Anda di halaman 1dari 12
PENGERTIAN | SEDIAAN DAN FAKTOR | YANG | MEMENGARUHINYA eeneeoe ween nen nnn SEMUA perusahaan menghendaki barang (produk) dijual secara tunai pada kapasitas Tujuan 1 tersedia, Artinya, setiap barang yang ada selalu habis dijual tunai sehingga tidak terdapat Lang sate sediaan dan piutang. Tetapi kebanyakan perusahaan tidak mampu menjual seluruh barang aes yang tersedia, dan tidak mampu menjual seluruh barang secara tunai, sehingga sediaan memengaruhinya, dan piutang sulit dihindari. Hal ini disebabkan oleh persaingan usaha yang tajam yang menuntut barang dijual secara kredit dan barang selalu siap tersedia untuk dijual agar penjualan lancar. Pengertian Sediaan ee ee eee ee eee eee ee eee ee ee oO Sediaan (inventory) adalah barang yang diperoleh dan tersedia dengan maksud untuk dijual atau dipakai dalam produksi atau dipakai untuk keperluan nonproduksi dalam siklus kegiatan yang normal. Sediaan produk adalah sediaan hasil produksi. Sediaan produk terdiri dari sediaan produk jadi dan sediaan produk dalam proses. Sediaan produk jadi adalah sediaan hasil produksi yang siap untuk dijual. Sediaan produk jadi yang terdapat pada perusahaan manufaktur sama tujuannya dengan sediaan barang dagangan pada perusahaan dagang, yaitu dengan tujuan untuk dijual. Sediaan produk dalam proses adalah sediaan produk yang belum selesai diproduksi sehingga memerlukan proses lebih lanjut. Sediaan produk jadi ada yang termasuk kelompok aset lancar dan ada juga yang termasuk kelompok aset tak lancar. Sediaan barang jadi atau sediaan produk jadi yang termasuk kelompok aset lancar adalah sediaan produk jadi yang dapat digunakan/dijual setiap saat. Sediaan produk jadi yang termasuk kelompok aset tak lancar adalah sediaan minimal yang bersifat permanen, Sediaan produk jadi minimal adalah sediaan produk jadi yang jumlahnya harus dipertahankan untuk menjamin kontinuitas usaha, Sediaan produk jadi minimal tidak boleh dijual/digunakan, kecuali dalam keadaan darurat, seperti terdapat pesanan ekstra di atas volume pesanan normal, terjadi kerusakan berat alat produksi, terjadi pemogokan burub, terjadi bencana alam, dan sebagainya. Anggaran sediaan adalah anggaran yang dibuat untuk sediaan, Pada perusahaan manufaktur terdapat sediaan produk jadi, sediaan produk dalam proses, sediaan bahan aku, sediaan bahan pembantu, sediaan pernik (supplies). Dalam bab ini hanya membahas sediaan produk jadi, sediaan produk dalam proses, dan sediaan bahan baku. Pada perusahaan dagang terdapat sediaan barang dagangan dan sediaan pernik. Dalam bab ini hanya membahas sediaan barang dagangan, sediaan bahan pembantu dan sediaan pernik tidak dibahas dalam bab ini, karena sediaan bahan pembantu, sediaan pernik, dan sediaan suku cadang merupakan sediaan yang nilainya kecil (tidak berarti). Faktor yang Memengaruhi Sediaan Sediaan yang dimaksudkan, dalam hal ini adalah s sediaan bahan baku pada perusahaan manufaktur, serta sediaan barang dagangan pad, weer rrr rrr ediaan produk jadi minimal, diy perusahaan dagang. Sediaan Produk Jadi Besar kecilnya sediaan produk jadi minimal, antara lain dipengaruhi berbagai faktor yaity sifat penyesuaian jadwal produksi dengan pesanan ekstra, sifat persaingan industri, dan hubungan antara biaya penyimpanan di gudang (carrying cost) dengan biaya kehabisan sediaan (stockout cost), Bila jadwal produksi mudah menyesuaikan dengan pesanan ekstra tanpa ‘mengakibatkan