RANCANGAN KHOTBAH
Edisi: Januari - Juni 2012
Diterbitkan oleh :
Program Identitas dalam Pluralitas Sinode GKSBS
Jln. Yos Sudarso 15 Polos - Kota Metro 34111
Telp. (0725) 42598 - E.mail : sinode_gksbs@yahoo.co.id
Website: www.gksbs.org
1
DAFAR ISI
1. Pengantar 3
2. RK 01 Januari 2012 5
3. RK 08 Januari 2012 17
4. RK 15 Januari 2012 23
5. RK 22 Januari 2012 29
6. RK 29 Januari 2012 37
7. RK 05 Pebruari 2012 49
8. RK 12 Pebruari 2012 56
9. RK 19 Pebruari 2012 63
***
2
PENGANTAR
Teman-teman pelayan Firman se-sinode GKSBS yang dikasihi Kristus,
Salam sejahtera untuk kita semua.
Buku “Sumber Air Hidup” semester ganjil 2012 ini, disajikan dalam
bentuk “Rancangan Khotbah” dan dilengkapi dengan contoh khotbah
jadi. Contoh khotbah jadi dalam buku ini disajikan dengan maksud
sebagai pembanding khotbah jadi yang akan bapak/ibu/sdr buat, bukan
untuk digunakan secara langsung. Karena situasi dan konteks khotbah
jadi tersebut tentu berbeda dengan situasi dan konteks bapak/ibu/sdr/I
sekalian. Dalam rangka pembelajaran dan peningkatan kapasitas para
pengkhotbah, sangat diharapkan para pengguna buku mempelajari lebih
dahulu Rancangan Kotbah ini, sebelum menyusun khotbahnya sendiri
dan membandingkan dengan contoh khotbah jadi. Karena jikalau
khotbah jadi ini langsung dipergunakan akan mematikan kreativitas dan
semangat belajar para pengkhotbah.
4
Rancangan Khotbah, 1 Januari 2012
Tahun Baru Masehi 2012
Warna Putih
Bacaan berdasarkan Leksionari:
Pengkotbah 3:1-15; Mazmur 8; Wahyu 21:1-6a; Matius 25:31-46
Bacaan Kotbah: Pengkhotbah 3:1-15
PENJELASAN TEKS
5
Pengkhotbah, mengawali perikop ini dengan jelas dan sesuatu yang
umum. Segala sesuatu ada masanya, tidak terbatas pada sesuatu bahkan
makin diperjelas dengan kata “untuk apa pun di bawah langit ada
waktunya”. Artinya bahwa semua peristiwa yang terjadi di bumi/di
bawah langit itu ada waktunya, ada masanya, ada fasenya, terjadi dalam
keteraturan, keserasian dan keselarasan. Sehingga pembukaan pasal 3 ini
sungguh membawa dan mengantar pemahaman pembaca terhadap ayat-
ayat berikutnya. Namun, jika kita membaca Alkitab dalam bahasa Jawa
atau versi Bahasa Indonesia sehari-hari (BIS) terjemahan ayat 1 secara
jelas persoalan peristiwa, waktu dan masa itu terjadi atas kehendak Allah.
“Samubarang kabèh sing kelakon ing donya iki kelakoné ing wektu sing
katetepaké déning Allah” (versi Alkitab Bahasa Jawa).
Versi BIS: “Segala sesuatu di dunia ini terjadi pada waktu yang
ditentukan oleh Allah”. Namun, penulis lebih mengikuti terjemahan dari
Terjemahan Baru (TB) LAI, bahwa memang ada yang mengatur dan
berkuasa akan sang waktu bisa menunjuk kepada Allah, tetapi bagi
pengkhotbah ada maksud yang khas/istimewa terhadap ayat yang
pertama ini, yaitu membuka pembaca untuk terbuka seluas-luasnya dan
tidak terpaku/ terkekang oleh satu ide/tafsiran.
6
Ayat 4. Menangis – tertawa diparalelkan dengan meratap – menari,
sorotan khusus pada pengalaman manusia. Yang pertama konteks
lingkup emosional manusia, sedangkan yang kedua lebih kepada reaksi
fisik berupa gerak tubuh. Apa yang lahir dari hati terkadang diluapkan
dalam reaksi gerak tubuh.
7
Ayat-ayat ini (1-8) merupakan gambaran atau memperlihatkan kegiatan-
kegiatan manusia yang bertentangan dan tidak bisa dilaksanakan dalam
waktu yang sama. Dan itu semua terjadi secara alamiah.
.... itu juga adalah pemberian Allah. Masa-masa yang berat, pekerjaan-
pekerjaan yang berat atau menyusahkan itu adalah pemberian Allah,
begitu juga dengan hal-hal yang ringan dalam hidup kita seperti makan,
minum dan bersenang-senang adalah juga pemberian Allah. Hal-hal
yang penting namun sekaligus menyusahkan di dunia ini datang dari
Tuhan, tetapi juga hal-hal yang ringan-ringan. Di tengah ketiadaan
makna dan ketidak mampuan teologi untuk memahami Allah, kita masih
bisa menerima berkat-berkat sehari-hari.
Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada
untuk selamanya;...(ay.14a).
Inilah kata Pengkhotbah yang menampakkan kepercayaannya mengenai
perbuatan-perbuatan Allah yang berlangsung terus-menerus. Akan tetap
ada untuk selamanya, tidak hanya dalam waktu sesaat/sekali waktu saja,
tetapi itu berlangsung terus-menerus, tidak berhenti perbuatan Allah itu
untuk manusia dan seluruh ciptaan.
Itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat
demikian, supaya manusia takut akan Dia.(ay.14b).
Manusia tidak dapat menambah atau mengurangi, hal ini untuk
menunjukkan kadaulatan Allah yang mutlak. Perbuatan manusia bisa
ditambah atau dikurangi, perbuatan Allah tidak. Entah suka atau tidak
suka, mau atau tidak mau itu sudah demikian adanya. Dipihak lain
ungkapan mengenai sesuatu yang tidak bisa ditambah atau dikurangi juga
menunjukkan kesempurnaan karya Allah. Allah membuat karya-karya-
Nya demikian dengan maksud tertentu, yaitu agar manusia takut akan
Dia. Biasanya didalam PL, “takut akan Allah” adalah tema yang positif.
Takut akan Allah bagi Pengkhotbah sungguh-sungguh bahwa Allah
adalah Allah yang menakutkan, disebut sebagai Sang Allah. Ingin
memberikan bahwa Allah itu berbeda dengan manusia. Allah harus
disembah dan manusialah yang menyembah Allah.
9
Ayat 15: .... Allah mencari yang sudah lalu. Dalam Alkitab BIS-LAI
menafsir: “Allah menentukan supaya yang sudah terjadi, terjadi lagi”.
Dipahami bahwa ingin menunjukkan Allah tetap melihat, memperhatikan
dan peduli akan peristiwa yang terjadi dahulu atau yang sudah lalu. Yang
sekarang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah lama ada. Allah
telah merancangkan dan menetapkan, dan inilah waktu Allah dalam
karya-Nya di tengah-tengah dunia.
1. Memasuki tahun yang baru tahun 2012, melepas tahun yang lama
tahun 2011, membawa pemahaman akan adanya hari baru, tahun
baru, harapan yang baru dan senantiasa yang baru. Namun, perlu
disadari bahwa waktu dalam tahun yang baru itu masih sama dengan
waktu-waktu yang lalu.
2. Adanya evaluasi program atau kegiatan ditahun yang lalu (2011).
Yang berhasil dan membahagiakan diapresiasi dan dihargai.
Sedangkan kemunduran/kegagalan dan ketidakberhasilan/
ketidaksuksesan diterima dengan syukur sebagai pembelajaran untuk
sukses dan berhasil.
3. Ada perencanaan-perencaan yang baru dibuat atau disusun untuk
mempersiapkan diri melangkah ditahun yang baru. Misal:
penyusunan RAPBG (Rencana Anggaran Pendapatan dan Beban
Gereja); Rencana Program Kegiatan tahun 2012.
4. Ada komitmen yang baru untuk membawa kemajuan diri, keluarga,
gereja dan masyarakat.
Pendahuluan.
Pengkotbah menyampaikan ucapan selamat “Tahun Baru 2012” kepada
jemaat. Waktu yang baru, hari yang baru… semua baru. Kiranya juga
kita masuk ibadah ini dengan hati yang selalu baru. Sampaikan apresiasi
akan segala sesuatu berkaitan dengan pribadi/ gereja/ bangsa secara
10
umum yang terjadi pada tahun yang lalu (2011). Ada banyak kesuksesan
dan keberhasilan, tetapi ada pula ketidaksuksesan/ kegagalan.
Isi
1. Pengkotbah menyampaikan apa yang tertulis dalam penjelasan teks
(dalam bahasa sendiri) dengan pokok penting:
o Untuk segala sesuatu ada masanya.
o Hal yang sia-sia.
o Hal yang meng-indah-kan.
o Pengharapan didalam waktu TUHAN.
2. Hidup di dalam waktu TUHAN (pengkotbah memperhatikan konteks
masa kini, dan juga konteks terkini yang dialaminya yang sesuai
dengan teks).
Penutup
Pengkotbah memberikan penekanan tentang bagaimana untuk hidup di
dalam waktu TUHAN dengan memperhatikan dan menghayati dengan
sadar bahwa TUHAN-lah yang empunya kuasa atas waktu/masa. Amin.
Liturgi:
Nats Pembimbing : Mazmur 8:2-5
Berita Anugerah : Wahyu 21:4-6
Petunjuk Hidup Baru : Matius 25:37-40
Nats Persembahan : Mazmur 27:4-6
Lagu – lagu:
1. KJ. 246 PKJ. 27
2. KJ. 242 PKJ. 58
3. KJ. 33 PKJ. 43
4. KJ. 332 PKJ. 123
5. KJ. 337 PKJ. 264
6. KJ. 345 PKJ. 203
***
11
Contoh Kotbah Jadi
Minggu, 1 Januari 2012
Tahun Baru Masehi
Marilah kita saat ini belajar dari nats yang kita baca saat ini. Kata
Pengkhotbah, Segala sesuatu ada masanya, tidak terbatas pada sesuatu
bahkan makin diperjelas dengan kata “untuk apa pun di bawah langit
ada waktunya”. Artinya bahwa semua peristiwa yang terjadi di bumi/ di
bawah langit itu ada waktunya, ada masanya, ada fasenya, terjadi dalam
keteraturan, keserasian dan keselarasan.
(Waktu dan masa itu terjadi atas kehendak Allah. “Samubarang kabèh
sing kelakon ing donya iki kelakoné ing wektu sing katetepaké déning
Allah” (versi Alkitab Bahasa Jawa).
12
Versi BIS (Bahasa Indonesia Sehari-hari) : “Segala sesuatu di dunia
ini terjadi pada waktu yang ditentukan oleh Allah”.) – disesuaikan
dengan situasi yang hendak berkhotbah.
