Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTK

REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN


DI KABUPATEN BUTON UTARA

Oleh :
Mike Ardila
Pembimbing I :
Herminawaty A
Email : Herminawaty_abubakar@yahoo.com
Pembimbing II :
Rafiuddin
Email : Rafiuddin45@yahoo.com

Prodi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan


Ekonomi Universitas Bosowa Makassar

ABSTRACT

The high level of poverty in North Buton shows the process of economic development
have not been able to improve the welfare of society equally. This study aims to analyze
how and how much influence the HDI and the pace of GDP growth in the level of poverty
North Buton Year 2008-2014. The method used is the method of ordinary least squares
(OLS), which uses multiple linear regression method to manage this data using SSPS.
16.0.
The results of this study indicate that the coefficient of determination (R²) of 0.784, which
means 78.4% of the poverty level variables can be explained by the HDI and GDP
growth rate. While the remaining 21.6 percent is explained by other factors outside the
model.
The results showed that the HDI a significant negative effect on poverty levels, the rate of
GDP growth, but not a significant negative effect on poverty levels in North Buton.
-----------------------
Keywords: Human Development Index (HDI), the GDP and the level of poverty

Vol 3, No. 003 (2017) Mike Ardila 89


PENDAHULUAN
Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
bangsa dan pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator untuk
menilai keberhasilan pembangunan dari suatu negara. Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 tercantum tujuan bangsa Indonesia bahwa diantaranya yaitu
untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pemerataan pembangunan adalah pemerataan pembangunan pusat dan daerah
seperti yang diharapkan dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah terhadap perimbangan
keuangan daerah. Maka, pemerintah pusat memberikan otonomi pemerintah
daerah yang didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab sehingga
daerah memiliki kewenangan untuk mengatur kepemerintahan daerahnya
berdasarkan aspirasi masyarakatnya. Untuk keperluan tersebut diperlukan
perencanaan yang lebih baik dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
Paradigma pembangunan yang sedang berkembang saat ini adalah
pertumbuhan ekonomi yang di ukur dengan pembangunan manusia. Salah satu
tolak ukur yang digunakan dalam melihat kualitas hidup manusia adalah Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang diukur melalui kualitas tingkat pendidikan,
kesehatan dan ekonomi (daya beli). Kualitas sumber daya manusia dapat menjadi
faktor penyebab terjadinya penduduk miskin. Rendahnya Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) akan berakibat pada rendahnya produktivitas kerja dari penduduk.
Produktivitas yang rendah berakibat pada rendahnya perolehan pendapatan.
Sehingga dengan rendahnya pendapatan menyebabkan tingginya jumlah
penduduk miskin. Menurut Ginting, et al (Restuty A. Rumahorbo 2014)
menyatakan pembangunan manusia di Indonesia adalah identik dengan
pengurangan kemiskinan. Investasi di bidang pendidikan dan kesehatan akan lebih
berarti bagi penduduk miskin dibandingkan penduduk tidak miskin, karena aset
utama penduduk miskin adalah tenaga kasar mereka. Tersedianya fasilitas
pendidikan dan kesehatan murah akan sangat membantu untuk meningkatkan
produktivitas, dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan.

Vol 3, No. 003 (2017) Mike Ardila 90


Selain IPM, pertumbuhan ekonomi juga merupakan kunci dari penurunan
kemiskinan di suatu wilayah. Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat
adanya gejala pertumbuhan ekonomi dalam suatu Negara atau wilayah adalah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Menurut Hadi Sasana (2006) PDRB
adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai
kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode tertentu dan biasanya satu tahun.
PDRB juga dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan ekonomi daerah, dalam
rangka peningkatan kesejahteraan penduduknya dalam hal ini adalah penurunan
jumlah penduduk miskin di suatu wilayah. Di banyak negara syarat utama bagi
terciptanya penurunan kemiskinan yang tetap adalah pertumbuhan ekonomi, tetapi
pertumbuhan ekonomi tidaklah cukup untuk mengentaskan kemiskinan jika tidak
diiringi dengan pemerataan pendapatan (Wongdesmiwati 2009).
Tingkat kemiskinan di Kabupaten Buton Utara tahun 2008 hingga tahun 2014
cukup berfluktuatif, mengalami periode yang relatif baik karena mengalami tren
yang menurun dari 24,85 persen di tahun 2008 menjadi 16,36 persen di tahun
2014, meskipun sempat mengalami kenaikan di tahun 2012 menjadi 18,15 persen,
naik18,36 persen pada tahun 2013. Tingkat kemiskinan di Kabupaten Buton Utara
masih relatif tinggi sehingga diperlukan beberapa program guna meminimalisasi
tingkat fluktuasinya dan dengan demikian pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan manusia dapat lebih stabil. Tingginya persentase penduduk miskin
disuatu wilayah akan berpengaruh pada rendahnya daya beli masyarakat di
wilayah tersebut. Hal ini di sebabkan karena umumnya pendapatan penduduk
miskin tersebut sangat rendah. Kemiskinan di Kabupaten Buton Utara merupakan
suatu permasalahan yang rumit. Perbaikan indikator ekonomi tidak serta merta
semudah membalikkan telapak tangan untuk menunjukkan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain, kemiskinan harus diatasi secara
menyeluruh dan tidak cukup hanya dilakukan dari sisi pembangunan ekonomi
saja, tetapi dengan meningkatkan Produk domestik regional bruto, dan Indeks
pembangunan manusia diduga sangat penting dalam mengurangi tingkat
kemiskinan.

Vol 3, No. 003 (2017) Mike Ardila 91


Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Buton Utara
selama tujuh tahun terakhir dengan judul Pengaruh IPM dan PDRB Terhadap
Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Buton Utara Tahun 2008-2014. Berdasarkan
judul tersebut, maka penulis akan memfokuskan penelitian pada permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat
kemiskinan di Kabupaten Buton Utara?
2. Bagaimana pengaruh Produk Demestik Regional Bruto (PDRB) terhadap
tingkat kemiskinan di Kabupaten Buton Utara?
3. Variabel mana yang paling dominan berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan di Kabupaten Buton Utara?

TINJAUAN PUSTAKA
Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh
Rumah Tangga Keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor
produksi dalam satu periode, biasanya selama satu tahun. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) pendapatan nasional (National Income) merupakan salah satu
indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu Negara dalam suatu
periode tertentu.
Biasanya pendapatan nasional tersebut di ukur dengan nilai produksi
Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto adalah jumlah produk
berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas
wilayah suatu Negara selama satu tahun. Dalam perhitungannya, termasuk juga
hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang
beroperasi diwilayah yang bersangkutan. Sedangkan untuk mengetahui gambaran
tingkat kesejahteraan suatu masyarakat atau Negara didasarkan pada Produk
Nasional Bruto (PNB). Produk domestik bruto (PDB) yang dihitung pada areal
tertentu seperti provinsi disebut PDRB.

Vol 3, No. 003 (2017) Mike Ardila 92


Produk Domestik Regional Bruto
PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh
berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode tertentu dan biasanya
satu tahun (Hadi Sasana, 2006). PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu
daerah mengelola sumber saya alam yang dimilikinya. Oleh karena itu besaran
PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat bergantung kepada
potensi sumber daya alam dan faktor produksi Daerah tersebut. Adanya
keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor tersebut menyebabkan besaran
PDRB bervariasi antar daerah.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan menunjukkan
nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun
tertentu sebagai dasar dimana dalam perhitungan ini digunakan tahun 2000.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun sedangkan menurut BPS
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku digunakan untuk
menunjukkan besarnya struktur perekonomian dan peranan sektor ekonomi.
Kemiskinan
Kemiskinan merupakan sebuah permasalahan yang sering dihadapi oleh
masyarakat dimana terdapat kondisi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari dimulai dari pemenuhan kebutuhan papan, sandang, maupun
pangan. Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan
memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan
maupun non makan. Membandingkan tingkat konsumsi penduduk dengan garis
kemiskinan atau jumlah rupiah untuk konsumsi orang perbulan.
Suryawati (2005) berpendapat bahwa hidup dalam Kemiskinan dibagi dalam
empat bentuk, yaitu:
a. Kemiskinan absolut, kondisi dimana seseorang memiliki pendapatan di bawah
garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan,
sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang dibutuhkan untuk
bisa hidup dan bekerja.