tambahan yang cukup berarti, maka perusahaan ini tidak perlu mempunyat sediaan produk jadi minimal yang besar. ‘Apabila perusahaan bersaing dalam pelayanan yang cepat dalam melayani pesanan, maka diperlukan sediaan_produk jadi minimal yang besar. Sebaliknya bila perusahaan tidak bersaing dalam pelayanan yang cepat maka tidak diperlukan sediaan produk jadi minimal yang besar. Biaya penyimpanan di gudang adalah biaya yang berubah sesuai dengan besarnya sediaan. Penentuan jumlah biaya penyimpanan di gudang didasarkan pada rata-rata sediaan dan biaya ini dinyatakan dalam persentase. Contoh: Biaya penyimpanan produk jadi di gudang sebesar Rp 4.000. Sediaan produk jadi aval sebesar Rp 15.000 dan sediaan produk jadi akhir sebesar Rp 5.000. Dengan demikian biaya penyimpanan produk jadi di gudang = Rp 4.000 (Rp15.000+Rpso00)22 Biaya yang termasuk biaya penyimpanan di gudang seperti biaya sewa gudang, biay® pemeliharaan sediaan, biaya asuransi sediaan, dan lain-lain, Bila biaya penyimpanan di gudang lebih kecil daripada biaya karena kehabisan sediaan, maka diperlukan sedis#™ produk jadi minimal yang besar. Biaya karena kehabisan sediaan seperti kehilang®™ kesempatan mendapat keuntungan karena tidak dipenuhinya pesanan ekstra produksi Bila biaya penyimpanan di gudang lebih kecil daripada biaya kehabisan sediaan, m™** diperlukan sediaan yang besar, Sebaliknya biaya penyimpanan produk di gudang lebi" besar daripada biaya kehabisan sediaan, maka tidak diperlukan sediaan yang besat Sediaan Barang Dagangan Besar kecilnya sediaan barang dagangan minimal antara lain dipengaruhi faktor: sifat persaingan dagang, hubungan antara biaya penyimpanan di gudang dengan biaya kehabisan sediaan, dan ketersediaan barang di penyalur (produsen). Apabila perusahaan bersaing dalam pelayanan yang cepat dalam melayani pesanan, maka diperlukan sediaan barang dagangan minimal yang besar. Sebaliknya bila perusahaan tidak bersaing dalam pelayanan yang cepat maka tidak diperlukan sediaan barang dagangan minimal yang besar. Bila biaya penyimpanan di gudang lebih kecil daripada biaya kehabisan sediaan, maka diperlukan sediaan yang besar. Sebaliknya biaya penyimpanan barang di gudang lebih besar daripada biaya kehabisan sediaan, maka tidak diperlukan sediaan yang besar. Bila barang di penyalur (produsen) mudah didapatkan karena barang selalu tersedia, maka tidak diperlukan sediaan barang dagang yang besar, sebaliknya bila barang di penyalur (produsen) sulit didapatkan, karena barang jarang tersedia, maka diperlukan sediaan barang dagangan yang besar. Sediaan Bahan Baku Besar kecilnya sediaan bahan baku yang dimiliki perusahaan ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: anggaran produk, harga beli bahan baku, biaya penyimpanan bahan baku di gudang (carrying cost) dalam hubungannya dengan biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai akibat kehabisan sediaan (stockout cost), ketepatan pembuatan kuantitas standar bahan baku dipakai, ketepatan leveransir (penjual bahan baku) dalam menyerahkan bahan baku yang dipesan, dan jumlah bahan baku tiap kali pesan. Semakin besar produksi yang dianggarkan semakin besar bahan baku yang disediakan, sebaliknya semakin kecil produksi yang dianggarkan semakin kecil juga bahan baku yang disediakan. Semakin tinggi harga beli bahan baku, semakin tinggi sediaan bahan baku yang dianggarkan. Sebaliknya semakin rendah harga bahan baku yang dibeli, semakin rendah sediaan bahan baku yang dianggarkan. Bila biaya penyimpanan bahan baku di gudang lebih kecil dibanding dengan biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai akibat kehabisan sediaan, maka perlu sediaan bahan baku yang besar, sebaliknya bila biaya penyimpanan bahan baku di gudang lebih besar dibanding dengan biaya ekstra yang dikeluarkan sebagai akibat kehabisan sediaan, maka sediaan bahan baku yang dianggarkan kecil, Biaya kehabisan sediaan meliputi biaya pesanan darurat, kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan, karena tidak terpenuhinya pesanan, kemungkinan kerugian karena adanya stagnasi produksi, dan lain-lain, Semakin tepat kuantitas standar bahan baku dipakai yang dibuat, semakin_ kecil sediaan bahan baku yang dianggarkan. Sebaliknya bila standar bahan baku dipakai yang dibuat sulit untuk mendekati ketepatan, maka sediaan bahan baku yang dianggarkan akan besar. Bila leveransir biasanya tidak tepat dalam menyerahkan bahan baku yang dipesan, maka sediaan bahan baku yang dianggarkan jumlahnya besar. Sebaliknya bila leverans, biasanya tepat dalam menyerahkan bahan baku, maka sediaan bahan baku yang dianggarkan jumlahnya kecil. Bila bahan baku tiap kali pesan jumlahnya besar, maka sediaan yang dianggarkan juga besar, sebaliknya bila bahan baku tiap kali pesan jumlahnya kecil, maka sediaan yang dianggarkan juga kecil. Besarnya beli bahan baku tiap kali pesan untuk mendapatkan biaya belian minimal dapat ditentukan dengan kuantitas pesan ekonomis (economical order quantity) dan saat kembali pesan (reorder point). Kuantitas Pesanan Ekonomis Kuantitas pesanan ekonomis—KPE (economical order quantity—EOQ) adalah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal atau sering dikatakan sebagai jumlah belian yang optimal. Perhitungan kuantitas pesanan ekonomis dapat dirumuskan 2xKStxS tx KSt = kuantitas standar bahan baku dipakai selama periode tertentu sebagai berikut. biaya pemesanan setiap kali pesan (ordering cost) HSt = harga standar bahan baku per unit biaya penyimpanan bahan di gudang yang dinyatakan dalam persentase dati nilai sediaan rata-rata dalam satuan mata uang yang disebut dengan carrying cost Ht xI = biaya penyimpanan per unit (BP) Besarnya biaya penyimpanan dan biaya pemesanan dipengaruhi oleh besarnya barang (bahan) yang dipesan, Semakin besar bahan yang dipesan semakin besar biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, Biaya penyimpanan (carrying cost) disebut juga dengan storage cost atau holding cost. Biaya penyimpanan meliputi biaya tempat penyimpanan, biaya pemeliharaan bahan, biay kemungkinan bahan rusak dan hilang, biaya asuransi, biaya modal yang diinvestasika”» biaya pajak, biaya menghitung dan menimbang bahan, dan lain-lain, Biaya pemesanan (procurement cost) disebut juga dengan ordering cost atau setup cost. Biaya pemesanan meliputi biaya persiapan memesan bahan, biaya pengiriman untuk memesan bahan, biaya penerimaan barang yang dipesan, biaya pembayaran bahan yang dipesan. Belian berdasarkan KPE dapat dibenarkan bila syarat berikut ini terpenuhi: Bahan tidak mudah rusak dan pengiriman bahan tidak terlambat. Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan per unit konstan. Kebutuhan bahan relatif stabil sepanjang tahun (periode). Harga beli bahan per unit konstan sepanjang periode. Setiap saat bahan diperlukan selalu tersedia di pasar. moan er P Bahan yang dipesan tidak terikat dengan bahan yang lain, terkecuali bahan tersebut ikut diperhitungkan tersendiri dalam KPE. Misalkan kuantitas standar bahan baku berupa kedelai yang dipakai untuk membuat kecap Sari selama tahun 2016 sebanyak 364 ons (KSt). Harga standar bahan baku berupa kedelai per ons sebesar Rp 160 (HSt). Biaya pesan setiap kali pesan Rp 728 (S). Biaya penyimpanan bahan baku di gudang 40% (1). KPE= ease ye 8,281 =9lons 160 x 0,40 Berarti pembelian yang paling ekonomis untuk setiap kali pesan sebanyak 91 ons kedelai, Bila dalam setahun diperlukan bahan baku kedelai sebanyak 364 ons, maka dalam setahun dilakukan 4 kali pesan (364 + 91), yaitu tiga bulan sekali memesan. Kebutuhan kedelai sebanyak 364 ons dapat saja dilakukan dengan cara: a. 2 kali pesan dan setiap kali pesan sebanyak 182 ons. b. 4kali pesan dan setiap kali pesan sebanyak 91 ons. c. 7 kali pesan dan setiap kali pesan sebanyak 52 ons. Dari ketiga cara tersebut yang paling ekonomis adalah bila dilakukan 4 kali pesan, Hal tersebut dapat dibuktikan dengan perhitungan jumlah biaya setahun sebagai berikut. 2 kali pesan Nilai rata-rata sediaan 182 ons x Rp 160) + 2 = Rp 14.650 Biaya penyimpanan setahun = 40% xRp 14560 =Rp 5.824 2 xRp 728 =Rp 1.456 64 ons x Rp 160 = Rp 58.240 Jumlah biaya setahun Rp 65.520 Biaya pesan setahun Biaya bahan baku setahun 4 kali pesan Nilai rata-rata sediaan = (91 ons x Rp 160) +2 = Rp 2.730 Biaya penyimpanan setahun = 40% =x Rp 2.730 = Rp 1.092 Biaya pesan setahun =4 xRp 728 =Rp 2.912 Biaya bahan baku setahun =3640nsx Rp 160 = Rp 58.240 Jumlah biaya setahun = Rp 62.244 7 kali pesan Nilai rata-rata sediaan = (52 ons x Rp 160) +2 = Rp 4.160 Biaya penyimpanan setahun = 40% «x Rp 14.560 = Biaya pesan setahun =7 xRp 728 = Biaya bahan baku setahun =364onsx Rp 160 = Jumlah biaya setahun Ternyata jumlah biaya setahun yang terendah (ekonomis) sebesar Rp 62.244 bila dilakukan 4 kali pesan dalam setahun, Seandainya perusahaan bahan baku (pemasok) memberikan potongan harga 10% bila setiap kali pesan sebanyak 182 ons. Apakah tawaran tersebut disetujui? Nilai rata-rata sediaan = (182 ons x Rp 160 x 90%) Biaya penyimpanan setahun = 40% x Rp 13.104 Biaya pesan setahun =2x Rp 728 = Rp 1456 Biaya bahan baku setahun = 364 ons x Rp 160 x 90% = Rp 52.416 Jumlah biaya setahun p 59.114 Dengan demikian, lebih ekonomis 2 kali pesan apabila terdapat potongan harga 10% karena jumlah biaya setahun lebih murah yaitu sebesar Rp 59.114 dibandingkan denga" 4 kali pesan tanpa potongan harga seperti pada perhitungan KPE dengan jumlah biay? setahun Rp 62.244. Oleh karena itu tawaran pemasok yang memberikan potongan harg# 10% untuk setiap kali pesan 182 ons dapat disetujui. Bahan baku berupa kedelai yang dipesan setiap kali pesan 91 ons tersebut pada saat kapan dipesan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita menggunakan perhitung!” saat kembali pesan. Saat Kembali Pesan Saat kembali pesan (reorder poin) adalah saat harus memesan kembali bahan Y#"8 diperlukan, sehingga kedatangan bahan yang dipesan tersebut tepat pada waktu sedia®” di atas sediaan keamanan sama dengan nol. Sediaan keamanan disebut juga iron st0% sediaan besi, sediaan penyangga, atau sediaan minimal, Sediaan keamanan (safety stock) adalah sediaan inti dari bahan yang Bat dipertahankan untuk menjamin kelangsungan usaha, artinya Sediaan keamanan ti boleh dipakai kecuali dalam keadaan darurat, sepert eadaan bencana alam, alat pengangkut bahan