Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembangunan nasional, pembangunan pendidikan diartikan

untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut kualitasnya

untuk menghasilkan kualitas manusia yang lebih tinggi, guna menjamin

pelaksanaan dan kelangsungan pembangunan tersebut. Oleh karena itu adanya

lembaga pendidikan sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia .

Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan

kualitas dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.

Pembaharuan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi akan tetapi tanpa mengesampingkan nilai-nilai luhur sopan

santun dan etika. Serta didukung pula penyediaan sarana prasarana yang

memadai. Pendidikan yang dilaksanakan sedini mungkin dan berlangsung

seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah.

Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan pondasi yang sangat bermanfaat

dalam memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Matematika sebagai salah satu pelajaran yang diberikan mulai

jenjang Sekolah Dasar harus pula memperkuat pondasi tersebut. Seiring

dengan usaha tersebut telah diambil beberapa kebijakan oleh pemerintah,

antara lain pada tanggal 2 Mei 1984, pemerintah mencanangkan wajib belajar

1
6 tahun atau setingkat SD. Kemudian dilanjutkan wajib belajar 9 tahun atau

setingkat SLTP yang dicanangkan mulai tanggal 2 Mei 1994.

Menurut Dimyati (1994:3) dalam proses belajar mengajar ada empat

komponen penting yang berpengaruh untuk keberhasilan siswa yaitu bahan

belajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subyek

pembelajaran.

Matematika dianggap salah satu ilmu yang sukar. Kadang-kadang

mereka terpaksa mengikuti pelajaran matematika hanya karena takut dimarahi

oleh guru, sehingga siswa mengikuti pelajaran hanya asal-asalan saja,

dampaknya siswa tidak memiliki kemampuan untuk memahami sekaligus

memecahkan masalah-masalah matematika yang sangat erat hubungannya

dengan kehidupan sehari-harinya. Sedangkan matematika berfungsi sebagai

alat mengembangkan komunikasi dengan lambang serta ketajaman penalaran

yang dapa membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari.

Seperti dikemukakan oleh H.Erman Suherman (2001:217), bahwa

melalui kelompok-kelompok kecil, dapat melatih siswa mengemukakan

pendapatnya, menerima pendapat orang lain, mendiskusikan masalah secara

bersama dan merangkum pendapat dari teman teman dalam satu kelompok

dalam bentuk tulisan.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas VI

SDN Pamangong Kec. Lenangguar ternyata proses pembelajaran masih

bersifat tradisional dalam arti guru menyampaikan materi pelajaran hanya

2
dengan berceramah (teacer Centered) sehingga peran guru sangat dominan

dan siswa tidak pernah terlibat langsung di dalam proses pembelajaran.

Kenyataan di lapangan tersebut menjadi suatu permasalahan karena

bertentangan dengan karakterisitik dalam kurikulum berbasis kompetensi dan

kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP), di mana proses pembelajaran

berpusat pada siswa (Student Centered) tidak berpusat pada guru ( Teacher

centered) sehingga fungsi guru bukan sebagai pusat informasi melainkan

sebagai fasilitator dalam pembelajaran.

Dengan adanya perubahan kurikulum yang berorientasi pada

kompetensi untuk mengatasi permasalah di atas mengharuskan kesadaran guru

untuk mengubah cara pembelajaran tradisional menjadi model pembelajaran

yang inovatif. Dan salah satu model pembelajaran yang mungkin dapat

mengatasi keadaan tersebut adalah metode pembelajaran unit. Untuk

mendukung metode pembelajaran Unit dan konsep yang diajarkan lebih

bermakna bagi siswa diperlukan suatu pendekatan. Salah satu pendekatan

yang mungkin dapat diterapkan di kelas tersebut adalah pendekatan yang

perpusat pada siswa karena dalam pendekatan tersebut dapat membantu guru

untuk mengaitkan antara konsep yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

sehingga siswa dapat belajar berdasarkan pengalaman dari lingkungan di

sekitarnya (Depdiknas, 2001: 20). Perolehan pengalaman dari lingkungan

sekitar bisa diperoleh dari interaksi dengan orang lain dalam arti siswa saling

bekerja sama dalam suatu kelompok. Sehingga ada kesesuaian antara model

pembelajaran kooperatif dengan metode pembelajaran Unit.

3
Berdasarkan uraian tersebut di atas peneliti memandang perlu

melakukan suatu penelitian tindakan (action research) untuk mengatasi

masalah yang ada di kelas VI dengan judul : “ Upaya peningkatan aktivitas

dan hasil belajar Matematika dengan Menerapkan metode pembelajaran

Unit kelas VI SDN Pamangong Kec.Lenangguar Tahun pelajaran 2010-

2011.“

B. Identifikasi Masalah

Pembelajaran Matematika pada siswa kelas kelas VI SDN Pamangong

Kec. Lenangguar selama ini belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Hal

ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

Faktor yang mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI

SDN Pamangong Kec. Lenangguar dapat diklasifikasikan menjadi dua

kategori, yakni faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal

dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor-faktor fisiologis dan faktor-faktor

psikologis, sedangkan faktor-faktor eksternal juga dibagi menjadi dua

kelompok yaitu, faktor faktor sosial dan faktor-faktor nonsosial. Faktor

internal meliputi faktor fisiologis dalam konteks ini meliputi kondisi tubuh

dan kemampuan pancaindra seorang pembelajar, sedangkan faktor psikologis

dalam konteks ini menyangkut kondisi kejiwaan seseorang.

Faktor eksternal meliputi faktor sosial yang dimaksud adalah semua

faktor yang melibatkan unsur manusia di luar diri seorang pembelajar. Faktor-

faktor tersebut meliputi unsur guru, keluarga dan lingkungan masyarakat.

4
Faktor nonsosial menyangkut segala faktor yang bukan manusia, baik yang

bersifat materiil maupun non materiil. Faktor-faktor non sosial yang

mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran antara lain meliputi masalah

kurikulum, bahan dan sumber belajar, metode, media pembelajaran, sistem

evaluasi, sarana dan prasarana, serta sistem administrasi yang dijalankan di

sekolah.

C. Rumusan Masalah

Dari uraian tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian dibatasi

pada masalah penerapan metode pembelajaran dalam meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika. Masalah tersebut di atas

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI

SDN Pamangong Kec. Lenangguar pada pembelajaran Matematika

melalui penerapan metode pembelajaran unit tahun pelajaran 2010-2011?

2. Bagaimana efektivitas penerapan metode pembelajaran unit dalam

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SDN Pamangong

Kec. Lenangguar pada pembelajaran Matematika tahun pelajaran 2010-

2011 ?

5
D. Tujuan Penelitian

Tujuan Utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SDN Pamangong

Kec. Lenangguar pada pembelajaran Matematika melalui penerapan

metode pembelajaran Unit Tahun pelajaran 2010-2011.

2. Efektivitas penerapan metode pembelajaran unit dalam meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SDN Pamangong Kec.

Lenangguar pada pembelajaran Matematika Tahun pelajaran 2010-2011.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi

siswa,guru, dan sekolah sebagai berikut :

1. Bagi siswa ;

a) Pembelajaran dengan metode pembelajaran unit memberikan pengalaman

baru dan diharapkan memberikan kontribusi terhadap peningkatan

belajarnya.

b) Siswa memiliki kesadaran bahwa proses pembelajaran adalah dalam

rangka mengembangkan potensi dirinya, karena itu keberhasilan

pembelajaran sangat ditentukan oleh siswa.

c) Disamping itu, melalui penelitian ini siswa terlatih untuk dapat

memecahkan masalah dengan pendekatan ilmiah dan siswa didorong

aktif secara fisik, mental, dan emosi dalam pembelajaran.

6
2. Bagi guru ;

a) Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesional,

dan pembelajaran melalui metode pembelajaran unit menjadi

alternative pembelajaran Matematika untuk meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa.

b) Memberikan kesadaran guru untuk memperbaiki dan meningkatkan

kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi,

karakteristik siswa, dan kondisi pembelajaran

c) Guru mempunyai kemampuan dalam merancang model pembelajaran

unit yang merupakan hal baru bagi guru, dan menerapkannya dalam

pembelajaran Matematika . Dengan penelitian ini, kemampuan guru

mengaktifkan siswa dan memusatkan pembelajaran pada

pengembangan potensi diri siswa juga meningkat, sehingga

pembelajaran lebih menarik, bermakna, menyenangkan, dan

mempunyai daya tarik.

d) Di samping itu penelitian ini dapat memperkaya pengalaman guru

dalam melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran

dengan refleksi diri atas kinerjanya melalui PTK.

3. Bagi Kepala Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk kebijakan dalam

upaya meningkatkan proses belajar mengajar (PBM) dan meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa serta perlunya kerjasama yang baik antar

guru dan antara guru dengan kepala sekolah.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Aktivitas Belajar Siswa

1. Pengertian Aktivitas

Sardiman (2007: 100) menyatakan bahwa yang dimaksud

dengan aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun

mental. Usman (2000) mengatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas

jasmaniah dan rohaniah, yang meliputi aktivitas visual, aktivitas lisan,

aktivitas mendengarkan, aktivitas gerak dan aktivitas menulis. Siberman

(2000) mengemukakan bahwa paham belajar aktif memberikan gambaran

tingkatan aktivitas belajar terhadap penguasaan materi yang dikuasainya,

yaitu: (1) apa yang saya dengar saya lupa, (2) apa yang saya lihat saya

ingat sedikit, (3) apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan

saya mulai paham, (4) apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan

sayamemperoleh pengetahuan dan keterampilan, (5) apa yang saya ajarkan

kepada orang lain saya kuasai. Djamarah (2000:67) mengemukakan bahwa

belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi

anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama

tersimpan di dalam benak anak didik. Getrude. M. Whipple dalam Oemar

Hamalik (2008: 173) menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan murid sebagai

berikut:

8
1. Bekerja dengan alat-alat visual

2. Ekskursi dan trip

3. Mempelajari masalah-masalah

4. Mengapresiasi literatur

5. Ilustrasi dan konstruksi

6. Bekerja menyajikan informasi

7. Cek dan tes

Dierich dalam Sardiman, (2007: 101) menyatakan bahwa jenis kegiatan

siswa digolongkan ke dalam 8 kelompok, diantaranya:

1. Visual activities, seperti: membaca dan memperhatikan.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran,mengeluarkan pendapat, dan diskusi.

3. Listening activities, seperti: mendengarkan uraian dan diskusi.

4. Writing activities, seperti: menulis laporan dan menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, dan

diagram.

6. Motor activities, seperti: melakukan percobaan

7. Mental activities, seperti: menanggapi, mengingat, memecahkan soal,

menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil kesimpulan.

8. Emosional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira,bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Rianto & Dhari (1994) mengemukakan bahwa agar aktivitas berjalan

efektif, diperlukan keterlibatan secara terpadu, berkesinambungan dari

9
berbagai macam hal yaitu mengarah pada interaksi yang optimal,

menuntut berbagai jenis aktivitas peserta didik, strategi pembelajaran yang

sesuai dengan tujuan, dan menggunakan berbagai variasi media dan alat

peraga

2. Aktivitas Belajar Siswa

Kegiatan belajar mengajar ditandai adanya interaksi antara guru

dengan siswa. Interaksi dapat terjadi secara searah maupun terjadi secara

timbal balik dari guru kepada siswa atau sebaliknya. Guru memiliki peran

yang besar dalam rangka menentukan model interaksi atau kegiatan yang

akan dipilih. Peran guru dalam melakukan kegiatan untuk memilih dan

menentukan model interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa disebut

mengajar. Sedangkan kegiatan siswa dalam melakukan kegiatan interaksi

disebut belajar.

Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan reaksi atas

pelaksanaan interaksi berdasarkan model yang telah dipilih oleh guru

dalam proses belajar mengajar. Reaksi yang dilakukan oleh siswa sebagai

bentuk aktifitas belajar yang dilaksanakan oleh siswa. Dalam kegiatan

belajar mengajar selalu mengharapkan bahwa siswa memiliki aktifitas

belajar yang tinggi.

Aktifitas belajar sebagai bentuk reaksi yang dilakukan oleh siswa

dalam kegiatan belajar mengajar dapat berupa:

1. Kehadiran, yaitu keikutsertaan siswa dalam setiap kali pertemuan

dalam kegiatan belajar mengajar.

10
2. Perhatian, yaitu berupa kesungguhan dari siswa dalam mengikuti

kegiatan belajar mengajar.

3. Semangat, yaitu dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar haruslah

disertai dengan semangat yang tinggi.

4. Persiapan, yaitu melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum

kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Persiapan dapat dilakukan

baik di rumah maupun di sekolah.

5. Pertanyaan-pertanyaan, yaitu penyampaian pertanyaan-pertanyaan dari

siswa terhadap bahan ajar yang kurang jelas maupun yang belum

diketahui.

6. Tanggapan, yaitu berupa pernyataan-pernyataan atau jawaban dari

siswa terhadap berbagai pertanyaan atau permasalahan yang diajukan

oleh guru.

7. Penyelesaian tugas-tugas, yaitu berupa tanggung jawab siswa terhadap

tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Penyelesaian tugas-tugas tidak

diukur dari kebenaran penyelesaian tugas, tetapi kemauan untuk

mengerjakan setiap tugas.

Aktifitas belajar yang dilakukan oleh siswa sangat dipengaruhi

oleh kondisi perbuatan belajar. Menurut Robert M. Gagne (dalam

Soetomo, 1993: 135) disebutkan bahwa kondisi perbuatan belajar dibagi

menjadi dua, yaitu kondisi belajar intern dan kondisi belajar ekstern.

11
a. Kondisi Belajar Intern

Kondisi beljar intern merupakan kegiatan belajar yang

berasal dari dalam diri siswa. Hal ini merupakan kemampuan dasar

yang sangat diperlukan dalam proses permulaan kegiatan belajar

mengajar. Tanpa ada kemauan dari dalam dirinya, sangat sulit bagi

siswa untuk dapat menguasai bahan ajar yang sedang dibahas. Ada

beberapa aspek yang dapat dilihat dalam belajar intern, yaitu :

1) Kematangan belajar, yaitu adanya proses pertumbuhan yang dapat

menimbulkan perubahan-perubahan yang disempurnakan oleh

proses belajar.

2) Belajar untuk belajar, yaitu proses belajar yang dilakukan dengan

belajar melakukan sesuatu atau berlatih. Semakin sering untuk

berlatih melakukan sesuatu maka akan membantu dalam

peningkatan hasilnya.

3) Kemampuan belajar, yaitu adanya potensi yang dimiliki oleh siswa

sehingga sanggup untuk menyelesaikan tugas-tugas yang

diberikan.

b. Kondisi Belajar Ekstern

Proses belajar ekstern merupakan unsur yang mempengaruhi

perbuatan belajar yang berada di luar diri seseorang yang belajar.

Kondisi belajar ekstern dapat dibagi dalam beberapa bagian, antara

lain:

12
1) Adanya latihan, yaitu dengan mengulang-ulang kegiatan yang

sudah pernah dilakukan agar lebih menguasai.

2) Penguatan (reinforcement), yaitu dengan memberikan penghargaan

dengan harapan dapat memotivasi siswa agar melakukan kegiatan

belajar lebih giat.

3) Guru membangun hubungan dengan murid, yaitu dengan jalan

menciptakan suasana akrab dengan murid sehingga dapat

menciptakan ketengangan pada siswa untuk melakukan kegiatan

belajar.

4) Menggairahkan perhatian, yaitu akan perhatian siswa lebih fokus

terhadap materi yang sedang dibahas.

5) Penjelasan yang relevan, yaitu penjelasan yang dilakukan oleh guru

harus diarahkan sesuai dengan kebutuhan murid.

B. Hasil Belajar Siswa

1. Pengertian Belajar

Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari perbuatan belajar, karena

“belajar merupakan suatu proses, sedangkan hasil belajar adalah hasil dari

proses pembelajaran tersebut” (Slameto, 2003: 45).

Seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau

tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar

yang dialami oleh siswa tersebut.

13
Menurut Logan, dkk (dalam Sujana, 1998) belajar dapat diartikan

“sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil

pengalaman dan latihan”. Senada dengan hal tersebut, Winkel (1997: 231)

berpendapat bahwa: “belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai

suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan

berbekas”.

Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat

di-lakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan

masyarakat. Sudjana (1998) berpendapat bahwa: “belajar merupakan

proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi

dalam jangka waktu tertentu” Menurut Sardiman(2006: 56) belajar adalah:

“usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri

seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu

pengetahuan, keterampilan dan sebagainya”.

Siswa dalam belajar mengalami sendiri proses dari tidak tahu

menjadi tahu, karena itu menurut Cronbach (dalam Sardiman, 2006: 55).

Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam

mengalami itu, pelajar mempergunakan pancainderanya. Pancaindera tidak

terbatas hanya indera pengelihatan saja, tetapi juga berlaku bagi indera

yang lain.

14
Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri

siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar

karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan

yang khas (Sudjana, 2005: 198) antara lain :

a. Perubahan Intensional

Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau

praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa

menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan

pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.

b. Perubahan Positif dan aktif

Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi

kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu

yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya

perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang

bersangkutan.

c. Perubahan efektif dan fungsional

Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan

manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional

artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila

dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan

lagi.

15
Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut relatif

menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa

dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Pengertian Hasil belajar

Untuk mendapatkan suatu hasil tidaklah semudah yang

dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan

berbagai tantangan yang harus dihadapi.

Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui

sejauhmana ia telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai

hasil belajar. Hasil penelitian Winkel (1987: 45) bahwa: “proses belajar

yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang

pengetahuan dan pemaha-man, dalam bidang nilai, sikap dan

keterampilan”. Adanya perubahan tersebut tampak dalam hasil belajar

yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang

diberikan oleh guru. Melalui hasil belajar siswa dapat mengetahui

kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.

Marsun dan Martaniah (dalam Sudjana, 1998: 59) berpendapat

bahwa: “hasil belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana

peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh

munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik”.

16
Hal ini berarti hasil belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan

penilaian terhadap hasil belajar siswa.

Menurut Sudjana (1998: 57) yang dimaksud dengan hasil adalah

hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang.

Sedangkan hasil belajar itu sendiri diartikan sebagai hasil yang dicapai

oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku

rapor sekolah.

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

hasil belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa

berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah

pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir pembelajaran

dengan metode role playing.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Untuk meraih hasil belajar yang baik, banyak sekali faktor yang

perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa

yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan

yang kuat untuk beraktivitas dan hasil belajar dan kesempatan untuk

meningkatkan hasil, tapi dalam kenyataannya hasil yang dihasilkan di

bawah kemampuannya.

Hasil belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor yang perlu

diperhatikan. Nasution (2001: 344) pada penelitiannya menyimpulkan

bahwa “secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan

17
hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal

dan faktor eksternal”.

a. Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat

mem-pengaruhi hasil belajar. Faktor ini dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu:

1). Faktor fisiologis

Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor

yang ber-hubungan dengan kesehatan dan pancaindera

(a) Kesehatan badan

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu

memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan

fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam

menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara

kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan

pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya.

Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat

meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang

teratur.

(b) Pancaindera

Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya

belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan

dewasa ini di antara panca-indera itu yang paling memegang

18
peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting,

karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia

dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan

demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan

cacat mental akan menghambat dirinya didalam menangkap

pelajaran, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi hasil

belajarnya di sekolah.

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi

hasil belajar siswa, antara lain adalah :

(a) Intelligensi

Pada umumnya, hasil belajar yang ditampilkan siswa

mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang

dimiliki siswa. Menurut Binet (dalam Nasution, 2001: 23):

“hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetap-kan dan

mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu

penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai

keadaan diri secara kritis dan objektif”. Taraf inteligensi ini sangat

mempengaruhi hasil belajar seorang siswa, di mana siswa yang

memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar

untuk mencapai hasil belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa

yang memiliki taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan

memiliki hasil belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang

19
tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki

hasil belajar yang tinggi, juga sebaliknya .

(c) Sikap

Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri

dapat merupakan faktor yang menghambat siswa dalam

menampilkan hasil belajarnya. Menurut Nasution (2001: 56)

sikap adalah: “kesiapan seseorang untuk bertindak secara

tertentu terhadap hal-hal tertentu”. Sikap siswa yang positif

terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal

yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.

(d) Motivasi

Menurut Nasution (2001: 57) motivasi adalah:

“penggerak perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong

seseorang untuk belajar”. Motivasi timbul karena adanya

keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang.

Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar.

Menurut Nasution motivasi belajar adalah keseluruhan

daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbul-kan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan

belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu;

maka tujuan yang di-kehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi

belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual.

Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau semangat

20
belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mem-punyai banyak

energi untuk melakukan kegiatan belajar.

b. Faktor eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal lain

diluar diri yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang akan diraih,

antara lain adalah :

1) Faktor lingkungan keluarga

(a) Sosial ekonomi keluarga

Lingkungan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih

berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik,

mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah.

(b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang menempuh jenjang pendidikan tinggi

cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-anaknya,

dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang

lebih rendah.

(c) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga

Dukungan dari keluarga merupakan pemacu semangat

berpretasi bagi siswa. Dukungan bisa secara langsung, berupa

pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung, seperti hubugan

keluarga yang harmonis.

21
2) Faktor lingkungan sekolah

(a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP

akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di

sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan

sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar

mengajar

(b) Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih

hasil, keleng-kapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja

yang baik dari para peng-gunanya akan sia-sia belaka. Bila

siswa merasa kebutuhannya untuk berhasil dengan baik di

sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenihi rasa

ingin tahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya

berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim

belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, siswa akan

terdorong untuk terus-menerus meningkatkan hasil belajarnya.

(c) Kurikulum dan metode mengajar

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan

materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih

interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan

22
peran serta siswa dalam kegiatan pem-belajaran. Hasil

penelitian Nurkencana (1986: 45) mengatakan bahwa:

“faktor yang paling penting adalah faktor guru. Jika


guru mengajar dengan arif bijaksana, tegas, memiliki
disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat siswa
menjadi senang akan pelajaran, maka hasil belajar
siswa akan cenderung tinggi, paling tidak siswa
tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran”.

3) Faktor lingkungan masyarakat

(a) Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik.

Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan

enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung

memandang rendah pekerjaan guru/pengajar

(b) Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung

kegiatan pen-didikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan

dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang

akan lebih menghargai dan berusaha memaju-kan pendidikan

dan ilmu pengetahuan.

23
C. Hakekat Pembelajaran Matematika SD

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu bila ditinjau dari

segi tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, ataupun materi yang dipelajari

dalam rangka menunjang tercapainya kompetrensi.

Dalam proses pembelajaran, selalu diupayakan adanya interaksi

edukatif. Interaksi ini terjadi antara guru, siswa, tujuan pembelajaran, materi,

metode dan media, serta evaluasi. Ini sesuai dengan pendapat Soedjadi (1991:

4) yang dituliskan sebagai berikut:

“Mutu pendidikan hanya mungkin dicapai melalui peningkatan mutu


proses pendidikan yang bermuara kepada peningkatan mutu produk
pendidikan. Proses pendidikan dapat berjalan bila terjadi interaksi
antara elemen-elemennya, yakni (1) siswa, (2) guru, (3) sarana, dan
(4) kurikulum dalam arti luas dan evaluasi hasil belajar.”
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran

matematika adalah perubahan tingkah laku yang mencapai ranah kognitif,

afektif, dan psikomotor. Pengembangan aspek koognitif, afektif dan

psikomotor dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan meningkatkan

kemampuan proses matematika yang didapat melalui aktivitas belajar (Arifin,

1995:25).

Tujuan dan fungsi pembelajaran Matematika di SD dijabarkan dalam

kurikulum 2006 Fungsi mata pelajaran Matemtika yang relevan dengan

penelitian ini meliputi beberapa hal berikut (Depdikbud, 1993).

1. Memberikan dasar-dasar ilmu Matematika untuk mengembangkan

pengetahuan di pendidikan tinggi.

24
2. Mengembangkan keterampilan proses siswa dalam mempelajari konsep

Matematika.

3. Mengembangkan sikap ilmiah

Sesuai dengan fungsi belajar Matematika di atas, mengajarkan

Matematika sebagai bagian dari IPA seyogyanya mencerminkan hakikat

Matematika, yakni meliputi produk, proses dan sikap. Sedangkan tujuan

pembelajaran Matematika (M. Sitorus, 1995:1) dijabarkan bahwa ; “ Mata

pelajaran Matematika bertujuan untuk, menjelaskan dan menggambarkan

bagaimana menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan

linier satu perubah dan perbandingan dalam pemecahan masalah “

Dengan mengkaji tujuan pembelajaran di atas, maka kegiatan

pembelajaran matematika diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang mendorong

siswa belajar aktif, yakni keterlibatan aktif siswa dalam menemukan sendiri

pengetahuan melalui interaksinya dengan lingkungan. Untuk itu guru harus

menyediakan situasi dan kondisi yang dibutuhkan siswa, yakni keterlibatan

intelektual dan emosional dalam memperoleh produk, di samping keterlibatan

fisik dalam proses kegiatan pembelajaran.

Hakekat pembelajaran ilmu yang baik menurut Gagne (1979), ialah

sebagaimana ilmu itu diketemukan. Dengan demikian dalam kegiatan

pembelajaran tidak harus semua informasi dalam matematika disajikan dalam

bentuk “jadi” kepada siswa, beberapa bagian seharusnya diketemukan sendiri

oleh siswa. Agar siswa mampu menemukan informasi tentang matematika

25
secara utuh dan mandiri, maka matematika harus diajarkan secara utuh pula

baik sebagai produk, proses maupun sikap ilmiah

D. Metode Pembelajaran Unit

1. Pengertian
Taredja, dkk. (1980), dan Sumantri dan Permana (2006)

menyatakan bahwa metode pengajaran unit adalah suatu cara pembelajaran

di mana siswa dan guru mengarahkan segala kegiatannya pada pemecahan

suatu masalah yang dipelajari melalui berbagai segi yang berhubungan,

sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Pengajaran unit

ini sekarang dinamakan pembelajaran terpadu. Menurut Sumantri dan

Permana (1998/1999) terdapat beberapa jenis keterpaduan dalam

pembelajaran terpadu : (1) Keterpaduan antara dua atau lebih masalah,

konsep, keterampilan, tugas, atau ide-ide lain dalam satu bidang studi, (2)

Keterpaduan beberapa topik atau sub tema dalam berbagai bidang studi

(model jaring laba-laba/webbed model) dan (3) lintas bidang studi yaitu

pemecahan masalah yang melibatkan adanya prioritas kurikuler dan

menemukan pengetahuan atau konsep, keterampilan dan sikap yang

tumpang tindih dari beberapa bidang studi.

2. Tujuan

Sumantri dan Permana (1998/1999) mengemukakan tujuan metode

pembelajaran unit sebagai berikut:

a) Melatih siswa berpikir komprehensif dengan cara mengkaji dan

memecahkan masalah dari berbagai disiplin ilmu atau aspek.

26
b) Melatih siswa menggunakan keterampilan proses atau metode ilmiah

dalam pemecahan masalah.

c) Membentuk sikap kritis, kerjasama, rasa ingin tahu, menghargai waktu

dan menghargai pendapat orang lain.

d) Melatih siswa agar memiliki kemampuan merencanakan,

mengorganisasikan dan memimpin suatu kegiatan.

e) Mengembangkan keterampilan berkomunikasi.

3. Alasan menggunakan Metode Pembelajaran Unit

Sumantri dan Permana (1998/1999) memberi alasan mengapa guru memilih

menggunakan metode pembelajaran unit sebagai berikut :

a) Dalam kurikulum terdapat keterkaitan antara satu topik dengan topik

lain, atau antara bidang studi satu dengan bidang studi lainnya dalam

suatu pemecahan masalah, sehingga perlu ada satu metode yang dapat

menciptakan kesatuannya.

b) Dapat memberikan pengalaman belajar tentang pemecahan masalah dari

berbagai disiplin ilmu.

c) Dapat melibatkan peserta didik secara fisik maupun psikis dalam

kegiatan pembelajaran.

4. Kekuatan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Unit

a) Kekuatan Metode Pembelajaran Unit

Taredja, dkk. (1980) mengemukakan kekuatan metode pembelajaran unit

sebagai berikut :

27
1) Siswa dapat belajar secara keseluruhan (utuh). Semua atau beberapa

mata pelajaran dipadu jadi satu dalam satu masalah. Dengan

demikian ilmu-ilmu yang ada dihayati secara utuh.

2) Pelajaran menjadi lebih berarti. Kalau pada pelajaran tradisional

semua siswa harus melakukan apa yang diajarkan seperti apa adanya,

maka dalam pembelajaran terpadu, siswa belajar sesuai minat, bakat

dan tingkat perkembangannya. Karena itu siswa belajar lebih

bemakna.

3) Situasi kelas lebih demokratis. Hal ini dimungkinkan karena prinsip

dari pembelajaran terpadu adalah perencanaan bersama, dilaksanakan

oleh siswa, guru hanya sebagai pembimbing. Karena itu suasana

belajar menjadi lebih demokratis.

4) Digunakannya asas-asas didaktik secara lebih wajar. Asas-asas

didaktik seperti peragaan, minat, kerja kelompok, kerjasama, kerja

sendiri, dan sebagainya benar-benar dimanfaatkan.

5) Digunakannya prinsip-prinsip psikologi belajar modern, seperti minat

anak berhubungan pengalamannya, anak mempersepsi lingkungannya

secara keseluruhan tidak terpisah-pisah, anak yang sehat selalu aktif

bergerak melakukan sesuatu, dan siswa SD perkembangan

kognitifnya masih ada pada phase operasional konkrit. Dalam

pembelajaran terpadu ini semua diakomodasikan.

28
b) Kelemahan Metode Pembelajaran Unit

Taredja, dkk. (1980) mengemukakan kelemahan metode pembelajaran

unit, antara lain :

1) Memilih pokok masalah yang akan dijadikan unit bukan suatu

pekerjaan yang mudah.

2) Melaksanakan pembelajaran unit menuntut kecakapan tersendiri,

sedangkan guru belum semuanya mampu menyelenggarakannya.

3) Memerlukan ketekunan, pekerjaan dan waktu yang lebih banyak.

4) Karena melibatkan banyak siswa maka dimungkinkan memerlukan

biaya yang lebih banyak.

5. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pembelajaran Unit

a) Kesulitan dalam memilih pokok masalah dapat diatasi dengan cara

membentuk tim atau panitia. Melalui rapat tim atau panitia yang terdiri

dari beberapa guru dapat dirumuskan masalah yang hangat dan relevan

dengan kurikulum dan tingkat perkembangan siswa.

b) Kesulitan guru karena dalam pembelajaran unit diperlukan banyak

waktu energi dan biaya, maka pembelajaran unit dapat dicarikan waktu

yang luang dan dilaksanakan secara block waktu (tak ada kegiatan lain

selain pembelajaran unit). Masalah biaya dapat diatasi dengan

memasukkan biaya pembelajaran unit ke DUK sekolah atau sumber

lain yang halal.

29
c) Masalah kedangkalan pelajaran dapat diatasi dengan perencanaan yang

matang jangan asal-asalan saja.

6. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Unit

Bagaimana cara melaksanakan pembelajaran dengan metode unit ? Taredja,

dkk (1980) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran dengan metode

pembelajaran unit sebagai berikut :

a) Kegiatan Persiapan

1) Menjelaskan kepada siswa tentang bagaimana cara melaksanakan

pembelajaran dengan metode unit.

2) Guru bersama siswa menetapkan pokok masalah yang akan

dijadikan unit. Pokok masalah itu hendaknya sesuai dengan minat

dan latar belakang siswa, sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan

siswa, dan sesuai dengan ketersediaan sumber baik buku, para ahli

maupun instansi.

3) Guru dan siswa menetapkan aspek-aspek pokok masalah dan mata

pelajaran- mata pelajaran yang ikut serta pada pemecahan pokok

masalah tersebut.

4) Guru bersama siswa menetapkan tujuan instruksional khusus (TIK)

untuk setiap aspek masalah.

5) Guru dan siswa menetapkan kelompok-kelompok kerja dan tugas-

tugasnya. Biasanya jumlah kelompok disesuaikan dengan

banyaknya aspek masalah/unit.

30
6) Guru dan siswa menetapkan organisasi kelas : ketua, wakil ketua,

sekretaris, bendahara, seksi-seksi, dan sebagainya. Organisasi ini

yang akan mengelola penyelesaian kegiatan unit.

7) Guru dan siswa menetapkan jadwal kegiatan, sasaran, target, dan

tata tertib yang harus dipatuhi selama pembelajaran unit ini.

b) Kegiatan Pelaksanaan

(1) Kegiatan Persiapan

a) Guru menanyakan materi pelajaran sebelumnya.

b) Guru berceritera tentang kehidupan di masyarakat yang berkaitan

dengan materi pelajaran yang akan diajarkan melalui pembelajaran

unit.

c) Guru mengingatkan kembali tentang TIK yang telah dirumuskan

dan bagaimana penyelesaiannya oleh kelompok.

(2) Kegiatan Inti

Para siswa mengatur tempat mereka belajar / bekerja, apakah

tempat belajar itu di dalam kelas maupun di luar kelas.

Mempelajari sesuatu sesuai dengan tugas masing-masing,

misalnya : melakukan percobaan-percobaan, mengerjakan soal-soal,

menggambar, mempelajari nyanyian, mengunjungi tempat-tempat

yang telah direncanakan, mengikuti ceramah dari nara sumber, dan

sebagainya

Dalam rangka penyelesaian tugas, siswa mengadakan diskusi,

mengatur bahan, dan berkoordinasi dengan kelompok lain.

31
Menyiapkan laporan kelompok untuk disajikan pada laporan

kelompok sewaktu diadakan pleno. Laporan kelompok yaitu laporan

lisan dan tertulis yang dilakukan oleh setiap kelompok dalam sidang

pleno, sehingga semua siswa dapat belajar dari kelompok lain.

Pameran. Setelah laporan kelompok selesai, kegiatan

berikutnya adalah melakukan pameran. Yang dipamerkan adalah

semua yang telah dihasilkan oleh kelompok. Pameran dapat

berbentuk:

1. Statis, yaitu pameran tentang karya belajar yang berwujud laporan

tertulis/paper, gambar-gambar, hasil pekerjaan tangan, hasil

memasak, grafik, bagan, dan sebagainya.

2. Dinamis, yaitu pameran tentang hasil belajar yang berupa

pementasan sandiwara, pembacaan puisi, pagelaran seni (tari,

nyanyi, dan sebagainya), pidato dan sebagainya.

Dalam pameran ini dapat diundang siswa dari sekolah lain, instansi

lain yang berkaitan dengan pendidikan, dan terutama adalah orang tua

siswa.

c) Kegiatan Penutup

(1) Guru meminta siswa merangkum hasil belajar melalui kegiatan

dalam metode pembelajaran unit.

(2) Melakukan evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses pelaksanaan

pembelajaran melalui metode pembelajaran unit.

32
(3) Tindak lanjut, yaitu menjelaskan kembali materi pelajaran yang

belum dikuasai siswa dan menugasi untuk memperdalam

penguasaan materi pelajaran melalui Penugasan Rumah (PR).

E. Hipotesis Tindakan

a. Aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SDN Pamangong Kec.

Lenangguar pada pembelajaran Matematika dapat ditingkatkan melalui

penerapan metode pembelajaran Unit Tahun pelajaran 2010-2011.

b. Penerapan metode pembelajaran unit efektif dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa kelas VI SDN Pamangong Kec. Lenangguar pada

pembelajaran Matematika Tahun pelajaran 2010-2011.

33
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah kemampuan meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar siswa dalam pelajaran Matematika di SDN Pamangong Kec.

Lenangguar.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan bahwa kelas VI

SDN Pamangong Kec. Lenangguar aktivitas dan hasil belajarnya dalam

pelajaran Matematika masih sangat rendah. Siswa merasa kesulitan dalam

belajar sehingga siswa kurang respon terhadap pembelajaran di kelas.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilakukan

secara bertahap-tahap sampai mendapatkan hasil yang diinginkan. Jumlah dan

nama siswa yang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

TABEL 3.1
JUMLAH DAN NAMA SISWA KELAS VI
SDN PAMANGONG KEC. LENANGGUAR TAHUN PELAJARAN
2010-2011

No. Nama Siswa L/P Keterangan

1 Wahyu Diopano L
2 Habibah P
3 Siti Aisyah P
4 Nuraisyah P
5 M. Anwar L
6 Muhammad Misbah L
7 Karina Apriliasari P

34
8 Hazizah Humaerah P
9 Fiqi Darmawan L

Sumber Data : Dokumen SDN Pamangong Kec. Lenangguar Tahun 2010-

2011.

B. Setting Penelitian

1. PTK akan dilakukan pada siswa kelas Kelas VI SDN Pamangong Kec.

Lenangguar Tahun Pelajaran 2010-2011.

2. Kelas VI SDN Pamangong Kec. Lenangguar terdiri dari 6 kelas, dengan

jumlah siswa tiap kelasnya relatif kecil.

3. PTK dilakukan pada siswa kelas VI , dengan jumlah siswa terdiri dari 9

orang ( L = 4 orang dan P = 5 orang )

C. Rancangan Penelitian

1. Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus

2. Kegiatan dilaksanakan dalam semester genap tahun pelajaran 2010-2011.

3. Lama penelitian 6 pekan efektif dilaksanakan mulai tanggal 04 Maret

sampai dengan 11 April 2011.

Dalam pelaksanaan tindakan,rancangan dilakukan dalam 3 siklus yang

meliputi ; (a) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi.

Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut

( Arikunto,Suharsimi,2007;74 ) adalah seperti gambar berikut :

35
Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan
tindakan I tindakan I

Permasalahan Pengamatan/
Refleksi
baru hasil pengumpulan
refleksi data I

Perencanaan Pelaksanaan
tindakan II Tindakan II

Apabila
Refleksi II Pengamatan/
permasalahan
pengumpulan
belum
data II
terselesaikan

Dilanjutkan
ke siklus
berikutnya

Gambar : 3.1 Alur Penelitian Tindakan kelas

1. Perencanaan

Tahapan ini berupa rancangan tindakan yang menjelaskan tentang

apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan

tersebut dilakukan.

Pada PTK di mana peneliti dan guru adalah orang yang berbeda,

dalam tahap menyusun rancangan harus ada kesepakatan antara keduanya.

Rancangan harus dilakukan bersama antara guru yang akan melakukan

tindakan dengan peneliti yang akan mengamati proses jalannya tindakan.

36
Hal tersebut untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu

kecermatan pengamatan yang dilakukan.

2. Tindakan

Pada tahap ini, rancangan tindakan tersebut tentu saja sebelumnya

telah dilatih kepada si pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di

dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario dari tindakan harus

dilaksanakan dengan baik dan tampak wajar.

3. Pengamatan atau observasi

Tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat

pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan,

jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

Pada tahap ini peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai

peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan

dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data

ini dilakukan dengan menggunakan format observasi / penilaian yang telah

tersusun, termasuk juga pengmatan secara cermat pelaksanaan skenario

tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap aktivitas dan hasil

belajar siswa siswa.

4. Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh

tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul,

kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.

37
Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian

terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat

masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang

melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang,

tindakan ulang, dan pengamatan ulang shingga permasalahan dapat

teratasi.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini variabel yang akan diteliti

adalah peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pelajaran Matematika

melalui penerapan model pembelajaran unit kelas VI SDN Pamangong Kec.

Lenangguar. Variabel tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut :

Variabel Harapan : Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa

pelajaran Matematika.

Variabel Tindakan : Penerapan model pembelajaran unit.

Adapun indikator yang akan diteliti dalam variabel harapan terdiri dari:

1. Kemampuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pelajaran

Matematika

2. Kemampuan siswa dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

pelajaran Matematika melalui metode pembelajaran unit.

3. Keefektifan pembelajaran Matematika melalui penerapan pembelajaran

unit.

38
Sedangkan variabel tindakan memiliki indikator sebagai berikut :

1. Tingkat kualitas perencanaan

2. Kualitas perangkat observasi

3. Kualitas operasional tindakan

4. Kesesuaian perencanaan dengan tindakan kelas

5. Kesesuaian teknik yang digunakan meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa pelajaran Matematika .

6. Tingkat efektifitas pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan

pembelajaran unit.

7. Kemampuan siswa dan guru dalam menerapkan metode pembelajaran

unit.

E. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data :

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu :

1 Siswa : Diperoleh data tentang peningkatan aktivitas dan hasil

belajar siswa pelajaran Matematika.

2 Guru : Diperoleh data tentang penerapan metode

pembelajaran unit.

2. Teknik Pengumpulan Data :

Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah menggunakan

observasi dan tes.

39
F. Indikator Keberhasilan

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus

dianggap sudah berhasil apabila terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar

siswa apabila 85% siswa ( kelas yang diteliti ) telah mencapai ketuntasan

dengan standar ideal 75. Jika peningkatan tersebut dapat dicapai pada tahap

siklus 1 dan 2, maka siklus selanjutnya tidak akan dilaksanakan karena

tindakan kelas yang dilakukan sudah dinilai efektif sesuai dengan harapan

dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ).

G. Teknik Analisis Data

Dalam analisis data teknik yang digunakan adalah ;

1. Kuantitatif

Analisis ini akan digunakan untuk menghitung besarnya

peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pelajaran Matematika

dengan menerapkan model pembelajaran unit dengan menggunakan

prosentase ( % ).

2. Kualitatif

Teknik analisis ini akan digunakan untuk memberikan gambaran

hasil penelitian secara ; reduksi data, sajian deskriptif, dan penarikan

simpulan.

40
H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Berikut disajikan rencanakan kegiatan penelitian yang akan

dilaksanakan mulai tanggal, 04 Maret sampai dengan 11 April 2011 ( 6

Minggu efektif ) yang dibuat dalam bentuk gambar diagram ( Gant Chart )

sebagai berikut :

TABEL 3.2

JADWAL PELAKSAAN PENELITIAN

Waktu ( Minggu ) ke,...


N0 Rencana Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan X
Menyusun Konsep X
Pelaksanaan
Menyepakati Jadwal X
dan Tugas
Menyusun Instrumen X
2 Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan X
alat
Melakukan Tindakan X X
Siklus I
Melakukan Tindakan X X
Siklus II
Melakukan Tindakan X X
Siklus III
3 Menyusun Laporan
Menyusun Konsep X X
Laporan
Perbaikan Laporan X
Penggandaan Hasil X
Penelitian

41
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Paparan Data dan Temuan Penelitian

1. Perencanaan Tindakan

Penelitian ini menggunakan pembelajaran dengan menggunakan

metode pembelajaran unit. Tujuan yang diharapkan pada pertemuan

pertama dalam pembelajaran Matematika SD adalah Menerapkan metode

pembelajaran unit untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran Matematika. Agar tercapai tujuan di atas, peneliti

yang bertindak sebagai guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Menyusun instrumen pembelajaran

b) Menyusun Instrumen Monitoring

c) Sosialisasi kepada siswa

d) Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran

e) Melakukan refleksi

f) Menyusun strategi pembelajaran pada siklus ke dua berdasar refleksi

siklus pertama

g) Melaksanakan pembelajaran pada siklus kedua

h) Melakukan Observasi

i) Melakukan refleksi pada siklus kedua

j) Menyusun strategi pembelajaran pada siklus ketiga berdasar refleksi

siklus kedua

42
k) Melaksanakan pembelajaran pada siklus ketiga

l) Melakukan Observasi

m) Melakukan refleksi pada siklus ketiga

n) Menyusun laporan

2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan 3 siklus yang

terdiri dari enam kali pertemuan.

Waktu yang digunakan setiap kali pertemuan adalah 2 x 35 menit.

Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 04 s.d 12 Maret 2011 dan siklus

kedua pada tanggal 04 s.d 26 Maret 2011, dan siklus ke tiga 03 s.d 11

April 2011. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan sesuai dengan prosedur

rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran.

SIKLUS 1

a) Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan

alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan

lembar observasi pengolaan pembelajaran.

b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I

dilaksanakan pada tanggal 04 s.d 12 Maret 2011 tahun pelajaran 2010-

2011 di SDN Pamangong Kec. Lenangguar dengan jumlah siswa 9

43
orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa

diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah

dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I. adalah seperti

pada tabel berikut :

Tabel 4.1 :
Destribusi Hasil Tes Mata Pelajaran Matematika menggunakan
Metode Pembelajaran Unit pada Siklus I
Keterangan
No NAMA SISWA L/P Skor Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Wahyu Diopano P 70 √ √
2 Habibah L 70 √ √
3 Siti Aisyah P 50 √
4 Nuraisyah P 60 √
5 M. Anwar P 60 √
6 Muhammad Misbah P 60 √
7 Karina Apriliasari P 60 √
8 Hazizah Humaerah L 60 √
9 Fiqi Darmawan P 60 √
Jumlah Total 9 550 -
-
orang
Skor Maksimum Individu - 100 - -
Skor Maksimum Kelas - 900 - -

44
Keterangan :

Jumlah siswa yang tuntas : 2 Orang

Jumlah siswa yang belum tuntas : 7 Orang

Klasikal : belum tuntas.

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

metode pembelajaran unit diperoleh nilai rata-rata aktivitas dan hasil

belajar siswa untuk pelajaran Matematika adalah 61,11 % atau ada 2

siswa dari 9 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar,

karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 22,22 % lebih

kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %.

Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum

mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan

menggunakan metode pembelajaran unit.

c) Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari

hasil pengamatan sebagai berikut:

(1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam

menyampaikan tujuan pembelajaran

(2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu

(3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.

45
d) Revisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat

kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus

berikutnya.

1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas

dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Di mana siswa diajak

untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.

2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan

menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi

catatan

3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi

siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.

SIKLUS II

a) Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II

dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

b) Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan pada tanggal 04 s.d 26 Maret 2011 di SDN Pamangong

Kec. Lenangguar tahun pelajaran 2010-2011. Dalam hal ini peneliti

bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu

pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I,

46
sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi

pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan

dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif

II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada

siklus II adalah sebagai berikut;

Tabel 4. 2 :
Destribusi Hasil Tes Mata Pelajaran Matematika Menggunakan
Metode Pembelajaran Unit pada Siklus II
Keterangan
No NAMA SISWA L/P Skor Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Wahyu Diopano P 80 √
2 Habibah L 80 √
3 Siti Aisyah P 60 √
4 Nuraisyah P 70 √
5 M. Anwar P 70 √
6 Muhammad Misbah P 60 √
7 Karina Apriliasari P 70 √
8 Hazizah Humaerah L 70 √
9 Fiqi Darmawan P 70 √
Jumlah Total 9
630 - -
orang
Skor Maksimum Individu - 100 - -
Skor Maksimum Kelas - 900 - -

47
Keterangan :

Jumlah siswa yang tuntas : 7 Orang

Jumlah siswa yang belum tuntas : 2 Orang

Klasikal : belum tuntas.

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata aktivitas dan hasil

belajar siswa pelajaran Matematika adalah 70 % dan ketuntasan

belajar mencapai 77,78 % atau ada 7 siswa dari 9 siswa sudah tuntas

belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan

belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan cukup lebih baik

dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah

guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu

diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih

termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti

apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dalam menerapkan metode

pembelajaran unit.

c) Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil

pengamatan sebagai berikut :

1) Memotivasi siswa

2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep

3) Pengelolaan waktu

48
d) Revisi Pelaksanaaan

Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat

kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan

pada siklus III antara lain:

1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa

lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.

2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan

takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau

bertanya.

3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep.

4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan

pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi

soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan

belajar mengajar.

SIKLUS III

a) Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3

dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

49
b) Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 07 s.d 14 Mei 2011 di SDN Pamangong

Kec. Lenangguar tahun pelajaran 2010-2011 dengan jumlah siswa 19

siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan

memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau

kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III.

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan

belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif

III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam

proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang

digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada

siklus III adalah sebagai berikut ;

Tabel 4.3 :
Destribusi Hasil Tes Mata Pelajaran Matematika menggunakan
Metode Pembelajaran Unit pada Siklus III
Keterangan
No NAMA SISWA L/P Skor Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Wahyu Diopano P 90 √
2 Habibah L 90 √
3 Siti Aisyah P 75 √
4 Nuraisyah P 80 √
5 M. Anwar P 80 √
6 Muhammad Misbah P 80 √

50
7 Karina Apriliasari P 80 √
8 Hazizah Humaerah L 80 √
9 Fiqi Darmawan P 80 √
Jumlah Total 9
735 - -
orang
Skor Maksimum Individu - 100 - -
Skor Maksimum Kelas - 900 - -

Keterangan :

Jumlah siswa yang tuntas : 9 Orang

Jumlah siswa yang belum tuntas : - Orang

Klasikal : Sudah Tuntas.

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif

pelajaran Matematika sebesar 81,44 % secara klasikal ketuntasan

belajar yang telah tercapai sebesar 100 % ( termasuk kategori tuntas ).

Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus

II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi

oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan metode

pembelajaran unit, sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan

pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam

memahami materi yang telah diberikan. Di samping itu ketuntasan ini

juga dipengaruhi oleh kerja sama dari siswa yang telah menguasai

materi pelajaran untuk mengajari temannya yang belum menguasai.

51
c) Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan

baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar

dengan penerapan metode pembelajaran unit.

Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:

(1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang

belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-

masing aspek cukup besar.

(2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

(3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

(4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d) Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan metode pembelajaran

unit dengan baik, dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar

siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan

baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu

diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan

mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada

pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode

52
pembelajaran unit, dapat meningkatkan proses belajar mengajar

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

B. Analisis Hasil Kegiatan

Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 menunjukkan

hasil sebagai berikut.

Tabel 4.4 :
Analisis Hasil Tes Tentang Pembelajaran Matematika Menggunakan
Metode Pembelajaran Unit sebelum dan sesudah diberi tindakan.
Skor sebelum Skor setelah Skor setelah
No Responden Tindakan Tindakan 1 Tindakan 2
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1 Wahyu Diopano 70 80 90
2 Habibah 70 80 90
3 Siti Aisyah 50 60 75
4 Nuraisyah 60 70 80
5 M. Anwar 60 70 80
6 Muhammad Misbah 60 70 80
7 Karina Apriliasari 60 70 80
8 Hazizah Humaerah 60 70 80
9 Fiqi Darmawan 60 70 80
Jumlah Total 550 630 735
Skor Maksimum Individu 100 100 100
Skor Maksimum Kelas 900 900 900

53
Analisis Data Deskriptif Kuantitatif

1. Pencapaian Aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan Metode

Pembelajaran unit sebelum dan sesudah diberi tindakan sebelum diberi

tindakan

= 550 x 100% = 61,11%


900

2. Pencapaian peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui

penerapan Metode Pembelajaran unit sebelum dan sesudah diberi tindakan

setelah diberi tindakan

= 630 x 100% = 70 %
900

3. Pencapaian peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui

penerapan Metode Pembelajaran unit sebelum dan sesudah diberi tindakan

setelah diberi tindakan, pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan

akademik

= 735 x 100% = 81,44%.


900

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa

A. Terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar setelah diberi tindakan

yaitu terjadi 61,11% menjadi 70 % ada kenaikan sebesar = 8,89 %

B. Dari sebelum tindakan ( siklus 1 ) dan setelah tindakan sampai dengan

( siklus 3 ) 61,11 % menjadi 70 %, dan dari ( siklus 2 ) ke ( siklus 3)

juga ada peningkatan sebanyak 81,44 % - 70 % = 11,44 %.

C. Rata – rata siswa sebelum diberi tindakan naik 22,22 % menjadi 100%.

54
Refleksi dan Temuan

Berdasarkan pelaksanaan tindakan maka hasil observasi nilai, hasil dapat

dikatakan sebagai berikut :

a. Pertemuan pertama kegiatan belajar-mengajar dengan menerapkan metode

Pembelajaran unit belum berhasil karena dalam pembelajaran masih

terlihat siswa yang bermain, bercerita, dan mengganggu siswa lain;

b. Model Pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran unit dalam

hal peningkatan aktivitas dan hasil belajar belum tampak, sehingga hasil

yang dicapai tidak tuntas.

c. Mungkin karena proses belajar mengajar yang dilakukan adalah

pembelajaran dengan metode pembelajaran unit yang baru mereka

laksanakan sehingga siswa merasa kaku dalam menerapkannya.

d. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada

pertemuan kedua dan ketiga proses kegiatan belajar – mengajar berjalan

baik, semua siswa aktif dan lebih-lebih setelah ada rubrik penilaian proses,

seluruh siswa langsung aktif belajar.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan

model pembelajaran dengan metode pembelajaran unit memiliki dampak

positif dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar belajar siswa.hal ini

dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi

yang disampaikan guru ( ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan

55
III ) yaitu; 61,11% ; 70 % ; 81,44 %. Pada siklus III ketuntasan belajar

siswa secara klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran dengan metode pembelajaran unit dalam setiap siklus

mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap aktivitas dan

hasil belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-

rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran Matematika dengan menerapkan pembelajaran dengan

metode pembelajaran unit yang paling dominan adalah bekerja dengan

menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru,

dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan

bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode

pembelajaran unit dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang

muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam

mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab di mana prosentase untuk aktivitas di atas

cukup besar.

56
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka hasil belajar siswa untuk

pelajaran Matematika menerapkan metode pembelajaran Unit hasilnya sangat

baik. Hal itu tampak pada pertemuan pertama dari 19 orang siswa yang hadir

pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata rata mencapai ; 61,11% ; 70 % ;

81,44%.

Dari analisis data di atas bahwa pembelajaran dengan metode

pembelajaran unit diterapkan pada pembelajaran Matematika kelas VI yang

berarti proses kegiatan belajar mengajar lebih berhasil dan dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya pada siswa kelas

VI.

Oleh karena itu diharapkan kepada para guru SD dapat melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran unit di kelas VI .

Berdasarkan kerikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) siswa dikatakan

tuntas apabila siswa telah mencapai nilai standar ideal 70 mencapai ≥ 85 %.

Sedangkan pada penilitian ini, pencapai nilai ≥ 75 pada ( siklus 3 ) mencapai

melebihi target yang ditetapkan dalam KTSP yaitu mencapai 100 %. Dengan

demikian maka hipotesis yang diajukan dapat diterima.

57
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga

siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah

dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran unit dalam

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di SDN Pamangong Kec.

Lenangguar mata pelajaran Matematika yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu; 61,11% ; 70 % ;

81,44%.

2. Penerapan dengan metode pembelajaran unit pada pelajaran Matematika

mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa.

3. Penerapan dengan metode pembelajaran unit dapat meningkatkan kembali

materi ajar yang telah diterima siswa selama ini, sehingga mereka merasa

siap untuk menghadapi pelajaran berikutnya.

58
B. Saran-Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar di SD lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal

bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut :

1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran unit memerlukan persiapan

yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau

memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pemberian model

dengan metode pembelajaran unit diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar belajar siswa, guru

hendaknya lebih sering melatih siswa dengan kegiatan penemuan, walau

dalam taraf yang sederhana, di mana siswa nantinya dapat menemukan

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa

berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di SDN Pamangong Kec. Lenangguar tahun pelajaran 2010-

2011.

59
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Arikunto,Suharsimi.1997. Prossedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Asdi Mahasatya.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto,Suharsimi.2007.Penelitian Tindakan kelas. Jakarta : Remaja
Rosdakarya.
Borich, G.D. 1994. Observation Skill of Effective Teaching. New York:
Macmillan Publishing Company.

Basori,Khabib,dkk.2009.Matematika kelas VI Semester Ganjil.Klaten: PT Intan


Pariwara.

Depdiknas.2003 Undang Undang No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Mata Pelajaran


Matematika . Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas, 2004. Kurikulum 2004 SD . Pedoman Khusus Pengembangan Silabus


dan Penelitian Sains. Depdiknas. Jakarta.
Depdiknas, 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD . Model Silabus
Kelas VI . BSNP. Depdiknas. Jakarta.
Djamarah dan Zein, (1990). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara,
Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Mulyani Sumantri dan Johan Permana 1995/1999. Strategi Belajar Mengajar
Jakarta. Proyek PGSD Ditjen DIKTI Depdikbud. (*)
Widodo,Afnan.2009.Buku Ajar Matematika untuk kelasa VI Semester Genap
.Solo; Putra Kertonatan.

60
61
Lampiran : 1

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA


DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
UPT SD DAN PAUD KECAMATAN LENANGGUAR
SDN PAMANGONG
Desa Pemangong Kec. Lenangguar – Sumbawa - NTB

SURAT IJIN PENELITIAN


Nomor : 422 / / SD.15 /2011

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SDN Pamangong Kec. Lenangguar,
bahwa sehubungan dengan rencana melakukan penelitian tindakan kelas ( PTK )
dalam upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar belajar di SDN Pamangong
Kec. Lenangguar, maka kepada:
Nama : MUHAMMAD NUR, S.Pd.SD
NIP. : 19630607 198303 1 012
Pangkat/Golongan : Pembina – IV/a
Mengajar Kelas : V (Lima)
Alamat : Desa Pemangong Kec. Lenangguar
Diberikan Ijin untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan
judul:“ Upaya peningkatan aktivitas dan hasil belajar Matematika dengan
Menerapkan metode pembelajaran Unit kelas VI SDN Pamangong
Kec.Lenangguar Tahun pelajaran 2010-2011 “ Mulai bulan Maret 2011
sampai selesai. Demikian surat ijin penelitian ini dibuat untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Pemangong, 03 Maret 2011
Kepala Sekolah

MUHAMMAD NUR, S.Pd.SD


NIP. 19630607 198303 1 012

62
Lampiran : 2

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA


DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
UPT SD DAN PAUD KEC. BATULANTEH
SDN PAMANGONG
Desa Pemangong Kec. Lenangguar – Sumbawa - NTB

SURAT IJIN PENELITIAN


Nomor : 422 / / SD.15 /2011

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SDN Pamangong Kec. Lenangguar,
menerangkan bahwa :
Nama : MUHAMMAD NUR, S.Pd.SD
NIP. : 19630607 198303 1 012
Pangkat/Golongan : Pembina – IV/a
Mengajar Kelas : V (Lima)
Alamat : Desa Pemangong Kec. Lenangguar
Telah melakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul :et“Upaya
peningkatan aktivitas dan hasil belajar Matematika dengan Menerapkan
metode pembelajaran Unit kelas VI SDN Pamangong Kec.Lenangguar
Tahun pelajaran 2010-2011 “ Sejak tanggal 09 April sampai dengan 14 Mei
2011.
Demikian surat keterangan penelitian ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Pemangong, 11 April 2011


Kepala Sekolah

MUHAMMAD NUR, S.Pd.SD


NIP. 19630607 198303 1 012

63
Lampiran 3

DAFTAR HADIR SISWA


DALAM KEGIATAN PENELITIAN
KEHADIRAN
I II III IV V VI
No NAMA L/P Tgl. Tgl. Tgl. Tgl. Tgl. Tgl.
04-03 12-03 19-03 26-03 03-04 11-04
2011 2011 2011 2011 2011 2011

1 Wahyu Diopano P

2 Habibah L

3 Siti Aisyah P

4 Nuraisyah P

5 M. Anwar P

6 Muhammad Misbah P

7 Karina Apriliasari P

8 Hazizah Humaerah L

9 Fiqi Darmawan P

Pemangong, 04 Maret 2011


Peneliti,

MUHAMMAD NUR, S.Pd.SD


NIP. 19630607 198303 1 012

64
Lampiran : 4

LEMBAR PENGAMATAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DENGAN
METODE PEMBELAJARAN UNIT

Sekolah :______________________ Nama Guru :_______________


Kelas/Semester :______________________ Tanggal :_______________
PokokBahasan :______________________ Pukul :_______________

Bertikut ini diberikan suatu daftar aspek pengelolaan kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan guru di kelas.Berikan penilaian dengan cara memberi tanda cek
( V ) pada kolom yang sesuai.

Dilakukan Penilaian
No Aspek yang diamati
ya tdk 1 2 3 4
I Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Menyampaikan Tujuan
Pembelajaran
2. Mengaitkan dengan pelajaran
sebelumnya
3. Memotivasi Siswa
II B. Kegiatan Inti
Melatih siswa dalam Belajar
mengajar
1. Secara klasikal menjelaskan
materi dalam belajar mengajar
yang akan digunakan
2. Memodelkan pembelajaran
dengan metode pembelajaran
unit dalam proses belajar
mengajar
3. Membimbing siswa tentang

65
Matematika dengan metode
pembelajaran unit dalam proses
belajar mengajar
4. Memeriksa pemahaman siswa
terhadap materi kegiatan belajar
Matematika dalam belajar
mengajar
5. Memberikan latihan mandiri
6. Menyampaikan tujuan dan
motivasi
7. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan ketrampilan
8. Memberikan latihan terbimbing
9. Memberikan pemahaman dan
memberikan umpan balik
10. Memberikan latihan mandiri
III Kesesuaian Metode

IV C. Penutup
Membimbing siswa merangkum
materi pelajaran
V Pengelolaan Waktu

VI Suasana Kelas
1. Siswa antusias
2. Guru antusias

Pemangong , 04 Maret 2011


Keterangan : Pengamat
1. Tdak Baik
2. Kurang Baik
3. Cukup Baik
4. Baik ___________________

66
Lampiran : 5

LEMBAR PENGAMATAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DENGAN
METODE PEMBELAJARAN UNIT

Sekolah :______________________ Nama Guru :_______________


Kelas/Semester :______________________ Tanggal :_______________
PokokBahasan :______________________ Pukul :_______________

Berikut ini diberikan suatu daftar aspek pengelolaan kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan guru di kelas.Berikan penilaian dengan cara memberi tanda cek
( V ) pada kolom yang sesuai.

Dilakukan Penilaian
No Aspek yang diamati
ya tdk 1 2 3 4
I Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Menyampaikan Tujuan
Pembelajaran
2. Mengaitkan dengan pelajaran
sebelumnya
3. Memotivasi Siswa
II B. Kegiatan Inti
1. Mendemonstrasikan
pengetahuan dan ketrampilan
2. Memberikan latihan terbimbing
3. Memberikan pemahaman dan
memberikan umpan balik
4. Memberikan latihan mandiri
III Kesesuaian Metode

67
IV C. Penutup
Membimbing siswa merangkum
materi pelajaran

V Pengelolaan Waktu

VI Suasana Kelas

1. Siswa antusias
2. Guru antusias

Pemangong , 04 Maret 2011


Keterangan : Pengamat
5. Tdak Baik
6. Kurang Baik
7. Cukup Baik
8. Baik ___________________

68
Lampiran : 6

FOTO-FOTO KEGIATAN SELAMA PENELITIAN

SDN Pemangong Kec.Lenangguar, tempat peneliti


Bertugas sebagai guru dan kepala sekolah

Guru ( peneliti ) sedang memberikan penjelasan materi


Pada siswa

69
Guru ( peneliti ) sedang mengamati siswa dalam mengerjakan
Tugas yang diberikan

Suasana pembelajaran sedang berlangsung, siswa sangat


antusias, pembelajaran berlangsung efektif

70

Anda mungkin juga menyukai