Dalam dunia ada yang mengatur dan berkuasa akan sang waktu. Apakah
menunjuk kepada Allah?
14
untuk menangis, mengapa harus diatur dan terkesan manusia tidak bisa
bebas, inilah beban.
***
16
Rancangan Khotbah, 8 Januari 2012
Minggu Epifani ( Perjamuan kudus 1)
Warna Putih
Bacaan Leksionari:
Yes. 60:1-6; Mzm.72: 1-7, 10-14; Ef. 3:1-12; Mat.2:1-12
Bacaan Kotbah: Efesus 3:1-12
Efesus adalah sebuah kota besar di Asia Depan, di jaman Perjanjian Baru
kota Efesus yang terletak di pantai Laut Tengah dan menjadi ibu kota
propinsi Romawi yang disebut “Asia”. Kota ini menjadi pusat
kebudayaan Yunani dan pusat penyembahan Dewi Artemis (dewi Ibu atau
dewa Kesuburan) yang selama ribuan tahun dipuja di sana. Selain Dewi
Artemis ada dewa-dewi lain yang dipuja, khususnya Kaisar Roma yang
didewakan. Keberadaan jemaat yang dituju adalah jemaat Kristen non
Yahudi, dengan latar belakang ada alam pikiran jemaat yang sinkritisme
(paham/aliran yang merupakan perpaduan beberapa aliran), disebabkan
adanya aliran, pemikiran, dan ajaran yang bermacam-macam disiarkan
dalam masyarakat Yunani – Romawi dan hal ini menjadi ancaman bagi
kepercayaan Kristen.
17
PENJELASAN TEKS
Ayat 7- 12: Allah telah memberi anugerah yaitu tugas kepada Rasul
Paulus untuk memberitakan Kabar Baik (Injil). Rasul Paulus pun
meresponnya dengan menerima tugas tersebut. Rasul Paulus sendiri
merasa paling hina di antara umat, tetapi diberi kepercayaan
memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kabar baik mengenai
Kristus dengan segala kekayaannya. Sehingga semua tahu bagaimana
Allah, Pencipta semesta alam ini, melaksanakan semua rencanaNya yang
dahulu dirahasiakan kepada dunia. Sekarang melalui jemaat, semua
yang memegang kekuasaan di surga mengetahui kebijaksanaan/hikmat
Allah dalam segala bentuknya, sesuai dengan maksud Allah yang kekal,
yang dinyatakan melalui perantaraan Yesus Kristus Tuhan. Sehingga di
dalam Dia umat beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah
dengan penuh kepercayaan dan iman kepadaNya.
18
Suasana tahun baru masih terasa, bayang-bayang kedepan tidak tahu apa
yang akan terjadi, masih gelap, banyak godaan banyak tantangan dalam
kehidupan. Contohnya, banyak orang menerawang kedepan dengan
memegang dan mempercayai ramalan-ramalan, Shio-shio, ataupun
horoskop. Tidak sedikit yang mengandalkan apa yang dimiliki. Roh
jaman (Materialistis, Egois, hedonisme, dll) juga mempengaruhi cara
berpikir jemaat, dunia yang serba instant menjadikan jemaat kurang
menyadari arti pentingya proses, sehingga cenderung menghalalkan
segala cara untuk mencapai tujuan, yang penting cepat selesai, cepat kaya
tanpa memperhatikan apakah hal itu baik dan benar dihadapan Allah.
Tidak sedikit orang yang berjalan menurut kehendaknya sendiri, sehingga
banyak orang yang tersesat di jalan hidupnya.
Isi
Terangkan kepada jemaat bahwa rasul Paulus telah dipenjarakan karena
memberitakan Injil, dan tugas pemberitaan Injil ini diberikan karena
19
kebaikan Allah. Rasul Paulus sadar bahwa dirinya adalah orang yang
paling hina diantara umat Allah, sekalipun demikian Paulus dipanggil
oleh Allah untuk memberitakan Injil Kristus.
Jelaskan bahwa Allah telah mengungkapkan rahasia rencanaNya dan
telah memberitahukan semua kepada rasul Paulus, dan rahasia itu dahulu
tidak diberitahukan kepada manusia, tetapi Roh Allah telah menyatakan
rahasia itu kepada nabi-nabi dan kepada rasul-rasul yaitu bahwa orang-
orang bukan Yahudi melalui pemberitaan Injil ikut menjadi ahli
waris kerajaan Allah yang dulu hanya diperuntukan bagi orang Yahudi.
Tetapi sekarang orang-orang bukan Yahudipun juga menjadi Anggota
tubuh yang sama (menerima hak yang sama) yaitu turut menerima apa
yang dijanjikan Allah melalui Kristus Yesus.
Penutup
Tekankan, bahwa jemaat yang percaya kepada Tuhan Yesus juga
termasuk menjadi ahli waris kerajaan Allah. Dengan beriman kepadaNya
jemaat mengetahui hikmat Allah, yang akan menuntun dan menerangi
jemaat untuk dekat kepada Allah, sehingga jemaat dituntun kepada hidup
yang benar.
22
UsulanAyat-ayat dan Lagu-lagu
1. Ny Pembukaan : PKJ. 2:1.
2. Nats Pembimbing : Matius 2:1-2
3. Ny Pujian : PKJ. 258:1-2
4. Berita Anugerah : Yesaya 60:1-2
5. Ny Peneguhan : PKJ. 241:1-3
6. Ny Responsoria : PKJ. 230:1-4
7. Nats Persembahan : Amsal 3:9-10
8. Ny Persembahan : PKJ. 145:1 dstnya
9. Ny Penutup : PKJ. 131:1-3
PENJELASAN TEKS
23
mendesak seolah tidak sabar terhadap orang-orang yang fasik yang
mengitarinya.
2. Ayat-ayat yang disusun dengan teratur ini dibagi atas 4 sajak, masing-
masing terdiri dari 6 ayat, yaitu:
1. Sajak I (ayat 1 – 6) : tentang Tuhan Maha Tahu
2. Sajak II (ayat 7 – 12 ) : tentang Tuhan Maha Hadir
3. Sajak III (ayat 13 – 18) : tentang Tuhan Maha Kuasa
4. Sajak IV (ayat 19 – 24) : menyatakan sambutan penulis Mazmur
terhadap berita-berita indah mengenai sifat-sifat Tuhan,
menyebabkan ia bertelut mempersembahkan doa.
3. Tuhan Maha Tahu (ay.1-6) : menyatakan pengakuan iman pemazmur
bahwa: hati, pikiran, jalan (tindakan) dan perkataannya diketahui
Allah. Bagi pemazmur kemahatahuan adalah ‘pengenalan Allah
yang sempurna akan diriku.’ Tuhan mengetahui apa saja yang
dilakukan pemazmur apakah sedang duduk, berdiri, berjalan atau
berbaring. Bahkan yang masih tersimpan dalam hatinya - belum
terucap, dari jauh Tuhan sudah mengetahui. Tuhan menjaga dengan
kuasaNya mengelilingi dari semua arah, belakang, depan dan dari
atas tangan Tuhan. Menyadari keterbatasan dirinya, pemazmur
menyatakan ketakjubannya, kagum akan keajaiban pengetahuan
Tuhan akan dirinya, terlalu tinggi sungguh tidak terpahami.
4. Tuhan Maha Kuasa (ay.13-18): pengakuan iman pemazmur bahwa
manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling dasyat dan ajaib
merupakan bukti kemahakuasaan-Nya. Digambarkan sebagai
seniman agung. Dalam proses pembentukan manusia, Tuhan
menenun (membentuk) dalam kandungan ibu organ-organ tubuh yang
sesuai, indah, sempurna menimbulkan perasaan bersyukur, hormat
dan kagum hati pemazmur. Kejadiannya begitu dasyat dan ajaib
‘jiwaku benar-benar menyadarinya (ay.14). Tuhan melihat hari-hari
akan datang sebelum ada satupun daripadanya, semuanya tercatat
dalam kitab Tuhan. Pemazmur mengakui betapa sulitnya pikiran
Tuhan bagi dirinya, betapa banyak jumlahnya jika dihitung lebih
banyak dari pasir. Dan meskipun demikian pemazmur masih
bersama-sama Tuhan.
24
1. Tidak sedikit orang menolak pemberian Tuhan atas dirinya. Merasa
hidung pesek, terlalu gemuk, ukuran anggota tubuh tertentu kurang
indah, lalu dioperasi plastik. Permukaan kulit yang semula halus
di’tato’ agar kelihatan lebih garang untuk diakui oleh komunitasnya.
2. Hancurnya penghargaan atas kehidupan semakin luas. Tindakan
eksploitasi manusia terhadap sesama ciptaan baik secara tersembunyi
maupun terang-terangan: jual beli organ tubuh, prostitusi,
memperkerjakan anak-anak, penebangan liar, perburuan satwa,
pencemaran air-udara-tanah. Semuanya bertujuan untuk
mendapatkan untung sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan akibat
yang ditimbulkan bagi kebaikan alam raya ciptaan Tuhan.
3. Motivasi melaksanakan ajaran agama berubah dari berbakti kepada
Allah menjadi menuruti keinginan diri semata atau bertujuan untuk
kepentingan-kepentingan tertentu saja.
Pendahuluan
Pengkotbah mengawali khotbah dengan beberapa pertanyaan retoris
(pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban) antara lain: “siapakah
yang mengecat cabe, awalnya hijau berubah menjadi merah ? “ Adakah
seorang petani yang telah mewarnainya? Pengkotbah menjelaskan
bahwa Tuhan adalah Pelukis yang Agung itu, Dia-lah pencipta yang
berdaulat atas segala ciptaanNya. Tentunya kita akan meyakini dengan
sungguh kuasa Tuhan atas hidup dan masa depan kita. Hidup yang
dianugerahkan kepada kita perlu dipersembahkan bagi kemuliaan-Nya.
Isi
Berdasarkan penjelasan awal kotbah di atas, Pengkotbah menyampaikan
kepada jemaat beberapa hal antara lain:
1. Pemazmur mengakui pengenalan Tuhan akan dirinya sangat
sempurna, sungguh ajaib, tidak terpahami oleh pikirannya. (lihat
Penjelasan Teks 3). Demikian juga manusia hendaknya mengakui
akan keberadaan Tuhan. Tuhan mengetahui segenap hidup manusia,
baik lahir maupun batin.
2. Selain itu Tuhan mahakuasa, yang berdaulat atas diri setiap manusia.
Ketika proses pembentukan bakal (anak) manusia dalam kandungan
25
Tuhan sudah berkarya disana dengan sempurna. Bahkan sebelum
terbentuk Tuhan sudah mencatat arah dan perjalanan kehidupan
setiap orang. Kemahakuasaan Tuhan sungguh disadari pemazmur.