kecelakaan, bahan di pasar dalam keadaan kosong karena huru hara, dan lain-lain. Sediaan keamanan bersifat permanen. Oleh karena itu sediaan bahan baku minimal (sediaan keamanan) termasuk kelompok aset tak lancar. Misalkan keperluan bahan baku kedelai selama setahun sebanyak 364 ons dan keperluan bahan baku setiap minggu 7 ons (setahun 52 minggu). Lead time (waktu tenggang) yaitu waktu yang diperlukan untuk memesan bahan dari waktu memesan sampai bahan diterima di gudang, misalnya 4 minggu. Harga bahan baku kedelai per ons sebesar Rp 160. Biaya pemesanan setiap kali pesan sebesar Rp 728. Sediaan bahan baku yang ada sebanyak 40 ons. Biaya penyimpanan bahan baku di gudang 40%, Sediaan keamanan ditetapkan sebesar 50% dari penggunaan selama lead time (waktu tenggang). Dari data tersebut dapat dihitung saat kembali pesan dan sediaan bahan baku yang dianggarkan sebagai berikut. ‘Terpakai selama waktu tenggang = 4 x 7 ons = 28 ons. Sediaan keamanan = 50% x 28 ons = 14 ons. Saat kembali pesan = 28 ons + 14 ons 2 ons. 2.x 364 x 728 8,281 = 91 ons Artinya pemesanan sebanyak 91 ons dilakukan pada saat sediaan tersisa 42 ons. Sediaan maksimum = Sediaan keamanan + KPE = 14 ons + 91 ons = 105 ons. Sediaan rata-rata termasuk sediaan keamanan = (KPE + 2) + sediaan keamanan, = (91+2)+ Mons = 59,5 ons. Sediaan rata-rata yang merupakan aset lancar = 59,5 ons— 14 ons = 45,5 ons. Bila sediaan yang ada 40 ons, beratisediaan bahan baku awal yang merupakan asetIancar = 40 ons — 14 ons = 26 ons. ‘Adapun anggaran sediaan bahan baku akhir yang merupakan aset lancar = KPE ~ sediaan awal, yaitu 91 ons ~ 26 ons = 65 ons. PENYUSUNAN ANGGARAN SEDIAAN PRODUK pL a ea pee ean een eee) PADA perusahaan manufaktus, terdapat sediaan produ jadi, sediaan produk dalam proses, dan sediaan bahan baku. Anggaran sediaan produk jadi dan sediaan produk dalam proses pada perusahaan manufaktur dapat dihitung dengan dua cara, yaitu cara menetapkan tingkat putaran sediaan dan dengan cara membuat anggaran produk. Tujuan 2 Mampu menyusun anggaran sediaan Produk jadi dan nggaran sediaan Produk dalam proses. Menetapkan Tingkat Putaran Sediaan aitu sediaan produk jadi akhir pada periode wal yang akan datang berupa sediaan produk jadi yang termasuk kelompok aset lanca. ‘Untuk mendapatkan HP} (harga pokok jualan) maka HPP] (harga pokok produk jad) ~ sediaan produk jadi akhir. Untuk mendapatkan HPPJ mala biaya pabrik + sediaan produk dalam proses awal ~ sediaan produk_ dalam proses akhir, Baya pabrik adalah biaya yang terjadi di pabrik pada periode ini, terdiri dari biaya bahan baky (BBB), biaya tenaga kerja langsung (BTKL), dan biaya overhead pabrik (BOP). Biaya bahan baku (BBB) adalah belian bahan baku + sediaan bahan baku awal ~ sediaan bahan bak akhir. Biaya bahan baku adalah bahan baku dipakai untuk produksi dalam satuan vang Sediaan produk jadi awal dan sediaan produk dalam proses awal datanya dapat dicar berdasarkan data neraca periode yang lalu. Adapun data jualan dapat diketahui dari anggaran jualan yang dibuat oleh departemen pemasaran. Untuk mendapatkan data sediaan akhir, baik sediaan akhit produk jadi maupun sediaan produk dalam proses akhir, maka manajemen perlu menentukan sediaan akhit yang dianggarkan, Untuk menentukan sediaan akhir yang dianggarkan terlebih dahulu Sediaan produk jadi yang dianggarkan, + sediaan produk jadi awal manajemen mene-tapkan tingkat putaran sediaan. Sebagai iustrasi penyusunan anggaran