Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu instansi pemerintah didirikan dengan beberapa tujuan, tujuan yang


dimaksud adalah melancarkan kegiatan, pelayanan publik, dan memberikan lapangan
kerja. Tujuan instansi pemerintah dapat dicapai apabila manajemen mampu mengolah,
menggerakkan dan menggunakan sumber daya manusia yang dimilikinya secara efektif
dan efisien.

Instansi Pemerintah adalah organisasi yang merupakan kumpulan orang-orang


yang dipilih secara khusus untuk melaksanakan tugas Negara sebagai bentuk pelayanan
kepada orang banyak. Peranan manusia dalam organisasi sebagai pegawai memegang
peranan yang menentukan, karena hidup matinya suatu organisasi pemerintah semata-
mata tergantung pada manusia. Pegawai merupakan factor penting dalam setiap organisasi
pemerintahan. Pegawai merupakan factor penentu dalam pencapaian tujuan instansi
pemerintah secara efektif dan efisien. Pegawai yang menjadi penggerak dan penentu
jalannya organisasi.

Pengelolaan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Kalimantan Timur


akan berjalan dengan baik bila pegawai bekerja dengan disiplin. Disiplin harus deterapkan
dengan segera dan secepat mungkin serta diterapkan secara konsisten. Demikian pula
setiap orang berdisiplin sudah tidak mustahil, baik dalam instansi atau organisasi dimama
mereka berkerja akan memperlihatkan sebagai suatu organisasi yang sehat suatu
organisasi dengan iklim yang sehat, yang kuat dengan prestasi yang dapat diandalkan.

Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap


tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja,
dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, serta masyarakat pada umumnya. Melalui
disiplin akan mencerminkan kekuatan, karena biasanya seseorang yang berhasil dalam
karyanya, studinya biasanya adalah mereka yang memiliki disiplin yang tinggi. Seseorang
yang sehat dan kuat biasanya pun memiliki disiplin yang baik, dalam arti ia memiliki
2

keteraturan di dalam menjaga dirinya, teratur kerja, teratur makan, tertib olahraga dan
tertib dalam segala hal.

Pelaksanaan program kedisiplinan yang dijalankan didalam lembaga/instansi akan


membantu untuk mengarahkan dan mengontrol segala tindakan dan perilaku para personil
pegawai untuk selalu ada dalam ketentuan-ketentuan yang telah menjadi bagaimana
pelaksanaan kedisiplinan yang harus dilakukan dan apakah upaya pelaksanaan
kedisiplinan pegawai ini, akan menjadikan para pegawai untuk selalu bertanggung jawab,
bekerja tepat waktu, efektif dan efesien, sehingga secara tidak langsung akan mendorong
untuk meningkatkan prestasi kerjanya. Selain itu, lembaga/instansi harus memperhatikan
sampai sejauh mana pengaruh disiplin kerja terhadap prestasi kerja pegawai,sehingga
akan memberikan suatu timbal balik yang positif dalam mewujudkan tujuan organisasi.

Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Kalimantan Timur merupakan


salah satu wujud kepedulian pemerintah terhadap masyarakat untuk memberikan
pelayanan pendidikan bagi seluruh masyarakat yang ada di kota samarinda. Pemerintah
tidak perlu bersikap lemah dalam menghadapi para pegawai intansi pemerintah. Seorang
pemimpin yang lemah bukan hanya akan mengacakan jalannya pemerintahan tetapi juga
akan kehilangan rasa hormat dari para bawahannya. Pemerintah telah mempunyai
perturan permainan dan harus ditaati bersama, maka pelanggaran terhadap peraturan
pemerintah ini haruslah dikenakan tindakan pendisiplinan.

Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Kalimantan Timur bertujuan


untuk membantu Bupati dalam merumuskan memimpin, mengkoordinasikan, membina
dan mengendalikan tugas-tugas yang bersifat spesifik di bidang Perpustakaan dan Arsip
Daerah yang meliputi pengelolaan perpustakaan, arsip daerah dan pendokumentasian
serta pelaksanaan ketatausahaan. Pengelolaan perpustakaan dan arsip daerah akan
berjalan dengan baik bila pegawai bekerja dengan disiplin. Disiplin harus deterapkan
dengan segera dan secepat mungkin serta diterapkan secara konsisten. Demikian pula
setiap orang berdisiplin sudah tidak mustahil, baik dalam instansi atau organisasi dimana
mereka berkerja akan memperlihatkan sebagai suatu organsasi yang sehat suatu organisasi
dengan iklim yang sehat, yang kuat dengan prestasi yang dapat diandalkan.
3

Samudra Wasrih selaku kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Kalimantan Timur memaparkan tupoksinya adalah Sekretariat yang menjelaskan bahwa
sekretariat mempunyai tugas membantu kepala dalam menyelenggarakan pembinaan dan
tata laksana, perencanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga dan
humas serta penerbitan untuk menunjang pelaksanaan tupoksi BPAD Sultra. Setelah itu
pemaparan di susul oleh beberapa kepala Bidang yaitu Kabid Deposit, Pengolahan dan
Pengembangan Bahan Pustaka dimana bidang tersebut mempunyai tugas melaksanakan
pengumpulan karya cetak dan karya rekam yang diterbitkan/diproduksi di Kalimantan
Timur dan tentang Sultra di Daerah lain, melaksanakan pengembangan dan pengolahan
bahan pustaka, penyusunan Bibliografi daerah, Katalog induk daerah, bahan rujukan
berupa indeks, bibliografi subyek, abstrak, kliping dan literatur sekunder lainnya.