Sehingga dia tetap menyatakan untuk bersama-sama dengan Tuhan
(lihat Penjelasan Teks 4). Jika manusia sudah tidak lagi mengakui
Tuhan sebagai Pencipta yang mahatahu dan berkuasa maka manusia
tidak lagi dapat mensyukuri dan menghargai hidup ini. Manusia
akan menjauh dari Tuhan, mengabdi- kan diri pada dirinya sendiri
dan keinginan-keinginan duniawi.
3. Pengkotbah dapat menghubungkan teks dengan Konteks Masa Kini
(Lihat konteks masa kini).
4. Pengkotbah diberikan kesempatan menggali dan mengungkapkan
isu-isu terkini yang ada hubungannya dengan teks Alkitab ini.
Penutup
Pengkotbah mengakhiri kotbah ini dengan memantapkan hati warga
jemaat bahwa setiap orang yang sungguh-sungguh mengabdi kepada
Tuhan akan beroleh pertolongan didalam hidupnya. Sebab Tuhan
mengenal setiap ciptaanNya dan berkuasa atasnya. Tinggal bersama-
sama dengan Tuhan akan mendapatkan ketenangan.
***
26
atas hidup dan masa depan kita. Hidup yang dianugerahkan kepada kita
perlu dipersembahkan bagi kemuliaan-Nya.
27
Meskipun sekarang ini banyak orang yang tidak lagi sungguh-sungguh
mengakui kemaha-tahuan Tuhan, sehingga tidak lagi takut kepada Tuhan.
Berprilaku buruk dengan menuruti keinginan-keinginan dirinya sendiri
atau kelompok-nya. Ada yang dengan terang-terangan atau dengan cara
sembunyi-sembunyi mengorbankan sesamanya untuk kepentingan
pribadi dan kelompoknya. Tindak kejahatan semakin meningkat,
pembegalan terhadap pengendara sepeda motor terjadi tiap hari,
pencurian ternak, perampasan, penjualan perempuan untuk praktek
prostitusi, memperkerjakan anak-anak dibawah umur, korupsi, dsb.
Ditengah-tengah kondisi seperti itu, mari kita mengabdikan diri dengan
nyata, berani menegakkan kebenaran dan keadilan Tuhan ditengah
kehidupan sehari-hari dengan penuh ketulusan hati, bukan dengan
kemunafikan.
Ungkapan syukur kepada Tuhan yang telah menenun kita sejak dalam
kandungan tersebut, juga bisa kita ungkapkan/wujudkan dengan
kesetiaan beribadah.
Marilah kita mengakui bahwa tidak ada kuasa apapun yang mampu
melampaui kemahakuasaan Tuhan. Meskipun disekitar kehidupan kita
masih banyak orang yang sudah meragukan kuasa Tuhan. Tuhan kita
mahatahu, Dia selalu hadir dan berkuasa untuk melindungi kita. Kita
harus selalu tinggal bersama Tuhan, menyerahkan diri untuk berdoa agar
kita diberi kemampuan menjauhi segala bentuk kejahatan. Bersama
Tuhan kita akan mendapatkan keamanan dan ketenangan jiwa.
Berbahagialah setiap orang yang sepenuh hati mengabdi kepada Tuhan.
Amin.
(DGS)
***
Tujuan:
1. Jemaat mengetahui peristiwa pemilihan murid yang pertama.
2. Jemaat memiliki komitmen merespon panggilan Tuhan.
3. Jemaat memiliki komitmen untuk menjadi berkat.
PENJELASAN TEKS
Kalau kita mencermati daerah Galilea, kota ini adalah tempat yang
terkenal dan dikelilingi oleh bangsa-bangsa yang dianggap kafir oleh
orang Yahudi. Di sebelah barat tinggalah orang Funisia, sebelah Utara
dan Timur tinggalah orang Syria, dan sebelah selatan tinggallah orang
Samaria. Galilea adalah kota bagian dari Palestina yang selalu
berhubungan dengan pengaruh-pengaruh non Yahudi. Jadi dibandingkan
dengan bagian-bagian Palestina yang lain Galilea merupakan wilayah
yang terbuka terhadap ide-ide yang baru.
Inilah awal mula Yesus dalam kesaksian Injil Markus, bahwa kalimat
berita yang menjadi salah satu pokok inti pekerjaan Yesus yaitu
memberitakan Injil Allah: Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah
dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil (Mark.1:15).
Memberitakan atau menjadi pewarta adalah orang yang membawa pesan
atau berita langsung. Isinya tentu tidak diragukan lagi.
Pernyataan bahwa Kerajaan Allah sudah sudah dekat: bukan berarti Yesus
memimpin membawa pedang ke medan perang untuk mengalahkan
30
tentara-tentara Romawi dan melakukan pemulihan kerajaan seperti pada
masa raja Daud. Ini adalah kerajaan secara Politis. Kerajaan Allah
adalah suasana kepentingan Allah itu hadir. Suatu keadaan yang mana
Allah berperan mengusai kehidupan.
Cukup menarik jika kita melihat latar belakang dari murid-murid yang
dipilih. Yesus melihat bahwa kehidupan mereka biasa. Mereka bukan
orang yang terpelajar, berpengaruh, kaya dan berasal dari keluarga yang
terhormat. Mereka pekerja-pekerja biasa yang tidak memiliki latar
belakang yang besar. Mungkin bisa dipastikan juga tidak memiliki masa
depan yang baik. Orang-orang biasa yang seperti inilah yang dipilih
Yesus.
31
KONTEKS MASA KINI
1. Setiap orang ingin dihargai orang lain. Itu wajar dan manusiawi.
Namun ketika penghargaan hanya diletakan pada nilai kekayaan dan
kekuasaan (status sosialnya) maka manusia cenderung untuk menjadi
pemangsa bagi yang lainnya. Dominasi kepentingan-ku akan
menjadi lebih besar. Penghargaan kehidupan bukan terletak pada
nilai kedudukan dan kekuasaan melainkan kesediaan untuk merespon
undangan Yesus untuk melayani.
1. Pendahuluan
Pengkotbah dapat menceritakan bahwa setiap orang Kristen
memiliki tanggung jawab tidak cukup hanya sekedar hari minggu
pergi beribadah. Pengkotbah dapat memberikan contoh ilustrasi-
ilustrasi yang mengajak jemaat untuk merasakan tanggung jawab
terhadap tugas dan panggilan gereja.
32
Pengkotbah menegaskan kepada jemaat agar terlibat dalam
tanggung jawab pekerjaan Tuhan.
2. Isi
Pada bagian ini pengkotbah dapat menceritakan kisah Yesus
memanggil para murid.
Pengkotbah dapat menegaskan bahwa pangilan tersebut direspon
dengan positif oleh para murid.
Ajaklah jemaat untuk meresponi panggilan Tuhan ini dengan
keterbukaan, pertobatan dan siap untuk menjadi berkat. Dan
selanjutnya pengkotbah dapat menyampaikan konteks masa kini
yang sesuai.
Pengkotbah dapat mengungkapkan isu-isu terkini yang
dihubungkan dengan teks Alkitab ini.
3. Penutup
Pengkotbah mengakhiri kotbah ini dengan penegasan bahwa
pekerjaan Tuhan Yesus adalah dinamis. Ia terus memanggil
jemaatNya untuk mewartakan Injil. Dan Ia tidak pernah berhenti
untuk memanggil orang-orang pilihanNya.
Pada waktu itu Yesus sedang menyusuri danau Galilea. Galilea adalah
daerah yang terbuka terhadap pengajaran-pengajaran yang baru dan
danau ini dikenal sebagai daerah penangkapan ikan yang ramai. Yesus
mengawali pengajaranNya di daerah ini. Di dalam pengajaranNya Ia
meneriakan “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat.
Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”. Dari kalimat ini Yesus
berperan sebagai pewarta menyampaikan kabar baik. Kabar baik itu
adalah warta Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah suasana Allah
memerintah sebagai Raja. Allah yang berkehendak dan kehendak
Allah yang terjadi.
Inilah salah satu pokok inti dari pengajaran Yesus dan nampaknya ketika
Yesus melakukan pengajaran ini bukan yang pertama kalinya di antara
para nelayan. Dari pengajaran Yesus ini akhirnya mengakar di hati para
nelayan, misalnya Simon dan Andreas sehingga mereka menerima
undangan Yesus. Disusul Yakobus dan Yohanes. Para nelayan ini
merespon dan tanggap terhadap undangan Yesus untuk mewartakan
Kerajaan Allah di tengah kehidupan mereka dengan mengikut Yesus.
Para murid tidak lagi sekedar tertarik dan menyaksikan Yesus mengajar
seperti di danau Galilea, namun mereka terlibat langsung dalam
pewujudan Injil. Karya Allah sungguh mereka rasakan. Hidup mereka
menjadi berubah. Saat itu mereka adalah mitra Yesus yang juga
mewartakan Kerajaan Allah.
Bagi kita sebagai anggota jemaat yang telah dipilih menjadi anggota
majelis, menjadi anggota komisi, panitia-panitia ataupun kerja
kelompok sosial kemasyarakatan terimalah itu dengan sukacita.
Bukalah hati untuk menerima panggilan tersebut. Itulah kehidupan
sesungguhnya.
Akhirnya! Tuhan kita adalah Tuhan yang dinamis, yang terus melanjutkan karya
penyelamatan-Nya di dunia ini. Maka, Dia memanggil dan memilih orang-
orang yang mau diutus-Nya. Kemampuan dan keterampilan bukanlah menjadi
kunci kesuksesan dalam panggilan, melainkan keterbukaan, kesiapsediaan
orang untuk hidup berakar dalam Kristus. Amin.
***
36
Rancangan Kotbah, 29 Januari 2012
Minggu Epifani 4
Warna Hijau
Bacaan berdasarkan Leksionari :
Ulangan 18:9-22; Mazmur 111; 1 Korintus 8:1-13; Markus 1:21-28
Bacaan Kotbah: Ulangan 18:9-22 (15-20)
Tujuan :
1. Anggota jemaat memahami dan menyadari tugas panggilan
sebagai nabi.
2. Anggota jemaat memelihara kenabiannya dan disuarakan kepada
pihak lain.
PENJELASAN TEKS
Pengantar
Kitab Ulangan terdiri dari serangkaian pidato-pidato yang diucapkan
Musa di depan bangsa Israel waktu mereka berada di negeri Moab.
Mereka berhenti di situ sesudah mengakhiri perjalanan panjang lewat
padang gurun dan sebelum masuk ke Kanaan untuk menduduki negeri
itu.
Tema pokok kitab ini ialah bahwa Allah sudah menyelamatkan dan
memberkati umat pilihan-Nya, bangsa yang dikasihi-Nya. Jadi bangsa
Israel tak boleh lupa akan hal itu. Mereka harus mentaati Allah, supaya
mereka tetap hidup dan terus diberkati.
Bagian yang paling penting dalam kitab ini ialah 6:4-6. Ayat-ayat ini
memuat kata-kata yang oleh Yesus disebut hukum yang terbesar,
"Cintailah TUHAN Allahmu dengan sepenuh hatimu: Tunjukkan itu
dalam cara hidupmu dan dalam perbuatanmu."
Maka, apa yang diharapkan oleh TUHAN kepada bangsa yang hendak
masuk ke tanah Kanaan? Yaitu, “haruslah engkau hidup dengan tidak
bercela di hadapan TUHAN, Allahmu” (ay.13). TUHAN tidak
mengizinkan bangsa pilihan-Nya melakukan tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh bangsa-bangsa lain. Tidak diizinkan untuk berbuat yang
bercela seperti yang dilakukan bangsa-bangsa lain, yaitu mendengarkan
kepada peramal atau petenung. Sebab, TUHAN adalah Allah yang
cemburu, yang tidak mau diduakan, atau dinomor duakan. TUHAN Allah
haruslah disediakan tempat yang pertama dan utama. Bangsa Israel
dibawah kepemimpinan Musa harus mendengarkan suara TUHAN, Allah
yang telah membawa mereka keluar dari tanah perbudakan Mesir.
39
Haruslah engkau hidup dengan tidak bercela di hadapan TUHAN,
ini adalah nasehat serta firman yang memerintahkan bahwa hidup
yang menghidupkan ialah menerapkan dan melakukan tindakan
kehidupan yang baik, benar dan berkenan di hadapan TUHAN.
Melakukan apa yang dikehendaki oleh TUHAN, itu adalah tugas
dan panggilan sebagai umat pilihan. Juga kepada kita yang menjadi
pengikut Yesus Kristus dan percaya akan TUHAN Allah semesta
alam. Apa yang diperdengarkan TUHAN, kepada bangsa Israel
dengan maksud yang baik dan benar menurut ukuran dan kehendak
TUHAN, yang mungkin bagi ukuran manusia yang mendengar tidak
baik/benar, terkesan mendikte/memaksa. Tetapi, sungguh jika hal itu
dipahami dalam nuansa / wacana iman, maka apa yang
diperdengarkan oleh TUHAN itu demi kebaikan manusia juga dan
itulah yang utama dan pertama dilakukan oleh TUHAN Allah. ...
oleh karena kekejian-kekejian inilah TUHAN, Allahmu, menghalau
mereka dari hadapanmu.
Ini adalah syarat bagi seorang nabi, mengapa? Karena nabi itu telah
diberikan dalam mulutnya firman TUHAN, bukan merupakan hal yang
main-main tetapi satu hal yang serius. Sebab, bila itu tidak dipenuhi oleh
seorang nabi, maka ia harus mati. Seorang nabi yang berkata demi allah
lain, juga harus mati. “ Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu:
Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan
TUHAN? -- apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan
perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan
yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah
mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya." (ay.21,22).
Dari sisi sang nabi, bagaimana ketaatan, keteguhan hati untuk melakukan
tugas tanggungjawab kenabian itu dalam kesetiaan menjaga, memelihara
mulut / lidah dari perkataan-perkataan yang jahat. Perkataan-perkataan
yang menipu dan lahir dari hati yang jahat hanya untuk kepentingan diri
sendiri, mencari kebenaran sendiri. Maka, menjadi penting bahwa,
menjadi seorang nabi/nabiah, menerima panggilan sebagai seorang nabi
adalah tugas yang mulia dan terhormat tetapi penuh tanggung jawab.
Demi nama TUHAN, nabi itu bekerja memperkatakan Firman Tuhan.
Nabi itu menjadi utusan membawa berita kebenaran dari TUHAN kepada
42
bangsa-bangsa, memberitakan apa yang diterima dari TUHAN kepada
bangsa-bangsa.
Pendahuluan
Pengkotbah membuka kotbah dengan menceritakan situasi keadaan masa
kini berkaitan dengan ada atau tidak adanya kebenaran dan keadilan di
tengah-tengah masyarakat setempat. Dan berikan apresiasi bagi mereka
yang berani membela dan menyuarakan kebenaran dan keadilan dikala
situasi terjepit atau terhimpit. (lihat Konteks Masa Kini)
Isi
Pengkotbah menjelaskan teks didasarkan pada penjelasan teks dengan
tema-tema yang muncul dari teks.
1. Hidup tak bercela dihadapan TUHAN
2. Seorang Nabi dari tengah-tengahmu
3. Seorang nabi akan Kubangkitkan
4. Demi nama TUHAN
Pengkotbah dapat menemukan dan memberikan benang merah atau
ketertarikan pengkotbah berdasarkan penjelasan teks, dan tema kotbah.
43
Penutup
Pengkotbah menutup khotbah dengan ajakan dan dorongan serta
menyatakan bahwa kita adalah Nabi yang harus menyuarakan suara
kenabiannya dan dengan hidup tak bercela di hadapan TUHAN.
Demikian juga, dari teks yang kita baca saat ini, Musa mengingatkan
orang Israel untuk tidak meniru kebiasaan (tradisi) di Kanaan yakni
mengorbankan anak kepada dewa-dewa kafir, yang dilaksanakan dengan
maksud mempengaruhi jalannya peristiwa-peristiwa di masa depan.
Tradisi atau kebiasaan bangsa Yahudi yang tidak dikehendaki TUHAN,
antara lain : ...mempersembahkan anaknya laki-laki atau anaknya
perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi
44
petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir,
seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah
atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-
orang mati. (ay.10, 11). Mereka yang menjadi petenung berusaha untuk
meramal masa depan atau menyingkap rahasia-rahasia dengan bantuan
roh-roh jahat atau aneka cara yang dipakai manusia. Daftar ini mencakup
para pemantera, orang yang bertanya kepada roh, atau siapapun yang
memanggil arwah orang mati atau berhubungan dengan dunia roh jahat
untuk menyingkap rahasia-rahasia, meramal masa depan, atau
memperoleh kekuasaan.
46
oleh karena mereka (bangsa Israel) tidak mau mendengarkan suara
TUHAN Allah yang begitu dekat dan langsung memerintah bangsa ini.
Ini adalah syarat bagi seorang nabi, mengapa? Karena nabi itu telah
diberikan dalam mulutnya firman TUHAN, bukan merupakan hal yang
main-main tetapi satu hal yang serius. Sebab, bila itu tidak dipenuhi oleh
seorang nabi, maka ia harus mati. Seorang nabi yang berkata demi allah
lain, juga harus mati. “ Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu:
Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan
47
TUHAN? -- apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan
perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan
yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah
mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya." (ay.21,22).
Tujuan:
1. Jemaat dapat memberitakan Injil di tengah-tengah pergaulannya
2. Jemaat dapat menjadi berkat melalui perjumpamaan dengan
Sesamanya.
PENJELASAN TEKS
Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota
metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya
banyak kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang
angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala
macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul
dan hawa nafsu. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam
49
masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan
wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan
kunjungan pribadi. Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun
pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada waktu perjalanan misinya yang
ketiga (Kis 18:23--21:16). Berita mengenai masalah-masalah jemaat di
Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11)
Ay. 16-18:
Bagi Paulus, tugas memberitakan Injil pada hakikatnya suatu kehormatan
dan kemuliaan yang telah dipercayakan oleh Allah kepadanya. Sehingga
ia melakukan tugas pemberitaan Injil sebagai suatu keharusan yang
datang dalam lubuk hatinya yang paling dalam: Karena jika aku
memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan
diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak
memberitakan Injil. Pengabdian diri itulah yang menyebabkan Paulus
tidak ingin memperoleh kehormatan dan pujian apapun selain dipercaya
oleh Allah untuk memberitakan Injil Kristus. Bahkan Paulus sama sekali
tidak pernah mengharapkan upah untuk kerja kerasnya dalam
memberitakan Injil. Haknya untuk memperoleh upah dilepaskan oleh
Paulus dengan penuh kerelaan. Sebab bagi Paulus, makna upah yang
paling mulia dalam kehidupan ini adalah: Kalau demikian apakah
upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa
upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita
Injil.
Ay.19: Selaku abdi Kritus, selain tidak menuntut upah, Paulus juga ingin
menjadikan dirinya sangat efektif untuk membawa sesama bagi Kristus.
Itu sebabnya secara sadar dan suka rela Paulus mau menjadikan dirinya
hamba bagi semua orang.
50
Ay.20-22: Dalam tugasnya, dimanapun Paulus berada, dia ingin
menyelami seseorang sesuai dengan konteksnya. Paulus berupaya untuk
senantiasa mengidentifikasi dan berempati ditempat sesamanya berada
sehingga dia dapat membawa mereka kepada Kritus.
Ay. 23: Aku mendapat bagian dalamnya. Dengan apa yang sudah
dilakukan oleh Paulus karena Injil, ia akan mendapat hadiah, yaitu bagian
di dalamnya (keselamatan), mahkota abadi (ay.25).
Pendahuluan
Pengkotbah mengawali kotbah dengan menyampaikan pribahasa “masuk
kandang kambing mengembik, masuk kandang singa mengaum” lalu
pengkotbah menanyakan kepada jemaat apa maksud dari peribahasa
tersebut? Berikan kesempatan kepada jemaat untuk menjelaskan maksud
pribahasa tersebut. Pengkotbah menyimpulkan bahwa adaptasi dengan
51
lingkungan atau komunitas tertentu penting dalam rangka menjalankan
missi tertentu dengan tidak melupakan hakekat diri seseorang. Atau
pengkotbah menyampaikan ilustrasi yang dipandang cocok dalam
membawa umat pada inti pesan teologis.
Isi kotbah
Pengkotbah menguraikan pokok-pokok yang ada dalam penjelasan teks
diatas atau melalui perenungan pribadi pengkotbah dapat menemukan
pesan teologis diluar penjelasan teks tersebut dan dimasukkan dalam isi
kotbah ini.
Selanjutnya dalam relevansi, Pengkotbah dapat menghubungkan
penjelasan teks dengan konteks masa kini. Konteks masa kini (lihat
diatas) atau mengangkat isu-isu relevan.
Penutup
Akhiri kotbah dengan mengajak jemaat untuk memiliki hubungan yang
baik seluas-luasnya agar menerima kesempatan dari Tuhan untuk
bersaksi, sehingga mengupayakan keakraban untuk membangun
kehidupan dengan sesama di dalam Tuhan.
52
kita tidak bisa kemana-mana sehingga ruang gerak kita pun menjadi
sangat sempit. Ruang gerak yang sempit itu akan membuat kita sulit
untuk mengembangkan kehidupan ini. Kita juga tahu, bahwa Tuhan tidak
menjadikan kita seorang diri, melainkan berteman sebagai mahluk sosial
yang selalu mencari teman dan membutuhkan sesama untuk membagun
hidup ini.
54
memberitakan kabar baik, bukan hanya tugas Majelis atau penginjil, serta
pengurus komisi, tetapi kita semua orang percaya.