Vol 3, No. 003 (2017) Mike Ardila 93


b. Kemiskinan relatif, kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan
yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan
ketimpangan pada pendapatan.
c. Kemiskinan kultural, mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat
yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki
tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari
pihak luar.
d. Kemiskinan struktural, situasi miskin yang disebabkan oleh rendahnya akses
terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial
politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali
menyebabkan suburnya kemiskinan.
Kemiskinan juga dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Kemiskinan alamiah, berkaitan dengan kelangkaan sumber daya alam dan
prasarana umum, serta keadaan tanah yang tandus.
b. Kemiskinan buatan, lebih banyak diakibatkan oleh sistem modernisasi atau
pembangunan yang membuat masyarakat tidak dapat menguasai sumber
daya, sarana, dan fasilitas ekonomi yang ada secara merata.
Ukuran Kemiskinan
Menurut Badan Pusat Statistik (2010), penetapan perhitungan garis
kemiskinan dalam masyarakat adalah masyarakat yang berpenghasilan dibawah
Rp7.057 per orang per hari. Penetapan angka Rp7.057 per orang per hari tersebut
berasal dari perhitungan garis kemiskinan yang mencakup kebutuhan makanan
dan non makanan. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100
kilo kalori per kapita per hari. Sedangkan untuk pengeluaran kebutuhan minimum
bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, pendidikan, dan
kesehatan.
Menurut World Bank menetapkan standar kemiskinan berdasarkan
pendapatan per kapita. Penduduk yang pendapatan per kapitanya kurang dari
sepertiga rata-rata pendapatan per kapita nasional. Dalam konteks tersebut, maka
ukuran kemiskinan menurut World Bank adalah USD $2 per orang per hari.
Indeks Pembangunan Manusia

Vol 3, No. 003 (2017) Mike Ardila 94


Menurut Badan Pusat Statistik, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
merupakan ukuran capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen
dasar kualitas hidup di suatu wilayah. Selain itu, IPM digunakan untuk
mengklasifikasikan apakah sebuah negara termasuk kategori negara maju, negara
berkembang atau negara terbelakang. Selain itu indeks ini juga menjadi parameter
untuk melihat pengaruh kebijakan ekonomi suatu negara terhadap kualitas
rakyatnya. Dan tidak hanya digunakan sebagai tolak ukur pengelompokan suatu
Negara tetapi juga dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur dan
pengelompokan Sub negara ( daerah/ bagian ).
Ukuran pembangunan yang digunakan selama ini, yaitu PDB dalam
konteks nasional dan PDRB dalam konteks regional, hanya mampu memotret
pembangunan ekonomi saja. Untuk itu dibutuhkan suatu indikator yang lebih
komprehensif, yang tidak saja mampu menangkap perkembangan ekonomi akan
tetapi, juga perkembangan aspek sosial dan kesejahteraan manusia. Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran agregat dari dimensi dasar
pembangunan manusia dengan melihat perkembangannya.
Penghitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia memiliki
tujuan penting, di antaranya:
• Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan
manusia dan perluasan kebebasan memilih.
• Memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut
sederhana.
• Membentuk satu indeks komposit dari pada menggunakan sejumlah indeks
dasar.
• Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi.
Indeks tersebut merupakan indeks dasar yang tersusun dari dimensi berikut
ini:
A. Umur panjang dan kehidupan yang sehat, dengan indikator angka
harapan hidup;
B. Pengetahuan, yang diukur dengan angka melek huruf dan kombinasi
dari angka partisipasi sekolah untuk tingkat dasar, menengah dan
tinggi; dan