Kabid Pembinaan Perpustakaan memaparkan bahwa tugas yang di embankan pada


bidangnya adalah melaksanakan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia,
pembinaan semua semua jenis Perpustakaan dan Pembudayaan kegemaran membaca.
Pada pemaparan selanjutnya oleh Kepala Bidang Layanan Perpustakaan, Pelestarian
bahan Pustaka dan Otomasi Perpustakaan, menjelaskan bahwa di bidangnya mengembang
tugas menyelenggarakan berbagai jenis Layanan Perpustakaan baik itu layanan bahan
perpustakaan berbentuk cetak maupun layanan Perpustakaan digital, layanan referensi,
layanan anak dan layanan story telling, layanan internet hostpot/Wifi. Khusus untuk
otomasi Perpustakaan mempunyai tugas teknis Perpustakaan berbasis teknologi
binformasi dan komunikasi.

Berdasarkan diagram pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi


Kalimantan Timur yang memiliki jumlah pegawai 98 orang yang terdiri dari 55 %
SMU/SMK, 30 % Diploma, 29 % S1 dan 6 % S2, berdasarkan status kepegawaiaannya
terdiri atas 97 orang Pegawai Negeri Sipil, dan 1 Orang Tenaga Honorer.

Rata – Rata Kegiatan Apel Pagi Dan Siang Pegawai Kantor Perpustakaan Dan Arsip
Daerah Provinsi Kalimantan Timur Enam Bulan Terakhir
4

Prensentase

Jumlah Yang Yang Tidak (%)


No. Kategori
Pegawai Mengikuti Mengikuti
Tidak
Hadir
Hadir

1.
Apel Pagi 98 80 18 81.6 % 18.3 %

2.
Apel Siang 98 86 12 87.7 % 12.2 %

3.
Apel Sore 98 88 10 89.8 % 10.2 %

Sumber : Sekretariat Perpustakaan Daerah

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kehadiran pegawai


pada pelaksanaan apel pagi , apel siang dan apel sore yang merupakan salah satu
indikator yang dijadikan rujukan dalam pengukuran disiplin hanya mencapai 81.6 %
untuk apel pagi, 87.7 % untuk apel siang dan 89.8 % untuk apel sore. Artinya angka
tersebut menunjukkan bukti tidak disiplinnya pegawai dalam mematuhi salah satu
aturan yang semestinya ditaati sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Berdasarkan data tersebut diatas yang pada kenyataanya dengan jumlah


pegawai yang cukup banyak yang ada di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
Provinsi Kalimantan Timur sering datang terlambat dan berkerja secara tidak optimal
dan tidak sesuai dengan ketentuan jam kantor serta kurang memberikan pelayanan yang
optimum. Berdasarkan kenyataan tersebut sebelum sesuai dengan teori, maka penulis
perlu melakukan penyusunan tugas proposal dengan judul : “ Disiplin Kerja Pegawai
Pada Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah Provinsi Kalimantan Timur ”.

B. Indenfikasi Masalah
5

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi fokus penelitian
dalam penyusunan proposal ini antara laian sebagai berikut :

1) Pelaksanaan disiplin kerja pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah


Kalimantan Timur.
2) Faktor-faktor yang mendukung kedisiplinan kerja pegawai Badan Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kalimantan Timur.
3) Faktor-faktor menghambat kedisiplinan kerja pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kalimantan Timur.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat


dikemukakan yaitu sebagai berikut :

1) Bagaimana pelaksanaan disiplin kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan


Arsip Daerah Kalimantan Timur.
2) Faktor-faktor apa saja yang mendukung kedisiplinan kerja pegawai pada
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kalimantan Timur.
3) Faktor-faktor apa saja yang menghambat kedisiplinan kerja pegawai pada
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kalimantan Timur.

D. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah Disiplin Kerja Pegawai Pada
Badan Perpustakaan Dan Arsip Daerah Provinsi Kalimantan Timur.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini:

1) Untuk mengetahui pelaksanaan disiplin kerja pegawai pada Badan Perpustakaan


dan Arsip Daerah Kalimantan Timur.
6

2) Untuk mengetahui factor-faktor pendukung kedisiplinan kerja pegawai pada


Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kalimantan Timur.
3) Untuk mengetahui factor penghambat kedisiplinan kerja pegawai pada Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kalimantan Timur.

F. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kalimantan Timur agar dapat melaksanakan disiplin kerja.
b. Sebagai bahan masukan bagi manajemen Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kalimantan Timur dalam menentukan kebijakan yang berhubungan
dengan pelakanaan disiplin kerja pegawai.

2) Manfaat Teoritis
a. Bagi civitas akademika sebagai perbendaharaan tambahan pengetahuan
mengenai sikap disiplin kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kalimantan Timur.
b. Bagi penulis sebagai tambahan pengetahuan tentang pelaksanaan disiplin kerja
pegawai pada Badan Perpusatakaan dan Arsip Daerah Kalimantan Timur.
7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Hakekat Disiplin Kerja

Menurut peraturan pemerintah No.53 Tahun 2010 tentang peraturan disiplin pegawai
negeri sipil. Mendefinisikan disiplin kerja adalah sikap atau perilaku kesanggupan pegawai
negeri sipil untuk mentaati kewajiban dan menghindari larangan yang telah ditentukan dalam
peraturan perundang – undangan dan/ atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati
atau dilanggar akan dijatuhkan hukuman disiplin.

Secara etimologis disiplin berasal dari bahasa inggris “ diciple “ yang berarti pengikut
atau penganut pengajaran, latihan dan sebagainya. Sinungan (2005:145). Disiplin merupakan
suatu keadaan tertentu dimana orang-orang yang tergabung dalam organisasi tunduk pada
peraturan-peraturan yang ada dengan rasa senang hati. Sedangkan kerja adalah segala
aktivitas manusia yang dilakukan untuk menggapai tujuan yang telah ditetapkanya.

1) Disiplin itu berasal dari bahasa Latin dari kata “discipline” yang berarti latihan atau
pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Hadisaputro
menyatakan bahwa kata disiplin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi
Ketiga tahun 2001 ada tiga makna: tata tertib (di sekolah, kemiliteran dst);
2) ketaatan kepada peraturan (tata tertib dst);
3) bidang study yang memiliki objek sistem dan metode tertentu.

Dari ketiga makna tersebut Hadisaputro menyimpulkan bahwa disiplin adalah tata tertib
yang seyogyanya dipatuhi, dalam hal ini oleh pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya (Hadisaputro, 2003: 4).

Sedangkan Menurut Prijodarminto, (1993:15) mengemukakan “ Disiplin adalah suatu


kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban”. Karena sudah
menyatu dengan dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama
8

sekali tidak dirasakan sebagai beban,bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana
ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya. Nilai-nilai kepatuhan telah menjadi bagian dari
perilaku dalam kehidupannya.

Conzo dalam bukunya Human Resource Management (1991:76) mengemukakan tentang


pengertian disiplin sebagai berikut: ”Disiplin kerja adalah suatu kondisi dalam organisasi
dimana para karyawan menampilkan dirinya masing-masing sesuai peraturan organisasi dan
standar perilaku yang dapat diterima”.

Sedangkan menurut Riva’I (2004:444) mengemukakan pendapat tentang disiplin kerja


sebagai berikut:

“Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan
karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya
untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan
perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku”.

Disiplin kerja memerlukan perhatian khusus dan proses prosedur yang seharusnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Davis (1985:367) yang mengemukakan bahwa :

“Disiplin kerja memerlukan perhatian proses yang seharusnya, yang berarti bahwa prosedur
harus menunjukan karyawan yang bersangkutan benar-benar terlibat. Keperluan proses yang
seharusnya itu dimaksudkan adalah pertama, suatu prasangka yang tak bersalah sampai
pembuktian karyawan berperan dalam pelanggaran. Kedua, hak untuk didengar dalam
beberapa kasus terwakilkan oleh karyawan lain. Ketiga, disiplin itu dipertimbangkan dalam
hubungannya dengan keterlibatan pelanggaran.”

Sejalan dengan tujuan dari penelitian tentang disiplin kerja pegawai yang dilakukan ini, maka
dapat dikatakan bahwa salah satu upaya untuk dapat meningkatkan motivasi pegawai adalah
dengan diterapkannya disiplin kerja melalui berbagai peraturan dan ketentuan dalam
organisasi. Adapun cara yang dapat dilakukan adalah dengan disiplin preventif dan disiplin
korektif.

Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang mendorong para


karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang
9

telah ditetakan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan tentang pola sikap, tindakan dan
perilaku yang diinginkan dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan
sampai para karyawan berperilaku negatif.

Sedangkan disiplin korektif dilakukan jika ada pegawai yang nyata-nyata telah
melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standar
yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat atau ringannya suatu
sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang telah terjadi. Pengenaan sanksi
dapat mengikuti prosedur yang sifatnya hierarki. Artinya pengenaan sanksi diprakarsai oleh
atasan langsung karyawan yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi
dan keputusan akhir pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat pimpinan yang memang
berwenang untuk itu. Prosedur tersebut ditempuh dengan dua maksud, yaitu bahwa
pengenaan sanksi dilakukan secara obyektif dan bahwa sifat sanksi sesuai dengan bobot
pelanggaran yang telah dilakukan. Di samping factor obyektivitas dan kesesuaian bobot
hukuman dengan pelanggaran, pengenaan sanksi harus pula bersifat mendidik dalam arti agar
terjadi perubahan sikap dan perilaku di masa depan dan bukan terutama menghukum
seseorang karena tindakannya di masa lalu. Pengenaan sanksi pun harus mempunyai nilai
pelajaran dalam arti mencegah orang lain melakukan pelanggaran serupa. Tidak kurang
pentingnya untuk memperhatikan bahwa manajemen harus mampu menerapkan berbagai
ketentuan yang berlaku secara efektif dan tidak hanya sekedar merupakan pernyataan di atas
kertas.

Sikap dan perilaku yang demikian ini tercipta melalui proses binaan melalui keluarga,
pendidikan dan pengalaman atau pengenalan dari keteladanan dari lingkungannya. Disiplin
akan membuat dirinya tahu membedakan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan, yang wajib
dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya dilakukan (karena merupakan hal-hal
yang dilarang).

Prijodarminto, (1993:16) berpendapat “Disipin terbagi pada tiga aspek yaitu sikap
mental, pemahaman dan sikap kelakuan”: diuraikan sebagai berikut:

1) Sikap mental (mental attitude), yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil
atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak;
10

2) Pemahaman yang baik mengenai sistim aturan perilaku, norma, kriteria, dan standar
yang sedemikian rupa,sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang
mendalam atau kesadaran, bahwa ketatan akan aturan, norma, kriteria, dan standar
tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses);
3) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesanggupan hati, untuk mentaati
segala hal secara cermat dan tertib.

Dalam sebuah organisasi, diperlukan sebuah pembinaan bagi pegawai untuk mencegah
terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan yang telah ditetapkan. Dan seorang
pimpinan memerlukan alat untuk melakukan komunikasi dengan para karyawanya mengenai
tingkah laku para pegawai dan bagaimana memperbaiki perilaku para pegawai dan
bagaimana memperbaiki perilaku para pegawai menjadi lebih baik lagi. Dan disiplin kerja
yang diterapkan merupakan alat komunikasi pimpinan seperti dikemukakan oleh Riva’i
(2004:44) yang menyebutkan bahwa :

“ Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk mengubah suatu
perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang
mentaati semua peraturan perusahaan dan norma- norma sosial yang berlaku “.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Nawawi (1998:104), menyatakan bahwa :

“Disiplin adalah sebagai usaha mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap


ketentuan yang telah disetujui bersama dalam melaksanakan kegiatan agar pembinaan
hukuman pada seseorang atau kelompok orang dapat dihindari “.

Sementara itu Sutisna, (1989:109) mendefinisikan disiplin adalah :

1) Disiplin sebagai suatu proses atau hasil pengarahan atau pengendalian dorongan atau
kepentingan demi cita-cita atau untuk mencapai tindakan efektif yang dapat
diandalkan;
2) Pencarian cara-cara bertindak yang terpilih dengan gigih aktif dan diarahkan sendiri
sekalipun menghadapi rintangan atau gangguan.

Menurut Irmin ( 2004 : 21 ) memberikan beberapa pengertian tentang disiplin, yaitu :


11

1) Perilaku yang menunjukan nilai – nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan


ketertiban.
2) Perasaan risi atau maludan berdosa kalau melakukan perbuatan yang menyimpang.
3) Sikap tahu untuk membedakan hal – hal yang seharusnya dilakukan, yang wajib
dilakukan, yang boleh dilakukan, dan hal yang tidak boleh dilakukan.
4) Merupakan sikap taat dan tertip sebagai hasil pengembangan dan latihan
pengendalian pikiran dan pengendalian watak.

Sastrohadiwiryo ( 2003 : 291 ) mengatakan disiplin kerja adalah sebagai sikap


menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan – peraturan yang berlaku, baik
secara tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankan dan tidak mengelak untuk
menerima sanksi – sanksi nya apa bila seseorang melanggar tugas dan wewenang yang
diberikan kepadanya. Jika disiplin kerja pegawai tinggi, maka organisasi akan mendapatkan
banyak keuntungan dan artinya jika disiplin kerja menurun, maka organisasi akan mendapat
banyak kerugian. Hal ini berdampak pada pelayanan terhadap publik.

Disiplin kerja adalah yang memberikan dorongan atau yang menyebabkan pegawai untuk
berbuat dan melakukan semua kegiatan sesuai dengan aturan atau norma – norma yang telah
ditetapkan (Wursanto,1989:108 ).

Pentingnya peranan disiplin juga dikemukakan oleh Musanef (1994:116) yang


berpendapat bahwa:

”Disiplin juga tidak kalah pentingnya dengan prinsip-prinsip lainnya artinya disiplin setiap
pegawai selalu mempengaruhi hasil prestasi kerja. Oleh sebab itu dalam setiap organisasi
perlu ditegaskan disiplin pegawai-pegawainya. Melalui disiplin yang tinggi produktivitas
kerja pegawai pada pokoknya dapat ditingkatkan. Oleh sebab itu perlu ditanamkan kepada
setiap pegawai disiplin yang sebaik-baiknya”.

Manusia yang sukses adalah manusia yang mampu mengatur dan mengendalikan diri
yang menyangkut pengaturan cara hidup dan mengatur cara kerja. Maka erat hubungannya
antara manusia sukses dengan pribadi disiplin. Berkaitan dengan disiplin itu sendiri para ahli
memiliki bermacam-macam pemaknaan seperti yang diungkapkan oleh Martoyo (2000: 151)
12

Oleh Sinungan (1997: 135) dijabarkan bahwasanya disiplin adalah sikap kejiwaan
dari seseorang atau sekelompok orang yang senantiasa berkehendak untuk
mengikuti/mematuhi segala aturan yang telah ditetapkan. Disiplin juga berarti latihan yang
mengembangkan pengendalian diri, watak atau ketertiban dan efisiensi; kepatuhan atau
ketaatan terhadap ketentuan dan peraturan pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang
berlaku dalam masyarakat (Sinungan, 1997: 145-146).’

Nitisemito berpendapat bahwa kedisiplinan merupakan suatu sikap, tingkah laku dan
perbuatan yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak
(Nitisemito, 1996: 118).

Sedangkan menurut Robbins disiplin kerja dapat diartikan sebagai suatu sikap dan
perilaku yang dilakukan secara sukarela dengan penuh kesadaran dan kesediaan mengikuti
peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau atasan, baik tertulis maupun
tidak tertulis ( Arisandy, 2004: 28).

Menurut Davis disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk
memperteguh pedoman-pedoman organisasi. Disiplin pada hakikatnya adalah kemampuan
untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai
dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang
mendukung dan melindungi sesuatu yang telah ditetapkan. Dalam kehidupan sehari-hari
dikenal dengan disiplin diri, disiplin belajar dan disiplin kerja. Sedangkan disiplin kerja
merupakan kemampuan seseorang untuk secara teratur, tekun secara terus-menerus dan
bekerja sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dengan tidak melanggar aturan-aturan yang
sudah ditetapkan (Aritonang, 2005: 3-4).

Mengenai disiplin kerja Arisandy juga mengemukakan bahwasanya disiplin kerja


adalah suatu sikap, perilaku yang dilakukan secara sukarela dan penuh kesadaran serta
keadaan untuk mengikuti peraturan yang telah ditetapkan perusahaan baik tertulis maupun
tidak tertulis. Perilaku tidak disiplin yang timbul merupakan cerminan dari persepsi negatif
karyawan terhadap kontrol yang dilakukan oleh atasan. Sebaliknya perilaku disiplin yang
timbul merupakan cerminan dari persepsi positif terhadap kontrol atasan (Arisandy,
2004:28).
13

Di sisi lain, disiplin kerja merupakan upaya pengaturan waktu dalam bekerja yang
dilakukan secara teratur dengan mengembangkan dan mengikuti aturan kerja yang ada
(Wardana, 2008: 20).

Menurut Saydam ( 1996 : 286-287 ) menjelaskan bentuk disiplin kerja yang baik yang
tergambar pada suasana :

1) Tingginya rasa kepedulian pegawai terhadap pencapaian tujuan perusahaan.


2) Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para pegawai dalam melakukan
pekerjaan.
3) Besarnya rasa tanggungjawab para pegawai untuk melaksanakan tugas dengan sebaik
– baiknya.
4) Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan pegawai.
5) Meningkatnya efisiensi dan produktivitas para pegawai.

Sementara itu kelemahan disiplin kerja pegawai terlihat pada suasana kerja sebagai berikut :

1) Tingginya angka absensi pegawai.


2) Sering terlambatnya pegawai untuk masuk kantor atau pulang lebih cepat dari jam
yang sudah ditentukan.
3) Menurunnya semangat dan gairah kerja.
4) Berkembangnya rasa tidak puas, saling curiga dan saling melempar tanggungjawab.
5) Penyelesaian pekerjaan yang lambat karena pegawai lebih senang mengobrol
daripada kerja.
6) Tidak terlaksananya supervisi dan waskat yang baik.
7) Sering terjadinya konflik antar pegawai dan pimpinan perusahaan.

Adapun contoh pelaksanaan disiplin kerja yang baik menurut Strauss (1985:214 ) adalah
sebagai berikut :

1) Masuk kerja tepat waktu.


2) Mentaati instruksi kerja dari supervisor.
3) Menghindari perkelahian, mabuk dan pencurian.
4) Mencetakkan jam kerja pada waktu hadir.
14

Begitu pula Wursanto ( 1985 : 135 ), menyatakan bahwa : “ kinerja yang tinggi dan
disiplin yang tinggi akan diperoleh apabila para pegawai terpenuhi kebutuhannya”.

Pada hakekatnya disiplin terdiri dari beberapa unsur yaitu :

1) Pengetahuan tentang pekerjaan yang harus dilakukan.


2) Kesadaran bahwa disamping individu adalah sebagai orang yang dipercaya untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban sehingga mempunyai rasa tanggungjawab.
3) Ketaatan dan kepatuhan terhadap segala peraturan dan ketentuan – ketentuan yang
berlaku.
4) Ketertiban dalam melaksanakan apa yang harus dikerjakannya sehingga dapat
dihindari penyimpangan –penyimpangan yang mungkin terjadi.
5) Inisiatif dalam menyajikan apa yang harus dikerjakan sehingga dihindari
penyimpangan – penyimpangan yang mungkin terjadi.
6) Inisiatif yang menunjang kelancaran pelaksanaan tugas – tugasnya , sehingga tidak
melakukan seperti halnya melakukan pola kerja hanya itu – itu saja.
7) Rasa senang hati, tidak terpaksa dan dipaksa.
8) Dilaksanakannya sanksi dengan sungguh – sungguh (Widodo,1980:60 )

Disiplin bila sudah menyatu dengan dirinya , maka sikap atau perbuatan yang dilakukan
bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan akan sebaliknya akan
membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana mestinya. Dengan demikian
disiplin kerja seseorang dalam bekerja merupakan sikap atau perlakuan ketaatan, ketertiban,
tanggungjawab dan loyalitas pegawai terhadap segala tata tertib yang berlaku dalam
organisasi. Bila pegawai bertindak atau berbuat sesuai dengan keinginan organisasi maka
peraturan itu menjadi efektif. Disiplin kerja bila pegawai datang tepat waktu,
mempergunakan alat kantor dengan rasa tanggungjawab, hasil pekerjaan memuaskan dan
bila bekerja dengan semangat tinggi ( Larterner,1983:71 ).

Berdasarkan pendapat ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat
kedisiplinan yang dimiliki seorang pegawai maka akan semakin tinggi pula kinerja pegawai.

Konsep Disiplin Kerja Pegawai Menurut pendapat Werther Jr., yang dikutip oleh
Manullang (1988:96), menyatakan bahwa ;
15

”Disiplin adalah upaya manajemen untuk mengusahakan agar karyawan mentaati


standar/peraturan-peraturan dalam organisasi. Ia menganggap bahwa disiplin sebagai suatu
latihan untuk mengubah dan mengoreksi pengetahuan, sikap dan perilaku sehingga karyawan
akan berusaha untuk bekerja sama dan meningkatkan kinerjanya bagi perusahaan”.

Sedangkan menurut Manullang (1988:56) , berpendapat bahwa: ”Disiplin adalah


melaksanakan apa yang telah disetujui bersama antara pimpinan dengan para pekerja baik
persetujuan tertulis, lisan ataupun berupa peraturan-peraturan dan kebiasaan-kebiasaan”.

Menurut Nitisemito ( 1995 : 106 ) , menyatakan bahwa disiplin adalah suatu sikap,
tingkah laku dan perbuatan yang sesuai denagan peraturan dari organisasi baik secara tertulis
maupun tidak tertulis. Saydam ( 1996 : 284 ) menyatakan bahwa disiplin adalah sikap
kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati segala norma-norma
peraturan yang berlaku disekitarnya. Dari pendapat para ahli tersebut diatas, terlihat dengan
jelas faktor – faktor terpenting dari disiplin kerja adalah sikap dan perilaku yang taat dan
tunduk pada peraturan yang ada dengan penuh kesadaran. Sehubungan dengan hal tersebut
diatas penulis merumuskan disiplin kerja adalah suatu sikap pegawai, tingkah laku pegawai,
dan perbuatan pegawai yang sesuai dengan peraturan organisasi baik secara tertulis maupun
tidak tertulis.

Moukijat (1984:96) mengemukakan disiplin adalah kegiatan manajemen untuk


menjalankan standar-standar organisasional. Secara etiomologis, kata “disiplin” berasal dari
kata Latin “diciplina” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta
pengembangan tabiat. Nitisemito (1991:36) mengemukakan disiplin sebagai suatu sikap,
perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan, baik tertulis maupun
tidak tertulis. Setelah diuraikan beberapa pengertian mengenai disiplin yang dikemukakan
oleh beberapa ahli seperti tersebut diatas dapatlah dikatakan bahwa disiplin umumnya
diartikan kepatuhan dan ketaatan pada peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang
berlaku dilingkungan organisasi masing-masing, jika terdapat pegawai yang tidak mematuhi
segala peraturan dan ketentuan yang berlaku pada lingkungan kerjanya, berarti tindakan
pegawai tersebut dapat dikategorikan sebagai tindakan yang melanggar disiplin.

Dari perspektif organisasi, dapat dirumuskan sebagai ketaatan setiap anggota


organisasi terhadap semua aturan yang berlaku di dalam organisasi tersebut, yang terwujud
16

melalui sikap, perilaku dan perbuatan yang baik sehingga tercipta keteraturan, keharmonisan,
tidak ada perselisihan, serta keadaan-keadaan baik lainnya. Penjelasan para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah kesadaran individu dalam bekerja untuk selalu
mentaati peraturan yang telah ditetapkan organisasi. Sedangkan beberapa penulis sosiolog,
psikolog maupun para administrator dan manager telah merumuskan pengertian tentang
disiplin.

Handoko (1992:208) memberikan pengertian disiplin adalah suatu kegiatan


manajemen untukmenjalankan standar-standar organisasional. Disiplin merupakan factor
yang sangat penting untuk diperhatikan dalam suatu organisasi. Karena bila karyawan dalam
melaksanakan tugas tidak memiliki disiplin kerja yang tinggi, maka hasil yang dicapai tidak
akan sesuai sebagaimana yang diharapkan.

Jika dicermati rumusan tentang definisi di atas maka terdapat kesamaan makna
disiplin sebagai kesadaran diri atau kekuatan yang berkembang dalam diri sendiri, dan untuk
mematuhi atau mentaati nilai, norma, dan peraturan. Definisi disiplin yang dikemukakan
diatas memandang disiplin sebagai kepatuhan yang datang secara sadar, sukareala dan ada
pengaruh dari luar baik yang bersifat ajakkan ataupun perintah atau paksaan. Kesadaran diri
untuk mentaati nilai-nilai, norma, dan peraturan tanpa ada paksaan atau perintah akan
menumbuhkan kebebasan berinisiatif, kebebasan untuk mengeluarkan ide, gagasan dan
pendapat yang bertanggung jawab.

Sedangkan menurut Hasibuan (2003:193-194) mendefinisikan bahwa :

Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaatai semua peraturan


perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan diartikan jika karyawan
selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan
baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa “ Disiplin kerja adalah suatu
sikap mental yang dimiliki oleh pegawai dalam menghormati dan mematuhi peraturan yang
ada di dalam organisasi tempatnya bekerja dan dilandasi karena adanya tangung jawab bukan
karena keterpaksaan, sehingga dapat mengubah perilaku menjadi lebih baik daripada
sebelumnya
17

Untuk mencapai hasil yang baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, perlu
adanya disiplin kerja yang baik dari personil yang bersangkutan. Hasibuan (1996:212)
mengemukakan bahwa, “Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab
seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya”. Karena hal ini akan mendorong
gairah kerja atau semangat kerja, dan mendorong terwujudnya tujuan organisasi.
Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi karena tanpa dukungan disiplin
personil yang baik, maka organisasi akan sulit dalam mewujudkan tujuannnya. Jadi dapatlah
dikatakan bahwa kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Untuk memelihara dan meningkatkan kedisiplinan
yang baik, itu tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor yang mempengaruhi.

2. Fungsi Disiplin Kerja

Disiplin kerja sangat dibutuhkan oleh setiap pegawai. Disiplin menjadi persyaratan bagi
pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisiplin yang akan membuat para
pegawai mendapat kemudahan dalam bekerja, dengan begitu akan menciptakan suasana
kerja yang kondusif dan mendukung usaha pencapaian tujuan.

Pendapat tersebut dipertegas oleh pernyataan Tu’u (2004:38) yang mengemukakan beberapa
fungsi disiplin, antara lain :

a. Menata kehidupan bersama


b. Membangun kepribadian
c. Melatih kepribadian
d. Pemaksaan
e. Hukuman
f. Menciptakan lingkungan kondusif

Disiplin berfungsi mengatur kehidupan bersama, dalam suatu kelompok tertentu atau
dalam masyarakat dengan begitu, hubungan yang terjalin antara individu satu dengan
individu lain menjadi lebih baik dan lancar.

Disiplin juga dapat membangun kepribadian seorang pegawai lingkungan yang memiliki
disiplin yang baik, sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Lingkungan
organisasi yang memiliki keadaan yang tenang, tertib dan tenteram sangat berperan dalam
18

membangun kepribadian yang baik. Disiplin merupakan sarana untuk melatih kepribadian
pegawai agar senantiasa menunjukan kinerja yang baik sikap, perilaku, dan pola kehidupan
yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk dalam waktu yang lama salah satu proses untuk
membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui proses untuk membentuk kepribadian
tersebut dilakukan melalui proses latihan. Latihan tersebut dilaksanakan bersama antar
pegawai, pimpinan dan seluruh personil yang ada dalam organisai tersebut.

3. Faktor-Faktor Disiplin Kerja

Helmi (1996:37) pembentukkan perilaku dipengaruhi oleh interaksi antara faktor


kepribadian dan factor lingkungan (situasional).

 Faktor Kepribadian

Faktor yang penting dalam kepribadian seseorang adalah nilai yang dianut. Sistem
nilai dalam hal ini yang berkaitan langsung dengan disiplin. Nilai-nilai yang menjunjung
disiplin yang diajarkan atau ditanamkan orang tua, guru, dan masyarakat akan digunakan
sebagai acuan bagi penerapan disiplin di tempat kerja. Sistem nilai akan terlihat dari
sikap seseorang. Sikap diharapkan akan tercemin dalam perilaku.

 Faktor Lingkungan

Disiplin kerja yang tinggi tidak muncul begitu saja tetapi merupakan suatu proses
belajar yang terus-menerus. Proses pembelajaran agar dapat efektif maka pemimpin
yang merupakan panutan perlu memperhatikan prinsip-prinsip konsistensi, adil, bersikap
positif dan terbuka. Selain factor kepimpinan, gaji, kesejahteran, dan sistem penghargaan
bagi karyawan merupakan factor yang tidak boleh dilupakan.

4. Ciri-Ciri Disiplin Kerja

Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku
perorangan, kelompok atau masyarakat berupa ketaatan terhadap peraturan-peraturan atau
ketentuan yang ditetapkan pemerintah atau etik, norma dan kaidah yang berlaku dalam
masyarakat untuk tujuan tertentu dan kemudian menurut Sinungan disiplin tersebut tercermin
dalam pola tingkah laku dengan ciri-ciri sebagai berikut:
19

a. adanya hasrat yang kuat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang sudah menjadi
norma, etik dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat;
b. adanya perilaku yang dikendalikan;
c. adanya ketaatan (Sinungan, 1997: 145-146).

Dari ciri-ciri pola tingkah laku pribadi disiplin tersebut, jelaslah bahwa disiplin
membutuhkan pengorbanan baik itu perasaan, waktu, kenikmatan dan lain-lain.

5. Macam-Macam Disiplin Kerja

Ada dua macam disiplin kerja yaiu disiplin diri dan disiplin kelompok.

a) Disiplin Diri

Disiplin diri menurut Jasin (1996:35) merupakan disiplin yang dikembangkan atau
dikontrol oleh diri sendiri. Hal ini merupakan manifestasi atau aktualisasi dari tanggung
jawab pribadi, yang berarti mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada di luar dirinya.
Disiplin diri merupakan proses belajar (sosialisasi) yang berasal dari keluarga dan
lingkungan masyarakat. Penanaman nilai-nilai disiplin diri mulai ditanamakan oleh orang
tua, guru atau masyarat. Pimpinan juga dapat menjadi model peran yang sangat efektif bagi
berkembangnya disiplin diri. Disiplin diri sangat besar perannya dalam mencapai tujuan
organisasi. Jika harapan organisasi terpenuhi maka karyawan akan mendapat reward
(penghargaan) daro organisasi. Dengan disiplin diri seorang karyawan dapat menghargain
diri sendiri dan juga menghargain orang lain.

b) Disiplin Kelompok

Kegiatan organisasi bukanlah kegiatan yang bersifat individual semata. Selain disiplin diri
masih diperlukan disiplin kelompok. Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa di dalam
kelompok kerja terdapat standar ukuran prestasi yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Berarti setiap karyawan akan berusaha semaksimal mungkin memenuhi standar prestasi
tersebut. Dapat dikatakan bahwa standar ukuran prestasi, salah satunya dengan melalui
disiplin yang diterapkan oleh pihak organisasi.

Disiplin kelompok akan tercipta jika disiplin diri telah tumbuh dari dalam diri
karyawan. Artinya suatu kelompok akan menghasilkan pekerjaan yang optimal jika masing-
20

masing anggota kelompok dapat memberikan peran yang sesuai dengan hak dan tanggung
jawabnya.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Menurut Hasibuan (2006:214) faktor yang mempengaruhi disiplin kerja diantaranya adalah
motivasi kerja, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat, sanksi hukuman, ketegasan,
dan hubungan kemanusian.

B. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini peneliti menyajikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relavan
dengan masalah yang diteliti :

Samina,(2004:55) dalam penelitiannya disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di


Kantor Camat Barong Tongkok mengemukakan bahwa belum mencapai taraf optimal yang
ditujukkan oleh adanya kebiasaan masuk dan pulang kantor tidak sesuai dengan waktu yang
ditetapkan.

Sunanda,(2008:62) dalam penelitiannya pelaksanaan disiplin Pegawai Negeri Sipil


(PNS) dalam meningkatkan etos kerja mengemukakan bahwa factor yang mendukung adalah
komitmen pegawai, tingkat pendidikan pegawai, factor pengawasan pimpinan yang efektif,
sedangkan factor penghambat adalah keterlambatan dana operasional dan kesadaran
sebagian pegawai yang relative masih rendah.

Irawati,(2009:90) dalam penelitiannnya Faktor-faktor yang mempengaruhi


pelaksanaan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup Kantor Lurah Melak
mengemukakan bahwa masih rendahnya motivasi individu dalam bekerja dan kurangnya
proses pengawasan dan pemberian contoh perilaku disiplin atasan mereka yang masih
rendah. Adanya kelemahan penegakkan disiplin kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup
Kantor Lurah Melak, hal ini terlihat pada minimnya motivasi yang diberikan kepada pegawai
21

perpustakaan terhadap kebiasaan penegakkan disiplin waktu datang dan pulang kantor sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

lokasi penelitian adalah Badan Perpustakan dan Arsip Daerah Provinsi


Kalimantan Timur. Alasan peneliti pemilihan lokasi ini karena pada Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Kalimantan Timur memiliki jumlah
pegawai yang cukup banyak, sehingga di butuhkan disiplin kerja yang tinggi dari
seluruh personil pegawai Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi
Kalimantan Timur dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan terhadap masyarakat
sebagai pengunjung perpustakaan.

B. Subyek dan Obyek Penelitian


Penelitian ini menganalisis mengenai disiplin kerja pegawai perpustakaan dan
arsip daerah Provinsi Kalimantan Timur, yang menjadi variabel bebas atau
independent variabel dalam penelitian ini yaitu disiplin kerja.
Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Kalimantan Timur. Adapun yang
menjadi obyek penelitian adalah tanggapan responden tentang disiplin kerja pegawai
perpustakaan Kalimantan Timur, sedangkan yang dijadikan subyek penelitian adalah
karyawan arsip daerah Kalimantan Timur.

C. Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument utama dalam penelitian
adalah manusia atau peneliti itu sendiri, Sumber data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
22

1) Unsur manusia sebagai instrumen kunci


2) Unsur informan yang terdiri dari : Kepala Bagian Perpustakaan, Sekretaris,
Bendahara dan seluruh personil pegawai Perpustakaan.
3) Unsur non manusia sebagai data pendukung penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa jenis pengumpulan yang digunakan penulis yaitu:

1. Observasi /Pengamatan yaitu dengan melakukan pengamatan dilokasi


penelitian. Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang
proses penerapan disiplin kerja yang diterapkan dilingkungan Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kalimantan Timur dan aplikasinya yang
saat ini dijalankan oleh seluruh pegawai Badan Perpustakaan.
2. Wawancara, yang merupakan metode pengumpulan data dengan cara
bertanya langsung kepada responden, dalam hal ini kepada pegawai
Observasi, yang merupakan metode pengumpulan data dengan cara
pengamatan dan pencatatan terhadap data yang ditemukan di lapangan.
3. Dokumentasi,yakni melakukan pencatatan berbagai dokumen yang ada.
Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data tentang prosedur pencatatan
daftar hadir dan daftar hadir pada kegiatan/acara khusus pegawai, dan
daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3) atau dengan berkomunikasi
langsung untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Data primer yang dikumpulkan dari responden yang ada tentang disiplin
kerja dan semangat kerja pegawai pada Badan Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kalimantan Timur.

E. Teknis Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
deskriptif Kualitatif, menurut Miles dan Huberman (1992) bahwa analisis deskriptif
melalui tiga alur, yaitu :
1. Data reduction
23

2. Data display
3. Conclusion drawing/verification
Sesuai data yang diperoleh di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kalimantan Timur. Maka peneliti ini menggunakan teknik analisis data kualitatif
diskriptif yang berpedoman pada berfikir induksi dan deduksi. Menurut sanapiah
penelitian kualitatif dapat melakukan analisis data sejak pengumpulan data sampai
data terkumpul seluruhnya. Sebelum data dianalisis oleh peneliti terlebih dahulu
diolah ( data proccesing ) kemudian dilakukan proses editing yaitu data diperiksa
terlebih dahulu oleh penelliti secara seksama kemudian dilanjutkan denbgan
pemberian kode agar mempermudah dalam analisis data. Dalam menganalisis data,
penelitian menggunakan model analisis interaktif (interactive model) yang
mengandung empat komponen yang saling berkaitan yaitu ( pengumpulan data,
penyederhanaan data, pemaparan data dan penarikan dan pengajuan simpulan ).
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan mulai sejak awal sampai
sepanjang proses penelitian berlangsung, dalam penelitian ini di gunakan analisis data
dengan menggunakan model interaktif melalui tiga prosedur yaitu :
1) Reduksi data sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul
dari catatan-catatan tertulis dilapangan, data dihimpun dari berbagai sumber
dilapangan, disederhanakan dan disimpulkan.
2) Penyajian data dimaksudkan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita dapat memahami apa
yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan bagi peneliti melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-
bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut dapat ditarik
kesimpulan.
3) Menarik kesimpulan/verivikasi, merupakan satu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh selama penelitian berlangsung, sedangkan verivikasi meerupakan
kegiatan pemikiran kembali yang melintas di pemikiran penganalisis selama
peneliti mencatat, atau suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan
24

atau peninjauan kembali serta tukar pikiran diantara teman sejawat untuk
mengembangkan “intersubjektif” dengan kata lain makna yang muncul dari
data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokkannya
(validitasna).

BAB IV

ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN

A. Organisasi Peneltian
Nama Peneliti : Sefrianus Aleksandria
NIM : 17003054
Jenis Kelamin : laki-laki
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Kampus : Akademi Manajemen Administrasi Yogyakarta
Alamat Kampus : Jl. Pramuka No.70-85 Yogyakarta Telp. 0274-4340658
Pengalaman :-
No. Tlp : 0822-5130-3799

B. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

PENELITIAN KUALITATIF

Bulan Maret
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8

1. Penyusunan Proposal

2. Diskusi Proposal
25

3. Memasuki Lapangan, Grand


Tour dan Minitour Question,
Analisis Domain

4. Menentukan Fokus, Minitour


Question, Analisis Taksonomi

5. Tahap Selection, Structural


Question, Analisis
Komponensial

6. Menentukan Tema, Analisis


Tema

7. Uji Keabsahan Data

8. Membuat Draf Laporan


Penelitian

9. Diskusi Draf Laporan

10. Penyempurnaan Laporan

Anda mungkin juga menyukai