(TTT)
UsulanAyat-ayat dan Lagu-lagu
1. Ny Pembukaan : PKJ. 168
2. Nats Pembimbing : 1 Korintus 15:58
55
3. Ny Pujian : KJ. 422
4. Berita Anugerah : Yesaya 40:30-31
5. Ny Peneguhan : KJ. 438
6. Ny Responsoria : KJ. 425
7. Nats Persembahan : Mazmur 147:7
8. Ny Persembahan : PKJ. 145
9. Ny Penutup : PKJ. 185
***
Rancangan Khotbah 12 Februari 2012
Minggu Epifani 6
Warna Hijau
Bacaan Leksionari:
2 Raj. 5: 1-14; Mzm 30: 1-13 ; 1 Kor 9: 24-27 ; Mrk 1: 40-45
Bacaan Khotbah:
Mazmur 30: 1-13
PENJELASAN TEKS
Judul Ibrani untuk kitab Mazmur adalah tehillim, yang berarti "puji-
pujian". Kitab Mazmur adalah bagian dari Alkitab yang merupakan
kitab nyanyian dan doa. Nyanyian dan doa-doa bersifat pribadi dan
nasional. Beberapa diantaranya menggambarkan perasaan seseorang
yang paling dalam, sedangkan lainnya menyatakan kebutuhan dan
perasaan seluruh umat Allah.
Mazmur 30 merupakan Mazmur Daud:
1. Mazmur ini dinyanyikan Daud untuk pentahbisan bait Allah
56
2. Rasa syukur Daud yang ia ungkapkan dengan nyata karena Allah
menyelamatkannya dari musuh-musuhnya, ia mengatakan Allah
menariknya ke atas dan tidak memberikan kesempatan pada musuh-
musuhnya untuk bersukacita
3. Daud berseru kepada Allah untuk mendapatkan pertolongan, dan Allah
menjawab dengan memberikan pertolongan padanya, ia merasakan
pertolongan Allah memberikan kesembuhan baginya. Kesembuhan
yang dimaksud ialah keselamatan dari musuh-musuhnya.
4. Dalam ayat ini ada kalimat mengangkat aku dari dunia orang mati,
maksudnya ialah Tuhan menyelamatkannya dari kematian, sementara
kalimat menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang
kubur adalah keselamatan yang Tuhan berikan karena jika tidak
demikian ia tetap mati
5. Anjuran untuk memuliakan Tuhan, jika merasa sangat dikasihi oleh-
Nya
6. Bahasa yang puitis dalam ayat ini ingin menyatakan bahwa berbagai
penderitaan yang ada hanyalah sesaat, tapi sukacita yang berasal dari
Allah akan berlangsung lama
7. Adanya tekad untuk mempertahankan iman, karena sukacita yang
berasal dari Allah
8. Pengakuan bahwa segala yang ia capai adalah karena Tuhan berkenan
kepadanya, tetapi ia tidak memiliki kemampuan dalam menghadapi
pergumulan, jika Tuhan tidak menolongnya
“TUHAN, oleh karena Engkau berkenan, Engkau telah
menempatkan aku di atas gunung yang kokoh; ketika Engkau
menyembunyikan wajah-Mu, aku terkejut”.
9-11. Daud benar-benar menyadari bahwa tanpa Tuhan yang
memberikan pertolongan dan keselamatan, maka ia tidak akan merasakan
sukacita yang membawanya untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan
12-13 Rasa suka-cita Daud yang telah mendapatkan pertolongan dari
Tuhan dan karena suka-citanya tersebut ia menaikan puji-pujian kepada
Tuhan.
Pendahuluan
Ungkapkan pada jemaat tema yang diberikan oleh sinode yaitu BELAS
KASIHAN YANG MENYEMBUHKAN. Tanyakan kepada 3 atau 4 jemaat
yang hadir tentang bagaimana rasanya menderita? Himpun jawaban-
jawaban mereka dan susul dengan pertanyaan bagaimana mereka
mengatasi penderitaan tersebut? Ingat semua jawaban mereka dan
arahkan bahwa semua itu adalah karena belas kasih dari Allah.
Penutup
- Simpulkan perpaduan antara keadaan Daud dan keadaan Jemaat saat
ini terutama ketika terlepas dari pergumulan/penderitaan
- Ajaklah jemaat untuk selalu merasakan belas kasih Allah dalam
kehidupannya dengan cara meningkatkan kwalitas kehidupan
spiritualnya.
***
59
Contoh Khotbah Jadi
12 Pebruari 2012
62
***
Tujuan :
Jemaat mengetahui peristiwa transfigurasi (perubahan rupa).
Jemaat dapat bersaksi tentang kemuliaan Kristus.
PENJELASAN TEKS
Markus 9: 2-9
Setelah Yesus mulai mengajarkan bahwa Anak Manusia (gelar yang Dia
pakai untuk menunjuk kepada diri-Nya) “harus menanggung banyak
penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli
Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari” (8:31), para murid
terguncang. Mereka beranggapan bahwa Yesus menjadi tidak mulia jika
Dia harus menderita dan mati.
Menanggapi hal tersebut, Yesus kemudian membawa perwakilan dari
mereka yakni Petrus, Yakobus, dan Yohanes ke sebuah gunung yang
63
tinggi. Di gunung itu Yesus menampakkan kepada mereka kemuliaan
yang telah dimiliki-Nya; kemuliaan yang tidak akan berkurang, apalagi
hilang sekalipun Dia menempuh jalan penderitaan dan kematian. Di
depan mata mereka, Dia berubah rupa dan pakaian-Nya sangat putih
berkilauan. Tidak ada tukang cuci di dunia yang dapat memutihkan
pakaian sampai seputih itu. Agaknya narator hendak menyampaikan
pesan bahwa Yesus menampilkan kemuliaan ilahi (bdk. Mzm 50:2).
Kemudian, tampak pula Elia bersama dengan Musa sedang bercakap-
cakap dengan Yesus. Ini meneguhkan jatidiri Yesus sebagai Mesias yang
kedatangan-Nya didahului oleh Elia dan yang akan menggenapi hukum
Taurat yang dulu diterima oleh Musa.
Akan tetapi, adegan percakapan Elia dan Musa dengan Yesus tadi tidak
berlangsung lama. Usulan Petrus untuk menahan kedua nabi besar ini
lebih lama dengan mendirikan kemah tidak ditanggapi. Cerita segera
berlanjut dengan adegan yang boleh dibilang merupakan klimaks/puncak
cerita yaitu datangnya awan menaungi Petrus, Yakobus, dan Yohanes dan
terdengarnya suara Allah (Bapa): “Inilah Anak-Ku yang terkasih,
dengarkanlah Dia”.
Dengan adanya suara dari Allah Bapa itu menjadi jelaslah bahwa
kemuliaan yang dimiliki dan saat itu ditampakkan oleh Yesus adalah
kemuliaan sebagai Anak Allah; kemuliaan yang membuat Dia layak
untuk didengarkan. Kemuliaan ini jelas melebihi kemuliaan yang dulu
diterima oleh Elia dan juga Musa. Dan supaya ketiga murid itu tidak
sekedar menyamakan kedudukan Yesus dengan Musa atau Elia, dibuatlah
penampakan kedua nabi besar ini segera berlalu.
Pada akhir cerita, ketiga murid itu tidak melihat seorang pun lagi kecuali
Yesus. Di sini keilahian Yesus kembali tersembunyi. Keilahian ini baru
akan dinyatakan lagi ketika Dia bangkit dari antara orang mati.
Dalam terang kebangkitan yang didahului oleh penderitaan dan kematian
itulah penampakan kemuliaan Yesus harus dipahami. Itulah sebabnya
ketika turun gunung Yesus berpesan kepada ketiga murid tadi “supaya
mereka jangan menceritakan apa yang telah mereka lihat itu sebelum
Anak Manusia bangkit dari antara orang mati”.
64
- Hari ini, gereja kembali merayakan Minggu Transfigurasi sebagai
puncak dari Masa Epifania (artinya: “penampakan” dalam hal ini
“penampakan Yesus”) dan sekaligus pengantar sebelum memasuki
Masa Pra Paskah.
- Terkadang, atau bahkan sering, saudara-saudara Muslim
mempertanyakan, atau bahkan menyerang keyakinan kita akan
keilahian Yesus.
- Orang-orang postmodern lebih mengutamakan pengalaman iman/
pengalaman spiritual dari pada pengetahuan.
Pendahuluan
Pengkotbah menyampaikan kepada jemaat bahwa bukan kebetulan
hari ini dibahas tentang peristiwa transfigurasi. Dalam kalender
gerejawi, hari ini adalah hari Minggu Transfigurasi yang adalah
puncak dari Masa Epifania (artinya: “penampakan” <dalam hal ini
penampakan Yesus>; dimulai dengan hari raya Epifania <peringatan
kedatangan orang-orang Majus untuk menyembah Yesus>, kemudian
diikuti dengan Minggu Pembaptisan Tuhan dan Minggu-Minggu Biasa
<untuk menapak tilas kisah pelayanan Yesus>) dan sekaligus
pengantar sebelum memasuki Masa Pra Paska (diawali dengan Rabu
Abu).
Mengingatkan jemaat bahwa setiap ibadah Minggu kita mengikrarkan
pengakuan iman yang antara lain menyatakan kepercayaan kepada
Yesus Kristus sebagai Anak Allah, Tuhan. Ini bukan sekedar dogma
(ajaran) tetapi juga doksa (pujian; nyanyian kemuliaan)
Mengemukakan pertanyaan yang terkadang, atau bahkan sering
diajukan oleh saudara-saudara Muslim: “Kalau Dia Tuhan, kenapa Dia
mati?” “Bagaimana bisa Dia dikatakan mulia kalau hidup-Nya
berakhir dengan cara yang hina?”
Isi
65
Pengkotbah menjelaskan bahwa dasar utama kepercayaan akan
kemuliaan Yesus Kristus sebagai Anak Allah, sebagai Tuhan adalah
peristiwa kebangkitan. Dalam terang kebangkitan tersebut kita bisa
merunut mundur antara lain ke peristiwa transfigurasi.
Menceritakan transfigurasi menurut Injil Markus (lihat tafsiran di
atas)
Menjelaskan kepada jemaat bahwa saat ini pun kita ‘melihat’
(dengan mata iman) kemuliaan Kristus. Sudah sepantasnya kita
menjadi murid yang senantiasa mendengarkan Dia. Sudah
sewajarnya jika kita memberitakan Injil tentang kemuliaan-Nya itu.
Pengkotbah diberikan kesempatan menggali dan mengungkapkan
isu-isu terkini yang ada hubungannya dengan teks Alkitab ini.
Penutup
Pengkotbah mengakhiri khotbah dengan pujian kepada Yesus Kristus
tanpa memisahkannya dari Allah Bapa dan Roh Kudus. Contoh:
“Dimuliakanlah Tuhan kita Yesus Kristus bersama Allah Bapa dan
Roh Kudus, kini dan terus. Amin.”
66
benar puncak adalah nanti pada waktu Paska dan sebelum sampai ke sana
kita perlu ‘turun gunung’ dulu dan melewati lebih dahulu Masa Pra
Paska. Dalam masa Pra Paska ini kita akan kembali merendahkan diri
(ditandai dengan abu yang akan dioleskan di dahi kita besok Rabu serta
aksi puasa empat puluh hari) dan menghayati kembali penderitaan Yesus.
Penderitaan Yesus itu tidak mengurangi, apalagi menghilangkan
kemuliaan-Nya sebagai Anak Allah, sebagai Tuhan.
Setiap kali ibadah Minggu kita mengikrarkan pengakuan iman. Kita ingat
bahwa isinya antara lain adalah kepercayaan kepada Yesus Kristus
sebagai Anak Allah, Tuhan yang menderita. Ini (seharusnya) bukan
sekedar dogma (ajaran) melainkan juga doksa (pujian; nyanyian
kemuliaan). Ya, ketika mengikrarkan pengakuan bahwa Yesus Kristus
adalah Anak Allah, Tuhan, hati kita seharusnya memuliakan Dia; bukan
karena Dia kurang mulia sehingga harus kita muliakan sehingga menjadi
lebih mulia tetapi justru karena Dia sungguh-sungguh mulia.
Akan tetapi, adegan percakapan Elia dan Musa dengan Yesus tadi tidak
berlangsung lama. Usulan Petrus untuk menahan kedua nabi besar ini
lebih lama dengan mendirikan kemah tidak ditanggapi. Cerita segera
berlanjut dengan adegan yang boleh dibilang merupakan klimaks/puncak
cerita yaitu datangnya awan menaungi Petrus, Yakobus, dan Yohanes dan
terdengarnya suara Allah (Bapa): “Inilah Anak-Ku yang terkasih,
dengarkanlah Dia”.
Pada akhir cerita, ketiga murid itu tidak melihat seorang pun lagi kecuali
Yesus. Di sini keilahian Yesus kembali tersembunyi. Keilahian ini baru
akan dinyatakan lagi ketika Dia bangkit dari antara orang mati.
Dimuliakanlah Tuhan kita Yesus Kristus bersama dengan Allah Bapa dan
Roh Kudus, kini dan terus. Amin. (Agung)
69
UsulanAyat-ayat dan Lagu-lagu
1. Ny Pembukaan : KJ. 3:1dan 3
2. Nats Pembimbing : 2 Korintus 4:6
3. Ny Pujian : PKJ. 2
4. Berita Anugerah : Yohanes 1:14
5. Ny Peneguhan : KJ. 367:1-3
6. Ny Responsoria : PKJ. 197:1
7. Nats Persembahan : Ibrani 13:5-6
8. Ny Persembahan : PKJ. 146:1 dstnya
9. Ny Penutup : KJ. 426:1-2
***
Rancangan Kotbah 03 Juni 2012
Minggu Trinitas 1
Warna Putih
Bacaan Leksionari:
Mazmur 29; Roma 8: 12-17; Yohanes 3: 1-17
Bahan Khotbah: Yesaya 6: 1-8
PENJELASAN TEKS
Kitab Nabi Yesaya terbagi tiga bagian yaitu bagian pertama berasal dari
seorang nabi yang bekerja pada masa Yotam, Ahas dan Hizkia. Bagian
kedua adalah Deuteru-Yesaya ditulis pada masa pembuangan di Babylon
dan bagian yang ketiga, yaitu Trito-Yesaya ditulis sesudah masa
pembuangan di Babylon. Dalam pasal 29 adalah bagian yang pertama.
70
Nabi Yesaya dapat dikatakan Nabi yang paling penting pada masa-masa
Raja-raja Yahuda dan menitikberatkan kepercayaan kepada Allah,
walaupun dalam keadaan yang sulit. Dia tidak hanya berkotbah bagi raja-
raja saja tetapi Dia juga aktif dibidang politik. Dia menggunakan dua
kata yang penting untuk “Allah” yaitu pertama “Yahwe Sebaot “ yang
artinya adalah Tuhan semesta Alam, yang berarti Yahwe mempunyai
segala kuasa dilangit dan di bumi. Yang kedua Kadosy Israel yang
berarti Sang Kudus Israel. Dengan demikian Yesaya sudah menekankan
pada kekudusan Allah di dalam penglihatan panggilanya. Dengan itu
Yahwe menyatakan diriNya sebagai yang duduk di atas tahtaNya dengan
dikelilingi oleh seraphim.
Pengetahuan akan kekudusan Allah membuka matanya terhadap realitas
dosa bangsa Israel dan terhadap hukuman yang akan datang dari Allah.
Dan Yesaya menantikan Mesias dari keturunan Daud.
TAFSIRAN PORIKOP
Ayat : 1. Raja Uzia meninggal sesudah pemanggilan Yesaya. Dengan
kematian Raja Uzia mempunyai arti penting selain sudah
tidak berkuasa lagi atas bangsa Israel, Ia meninggal sebagai
penderita penyakit kusta, karena ia mencemooh kekudusan
Allah ketika punya kekuasaan sebagai Raja, ia menjadi
sombong, atau tinggi hati dan tidak setia kepada Tuhan Allah.
Ayat : 2. “Serafim “berarti yang menyala-nyala, dalam ayat ini
menekankan kekudusan Allah. Dalam kehadiranNya sangat
menyilaukan, setiap orang berdosa tidak layak melihat Dia.
Dan tidak untuk dilihat.
Ayat : 3. Nyanyian bersahut-sahutan hal ini menyuarakan atau
menggemakan sifat, nama, dan kekuasaan Allah dalam
semesta Alam Kemuliaan-Nya ialah sinar yang memancar
dari keberadaanNya yaitu kekudusanNya tidak hanya kepada
orang Israel tetapi seluruh bumi, implikasinya kemuliaanNya
adalah sampai hal pengahakiman dan keselamatan (penuh).
72
Yang Esa maka mereka akan mengasihiNya. Dan percaya
kepadaNya
Setelah itu pengkotbah masuk pada isi kotbah mengajak memahami
kembali tentang Tuhan Allah yang selama ini telah kita percaya
dalam setiap kehidupan kita. Dengan pengalaman Yesaya .Jelaskan
porikop tentang Yesaya yang mendapatkan penglihatan tenatang
pribadi Allah. Ada yang bisa kita pahami secara akal pikiran
manusia tetapi ada pribadi Allah yang tidak bisa di pahami oleh akal
manusia yaitu misteri. Allah yang penuh misteri itu telah berkarya
dalam kehidupan bangsa Israel dan Yesaya adalah pribadi yang telah
merasakan kedahsyatan, kekuasaan, kemuliaan dan kekudusan Allah.
Yesaya dipanggil dan diutus untuk hidup setia dengan Allah.
Panggilan Yesaya merupakan panggilan kita atau GKSBS. Jelaskan
akhibat dari kurangnya mengahayati tentang Allah hubungkan
dengan konteks masa kini.
Khotbah diakhiri dengan mengajak jemaat untuk terus belajar
memahami dan mengahayati tentang pribadi Allah secara penuh,
baik yang dapat kita pahami maupun yang mesteri bagi kita.
Selanjutnya jemaat diajak berkometmen bersama untuk setia kepada
Tuhan Allah yang memanggilnya.
PUJIAN
Pujian Panggilan PKJ 13 : 1- 3
Pujian Peneguhan PKJ 2
Pujian Kesanggupan KJ 427 : 1-2
Pujian Responsria PKJ 177 : 1-2
Pujian Persembahan PKJ 147 : 1-
Pujian Pengutusan KJ 410 : 1-2.
73
***
76
***
Tujuan:
Jemaat tetap setia mengikut dan melayani Kristus.
Jemaat memiliki kesadaran bahwa kemuliaan kekal akan diperoleh
dalam Kristus.
PENJELASAN TEKS
77
Paulus memiliki semangat pelayanan yang luar biasa karena panggilan
pelayanannya diperoleh bukan atas jasa-jasa atau perbuatan–perbuatan
baik yang dilakukannya, melainkan karena kasih karunia Allah semata.
Ayat 13-14: Paulus mempercayai akan kebangkitan Tuhan Yesus, maka
dia memperkatakannya/mengungkapkannya kepada Jemaat di Korintus.
Dia tidak dapat menyimpannya bagi diri sendiri tetapi ingin orang lain
mengerti dan ikut diberkati juga. Sekalipun dia harus menderita sampai
mati seperti Kristus dalam melayani, Paulus percaya bahwa Bapa yang
telah membangkitkan Kristus akan membangkitkannya juga. Dia percaya
bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya. Kristus akan
membawanya bersama saudara- saudara seiman lainnya menghadap Bapa
di surga.
Ayat 15: Demikian banyak orang yang mempercayai apa yang dilakukan
Kristus sesuai dengan pemberitaan Paulus sehingga orang mengucap
syukur atasnya dan memuliakan Allah.
Ayat 16: Sekalipun secara alamiah dan karena berbagai penderitaan berat
tanpa akhir (2 Kor.11:23-29), tubuh jasmani semakin lemah bahkan mati.
Paulus tidak putus asa, karena di sisi lain secara rohani Kristus memberi
kuasa untuk dibaharui terus-menerus dalam pikiran, perasaan dan
kehendak yang makin menyerupai Kristus sampai kehidupan kekal.
Pasal 4:17-5:1 Penderitaan ringan yang sekarang ini…..kemuliaan
kekal. Penderitaan berat dan berkepanjangan di bumi ini menjadi sangat
ringan dan hanya bersifat sementara dibandingkan dengan kemuliaan
kekal di dalam surga ( band.Roma 8:18). Karena penderitan itu haya
bersifat sementara, selama tinggal di bumi ini saja, maka perhatian
Paulus difokuskan pada hal- hal yang tidak kelihatan dan berifat kekal
(band.Ib.11:1). Jika kemah… di bumi ini. Kemah di bumi di bongkar,
artinya tubuh jasmani mati, kita akan diberi tubuh yang baru, yang tidak
dibuat oleh tangan manusia, bersifat ilahi dan kekal.
Pendahuluan
Pengkotbah mengawali kotbahnya dengan membacakan lirik lagu yang
berjudul “SETIA SAMPAI MATI”: “Setia setialah setia sampai
mati,karena Tuhan Yesus setia sampai mati. Apakah jawabanmu tuk
kasih setiaNya. Setia setialah setia sampai mati.” Bila memungkinkan
Pengkotbah dapat mengajak jemaat untuk menyanyikan lagu tersebut.
Atau hal yang lain sesuai dengan apa yang dipandang sesuai menurut
pengkhotbah.
Isi:
Pengkotbah melanjutkan pendahuluan di atas dengan menjelaskan
beberapa pokok antara lain:
a. Paulus percaya akan kebangkitan Kristus oleh karena itu dia
memberitakannya kepada orang banyak.
b. Paulus tidak tawar hati menghadapi penderitaan karena dia yakin
bahwa dibalik penderitaan ada kemuliaan kekal.
79
c. Paulus memiliki keyakinan yang teguh bahwa segala penderitaan di
bumi ini akan berakhir dan Allah telah menyediakan tempat
kediaman di surga.
Penutup
Pengkotbah dapat mengakhiri Khotbah ini dengan mengajak jemaat agar
memiliki kemauan belajar melakukan apa yang telah dilakukan Paulus
bahwa panggilan melayani Kristus adalah panggilan yang indah dan
mulia. Kesadaran bahwa panggilan itu indah dan mulia, maka pasti ada
kerinduan untuk tetap setia meski ada banyak tantangan dan hambatan.
Pengkotbah dapat mengutip perkataan Paulus dalam 2 Kor.5:1 .
***
83
***
Tujuan:
1. Jemaat dapat mensyukuri kasih setia Tuhan dalam kehidupannya
2. Jemaat dapat menjadi orang benar dan bertumbuh dalam iman serta
menjadi berkat bagi sesamanya melalui tindakan nyata.
84
PENJELASAN TEKS
86
3. Pengalaman-pengalaman menunjukkan bahwa orang-orang yang
setia pada Tuhan hidupnya sungguh diberkati. Hidupnya penuh
sukacita dan damai sejahtera.
4. Masa tua bagi sebagian orang adalah masa yang sudah tak berguna
(merasa sudah tidak berharga/bernilai). Masa menunggu panggilan
Tuhan. Sementara masa tua mestinya merupakan kesempatan besar
untuk menyanyikan kesetiaan Tuhan, berbagi pengalamanNya
bersama Tuhan kepada anak-cucu (menjadi berkat).
Pendahuluan
1. Kotbah dimulai dengan mengajak jemaat menyanyikan lagu PKJ
138:1 “SetiaMu, Tuhanku, tiada bertara”. Dilanjutkan dengan sedikit
penjelasan bahwa “selaku orang beriman yang telah dijaga, dibela
dan dipelihara Tuhan tidak ada alasan bagi kita untuk tidak
mengekspresikan kasih setia Tuhan pada kita. Pengekspresian kasih
Tuhan bisa dalam bentuk puji-pujian, bisa dengan berbagi cerita
pengalaman baik bersama dengan Tuhan kepada sesama.
2. Pengkotbah bisa memulai dengan pertanyaan kepada jemaat
“Apakah menurut saudara orang benar selalu dihambat dan
dipersulit, sementara orang jahat sepertinya baik-baik saja bahkan
hidupnya makin hari makin sukses?”
3. Pengkotbah dipersilakan memilih salah satu dari saran pendahuluan
di atas atau membuat pendahuluan sendiri yang menolong
pengkotbah dan jemaat untuk masuk ke pokok-pokok pesan
(Penjelasan Teks).
Isi kotbah
1. Pengkhotbah menjelaskan pada jemaat, bahwa pemazmur mengajak
dirinya dan tentu pendengarnya (umat) untuk memiliki waktu khusus
dalam menghayati dan mensyukuri pemeliharaan dan kasih setia
Tuhan dalam hidup pribadi maupun rumah tangga. Bagi pemazmur
itu merupakan tindakan/sikap yang baik.
87
2. Orang benar akan bertunas seperti pohon korma yang tumbuh di
padang pasir dan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon. Tahan
terhadap goncangan, badai apapun.
3. Meskipun sudah termakan usia, orang benar ternyata masih bisa
menjadi berkat (berbuah, menjadi gemuk dan segar) bagi orang lain.
4. Pengkotbah bisa juga menemukan pesan teologis lain dari bacaan ini
dan bisa ditambahkan lagi dalam bagian isi kotbah.
5. Setelah itu pengkotbah membawa jemaat kepada Konteks Masa Kini
(lihat di atas) dan bisa ditambahkan yang sesuai dengan jemaat
masing-masing atau isu yang sedang berkembang.
Penutup
Kotbah ditutup dengan memberikan apresiasi kepada jemaat yang hidup
sebagai orang benar, selalu ada waktu untuk bersaat teduh, merefleksikan
kesetiaan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesamanya. Memberikan
apresiasi kepada jemaat yang tetap berdiri teguh dalam iman kepada
Tuhan meskipun dunia dihantam gelombang masalah. Memberikan
apresiasi kepada jemaat bahwa meskipun diantara kita sudah ada yang
lanjut usia maka jadilah teladan yang baik dan jadilah berkat bagi anak-
cucu.
Berikan motivasi pada mereka yang sudah tua bahwa mereka itu berharga
bagi anak-cucu dan terlebih bagi Tuhan.
Contoh Kotbah Jadi
17 Juni 2012
88
pertanyaan: Apakah lebih baik kita melepaskan iman kita saja lalu ikut
menjadi orang jahat? Apa Tuhan setia dalam janjinya?
Kasih setia Tuhan diharapkan di waktu pagi ketika orang mengawali hari
dan memberitakan kasih setia Tuhan di waktu malam ketika orang
mengakhiri hari. Sebab kasih setia Tuhan berlaku setiap saat, tanpa akhir.
89
Ucapan syukur adalah jalan terbuka menuju kuasa Tuhan atau kekuatan
untuk mengaktifkan iman. Jadi, iman selalu bekerja sama dengan ucapan
syukur. Alangkah indahnya hidup ini jikalau hati kita selalu berlimpah
ucapan syukur. Ketika kita mengucap syukur kepada Tuhan, kita sedang
disadarkan akan kasih setia Tuhan itu bagi kita. Bila hati dan pikiran kita
hanya fokus pada persoalan akan membawa kita kepada keputusasaan
dan kekecewaan. Sebaliknya bila kita mengarahkan pandangan kepada
Tuhan, iman dan pengharapan kita kepada Tuhan semakin bertumbuh.
Semakin banyak bersyukur, semakin subur pula iman kita, semakin besar
pula pengharapan kita untuk mengalami dan menikmati berkat Tuhan.
Memang tidak mudah untuk mengucap syukur di segala keadaan.
Tatkala segala sesuatu berjalan dengan baik, sehat, bisnis lancar, jabatan
nyaman dan sebagainya, kita dapat mengucap syukur dengan limpahnya.
Namun tatkala kita menghadapi situasi yang buruk, penderitaan, sakit
penyakit, dapatkah kita tetap mengucap syukur? Hendaklah kita
senantiasa mengucap syukur dalam segala hal, karena itulah yang
dikehendaki Tuhan bagi kita.
90
Menurut Mazmur 92 tadi, salah satu ciri orang benar adalah Firman
Tuhan menjadi makanannya. Ini membuatnya bertumbuh sehat dari tahun
ke tahun. Hasilnya? Setelah menjadi tua, ia tetap dapat berbuah manis
sekalipun tubuh makin renta dan sakit-penyakit melanda. Ketika
kecantikan fisik memudar, kecantikan batin makin nampak. Ia puas
terhadap Tuhan. Ia tidak menuduh Tuhan curang (ayat 16), sehingga
dapat bersaksi tentang kebaikan-Nya. Sebaliknya, orang tak beriman
digambarkan seperti tumbuh-tumbuhan yang tak berbuah (ayat 8).
Bertambahnya usia membuat hati mereka menjadi makin pahit, bukan
makin manis. Tumpukan persoalan, dendam, dan kekecewaan memenuhi
hati. Bagi mereka, masa tua menakutkan dan menyedihkan.
Cobalah periksa; dari tahun ke tahun, hidup Anda makin manis atau
makin pahit? Makin kuat iman atau lemah iman? Makin suka bersyukur
atau mengeluh? Makin puas dengan Tuhan dan sesama, atau makin
kecewa? Makin mudah mengampuni atau makin menumpuk dendam?
Tanamlah diri Anda di Bait Tuhan. Serap dan taati firman-Nya. Hidup
saudar pun akan berbuah manis bagai buah korma dan tetap kuat dalam
terpaan angin persoalan bagai pohon aras. Orang yang tumbuh didalam
Tuhan walaupun dalam keadaan apapun ia tetap terpelihara.
91
Marilah kita senantiasa bersyukur kepada Tuhan setiap saat atas anugerah
keselamatan melalui anak-Nya Yesus Kristus, untuk kasih karunia dan
kesetiaannya dalam menuntun dan memelihara kita. Teruslah bertumbuh
dalam iman dan menjadi naungan bagi sesama melalui tindakan-tindakan
nyata. Hadapi hidup ini dengan optimis dan senyuman. Hidup ini adalah
berkat istimewa dari Tuhan. Tuhan memberkati. Amin.
***
PENJELASAN TEKS
Jika kita mulai membaca dari pasal 1, kita akan mendapat gambaran
bahwa sajak-sajak yang ada dalam Kitab Ratapan ini berisi keluhan ratap
yang sangat pilu. Ratapannya sangat menyayat hati dan menggambarkan
kepedihan yang sangat. Lihat saja dalam Pasal 1 ayat 1-2, 12-13, 16, 20,
pasal 3: 1-20 dst… ada kata-kata :”….Karena inilah aku menangis,
mataku mencucurkan air (ayat 16), Ya Tuhan, lihatlah betapa besar
ketakutanku;betapa gelisah jiwaku..(ayat 20) dan masih banyak lagi
ungkapan-ungkapan penderitaan. Penulis kitab ini merasakan penderitaan
yang teramat sangat dan ia luapkan dalam bentuk syair ratapan kepada
Tuhan. Apakah yang ia gelisahkan dan ratapi? Penulis kitab ini hidup
dalam masa yang sangat sulit dalam sejarah kerajaan Yehuda. Kehidupan
berat yang dialami rakyat Yehuda muncul setelah ada penindasan bangsa
asing, yaitu Mesir dan kemudian Babel yang berpuncak pada
pembuangan ke Babel dan penghancuran Bait Allah di Yerusalem.
Bangsa yang dulu besar dan jaya, kini porak poranda. Melalui ratapan
ini, penulis mengungkapkan bahwa apa yang terjadi dalam kehidupan
bangsa Yehuda saat itu karena murka Tuhan kepada umatnya yang hidup
dalam kejahatan, contohnya pada zaman raja Manasye, kakek raja Yosia
(pasal 2 bandingkan dengan 2 Raja-raja 21:11-15). Hal inilah yang
menjadi pokok pikiran dalam ratapan penulisnya.
Belum lagi kehidupan pribadi penulisnya yang juga ikut menderita akibat
penghukuman Tuhan (pasal 3). Semua pengalaman yang ia lihat dan
alami ini membuatnya berseru kepada Tuhan. Penulis meyakini bahwa
94
dalam kemurkaan Tuhan yang menyala-nyala itu dan dalam penderitaan
yang ia alami, Tuhan tetaplah Tuhan yang penuh kasih, penolong dan
adil. Dalam pasal 3:21-33, penulis meyakini bahwa Kasih Tuhan tidak
akan pernah berkesudahan, tidak selamanya Tuhan akan menghukum
umatNya, seperti yang tertulis dalam ayat 32,” walaupun Ia
mendatangkan susah, Ia menyayangi menurut kebesaran kasih setiaNya.”
Penulis meyakini betul bahwa ukuran keadilan dan kasih Allah tidaklah
sama seperti yang dipikirkan oleh manusia. Jadi ukurannya adalah kasih
setia Tuhan dan bukan manusia, oleh karena itu ada pengharapan yang
luar biasa yang ia sampaikan di tengah-tengah ratapannya itu, yaitu
bahwa Tuhan pasti akan menolong, menantikan dan terus berharap hanya
kepada Tuhan, yang maha segalanya (lihat ayat ke 37, Siapa berfirman,
maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang memerintahkannya.) Dalam
sejarah perjalanan bangsa Israel, harapan dan pengakuan akan kasih
Tuhan ini kemudian terbukti dengan dipulangkannya orang buangan ke
Yerusalem setelah 70 tahun ditanah Babel.
Ada pelajaran yang menarik yang kita dapatkan dengan membaca kitab
Ratapan ini, yaitu yang pertama, bahwa dalam setiap kejadian krisis yang
kita hadapi, baik secara pribadi atau secara komunal, manusia diajak
untuk berefleksi, mengapa Tuhan mengijinkan ia/suatu bangsa
mengalami krisis. Yang kedua, adalah bukan sebuah dosa apabila kita
meratap kepada Tuhan akan semua kepedihan yang kita alami. Namun,
ratapan dari dalam hati yang mengungkapkan kepedihan hati ini, bukan
ratapan keputusasaan dengan menyalahkan Tuhan, tetapi menyerahkan
semuanya dalam tangan Tuhan yang maha adil. Mencurahkan isi hati ini
sangat penting untuk melepaskan stress yang kita alami saat menghadapi
krisis. Mencurahkan hati kepada Tuhan didasari kepada pengharapan dan
iman, bahwa Allah yang mengijinkan kita melewati krisis ini adalah
Allah yang setia, penolong dan adil yang menyayangi kita menurut kasih
setiaNya yang besar.
Pendahuluan
Khotbah diawali dengan koteks masa kini. Contoh-contoh krisis yang
dihadapi oleh jemaat dan masyarakat secara umum. Lalu pengkhotbah
mengajak jemaat untuk mendiskusikan cara-cara orang dalam
memandang krisis dan menghadapi krisis itu.
(Pengkotbah diberikan kesempatan untuk menemukan dan
mengungkapkan isu-isu terkini yang berkembang baik di dalam gereja
maupun masyarakat saat ini yang ada hubungannya dengan Teks Alkitab
ini)
Isi
Pengkotbah menyampaikan latar belakang Kitab Ratapan, ketika kerajaan
Yehuda mengalami Krisis dan begitu hebatnya krisis itu, sampai-sampai
penulisnya mencucurkan airmata dan meratap kepada Tuhan. Sampaikan
96
pelajaran apa yang bisa didapatkan dari Kitab Ratapan ini.
Penutup
Di bagian ini, pengkhotbah meneguhkan jemaat untuk tetap teguh
beriman dan berharap kepada Kristus walaupun sedang menghadapi
krisis.
97
Bapak ibu dan saudara/i,
Sungguh miris berita seperti ini sebenarnya, tetapi itulah kenyataan yang
ada dalam kehidupan di sekitar kita. Jika kita diminta pendapat mengenai
orang yang bunuh diri tentu saja kita tidak akan setuju dan secara cepat
terkadang kita mengatakan bahwa orang itu tidak mempunyai iman.
Namun, pertanyaannya adalah pernahkah kita mengalami suatu
masalah/peristiwa yang begitu memilukan hingga kita merasa sangat
tidak berdaya? Kejadian demikian ini kita sebut sebagai krisis yang bisa
membuat orang merasa sangat tertekan/stress. Menurut penelitian para
ahli psikologi, stress tidak mengenal batasan umur, jenis kelamin maupun
tingkat pendidikan. Stress bisa menimpa anak-anak, remaja maupun
orang dewasa/lansia. Orang yang berpendidikan ataupun tidak. Bahkan
stress juga tidak hanya dimiliki oleh orang miskin saja, orang-orang yang
kaya juga bisa mengalami stress. Itu artinya semua dari kita berpotensi
atau bisa saja mengalami stress. Masalah yang menimpa orang akan
ditanggapi dengan berbeda-beda, oleh karena itu tingkat orang mencapai
titik stress juga berbeda-beda. Mungkin kita berpikir masalah yang
dihadapi orang lain tidak begitu berat, tetapi bisa saja menurut orang itu,
masalah yang ia hadapi sungguh sangat menekan.
Dari pengalaman saudara/i tentu akan ditemukan banyak hal yang bisa
menjadi pilihan untuk dilakukan saat menghadapi krisis. Kali ini kita
akan belajar dari salah satu bagian Alkitab yang tertulis dalam kitab
Ratapan. Dalam kitab Ratapan, kita juga mendapat gambaran bahwa
orang yang menulisnya juga sedang mengalami masalah yang hebat
sekali. Jika kita mulai membaca dari pasal 1, kita akan mendapat
gambaran bahwa sajak-sajak yang ada dalam Kitab Ratapan ini berisi
keluhan ratap yang sangat pilu. Ratapannya sangat menyayat hati dan
menggambarkan kepedihan yang sangat. Lihat saja dalam Pasal 1 ayat 16
dan 20 ada kata-kata :”….Karena inilah aku menangis, mataku
mencucurkan air,…..Ya Tuhan, lihatlah betapa besar ketakutanku;betapa
gelisah jiwaku….” dan masih banyak lagi ungkapan-ungkapan
penderitaan yang ditulis oleh penulisnya. Penulis kitab ini merasakan
penderitaan yang teramat sangat dan ia luapkan dalam bentuk syair
ratapan kepada Tuhan. Apakah yang ia gelisahkan dan ratapi? Penulis
kitab ini hidup dalam masa yang sangat sulit dalam sejarah kerajaan
Yehuda. Kehidupan berat yang dialami rakyat Yehuda muncul setelah ada
penindasan bangsa asing, yaitu Mesir dan kemudian Babel yang
berpuncak pada pembuangan ke Babel dan penghancuran Bait Allah di
Yerusalem. Bangsa yang dulu besar dan jaya, kini porak poranda. Melalui
ratapan ini, penulis mengungkapkan bahwa apa yang terjadi dalam
kehidupan bangsa Yehuda saat itu karena murka Tuhan kepada umatnya
yang hidup dalam kejahatan.
Belum lagi kehidupan pribadi penulisnya yang juga ikut menderita akibat
penghukuman Tuhan (pasal 3). Semua pengalaman yang ia lihat dan
alami ini membuatnya berseru kepada Tuhan. Namun dalam ratapannya
itu, Ia juga meyakini bahwa dalam kemurkaan Tuhan yang menyala-
nyala itu, Tuhan tetap adalah Tuhan yang penuh dengan kasih, penolong
dan adil. Dalam pasal 3:21-33, penulis meyakini bahwa Kasih Tuhan
tidak akan pernah berkesudahan, tidak selamanya Tuhan akan
menghukum umatNya, seperti yang tertulis dalam ayat 32,” karena
walau Ia mendatangkan susah, Ia menyayangi menurut kebesaran kasih
99
setiaNya.” Penulis meyakini betul bahwa ukuran keadilan dan kasih
Allah tidaklah sama seperti yang dipikirkan oleh manusia. Jadi
ukurannya adalah kasih setia Tuhan dan bukan manusia, oleh karena itu
ada pengharapan yang luar biasa yang ia sampaikan di tengah-tengah
ratapannya itu, yaitu bahwa Tuhan pasti akan menolong, menantikan dan
terus berharap hanya kepada Tuhan, yang maha segalanya (lihat ayat ke
37, Siapa berfirman, maka semuanya jadi? Bukankah Tuhan yang
memerintahkannya.) Dalam sejarah perjalanan bangsa Israel, harapan
dan pengakuan akan kasih Tuhan ini kemudian terbukti dengan
dipulangkannya orang buangan ke Yerusalem setelah 70 tahun ditanah
Babel.
Ada pelajaran yang menarik yang kita dapatkan dengan membaca kitab
Ratapan ini, yaitu yang pertama, bahwa dalam setiap kejadian krisis yang
kita hadapi, baik secara pribadi atau secara komunal, manusia diajak
untuk berefleksi, mengapa Tuhan mengijinkan ia/suatu bangsa
mengalami krisis. Ini adalah hal yang sulit, bagaimana mau berefleksi,
mikir aja nggak bisa? Tapi inilah yang sebenarnya, saat kita stress,
tingkat emosi kita sedang tinggi dan seringkali tidak terkontrol.
Bagaimana cara menanggulanginya? Caranya adalah dengan berpikir!
Mencoba mengambil jarak dari apa yang sedang kita hadapi dan berusaha
merenungkan kembali apa yang sedang kita hadapi. Sulit memang oleh
karena itu, di sini dibutuhkan kuasa dari Tuhan untuk memampukan kita
bisa melakukannya. Terkadang, ada juga pandangan lain dari beberapa
orang yang mengatakan bahwa semua yang terjadi adalah kehendak
Tuhan dan kita hanya bisa menjalaninya. Namun, karena terlalu
berserah, terkadang kita tidak mau belajar dari pengalaman hidup kita
sehingga masalah yang sama terkadang selalu menghampiri hidup kita.
Dengan mau merefleksikan pengalaman dan masalah yang kita hadapi,
kita akan belajar menjadi bijaksana seraya terus belajar untuk menjadi
lebih baik.
Dan pelajaran yang kedua, selain kita “berefleksi dari pengalaman kita”
adalah belajar untuk mengungkapkan/mencurahkan hati, entah itu kepada
orang yang kita percayai dan juga terutama kepada Tuhan. Bukan sebuah
dosa apabila kita meratap kepada Tuhan akan semua kepedihan yang kita
alami. Namun, ratapan dari dalam hati yang mengungkapkan kepedihan
100
hati ini, bukanlah ratapan keputusasaan dengan menyalahkan Tuhan,
tetapi menyerahkan semuanya dalam tangan Tuhan yang maha adil.
Mencurahkan isi hati ini sangat penting untuk melepaskan stress yang
kita alami saat menghadapi krisis. Bercerita kepada orang lain adalah
cara yang baik apabila kita memang benar-benar mempercayai orang itu,
tetapi terkadang kita harus hati-hati karena tidak semua orang bisa kita
percayai. Jadi, bercerita dan meratap yang paling tepat memang adalah
kepada Tuhan seperti yang dilakukan penulis kitab Ratapan.
Mencurahkan hati kepada Tuhan ini, didasari akan pengharapan dan
iman, bahwa Allah yang mengijinkan kita melewati krisis ini adalah
Allah yang setia, penolong dan adil yang menyayangi kita menurut kasih
setiaNya yang besar. Ingat dalam ayat yang ke 32 dikatakan: ”…karena
walau Ia mendatangkan susah, Ia menyayangi menurut kebesaran kasih
setiaNya.” Hanya kepada Tuhan yang Maha Segalanyalah kita bisa
beriman dan berharap. Dan nantikanlah pertolongan dari Tuhan yang
akan turun dalam hidup kita. Amin.
101