Anda di halaman 1dari 18

KASUS 2

JATUH

Seorang wanita umur 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri, dan semakin berat
nyerinya saat pasien berusaha menggerakkan tangannya. Saat dilakukan pengkajian pasien
mengatakan terjatuh saat masuk kekamar mandi dan menggunakan tangannya untuk
menghentikan proses terjatuh. Di puskesmas dipasang mitella di tangan pasien, dan diberikan
surat rujukan ke RS. Setelah di fhoto rontgen di RS, dokter menganjurkan untuk dilakukan
close reduction. Hasil pengkajian skala nyeri 7, pasien tampak meringis dan terlihat kesakitan
saat menggerakkan tangannya. TD 130/70 mmHg, frekuensi nadi 90x/m, frekuensi nafas 24
x/m, suhu 37℃.

1. Klasifikasi Istilah Penting

1. Close reduction (reduksi tertutup) adalah proses merestorasi atau


memperbaiki posisi tulang yang tidak normal akibat patah atau pergeseran,
secara “tertutup”, dengan kata lain tanpa dilakukan pembedahan.
(Nampira, 2014)
2. Tekanan Darah (TD)
Tekanan darah adalah ukuran seberapa kuatnya jantung memompa darah
ke seluruh tubuh anda. Agar kinerja tubuh maksimal, anda harus memiliki
tekanan darah yang normal. Normalnya tekanan darah adalah sebagai
berikut: normalnya tekanan darah 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg.
(Dermawan, 2012)
a) Dikatakan hipertensi : tekanan darah 130/80 mmHg
b) Dikatakan hipotensi : tekanan darah < 90/60 mmHg
3. Nadi
Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah di
pompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba disuatu tempat dimana
ada arteri melintas.(Nurse I,2012)
a) Bayi usia 1 tahun : 100-160 kali/menit
b) Anak usia 1-10 tahun:70-120 kali/menit
c) Anak usia 11-17 tahun:60-100 kali/menit
d) Dewasa:60-100 kali/menit
4. RR/Napas
Tingkat pernapasan seseorang adalah jumlah napas yang Anda ambil per
menit. Tingkat respirasi normal untuk orang dewasa saat istirahat adalah
12 hingga 20 napas per menit. Tingkat respirasi di bawah 12 atau lebih
dari 25 napas per menit saat istirahat dianggap tidak normal. (Nurse
I,2012)
Jumlah pernapasan seseorang adalah:
a) Bayi : 30 – 40 kali per menit
b) Anak : 20 – 50 kali per menit
c) Dewasa : 16 – 24 kali per menit
5. Suhu
Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu
zat.Dapat pula dikatakan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu
benda. Sedangkan dalam bidang termodinamika suhu adalah suatu ukuran
kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan tenaga secara
spontan. Dalam dunia kesehatan, suhu tubuh adalah perbedaan antara
jumlah panas yang diproduksi oleh panas tubuh dan jumlah panas yang
hilang ke lingkungan luar. Pemeriksaan suhu tubuh termasuk dalam tolak
ukur utama untuk mengetahui keadaan pasien dan diagnosa. Sehingga,
kemampuan pengukuran suhu tubuh sangatlah penting bagi tenaga
kesehatan dibidang apapun.(Nurse I,2012)
a) Suhu normal anak: 36,3 – 37,7 ℃
b) Suhu normal bayi: 36,1 – 37,7 ℃
c) Suhu normal dewasa: 36,5 – 37,5 ℃
2. Kata/Problem Kunci
1) Nyeri
2) Jatuh
3) Close reduction
3. Mind Map Jatuh

