Anda di halaman 1dari 5

Jawaban DK2P3

6. Apa saja factor yang mempengaruhi ingatan?

Ada faktor-faktor yang ternyata dapat mempengaruhi daya kerja ingatan, antara lain :

Faktor usia, ingatan paling tajam pada diri manusia kurang-lebih pada masa kanak-kanak (10-14
tahun) dan ini berlaku untuk ingatan yang bersifat mekanis yakni ingatan untuk kesan-kesan
penginderaan. Sesudah usia tersebut kemampuan untuk mencamkan dalam ingatan juga dapat
dipertinggi akan tetapi untuk kesan-kesan yang mengandung pengertian (daya ingatan logis) dan
ini berlangsung antara usia 15-50 tahun.

Kondisi fisik, misalnya kelelahan, sakit dan kurang tidur dapat menurunkan daya kerja atau
prestasi ingatan.

Faktor emosi. Dalam hal ini seseorang akan mengingat sesuatu lebih baik, apabila peristiwa-
peristiwa itu menyentuh perasaan-perasaan, sedangkan kejadian yang tidak menyentuh emosi
seringkali diabaikan.

Minat dan Motivasi. Dalam pengalaman sehari-hari, kita sering mengamati remaja yang tidak
lupa suatu lirik lagu walaupun dalam bahasa asing. Orang-orang yang sering bepergian,
mempunyai ingatan tentang ilmu bumi yang jauh lebih baik daripada yang tidak pernah kemana-
mana. Artinya disini seseorang yang mengingat segala sesuatu tentang hal yang disukainya jauh
lebih baik dari pada hal yang tidak disukainya. Jelaslah minat sangat meningkatkan motivasi dan
pada gilirannya akan meningkatkan daya ingat. Menurut Kurt Lewin (1890-1947), seorang
psikolog jerman, minat dan motivasi berarti konsentrasi energi (forces) pada sektor (region)
tertentu dalam kesadaran. Konsentrasi energi inilah yang menyebabkan suatu hal tidak begitu
saja dilupakan.

Sumber : http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/psikologi_umum_1/Bab_6.pdf

Jawaban DK2P4

2. Herpes Zoster :

a. Definisi :

Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VZV) pada kulit dan mukosa, atau
merupakan hasil reaktivasi virus setelah infeksi primer.

b. Patogenesis

Infeksi primer dari VZV ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virusmengadakan
replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan
asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES)
yang kemudian mengadakan replikasi kedua yangsifat viremia nya lebih luas dan simptomatik
dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa.

Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan
berdiam diri atau laten didalam neuron. Virus berdiam diri diganglion posterior saraf tepi dan
ganglion kranialis Selama antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus
yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah
titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster

c. Etiologi

Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster yang laten di dalam ganglion
posterior atau ganglion intrakranial. Virus dibawa melalui sternus sensory ke tepi ganglia spinal
atau ganglia trigeminal kemudian menjadi laten. Varicella zoster, yaitu suatu virus rantai ganda
DNA anggota famili virus herpes yang tergolong virus neuropatik atau neuroder-matotropik.

Reaktivasi virus varicella zoster dipicu oleh berbagai macam rangsangan seperti pembedahan,
penyinaran, penderita lanjut usia, dan keadaan tubuh yang lemah meliputi malnutrisi, seorang
yang sedang dalam pengobatan imunosupresan jangka panjang, atau menderita penyakit
sistemik. Apabila terdapat rangsangan tersebut, virus varicella zoster aktif kembali dan terjadi
Ganglionitis

Virus tersebut bergerak melewati saraf sensorik menuju ujung-ujung saraf pada kulit atau
mukosa mulut dan mengadakan replikasi setempat dengan membentuk sekumpulan vesikel.

d. Epidemiologi :

Varicella terdapat di seluruh dunia, tidak ada perbedaan ras maupun jenis kelamin. Varicella
terutama mengenai anak – anak yang berusia dibawah 20 tahun terutama usia 3 – 6 tahun dan
hanya sekitar 2% terjadi pada orang dewasa. Di amerika, varicella sering terjadi pada anak –
anak dibawah usia 10 tahun dan 5% kasus terjadi pada usia lebih dari 15 tahun dan di jepang,
umumnya terjadi pada anak – anak dibawah usia 6 tahun sebanyak 81,4%. Insiden terjadinya
herpes zostermeningkat sesuai dengan pertambahan umur dan biasanya jarang mengenai anak –
anak.

e. Patofisiologi :

Virus ini berdiam di gonglion susunan saraf tepi dan ganglion kranalis kelainan kulit yang timbul
memberikan lokasi yang setingkat dengan daerah persyarafan gonglion tersebut. Kadang virus
ini juga menyerang ganglion anterion, bagian motorik kranalis sehingga memberikan gejala-
gejala gangguan motorik. Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ketubuh hospes
(penerima virus).
Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau
replekasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virus akan menjalar melalui serabut saraf
sensorik ke gonglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten.

Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap di gonglion sensori setelah infeksi
chickenpox pada masa anak-anak sekitar 20% orang yang menderita cacar akan menderita
shingles selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari
gonglion ke kulit area dermatom.

f. Komplikasi:

Postherpetic neuralgia merupakan komplikasi Herpes zoster yang paling sering terjadi. Herpes
zoster optalmikus merupakan komplikasi umum yang lain. Postherpetic neuralgia terjadi sekitar
10-15 % pasien herpes zoster dan merusak syaraf trigeminal.

