Anda di halaman 1dari 21

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN 2019
TENTANG
PENGATURAN HAK PENGELOLAAN

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/


KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

Menimbang : a. bahwa atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat 3


Undang-Undang Dasar 1945, bumi air dan ruang
angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh
Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat;
b. bahwa sesuai dengan penjelasan umum Romawi II Nomor
(2) Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraria disebutkan
bahwa “Negara dapat memberikan tanah yang demikian
itu kepada seseorang atau badan hukum dengan sesuatu
hak menurut peruntukan dan keperluannya atau
memberikannya dalam pengelolaan kepada sesuatu
badan penguasa (Departemen, Jawatan atau daerah
swatantra) untuk dipergunakan bagi pelaksanaan
tugasnya masing-masing”;
c. bahwa pengaturan mengenai Hak Pengelolaan yang
selama ini ada belum dapat secara efektif, efisien dan
optimal untuk melakukan penataan administrasi
pertanahan;
-2-

d. berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional tentang Pengaturan Hak
Pengelolaan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan


Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara.
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah
Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2011 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5252);
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang
Berkaitan Dengan Tanah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3632);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953....
6. PP Tentang anak perusahaan BUMN....
7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang
Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai
Atas Tanah (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3632);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3696);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016.....
10. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
-3-

11. Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan


Pertanahan Nasional tentang Standar Pelayanan
Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional
12. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
13. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata
Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara
Dan Hak Pengelolaan.
14. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah Dan
Kegiatan Pendafaran Tanah.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA
BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG PENGATURAN
HAK PENGELOLAAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Hak Pengelolaan adalah hak menguasai Negara yang
kewenangan pelaksanaanya sebagian dilimpahkan
kepada pemegang haknya.
2. Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha dan
Hak Pakai atas tanah adalah hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Undang –
Undang Nomor 5 Tahun 1960.
3. Tanah Negara adalah tanah yang tidak dilekati dengan
sesuatu hak atas tanah
-4-

4. Tanah Ulayat adalah tanah persekutuan yang berada di


wilayah masyarakat hukum adat yang menurut
kenyataannya masih ada.
5. Masyarakat Hukum Adat adalah suatu bentuk kehidupan
bersama, yang warga-warganya hidup secara bersama
dalam jangka waktu yang sangat lama, sehingga
membentuk suatu kebudayaan.
6. Pencadangan tanah untuk pembangunan adalah
kegiatan penyediaan tanah yang
dicadangkan/dipersiapkan untuk kegiatan pembangunan
program strategis nasional atau program penanggulangan
bencana alam
7. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dibidang
agraria dan tata ruang/pertanahan.

BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2
Peraturan ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional dalam rangka mengatur mengenai Hak Pengelolaan.

Pasal 3
Peraturan ini bertujuan untuk mengatur tata cara Pemberian
Hak Perngelolaan, Permohonan dan Penyelesaian Pemberian
Hak Atas Bagian-Bagian Tanah Hak Pengelolaan, Pendaftaran
Hak Pengelolaan dan Pemantauan dan Evaluasi Hak
Pengelolaan.

Pasal 4
Ruang Lingkup peraturan ini meliputi tata cara Pemberian
Hak Perngelolaan, Permohonan Dan Penyelesaian Pemberian
Hak Atas Bagian-Bagian Tanah Hak Pengelolaan, Pendaftaran
Hak Pengelolaan dan Pemantauan dan Evaluasi Hak
Pengelolaan.
-5-

BAB III
TATA CARA PEMBERIAN HAK PENGELOLAAN

Bagian Kesatu
Pengertian Hak Pengelolaan

Pasal 5
Yang dimaksud dengan “Hak Pengelolaan” dalam Peraturan
ini adalah hak menguasai Negara yang kewenangan
pelaksanaanya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya,
untuk:
a. merencanakan peruntukan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah yang bersangkutan;
b. menggunakan tanah tersebut untuk keperluan
pelaksanaan usahanya;
c. menyerahkan peruntukan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah yang merupakan bagian-bagian
Hak Pengelolaan itu kepada pihak ketiga dengan
hak-hak atas tanah berdasarkan Surat Perjanjian
Penggunaan/Pemanfaatan Tanah atau pelepasan hak
sesuai ketentuan yang berlaku yang didalamnya tidak
mengandung unsur-unsur yang merugikan para pihak.

Bagian Kedua
Obyek dan Subyek Hak Pengelolaan

Paragraf 1
Obyek

Pasal 6
Obyek Hak Pengelolaan adalah :
1. Tanah Negara yang diperuntukkan untuk dipergunakan
sendiri dalam rangka pelaksanaan tugasnya atau
dikerjasamakan dengan Pihak lain/Ketiga.
-6-

2. Tanah Negara yang diperuntukkan sebagai cadangan


tanah untuk kegiatan pembangunan program strategis
nasional atau program penanggulangan bencana alam
dan tanah negara yang berasal dari obyek tanah terlantar
serta tanah negara yang berasal dari kegiatan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) yang
belum ada subyek haknya (Kategori 3).

