Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) belum juga
menyampaikan laporan keuangan tahun 2018 hingga saat ini. Karena keterlambatan pelaporan tersebut, OJK akan memberikan sanksi kepada perseroan asuransi jiwa pelat merah itu. Berdasarkan situs resmi perusahaan, terakhir kali Jiwasraya menyampaikan laporan keuangannya yang telah diaudit pada 2017 lalu. Dalam laporan itu, laba perusahaan rontok, yaitu dari Rp1,70 triliun pada 2016 menjadi hanya Rp360,30 miliar. Penurunan laba secara drastis karena lonjakan klaim dan manfaat yang dibayarkan perusahaan, termasuk kenaikan cadangan klaim. Tidak cuma itu, biaya akuisisi juga melompat dari Rp702,65 miliar menjadi sebesar Rp980,90 miliar.
Pada Oktober 2018 lalu, Jiwasraya gagal membayarkan klaim jatuh tempo nasabahnya. Manajemen mengklaim tengah mengalami kesulitan likuiditas, sehingga berdampak kepada 711 pemegang polis dengan nilai klaim sebesar Rp802 miliar.
Sebelumnya, pengamat asuransi Irvan Rahardjo
menginformasikan, kantor akuntan publik (KAP) yang ditunjuk Jiwasraya untuk mengaudit keuangan perseroan yakni PricewaterhouseCoopers (PwC), telah mengeluarkan hasil audit Jiwasraya pada 2018.
Menurut dia, hasil audit tersebut menunjukan bahwa Jiwasraya
kembali mengalami kondisi insolven pada 2018, sebagaimana yang pernah terjadi 6 tahun lalu atau pada 2012.
Insolven merupakan kondisi jumlah aset yang dimiliki suatu
perusahaan tidak sebanding dengan utang yang mereka miliki. Dalam bahasa lain, insolven dapat diartikan keadaan suatu perusahaan yang tidak mampu membayar utang kepada kreditur.
Sanksi:
Dalam Pasal 9 POJK 55/2017, tertulis bahwa perusahaan yang
tidak memenuhi ketentuan Pasal 8 akan dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, hingga pencabutan izin usaha. jika SP 1 tersebut dikeluarkan pada Juli 2019, maka Jiwasraya dan Bumiputera akan mendapatkan SP 2 apabila belum menyampaikan laporan keuangan hingga Agustus 2019. Lalu, jika hingga September 2019 belum kunjung terdapat pelaporan, maka SP 3 akan dilayangkan oleh OJK.
"[Peringatan] terakhir SP 3, terus pembekuan, pembatasan,