Vol 3, No. 003 (2017) Mike Ardila 95


C. Standar hidup yang layak, dengan indikator PDRB perkapita dalam
bentuk Purchasing Power Parity (PPP).
Konsep Pembangunan Manusia dengan kriteria tingkatan status
pembangunan manusia dengan katagori sebagai berikut:

IPM < 50 Rendah

50 ≤ IPM < 66 Menengah Bawah


66 ≤ IPM < 80 Menengah Atas
IPM ≥ 80 Tinggi

METODOLOGI PENELITIAN
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan analisis regresi linear berganda dengan menggunakan metode
Ordinary Least Square (OLS) yang menggunakan data time series di Kabupaten
Buton Utara. Analisis regresi adalah studi ketergantungan dari variabel dependen
pada satu atau lebih variabel independen (Gujarati 1999). Model analisis yang
digunakan dimulai dengan pembentukan model matematis, yaitu suatu pernyataan
hubungan yang berlaku di antara Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap tingkat kemiskinan di
Kabupaten Buton Utara.
Adapun persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Y = β₀ + β₁X₁ + β₂X₂ + e
Keterangan:
Y = Tingkat Kemiskinan (%) di Kabupaten Buton Utara
Β₀ = Konstanta
X₁ = Variabel IPM (%)
X₂ = Variabel Laju Pertumbuhan PDRB (%)
β₁, β₂, = Koefisien Regresi
e = Error Term

Vol 3, No. 003 (2017) Mike Ardila 96


HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
IPM dan laju pertumbuhan PDRB terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten
Buton Utara Tahun 2008–2014.
Berdasarkan hasil yang digunakan program SSPS-Statistik 16.0 maka di
peroleh persamaan linier beganda sebagai berikut:
TABEL 1. ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
Variable Coefficients Std. Error t-statistic Prob.
Konstanta c 151.256 37.450 4.039 .016
X1 (IPM) -1.774 .552 -3.211 .033
X2 (pertumbuhan PDRB) -1.101 .737 -1.493 .210
Sumber : data diolah 2016
Y= 151.256 – 1.774* X₁ - 1.101* X₂
Persamaan regresi diatas dapat di interprestasikan sebagai berikut:
1. Konstata b₀ = 151.256 menunjukkan besarnya nilai variabel dependen Y
(tingkat kemiskinan) dengan asumsi X₁ dan X₂ sama dengan nol.
2. Koefisien regresi b₁ = -1.774 menunjukkan bahwa apabila variabel X₁
(indeks pembangunan manusia) naik satu persen, maka akan menurunkan
variabel Y (Tingkat Kemiskinan) sebesar 1,77% dengan asumsi bahwa
variabel X2 (Produk Domestik Regional Bruto) dianggap konstan.
3. Koefisien regresi b₂ = -1.011 menunjukkan bahwa apabila X₂ (laju
pertumbuhan PDRB) naik satu persen maka akan menurunkan variabel Y
(Tingkat Kemiskinan) sebesar 1.01% dengan asumsi bahwa variabel X₁
(Indeks Pembangunan Manusia) adalah konstan.
Uji Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R-Square) dilakukan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen memberi penjelasan terhadap variabel dependen.
Adapun hasil uji determinasi (R-Square) dapat dilihat pada tabel 2.

Vol 3, No. 003 (2017) Mike Ardila 97


TABEL 2. HASIL Uji R SQUARE UNTUK PENGARUH X₁, DAN X₂
TERHADAP Y
Mode R R Square Adjusted R Std. Error of the
l Square Estimate
1 .886a .784 676 1.62562
Sumber: Data diolah 2016
Berdasarkan hasil output program ssps 16.0, diperoleh nilai koefisien
determinasi (R²) sebesar 0,784 yang berarti bahwa variabel-variabel bebas yaitu
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan laju Pertumbuhan PDRB, secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap Tingkat Kemiskinan sebesar 78.4
persen sedangkan sisanya 21.6 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model estimasi.
Uji F-Statistik
Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut: Ho diterima
(F-hitung<F-tabel) artinya variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruhn nyata terhadap variabel dependen H₁ diterima (F-hitung>F-tabel)
artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
variabel dependen.
TABEL 3. HASIL UJI F-STATISTIK UNTUK PENGARUH X₁ DAN X₂
TERHADAP Y
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Regression 38.424 2 19.212 7.270 .047b
1 Residual 10.571 4 2.643
Total 48.994 6
Sumber: data diolah 2016
Pengaruh variabel (X₁) IPM dan variabel (X₂) laju Pertumbuhan PDRB
terhadap variabel (Y) tingkat kemiskinan di Kabupaten Buton Utara dengan
menggunakan taraf keyakinan 95% (α=0,05) degree of freedom (df1 = k-1 = 2-1 =
1) dan (df2 =n-k =7-2 = 5) diperoleh F-tabel sebesar 6,61.

Vol 3, No. 003 (2017) Mike Ardila 98


Berdasaran persamaan regresi, pengaruh IPM dan laju Pertumbuhan
PDRB Terhadap Tingkat kemiskinan Kabupaten Buton Utara, maka diperoleh F-
tabel sebesar 6.61 (α=5% dan df:7-2=5). Sedangkan F-statistik/F-hitung sebesar
7.270 dan nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.047. Maka dapat disimpulkan
bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen (F-hitung>F-tabel).
Uji t-Statistik
Uji-t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu IPM dan
Laju Pertumbuhan PDRB terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Buton Utara.
Secara parsial uji-t digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat.
Selain melihat uji-t dari nilai t-statistik, uji-t dapat dilihat melalui probabilitas t-
statistik. Jika nilai probabilitas t-statistik lebih besar dari α =5% maka Ho diterima
H₁ ditolak namun jika lebih kecil dar α =5% maka Ho ditolak H₁ diterima.
TABEL 4. HASIL UJI T-STATISTIK UNTUK PENGARUH X₁ DAN X₂
TERHADAP Y
Variable Coefficients Std. Error t-statistic Prob.
Konstanta c 151.256 37.450 4.039 .016
X1 (IPM) -1.774 .552 -3.211 .033
X2 (pertumbuhan PDRB) -1.101 .737 -1.493 .210
Sumber : Data diolah, 2016
Bedasarkan tabel 4. terlihat bahwa hasil regresi dan pengujian variabel
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan laju pertumbuhan PDRB secara parsial
berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Buton Utara tahun 2008-
2014. Penelitian ini menggunakan α=5% atau α=0.05. Adapun pembuktian
hipotesisnya sebagai berikut:
1. Nilai probabilitas t-statistik variabel IPM sebesar 0,033 lebih kecil dari
0,05 (0,033<0,05) artinya Ho ditolak H₁ diterima. Maka dapat disimpulkan
bahwa variabel IPM berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
2. Nilai probabilitas t-statistik variabel laju pertumbuhan PDRB sebesar
0,210 lebih besar dari 0,05 (0,210>0,05), artinya Ho diterima dan H₁
ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel PDRB tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

Vol 3, No. 003 (2017) Mike Ardila 99


PEMBAHASAN
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh Negatif dan
signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Buton Utara. Artinya apabila
IPM meningkat maka jumlah penduduk miskin di Kabupaten Buton Utara juga
akan menurun.
Indeks Pembangunan Manusia terdiri dari tiga penyusun yang pertama ialah
Angka Harapan Hidup (AHH). AHH merupakan indikator yang menggambarkan
tingkat kemajuan kesehatan suatu wilayah. Penyusun IPM yang kedua adalah
Angka Melek Huruf (AMH), merupakan indikator pendidikan suatu daerah, yang
ketiga adalah Paritas Daya Beli antar wilayah. Paritas Daya Beli merupakan
indikator ekonomi yang digunakan untuk melakukan perbandingan harga-harga
riil antar wilayah. Menurunnya kemiskinan saat IPM meningkat merupakan
indikasi bahwa peningkatan Indeks Pembangunan Manusia akan berakibat pada
meningkatnya produktivitas kerja penduduk yang akan meningkatkan perolehan
pendapatan. Dengan pendapatan yang meningkat akan menyebabkan masyarakat
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya serta dapat menurunkan tingkat
kemiskinan. Hasil regresi juga ditunjang dengan adanya kecenderungan kenaikan
Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Buton Utara dari tahun ke tahun.
Sehingga dapat dikatakan bahwa meningkatnya IPM telah mampu menurunkan
tingkat kemiskinan di Buton Utara.
Produk DomestikRegional Bruto (PDRB)
Variabel laju pertumbuhan PDRB berpengaruh Negatif dan tidak
signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Buton Utara. Hal ini
disebabkan Laju pertumbuhan PDRB Buton Utara. Artinya manfaat pertumbuhan
ekonomi Buton Utara belum merata dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat
serta pertumbuhan ekonomi di Kabupaten tidak berpihak pada penduduk miskin
dan peningkatan laju pertumbuhan PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap
jumlah penduduk miskin, hal tersebut disebabkan tidak meratanya hasil
pembangunan. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah tidak hanya terfokus pada
pertumbuhan PDRB saja, tetapi pemerataannya juga harus lebih diperhatikan.

Vol 3, No. 003 (2017) Mike Ardila 100


KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data yang dilakukan seluruh data yang
diperoleh,maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Variabel indeks pembangunan manusia (IPM) mempunyai pengaruh
negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Buton
Utara. Sesuai dengan hipotesis, Tanda negatif tersebut mengidetifikasikan
bahwa, semakin tinggi IPM, maka akan menurunkan tingkat kemiskinan.
2. Variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memiliki pengaruh
negatif namun tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten
Buton Utara, Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis artinya laju
pertumbuhan PDRB tidak begitu mempengaruhi penurunan tingkat
kemiskinan di Kabupaten Buton Utara.
3. Variabel IPM merupakan variabel paling dominan berpengaruh dan
signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Buton Utara dengan
t-hitung sebesar -3.211, dibandingkan laju pertumbuhan PDRB hanya
sebesar -1.493.

Vol 3, No. 003 (2017) Mike Ardila 101


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2014. Data dan Informasi Tingkat Kemiskinan


Kabupaten Tahun 2010-2014.Buton Utara: Badan Pusat
Statistik.WWW.bps.go.id (di akses pada tgl 22 januari 2016)
Badan Pusat Statistik. 2014. Data dan Informasi Indeks Pembangunan Manusia
Kabupaten Buton Utara Tahun 2010-2014. Buton Utara: Badan Pusat
Statistik.WWW.bps.go.id (di akses pada tgl 22 januari 2016)
Badan Pusat Statistik. 2014. Data dan Informasi Produk Domestik Bruto
Kabupaten Buton Utara Tahun 2010-2014. Buton Utara: Badan Pusat
Statistik.WWW.bps.go.id (di akses pada tgl 22 januari 2016)
Gujarati, Damodar. 1999. “Ekonometrika Dasar”. Jakarta, Erlangga

Hadi Sasana, 2006, Analisis Dampak Transfer Pemerintah Terhadap Kinerja


Fiskal di Kab/Kota di ProvinsaiJateng Dalam Pelaksanaan
Desentralisasi Fiskal. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 7, No. 2, Hal.
223-242
Rumahorbo, Restuty A. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Sumatra Utara.Makassar, Uiversitas
Hasanudin
Suryawati, Criswardan. 2005. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional
.http://www.jmpk.online.net/Volume_8/Vol_08_No_03_2005.pdf.Diakses
tanggal 08 maret 2016.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
Wongdesmiwati. 2009. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan di
Indonesia, Analisis Ekonometrika. Tersedia: http://www.wordpress.com.
Diakses tanggal 10 Februari 2016.
World Bank. 2004. Mewujudkan Pelayanan Umum bagi Masyarakat Miskin.
The World Bank, Jakarta.

Vol 3, No. 003 (2017) Mike Ardila 102

Anda mungkin juga menyukai