sediaan produk digunakan data PT Oke selama tahun 2018 sebagai berikut, Sediaan produk dalam proses awal terditi atas: BBB = 65 unit x 100% x Rp 20 = Rp 1.300 BIKL =65unitx 60% x Rp15 =Rp 585 BOP =65unit x 40%xRp 5 =Rp 130+ Rp 2.015 Sediaan produk jadi awal tahun 2018 sebanyak 60 unit @ Rp 40 = Rp 2.400 Harga pokok standar produk per unit sebagai berikut. Biaya bahan baku (BBB) Rp 20 Biaya tenaga kerja langsung (BIKL) Rp 15 Biaya overhead pabrik (BOP) Rp 5+ Rp 40 Jualan dianggarkan tahun 2018 sebanyak 1.000 unit @ Rp 60 = Rp 60,000. Manajest®® perusahaan PT Oke menetapkan tingkat putaran sediaan produlk jadi (TPSP]) 20 fal sedangkan tingkat putaran sediaan produk dalam proses (TPSPDP) adalah 19,55 kali. Dari data tersebut dapat dibuat an; i im lengkaP iggaran laba rugi t am ean igi tahun 2018 yang belum I TABEL 10-1 ‘Anggaran Laba Rugi ‘yang Belum Lengkap PT Oke Anggaran Laba Rugi Tahun Berakhir 31 Desember 2018 Jualan 1.000 unit @ Rp 60 Rp 60.000 Biaya bahan baku (BBB) Rp ? Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) Rp ? Biaya overhead pabrik (BOP) Rp? + Biaya pabrik ? unit Rp ? Sediaan produk dalam proses awal __65 unit Ro2015 + Biaya produksi unit Rp ? Sediaan produk dalam proses akhir __2 unit Rp? Harga pokok produk jadi Punit@Ro40 Rp ? Sediaan produk jadi aval 60 unit @ Rp 40 Rp 2.400+ Produk siap jual Punit@Rp 40 Rp ? Sediaan produk jadi akhir 2unit@Rp40 Ro? Harga pokok jualan 1.000 unit @ Rp 40 Rp_40.000 Laba kotor Rp 20.000 Untuk menyelesaikan formulir anggaran laba rugi pada Tabel 10-1 terlebih dahulu menentukan berapa unit sediaan produk jadi akhir atau berapa rupiah sediaan produk jadi akhir yang dianggarkan, Rumus yang dapat digunakan sebagai berikut. SPJX = 2 x2-SPJA TPSPJ SPJX = sediaan produk jadi akhir J jualan = hasil penjualan SPJA sediaan produk jadi awal TPSP] _ = tingkat putaran sediaan produk jadi Dengan demikian, sediaan produk jadi akhir (SPJX) dianggarkan dapat dihitung sebagai berikut. SPJX (50 x2) - 60 40 unit 0 Berarti sediaan produk jadi akhir dianggarkan adalah 40 unit @ Rp 40 = Rp 1.600. Dari perhitungan anggaran sediaan produk jadi akhir tersebut, maka anggaran laba rugi dapat dilengkapi seperti Tabel 10-2. Tabel 10-2 Anggaran Laba Rugi yang Dilengkapi PT Oke ‘Anggaran Laba Rugi Tahun Berakhir 31 Desember 2018 Jualan 1.000 unit @ Rp 60 Rp 60.000 Biaya bahan baku (BBB) Rp ? Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) Rp ? Biaya overhead pabrik (BOP) Rp ? + Biaya pabrk 2 unit Rp ? Seciaan produk dalam proses awal __65.unit p 2.015 + Biaya produksi 2 unit Rp ? Seciaan produk dalam proses akhir __? unt Po? Harga pokok produk jadi 980 unit @ Rp 40 Rp 39.200 Seciaan produk jadi aval 60.unit @Rp 40 Rp 2400+ Produk siap jual 1,040 unit @ Rp 40 Rp 41.600 Seciaan produk jadi akhir 40.unit@ Rp 40 Ro 1.600 _ Harga pokok jualan 1.000 unit @ Rp 40 Laba kotor Anggaran Sediaan Produk dalam Proses Akhir Dari Tabel 10-2 terlihat belum terjawab/terisi antara lain adalah berapa anggaran sediaan produk dalam proses akhir tahun 2018. Rumus yang digunakan untuk menentukan sediaan produk dalam proses akhir sebagai berikut. SPDPX = x TPSPDP 2-SPDPA SPDPX = sediaan produk dalam proses akhir HPP} = harga pokok produk jadi TPSPDP = tingkat putaran sediaan produk dalam proses SPDPA = sediaan produk dalam proses awal Dengan demikian sediaan produk dalam proses akhir ($PDPX) dianggarkan tahot 2018 dapat dihitung sebagai berikut. Rp39.200 SPDPX = = “pgs 27 Rp2.015=Rp1.995 Berarti sediaan produk dalam proses akhir yang dianggarkan tahun 2018 ae Rp 1.995. Sediaan produk dalam proses akhir sebesar Rp 1.995 misalkan dianggarkan unit dengan tingkat penyelesaian BBB 90%, BTKL 50%, BOP 60%, Dengan metode masuk pertama keluar pertama (MPKP) dapat dihitung unit ekuivalen sebagai berikut BBB = 980 unit + (70 unit x 90%) - (65 unit x 100%) = 978 unit BIKL BOP 80 unit + (70 unit x 50%) ~ (65 unit x 60%) = 976 unit = 980 unit + (70 unit x 90%) ~ (65 unit x 40%) = 196 unit Dengan demikian biaya pabrik pada Tabel 10-3 berjumlah Rp 39.180 dapat dirincikan dengan perhitungan sebagai berikut, Biaya bahan baku (BBB) 978 unit x Rp 20 = Rp 19.560 Biaya tenaga kerja langung (BIKL) 976 unit x Rp 15 = Rp 14.640 Biaya overhead pabrik (BOP) 996 unit x Rp 5 = Rp 4.980 Biaya pabrik Rp 39.180 Kemudian dapatlah diselesaikan anggaran laba rugi PT Oke tahun 2018 seperti Tabel 10-3. TABEL 10-3, ne cba , ' i ual sure bad Tahun Boar 31 Desenber 2018 Jualan 1,000 unit @ Rp 60 Rp 60.000 Biaya bahan baku (BBB) Rp 19.560 Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) Rp 14.640 Biaya overhead pabrk (BOP) Rp_4.980 + Biaya pabrik 985 unit Rp 39.180 Sediaan produk dalam proses awal _65 unit Bp 2015+ Biaya produksi 1,050 unit Rp 41.195 Sediaan produk dalam proses akhir _70 unit Ro_1.995_ Harga pokok produk jadi 980 unit @ Rp 40 Rp 39.200 Sediaan produk jadi awal _6Ounit@ Rp 40 Rp_2.400 + Barang siap jual 1,040 unit @ Rp 40 Rp 41.600 Sediaan produk jadi akhir 40 unit @ Rp 40 Rp_1.600 _ Harga pokok jualan 1,000 unit @ Rp 40 Ro 40.000 _ Laba kotor Rp 20.000 a ‘Tampak pada Tabel 10-3 biaya produksi sebesar Rp 41.195 dengan produk dihasilkan 1.050 unit, yaitu produk selesai ditransfer ke gudang atau produk jadi dibuat periode ini atau produk jadi diproduksi periode ini atau secara singkat disebut produk jadi sebanyak 980 unit dengan harga pokok produk jadi Rp 39.200 ditambah sediaan produk dalam proses akhir sebanyak 70 unit dengan harga pokok Rp 1.995. Biaya produksi Rp 41.195 seperti pada Tabel 10-3 tampak pada Tabel 10-4. Bila diperhatikan Tabel 10-4 pada data produk, terlihat produk diproses dan produk dihasilkan sama berjumlah 1.050 unit. Untuk menentukan berapa besarnya sediaan produk jadi akhir yang dianggarkan, pr, periode waktu yang akan datang, yaitu dengan cara menetapkan tingkat putaran seq; : produk jadi (TPSPJ). Tingkat putaran sediaan produk jadi (TPSPJ) dapat dihitung a menggunakan rumus sebagai berikut. : qpspy- | RSPJ a HP} = harga pokok jualan atau harga pokok produk terjual RSP] = rata-rata sediaan produk jadi _ sediaan produk jadi awal + sediaan produk jadi akhir RSP] 2 Adapun besarnya tingkat putaran sediaan produk dalam proses (TPSPDP) dapa dihitung dengan rumus sebagai berikut. TPSPDP = Hit RSPDP HPP} = harga pokok produk jadi RSPDP = rata-rata sediaan produk dalam proses RSPDP = SPDPA +SPDPX | 2, SPDPA __ = sediaan produk dalam proses awal SPDPX = sediaan produk dalam proses akhir Apabila ingin membuktikan tingkat putaran sediaan produk jadi (TPSPJ) dan tingktt putaran sediaan produk dalam proses (TPSPDP) tahun 2018 masing-masing sebanyak 20 kali dan 19,55 kali, maka dapat dihitung sebagai berikut. 1.000 unit py=——_ eet = 20 kali PSP) 6p unit +40 unit) +2 atau Rp40.000 ' pspy = RP? ____ = 20 kal : (Rp1.600 + Rp2.400) +2 : TPSPDP = Reet = 19,55 kali (Rp 2.015 + Rp1.995) +2 ae

Anda mungkin juga menyukai