Resiko komplikasi meningkat sejalan dengan usia. Postherpetic neuralgia didefenisikan sebagai
symtom sensoris (biasanya sakit dan mati rasa). Postherpetic neuralgia atau rasa nyeri akan
menetap setelah penyakit tersebut sembuh dan dapat terjadi sebagai akibat penyembuhan yang
tidak baik pada penderita usia lanjut.

g. Diagnosis:

Diagnosa Herpes zoster biasanya ditegakkan berdasarkan riwayat kasus dan gambaran klinisnya
yang khas, sehingga tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium. Meskipun begitu, pemeriksaan
laboratorium direkomendasikan jika gambaran klinis tidak khas atau untuk menentukan status
imun terhadap virus Varisela-zoster pada orang yang beresiko tinggi. Pemeriksaan laboratorium
yang dapat dilakukan meliputi hapusan Tzank, deteksi antigen virus dan tes antibodi virus.

h. Tata laksana:

Penatalaksaan herpes zoster bertujuan untuk:

1. Mengatasi infeksi virus akut

2. Mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster

3. Mencegah timbulnya neuralgia pasca herpetik.

Pengobatan Umum

Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapatmenularkan kepada orang
lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang dengandefisiensi imun. Usahakan agar
vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakaibaju yang longgar. Untuk mencegah
infeksi sekunder jaga kebersihan badan.

Pengobatan Khusus
1. Obat Antivirus

Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir
danfamsiklovir. Asiklovir bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase pada virus.
Asiklovir dapat diberikan peroral ataupun intravena. Asiklovir Sebaiknya pada 3 hari
pertamasejak lesi muncul. Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah 5×800 mg/hari
selama7 hari, sedangkan melalui intravena biasanya hanya digunakan pada pasien
yangimunokompromise atau penderita yang tidak bisa minum obat. Obat lain yang
dapatdigunakan sebagai terapi herpes zoster adalah valasiklovir. Valasiklovir
diberikan3×1000 mg/hari selama 7 hari, karena konsentrasi dalam plasma tinggi. Selain
itufamsiklovir juga dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai inhibitor
DNApolimerase. Famsiklovir diberikan 3×200 mg/hari selama 7 hari.

2. AnalgetikAnalgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan oleh virus


herpeszoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam mefenamat. Dosis asam
mefenamatadalah 1500 mg/hari diberikan sebanyak 3 kali, atau dapat juga dipakai
seperlunyaketika nyeri muncul.

3. KortikosteroidIndikasi pemberian kortikostreroid ialah untuk Sindrom Ramsay Hunt.


Pemberian harussedini mungkin untuk mencegah terjadinya paralisis. Yang biasa
diberikan ialahprednison dengan dosis 3×20 mg/hari, setelah seminggu dosis diturunkan
secarabertahap. Dengan dosis prednison setinggi itu imunitas akan tertekan sehingga
lebihbaik digabung dengan obat antivirus.

Pengobatan topical

Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikanbedak
dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadiinfeksi sekunder.
Bila erosif diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapatdiberikan salap antibiotik.

Pada HZO dibutuhkan pengobatan yang agresif dan monitoring karenakemungkinan keterlibatan
infeksi mata. Keterlibatan infeksi pada mata terjadi padasetengah dari herpes zoster ophtalmicus.
Secara sederhana, keterlibatan mata ditandaidengan adanya vesikel pada ujung hibung karena
keterlibatan cabang nasociliar (hukum Hutchinson).

i. Manifestasi klinis :

 Diawali dengan gejala prodromal berupa demam, pusing, malaise, nyeri otot tulang, gatal
dan pegal.

 Lesi kulit berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritematosa yang disertai rasa nyeri.

 Pembesaran kelenjar getah bening.


 Pada herpes zoster oftalmikus terjadi infeksi pada cabang pertama nervus trigeminus
cabang oftalmika, sehingga timbul kelainan pada mata.

 Sindrom Ramsay Hunt: apabila terdapat gangguan pada saraf fasialis dan otikus yang
menyebabkan paralisis otot muka, kelainan kulit sesuai dengan dermatom, tinnitus,
vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, mual, dan gangguan pengecapan.

j. Tanda & gejala :

Jika terkena herpes zoster, gejala pertama yang akan dirasakan adalah rasa sakit. Rasa sakit ini
juga bisa berupa sensasi terbakar. Beberapa hari kemudian, ruam menyerupai setengah lingkaran
muncul. Ruam ini biasanya mengelilingi sisi kiri atau kanan tubuh, terutama pada perut dan
dada. Ruam ini kemudian akan membentuk luka melepuh yang berisi air yang terasa gatal dan
menjadi koreng dalam 3-5 hari. Meski begitu, gejala-gejala penyakit ini dapat bervariasi.
Sebagian kecil pengidap mengalami rasa nyeri tapi tanpa ruam.

Berikut adalah gejala-gejala lain yang mungkin dapat menyertai kedua gejala utama di atas:

Demam dan menggigil.

Nyeri di seluruh tubuh.

Sakit kepala.

Sumber :

1. Tanto,chris;2014;Kapita selekta kedokteran; Jakarta; media Aesculapius.

2. Handoko R. Penyakit virus. 2007. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors.

3. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.hlm 88-100

4. Johnson RW. 2010. The impact of herpes zoster and post-herpetic neuralgia on
quality of life. BioMed Central Medicine Journal;8:37-42.

5. McCrary ML, Severson J, Tyring SK. 2009. Varicella Zoster Virus. Journal of the
American Academy of Dermatology;41:1-13.

6. Prabhu S, Sripathi H, Gupta S, Prabhu M. 2009. Chilhood Herpes Zoster. Journal of


Indian Dermatology;54:379-84.

Anda mungkin juga menyukai