Osteoporosis Dislokasi Fraktur Tertutup

1. Definisi 1. Definisi 1. Definisi

Dislokasi sendi adalah tergesernya Fraktur tertutup adalah jika fragmen


Osteoporosis adalah suatu kondisi
permukaan tulang yang membentuk tulang tidak berhubungan dengan dunia
berkurangnya massa tulang secara nyata
persendian terhadap tulang lain. luar (Muttaqin,2008)
yang berakibat pada rendahnya kepadatan
(Sjamsuhidajat,2011). Dislokasi sendi adalah
tulang, sehingga tulang menjadi keropos. 2. Etiologi
fragmen fraktur saling terpisah dan
(Endang Purwoastuti,2009) menimbulkan deformitas. (Kowalak, 2011)
- trauma langsung : benturan pada tulang
2. Etiologi 2. Etiologi
- Fraktur patologis
- Determinan massa tulang Faktor umur, Terjatuh atau kecelakaan,
Pukulan, Tidak melakukan pemanasan, - Degenerasi : terjadi kemunduran
-Determinan penurunan masa tulang Benturan keras pada sendi, Cedera olahraga, patologis
Kongenital.
3. Menifestasi Klinis - Spontan : terjadi tarikan otot yang
3. Menifestasi klinis sangat kuat sepert olahraga
1. Nyeri / tanpa fraktur nyata
2. Rasa sakit karena adanya fraktur 1. Adanya bengkak / oedema
3. Menifestasi Klinis
3. Nyeri berkurang pada saat 2. Nyeri lokal (khususnya pada saat
istirahat menggerakkan sendi) 1. Nyeri saat ditekan
3. Mengalami keterbatasan gerak
4. Deformitas vertebrata thoraklis 2. Deformitas
4. Pembengkakan dan rasa hangat
5. Mengalami keterbatasan gerak 3. Spasme otot
akibat inflamasi
5. adanya spasme otot (kekauan otot) 4. Pembengkakan
6. Perubahan panjang ekstremitas 5. Nyeri saat digerakkan
Tabel Pensortiran

Tanda dan Gejala Osteoporosis Dislokasi Fraktur


Tertutup

Adanya bengkak / oedema  

Nyeri lokal (khususnya   


pada saat menggerakkan
sendi)

Mengalami keterbatasan   
gerak

Pembengkakan dan rasa 


hangat akibat inflamasi

Adanya spasme otot  


(kekauan otot)

Perubahan panjang 
ekstremitas

4. Pertanyaan-Pertanyaan Penting
1. Mengapa pada kasus diatas klien mengeluh nyeri ?
2. Mengapa pada kasus diatas klien di pasang mitella ?
3. Mengapa pada kasus diatas klien di anjurkan untuk di lakukan close
reduction?

Jawaban Penting

1. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat


sangat subjektif,karena karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya,dan hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang di alaminya.
(Hidayat,2009)
2. Pemasangan mitella gunanya untuk memberi sanggahan pada lengan atas,
kemudian diobati dengan heat treatmen. Mitella di pasang kira-kira selama
7 hari, perlu diberikan obat-obatan anti indflamasi. (Berman et al 2009)
3. Close reduction adalah tindakan non bedah atau manipulasi untung
mengembalikan posisi tulang yang patah,tindakan tetap memerlukan lokal
anastesi ataupun umum. (Nampira,2014)
5. Informasi Tambahan
Pengaruh kompres dingin terhadap penurunan nyeri dislokasi sendi pemain
futsal pada mahasiswa di universitas muhammadiyah purwokerto tahun 2016
6. Klarifikasi Informasi
A) Efek fisiologis terapi dingin
Menurut Canadian Physiotherapy Association (2008) terapi dingin dapat
membantu mengurangi rasa sakit, membantu penyembuhan jaringan, mengontrol
pembengkakan, dan meningkatkan fleksibilitas. Dingin menyebabkan
vasokonstriksi lokal dan viskositas darah meningkat. Aliran darah menurun dan
metabolisme yang lebih lambat menumpulkan respon inflamasi, membatasi
pembengkakan, mengurangi konsumsi oksigen, dan mengontrol perdarahan
(Metules, 2007).
Inti dari terapi dingin adalah menyerap kalori area lokal cedera sehingga
terjadi penurunan suhu. Semakin lama waktu terapi, penetrasi dingin semakin
dalam. Pada umumnya terapi dingin pada suhu 3,5 °C selama 10 menit dapat
mempengaruhi suhu sampai dengan 4 cm dibawah kulit. Jaringan otot dengan
kandungan air yang tinggi merupakan konduktor yang baik sedangkan jaringan
lemak merupakan isolator suhu sehingga menghambat penetrasi dingin (Ganong,
2009).
Pada terapi dingin, digunakan modalitas terapi yang dapat menyerap suhu
jaringan sehingga terjadi penurunan suhu jaringan melewati mekanisme konduksi.
Efek pendinginan yang terjadi tergantung jenis aplikasi terapi dingin, lama terapi
dan konduktivitas. Pada dasarnya agar terapi dapat efektif, lokal cedera harus
dapat diturunkan suhunya dalam jangka waktu yang mencukupi (Arovah, 2010).
B) Efek Terapi Dingin
Menurut Arovah (2010), efek dari terapi dingin diantaranya adalah:
1) Mengurangi suhu daerah yang sakit, membatasi aliran darah dan mencegah
cairan masuk ke jaringan di sekitar luka. Hal ini akan mengurangi nyeri dan
pembengkakan.
2) Mengurangi sensitivitas dari akhiran syaraf yang berakibat terjadinya
peningkatan ambang batas rasa nyeri.
3) Mengurangi kerusakan jaringan dengan jalan mengurangi metabolisme lokal
sehingga kebutuhan oksigen jaringan menurun.
4) Mengurangi tingkat metabolisme sel sehingga limbah metabolisme menjadi
berkurang. Penurunan limbah metabolisme pada akhirnya dapat menurunkan
spasme otot. Selain itu menurut D‟Archy (2007) terapi dingin bekerja dengan cara
menurunkan konduksi saraf, menghambat iritasi kulit, vasokonstriksi pembuluh
darah, merelaksasi otot pada area yang sakit serta mengurangi aktivitas metabolik
baik secara sistemik maupun lokal.
C) Pengaruh Cryotherapy Terhadap Penurunan Nyeri Dislokasi Sendi Pemain
Futsal Penelitian efektifitas penggunaan cryotherapy telah dilakukan oleh Beakley
dan Aucley (2006), mengenai aplikasi cryotherapy intermiten dalam mengurangi
nyeri dan pembengkakan. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan efikasi dari
protokol pengobatan cryotherapy intermiten dengan protokol pengobatan
cryotherapy standar dalam pengelolaan ankle sprain dalam fase akut. Perekrutan
sampel dalam penelitian ini dimulai di University of Ulster pada Januari 2002 dan
telah diperpanjang ke Royal Victoria Hospital, Belfast pada Maret 2002. Subjek
dalam penelitian ini dibagi, menjadi kelompok control yang dikontrol secara ketat
tanpa mendapat perlakuan apa-apa dan kelompok perlakuan dengan aplikasi es
standar (n = 46) atau aplikasi es intermiten (n = 43). Penggunaan cryotherapy
standar di seluruh kelompok dengan pemberian ice pack dengan suhu 0°C. Nyeri,
dan pembengkak tercatat pada awal minggu setelah cedera. Penelitian ini
dilakukan dengan randomised controlled study (RCT).
Cryotherapy (terapi dingin) adalah pemanfaatan dingin untuk mengoati
nyeri atau gangguan kesehatan lainnya. Terapi dingin dapat dipakai dapat dipakai
dengan beberapa cara, seperti menggunakan es atau Cold Baths. Terapi ini dipakai
pada saat respon peradangan masih sangat nyata (cedera akut). Secara fisiologis,
pada 15 menit pertama setelah pemberian aplikasi dingin (suhu 10 derajat celcius)
terjadi vasokontriksi arteriola dan venula secara lokal. Vasokontriksi disebabkan
oleh aksi reflek dari otot polos yang timbul akibat stimulasi sistem syaraf otonom
dan pelepasan epinephrine dan norepinephrine. Namun, jika terapi dingin terus
dilakukan hingga 15 sampai 30 menit akan menimbulkan respon hunting.
Respon hunting merupakan fase terjadinya vasodilatasi selama 4 sampai 6
menit. Respon hunting terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan
akibat dari jaringan mengalami anoxia jaringan, selain menimbulkan
vasokontriksi, sensasi dingin juga menurunkan eksitabilitas akhiran saraf bebas
sehingga menurunkan kepekaan terhadap rangsang nyeri. Aplikasi dingin juga
dapat mengurangi tingkat metabolisme sel sehingga limbah metabolisme menjadi
berkurang. Penurunan limbah metabolisme pada akhirnya dapat menurunkan
spasme otot. Terapi dingin biasanya digunakan pada 24 sampai 48 jam setelah
terjadinya cedera dan dipakai untuk mengurangi sakit dan pembengkakan.
7. Analisa dan Sintesa Informasi
Berdasarkan kasus diatas maka kami kelompok 3 kasus 2 menyimpulkan
bahwa diagnosa medis yang dapat diambil adalah Dislokasi dan manifestasi yang
berhubungan dengan penyakit tersebut antara lain nyeri dan spasme otot
(kekuatan otot)
BAB 2
Konsep Medis
2.1 Definisi
Dislokasi sendi adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk
persendian terhadap tulang lain. (Sjamsuhidajat,2011). Dislokasi sendi adalah
fragmen fraktur saling terpisah dan menimbulkan deformitas. (Kowalak, 2011)
Jadi, Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan
sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari
mangkuk sendi). Sebuah sendi  yang ligamen-ligamennya pernah mengalami
dislokasi, biasanya menjadi kendor. Akibatnya sendi itu akan gampang
mengalami dislokasi kembali. Apabila dislokasi itu disertai pula patah tulang,
pembetulannya menjadi sulit dan harus dikerjakan di rumah sakit. Semakin
awal usaha pengembalian sendi itu dikerjakan, semakin baik penyembuhannya.
(Kowalak, 2011)
2.2 Etiologi
Dislokasi sendi dapat disebabkan oleh :
1. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta
kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun kekuatan otot akan
relative menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun padausia 30
tahun.
2. Terjatuh atau kecelakan
Dislokasi dapat terjadi apabila terjadi kecelakaan atau terjatuh sehingga
lutut mengalami dislokasi.
3. Pukulan
Dislokasi lutut dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian
lututnya dan menyebabkan dislokasi.
4. Tidak melakukan pemanasan
Pada atlet olahraga sering terjadi keseleo karena kurangnya pemanasan.
5. Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan
dislokasi.
6. Cedera olahraga. Pemain basket dan kiper pemain sepak bola paling sering
mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja
menangkap bola dari pemain lain.
7. Terjatuh. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang
licin.
8. Kongenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
(Price, Sylvia2006)
2.3 Patofisiologi
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan
congenital yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi
penurunan stabilitas sendi. Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang
berlebih pada sendi dan dari patologik karena adanya penyakit yang akhirnya
terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut, menyebabkan dislokasi
sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan tulang,
penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi
perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari
dislokasi sendi, perlu dilakukan adanya reposisi.
Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah yang
disebut dengan dislokasi yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan
mengalami kerusakan serabut dari rusaknya serabut yang ringan maupun total
ligamen akan mengalami robek dan ligamen yang robek akan kehilangan
kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah akan
terputus dan terjadilah edema. Sendi mengalami nyeri dan gerakan sendi terasa
sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3
jam setelah cedera akibat membengkak dan pendarahan yang terjadi maka
menimbulkan masalah yang disebut dengan dislokasi.
2.4 Menifestasi Klinis
1. Adanya bengkak / oedema
2. Mengalami keterbatasan gerak
3. Adanya spasme otot (kekauan otot)
4. Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)
5. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
6. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri
7. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan
sekitarnya (tampak kemerahan).
8. Perubahan kontur sendi
9. Perubahan panjang ekstremitas
10. Kehilangan mobilitas normal
11. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
2.5 Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar-X (Rontgen)
Pemeriksaan rontgen merupakan pemeriksaan diagnostik noninvasif untuk
membantu menegakkan diagnosa medis. Pada pasien dislokasi sendi
ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan
sendi berwarna putih.
2) CT Scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan
komputer, sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat
gambaran secara 3 dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3
dimensi dimana sendi tidak berada pada tempatnya.
3) MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan
frekuensi radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga
dapat diperoleh gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih
detail. Seperti halnya CT-Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya
pergeseran sendi dari mangkuk sendi.
2.6 Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologi (ISO Indonesia 2011-2012)
a) Pemberian obat-obatan : analgesik non narkotik
Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala,
nyeri pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis:
sesudah makan, dewasa: sehari 3×1 kapsul, anak: sehari 3×1/2 kapsul.
Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang,
kondisi akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri
setelah melahirkan. Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah,
agranulositosis, aeukopenia. Dosis: dewasa; dosis awal 500mg lalu
250mg tiap 6 jam.
2. Pembedahan
a) Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan
pada pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-
kondisi arthritis yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut
dan bahu melalui bedah invasif minimal dan bedah penggantian sendi.
Prosedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi Reduksi Terbuka
dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF (Open Reduction and
Fixation). Berikut dibawah ini jenis-jenis pembedahan ortopedi dan
indikasinya yang lazim dilakukan :
1. Reduksi Terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran
tulang yang patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan
pemajanan tulang yang patah.
2. Fiksasi Interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan
skrup, plat, paku dan pin logam.
3. Graft Tulang : penggantian jaringan tulang (graft autolog maupun
heterolog) untuk memperbaiki penyembuhan, untuk menstabilisasi
atau mengganti tulang yang berpenyakit.
4. Amputasi : penghilangan bagian tubuh.
5. Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat
yang memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa
irisan yang besar) atau melalui pembedahan sendi terbuka.
6. Menisektomi : eksisi fibrokartilago sendi yang telah rusak.
7. Penggantian sendi: penggantian permukaan sendi dengan bahan logam
atau sintetis.
8. Penggantian sendi total: penggantian kedua permukaan artikuler
dalam sendidengan logam atau sintetis.
3. Non medis
1) Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan
anastesi jika dislokasi berat.
2) RICE
R : Rest (istirahat)
I : Ice (kompres dengan es)
C : Compression (kompresi / pemasangan pembalut tekan)
E : Elevasi (meninggikan bagian dislokasi)
BAB 3
Konsep Keperawatan
3.1 Pengkajian

Kategori dan Subkategori Data Subjektif dan Objektif

Fisiologis Respirasi Tidak terkaji

Sirkulasi Tidak terkaji

Nutrisi dan cairan Tidak terkaji

Eliminasi Tidak terkaji

Aktivitas dan istirahat Tidak terkaji

Neurosensori Tidak terkaji

Reproduksi dan Tidak terkaji

Seksualitas

Psikologis Nyeri dan Kenyamanan Ds :

- Pasien Mengeluh Nyeri


- Pasien Mengatakan Terjatuh Saat
Masuk Kekamar Mandi
- Skala Nyeri 7
Do :
- Pasien Tampak Meringis Dan Terlihat
Kesakitan Saat Menggerakkan
Tangannya.
Integritas ego Tidak terkaji

Pertumbuhan dan Tidak terkaji

perkembangan

Perilaku Kebersihan diri Tidak terkaji

Penyuluhan dan Tidak terkaji

pembelajaran
Relasional Interaksi social Tidak terkaji

Lingkungan Keamanan dan proteksi Tidak terkaji

Pathway

Cedera olahraga Trauma kecelakaan

Menggunakat tangannya untuk


menghentikan proses terjatuh

Merusak struktur sendi, ligamen

Kompresi jaringan tulang yg


terdorong ke depan

Merobek kapsul/menyebabkan
tepi glenoid teravulsi

Ligamen memberikan jalan


NO SDKI SLKI SIKI RASIONAL

1. Nyeri Akut (D.0077) 1. TINGKAT NYERI 1. MANAJEMEN NYERI 1. MANAJEMEN NYERI


Observasi
Kategori : Psikologis Setelah dilakukan tindakan Observasi
1. Identifikasi lokasi,
keperawatan selama 3x24
Subkategori : Nyeri dan karakteristik, durasi, 1. Untuk mengetahui lokasi,
jam masalah tingkat nyeri
kenyamanan frekuensi, kualitas, karakteristik, durasi, frekuensi,
teratasi dengan indikator :
intensitas nyeri. kualitas, intesitas nyeri
Definisi :
1. Keluhan nyeri (5) Terapeutik Terapeutik
Pengalaman sensorik atau 2. Berikan teknik 2. Agar nyeri yang dirasakan
2. Meringis (5)
emosional yang berkaitan nonfarmakologis untuk dapat berkurang dan dapat
dengan kerusakan jaringan KETERANGAN : mengurangi rasa nyeri berelaksasi dengan baik
aktual atau fungsional, dengan (mis. TENS, hipnosis, 3. Agar pasien dapat berisitirahat
1. Meningkat
onset mendadak atau lambat akupresur, terapi musik, dengan nyaman
dan berintensitas ringan hingga 2. Cukup meningkat biofeedback, terapi pijat, 4. Untuk mengalihkan nyeri yang
berat yang berlangsung kurang aromaterapi, teknik dirasakan
3. Sedang
dari 3 bulan. B.d agen imajinasi terbimbing, 5. Agar pemberian strategi tepat
pencedera fisik (mis. abses, 4. Cukup menurun kompres hangat/dingin, Edukasi
amputasi, terbakar, terpotong, terapi bermain) 6. Agar klien dapat mengetahui
5. Menurun
mengangkat berat, prosedur 3. Kontrol lingkungan yang penyebab,periode dan pemicu
operasi,trauma, latihan fisik memperberat rasa nyeri nyeri
berlebihan). D.d mengeluh (mis. suhu ruangan, 7. Agar pasien dapat mengetahui
nyeri, tampak meringis. pencahayaan, kebisingan) starteginya dengan tepat
4. Fasilitasi istrahat dan tidur 8. Agar pasien rileks dan
5. Pertimbangkan jenis dan berkurang rasa nyerinya
sumber nyeri dalam Kolaborasi
pemilihan strategi
9. Agar proses penyembuhan
meredakan nyeri
lebih baik
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut B.d agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi,trauma, latihan fisik
berlebihan). D.d mengeluh nyeri, tampak meringis.
Daftar Pustaka

Arovah, Intan. (2010) Dasar - Dasar Fisioterapi Pada Cedera Olahraga.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Berman, A. 2009. Buku ajar praktik keperawatan klinis Kozier & Erb.

Terjemahan, et al. (5th ed). Jakarta : EGC. Pp : 22-23

Bleakley, C., and Aucley (2006). Cryotherapy for acute ankle sprains: a

randomised controlled study of two different icing protocols. Br J

Sports Med. 2006 August; 40(8): 700–705. doi:

10.1136/bjsm.2006.025932.

D’Arcy, Y. M. (2007). Pain mangement: evidence-based tools and techniques for

nursing profesionals. Marblehead : HCPro, In

Dermawan. (2012). Keperawatan perencanaan konsep dan kerangka kerja,

Yogyakarta: gosyeen publishing.

Ganong, W. F. (2009). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 17. Jakarta : EGC

Nampira, yudhistira, citrashanti. (2014). Keprawatan medikal bedah

manajemen klinis (Ed.1) Jakarta: Salemba medika

Hidayat, A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik. Analisa data.

Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai