Anda di halaman 1dari 6

MITIGASI KENAIKAN MUKA AIR LAUT AKIBAT

PEMANASAN GLOBAL DI KECAMATAN PESISIR TENGAH


PADA TAHUN 2100
Farkhan Raflesia
1315051020

Abstrak

Pemanasan global memberikan dampak yang signifikat terhadap kegiatan


manusia maupun lingkungan secara alami. Ancaman utama dari perubahan iklim
ini adalah kenaikan muka air laut (sea level rise). Kecamatan Pesisir Tengah
merupakan daerah yang sangat potensial untuk perkembangan ekonomi, namun
sangat rentan terhadap kenaikan muka air laut. Mitigasi bencana yang tepat
diperlukan guna mengurangi kerugian. Data citra pengindraan jauh dan
kenaikan muka air laut dipakai untuk memetakan daerah yang tergenang air laut
menggunakan software Google Earth Pro. Sehingga dari daerah yang tergenang
ini dapat ditentukan biaya kerugian dan mitigasi yang perlu dilakukan. Luas
daerah yang rentan terhadap genangan seluas 31,4 Ha dengan rincian:
pemungkiman (177 unit), sekolah (1 unit), jalan (2.763 meter), pantai (Pantai
Walur, Way Sindi, Labuhan Jukung dan Way Redak), dan pelabuhan (1 unit).
Biaya kerugian akibat kenaikan muka air laut dapat mencapai Rp
13.449.316.795,00. Hilangnya lahan akibat kenaikan muka air laut, tidak hanya
menimbulkan kerugian ekonomi tetapi juga hilangnya keanekaragaman hayati di
wilayah tersebut. Mitigasi dapat dilakukan secara fisik atau non fisik. Mitigasi
yang paling penting adalah bagaimana mengurangi pemanasan global dengan
mengurangi pelepasan gas rumah kaca.

I. Pendahuluan
Pemanasan global memberikan dampak yang signifikat terhadap kegiatan
manusia maupun lingkungan secara alami. Ancaman utama dari perubahan
iklim ini adalah kenaikan muka air laut (sea level rise) yang bisa
menyebabkan banjir di daerah pesisir. Kecamatan Pesisir Tengah merupakan
daerah yang sangat potensial untuk perkembangan ekonomi, namun sangat
rentan terhadap kenaikan muka air laut. Banyak pariwisata besar yang
didirikan di Kecamatan Pesisir Tengah karena keindahan pantai. Pariwisata-
pariwisata inilah yang kemudian mendorong tumbuhnya perekonomian di
daerah tersebut. Pemukiman Ketika kenaikan muka air laut terjadi, sector
pariwisata ini akan terancam dan akan menimbulkan kerugian ekonomi. Nilai
kerugian ekonomi akan sangat berbeda untuk setiap penggunaan lahan.
Mitigasi bencana yang tepat diperlukan guna mengurangi kerugian.

II. Tinjauan Pustaka


Peningkatan aktivitas manusia mengakibatkan terjadinya kenaikan kualitas
dan kuantitas gas rumah kaca di atmosfer. Peningkatan ini memicu terjadinya
peningkatan suhu global. Rata-rata suhu permukaan global telah meningkat
sebesar 0,6 ± 0,2°C sejak akhir abad ke-19. Akibat terjadinya pemanasan
global yang disebabkan oleh manusia, muka air laut mengalami peningkatan
secara perlahan. Peningkatan muka laut global akan mencapai ketinggian 9-
88 cm pada tahun 2100 dibandingkan tahun 1990 (Church et al. 2001).

Global warming menyebabkan kenaikan tinggi muka air laut, baik akibat
ekspansi volume air laut karena naiknya suhu air laut, maupun mencairnya es
glasier dan es di kutub utara dan selatan. Meskipun dampak kenaikan tinggi
muka air laut hanya menjadi wacana di kalangan ilmuwan, tetapi setiap
penduduk terutama yang tinggal di daerah pantai harus tanggap akan risiko
terhadap penurunan kualitas kehidupan di lingkungan pantai akibat naiknya
tinggi muka air laut. Sementara itu, berbagai hasil studi perubahan iklim
menunjukkan bahwa potensi kenaikan tinggi muka air laut akan bervariasi
dari 60cm sampai 100cm, sampai dengan tahun 2100 (BAPPENAS, 2008).

Kenaikan tinggi muka laut (TML) secara gradual akibat pemanasan global
merupakan salah satu aspek yang paling kompleks dari efek pemanasan
global, dengan akselerasi tingkat kenaikannya seiring dengan semakin
intensifnya progres pemanasan global. Kenaikan TML mempertinggi risiko
terjadinya erosi, perubahan garis pantai dan mereduksi daerah wetland di
sepanjang pantai (KLH, 2007).

