Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN

SISTEM KARDIOVASKULAR

Dosen Pengampu : Supratman, S.KM.,M.Kes.,Ph.D

Sebagai Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Keperawatan Gerontik


Pada Proses Belajar Mengajar Semester III

Oleh :

KELOMPOK III

Anisa Ulfa Legsono J210181149


Siti Mutiah J210181181
Muh. Hamzah Rizad J210181182
Rahmah Dini Fitriani J210181183
Nurul Rysma Ramadhani J210181185
Nurhawa Karepesina J210181186

PROGRAM SUTDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
A. Konsep Dasar Gangguan Kardiovaskuler pada Lansia
1. Pengertian
Menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan secara
perlahan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Perubahan-perubahan yang terjadi dengan sistem
kardiovaskular pada lansia adalah :
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung untuk memompakan darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, menurunnya kontraksi jantung dan volume darah pada
jantung.
d. Hilangnya elastisitas pembuluh darah.
e. Tekanan darah meninggi yang diakibatksan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer.
2. Etiologi
a. Disfungsi miokard
Contoh : MCI, Miokarditis.
b. Beban volume yang berlebihan
Contoh : insufisiensi aorta, insufiensi katub mitral.
c. Beban tekanan yang meningkat
Contoh : penyempitan aorta, hipertensi.
d. Gangguan pengisian ventrikal
Contoh : pericarditis tamponade jantung
3. Perubahan Anatomi Kardiovaskuler
a. Jantung (Cor)
Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia, disertai
dengan bertambahnya kaliper aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya
perubahan pada dinding media aorta dan bukan merupakan akibat dari perubahan
karena aterosklerosis. Perubahan aorta ini menjadi sebab apa yang disebut
isolated aortic incompetence dan terdengarnya bising pada apex cordis.
Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi) seperti organ
tubuh lain, tetapi malahan terjadi hipertropi. Pada umur 30-90 tahun massa
jantung bertambah (± 1gram/tahun pada laki-laki dan ± 1,5 gram/tahun pada
wanita).
Pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari berkurangnya
jumlah inti sel dari jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan lipid, degenerasi
kolagen dan kalsifikasi jaringan fibrosa katup tersebut. Daun katup menjadi kaku,
perubahan ini menyebabkan terdengarnya bising sistolik ejeksi pada usia lanjut,
dan ukuran katup jantung juga bertambah. Pada orang muda katup
antrioventrikular lebih luas dari katup semilunar.
Dengan bertambahnya usia terdapat penambahan circumferensi katup, katup
aorta paling cepat sehingga pada usia lanjut menyamai katup mitral, juga
menyebabkan penebalan katup mitral dan aorta. Peru¬bahan ini disebabkan
degenerasi jaringan kalogen, pengecilan ukuran, penimbunan lemak dan
kalsifikasi. Kalsifikasi sering terjadi pada anulus katup mitral yang sering
ditemukan pada wanita. Perubahan pada katup aorta terjadi pada daun atau cincin
katup. Katup menjadi kaku dan terdengar bising sistolik ejeksi.

b. Pembuluh Darah Otak


Otak mendapat suplai darah utama dari arteria karotis interna dan arteri
vertebralis. Pembentukan plak ateroma sering dijumpai didaerah bifurkatio
kususnya pada pangkal arteri karotis interna. Sirkulus willisii dapat juga
terganggu dengan adanya plak ateroma dan juga arteri-arteri kecil mengalami
perubahan ateromatus termasuk fibrosis tunika media hialinisasi. Walaupun berat
otak hanya 2% dari berat badan tetapi mengkomsumsi 20% dari total kebutuhan
oksigen komsumsion. Aliran darah serebral pada orang dewasa kurang lebih
50cc/100gm/menit pada usia lanjut menurun menjadi 30cc/100gm/menit.
Perubahan degeneratif yang dapat mempengaruhi fungsi sistem
vertebrobasiler yaitu degenerasi discus veterbralis (kadar air sangat menurun,
fibrokartilago meningkat dan perubahan pada mukopoliskharid). Akibatnya diskus
ini menonjol ke perifer, mendorong periost yang meliputinya dan lig.
intervertebrale menjauh dari corpus vertebrae. Bagian periost yang terdorong ini
akan mengalami klasifikasi dan membentuk osteofit. Keadaan seperti ini dikenal
dengan nama spondilosis servikalis.
Discus intervertebralis total merupakan 25% dari seluruh collumna
vertebralis sehingga degenerasi diskus dapat mengakibat¬kan pengurangan tinggi
badan pada usia lanjut. Spondilosis servi¬kalis berakibat 2 hal pada a.vertebralis,
yaitu:
1) Osteofit sepanjang pinggir corpus vetebrales dan pada posisi tertentu bahkan
dapat mengakibatkan oklusi pembuluh arteri ini.
2) Berkurangnya panjang kolum servikal berakiabat arteri verterbalies menjadi
berkelok-kelok. Pada posisi tertentu pembu¬luh ini dapat tertekuk sehingga
terjadi oklusi.
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut
seperti telah diuraikan diatas, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang
tua sangat rentan terhadap perubahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh
maupun fungsi jantung dan bahkan fungsi otak.
c. Pembuluh Darah Perifer
Arterosclerosis yang berat akan menyebabkan penyumbatan arteria perifer
yang menyebabkan pasokan darah ke otot-otot tungkai bawah menurun hal ini
menyebabkan iskemia jaringan otot dan menyebabkan keluhan kladikasio.

4. Perubahan Fisiologis Kardiovaskuler


a. Perubahan-perubahan yang terjadi pada jantung
1) Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin (aging
pigment) pada serat-serat miokardium.
2) Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka
dari jantung. Selain itu pada katup juga terjadi kalsifikasi dan perubahan
sirkumferens menjadi lebih besar sehingga katup menebal. Bising jantung
(murmur) yang disebabkan dari kekakuan katup sering ditemukan pada lansia.
3) Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan
pengatur irama jantung. Sel-sel dari nodus SA juga akan berkurang sebanyak
50%-75% sejak manusia berusia 50 tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak
berkurang, tapi akan terjadi fibrosis. Sedangkan pada berkas His juga akan
ditemukan kehilangan pada tingkat selular. Perubahan ini akan
mengakibatkan penurunan denyut jantung.
4) Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini
menyebabkan jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit
walaupun terdapat pembesaran jantung secara keseluruhan. Pengisian darah
ke jantung juga melambat.
5) Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial. Hal ini
disebabkan karena menurunnya perfusi jaringan akibat tekanan diastolik
menurun.
b. Perubahan yang terjadi pada pembuluh darah
1) Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya. Hal ini
menyebabkan meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri memompa darah,
sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat. Keadaan ini akan berakhir
dengan yang disebut “isolated aortic incompetence”. Selain itu akan terjadi
juga penurunan dalam tekanan diastolik.
2) Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor ß-adrenergik. Selain
itu reaksi terhadap perubahan-perubahan baroreseptor dan kemoreseptor juga
menurun. Perubahan respons terhadap baroreseptor dapat menjelaskan
terjadinya Hipotensi Ortostatik pada lansia.
3) Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuangan
melambat.
c. Perubahan yang terjadi pada darah
1) Terdapat penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah pun
menurun.
2) Jumlah sel darah merah (hemoglobin dan hematokrit) menurun, dan juga
terjadi penurunan jumlah leukosit yang sangat penting untuk menjaga
imunitas tubuh. Hal ini menyebabkan resistensi tubuh terhadap infeksi
menurun.

5. Penyakit Kardiovaskuler yang sering terjadi pada lansia


a. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau
lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg,
yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak
ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah
(arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal.
b. Penyakit jantung coroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju
jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas,
pingsan, hingga kebingungan.
c. Disritmia
Insidensi disritmia atrial dan ventrikuler maningkat pada lansia karena
perubahan struktural dan fungsional pada penuaan. Masalah dipicu oleh disritmia
dan tidak terkoordinasinya jantung sering dimanifestasikan sebagai perubahan
perilaku, palpitasi, sesak nafas, keletihan, dan jatuh.
d. Penyakit Katup Jantung
Manifestasi klinis dari penyakit katup jantung bervariasi dari fase
kompensasi sampai pada fase pascakompensasi. Selama fase kompensasi tubuh
menyesuaikan perubahan pada struktur dan fungsi katup, menghasilkan sedikit
tanda dan gejala yang muncul. Lansia dapat turut berperan dalam fase ini melalui
peningkatan gaya hidup yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan
kurang gerak yang menempatkan tuntutan kebutuhan yang lebih kecil pada
jantung untuk curah jantungnya.
Bila fase pascakompensasi dicapai, biasanya mengindikasikan disfungsi
yang berat pada katup yang terpengaruh. Gejalanya bervariasi bergantung pada
katup yang terlibat tetapi secara umum terdiri atas dispnea pada saat beraktivitas,
nyeri dada tipe agina, dan gejala-gejala jantung kanan atau kiri atau keduanya.
Murmur secara khas tedengar pada saat auskultasi.

e. Penyakit Vaskular Perifer


Gejala yang paling sering adalah rasa terbakar, kram, atau nyeri sangat
yang terjadi pada saat aktivitas fisik dan menghilang pada saat istirahat. Ketika
penyakit semakin berkembang, nyeri tidak lagi dapat hilang dengan istirahat. Jika
klien mempertahankan gaya hidup yang kurang gerak, penyakit ini mungkin telah
berlanjut ketika nyeri pertama muncul. Tanda dan gejala lain yaitu ekstremitas
dingin, perubahan trofik (misalnya kehilangan rambut yang tidak seimbang,
deformitas kuku, atrofi jari-jari dari anggota gerak yang terkena), tidak terabanya
denyut nadi, dan mati rasa.

B. Konsep Penyakit Hipertensi

1. Pengertian
Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya tekanan
sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg.

2. Etiologi

Hipertensi dapat disebabkan oleh interaksi berbagai faktor, antara lain: kelelahan,
keturunan, stress, proses penuaan, diet yang tidak seimbang, sosial budaya. Akibat
atau komplikasi dari penyakit hipertensi ini adalah : gagal jantung, gagal ginjal,
stroke, kelumpuhan.

3. Patofisiologi

Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahapan
perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umunya normal. Kelainannya
terutama pada peninggian pada tahapan perifer. Kenaikan tahapan perifer ini
disesebabkan karena vasokontriksi arteriol akibat naiknay tonus otot polos pembuluh
darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama, maka akan dijumpai
perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa penebalan
tunika interna dan hipertropi tunika media. Dengan adanya hipertropi dan hiperplasi
maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi, sehingga terjadi
anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya sklerosis koroner.

4. Manifestasi Klinis

a. Sakit kepala
b. Vertigo
c. Perubahan penglihatan
d. Sesak napas
e. Nyeri dada
f. Perdarahan hidung
g. Mual, muntah
h. Kesemutan pada kaki dan tangan
i. Kejang atau koma
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hb : untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan.
b. BUN : memberi informasi tentang fungsi ginjal.
c. Glukosa : mengkaji hiperglikemi yang dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar
katekolamin atau meningkatnya hipertensi.
d. Kalsium serum, kalium serum, kolestrol, trigliserid, Px tyroid, urin analisis, foto
dada, CT-Scan, dan EKG.
6. Pencegahan
a. Pencegahan primer
Faktor resiko hiertensi antara lain : tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis pada keluarga, takikardia, obesitas, dan konsumsi
garam yang berebih dianjurkan untuk :
1) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal, juga untuk menjaga agar tidak
terjadi hiperkolesterolemia, diabetes melitus, dan sebagainya.
2) Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3) Mengubah kebiasan makan sehar-hari dengan konsumsi rendah garam.
4) Melakukan olahraga untk mengendalikan berat badan.

b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan jika penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa :
1) Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun
dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
2) Harus dijaga agar tekanan darah lansia dapat terkontrol secara normal dan
stabil.
3) Faktor-faktor resiko penyakit jantung iskemik yang lain harus dikontrol.
4) Batasi aktifitas.
C. Konsep Asuhan Keperawatan pada Lansia dengan Gangguan pada Sistem
Kardiovaskuler (Hipertensi)

1. Pengkajian secara umum

a. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku,
Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
b. Riwayat atau adanya faktor resiko
1) Riwayat garis keluarga tentang hipertensi.
2) Penggunaan obat yang memicu hipertensi.
c. Aktivitas / istirahat
1) Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
d. Integritas ego
1) Gejala : Ansietas, depresi, marah kronik, faktor stress (hubungan, keuangan
yang berkaitan dengan pekerjaan).
2) Tanda : Letupan suasan hati, gelisah, otot mulai tegang.
3) Perubahan-perubahan mental:
 Memori : kenangan janka panjang : berjam-jam sampai berhari-hari yang
lalu; jangka pendek : 0-10 menit.
 IQ (Intelegensi Quation) : berkurangnya penampilan, persepsi dan
dketrampilan.
 Perubahan-perubahan psikologi: pension; kehilangan finansial,
kehilangan status, kehilangan teman, kehilangan kegiatan; merasakan
atau sadar akan kematian; perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki
rumah perawatan bergerak lebih sempit; ekonomi akibat pemberhentian
dari pekerjaan; penyakit kronis dan ketidakmampuan; hilangnya
kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan terhadap diri dan kosnep diri.
e. Perkembangan spriritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupanya
2) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam
berfiskir dan bertindak dalam sehari-hari.
3) Perkembangan spriritual menurut Fowler, perkembangan yang dicapai pada
tingkat ini adalah bepikir dan bertingah dengan cara memberikan contoh cara
mencintai dan keadilan.
f. Makanan dan cairan
1) Gejala : Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng), mual,
muntah.
2) Tanda : Perubahan berat badan (normal atau obesitas).
g. Neuorsensori
1) Gejala : Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala suboksipital, gangguan
penglihatan.
2) Tanda : Status mental (orientasi, isi bicara, proses berpikir, memori,
perubahan retina optik). Respon motorik (penurunan kekuatan genggaman
tangan).
h. Nyeri atau ketidak nyamanan
1) Gejala : Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung), nyeri hilang
timbul pada tungkai, nyeri abdomen.

i. Pernapasan
1) Gejala : Dyspnea (yang berkaitan dengan aktfitas atau kerja), takypnea,
batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok.
2) Tanda : Buunyi napas tambahan, sianosis, dystress respirasi atau penggunaan
alat bantu pernapasan.
j. Keamananan
1) Gejala : Gangguan koordinasi, cara berjalan.

2. Masalah Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan cardiac output
c. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubunngan dengan kurangnya penglihatan,
motorik, dan persepsi.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit.

3. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
No Masalah Keperawatan Intervensi
Hasil
1. Nyeri berhubungan Nyeri atau sakit kepala  Pertahankan tirah baring,
dengan peningkatan hilang atau berkurang lingkungan yang tenang,
tekanan vaskuler cerebral setelah dilakukan sedikit penerangan
tindakan keperawatan  Kaji tingkat nyeri pasien
selama .....x 24 jam  Minimalkan gangguan
dengan kriteria hasil : lingkungan dan
 Pasien rangsangan
mengungkapkan  Bantu pasien dalam
tidak adanya sakit ambulasi sesuai
kepala. kebutuhan
 Pasien tampak  Beri tindakan
nyaman. nonfarmakologi untuk
 TTV dalam batas menghilangkan sakit
normal. kepla seperti posisi
nyaman, teknik relaksasi,
bimbingan imajinasi dan
distrasi.
 Kolaborasi pemberian
obat sesuai indikasi.

2. Intoleransi aktivitas Klien terjadi  Berikan dorongan untuk


berhubungan dengan peningkatan aktivitas aktivitas/ perawatan diri
cardiac output setelah dilakukan bertahap jika dapat
tindakan keperawatan ditoleransi
selama ......x 24 jam.  Berikan bantuan sesuai
Dengan kriteria hasil : kebutuhan
 Instruksika pasien
 Menunjukan tentang penghematan
penurunan gejala- energy
gejala intoleransi  Kaji respon pasien
aktifitas terhadap aktifitas
 Dapat melakukan  Monitor adanya
aktivitas ringan. diaphoresis, pusing
 Observasi TTV tiap 4
jam.

3. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan  Jelaskan sifat penyakit


berhubungan dengan tindakan keperawatan dan tujuan dari
kurangnya informasi selama …..x 24jam pengobatan dan prosedur
tentang proses penyakit. klien mengerti tentang  Jelaskan pentingnya
penyakit hipertensi. lingkungan yang tenang,
Dengan kriteria hasil : tidak penuh denga stress.
 Pasien  Jelasksan perlunya
mengungkapkan menghindari pemakaian
pengetahuan akan obat bebas tanpa
hipertensi. pemeriksaan dokter.
 Anjurkan klien untuk
tidak mengkonsumsi
makanan dan minuman
yang dapat
meningkatkan tekanan
darah
 Diskusikan perlunya
dien rendah kalori,
rendah natrium sesuai
program
 Berikan support mental,
konseling dan
penyuluhan pada
keluarga klien.

5. Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan  Lakukan tindakan untuk


cedera tindakan keperawatan mengusrangi bahaya
selama …..x 24 jam lingkungan
klien dapat  Bila penurunan
mengidentifikasikan sensitifitas taktil menjadi
faktor yang masalah ajarkan klien
meningkatkan resiko untuk melakukan:
terhadap cidera.  Kaji suhu air mandi dan
Dengan kriteria hasil : bantalan pemanasan
 Memperagakan sebelum digunakan
tinfakan keamanan  Kaji ekstremitas setiap
untuk mencegah hari terhadap cedera
cedera yang tak terdeteksi
 Lakukan tindakan untuk
mengurangi resiko yang
berkenan dengan alat
bantu
 Anjurkan klien dan
keluarga untuk
memaksimalkan
keamanan di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Bandiyah, S. (2018). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Mulia Medika.
Mujahidullah, K. (2012). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Stanley, M. & Beare, P. G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai