenaran dari TUHAN kepada

42
bangsa-bangsa, memberitakan apa yang diterima dari TUHAN kepada
bangsa-bangsa.

KONTEKS MASA KINI

1. Suara kebenaran dan keadilan dalam kehidupan di tengah-tengah


masyarakat terkadang menjadi kabur dengan dalih/alasan demi
kebaikan, atau lebih untuk membela diri sendiri dari pada harus
hancur oleh karena kebenaran yang disuarakan.
2. Ada banyak anggota Jemaat yang tetap menyuarakan kebenaran
dan keadilan di tengah kondisi terhimpit atau pun terjepit. Dalam
pekerjaan maupun dalam lingkungan tempat tinggalnya.
3. Sudah dimulainya pelaksanaan kegiatan-kegiatan tahun 2012
pada bulan Januari 2012.
4. Tindakan ketidak-adilan dan ketidakbenaran atau kejahatan yang
ada di sekitar lingkungan tempat tinggal .

SARAN PENYUSUNAN KOTBAH

Pendahuluan
Pengkotbah membuka kotbah dengan menceritakan situasi keadaan masa
kini berkaitan dengan ada atau tidak adanya kebenaran dan keadilan di
tengah-tengah masyarakat setempat. Dan berikan apresiasi bagi mereka
yang berani membela dan menyuarakan kebenaran dan keadilan dikala
situasi terjepit atau terhimpit. (lihat Konteks Masa Kini)

Isi
Pengkotbah menjelaskan teks didasarkan pada penjelasan teks dengan
tema-tema yang muncul dari teks.
1. Hidup tak bercela dihadapan TUHAN
2. Seorang Nabi dari tengah-tengahmu
3. Seorang nabi akan Kubangkitkan
4. Demi nama TUHAN
Pengkotbah dapat menemukan dan memberikan benang merah atau
ketertarikan pengkotbah berdasarkan penjelasan teks, dan tema kotbah.
43
Penutup
Pengkotbah menutup khotbah dengan ajakan dan dorongan serta
menyatakan bahwa kita adalah Nabi yang harus menyuarakan suara
kenabiannya dan dengan hidup tak bercela di hadapan TUHAN.

Contoh Kotbah Jadi


Minggu, 29 januari 2012

SUARAKAN SUARA KENABIANMU

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,


Pernah kita mendengar, melihat bahkan merasakan melalui media massa
(televisi, radio, surat kabar) ada tindakan /peristiwa kejahatan atau
penindasan karena ketidakadilan bahkan ketidakbenaran. Kebenaran dan
keadilan dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang menjadi
kabur dengan dalih/alasan demi kebaikan, atau lebih untuk membela diri
sendiri dari pada harus hancur oleh karena kebenaran yang disuarakan.
Namun, di tengah-tengah persekutuan, tempat kita bekerja, komunitas
atau lingkungan masyarakat sekitar ternyata masih ada diantara kita yang
terus menyuarakan kebenaran dan keadilan di tengah kondisi terhimpit
atau pun terjepit. Bagi bapak-ibu, sdr/i yang berprinsip
demikian...lanjutkanlah dan jadilah teladan bagi yang lain...

Demikian juga, dari teks yang kita baca saat ini, Musa mengingatkan
orang Israel untuk tidak meniru kebiasaan (tradisi) di Kanaan yakni
mengorbankan anak kepada dewa-dewa kafir, yang dilaksanakan dengan
maksud mempengaruhi jalannya peristiwa-peristiwa di masa depan.
Tradisi atau kebiasaan bangsa Yahudi yang tidak dikehendaki TUHAN,
antara lain : ...mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya
perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi

44
petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir,
seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah
atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-
orang mati. (ay.10, 11). Mereka yang menjadi petenung berusaha untuk
meramal masa depan atau menyingkap rahasia-rahasia dengan bantuan
roh-roh jahat atau aneka cara yang dipakai manusia. Daftar ini mencakup
para pemantera, orang yang bertanya kepada roh, atau siapapun yang
memanggil arwah orang mati atau berhubungan dengan dunia roh jahat
untuk menyingkap rahasia-rahasia, meramal masa depan, atau
memperoleh kekuasaan.

Peristiwa/tindakan okultisme (perdukunan, dll) yang umum dipakai


dalam agama bangsa-bangsa Kanaan, ini merupakan kekejian bagi Allah
dan dilarang oleh-Nya. Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini
(ay. 10,11) adalah kekejian bagi TUHAN, dan oleh karena kekejian-
kekejian inilah TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu.
(ay.12). Mengapa? Dikatakan sebagai kekejian bagi TUHAN, karena
hidup dalam kebiasaan-kebiasaan bangsa ini bercela di hadapan TUHAN,
bukan mendengarkan TUHAN, tetapi roh yang lain atau ilah lain. Jika
berkait dengan hukum Taurat, hal-hal ini melanggar perintah-Nya :
Jangan ada padamu allah lain dihadapan-Ku, dan jangan buat bagimu
berhala untuk disembah. Sebab, di mata Tuhan adalah ...kekejian yang
dilakukan bangsa-bangsa itu. Maka, apa yang diharapkan oleh
TUHAN kepada bangsa yang hendak masuk ke tanah Kanaan? Yaitu,
“haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan TUHAN,
Allahmu” (ay.13). TUHAN tidak mengizinkan bangsa pilihan-Nya
melakukan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa lain.
Tidak diizinkan untuk berbuat yang bercela seperti yang dilakukan
bangsa-bangsa lain, yaitu mendengarkan kepada peramal atau petenung.
Sebab, TUHAN adalah Allah yang cemburu, yang tidak mau diduakan,
atau dinomor duakan. TUHAN Allah haruslah disediakan tempat yang
pertama dan utama. Bahwa bangsa Israel yang berada dibawah pimpinan
Musa harus mendengarkan suara TUHAN, Allah yang telah membawa
mereka keluar dari tanah perbudakan Mesir.

Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan TUHAN, ini


adalah nasehat serta firman yang memerintahkan bahwa hidup yang
45
menghidupkan ialah menerapkan dan melakukan tindakan kehidupan
yang baik, benar dan berkenan di hadapan TUHAN. Melakukan apa yang
dikehendaki oleh TUHAN, itu adalah tugas dan panggilan sebagai umat
pilihan. Juga kepada kita yang menjadi pengikut Yesus Kristus dan
percaya akan TUHAN Allah semesta alam. Apa yang diperdengarkan
TUHAN, kepada bangsa Israel dengan maksud yang baik dan benar
menurut ukuran dan kehendak TUHAN, yang mungkin bagi ukuran
manusia yang mendengar tidak baik/benar, terkesan mendikte/memaksa.
Tetapi, sungguh jika hal itu dipahami dalam nuansa / wacana iman, maka
apa yang diperdengarkan oleh TUHAN itu demi kebaikan manusia juga
dan itulah yang utama dan pertama dilakukan oleh TUHAN Allah. ...
oleh karena kekejian-kekejian inilah TUHAN, Allahmu, menghalau
mereka dari hadapanmu.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,


Melihat apa yang terjadi dalam kehidupan bangsa ini, TUHAN mengutus
seorang nabi. “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara
saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh
TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.” (ay. 15). Dari
tengah-tengah bangsa Israel, dipilih dan diangkat serta diutus menjadi
seorang NABI. Memperdengarkan suara ke-nabi-annya, yaitu nubuatan
atas bangsa Israel. Menjadi penyambung lidah dari Allah kepada umat-
Nya yang dikasihi. Sama seperti Musa yang adalah seorang nabi, yang
dipilih oleh Allah sendiri untuk menyampaikan suara pembebasan, dan
menjadi pemimpin umat Israel kepada kemerdekaan/kebebasan dari
perbudakan tanah mesir.

Suara nabi atau penyambung suara TUHAN ini, merupakan permintaan


atau permohonan dari bangsa Israel sendiri : “tepat seperti yang kamu
minta dahulu kepada TUHAN, Allahmu, di gunung Horeb, pada hari
perkumpulan, dengan berkata: Tidak mau aku mendengar lagi suara
TUHAN, Allahku, dan api yang besar ini tidak mau aku melihatnya lagi,
supaya jangan aku mati” (ay.16). Artinya bahwa Israel tidak mau jika
TUHAN Allah itu secara langsung memperdengarkan suara-Nya, bahkan
dengan melalui api yang besar itu bangsa ini tidak mau melihatnya lagi.
Ada ketakutan oleh karena hal ini, yaitu supaya jangan aku mati. Mati

46
oleh karena mereka (bangsa Israel) tidak mau mendengarkan suara
TUHAN Allah yang begitu dekat dan langsung memerintah bangsa ini.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,


... seorang nabi akan Kubangkitkan... Aku akan menaruh firman-Ku
dalam mulutnya... akan mengatakan ... segala yang Kuperintahkan
kepadanya. Karya dan kehendak Allah, IA melakukan yang terbaik untuk
umat-Nya. Di utusnya seorang nabi dari antara mereka dengan kuasa
Allah dan dengan cara-Nya yang istimewa “Kubangkitkan”.
“Kubangkitkan” artinya bahwa semula dari yang mati menjadi hidup,
yang lemah menjadi kuat, dari yang tidak berdaya menjadi luar biasa.
Dibangkitkan, dari kehidupan yang lama kepada kehidupan yang baru,
secara langsung beroleh kuasa dari TUHAN bahwa orang yang telah
dipilih akan menerima firman TUHAN dalam mulutnya, dan ketika ia
melakukan tugasnya untuk mengatakan segala yang diperintahkan
TUHAN kepadanya, maka ia akan didengarkan.

Seorang nabi akan dibangkitkan, ini menunjukkan kuasa TUHAN serta


kebaikan-Nya kepada bangsa Israel. Apa yang dikehendaki bangsa ini
dikabulkan TUHAN, bahkan diberikan lebih, yaitu bagaimana nabi ini
akan menerima tugas dan kuasa atas firman TUHAN yang ditaruh dalam
mulutnya. Ini juga menunjukkan bahwa nabi ini diberikan kuasa dalam
berbicara atau menjadi penyambung lidah TUHAN, bukan jabatan yang
sembarangan atau hanya sekedar. Lebih daripada itu, ketika TUHAN
sudah menaruh Firman-Nya di mulut orang yang telah dipilih sebagai
nabi ini, syarat atau ketentuan bagi dia yang menerima tugas ini adalah
tidak diperkenankan untuk mengucapkan demi nama TUHAN perkataan
yang tidak diperintahkan TUHAN untuk diperkatakan. Artinya bahwa,
seorang nabi harus menjaga perkataannya terhadap kata-kata yang keluar
dari mulutnya sendiri dan bukan perkataan dari TUHAN.

Ini adalah syarat bagi seorang nabi, mengapa? Karena nabi itu telah
diberikan dalam mulutnya firman TUHAN, bukan merupakan hal yang
main-main tetapi satu hal yang serius. Sebab, bila itu tidak dipenuhi oleh
seorang nabi, maka ia harus mati. Seorang nabi yang berkata demi allah
lain, juga harus mati. “ Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu:
Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan
47
TUHAN? -- apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan
perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan
yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah
mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya." (ay.21,22).

Suara kenabian, baik ketika zaman bangsa Israel hendak masuk ke


Kanaan hingga saat ini adalah untuk kepentingan dan demi nama
TUHAN. Bukan untuk kepentingan diri sendiri atau golongan atau
kelompok tertentu di masyarakat, tetapi semata demi nama TUHAN.
Yang berarti bahwa suara kebenaran yang ada di masyarakat itu di
dasarkan dalam nama TUHAN untuk karya dan kasih TUHAN atas dunia
ini. Dari sisi sang nabi, bagaimana ketaatan, keteguhan hati untuk
melakukan tugas tanggungjawab kenabian itu dalam kesetiaan menjaga,
memelihara mulut / lidah dari perkataan-perkataan yang jahat. Perkataan-
perkataan yang menipu dan lahir dari hati yang jahat hanya untuk
kepentingan diri sendiri, mencari kebenaran sendiri. Maka, menjadi
penting bahwa, menjadi seorang nabi (nabi laki-laki) atau nabiah (nabi
perempuan), menerima panggilan sebagai seorang nabi adalah tugas yang
mulia dan terhormat tetapi penuh tanggung jawab. Demi nama TUHAN,
nabi itu bekerja memperkatakan Firman Tuhan. Nabi itu menjadi utusan
membawa berita kebenaran dari TUHAN kepada bangsa-bangsa,
memberitakan apa yang diterima dari TUHAN kepada bangsa-bangsa.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,


Bagaimana dengan kita saat ini? Siapakah kita? Sebagai orang Kristen,
kita memiliki tugas kenabian, sebab Yesus adalah Nabi, kita adalah
murid-Nya. Tuhan Yesus telah mengutus kita dalam sabda-Nya “Karena
itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir
zaman." (Mat.28:19-20). Marilah, kita semua yang menjadi utusan-
utusan Tuhan, memperdengarkan suara Tuhan, kebenaran-Nya, keadilan-
Nya, juga Kasih-Nya dengan berani, dengan tidak gentar, namun
bertanggung jawab dalam hidupnya sehari-hari. Bertanggung jawab atas
tugas dan panggilan sebagai nabi, dengan hidup tidak bercela / hidup
yang berkenan di hadapan TUHAN. Menjaga lidah/mulut dari perkataan-
48
perkataan yang jahat /menyakitkan atau menjadi batu sandungan bagi
orang lain. Tetapi menjadi berkat bagi orang-orang yang ada di sekitarnya
dengan membawa kebenaran dan keadilan. Amin.
1. Nyanyian Pembukaan : KJ 1 atau PKJ 12
2. Nats Pembimbing : Mazmur 111:1-5
3. Nyanyian Pujian : KJ 144b atau PKJ 14
4. Berita Anugerah : 1 Korint us 8:5-6
5. Nyanyian Peneguhan : KJ 268 atau PKJ 40
6. Nyanyian Responsoria : KJ 428 atau PKJ 183
7. Nats Persembahan : Mazmur 111:9-10
8. Nyanyian Persembahan : KJ 450 atau PKJ 145
9. Nyanyian Penutup : KJ 403 atau PKJ 182
Rancangan Khotbah, 05 Februari 2012
Minggu Epifania 5
Warna Hijau
Bacaan Leksionari:
Yes. 40: 21-31; Mzm. 141: 1-11,20c; 1 Kor. 9:16-23; Mrk. 1:40-45.
Bacaan Kotbah:
1 Korintus 9:16-23

PERJUMPAAN YANG MEMULIHKAN

Tujuan:
1. Jemaat dapat memberitakan Injil di tengah-tengah pergaulannya
2. Jemaat dapat menjadi berkat melalui perjumpamaan dengan
Sesamanya.

PENJELASAN TEKS

Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota
metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya
banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang
angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala
macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul
dan hawa nafsu. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam
49
masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan
wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan
kunjungan pribadi. Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun
pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang
ketiga (Kis 18:23--21:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di
Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11)

Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Korintus ditulis untuk


membahas persoalan-persoalan yang timbul di dalam jemaat yang telah
didirikan oleh Paulus di Korintus itu. Persoalan-persoalan tersebut adalah
mengenai kehidupan dan kepercayaan Kristen. Jemaat Korintus adalah
jemaat yang kaya, tetapi kacau, suka berdebat, suka menfitnah, suka
menghina, suka bertindak amoral, dan lain sebagainya.