III. Metodologi
Metode dalam penelitian ini adalah metode deskripsi kualitatif yaitu
menggunakan interpretasi visual citra penginderaan jauh. Citra pengindraan
jauh yang dipakai adalah citra Google 2016 dan data kenaikan mukai air laut
yang diambil dari http://www.aviso.altimetry.fr. Kedua data tersebut dipakai
untuk memetakan daerah yang tergenang air laut menggunakan software
Google Earth Pro. Sehingga dari daerah yang tergenang ini dapat ditentukan
biaya kerugian dan mitigasi yang perlu dilakukan.

IV. Pembahasan
Kenaikan muka air laut di Pesisir Tengah diduga adanya pengaruh dari
perubahan iklim. Berdasarkan hasil analisis dari data
http://www.aviso.altimetry.fr. menunjukan bahwa prediksi kenaikan muka air
laut pada tahun 2016 telah mencapai 5 mm terhitung dari tahun 1993 dengan
rata-rata kenaikan 3,39 mm/tahun. Diperkirakan tahun 2100 dalam
perhitungan constant (tetap) kenaikan muka air laut akan meningkat berkisar
420 mm sepanjang Daerah Pesisir Tengah. Ramalan perubahan muka air laut
pada tahun-tahun kedepannya tentu akan selalu berubah-ubah megingat
dipengaruhi oleh faktor atau fenomena yang juga berubah ubah. Salah satu
faktor yang mengakibatkan perubahan muka air laut adalah kecendrungan
pemanasan global yang disebabkan oleh aktifitas manusia yang cenderung
berubah. Salah satu aktifitas manusia yang memberikan dampak
kecenderungan pemanasan global adalah penggunaan sumberdaya alam dan
industri.

Pesisir
Tengah

Gambar 1. Kecenderungan muka air laut di Krui

Besarnya nilai kerugian ekonomi akan bergantung pada tingkat produktivitas


lahan yang tergenang. Luas daerah yang rentan terhadap genangan seluas
31,4 Ha dengan rincian: pemungkiman (177 unit), sekolah (1 unit), jalan
(2.763 meter), pantai (Pantai Walur, Way Sindi, Labuhan Jukung dan Way
Redak), dan pelabuhan (1 unit). Hilangnya lahan akibat kenaikan muka air
laut, tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi tetapi juga hilangnya
keanekaragaman hayati di wilayah tersebut. Seperti kehidupan terumbu
karang yang terganggu karena makin sedikitnya pasokan cahaya matahari
akibat kenaikan muka air laut. Ketika terumbu karang terganggu maka akan
memberikan efek berantai ke terganggunya limpahan ikan di Daerah Pesisir
Tengah. Intrusi air laut juga akan semakin luas, sehingga memperburuk
kualitas air tanah.
Gambar 2. Prediksi daerah genangan akibat kenaikan muka air laut

Perhitungan besaran biaya kerugian pada penelitian ini dilakukan untuk


mengetahui nilai ekonomi dari setiap jenis guna lahan tergenang. Identifikasi
besaran biaya kerugian pada penelitian ini hanya difokuskan pada jenis
direct-tangible loss, dimana biaya yang dihitung dalam jenis ini hanya
dilakukan pada kerugian yang terjadi akibat kontak langsung dengan bahaya
bencana dan dihitung dalam jumlah uang. Oleh karena itu, perhitungan biaya
kerugiansakan tersebut hanya akan difokuskan sesuai dengan guna lahan yang
tergenang oleh air laut, antara lain guna lahan permukiman, jaringan jalan,
dan pelabuhan pelelangan ikan yang terkena dampak langsung terhadap
kenaikan muka air laut dengan biaya kerugian dapat dihitung dalam jumlah
uang. Berikut standar biaya kerusakan yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 1. Standar biaya kerugian pada setiap guna lahan


Jenis Guna Lahan Standar Biaya
Pemukiman Rp 20.000.000,00/unit*
Jaringan Jalan Rp 2.464.465,00/meter*
Pelabuhan Rp 1.900.000.000,00*
Sekolah Rp 800.000.000,00*
Pariwisata Pantai Rp 100.000.000,00/pantai/tahun**
Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2008*, Dinas Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Kabupaten Pesisir Barat, 2015**

Tabel 2. Perkiraan biaya kerugian


Jenis Guna Lahan Jumlah Biaya Kerugian
Pemukiman 177 Rp 3.540.000.000,00
Jaringan Jalan 2763 Rp 6.809.316.795,00
Pelabuhan 1 Rp 1.900.000.000,00
Pariwisata Pantai 4 Rp 400.000.000,00
Sekolah 1 Rp 800.000.000,00
Jumlah Rp 13.449.316.795,00

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa biaya kerugian akibat


kenaikan muka air laut dapat mencapai Rp 13.449.316.795,00. Kerusakan
guna lahan jaringan jalan merupakan biaya kerugian yang paling besar, yaitu
mencapai Rp 6.809.316.795,00. Hal ini disebabkan oleh panjangnya jaringan
jalan yang tergenang pada saat kenaikan muka air laut, yaitu mencapai 2.763
meter. Kerusakan guna lahan pemukiman mencapai Rp 3.540.000.000,00.
Hal ini disebabkan oleh tingginya genangan pada kawasan pemukiman yang
sebagian besar berlokasi di Pusat daerah Pesisir Tengah yang memiliki
ketinggian dataran yang cenderung lebih rendah apabila dibandingkan dengan
bagiaan daerah lainnya. Selain itu, tingginya angka kerusakan pada guna
lahan pemukiman ini juga disebabkan oleh banyaknya jumlah pemukiman
tergenang karena kawasannya tergolong padat yang mencapai 177 unit. Biaya
kerugian untuk pelabuhan yang tergenang dapat mencapai Rp
1.900.000.000,00, 4 pariwisata pantai Rp 400.000.000,00, sekolah Rp
800.000.000,00.

Mitigasi akibat adanya perubahan pada lingkungan akan sangat membantu


mengurangi kerugian. Mitigasi dapat dilakukan secara fisik atau non fisik.
Mitigasi secara fisik dapat dilakukan dengan cara merubah bentuk bangunan
(ditambahkan tiang-tiang penyangga agar rumah lebih tinggi, membangun
revetment berupa tembok dan sebagian dari kontruksi batu bertumpuk di
wilayah padat penduduk yang masuk daerah genangan). Adaptasi non-fisik
dapat dilakukan dengan relokasi (pindah ke daerah yang lebih baik atau aman
kondisinya atau pilihan yang paling sederhana ialah membangun hunian yang
jauh dari tepi pantai) dan regulasi (dengan membentuk Marine Protected
Area (MPA) dan Coastal Zone Management serta kemitraan dan kerjasama
yang baik antara pemerintah pusat dan daerah bahkan antar daerah) pada
wilayah pesisir. Mitigasi yang paling penting adalah bagaimana mengurangi
pemanasan global dengan mengurangi pelepasan gas rumah kaca. Sehinga
kecenderungan kenaikan muka air laut dapat dikurangi jika pemanasan global
juga berkurang.

V. Kesimpulan dan Saran


Diperkirakan tahun 2100 dalam perhitungan constant (tetap) kenaikan muka
air laut akan meningkat berkisar 420 mm sepanjang Daerah Pesisir Tengah.
Luas daerah yang rentan terhadap genangan seluas 31,4 Ha dengan rincian:
pemungkiman (177 unit), sekolah (1 unit), jalan (2.763 meter), pantai (Pantai
Walur, Way Sindi, Labuhan Jukung dan Way Redak), dan pelabuhan (1 unit).
Biaya kerugian akibat kenaikan muka air laut dapat mencapai Rp
13.449.316.795,00. Mitigasi akibat adanya perubahan pada lingkungan akan
sangat membantu mengurangi kerugian. Mitigasi dapat dilakukan secara fisik
atau non fisik. Mitigasi yang paling penting adalah bagaimana mengurangi
pemanasan global dengan mengurangi pelepasan gas rumah kaca.
Daftar Pustaka

Bappenas, 2008., National Developmen Planning: Indonesia Responses to


Climate Change. Bappenas. Jakarta.
Church et al. 2001., Estimates of the Regional Distribution of Sea Level Rise
over the 1950–2000 Period. Journal of Climate 17. 2609-2625. 2004.
Departemen Kelautan dan Perikanan Indonesia. 2008. Laporan Akhir Strategi
Adaptasi dan Mitigasi Bencana Pesisir Akibat Perubahan Iklim
Terhadap Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta : Departemen
Kelautan dan Perikanan.

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Kabupaten Pesisir Barat,


2015., lampost.co/berita/pemkab-pesisir-barat-komitmen-bangun-
pariwisata
KLH (Kementrian Lingkungan Hidup), 2007., National Action Plan
Addressing Climate Change. KLH. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai