Anda di halaman 1dari 1

KASUS 1

Perawat komunitas melakukan community assessment di sekolah menengah pertama X di kawasan


kota Z dengan pendekatan community as a partner. Untuk mampu menegakkan diagnose
keperawatan dengan tepat, perawat melakukan pengkajian pada core dan subsystem community.
Pada early periodeic screening didaptkan data : 12 orang siswa kelas 7 dan 8 menderita ISPA, 5 siswa
dengan obesitas, lebih dari 70% siswa karies gigi, 15 siswa dengan kelainan refraksi, informasi
tambahan dari ibu guru BK (bimbingan Konseling) di sekolah menyatakan 2 tahun terakhir ini
prestasi siswa cenderung menurun bahkan dibeberapa kelas kasus siswa tinggal kelas dan membolos
meningkat. Ibu guru BK juga menjelaskan bahwa rata-rata ijin sakit dari siswa disebabkan karena
masalah ISPA dan diare, sementara itu hasil dari kunjungan rumah petugas BK kepada salah satu
siswa yang sering membolos menyatakan bahwa alas an membolos karena siswa tersebut adalah
korban bullying dari kakak kelas. Dari pengamatan perawat, terlihat bahwa sekolah belum memiliki
fasilitas yang memadai yang menunjang PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Sebenarnya SMP X
tela memiliki UKS, tetapi Trias UKS belum bias berjalan dengan optimal, hal ini dimungkinkan karena
kurang baiknya koordinasi antara pelaksana UKS dan belum adanya perawt kesehatan sekolah.
Sehingga seiring dengan itu program Health Promotion School dengan titik tekan pada upaya
promotif dan preventif, serta kuratif dan rehabilitative sebagai upaya pendukungnya belum bisa
berjalan optimal.

KASUS 2

Berdasarkan hasil pendataan perawat komunitas di SD Y didapatkan jumlah anak sekolah dengan
usis 6-12 tahun kurang lebih 123 siswa. Berdasarkan data winshield survey untuk kondisi nilai,
keperacayaan dan kegiatan keagamaan tanpak baik dengan adanya tersedia mushalah peribadatan,
disekolah ada mata pelajaran agama, guru juga menyatakan bahwa anak menganut
nilai/norma/budaya yang baik, kehidupan beragama harmonis, dan anak antusias dalam mengikuti
kegiatan keagamaan. Perawat juga mengkaji menyeluruh data subsitem yang ada disekolah yaitu
kondisi lingkungan fisik, berdasarkan inspeksi tipe sekolahnya permanen, tempat strategis dekat
dengan jalan raya, kebersihan sekolah kurang terjaga dengan baik, terdapat 1 kantin yang
makanannya kurang terjamin kebersihannya, terdapat penjual makanan didepan gerbang sekolah,
jenis makanan yang dijual tidak terjamin kebersihannya, Data menunjukkan anak-anak memiliki
kebiasaan jajan sembaran 80% dan 50% jenis jajan yang mayoritas dikonsumsi anak-anak adalah
permen dan minuman berwarna, dan berdasarkan hasil wawancara 75% anak tidak memiliki
kebiasaan sikat gigi rutin utamanya sebelum tidur alasan yang diberikan 48% Karen orang tua tidak
menganjurkan, 40% karena malas dan 10% karena lupa, terkait pengetahuan siswa menyatakan
sudah mengetahui tentang pentingnya gosok gigi dari media televisi tentang iklan pasta gigi sebesar
45%, sementara diskusi dengan orang tua dalam mengatasi atau mengantisipasi masalah yang akan
terjadi dengan anak 60% jarang dilakukan dan sebesar 99% anak usia sekolah menganggap perlu
orang tua untuk mengatasi masalah anak. Hasil wawancara dengan kepala sekolah kegiatan ekstra
yang sudah lama berjalan disekolah meliputi sepak bola, senam, kesenian tari, dan music, serta
kegiatan keagamaan seperti pengajian, atau pesantren kilat. Untuk kegiatan UKS melayani terkait
dengan tempat istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit, dan juga digunakan untuk ruang
koseling siswa.

Anda mungkin juga menyukai