Anda di halaman 1dari 7

RANGKUMAN MATA KULIAH

ANALISIS INFORMASI KEUANGAN


ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI
Chapter 4

DOSEN PENGAMPU :
Drs. Subekti Djamaluddin, M.Si., Ak.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
Edy Sugiyanto (F0316029)
Intan Ayu Melantika (F0316049)
Mada Ridhala (F0316058)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
A. AKTIVA LANCAR
Aktiva lancar adalah kas dan asset lainnya yang langsung dapat diubah menjadi kas melalui siklus
operasi perusahaan.
1. Kas dan Setara Kas
Kas mencakup uang kas dan deposito. Adapun setara kas berupa investasi jangka pendek
yang siap dikonversi menjadi kas dan hampir jatuh tempo. Likuiditas adalah fleksibilitas untuk
memanfaatkan kondisi perubahan pasar dan untuk mengambil langkah strategis. Likuiditas juga
terkait dengan kermampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek/ segera jatuh tempo.
Analisis harus mempertimbangkan hal berikut:
• Sejauh mana setara kas diinvestasikan pada efek ekuitas.
• Kas dan setara kas sering kali dibutuhkan sebagai saldo kompensasi.
2. Piutang
Piutang merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa, atau dari
meminjamkan uang.
a. Penilaian Piutang
Risiko analisis ini adalah pengalaman masa lalu mungkin bukan alat prediksi yang layak atas
kerugian masa depan, atau mungkin kita gagal mencerminkan kondisi terkini.
b. Analisis Piutang
1) Risiko Kolektibilitas
Alat analisis untuk memeriksa kolektibilitas mencakup:
- Membandingkan persentase piutang terhadap penjualan.
- Periksa konsentrasi pelanggan, risiko meningkat jika terkonsentrasi satu pelanggan.
- Selidiki trend rata-rata waktu pengumulan (collection period).
- Tentukan porsi piutang/wesel yang merupakan perpanjangan (renewal).
2) Keaslian Piutang
Salah satu faktor yang memengaruhi keandalan piutang adalah kebijakan kredit
perusahaan. Kebijakan kredit yang ketat berdampak pada kualitas yang lebih tinggi.

3) Sekuritisasi Piutang
Perusahaan menjual semua atau sebagian piutangnya pada pihak ketiga.
3. Beban Dibayar Dimuka
Beban dibayar dimuka merupakan pembayaran dimuka atas barang atau jasa yang belum
diterima. Beban dibayar dimuka digolongkan ke dalam asset lancar karena mencerminkan jasa
yang diberikan jika tidak ada membutuhkan penggunaan asset lancar lain.
B. PERSEDIAAN
1. Akutansi dan Penilaian Persediaan
Persediaan merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal perusahaan.
Pentingnya metode akumulasi biaya dalam penilaian persediaan disebabakan oleh dampaknya
pada laba bersih dan penilaian asset. Metode persediaan digunakan untukm mengalokasikan biaya
barag tersedia untuk dijual pada harga pokok penjualan atau persediaan akhir.
Persamaan persediaan dapat digunakan untuk memahami arus persediaan. Untuk perusahaan
dagang:
persediaan awal + pembelian bersih – harga pokok penjualan = persediaan akhir.
Persamaan ini menekankan arus biaya dalam perusahaan. Arus ini secara alternative dapat
dinyatakan pada grafik sebelah kiri.
Biaya persediaan awalnya dicatat pada neraca. Saat persediaan terjual, biaya ini dipindahkan
dari nerca dan mengalir pada laporan laba rugi sebagai harga pokok penjualan. Biaya tidak dapat
berada pada dua tempat yang sama pada waktu bersamaan, melainkan dapat dicatat pada neraca
sebagai beban masa depan, atau diakui saat ini pada lapiran laba rugi profitabilitas untuk dikaitkan
dengan pendapatan penjualan.
Konsep penting akuntansi persediaan adalah arus biaya. Jika seluruh persediaan diperoleh pada
periede terjualnya, maka HPP akan sama dengan biaya pembelian barang. Namun jika persediaan
tersedia pada akhir periade akuntansi, penting untuk menentukan persediaan mana yang telah
terjual dan biaya mana yang tersdia pada neraca.
2. Analisis Persediaan
a. Dampak biaya Persediaan Terhadap Profitabilitas
Saat harga meningkat FIFO memberikan laba kotor yang lebih tinggi dibandingkan LIFO.
Keuntungan fiktif FIFO,
laba kotor = Laba ekonom + Laba kepemilikan
Laba ekonomi = jumlah yang terjual X selisih antara harga jual dan biaya penggantian
terkini
Laba kepemilikan = jumlah unit terjual X selisih biaya penggantian terkini dengan biaya
perolehan awal.
b. Dampak biaya persediaan terhadap neraca
Saat harga meningkat, LIFO melaporkan persediaan akhir pada harga yang jauh lebih rendah
dibandingkan dengan biaya penggantian. Hasilnya neraca perusahaan tidak secara akurat
mencerminkan investasi lancar yang dimiliki perusahaan dalam persediaannya.
c. Dampak biaya persediaan terhadap arus kas
Peningkatan laba kotor dengan metode FIFO menyebabkan laba sebelum pajak lebih
tinggi, sehingga utang pajak lebih tinggi. Pada periode di mana harga meningkat, perusahaan
dapat terjebak pada pengurangan arus kas karena mereka membayar pajak yang lebih tinggi
dan perlu mengganti persediaan yang terjual pada biaya penggantian yang lebih tinggi
dibandingkan dengan biaya pembelian awal. Hal ini dapat mengarah pada masalah likuiditas.
3. Biaya Persediaan Perusahaan Manufaktur dan Dampak Peningkatan Produksi
Biaya persediaan manufaktur terdiri atas tiga komponen:
1. Bahan baku atau bahan mentah (biaya dari bahan dasar yang digunakan untuk membuat
produk)
2. Tenaga kerja (biaya tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk
jadi)
3. Overhead (biaya tidak langsung pada proses manufaktur, seperti penyusutan peralatan
manufaktur, gaji penyelia, dan biaya prasana)
Perusahaan dapat mengestimasi dua komponen secara akurat dari spesifikasi rancangan
dan penelitian atas waktu dan pergerakan pada proses perakitan. Overhead sering kali merupakan
komponen biaya produk terbesar dan paling sulit diukur untuk tingkat produk. Total overhead
harus dialokasi pada seluruh hasil produksi. Akan tetapi berapakah bagian dari overhead yang
harus dialkokasikan pada produk tertentu? Umumnya akuntan berpendapat bahwa produk yang
terbanyak menggunakan sumber daya (yaitu membutuhkan mesin mahal terbanyak atau
memmakai waktu rekayasa tertinggi) harus diberikan alokasi sebagian besar dari overhead.
Analis juga perlu mengerti dampak dari tingkat produksi pada profitabilitas. Overhead
dialokasi pada semua unit yang diproduksi, dan biaya ini dimasukkan pada biaya persediaan,
bukan menjadi beban periode berjalan, dan tetap berada pada neraca hingga persediaan dijual, pada
saat tersebut persediaan menjadi harga pokok penjualan pada laporan laba rugi. Jika peningkatan
pada tingkat produksi menyebabkan persediaan akhir meningkat, lebih banyak biaya overhead
yang tertinggal di neraca dan profitabilitas meningkat. Kemudian, saat kuantitas persediaan
menurun, laporan laba rugi terbebani dengan bukan hanya biaya overhead priode berjalan, tetapi
juga biaya overhead periode sebelumnya yang berasal dari persediaan tahun berjalan, karenanya
laba menjadi turun. Oleh karena itu, analis harus waspada terhadap dampak perubahan tingkat
produksi terhadap laba yang dilaporkan.
C. AKTIVA JANGKA PANJANG
1. Kapitalisasi, Alokasi, dan Penurunan Nilai
Kapitalisasi (capitalization) merupakan proses penangguhan biaya yang terjadi pada
periode berjalan, tetapi manfaatnya diharapkan dapat berlangsung selama beberapa periode di
masa depan. Kapitalisasi ini yang menciptakan akun aset.
Alokasi (allocation) merupakan proses pembebanan biaya tangguhan (aset) secara periodik
sepanjang satu atau lebih periode manfaat yang diharapkan. Proses ini dinamakan penyusutan
untuk aset berwujud, amortisasi untuk aset tak berwujud, dan deplesi untuk sumber daya alam.
Penurunan Nilai (impairment) merupakan proses penurunan nilai buku aset saat arus kas
yang diharapkan tidak lagi cukup untuk menutupi biaya tersisa yang masih tercatat pada neraca.
2. Kapitalisasi VS Pembebanan
Dampak terhadap Laporan Keuangan dan Rasio
a. Dampak Kapitalisasi terhadap Laba
1) Kapitalisasi menangguhkan pengakuan biaya, menghasilkan laba yang lebih tinggi saat
akuisisi namun laba yang lebih rendah pada periode berikutnya.
2) Kapitalisasi menghasilkan serial laba.
b. Dampak Kapitalisasi terhadap Tingkat Pengembalian Investasi
Kapitalisasi meningkatkan fluktuasi pengukuran laba dan karenanya rasio tingkat
pengembalian investasi.
c. Dampak Kapitalisasi terhadap Rasio Solvabilitas
Pada pembebanan biaya asset secara langsung, rasio solvabilitas mencerminkan kondisi
perusahaan yang lebih buruk dari kondisi sebenarnya.
d. Dampak Kapitalisasi terhadap Arus Kas Operasi
Saat biaya asset dibebankan langsung, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar aktivitas
operasi. Sebaliknya, jika asset dikapitalisasi, biaya ini dilaporkan sebagai arus kas keluar
aktivitas investasi.
D. AKTIVA TETAP DAN SUMBER DAYA ALAM
1. Menilai properti, bangunan, dan Peralatan
Properti, bangunan, dan peralatan dinilai menggunakan biaya hstoris karena alasan objektivitas.
Penilaian biaya historis mengharuskan suatu perusahaan pertama kali mencatat sebesar nilai wajar.
2. Menilai sumber daya alam
Perusahaan melaporkan sumberdaya alam pada biaya historis diambah biaya penemuan,
eksplorasi, dan pengembangan.
3. Penyusutan
Penyusutan merupakan alokasi biaya properti, bangunan, dan peralatan sepanjang masa
manfaatnya. Penyusutan tergantung dua factor yaitu masa manfaat dan metode alokasi (garis lurus,
dipercepat, dan metode special).
4. Menganalisis aktiva tetap dan sumber daya alam
Penilaian aktiva tetap dan sumber daya alam menekankan objektivitas biaya historis, prinsip
konservatisme, dan akuntansi atas uang yang diinvestasikan pada aktiva tersebut. Aturan akuntansi
untuk penurunan nilai aktiva jangka panjang mewajibkan perusahaan untuk secara berkala
menelaah kejadian atau perubahan kondisi yang memungkinkan penurunan nilai. Berdasarkan
aturan terkini, perusahaan menggunakaan “uji perolehan kembali” (recoverability test) untuk
menentukan apakah terdapat penurunan nilai, yaitu perusahaan harus mengestimasi taksiran arus
kas bersih masa depan aktiva tersebut dan nilai disposisi akhirnya.
E. AKTIVA TAK BERWUJUD
Aktiva tak berwujud merupakan hak, keistimewaan, dan manfaat atas kepemilikan atau
pengendalian. Dua karakteristik umum aktiva tak berwujud adalah tingginya ketidakpastian masa
manfaat dan tidak adanya wujud fisik.
a. Aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasi
Merupakan aktiva yang dapat diidentifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak tertentu atau
keistimewaan selama periode manfaat terbatas. Contohnya hak paten, merek dagang, hak cipta,
dan franchise.
b. Aktiva tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi
Merupakan aktiva yang dapat dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak dapat
diidentifikasi dan sering kali memiliki masa manfaat yang tak terhingga. Contohnya iklan dan
goodwill.
c. Menganalisa aktiva tak berwujud
Dalam menganalisis aktiva tak berwujud, kita harus siap untuk membuat estimasi sendiri mengenai
penilaian aktiva. Juga harus diingat bahwa goodwill tidak membutuhkan amortisasi dan auditor
mengalami kesulitan menilai aktiva tak berwujud, terutama goodwill. Analisis juga harus waspada
terhadap komposisi, penilaian, dan disposisi goodwill.
F. REVALUASI ASET BERDASAR IFRS
Revaluasi Aset adalah penilaian kembali aset yang dimiliki suatu entitas sehingga mencerminkan
nilai aset sekarang.
1. Perlakuan Akuntansi
Perusahaan dapat merevaluasi aset mereka di atas biaya historis setelah disusutkan melalui
penciptaan surplus revaluasi. Perusahaan juga diperbolehkan untuk membalikkan penurunan nilai
asset sebelumnya, selama nilai tertulisnya tidak melebihi biaya historis terdepresiasi.
Model revaluasi
Di bawah model revaluasi, suatu item dari property, plant, and equipment dicatat sebesar
jumlah yang dinilai kembali sebesar nilai wajar, dikurangi akumulasi penyusutan (accumulated
depreciation) dan akumulasi kerugian penurunan nilai (accumulated impairement losses)
2. Pengungkapan Revaluasi
Pergerakan pada revaluasi asset dilaporkan pada note information/catatan atas laporan keuangan.
3. Analisis Implikasi
Hal yang perlu dipertimbangkan ketika menganalisis revaluasi asset
a. Revaluasi asset akan meningkatkan jumlah neraca.
b. Jumlah pendapatan terpengaruh negative oleh banyak transitory.
c. Revaluasi sering dibuat berdasar diskresi manajer.
d. Perbandingan antar waktu dpat dipengaruhi oleh revaluasi asset.

Reverensi: subramanyam, Financial Statement Analysis 11e

Anda mungkin juga menyukai