Ay. 16-18:
Bagi Paulus, tugas memberitakan Injil pada hakikatnya suatu kehormatan
dan kemuliaan yang telah dipercayakan oleh Allah kepadanya. Sehingga
ia melakukan tugas pemberitaan Injil sebagai suatu keharusan yang
datang dalam lubuk hatinya yang paling dalam: Karena jika aku
memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan
diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak
memberitakan Injil. Pengabdian diri itulah yang menyebabkan Paulus
tidak ingin memperoleh kehormatan dan pujian apapun selain dipercaya
oleh Allah untuk memberitakan Injil Kristus. Bahkan Paulus sama sekali
tidak pernah mengharapkan upah untuk kerja kerasnya dalam
memberitakan Injil. Haknya untuk memperoleh upah dilepaskan oleh
Paulus dengan penuh kerelaan. Sebab bagi Paulus, makna upah yang
paling mulia dalam kehidupan ini adalah: Kalau demikian apakah
upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa
upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita
Injil.

Ay.19: Selaku abdi Kritus, selain tidak menuntut upah, Paulus juga ingin
menjadikan dirinya sangat efektif untuk membawa sesama bagi Kristus.
Itu sebabnya secara sadar dan suka rela Paulus mau menjadikan dirinya
hamba bagi semua orang.

50
Ay.20-22: Dalam tugasnya, dimanapun Paulus berada, dia ingin
menyelami seseorang sesuai dengan konteksnya. Paulus berupaya untuk
senantiasa mengidentifikasi dan berempati ditempat sesamanya berada
sehingga dia dapat membawa mereka kepada Kritus.

Ay. 23: Aku mendapat bagian dalamnya. Dengan apa yang sudah
dilakukan oleh Paulus karena Injil, ia akan mendapat hadiah, yaitu bagian
di dalamnya (keselamatan), mahkota abadi (ay.25).

KONTEKS MASA KINI

1. Hidup di era modern dengan berbagai kemajuan dan tuntutan


pemenuhan kebutuhan hidup yang makin meningkat, membuat orang
untuk berupaya semaksimal mungkin, sehingga seringkali kurang
atau bahkan hampir tidak menyisihkan waktu sedikit untuk bergaul,
peduli atau memperhatikan sesamanya.
2. Masih ada orang Kristen yang kurang memiliki minat untuk melayani
dan memberitakan kabar baik kepada sesamanya. Dan menganggap
itu adalah tugas pendeta, majelis, dan pengurus komisi.
3. Masih ada jemaat yang memiliki pergaulan yang luas, yang tidak
membeda-bedakan latarbelakang seseorang dan mau peduli serta
memperhatiakan sesamanya. Melalui pergaulan itu menjadi berkat
bagi sesama, sebab berisi sukacita dan damai sejahtera yang berasal
dari Allah Sumber Pengharapan.

SARAN PENYUSUNAN KOTBAH

Pendahuluan
Pengkotbah mengawali kotbah dengan menyampaikan pribahasa “masuk
kandang kambing mengembik, masuk kandang singa mengaum” lalu
pengkotbah menanyakan kepada jemaat apa maksud dari peribahasa
tersebut? Berikan kesempatan kepada jemaat untuk menjelaskan maksud
pribahasa tersebut. Pengkotbah menyimpulkan bahwa adaptasi dengan
51
lingkungan atau komunitas tertentu penting dalam rangka menjalankan
missi tertentu dengan tidak melupakan hakekat diri seseorang. Atau
pengkotbah menyampaikan ilustrasi yang dipandang cocok dalam
membawa umat pada inti pesan teologis.

Isi kotbah
Pengkotbah menguraikan pokok-pokok yang ada dalam penjelasan teks
diatas atau melalui perenungan pribadi pengkotbah dapat menemukan
pesan teologis diluar penjelasan teks tersebut dan dimasukkan dalam isi
kotbah ini.
Selanjutnya dalam relevansi, Pengkotbah dapat menghubungkan
penjelasan teks dengan konteks masa kini. Konteks masa kini (lihat
diatas) atau mengangkat isu-isu relevan.

Penutup
Akhiri kotbah dengan mengajak jemaat untuk memiliki hubungan yang
baik seluas-luasnya agar menerima kesempatan dari Tuhan untuk
bersaksi, sehingga mengupayakan keakraban untuk membangun
kehidupan dengan sesama di dalam Tuhan.

Contoh Kotbah Jadi


05 Februari 2012

PERJUMPAAN YANG MEMULIHKAN

Bapak, Ibu dan Saudara yang dikasihi Tuhan,


Ada peribahasa yang mengatakan, masuk kandang kambing mengembik,
masuk kandang singa mengaum. Apa maksud dari peribahasa tersebut?

Betapa bahagianya kalau kita mempunyai banyak teman. Itu berarti,


sebaiknya jangan kita mempunyai musuh, walaupun satu orang. Kalau
kita mempunyai banyak teman, artinya bahwa di mana-mana kita
diterima. Sebaliknya, kalau di mana-mana kita mempunyai musuh, maka

52
kita tidak bisa kemana-mana sehingga ruang gerak kita pun menjadi
sangat sempit. Ruang gerak yang sempit itu akan membuat kita sulit
untuk mengembangkan kehidupan ini. Kita juga tahu, bahwa Tuhan tidak
menjadikan kita seorang diri, melainkan berteman sebagai mahluk sosial
yang selalu mencari teman dan membutuhkan sesama untuk membagun
hidup ini.

Namun tidak mudah untuk membangun hidup persahabatan yang murni.


Tidak jarang bahwa permusuhan itu justru lahir dari keakraban dalam
persahabatan.

Bapak, Ibu dan Saudara yang dikasihi Tuhan,


Dalam bacaan kita hari ini, Paulus memberikan contoh konkrit
bagaimana kita dapat menggalang persahabatan dengan orang lain.
Menurut Paulus kita harus menjadi sesama bagi orang lain. Apa arti
ungkapan Paulus ini? Ungkapan ini berarti kemampun untuk hidup
bersama, bergaul, berkawan, dan menghayati kebersamaan dengan semua
orang. Kesediaan dan ketulusan bergaul dengan segala lapisan
masyarakat dengan segala latarbelakang yang berbeda, dengan
kelompok-kelompok masyarakat yang tertindas dan terjepit, tertekan,
terinjak, terlupakan, tersisihkan, dan termiskin. Namun Paulus tidak
kehilangan identitasnya selaku orang percaya dan jati dirinya sebagai
pengikut Kristus. Di sini Paulus mengajak kita mengikuti tapak kaki
Yesus. Yesus yang telah menyaturagakan diri-Nya dengan umat manusia
dan menyatakan solidaritas-Nya agar umat manusia mendapatkan
kembali keutuhannya sebagai manusia yang telah diciptakan menurut
gambar Allah.

Paulus memang tidak mengikat persahabatan untuk kesenangan dan


kebahagiaannya sendiri dan larut di dalam pergaulan yang luas itu. Setiap
orang ada harga dirinya dan bila harga dirinya dihormati, maka ia akan
terbuka menerima kita sebagai sesamanya dan sahabatnya. Menghargai
orang lain sebagaimana ia ada merupakan kunci pergaulan. Siapa pun
selalu minta dirinya dihargai. Inilah yang membuka pintu persahabatan
bagi kita dengan sesama kita. Tetapi dengan demikian kita tidak perlu
kehilangan harga diri kita sendiri atau jati diri kita. Kata Paulus: “aku
hidup di bawah hukum Kristus”. Ia melakukannya untuk Kristus dan
53
untuk membawa semua orang kepada keselamatan Allah.
Persahabatannya adalah kesempatannya untuk menyaksikan Kristus dan
memenangkan lebih banyak orang lagi untuk Kristus.

Bapak, Ibu dan Saudara yang dikasihi Tuhan,


Bagi Paulus, tugas memberitakan Injil pada hakikatnya suatu kehormatan
dan kemuliaan yang telah dipercayakan oleh Allah kepadanya. Sehingga
ia melakukan tugas pemberitaan Injil sebagai suatu keharusan yang
datang dalam lubuk hatinya yang paling dalam: Karena jika aku
memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan
diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak
memberitakan Injil. Pengabdian diri itulah yang menyebabkan Paulus
tidak ingin memperoleh kehormatan dan pujian apa pun selain dipercaya
oleh Allah untuk memberitakan Injil Kristus. Bahkan Paulus sama sekali
tidak pernah mengharapkan upah untuk kerja kerasnya dalam
memberitakan Injil. Haknya untuk memperoleh upah dilepaskan oleh
Paulus dengan penuh kerelaan. Sebab bagi Paulus, makna upah yang
paling mulia dalam kehidupan ini adalah: Kalau demikian apakah
upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa
upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita
Injil.

Bapak, Ibu dan Saudara yang dikasihi Tuhan,


Sebagai abdi Allah, saudara dan saya hendaknya setia kepada panggilan
kita masing-masing. Jangan luntur di tengah jalan pelayanan. Jangan
menuntut hak, upah, pujian dan perlakuan istimewa karena pelayanan.
Panggilan kita adalah panggilan untuk memberitakan Kabar Baik. Walau
banyak hambatan yang akan menghadang pelayanan kita ke depan
tetaplah melayani. Karena itu adalah tugas dan tanggung jawab kita
sebagai abdi Allah atau dalam bahasa trendnya hamba Tuhan.
Ketika mendengar istilah “hamba Tuhan” apa yang ada dalam benak
kita? Setiap kali mendengar istilah ini, tentunya yang terbayang adalah
seorang penginjil atau seorang pendeta. Sebenarnya, pengertian hamba
Tuhan tidak sesempit itu, setiap orang berdosa yang telah percaya kepada
Kristus dan telah ditebus dosa-dosanya serta menjadi anak-Nya adalah
hamba Tuhan (abdi Allah). Oleh karena itu tugas melayani,

54
memberitakan kabar baik, bukan hanya tugas Majelis atau penginjil, serta
pengurus komisi, tetapi kita semua orang percaya.

Bapak, Ibu dan Saudara yang dikasihi Tuhan,


Kita sebagai umat yang menyadari makna pelayanan kepada Allah
sebagai suatu kehormatan dan bersedia menjadi pembawa kabar baik
bagi sesamanya. Untuk hidup bersama, bergaul, berkawan, dan
menghayati kebersamaan dengan semua orang. Kesediaan dan ketulusan
bergaul dengan segala lapisan masyarakat dengan segala latarbelakang
yang berbeda, dengan kelompok-kelompok masyarakat yang tertindas
dan terjepit, tertekan, terinjak, terlupakan, tersisihkan, dan termiskin.

Bapak, Ibu dan Saudara yang dikasihi Tuhan,


Di tengah dunia yang maju pesat, hendaknya kita pun menjalin hubungan
baik seluas-luasnya. Dengan memiliki hubungan yang luas itu maka kita
menerima kesempatan dari Tuhan untuk bersaksi, sehingga kita
mengupayakan keakraban untuk membangun kehidupan dengan sesama
kita di dalam Tuhan. Kita memang tidak hidup untuk mencari
kesenangan bagi diri sendiri, tetapi bagi Kristus dan kelebaran kerajaan-
Nya. Kita juga membawa sukacita Injil yang menyelamatkan. Itu yang
membuat pergaulan kita berguna bagi sesama kita. Pergaulan itu menjadi
berkat, sebab berisi sukacita dan damai sejahtera yang berasal dari Allah
Sumber Pengharapan. Karena itu kita menyambut setiap kesempatan
untuk bergaul. Memang berbagai kesibukan sehari-hari bisa menyita
waktu kita dan membuat kita lelah. Tapi ingatlah bahwa Tuhan Yesus
berjanji akan selalu menyertai kita hingga akhir zaman dalam
menjalankan amanatNya yang agung. Dalam melayani saudara dan saya
tidaklah sendirian. Ada Tuhan bersama kita. Karenanya marilah kita
melakukannya dengan penuh sukacita, dengan kesabaran, kelembutan,
kerendahan hati, dan kecakapan. Bawa terang Kristus kepada mereka
yang belum percaya di tengah-tengah pergaulan kita, sehingga mereka
beroleh keselamatan. Tuhan memberkati. Amin.

(TTT)
UsulanAyat-ayat dan Lagu-lagu
1. Ny Pembukaan : PKJ. 168
2. Nats Pembimbing : 1 Korintus 15:58
55
3. Ny Pujian : KJ. 422
4. Berita Anugerah : Yesaya 40:30-31
5. Ny Peneguhan : KJ. 438
6. Ny Responsoria : KJ. 425
7. Nats Persembahan : Mazmur 147:7
8. Ny Persembahan : PKJ. 145
9. Ny Penutup : PKJ. 185

***
Rancangan Khotbah 12 Februari 2012
Minggu Epifani 6
Warna Hijau
Bacaan Leksionari:
2 Raj. 5: 1-14; Mzm 30: 1-13 ; 1 Kor 9: 24-27 ; Mrk 1: 40-45
Bacaan Khotbah:
Mazmur 30: 1-13

BELAS KASIHAN YANG


MENYEMBUHKAN

Tujuan: Anggota jemaat memahami belas kasih Allah.

PENJELASAN TEKS

Judul Ibrani untuk kitab Mazmur adalah tehillim, yang berarti "puji-
pujian". Kitab Mazmur adalah bagian dari Alkitab yang merupakan
kitab nyanyian dan doa. Nyanyian dan doa-doa bersifat pribadi dan
nasional. Beberapa diantaranya menggambarkan perasaan seseorang
yang paling dalam, sedangkan lainnya menyatakan kebutuhan dan
perasaan seluruh umat Allah.
Mazmur 30 merupakan Mazmur Daud:
1. Mazmur ini dinyanyikan Daud untuk pentahbisan bait Allah
56
2. Rasa syukur Daud yang ia ungkapkan dengan nyata karena Allah
menyelamatkannya dari musuh-musuhnya, ia mengatakan Allah
menariknya ke atas dan tidak memberikan kesempatan pada musuh-
musuhnya untuk bersukacita
3. Daud berseru kepada Allah untuk mendapatkan pertolongan, dan Allah
menjawab dengan memberikan pertolongan padanya, ia merasakan
pertolongan Allah memberikan kesembuhan baginya. Kesembuhan
yang dimaksud ialah keselamatan dari musuh-musuhnya.
4. Dalam ayat ini ada kalimat mengangkat aku dari dunia orang mati,
maksudnya ialah Tuhan menyelamatkannya dari kematian, sementara
kalimat menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang
kubur adalah keselamatan yang Tuhan berikan karena jika tidak
demikian ia tetap mati
5. Anjuran untuk memuliakan Tuhan, jika merasa sangat dikasihi oleh-
Nya
6. Bahasa yang puitis dalam ayat ini ingin menyatakan bahwa berbagai
penderitaan yang ada hanyalah sesaat, tapi sukacita yang berasal dari
Allah akan berlangsung lama
7. Adanya tekad untuk mempertahankan iman, karena sukacita yang
berasal dari Allah
8. Pengakuan bahwa segala yang ia capai adalah karena Tuhan berkenan
kepadanya, tetapi ia tidak memiliki kemampuan dalam menghadapi
pergumulan, jika Tuhan tidak menolongnya
“TUHAN, oleh karena Engkau berkenan, Engkau telah
menempatkan aku di atas gunung yang kokoh; ketika Engkau
menyembunyikan wajah-Mu, aku terkejut”.
9-11. Daud benar-benar menyadari bahwa tanpa Tuhan yang
memberikan pertolongan dan keselamatan, maka ia tidak akan merasakan
sukacita yang membawanya untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan
12-13 Rasa suka-cita Daud yang telah mendapatkan pertolongan dari
Tuhan dan karena suka-citanya tersebut ia menaikan puji-pujian kepada
Tuhan.

PESAN PENTING TEKS

1. Pertolongan hanya berasal dan diberikan Tuhan berdasarkan


kasihNya kepada manusia.
57
2. Jika manusia merasakan pertolongan yang datang dari Tuhan, maka
manusia diharapkan untuk mensyukurinya.
3. Bentuk ungkapan syukur diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari
misalnya tekun dalam kegiatan gerejawi dan berbuat baik pada
sesama.

KONTEKS MASA KINI

1. Jemaat belum memiliki rasa cukup dan bersyukur sehingga


berakibat tidak baik bagi pertumbuhan spiritualitas jemaat.

2. Nilai spiritual yang ada dalam jemaat belum sepenuhnya dipahami


sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan pribadi, bergereja dan
berjemaat serta bermasyarakat.
3. Cara-cara instant yang lebih banyak dipilih dibandingkan dengan
proses panjang yang harus dijalani, ketika berhadapan dengan
pergumulan. Sebagai contoh masih adanya kepercayaan terhadap
praktek-praktek perdukunan di kalangan jemaat (ocultisme).
4. Masih ada jemaat yang bersikap dewasa dalam menghadapi
pergumulannya dan tidak terpengaruh dengan berbagai praktek
perdukunan dan tetap mengandalkan Tuhan.
5. Masih ada jemaat yang tetap bersyukur sebagai perwujudan
kedewasaan imannya kepada Tuhan ketika menghadapi
pergumulannya.

SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH

Pendahuluan
Ungkapkan pada jemaat tema yang diberikan oleh sinode yaitu BELAS
KASIHAN YANG MENYEMBUHKAN. Tanyakan kepada 3 atau 4 jemaat
yang hadir tentang bagaimana rasanya menderita? Himpun jawaban-
jawaban mereka dan susul dengan pertanyaan bagaimana mereka
mengatasi penderitaan tersebut? Ingat semua jawaban mereka dan
arahkan bahwa semua itu adalah karena belas kasih dari Allah.

(atau pengkotbah bisa menggunakan metode lain dalam mengawali


kotbah ini)
58
Isi
- Jelaskan teks berbicara tentang pengalaman iman dari Daud yang
merasakan bahwa Allah benar-benar mengasihi umatNya (Ay. 1-6)
- Sampaikan juga bahwa karena kasih Allah yang dirasakan Daud,
maka ia bertekad untuk tetap menjadi hamba Allah (Ay. 7). Hamba
Allah yang dimaksud adalah setiap orang yang mengaku percaya
pada Tuhan Allah.
- Kemudian sampaikan bahwa Daud benar-benar merasa tanpa Allah
maka ia tidak mampu melakukan apapun, sehingga ia tetap memohon
belaskasih dariNya. (Ay. 8-13)
- Pengkotbah menghubungkan teks dengan konteks masa kini dan
memberikan penjelasan tentang spritualitas.

Penutup
- Simpulkan perpaduan antara keadaan Daud dan keadaan Jemaat saat
ini terutama ketika terlepas dari pergumulan/penderitaan
- Ajaklah jemaat untuk selalu merasakan belas kasih Allah dalam
kehidupannya dengan cara meningkatkan kwalitas kehidupan
spiritualnya.

Nats Pembimbing : Yohanes 3: 16


Berita Anugerah : Ratapan 3: 31-32
Persembahan : 2 Kor 9: 12
Usulan Lagu
KJ. 17 : 1-2
PKJ. 2:
KJ. 415 : 1-2
KJ. 39 : 1-3
PKJ 4 : 1…
PKJ 274 : 1-3

***
59
Contoh Khotbah Jadi
12 Pebruari 2012

BELAS KASIHAN YANG


MENYEMBUHKAN

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Pada hari ini kita memasuki minggu ke VI setelah Epifania, itu berarti
bahwa tidak lama lagi kita akan memasuki masa penghayatan paska dan
pentakosta, dan tema yang diberikan oleh sinode yaitu BELAS KASIHAN
YANG MENYEMBUHKAN. Sebelum kita masuk lebih jauh dalam
perenungan kita maka saya ingin bertanya “bagaimana rasanya
menderita”? (tanyakan kepada beberapa orang dan himpun jawaban-
jawaban mereka).
Kemudian saya ingin bertanya lagi “bagaimana mereka mengatasi
penderitaan tersebut?” (setelah selesai jemaat menjawab garis bawahi
hal-hal yang penting)

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Dari berbagai jawaban tersebut maka kita sebagai orang percaya harus
mengimani, bahwa penyelesaian atau cara mengatasi penderitaan kita
berasal dari Tuhan. Dengan kata lain bahwa Tuhan Allah memiliki rasa
belas kasih kepada kita umatNya.
60
Mazmur 30 merupakan nyanyian syukur dari Daud atas pertolongan yang
diberikan oleh Allah. Daud merasakan bahwa Allah benar-benar
mengasihinya, hal itu terbukti dengan diselamatkannya ia dari ancaman
musuh-musuhnya. Bahkan ketika ia menghadapi maut, ia tetap
merasakan Allah menyelamatkan dan masih memberikan kehidupan.
Oleh karena itu Daud juga menganjurkan kepada umat Allah untuk selalu
menyanyikan syukur dengan puji-pujian bagi Allah, atau bermazmur bagi
Allah, karena mazmur berarti puji-pujian. Disamping itu Daud juga
meyakini bahwa, walaupun Allah murka, hal tersebut hanya berlangsung
sesaat, jika dibandingkan dengan kasih yang Allah berikan.

Pengalaman Daud menumbuhkan suatu tekad dalam dirinya untuk tetap


teguh dalam iman dan percayanya kepada Allah. Hal tersebut terungkap
melalui bacaan kita pada ayat ke-7 yang berkata “Dalam kesenanganku
aku berkata: "Aku takkan goyah untuk selama-lamanya!" pernyataan ini
muncul dikarenakan pengalaman iman yang dialami oleh Daud. Karena
tidak mungkin orang bisa berkata demikian jika ia tidak pernah
merasakan sesuatu hal yang istimewa, yang merupakan pengalaman
pribadinya. Sungguh suatu hal yang luar biasa dan menjadi kesaksian
hidup dari Daud.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Dalam bagian selanjutnya, Daud mengungkapkan bahwa dirinya bersuka-
cita ketika Tuhan berkenan meninggikannya. Dalam hal ini, Daud
mengungkapkan bahhwa Allah menempatkannya di atas gunung yang
kokoh. Tetapi dalam bagian lain ia juga menyatakan tidak dapat berbuat
apa-apa, atau tidak berarti jika Allah menyembunyikan wajah darinya.
Oleh sebab itu Daud benar-benar mengharapkan pertolongan Allah, ia
juga mengatakan “Kepada-Mu, ya TUHAN, aku berseru, dan kepada
Tuhanku aku memohon:"Apakah untungnya kalau darahku tertumpah,
kalau aku turun ke dalam lobang kubur? Dapatkah debu bersyukur
kepada-Mu dan memberitakan kesetiaan-Mu? Dengarlah, TUHAN, dan
kasihanilah aku, TUHAN, jadilah penolongku!"
Hal ini menunjukan bahwa benar-benar Daud mengharapkan belas kasih
Tuhan dalam menghadapi pergumulannya. Dan ketika ia merasakan belas
kasih dari Allah, ia bersuka-cita dan memuji Tuhan dalam kehidupannya.
61
Jika kita melihat dalam kehidupan sehari-hari, banyak pergumulan yang
kita hadapi. Jika kita menghadapi pergumulan tersebut dengan cara
pandang manusia, maka yang terjadi adalah pergumulan yang berat. Tapi,
jika kita mengandalkan Tuhan dalam menghadapi pergumulan tersebut,
maka pergumulan itupun akan menjadi ringan. Akan tetapi ternyata yang
lebih sering terjadi ialah manusia lebih menggunakan cara-cara instan,
seperti: praktek perdukunan ketika menghadapi sakit penyakit dan soal
kekayaan atau ketika menghadapi pergumulan lainnya. Hal itu
menyebabkan terlupakannya Tuhan dalam penyelesaian pergumulannya.
Ini menunjukan bahwa nilai spiritualitas masih sangatlah
memprihatinkan. Yang dimaksud dengan spiritualitas adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan kerohanian seseorang. Sementara, jika
kita melihat kembali bacaan yang telah kita baca, menunjukan kepada
kita bahwa Daud memliki spiritualitas yang tinggi sebagai wujud
syukurnya atas belas kasihan Allah. Mari kita baca lagi ayat 7 dan 13,
sebagai wujud tingkat spiritualitas Daud. Kitapun harus demikian dalam
rangka kita mengucap syukur atas berkat belas kasihanNya dalam
kehidupan kita.

Jemaat yang dikasihi Tuhan,


Melalui perenungan kita saat ini, maka kita dapat melihat suatu
kehidupan spiritualitas dari Daud, yang benar-benar berharap akan belas
kasihan Allah dengan cara membangun kehidupan spiritual yang baik.
Sementara itu dalam kehidupan kita, hendaknya kita juga lebih
mengandalkan Tuhan dalam menghadapi berbagi pergumulan yang ada,
yang terkadang lebih mengandalkan kemampuan pribadi dan cara-cara
yang instant, yang tanpa kita sadari tidak sesuai dengan apa yang Tuhan
kehendaki.

Marilah kita lebih mengandalkan Allah dalam kehidupan kita. Disamping


itu, kita juga harus lebih membina kehidupan kerohanian atau
spiritualitas kita, supaya kita benar-benar merasakan belas kasih Allah
dalam kehidupan kita, terutama di dalam kita menghadapai pergumulan
dalam kehidupan kita. Amin.

62
***

Rancangan Khotbah 19 Februari 2012


Minggu Transfigurasi
Warna Putih
Bacaan Leksionari:
2 Raja-raja 2:1-12; Mazmur 50:1-6; 2 Korintus 4:3-6; Markus 9:2-9
Bacaan Khotbah: Markus 9:2-9

SAKSI KEMULIAAN KRISTUS

Tujuan :
 Jemaat mengetahui peristiwa transfigurasi (perubahan rupa).
 Jemaat dapat bersaksi tentang kemuliaan Kristus.

PENJELASAN TEKS

Markus 9: 2-9
Setelah Yesus mulai mengajarkan bahwa Anak Manusia (gelar yang Dia
pakai untuk menunjuk kepada diri-Nya) “harus menanggung banyak
penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli
Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari” (8:31), para murid
terguncang. Mereka beranggapan bahwa Yesus menjadi tidak mulia jika
Dia harus menderita dan mati.
Menanggapi hal tersebut, Yesus kemudian membawa perwakilan dari
mereka yakni Petrus, Yakobus, dan Yohanes ke sebuah gunung yang
63
tinggi. Di gunung itu Yesus menampakkan kepada mereka kemuliaan
yang telah dimiliki-Nya; kemuliaan yang tidak akan berkurang, apalagi
hilang sekalipun Dia menempuh jalan penderitaan dan kematian. Di
depan mata mereka, Dia berubah rupa dan pakaian-Nya sangat putih
berkilauan. Tidak ada tukang cuci di dunia yang dapat memutihkan
pakaian sampai seputih itu. Agaknya narator hendak menyampaikan
pesan bahwa Yesus menampilkan kemuliaan ilahi (bdk. Mzm 50:2).
Kemudian, tampak pula Elia bersama dengan Musa sedang bercakap-
cakap dengan Yesus. Ini meneguhkan jatidiri Yesus sebagai Mesias yang
kedatangan-Nya didahului oleh Elia dan yang akan menggenapi hukum
Taurat yang dulu diterima oleh Musa.
Akan tetapi, adegan percakapan Elia dan Musa dengan Yesus tadi tidak
berlangsung lama. Usulan Petrus untuk menahan kedua nabi besar ini
lebih lama dengan mendirikan kemah tidak ditanggapi. Cerita segera
berlanjut dengan adegan yang boleh dibilang merupakan klimaks/puncak
cerita yaitu datangnya awan menaungi Petrus, Yakobus, dan Yohanes dan
terdengarnya suara Allah (Bapa): “Inilah Anak-Ku yang terkasih,
dengarkanlah Dia”.
Dengan adanya suara dari Allah Bapa itu menjadi jelaslah bahwa
kemuliaan yang dimiliki dan saat itu ditampakkan oleh Yesus adalah
kemuliaan sebagai Anak Allah; kemuliaan yang membuat Dia layak
untuk didengarkan. Kemuliaan ini jelas melebihi kemuliaan yang dulu
diterima oleh Elia dan juga Musa. Dan supaya ketiga murid itu tidak
sekedar menyamakan kedudukan Yesus dengan Musa atau Elia, dibuatlah
penampakan kedua nabi besar ini segera berlalu.
Pada akhir cerita, ketiga murid itu tidak melihat seorang pun lagi kecuali
Yesus. Di sini keilahian Yesus kembali tersembunyi. Keilahian ini baru
akan dinyatakan lagi ketika Dia bangkit dari antara orang mati.
Dalam terang kebangkitan yang didahului oleh penderitaan dan kematian
itulah penampakan kemuliaan Yesus harus dipahami. Itulah sebabnya
ketika turun gunung Yesus berpesan kepada ketiga murid tadi “supaya
mereka jangan menceritakan apa yang telah mereka lihat itu sebelum
Anak Manusia bangkit dari antara orang mati”.

KONTEKS MASA KINI

64
- Hari ini, gereja kembali merayakan Minggu Transfigurasi sebagai
puncak dari Masa Epifania (artinya: “penampakan” dalam hal ini
“penampakan Yesus”) dan sekaligus pengantar sebelum memasuki
Masa Pra Paskah.
- Terkadang, atau bahkan sering, saudara-saudara Muslim
mempertanyakan, atau bahkan menyerang keyakinan kita akan
keilahian Yesus.
- Orang-orang postmodern lebih mengutamakan pengalaman iman/
pengalaman spiritual dari pada pengetahuan.

SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH

Pendahuluan
 Pengkotbah menyampaikan kepada jemaat bahwa bukan kebetulan
hari ini dibahas tentang peristiwa transfigurasi. Dalam kalender
gerejawi, hari ini adalah hari Minggu Transfigurasi yang adalah
puncak dari Masa Epifania (artinya: “penampakan” <dalam hal ini
penampakan Yesus>; dimulai dengan hari raya Epifania <peringatan
kedatangan orang-orang Majus untuk menyembah Yesus>, kemudian
diikuti dengan Minggu Pembaptisan Tuhan dan Minggu-Minggu Biasa
<untuk menapak tilas kisah pelayanan Yesus>) dan sekaligus
pengantar sebelum memasuki Masa Pra Paska (diawali dengan Rabu
Abu).
 Mengingatkan jemaat bahwa setiap ibadah Minggu kita mengikrarkan
pengakuan iman yang antara lain menyatakan kepercayaan kepada
Yesus Kristus sebagai Anak Allah, Tuhan. Ini bukan sekedar dogma
(ajaran) tetapi juga doksa (pujian; nyanyian kemuliaan)
 Mengemukakan pertanyaan yang terkadang, atau bahkan sering
diajukan oleh saudara-saudara Muslim: “Kalau Dia Tuhan, kenapa Dia
mati?” “Bagaimana bisa Dia dikatakan mulia kalau hidup-Nya
berakhir dengan cara yang hina?”

Isi

65
 Pengkotbah menjelaskan bahwa dasar utama kepercayaan akan
kemuliaan Yesus Kristus sebagai Anak Allah, sebagai Tuhan adalah
peristiwa kebangkitan. Dalam terang kebangkitan tersebut kita bisa
merunut mundur antara lain ke peristiwa transfigurasi.
 Menceritakan transfigurasi menurut Injil Markus (lihat tafsiran di
atas)
 Menjelaskan kepada jemaat bahwa saat ini pun kita ‘melihat’
(dengan mata iman) kemuliaan Kristus. Sudah sepantasnya kita
menjadi murid yang senantiasa mendengarkan Dia. Sudah
sewajarnya jika kita memberitakan Injil tentang kemuliaan-Nya itu.
 Pengkotbah diberikan kesempatan menggali dan mengungkapkan
isu-isu terkini yang ada hubungannya dengan teks Alkitab ini.

Penutup
 Pengkotbah mengakhiri khotbah dengan pujian kepada Yesus Kristus
tanpa memisahkannya dari Allah Bapa dan Roh Kudus. Contoh:
“Dimuliakanlah Tuhan kita Yesus Kristus bersama Allah Bapa dan
Roh Kudus, kini dan terus. Amin.”

Contoh Khotbah Jadi


19 Pebruari 2012

SAKSI KEMULIAAN KRISTUS


Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus,
Menurut kalender gereja, hari ini kita merayakan hari Minggu
Transfigurasi. Minggu Transfigurasi ini merupakan puncak dari Masa
Epifania (artinya: “penampakan” <dalam hal ini penampakan Yesus;
diawali dengan hari raya Epifania <yaitu peringatan kedatangan orang
majus> lalu diikuti dengan Minggu Baptisan Tuhan dan Minggu-minggu
Biasa <yang berfokus pada kisah-kisah pelayanan Yesus>). Kita
bersyukur bahwa dalam tahun liturgi ini peringatan kita akan
penampakan atau epifania Yesus sudah mencapai puncaknya. Akan
tetapi, jangan lupa bahwa ini barulah puncak antara. Puncak yang benar-

66
benar puncak adalah nanti pada waktu Paska dan sebelum sampai ke sana
kita perlu ‘turun gunung’ dulu dan melewati lebih dahulu Masa Pra
Paska. Dalam masa Pra Paska ini kita akan kembali merendahkan diri
(ditandai dengan abu yang akan dioleskan di dahi kita besok Rabu serta
aksi puasa empat puluh hari) dan menghayati kembali penderitaan Yesus.
Penderitaan Yesus itu tidak mengurangi, apalagi menghilangkan
kemuliaan-Nya sebagai Anak Allah, sebagai Tuhan.

Setiap kali ibadah Minggu kita mengikrarkan pengakuan iman. Kita ingat
bahwa isinya antara lain adalah kepercayaan kepada Yesus Kristus
sebagai Anak Allah, Tuhan yang menderita. Ini (seharusnya) bukan
sekedar dogma (ajaran) melainkan juga doksa (pujian; nyanyian
kemuliaan). Ya, ketika mengikrarkan pengakuan bahwa Yesus Kristus
adalah Anak Allah, Tuhan, hati kita seharusnya memuliakan Dia; bukan
karena Dia kurang mulia sehingga harus kita muliakan sehingga menjadi
lebih mulia tetapi justru karena Dia sungguh-sungguh mulia.

Akan tetapi, saudara-saudara, bicara soal kemuliaan, keilahian Yesus


Kristus, agaknya kita perlu memperhatikan pertanyaan dari saudara-
saudara kita Muslim: “Kalau Dia Tuhan, kenapa Dia mati?” “Bagaimana
bisa Dia dikatakan mulia jika hidupnya berakhir dengan cara yang hina?”

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,


Dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan seperti disebutkan barusan,
baiklah kita mengingat bahwa dasar utama dari kepercayaan kita akan
kemuliaan Yesus Kristus sebagai Anak Allah, sebagai Tuhan adalah
peristiwa kebangkitan. (Hal ini akan kita dalami pada Masa Paska).
Dalam terang kebangkitan ini, kita bisa merunut mundur antara lain ke
peristiwa transfigurasi.

Tadi kita telah menyimak bersama pembacaan cerita transfigurasi


menurut Injil Markus. Apabila dikaitkan dengan cerita sebelumnya, kita
bisa melihat bahwa agaknya saat itu para murid tengah terguncang karena
Yesus mulai mengajarkan bahwa Anak Manusia (gelar yang Dia pakai
untuk menunjuk kepada diri-Nya) “harus menanggung banyak
penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli
Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari” (8:31) Mereka
67
beranggapan bahwa Yesus menjadi tidak mulia jika Dia harus menderita
dan mati.

Menanggapi hal tersebut, Yesus kemudian membawa perwakilan dari


mereka yakni Petrus, Yakobus, dan Yohanes ke sebuah gunung yang
tinggi. Di gunung itu Yesus menampakkan kepada mereka kemuliaan
yang telah dimiliki-Nya; kemuliaan yang tidak akan berkurang, apalagi
hilang sekalipun Dia menempuh jalan penderitaan dan kematian. Di
depan mata mereka, Dia berubah rupa dan pakaian-Nya sangat putih
berkilauan. Tidak ada tukang cuci di dunia yang dapat memutihkan
pakaian sampai seputih itu. Agaknya narator hendak menyampaikan
pesan bahwa Yesus menampilkan kemuliaan ilahi. Ini bisa dibandingkan
dengan perkataan pemazmur: “Dari Sion, puncak keindahan, Allah tampil
bersinar.” (Mzm 50:2)

Kemudian, tampak pula Elia bersama dengan Musa sedang bercakap-


cakap dengan Yesus. Ini meneguhkan jatidiri Yesus sebagai Mesias yang
kedatangan-Nya didahului oleh Elia dan yang akan menggenapi hukum
Taurat yang dulu diterima oleh Musa.

Akan tetapi, adegan percakapan Elia dan Musa dengan Yesus tadi tidak
berlangsung lama. Usulan Petrus untuk menahan kedua nabi besar ini
lebih lama dengan mendirikan kemah tidak ditanggapi. Cerita segera
berlanjut dengan adegan yang boleh dibilang merupakan klimaks/puncak
cerita yaitu datangnya awan menaungi Petrus, Yakobus, dan Yohanes dan
terdengarnya suara Allah (Bapa): “Inilah Anak-Ku yang terkasih,
dengarkanlah Dia”.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,


Dengan adanya suara dari Allah Bapa itu menjadi jelaslah bahwa
kemuliaan yang dimiliki dan saat itu ditampakkan oleh Yesus adalah
kemuliaan sebagai Anak Allah; kemuliaan yang membuat Dia layak
untuk didengarkan. Kemuliaan ini jelas melebihi kemuliaan yang dulu
diterima oleh Elia dan juga Musa. Kita lebih kurang sudah tahu
bagaimana kemuliaan yang dulu diterima oleh Elia. Dalam II Raja-raja
2:11-12,dituturkan bahwa sementara Elia berjalan terus sambil berkata-
kata dengan Elisa, datanglah dengan tiba-tiba “kereta berapi dengan kuda
68
berapi” (yang adalah kendaraan TUHAN) memisahkan keduanya, lalu
terangkatlah Elia ke sorga dalam “angin badai” (yang adalah pengiring
TUHAN). Akan tetapi, Yesus jauh lebih mulia daripada Elia. Dan supaya
ketiga murid itu tidak sekedar menyamakan kedudukan Yesus dengan
Elia atau Musa, dibuatlah penampakan kedua nabi besar ini segera
berlalu.

Pada akhir cerita, ketiga murid itu tidak melihat seorang pun lagi kecuali
Yesus. Di sini keilahian Yesus kembali tersembunyi. Keilahian ini baru
akan dinyatakan lagi ketika Dia bangkit dari antara orang mati.

Dalam terang kebangkitan yang didahului oleh penderitaan dan kematian


itulah penampakan kemuliaan Yesus harus dipahami. Itulah sebabnya
ketika turun gunung Yesus berpesan kepada ketiga murid tadi “supaya
mereka jangan menceritakan apa yang telah mereka lihat itu sebelum
Anak Manusia bangkit dari antara orang mati”.

Sekarang, Kristus telah bangkit. Sudah tiba waktunya untuk bersaksi,


untuk memberitakan Injil tentang kemuliaan-Nya sebagai Anak Allah,
sebagai Tuhan; kemuliaan yang tidak berkurang, apalagi hilang sekalipun
Dia menempuh penderitaan dan kematian. Memang, kita tidak melihat,
menyaksikan kemuliaan Kristus itu dengan mata jasmani. Akan tetapi,
bagi mata iman kita kemuliaan itu seharusnya sungguh-sungguh
kelihatan karena, seperti dikatakan oleh Paulus, Allah menerbitkan
terang-Nya di dalam hati kita. (Memang, mata iman belum senantiasa
terbuka dengan maksimal. Kita masih perlu melatih terus mata iman kita
supaya kita tidak Cuma tahu tetapi juga ‘melihat’, menghayati,
mengalami kemuliaan Kristus. Walaupun begitu, janganlah putus asa
karena sejatinya Allah sendirilah yang mengerjakan iman di dalam diri
kita). Ya, dengan mata iman kita telah melihat kemuliaan Kristus. Sudah
sewajarnya jika kita memberitakan Injil tentang kemuliaan Kristus itu.
Namun, jangan lupa bahwa kita pun harus menghormati Kristus yang
mulia itu dengan mendengarkan Dia sesuai dengan seruan Allah Bapa
kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes saat terjadi peristiwa transfigurasi.

Dimuliakanlah Tuhan kita Yesus Kristus bersama dengan Allah Bapa dan
Roh Kudus, kini dan terus. Amin. (Agung)
69
UsulanAyat-ayat dan Lagu-lagu
1. Ny Pembukaan : KJ. 3:1dan 3
2. Nats Pembimbing : 2 Korintus 4:6
3. Ny Pujian : PKJ. 2
4. Berita Anugerah : Yohanes 1:14
5. Ny Peneguhan : KJ. 367:1-3
6. Ny Responsoria : PKJ. 197:1
7. Nats Persembahan : Ibrani 13:5-6
8. Ny Persembahan : PKJ. 146:1 dstnya
9. Ny Penutup : KJ. 426:1-2

***
Rancangan Kotbah 03 Juni 2012
Minggu Trinitas 1
Warna Putih
Bacaan Leksionari:
Mazmur 29; Roma 8: 12-17; Yohanes 3: 1-17
Bahan Khotbah: Yesaya 6: 1-8

BERIMAN DALAM MISTERI ALLAH


TRINITAS

Tujuan : Anggota jemaat dimampukan untuk menghayati Misteri Allah


Trinitas yang memanggil dan mengutus mereka.

PENJELASAN TEKS

Kitab Nabi Yesaya terbagi tiga bagian yaitu bagian pertama berasal dari
seorang nabi yang bekerja pada masa Yotam, Ahas dan Hizkia. Bagian
kedua adalah Deuteru-Yesaya ditulis pada masa pembuangan di Babylon
dan bagian yang ketiga, yaitu Trito-Yesaya ditulis sesudah masa
pembuangan di Babylon. Dalam pasal 29 adalah bagian yang pertama.

70
Nabi Yesaya dapat dikatakan Nabi yang paling penting pada masa-masa
Raja-raja Yahuda dan menitikberatkan kepercayaan kepada Allah,
walaupun dalam keadaan yang sulit. Dia tidak hanya berkotbah bagi raja-
raja saja tetapi Dia juga aktif dibidang politik. Dia menggunakan dua
kata yang penting untuk “Allah” yaitu pertama “Yahwe Sebaot “ yang
artinya adalah Tuhan semesta Alam, yang berarti Yahwe mempunyai
segala kuasa dilangit dan di bumi. Yang kedua Kadosy Israel yang
berarti Sang Kudus Israel. Dengan demikian Yesaya sudah menekankan
pada kekudusan Allah di dalam penglihatan panggilanya. Dengan itu
Yahwe menyatakan diriNya sebagai yang duduk di atas tahtaNya dengan
dikelilingi oleh seraphim.
Pengetahuan akan kekudusan Allah membuka matanya terhadap realitas
dosa bangsa Israel dan terhadap hukuman yang akan datang dari Allah.
Dan Yesaya menantikan Mesias dari keturunan Daud.

TAFSIRAN PORIKOP
Ayat : 1. Raja Uzia meninggal sesudah pemanggilan Yesaya. Dengan
kematian Raja Uzia mempunyai arti penting selain sudah
tidak berkuasa lagi atas bangsa Israel, Ia meninggal sebagai
penderita penyakit kusta, karena ia mencemooh kekudusan
Allah ketika punya kekuasaan sebagai Raja, ia menjadi
sombong, atau tinggi hati dan tidak setia kepada Tuhan Allah.
Ayat : 2. “Serafim “berarti yang menyala-nyala, dalam ayat ini
menekankan kekudusan Allah. Dalam kehadiranNya sangat
menyilaukan, setiap orang berdosa tidak layak melihat Dia.
Dan tidak untuk dilihat.
Ayat : 3. Nyanyian bersahut-sahutan hal ini menyuarakan atau
menggemakan sifat, nama, dan kekuasaan Allah dalam
semesta Alam Kemuliaan-Nya ialah sinar yang memancar
dari keberadaanNya yaitu kekudusanNya tidak hanya kepada
orang Israel tetapi seluruh bumi, implikasinya kemuliaanNya
adalah sampai hal pengahakiman dan keselamatan (penuh).

Ayat 4, 5 Bergoyangnya alas bangunan, kegelapan, dan kekuatiran


megingatkan peristiwa di gunung Sinai. Dengan suara yang
71
dahsyat tanda kehadiran Allah dan bangsa Israel keluar
menjumpai Allah.(Keluaran 19 :16-18). Yesaya mengakui
bahwa ia adalah orang telah diampuni, dan tinggal bersama
dengan bangsa Israel yang sama-sama berdosa di hadapan
Tuhan Allah.
Ayat 6, 7 Dalam pemurnian dan penyucian melalui bara api yang
menyala-nyala itu tentunya yang mengungkapkan tentang
pengampunan dosa. Bara, diambil ……. Dari mezbah.
Melambangkan arti mizbah seutuhnya. Dari mana bara itu
datang; bahwa hukuman atas dosa dibayar oleh suatu suatu
pengganti yang dikorbankan. Lambang ini diterapkan kepada
bibir Yesaya. Suatu yang sangat ia butuhkan yaitu
kemampuan pribadi.
Ayat 8 Ucapan Yesaya “inilah aku, utuslah aku” dari ucapan Yesaya
ini ada dua segi yang besar yaitu pertama ; perbedaan yang
jelas dengan keputusasaannya yang dulu (ay 5). Yang kedua
karena suara hatinya Yesaya menerima utusan Allah.
KONTEKS MASA KINI.
 Pergumulan masyarakat disekitar kita yang kurang puas dengan
keyakinan mereka selama ini sehingga mereka ingin memiliki Allah
yang bisa dipahami oleh pikiran manusia. Dan pada akhirnya
masyarakat gampang terhanyut oleh ajaran atau aliran sesat.
 Di jaman modern saat ini manusia menekankan hal-hal duniawi,
materi atau sekularisasi yaitu usaha untuk menduniawikan hal-hal
yang selama ini terikat pada unsur-unsur kerohanian.
 Adat , kebaiasaan dan ocultisme dalam kehidupan masyarakat begitu
dominan sehingga mengaburkan ajaran-ajaran gereja.
 GKSBS telah memiliki Pokok-pokok Ajaran Gereja, yang harus
digumuli dan dihayati oleh setiap warga GKSBS.

SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH

 Kotbah di buka dengan mengungkapkan bahwa Setiap orang rela


melakukan segalanya demi seseorang yang dikasihinya. Mengapa
demikian? Karena orang itu mengenal dan mengasihinya. Demikian
juga terhadap Tuhan Allah? Ketika jemaat mengenal Tuhan Allah

72
Yang Esa maka mereka akan mengasihiNya. Dan percaya
kepadaNya
 Setelah itu pengkotbah masuk pada isi kotbah mengajak memahami
kembali tentang Tuhan Allah yang selama ini telah kita percaya
dalam setiap kehidupan kita. Dengan pengalaman Yesaya .Jelaskan
porikop tentang Yesaya yang mendapatkan penglihatan tenatang
pribadi Allah. Ada yang bisa kita pahami secara akal pikiran
manusia tetapi ada pribadi Allah yang tidak bisa di pahami oleh akal
manusia yaitu misteri. Allah yang penuh misteri itu telah berkarya
dalam kehidupan bangsa Israel dan Yesaya adalah pribadi yang telah
merasakan kedahsyatan, kekuasaan, kemuliaan dan kekudusan Allah.
Yesaya dipanggil dan diutus untuk hidup setia dengan Allah.
Panggilan Yesaya merupakan panggilan kita atau GKSBS. Jelaskan
akhibat dari kurangnya mengahayati tentang Allah hubungkan
dengan konteks masa kini.
 Khotbah diakhiri dengan mengajak jemaat untuk terus belajar
memahami dan mengahayati tentang pribadi Allah secara penuh,
baik yang dapat kita pahami maupun yang mesteri bagi kita.
Selanjutnya jemaat diajak berkometmen bersama untuk setia kepada
Tuhan Allah yang memanggilnya.

Ayat Nat Pembimbing Roma 8 : 13-14


Ayat Berita Anugerah Yohanes 3 : 16
Ayat Persembahan Roma 12 : 1,2

PUJIAN
 Pujian Panggilan PKJ 13 : 1- 3
 Pujian Peneguhan PKJ 2
 Pujian Kesanggupan KJ 427 : 1-2
 Pujian Responsria PKJ 177 : 1-2
 Pujian Persembahan PKJ 147 : 1-
 Pujian Pengutusan KJ 410 : 1-2.

73
***

Contoh Kotbah Jadi


03 Juni 2012

BERIMAN DALAM MISTERI ALLAH


TRINITAS

Tujuan : Anggota jemaat dimampukan untuk menghayati Misteri Allah


Trinitas yang memanggil dan mengutus mereka.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,


Setiap orang rela melakukan segalanya demi seseorang yang
dikasihinya. Mengapa demikian? Karena orang itu mengenal dan
mengasihinya. Mana mungkin orang bisa mengasihi kalau tidak
mengenal yang dikasihi? Bagaimana kalau dengan Tuhan Allah? Apa kita
mengenal dan beriman kepadaNya? Banyak orang yang jatuh dalam
dosa, karena kurang mengenal dan kurang beriman kepada Allahnya
74
dengan sungguh-sungguh. Oleh sebab itu hari ini kita bersama-sama
merenungkan kembali Firman Tuhan tentang penghayatan kita terhadap
Tuhan Allah dengan tema “Beriman dalam misteri Allah Trinitas”
Dalam bacaan kita hari ini Nabi Yesaya mengalami sebuah
penglihatan kehadiran Allahdan beriman kepadaNya, Yang kehadiranNya
sungguh dahsyat sebab kehadiran Allah dikelilingi oleh para seraphim
(ayat 2) .Kata “Serafim “ berarti yang menyala-nyala, Dalam
kehadiranNya sangat menyilaukan, sehingga setiap orang berdosa tidak
layak melihat Dia. Dan tidak untuk dilihat. Dalam ayat ini menekankan
kekudusan Allah. Kehadiran Allah disertai dengan puji-pujian yang
saling bersahut-sahutan yang menyuarakan atau menggemakan sifat,
nama, dan kekuasaan Allah dalam semesta Alam. Kemuliaan-Nya ialah
sinar yang memancar dari keberadaanNya yaitu kekudusanNya, tidak
hanya kepada orang Israel tetapi seluruh bumi, implikasinya
kemuliaanNya adalah sampai hal pengahakiman dan keselamatan
(penuh). Kehadiran Allah ini menggoyangkan alas bangunan yang
mengingatkan peristiwa kehadiran Allah di gunung Sinai (Keluaran 19 :
16-18). Demikian dahsyatnya tanda kehadiran Allah dengan munculnya
asap yang memenuhi ruangan secara penuh. Asap yang memenuhi
ruangan atau bara yang menyala-nyala itulah yang menyucikan atau
pengampunan dan memurnikan kehidupan dari dosa. Seorang Yesaya
dibuka hatinya dan diberi kemampuan untuk berdiri teguh tanpa ada
keraguan dirinya dalam menerima panggilan melaksanakan tugasnya
kedalam kehidupan umat Israel. Dan walaupun penuh keraguan pada
akhirnya Yesaya menyerahkan dirinya untuk diutus oleh Tuhan. Yesaya
sungguh menghayati kehadiran Allah dalam bentuk Roh yang tidak bisa
dilihat secara duniawi.Yesaya hatinya tersentuh untuk berubah pikiran
menyanggupi panggilan Allah.
Tentunya kita telah mengenal Allah yang penuh kuasa , kemuliaan dan
maha kudus. Hendaknya kita percaya bahwa Allah kita adalah Allah
Yang Esa yang menyatakan driNya melalui karyaNya sebagai Allah
Bapa, Anak dan Roh Kudus. Allah sebagai Bapa adalah Allah yang
membentuk, memimpin dan yang memelihara kehidupan kita. Allah
dalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat, Allah yang
menyelamatkan dunia. Sedangkan Roh Kudus adalah Allah yang
menyertai, membimbing, mengarahkan menguatkan, menerangi,
menghibur, menolong dan membangun kesdaran kita sebagai umatNya di
75
dalam mengahadapi pergumulan di tengah dunia, dalam menuju
kehidupan yang berpengharapan. Yesaya telah mengalaminya, karena
Karya Allah ia mau diutus ketengah-tengah bangsa Israel, memberi
hukuman dan memberkati bangsa itu. Yesaya tidak mempermasalahkan
wujud Allah tetapi ia menghayati kehadiran Allah sebagai kekuatan
dirinya dalam proses bertanggung jawab atas panggilan Tuhan.
Penghayatan Yesaya tentang kehadiran Allah yang penuh misteri ini,
merupakan penghayatan kita sebagai orang percaya. Bahwa Allah kita
adalah Allah yang hidup yang telah melakukan karyaNya yang besar
dalam kehidupan kita. Ia yang telah menyelamatkan kita dari segala dosa,
dengan pengurbananNya di kayu salip. Iman kita semakin diteguhkan
oleh karyaNya. Dia telah berbagi kehidupan dengan kita, Oleh sebab itu
kita dipanggil untuk memberitakan perbuatan- perbuatan yang besar dari
Dia (I Petrus 1: 9c).Dialah Allah kita yang telah memanggil dan
mengutus kita untuk berbuat sesuatu. Dan Allah telah memberikan
kemampuan kepada kita melalui RohNya. Kita hendaknya tidak ragu dan
bimbang dalam menanggapi setiap panggilan Tuhan. Seringkali kita
kurang mengahayati tentang Allah kita , maka akhibatnya kita bisa
terpengaruh dengan ajaran-ajaran sesat. Maka dengan demikian kita atau
GKSBS terus menumbuh kembangkan penghayatan tentang Allah kita.
Dan di utus untuk memberitakan kabar suka cita kepada setiap orang.
GKSBS dapat mengembangkan penghayatan tentang Allah yang esa, dan
nilai-nilai kehidupan yang kudus dan kesetiaan. Artinya setiap orang
percaya tidak hidup dalam dosa lagi. Dan hidup melayani Tuhan dan
sesama. Kita hendaknya juga mau hidup berbagi dengan sesama, dengan
berpihak kepada mereka yang miskin, korban ketidakadilan, dan
kerusakan lingkungan. Inilah tugas kita dalam Ber GKSBS.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan


Oleh karena itu marilah kita sungguh-sungguh mengahayati dan mengaku
bahwa Allah kita dalam Yesus Kristus adalah Allah yang hidup, Dia telah
memberikan kekuatan iman dan kemampuan kepada kita untuk
meneruskan karyaNya. Marilah kita kembangkan kesetiaan pada Tuhan
Allah atas tugas yang diberikan kepada kita. Mari kita mewujudkan
pelayanan kita kepada Tuhan dan sesama. Sebagai wujud GKSBS yang
bermasyarakat di Sumatera bagian Selatan.Tuhan memberkati. Amin.

76
***

Rancangan Kotbah 10 Juni 2012


Minggu Trinitas 2
Warna Hijau
Bacaan Leksionari:
Kej.3:8-15; Mzm.130; 2 Kor.4:13-5:1; Mrk.3:20-35
Bacaan Khotbah: 2 Kor.4:13-5:1

SETIA SAMPAI MATI,


KEMULIAAN KEKAL MENANTI

Tujuan:
Jemaat tetap setia mengikut dan melayani Kristus.
Jemaat memiliki kesadaran bahwa kemuliaan kekal akan diperoleh
dalam Kristus.

PENJELASAN TEKS

77
Paulus memiliki semangat pelayanan yang luar biasa karena panggilan
pelayanannya diperoleh bukan atas jasa-jasa atau perbuatan–perbuatan
baik yang dilakukannya, melainkan karena kasih karunia Allah semata.
Ayat 13-14: Paulus mempercayai akan kebangkitan Tuhan Yesus, maka
dia memperkatakannya/mengungkapkannya kepada Jemaat di Korintus.
Dia tidak dapat menyimpannya bagi diri sendiri tetapi ingin orang lain
mengerti dan ikut diberkati juga. Sekalipun dia harus menderita sampai
mati seperti Kristus dalam melayani, Paulus percaya bahwa Bapa yang
telah membangkitkan Kristus akan membangkitkannya juga. Dia percaya
bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya. Kristus akan
membawanya bersama saudara- saudara seiman lainnya menghadap Bapa
di surga.
Ayat 15: Demikian banyak orang yang mempercayai apa yang dilakukan
Kristus sesuai dengan pemberitaan Paulus sehingga orang mengucap
syukur atasnya dan memuliakan Allah.
Ayat 16: Sekalipun secara alamiah dan karena berbagai penderitaan berat
tanpa akhir (2 Kor.11:23-29), tubuh jasmani semakin lemah bahkan mati.
Paulus tidak putus asa, karena di sisi lain secara rohani Kristus memberi
kuasa untuk dibaharui terus-menerus dalam pikiran, perasaan dan
kehendak yang makin menyerupai Kristus sampai kehidupan kekal.
Pasal 4:17-5:1 Penderitaan ringan yang sekarang ini…..kemuliaan
kekal. Penderitaan berat dan berkepanjangan di bumi ini menjadi sangat
ringan dan hanya bersifat sementara dibandingkan dengan kemuliaan
kekal di dalam surga ( band.Roma 8:18). Karena penderitan itu haya
bersifat sementara, selama tinggal di bumi ini saja, maka perhatian
Paulus difokuskan pada hal- hal yang tidak kelihatan dan berifat kekal
(band.Ib.11:1). Jika kemah… di bumi ini. Kemah di bumi di bongkar,
artinya tubuh jasmani mati, kita akan diberi tubuh yang baru, yang tidak
dibuat oleh tangan manusia, bersifat ilahi dan kekal.

KONTEKS MASA KINI


1. Adanya tekanan dan diskriminasi karena perbedaan: agama, suku,
status social, ekonomi,dll.
2. Ada orang Kristen yang merasa minder dan takut menunjukkan
jatidirinya karena takut dengan lingkungannya.
78
3. Sulitnya mendapatkan orang- orang yang siap melayani (menjadi:
pengurus komisi/panitia, penatua, diaken, pendeta) karena merasa
tidak mampu atau menganggap sebagai tugas yang tidak
menyenangkan.
4. Menjadi lemah dan merasa berat dalam melayani karena fokus hidup
pada hal- hal yang kelihatan saja dan mengandalkan kekuatan sendiri,
tidak mengandalkan Tuhan dan memandang kepada kekekalan
dengan pengharapan yang pasti.
5. Adanya orang Kristen yang meninggalkan Kristus atau pelayanan
karena merasa tidak sanggup menanggung beban dan tantangan
yang dihadapinya.

SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH

Pendahuluan
Pengkotbah mengawali kotbahnya dengan membacakan lirik lagu yang
berjudul “SETIA SAMPAI MATI”: “Setia setialah setia sampai
mati,karena Tuhan Yesus setia sampai mati. Apakah jawabanmu tuk
kasih setiaNya. Setia setialah setia sampai mati.” Bila memungkinkan
Pengkotbah dapat mengajak jemaat untuk menyanyikan lagu tersebut.
Atau hal yang lain sesuai dengan apa yang dipandang sesuai menurut
pengkhotbah.
Isi:
Pengkotbah melanjutkan pendahuluan di atas dengan menjelaskan
beberapa pokok antara lain:
a. Paulus percaya akan kebangkitan Kristus oleh karena itu dia
memberitakannya kepada orang banyak.
b. Paulus tidak tawar hati menghadapi penderitaan karena dia yakin
bahwa dibalik penderitaan ada kemuliaan kekal.

79
c. Paulus memiliki keyakinan yang teguh bahwa segala penderitaan di
bumi ini akan berakhir dan Allah telah menyediakan tempat
kediaman di surga.

Kotbah dilanjutkan dengan mengungkap konteks masa kini. Pengkotbah


juga dapat menggali dan mengukapkan isu-isu yang berkembang saat
kotbah ini disampaikan dan menghubungkannya dengan pokok-pokok
dalam teks yang ada.

Penutup
Pengkotbah dapat mengakhiri Khotbah ini dengan mengajak jemaat agar
memiliki kemauan belajar melakukan apa yang telah dilakukan Paulus
bahwa panggilan melayani Kristus adalah panggilan yang indah dan
mulia. Kesadaran bahwa panggilan itu indah dan mulia, maka pasti ada
kerinduan untuk tetap setia meski ada banyak tantangan dan hambatan.
Pengkotbah dapat mengutip perkataan Paulus dalam 2 Kor.5:1 .

***

Contoh Khotbah Jadi


Minggu 10 Juni 2012

SETIA SAMPAI MATI,


KEMULIAAN KEKAL MENANTI
Saudara- saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Ada sebuah lagu yang berjudul “SETIA SAMPAI MATI”.
Lagunya/syairnya demikian (dinyanykan atau dibacakan oleh
pengkhotbah): Setia setialah setia sampai mati, karena Tuhan Yesus
setia sampai mati. Apakah jawabanmu tuk kasih setiaNya. Setia
setialah setia sampai mati”.
Suatu lagu yang berisi ajakan agar kita setia sampai mati dalam mengikut
atau melayani Tuhan Yesus. Apakah isi nyanyian tersebut masih relevan
di jaman kita ini? Jaman yang menginginkan kemajuan dan berjuang
keras agar dapat hidup senang dan lepas dari segala penderitaan di bumi
80
ini. Apakah dalam hidup sebagai orang Kristen dan melayani Kristus
harus mau tetap setia sampai mati? Melalui Firman Tuhan dalam 2
Kor.4:13-5:1, kita akan bersama-sama belajar dari Paulus dan
pengalamannya dalam melayani Tuhan Yesus. Oleh karena itu kotbah ini
diberi judul “SETIA SAMPAI MATI, KEMULIAAN KEKAL
MENANTI”
Dalam merespon panggilan Tuhan untuk melayani, Paulus
menjalaninya dengan tidak mudah. Tantangan tidak hanya datang dari
luar, seperti yang disaksikannya dalam II Kor.11:23-29. Tantangan dari
dalam juga banyak, termasuk penolakan jemaat atau pun teman-teman
yang mengaku sebagai pelayan namun hanya melayani diri sendiri
bahkan dengan cara-cara yang licik.
Mengapa Paulus tetap setia melayani di tengah-tengah tantangan
yang begitu berat? Dia menyadari dan mempercayai bahwa sekalipun
berat, pelayanan yang diembannya begitu indah dan mulia. Karena dia
memberitakan tentang Kristus yang telah bangkit, yang melalui
kebangkitanNya Dia telah mengalahkan dosa dan maut. Dia juga
percaya sekalipun harus mati dalam pelayanan, dia akan dibangkitkan,
seperti Bapa telah membangkitkan Kristus untuk dibawa ke hadapan
Bapa di surga untuk memperoleh hidup yang kekal, penuh kemuliaan,
bersama saudara seiman lainnya. Jadi penderitaan yang sangat berat dan
berkepanjangan di bumi ini menjadi sangat ringan, jika dibandingkan
dengan kemuliaan kekal yang akan diperolehnya, karena penderitaan
tersebut hanya bersifat sementara. Ibarat kemah yang dapat dibongkar,
tubuh jasmani ini akan mati, hancur dan digantikan dengan rumah/tubuh
yang bukan dibuat oleh tangan manusia, tapi oleh Allah sendiri, yang
tidak dapat binasa.
Pelayanan yang begitu indah dan mulia ini juga sangat menyukakan hati
Paulus, mana kala banyak orang yang menjadi percaya atas
pemberitaannya tentang kebangkitan Kristus sehingga mendatangkan
ucapan syukur dan kemuliaan bagi Allah yang telah mengaruniakan
pelayanan itu kepadanya.

Saudara- saudara yang saya kasihi dalam Kristus,


Ada begitu banyak tantang yang kita hadapi. Banyak pengalaman
yang terjadi bahwa selaku orang yang beriman pada Kristus sulit untuk
dipromosikan menduduki jabatan-jabatan tertentu di tempat kita bekerja.
81
Ada yang tidak diterima menjadi mahasiswa karena agamanya Kristen.
Kalaupun ada yang diterima menjadi karywan maka syaratnya adalah
harus berpakaian sesuai keyakinan agama tertentu. Lalu pertanyaannya
bagi kita adalah apakah dengan berbagai tekanan dan penganak-tirian
yang kadang-kadang kita alami membuat kita takut dan iman kita
menjadi lemah? Gejala yang muncul dalam kehidupan kita saat ini
dihadapi beberapa pihak dimana ketika ia tinggal dan bekerja di
lingkungan yang bukan Kristen membuat dia menjadi minder bahkan
takut sehingga tidak lagi memperlihatkan jati dirinya sebagai pengikut
Kristus (sebagai orang Kristen). Ada yang tidak berani ke gereja,dan
dalam KTP agamanya ditulis bukan Kristen, dsb. Bahkan yang lebih
disayangkan lagi adalah bahwa karena mau menikah atau mendapatkan
pekerjaan, orang Kristen banyak yang atas kesadaran tinggi rela
meninggalkan imannya kepada Kristus. Hendaknya ini menjadi sebuah
permenungan bagi kita sekalian agar kita tetap hidup di tengah dunia,
bekerja, bersosialisasi tetapi tetap menjaga dan mewujudkan diri selaku
pengikut Kristus.
Selain kehidupan bermasyarakat di atas, kita juga seringkali
mengalami berbagai pergumulan dalam tubuh gereja. Di beberapa
jemaat, masih banyak yang mengalami kesulitan mendapatkan respon
baik dari anggota jemaat untuk bergabung dalam pelayanan bersama
misalnya sebagai pengurus komisi, panitia, Majelis Jemaat (Diaken,
Penatua, Pendeta). Alasan yang sering dijumpai adalah merasa tidak
mampu. Bahkan bagi sebagian orang pekerjaan pelayanan tidak begitu
menjanjikan dalam hal ekonomi (tidak mendatangkan uang/gaji).
Barangkali juga ada yang terlibat dalam pelayanan karena terpaksa. Ada
juga yang melaksanakan pelayanan tetapi dengan kekuatan dan
kemampuan sendiri, sehingga ketika berhadapan dengan tantangan
pelayanan menjadi lemah dan putus asa. Fokus pelayanan lebih mengarah
pada hal-hal yang kelihatan saja, sehingga kuasa tersembunyi dari Tuhan
tidak dikutsertakan dalam menjalankan pelayanan.
Dengan melihat dan menyadari berbagai pergumulan baik dalam
kehidupan bermasyarakat maupun dalam tubuh gereja, maka marilah kita
belajar dari Rasul Paulus yang begitu percaya bahwa panggilan
pelayanan Kristus itu indah dan mulia meskipun banyak penderitaan
yang harus ditanggungnya. Tubuh jasmani semakin merosot
kekuatannya, bahkan tubuh jasmani itu pada akhirnya harus dibongkar
82
atau pada akhirnya harus mengalami kematian. Rasul Paulus tidak hanya
melihat pada hal- hal yang kelihatan saja tetapi pelayanannya berfokus
pada hal- hal yang bersifat kekal dan senantiasa mengandalkan Tuhan
Allah. Rasul Paulus menyadari bahwa Tuhan Allah-lah yang telah
memberikan karunia pelayanan itu kepada dirinya yang disertai pada
keyakinan terhadap kehidupan yang akan datang di dalam surga. Paulus
pernah berkata ”segala sesuatu (segala keberhasilan dan keberadaannya
yang dapat menjadi kebanggaannya dan yang dicari oleh banyak orang)
kuanggap sampah” jika dibandingkan dengan pengenalannya akan
Kristus yang luar biasa dan tiada bandingnya. Kemuliaan surgawi yang
jauh melebihi segala yang terbaik dan terindah, termulia dan teragung di
bumi akan menjadi bagian hidupnya dalam surga yang kekal. Dalam
II.Kor. 4:17 Paulus mengingatkan kita demikian,”Sebab penderitaan
ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal
yang melebihi segala- galanya, jauh lebih besar dari penderitaan
kami.” Itulah kunci keberhasilan Paulus yang membuat dia tetap setia
melayani Tuhan dalam keadaan apapun. Itu pula kunci keberhasilan kita
dalam mengikut dan melayani Tuhan Yesus jika kita mau belajar menjadi
seperti dia. Amin (EWS)

Usulan Ayat-ayat dan Lagu-lagu.

1. Ny Pembukaan : PKJ. 14:1-3


2. Nats Pembimbing : Kisah Para Rasul 20:24
3. Ny Pujian : KJ. 340:1-3
4. Berita Anugerah : Mazmur 130:7-8
5. Ny Peneguhan : PKJ. 179:1-2
6. Ny Responsoria : PKJ. 205:1-3
7. Nats Persembahan : Lukas 21:1-4
8. Ny Persembahan : KJ. 364:1 dstnya
9. Ny Penutup : PKJ. 258:1-2

83
***

Rancangan Kotbah 17 Juni 2012


Minggu Trinitas 3
Warna Hijau
Bacaan Leksionari:
Yeh. 17: 22-24; Mzm. 92: 1-16; 2 Kor. 5:6-10 (11-13), 14-17;
Mrk. 4: 26-34
Bacaan Khotbah: Mzm. 92: 1-16

BERTUMBUH DAN MENJADI BERKAT

Tujuan:
1. Jemaat dapat mensyukuri kasih setia Tuhan dalam kehidupannya
2. Jemaat dapat menjadi orang benar dan bertumbuh dalam iman serta
menjadi berkat bagi sesamanya melalui tindakan nyata.
84
PENJELASAN TEKS

Mazmur sebenarnya adalah puisi yang berisikan rangkuman pelajaran


tentang kehidupan. Mazmur tidak dibaca dengan nada monoton seperti
kita membaca prosa atau tulisan disurat kabar. Mazmur selalu dibaca
dengan nada tertentu layaknya sebuah puisi yang dinyanyikan. Isi
mazmur bervariasi, akan tetapi ada garis merah yang menghubungi
semua isi mazmur; dan itu adalah kasih setia Tuhan. Dalam duka,
pemazmur mengharapkan kasih setia Tuhan dan dalam suka pemazmur
memberitakan kasih setia Tuhan. Kasih setia Tuhan diharapkan ketika
orang mengawali hari di waktu pagi dan diberitakan ketika pada waktu
malam sebab kasih setia Tuhan berlaku setiap saat, tanpa akhir.
Penjelasan perikop ini adalah sebagai berikut:
Ay. 1: Pemakaian mazmur ini sebagai nyanyian untuk ibadah hari Sabat
setiap minggu. Ini bisa dibuktikan oleh sumber-sumber Yahudi kuno.
Ay.2: Mazmur ini mengingatkan orang-orang beriman tentang
pentingnya secara sadar memposisikan Allah sentral dan utama dalam
hidup mereka. Mazmur ini mengajarkan umat Tuhan untuk merespon
baik berkat-berkat-Nya dalam ciptaan maupun tantangan hidup yang
mereka hadapi dengan sikap yang benar.
Ay. 3: Pujian dan ucapan syukur adalah unsur-unsur pokok dalam
kehidupan dan hasrat mereka memberitakan kasih setia Tuhan sepanjang
waktu.
Ay. 4: Pemakaian alat-alat musik menunjukkan bahwa di dalam ibadah
lazim digunakan alat musik sebagai ekspresi ibadah mereka dan ini
merupakan tradisi pada saat itu.
Ay. 5: Merupakan alasan pemazmur dan umat untuk memuji dan
bersukacita sampai menggunakan alat musik sebagai ekspresi ibadah
mereka.
Ay. 13-14: merupakan konfrontasi/bertentangan dari ayat 7, 8, 10. Dua
gambaran yang dipakai pemazmur untuk menjelaskan tentang apa yang
terjadi pada orang benar dalam perjalanan hidupnya: (1). Orang benar
akan bertunas seperti pohon korma. (2). Orang benar akan tumbuh subur
seperti pohon aras Libanon. Pohon korma tumbuh di padang gurun yang
gersang, dimana pohon buah lainnya tidak bisa. Apabila petani menanam
85
benih korma, menanamnya di pasir lalu menindihnya dengan batu.
Nampaknya tidak manusiawi, tetapi baik supaya tidak terbawa angin
yang akhirnya bisa kering dan mati. Gambaran pohon aras libanon.
Pohon aras Libanon satu jenis kayu yang sangat baik. Raja Salomo
memakai kayu ini untuk keperluan pembangunan bait Allah (1 Raja 5:2-
8). Kayu aras libanon memiliki serat kayu yang bagus, diameternya lebar
dan mudah dibentuk. (jati kalau di Indonesia). Kayu aras Libanon
tumbuh di lereng gunung, setiap harinya selalu diterpa angin kencang,
proses ini yang menjadikan akar mampu menancap ke dalam tanah,
menyerap sari bagi pertumbuhan batang dan pohon. Terpaan angin juga
membentuk serat kayu aras menjadi indah. Sebab orang benar - “ditanam
di Bait Allah”- berarti mereka dekat pada sumber berkat, yaitu Allah
sendiri. Dan juga dijelaskan pada ayat 15 dan 16.
Ay. 15-16: Bagi orang yang berakar dalam persekutuan dengan Tuhan
usia tidak menjadi hambatan. Justru kematangan usia membuat mereka
menjadi sumber cerita tentang kasih setia Tuhan berdasarkan pengalaman
kehidupan. Bahwa kasih setia Tuhan kokoh dan tak usah diragukan.

KONTEKS MASA KINI

1. Hidup di era modern dengan berbagai kemajuan dan tuntutan pemenuhan


kebutuhan hidup yang makin meningkat, membuat orang berupaya
semaksimal mungkin untuk memenuhinya. Ini seringkali membuat orang
kurang atau bahkan hampir tidak menyisihkan waktu sedikitpun untuk
merefleksikan kesetiaan dan pemeliharaan Tuhan sepanjang hidupnya.
Dengan demikian orang jarang bersaat teduh dan beribadah baik secara
pribadi maupun bersama.

2. Di satu sisi tidak dipungkiri bahwa masih ada individu-individu atau


keluarga-keluarga Kristiani yang masih setia dan rutin mengambil
waktu khusus baik di pagi hari maupun di malam menjelang istirahat
untuk mensyukuri cinta kasih dan kesetiaan Tuhan dalam hidup
pribadi dan rumah tangganya.

86
3. Pengalaman-pengalaman menunjukkan bahwa orang-orang yang
setia pada Tuhan hidupnya sungguh diberkati. Hidupnya penuh
sukacita dan damai sejahtera.
4. Masa tua bagi sebagian orang adalah masa yang sudah tak berguna
(merasa sudah tidak berharga/bernilai). Masa menunggu panggilan
Tuhan. Sementara masa tua mestinya merupakan kesempatan besar
untuk menyanyikan kesetiaan Tuhan, berbagi pengalamanNya
bersama Tuhan kepada anak-cucu (menjadi berkat).

SARAN PENYUSUNAN KOTBAH

Pendahuluan
1. Kotbah dimulai dengan mengajak jemaat menyanyikan lagu PKJ
138:1 “SetiaMu, Tuhanku, tiada bertara”. Dilanjutkan dengan sedikit
penjelasan bahwa “selaku orang beriman yang telah dijaga, dibela
dan dipelihara Tuhan tidak ada alasan bagi kita untuk tidak
mengekspresikan kasih setia Tuhan pada kita. Pengekspresian kasih
Tuhan bisa dalam bentuk puji-pujian, bisa dengan berbagi cerita
pengalaman baik bersama dengan Tuhan kepada sesama.
2. Pengkotbah bisa memulai dengan pertanyaan kepada jemaat
“Apakah menurut saudara orang benar selalu dihambat dan
dipersulit, sementara orang jahat sepertinya baik-baik saja bahkan
hidupnya makin hari makin sukses?”
3. Pengkotbah dipersilakan memilih salah satu dari saran pendahuluan
di atas atau membuat pendahuluan sendiri yang menolong
pengkotbah dan jemaat untuk masuk ke pokok-pokok pesan
(Penjelasan Teks).

Isi kotbah
1. Pengkhotbah menjelaskan pada jemaat, bahwa pemazmur mengajak
dirinya dan tentu pendengarnya (umat) untuk memiliki waktu khusus
dalam menghayati dan mensyukuri pemeliharaan dan kasih setia
Tuhan dalam hidup pribadi maupun rumah tangga. Bagi pemazmur
itu merupakan tindakan/sikap yang baik.

87
2. Orang benar akan bertunas seperti pohon korma yang tumbuh di
padang pasir dan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon. Tahan
terhadap goncangan, badai apapun.
3. Meskipun sudah termakan usia, orang benar ternyata masih bisa
menjadi berkat (berbuah, menjadi gemuk dan segar) bagi orang lain.
4. Pengkotbah bisa juga menemukan pesan teologis lain dari bacaan ini
dan bisa ditambahkan lagi dalam bagian isi kotbah.
5. Setelah itu pengkotbah membawa jemaat kepada Konteks Masa Kini
(lihat di atas) dan bisa ditambahkan yang sesuai dengan jemaat
masing-masing atau isu yang sedang berkembang.

Penutup
Kotbah ditutup dengan memberikan apresiasi kepada jemaat yang hidup
sebagai orang benar, selalu ada waktu untuk bersaat teduh, merefleksikan
kesetiaan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesamanya. Memberikan
apresiasi kepada jemaat yang tetap berdiri teguh dalam iman kepada
Tuhan meskipun dunia dihantam gelombang masalah. Memberikan
apresiasi kepada jemaat bahwa meskipun diantara kita sudah ada yang
lanjut usia maka jadilah teladan yang baik dan jadilah berkat bagi anak-
cucu.
Berikan motivasi pada mereka yang sudah tua bahwa mereka itu berharga
bagi anak-cucu dan terlebih bagi Tuhan.
Contoh Kotbah Jadi
17 Juni 2012

BERTUMBUH DAN MENJADI BERKAT

Jemaat yang dikasihi TUHAN,


Kenyataan sering membuat kita merasa hidup ini tidak adil. Orang benar
susah hidupnya, dan dipersulit dalam berbagai perkara. Sementara orang
yang jelas jahat, sepertinya baik-baik saja, malahan makin jaya. Itulah
yang disebut jaman saiki jamane jaman edan (zaman sekarang adalah
zaman gila). Kenyataan seperti ini apakah tidak menimbulkan

88
pertanyaan: Apakah lebih baik kita melepaskan iman kita saja lalu ikut
menjadi orang jahat? Apa Tuhan setia dalam janjinya?
Kasih setia Tuhan diharapkan di waktu pagi ketika orang mengawali hari
dan memberitakan kasih setia Tuhan di waktu malam ketika orang
mengakhiri hari. Sebab kasih setia Tuhan berlaku setiap saat, tanpa akhir.

Saudara-saudara yang dikasihi TUHAN,


Pagi dan saat malam adalah saat paling intim bagi pribadi, maupun bagi
keluarga. Justru pada saat-saat seperti itulah kasih setia Tuhan terhadap
kita harus diingat kembali. Bukan hanya berkumpul dalam kumpulan
persekutuan yang besar, tapi justru ketika kita berkumpul dalam
persekutuan keluarga ataupun pada saat-saat kita sendiri sebagai pribadi,
kasih setia Tuhan patut kita renungkan dan dihayati. Kasih setia Tuhan
akan makin dalam kita hayati ketika kita menempatkan diri secara pribadi
di hadapan Tuhan, dan berbicara kepada Tuhan dengan hati yang penuh
ucapan syukur. Baik tentang ulah kuasa duniawi yang membuat kita
bergumul; juga tentang perbuatan Tuhan yang melepaskan kita dari keluh
dan gumul sehingga membuat kita bersorak sorai karena sukacita.

Saudara-saudara yang dikasihi TUHAN,


Tentang mengucap syukur, secara umum orang Kristen dapat dibedakan
menjadi 3 kelompok:
1. Orang Kristen yang bersungguh hati mengucap syukur kepada Tuhan.
2. Orang Kristen yang mengucap syukur, tapi tidak sungguh-sungguh.
3. Orang Kristen yang tidak tahu mengucap syukur.
Pertanyaannya: Kita termasuk yang mana? Tentunya kita masih ingat
kisah 10 orang kusta yang minta disembuhkan Yesus (baca Lukas 17:11-
19). Ketika mereka disembuhkan hanya ada 1 orang saja yang kembali
datang bersujud, tersungkur di kaki Yesus dan mengucap syukur atas
besarnya kasih, kebaikan dan kemurahan Tuhan kepadanya. Sementara
yang sembilan lainnya pergi begitu saja, tidak mengingat atau mungkin
dengan sengaja tidak mengucap syukur kepada Tuhan.

Saudara-saudara yang dikasihi TUHAN,

89
Ucapan syukur adalah jalan terbuka menuju kuasa Tuhan atau kekuatan
untuk mengaktifkan iman. Jadi, iman selalu bekerja sama dengan ucapan
syukur. Alangkah indahnya hidup ini jikalau hati kita selalu berlimpah
ucapan syukur. Ketika kita mengucap syukur kepada Tuhan, kita sedang
disadarkan akan kasih setia Tuhan itu bagi kita. Bila hati dan pikiran kita
hanya fokus pada persoalan akan membawa kita kepada keputusasaan
dan kekecewaan. Sebaliknya bila kita mengarahkan pandangan kepada
Tuhan, iman dan pengharapan kita kepada Tuhan semakin bertumbuh.
Semakin banyak bersyukur, semakin subur pula iman kita, semakin besar
pula pengharapan kita untuk mengalami dan menikmati berkat Tuhan.
Memang tidak mudah untuk mengucap syukur di segala keadaan.
Tatkala segala sesuatu berjalan dengan baik, sehat, bisnis lancar, jabatan
nyaman dan sebagainya, kita dapat mengucap syukur dengan limpahnya.
Namun tatkala kita menghadapi situasi yang buruk, penderitaan, sakit
penyakit, dapatkah kita tetap mengucap syukur? Hendaklah kita
senantiasa mengucap syukur dalam segala hal, karena itulah yang
dikehendaki Tuhan bagi kita.

Saudara-saudara yang dikasihi TUHAN,


Pemazmur menggambarkan orang benar dalam perjalanan hidupnya: (1).
Orang benar akan bertunas seperti pohon korma. (2). Orang benar akan
tumbuh subur seperti pohon aras libanon. Pohon korma tumbuh di
padang gurun yang gersang, dimana pohon buah lainnya tidak bisa.
Apabila petani menanam benih korma, menanamnya di pasir lalu
menindihnya dengan batu. Nampaknya tidak manusiawi, tetapi baik
supaya tidak terbawa angin yang akhirnya bisa kering dan mati.
Kemudian pohon aras libanon. Pohon aras Libanon satu jenis kayu yang
sangat baik. Raja Salomo memakai kayu ini untuk keperluan
pembangunan bait Allah (1 Raja 5:2-8). Kayu aras libanon memiliki serat
kayu yang bagus, diameternya lebar dan mudah dibentuk. Kayu aras
Libanon tumbuh di lereng gunung, setiap harinya selalu diterpa angin
kencang, proses ini yang menjadikan akar mampu menancap ke dalam
tanah, menyerap sari bagi pertumbuhan batang dan pohon. Terpaan angin
juga membentuk serat kayu aras menjadi indah.

Saudara-saudara yang dikasihi TUHAN,

90
Menurut Mazmur 92 tadi, salah satu ciri orang benar adalah Firman
Tuhan menjadi makanannya. Ini membuatnya bertumbuh sehat dari tahun
ke tahun. Hasilnya? Setelah menjadi tua, ia tetap dapat berbuah manis
sekalipun tubuh makin renta dan sakit-penyakit melanda. Ketika
kecantikan fisik memudar, kecantikan batin makin nampak. Ia puas
terhadap Tuhan. Ia tidak menuduh Tuhan curang (ayat 16), sehingga
dapat bersaksi tentang kebaikan-Nya. Sebaliknya, orang tak beriman
digambarkan seperti tumbuh-tumbuhan yang tak berbuah (ayat 8).
Bertambahnya usia membuat hati mereka menjadi makin pahit, bukan
makin manis. Tumpukan persoalan, dendam, dan kekecewaan memenuhi
hati. Bagi mereka, masa tua menakutkan dan menyedihkan.
Cobalah periksa; dari tahun ke tahun, hidup Anda makin manis atau
makin pahit? Makin kuat iman atau lemah iman? Makin suka bersyukur
atau mengeluh? Makin puas dengan Tuhan dan sesama, atau makin
kecewa? Makin mudah mengampuni atau makin menumpuk dendam?
Tanamlah diri Anda di Bait Tuhan. Serap dan taati firman-Nya. Hidup
saudar pun akan berbuah manis bagai buah korma dan tetap kuat dalam
terpaan angin persoalan bagai pohon aras. Orang yang tumbuh didalam
Tuhan walaupun dalam keadaan apapun ia tetap terpelihara.

Saudara-saudara yang dikasihi TUHAN,


Kesediaan diri tuk diam dan bertumbuh didalam Tuhan, menumbuhkan
harapan yang terus ada, meskipun mereka sudah tua. Dalam masa tua
yang demikian mereka selalu memberikan harapan baru kepada sesama,
menjadi berkat, dan disenangi. Bagi orang yang berakar dalam
persekutuan dengan Tuhan usia tidak menjadi hambatan. Justru
kematangan usia membuat mereka menjadi sumber cerita tentang kasih
setia Tuhan berdasarkan pengalaman kehidupan. Bahwa kasih setia
Tuhan kokoh dan tak usah diragukan. Misalnya dalam bidang kategorial:
orang tua bisa membimbing mengarahkan anaknya dalam pertumbuhan
sesuai dengan usianya untuk memiliki kemampuan kecerdasan itelektual,
emosional dan spiritulitas, agar dapat menjadi berkat dan memberi
dampak positif bagi keturunan berikiutnya. Oleh karena itu pentingnya
pendidikan di dalam keluarga, gereja dan pendidikan formal (sekolah).

Saudara-saudara yang dikasihi TUHAN,

91
Marilah kita senantiasa bersyukur kepada Tuhan setiap saat atas anugerah
keselamatan melalui anak-Nya Yesus Kristus, untuk kasih karunia dan
kesetiaannya dalam menuntun dan memelihara kita. Teruslah bertumbuh
dalam iman dan menjadi naungan bagi sesama melalui tindakan-tindakan
nyata. Hadapi hidup ini dengan optimis dan senyuman. Hidup ini adalah
berkat istimewa dari Tuhan. Tuhan memberkati. Amin.

Nas pembimbing : 1 Tesalonika 5:18


Berita Anugerah : Kolose 2:7
Nas Persembahan : 2 Korintus 9:7

Nyanyian Pujian : 1 KJ. 10 : 1&4


2. KJ. 450 : 1&3
3. KJ. 309 : 1&2
4. PKJ. 14
5. PKJ. 265 : 1-
6. PKJ. 165 : 1&2

***

Rancangan Khotbah 24 Juni 2012


Minggu Trinitas 4
Warna Hijau
Bacaan Leksionari:
Ratapan 3:22-33; Mazmur 30; 2 Korintus 8:7-15; Markus 5: 21-43
Bacaan Khotbah:
Ratapan 3:22-33

IMAN YANG MEMULIHKAN


92
Tujuan: Anggota jemaat tetap beriman kepada Kristus walaupun tengah
menghadapi krisis.

PENJELASAN TEKS

Kitab Ratapan tidak diketahui siapa penulisnya, namun beberapa ahli


kitab menduga kitab ini ditulis oleh Nabi Yeremia. Asumsi ini lahir dari
penelitian beberapa ahli yang mengatakan bahwa gambaran yang ada
dalam kitab Ratapan senada dengan apa yang dialami oleh
Yerusalem/Yehuda saat dihancurkan dan penduduknya dibuang ke
Babilonia sekitar tahun 586 sM. Dalam LXX (Septuaginta: adalah kitab
PL yang diterjemahkan dalam bahasa Yunani) juga dikatakan bahwa
setelah Israel menjadi tawanan dan Yerusalem hancur, nabi Yeremia
duduk menangis dan menyanyikan ratapan tentang Yerusalem. Nabi
Yeremia sendiri adalah nabi yang hidup pada zaman itu, yaitu pada
pemerintahan Raja Yosia hingga bangsa Israel/Yehuda dibuang ke Babel.
Memang ada beberapa ahli yang tidak menyetujui pendapat bahwa
Ratapan ditulis oleh nabi Yeremia, namun, apapun pendapat para ahli itu,
tidak usah risaukan karena yang akan kita pelajari bersama adalah apa
pesan yang bisa kita dapatkan untuk kehidupan kita sekarang ini.

Walaupun identitas penulisnya masih menjadi perdebatan, tetapi yang


pasti dari isinya kita dapat menyimpulkan bahwa penulisnya adalah:
orang yang menyaksikan dan mengalami peristiwa-peristiwa tragis yang
digambarkan secara rinci, ia adalah seorang teolog yang merefleksikan
penghukuman mengerikan yang digambarkan dalam kitab Ratapan itu. Ia
adalah seorang patriot sejati yang berdukacita atas kehancuran negrinya,
namun juga meyakini bahwa kehancuran seperti itu merupakan satu-
satunya harapan untuk hidup baru. Ia juga adalah seorang penyair yang
hebat. Kepiawaian penulis dalam menulis syair-syair ratapan ini terlihat
dari gayanya menulis yang hebat dan teratur. Kitab Ratapan ini terdiri
dari 5 pasal. Jika kita perhatikan secara seksama, masing-masing pasal
(kecuali pasal 3) terdiri dari 22 ayat. Masing-masing pasal berisi
puisi/sajak yang dalam bahasa Ibraninya sangat teratur dalam
penulisannya. Masing-masing ayat dalam setiap pasal (kecuali pasal 5)
93
diawali dengan huruf yang berbeda sesuai dengan aksara Ibrani yang
berjumlah 22 (seperti A-Z). Demikian juga pasal 3 yang terdiri dari 66
ayat, penulisannya juga sangat teratur, 3 ayat pertama menggunakan
huruf awal yang sama dan kemudian 3 ayat selanjutnya hingga semua
alphabet Ibrani masuk dalam penulisan sajak. Penulisan sajak yang
teratur ini bukan tanpa tujuan. Adapun tujuannya diduga agar: Segala
kesedihan dan penyesalan sepenuhnya yang terungkap dalam kitab
Ratapan ini, diungkapkan juga dengan mengikutsertakan semua aksara
dalam alphabet Ibrani. Bentuk yang teratur ini juga menjaga agar semua
ungkapan kesedihan yang ditulis tidak menjadi raungan yang tidak
terkendali dan penuh keputusasaan, tetapi tetap berpengharapan akan
pertolongan Tuhan.

Jika kita mulai membaca dari pasal 1, kita akan mendapat gambaran
bahwa sajak-sajak yang ada dalam Kitab Ratapan ini berisi keluhan ratap
yang sangat pilu. Ratapannya sangat menyayat hati dan menggambarkan
kepedihan yang sangat. Lihat saja dalam Pasal 1 ayat 1-2, 12-13, 16, 20,
pasal 3: 1-20 dst… ada kata-kata :”….Karena inilah aku menangis,
mataku mencucurkan air (ayat 16), Ya Tuhan, lihatlah betapa besar
ketakutanku;betapa gelisah jiwaku..(ayat 20) dan masih banyak lagi
ungkapan-ungkapan penderitaan. Penulis kitab ini merasakan penderitaan
yang teramat sangat dan ia luapkan dalam bentuk syair ratapan kepada
Tuhan. Apakah yang ia gelisahkan dan ratapi? Penulis kitab ini hidup
dalam masa yang sangat sulit dalam sejarah kerajaan Yehuda. Kehidupan
berat yang dialami rakyat Yehuda muncul setelah ada penindasan bangsa
asing, yaitu Mesir dan kemudian Babel yang berpuncak pada
pembuangan ke Babel dan penghancuran Bait Allah di Yerusalem.
Bangsa yang dulu besar dan jaya, kini porak poranda. Melalui ratapan
ini, penulis mengungkapkan bahwa apa yang terjadi dalam kehidupan
bangsa Yehuda saat itu karena murka Tuhan kepada umatnya yang hidup
dalam kejahatan, contohnya pada zaman raja Manasye, kakek raja Yosia
(pasal 2 bandingkan dengan 2 Raja-raja 21:11-15). Hal inilah yang
menjadi pokok pikiran dalam ratapan penulisnya.

Belum lagi kehidupan pribadi penulisnya yang juga ikut menderita akibat
penghukuman Tuhan (pasal 3). Semua pengalaman yang ia lihat dan
alami ini membuatnya berseru kepada Tuhan. Penulis meyakini bahwa
94
dalam kemurkaan Tuhan yang menyala-nyala itu dan dalam penderitaan
yang ia alami, Tuhan tetaplah Tuhan yang penuh kasih, penolong dan
adil. Dalam pasal 3:21-33, penulis meyakini bahwa Kasih Tuhan tidak
akan pernah berkesudahan, tidak selamanya Tuhan akan menghukum
umatNya, seperti yang tertulis dalam ayat 32,” walaupun Ia
mendatangkan susah, Ia menyayangi menurut kebesaran kasih setiaNya.”
Penulis meyakini betul bahwa ukuran keadilan dan kasih Allah tidaklah
sama seperti yang dipikirkan oleh manusia. Jadi ukurannya adalah kasih
setia Tuhan dan bukan manusia, oleh karena itu ada pengharapan yang
luar biasa yang ia sampaikan di tengah-tengah ratapannya itu, yaitu
bahwa Tuhan pasti akan menolong, menantikan dan terus berharap hanya
kepada Tuhan, yang maha segalanya (lihat ayat ke 37, Siapa berfirman,
maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya.) Dalam
sejarah perjalanan bangsa Israel, harapan dan pengakuan akan kasih
Tuhan ini kemudian terbukti dengan dipulangkannya orang buangan ke
Yerusalem setelah 70 tahun ditanah Babel.

Ada pelajaran yang menarik yang kita dapatkan dengan membaca kitab
Ratapan ini, yaitu yang pertama, bahwa dalam setiap kejadian krisis yang
kita hadapi, baik secara pribadi atau secara komunal, manusia diajak
untuk berefleksi, mengapa Tuhan mengijinkan ia/suatu bangsa
mengalami krisis. Yang kedua, adalah bukan sebuah dosa apabila kita
meratap kepada Tuhan akan semua kepedihan yang kita alami. Namun,
ratapan dari dalam hati yang mengungkapkan kepedihan hati ini, bukan
ratapan keputusasaan dengan menyalahkan Tuhan, tetapi menyerahkan
semuanya dalam tangan Tuhan yang maha adil. Mencurahkan isi hati ini
sangat penting untuk melepaskan stress yang kita alami saat menghadapi
krisis. Mencurahkan hati kepada Tuhan didasari kepada pengharapan dan
iman, bahwa Allah yang mengijinkan kita melewati krisis ini adalah
Allah yang setia, penolong dan adil yang menyayangi kita menurut kasih
setiaNya yang besar.

KONTEKS MASA KINI

1. Kehidupan kita dalam negara yang masih berkembang ini seringkali


diwarnai dengan ketidakpastian. Terjadi krisis multidemensi, baik itu
krisis moral, ekonomi, lingkungan yang mengakibatkan kesejahteraan
95
semakin sulit digapai oleh banyak orang.
2. Kehidupan bangsa kita yang penuh dengan kesemrawutan ini
seringkali membuat orang putus asa. Banyak orang menyelewengkan
dana dari rakyat yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan
rakyat, akibatnya pemenuhan kebutuhan pokok, pendidikan dan
kesehatan warga yang merupakan syarat utama kesejahteraan belum
dapat terpenuhi. Kejahatan meraja lela. Bunuh diri dan juga
fenomena dukun tiban menjadi hal yang marak dalam kehidupan
masyarakat kita. Kondisi seperti ini terkadang membuat orang mulai
berhenti berharap akan ada pemulihan bagi bangsa kita.
3. Dalam masyarakat seringkali ada pandangan bahwa semua hidup kita
sudah digariskan oleh Yang Maha Kuasa, jadi diterima saja semua
yang terjadi. Akibatnya, manusia tidak berfikir secara kritis dan tidak
mau merefleksikan pengalaman hidupnya dengan Tuhan. Mengapa
Tuhan mengijinkan kita mengalami krisis, apa yang perlu diperbaiki,
apa yang perlu kita imani dan harapkan.
4. Ada juga orang-orang yang merasa putus asa dan memohon
pertolongan kepada hal-hal lain di luar Tuhan, entah itu dalam bentuk
pemujaan kepada berhala, ataupun juga hal-hal yang merusak tubuh,
seperti Narkoba untuk menghadapi krisis yang terjadi.

SARAN PENYUSUNAN KHOTBAH

Pendahuluan
Khotbah diawali dengan koteks masa kini. Contoh-contoh krisis yang
dihadapi oleh jemaat dan masyarakat secara umum. Lalu pengkhotbah
mengajak jemaat untuk mendiskusikan cara-cara orang dalam
memandang krisis dan menghadapi krisis itu.
(Pengkotbah diberikan kesempatan untuk menemukan dan
mengungkapkan isu-isu terkini yang berkembang baik di dalam gereja
maupun masyarakat saat ini yang ada hubungannya dengan Teks Alkitab
ini)

Isi
Pengkotbah menyampaikan latar belakang Kitab Ratapan, ketika kerajaan
Yehuda mengalami Krisis dan begitu hebatnya krisis itu, sampai-sampai
penulisnya mencucurkan airmata dan meratap kepada Tuhan. Sampaikan
96
pelajaran apa yang bisa didapatkan dari Kitab Ratapan ini.

Penutup
Di bagian ini, pengkhotbah meneguhkan jemaat untuk tetap teguh
beriman dan berharap kepada Kristus walaupun sedang menghadapi
krisis.

Contoh Khotbah Jadi


24 Juni 2012

IMAN YANG MEMULIHKAN

Bapak dan Ibu, saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,


Bangsa kita sekarang ini sedang menata dan belajar bagaimana caranya
bisa meraih kehidupan yang sejahtera untuk seluruh rakyat Indonesia.
Namun, di tengah-tengah usahanya itu, memang di sana-sini kita masih
menemukan banyak kekurangan. Banyak pihak yang berkuasa
mengambil kesempatan untuk mengeruk sebanyak-banyaknya kekayaan
negara untuk kepentingan pribadinya. Dan tidak tanggung-tanggung
uang milyaran atau triliyunan bisa hilang tak berbekas dan sengaja atau
tidak mampu dilacak keberadaannya. Tanpa dapat disangkal, bangsa kita
sedang masuk ke dalam krisis multidemensi, baik itu krisis moral,
ekonomi, lingkungan yang mengakibatkan kesejahteraan semakin sulit
digapai oleh banyak orang. Kehidupan bangsa kita yang penuh dengan
kesemrawutan ini seringkali membuat orang putus asa. Banyak orang
semakin kaya, tetapi banyak juga orang yang miskin semakin miskin.
Pemenuhan kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan warga yang
merupakan syarat utama kesejahteraan belum dapat terpenuhi dan
disediakan dengan baik oleh bangsa kita. Kejahatan meraja lela. Bunuh
diri dan juga fenomena dukun tiban menjadi hal yang marak dalam
kehidupan masyarakat kita. Kondisi seperti ini terkadang membuat orang
mulai berhenti berharap akan ada pemulihan bagi bangsa kita.

97
Bapak ibu dan saudara/i,
Sungguh miris berita seperti ini sebenarnya, tetapi itulah kenyataan yang
ada dalam kehidupan di sekitar kita. Jika kita diminta pendapat mengenai
orang yang bunuh diri tentu saja kita tidak akan setuju dan secara cepat
terkadang kita mengatakan bahwa orang itu tidak mempunyai iman.
Namun, pertanyaannya adalah pernahkah kita mengalami suatu
masalah/peristiwa yang begitu memilukan hingga kita merasa sangat
tidak berdaya? Kejadian demikian ini kita sebut sebagai krisis yang bisa
membuat orang merasa sangat tertekan/stress. Menurut penelitian para
ahli psikologi, stress tidak mengenal batasan umur, jenis kelamin maupun
tingkat pendidikan. Stress bisa menimpa anak-anak, remaja maupun
orang dewasa/lansia. Orang yang berpendidikan ataupun tidak. Bahkan
stress juga tidak hanya dimiliki oleh orang miskin saja, orang-orang yang
kaya juga bisa mengalami stress. Itu artinya semua dari kita berpotensi
atau bisa saja mengalami stress. Masalah yang menimpa orang akan
ditanggapi dengan berbeda-beda, oleh karena itu tingkat orang mencapai
titik stress juga berbeda-beda. Mungkin kita berpikir masalah yang
dihadapi orang lain tidak begitu berat, tetapi bisa saja menurut orang itu,
masalah yang ia hadapi sungguh sangat menekan.

Ketika orang mengalami krisis dan stress, orang cenderung merasa


bahwa dunia ini runtuh dan menimpa dirinya. Tulang-tulangnya seperti
patah dan keluar dari tubuhnya, tangisan dan rintihan tidak mampu
mengobati rasa yang sedang berkecamuk dalam dirinya. Oleh karena itu,
seringkali orang yang stress berpikiran pendek. Orang menjadi mudah
percaya kepada dukun-dukun, penggandaan uang dan lain sebagainya
dan orang juga bisa cenderung melakukan hal-hal yang kurang baik,
seperti bunuh diri, melakukan tindak kriminal ataupun juga mengonsumsi
obat-obatan terlarang. Tanggal 26 Juni kemarin, kita baru saja
memperingati hari anti narkoba seluruh dunia. Seperti yang kita ketahui,
narkoba sudah masuk dan dikonsumsi para remaja dan bahkan anak-
anak. Dan hari ini 1 Juli, kita memperingati hari anak-anak Indonesia,
bayangkan jika generasi penerus bangsa kita sekarang sudah jatuh pada
kendali narkoba, apa yang akan terjadi dengan bangsa kita. Orang yang
mengonsumsi Narkoba biasanya adalah orang-orang yang tidak mampu
mengendalikan dirinya sendiri dan tidak berani menghadapi dunianya.
Mereka menggunakannya supaya lebih berani, ataupun menghilangkan
98
rasa sakit/sedih yang dihadapi dan mengharapkan digantikan dengan
kebahagiaan. Tetapi yang mereka dapatkan bukanlah kebahagiaan, tetapi
justru ketergantungan, kerusakan syaraf dan bahkan kematian.

Dari pengalaman saudara/i tentu akan ditemukan banyak hal yang bisa
menjadi pilihan untuk dilakukan saat menghadapi krisis. Kali ini kita
akan belajar dari salah satu bagian Alkitab yang tertulis dalam kitab
Ratapan. Dalam kitab Ratapan, kita juga mendapat gambaran bahwa
orang yang menulisnya juga sedang mengalami masalah yang hebat
sekali. Jika kita mulai membaca dari pasal 1, kita akan mendapat
gambaran bahwa sajak-sajak yang ada dalam Kitab Ratapan ini berisi
keluhan ratap yang sangat pilu. Ratapannya sangat menyayat hati dan
menggambarkan kepedihan yang sangat. Lihat saja dalam Pasal 1 ayat 16
dan 20 ada kata-kata :”….Karena inilah aku menangis, mataku
mencucurkan air,…..Ya Tuhan, lihatlah betapa besar ketakutanku;betapa
gelisah jiwaku….” dan masih banyak lagi ungkapan-ungkapan
penderitaan yang ditulis oleh penulisnya. Penulis kitab ini merasakan
penderitaan yang teramat sangat dan ia luapkan dalam bentuk syair
ratapan kepada Tuhan. Apakah yang ia gelisahkan dan ratapi? Penulis
kitab ini hidup dalam masa yang sangat sulit dalam sejarah kerajaan
Yehuda. Kehidupan berat yang dialami rakyat Yehuda muncul setelah ada
penindasan bangsa asing, yaitu Mesir dan kemudian Babel yang
berpuncak pada pembuangan ke Babel dan penghancuran Bait Allah di
Yerusalem. Bangsa yang dulu besar dan jaya, kini porak poranda. Melalui
ratapan ini, penulis mengungkapkan bahwa apa yang terjadi dalam
kehidupan bangsa Yehuda saat itu karena murka Tuhan kepada umatnya
yang hidup dalam kejahatan.

Belum lagi kehidupan pribadi penulisnya yang juga ikut menderita akibat
penghukuman Tuhan (pasal 3). Semua pengalaman yang ia lihat dan
alami ini membuatnya berseru kepada Tuhan. Namun dalam ratapannya
itu, Ia juga meyakini bahwa dalam kemurkaan Tuhan yang menyala-
nyala itu, Tuhan tetap adalah Tuhan yang penuh dengan kasih, penolong
dan adil. Dalam pasal 3:21-33, penulis meyakini bahwa Kasih Tuhan
tidak akan pernah berkesudahan, tidak selamanya Tuhan akan
menghukum umatNya, seperti yang tertulis dalam ayat 32,” karena
walau Ia mendatangkan susah, Ia menyayangi menurut kebesaran kasih
99
setiaNya.” Penulis meyakini betul bahwa ukuran keadilan dan kasih
Allah tidaklah sama seperti yang dipikirkan oleh manusia. Jadi
ukurannya adalah kasih setia Tuhan dan bukan manusia, oleh karena itu
ada pengharapan yang luar biasa yang ia sampaikan di tengah-tengah
ratapannya itu, yaitu bahwa Tuhan pasti akan menolong, menantikan dan
terus berharap hanya kepada Tuhan, yang maha segalanya (lihat ayat ke
37, Siapa berfirman, maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang
memerintahkannya.) Dalam sejarah perjalanan bangsa Israel, harapan
dan pengakuan akan kasih Tuhan ini kemudian terbukti dengan
dipulangkannya orang buangan ke Yerusalem setelah 70 tahun ditanah
Babel.

Ada pelajaran yang menarik yang kita dapatkan dengan membaca kitab
Ratapan ini, yaitu yang pertama, bahwa dalam setiap kejadian krisis yang
kita hadapi, baik secara pribadi atau secara komunal, manusia diajak
untuk berefleksi, mengapa Tuhan mengijinkan ia/suatu bangsa
mengalami krisis. Ini adalah hal yang sulit, bagaimana mau berefleksi,
mikir aja nggak bisa? Tapi inilah yang sebenarnya, saat kita stress,
tingkat emosi kita sedang tinggi dan seringkali tidak terkontrol.
Bagaimana cara menanggulanginya? Caranya adalah dengan berpikir!
Mencoba mengambil jarak dari apa yang sedang kita hadapi dan berusaha
merenungkan kembali apa yang sedang kita hadapi. Sulit memang oleh
karena itu, di sini dibutuhkan kuasa dari Tuhan untuk memampukan kita
bisa melakukannya. Terkadang, ada juga pandangan lain dari beberapa
orang yang mengatakan bahwa semua yang terjadi adalah kehendak
Tuhan dan kita hanya bisa menjalaninya. Namun, karena terlalu
berserah, terkadang kita tidak mau belajar dari pengalaman hidup kita
sehingga masalah yang sama terkadang selalu menghampiri hidup kita.
Dengan mau merefleksikan pengalaman dan masalah yang kita hadapi,
kita akan belajar menjadi bijaksana seraya terus belajar untuk menjadi
lebih baik.

Dan pelajaran yang kedua, selain kita “berefleksi dari pengalaman kita”
adalah belajar untuk mengungkapkan/mencurahkan hati, entah itu kepada
orang yang kita percayai dan juga terutama kepada Tuhan. Bukan sebuah
dosa apabila kita meratap kepada Tuhan akan semua kepedihan yang kita
alami. Namun, ratapan dari dalam hati yang mengungkapkan kepedihan
100
hati ini, bukanlah ratapan keputusasaan dengan menyalahkan Tuhan,
tetapi menyerahkan semuanya dalam tangan Tuhan yang maha adil.
Mencurahkan isi hati ini sangat penting untuk melepaskan stress yang
kita alami saat menghadapi krisis. Bercerita kepada orang lain adalah
cara yang baik apabila kita memang benar-benar mempercayai orang itu,
tetapi terkadang kita harus hati-hati karena tidak semua orang bisa kita
percayai. Jadi, bercerita dan meratap yang paling tepat memang adalah
kepada Tuhan seperti yang dilakukan penulis kitab Ratapan.
Mencurahkan hati kepada Tuhan ini, didasari akan pengharapan dan
iman, bahwa Allah yang mengijinkan kita melewati krisis ini adalah
Allah yang setia, penolong dan adil yang menyayangi kita menurut kasih
setiaNya yang besar. Ingat dalam ayat yang ke 32 dikatakan: ”…karena
walau Ia mendatangkan susah, Ia menyayangi menurut kebesaran kasih
setiaNya.” Hanya kepada Tuhan yang Maha Segalanyalah kita bisa
beriman dan berharap. Dan nantikanlah pertolongan dari Tuhan yang
akan turun dalam hidup kita. Amin.

UsulanAyat-ayat dan Lagu-lagu


1. Ny Pembukaan : KJ. 8:1-2
2. Nats Pembimbing : Pengkhotbah 3:1-4, 11dan 14
3. Ny Pujian : PKJ. 258:1-2
4. Berita Anugerah : Mazmur 30:5-6
5. Ny Peneguhan : KJ. 23:1-3
6. Ny Responsoria : PKJ. 231:1-2
7. Nats Persembahan : 2 Korintus 8:12-15
8. Ny Persembahan : KJ. 439:1 dst
9. Ny Penutup : PKJ. 180:1

101

Anda mungkin juga menyukai