Paragraf 2
Subjek

Pasal 7
(1) Subjek Hak Pengelolan atas tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dapat diberikan kepada:
a. Instansi Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah;
b. Badan Usaha Milik Negara;
c. Badan Usaha Milik Daerah;
d. Masyarakat Hukum Adat
e. Badan Otorita;
f. Badan Layanan Umum
g. Badan-badan hukum Pemerintah lainnya yang
ditunjuk pemerintah.
(2) Instansi Pemerintah dan Badan-badan hukum
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan
Hak Pengelolaan sepanjang tugas pokok dan fungsinya
berkaitan dengan pengelolaan tanah.
(3) Dalam hal tugas pokok dan fungsinya tidak berkaitan
dengan pengelolaan tanah, Instansi Pemerintah dan
Badan-badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat diberikan Hak Pengelolaan sepanjang mendapat
penunjukan/persetujuan dari Presiden.

Pasal 8
Subjek Hak Pengelolan atas tanah sebagaimana dimaksud
pada Pasal 6 ayat (2) diberikan kepada Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
-7-

Bagian Ketiga
Syarat-syarat Permohonan Hak Pengelolaan

Pasal 9
(1) Permohonan Hak Pengelolaan diajukan secara tertulis.
(2) Permohonan Hak Pengelolaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) memuat:
1. Keterangan mengenai pemohon: Nama badan
hukum, tempat kedudukan, akta atau peraturan
pendiriannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data
yurisis dan data fisik:
a. Bukti pemilikan dan bukti perolehan tanah
berupa sertpikat, penunjukan atau penyerahan
dari pemerintah, pelepasan kawasan hutan dari
instansi yang berwenang, akta pelepasan bekas
tanah milik adat atau bukti perolehan tanah
lainnya;
b. Letak, batas-batas dan luasnya (jika ada Surat
Ukur atau Gambar Situasi sebutkan tanggal
dan nomornya);
c. Jenis tanah (pertanian/non pertanian);
d. Rencana penggunaan tanah;
e. Status tanahnya (tanah hak atau tanah negara);
3. Lain-lain:
a. Keterangan mengenai jumlah bidang, luas dan
status tanah- tanah yang dimiliki oleh
pemohon, ternasuk bidang tanah yang
dimohon;
b. Keterangan lain yang dianggap perlu.

Pasal 10
Permohonan Hak Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) dilampiri dengan antara lain:
a. Formulir permohonan bermaterai cukup;
-8-

b. Fotokopi identitas Pemohon atau Kuasanya atau surat


keputusan pembentukan atau akta pendirian
perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
c. Proposal Rencana Pemanfaatan/penggunaan tanah
untuk jangka pendek dan jangka panjang;
d. Penetapan lokasi atau izin penunjukan penggunaan
Tanah atau izin lokasi atau surat izin pencadangan tanah
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.
e. Bukti pemilikan dan atau bukti perolehan tanah berupa
sertifikat, penunjukan atau penyerahan dari pemerintah
pelepasan kawasan hutan dari instansi yang berwenang,
akta pelepasan bekas tanah milik adat atau surat-surat
bukti perolehan tanah lainnya;
f. Surat keterangan mengenai kesesuaian penggunaan
tanah dengan tata ruang dari Instansi terkait; dan bahwa
tanah yang dimohon berada diluar kawasan hutan dari
Insatansi terkait apabila diperlukan.
g. Peta Bidang Tanah atau Surat Ukur apabila ada.
h. Surat pernyataan atau bukti bahwa seluruh modalnya
dimiliki oleh pemerintah.
i. Rekapitulasi perolehan tanah dan peta rekapitulasi
perolehan tanah (apabila dalam perolehan tanahnya lebih
dari 1 (satu) bidang)
j. Surat pernyataan bermaterai cukup yang memuat
penguasaan fisik tanah; dan tanah tidak dalam keadaan
sengketa

Bagian Keempat
Tata Cara Pemberian Hak Pengelolaan

Pasal 11
Permohonan Hak Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) diajukan kepada Menteri melalui Kepala
Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah
yang bersangkutan.
-9-

Pasal 12
Setelah berkas permohonan diterima, Kepala Kantor
Pertanahan :
1. memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan
data fisik.
2. mencatat pada formulir isian sesuai contoh Lampiran 1
3. memberikan tanda terima berkas permohonan sesuai
formulir isian sesuai contoh Lampiran 2
4. memberitahukan kepada pemohon untuk membayar
biaya-biaya yang diperlukan dalam penyelesaian
permohonan tersebut dengan rinciannya sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
sesuai contoh Lampiran 3.

Pasal 13
(1) Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk,
meneliti kelengkapan dan kebenaran data yuridis dan
data fisik permohonan Hak Pengelolaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan memeriksa
kelayakan permohonan tersebut untuk diproses lebih
lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) Dalam hal tanah yang dimohon belum ada surat
ukurnya, Kepala Kantor Pertanahan memerintahkan
kepada kepala Seksi Infrastruktur Pertanahan untuk
mempersiapkan surat ukur atau melakukan pengukuran.
(3) Selanjutnya Kepala Kantor Pertanahan memerintahkan
kepada:
a. Kepala Seksi Bina Pengadaan Tanah atau petugas
yang ditunjuk untuk memeriksa permohonan hak
terhadap tanah yang sudah terdaftar, sepanjang
data yuridis dan data fisiknya telah cukup untuk
mengambil keputusan yang dituangkan dalam
Risalah Pemeriksaan Tanah (konstatering Rapport),
sesuai contoh Lampiran 4; atau
- 10 -

b. Tim Penelitian Tanah untuk memeriksa permohonan


hak terhadap tanah yang belum terdaftar yang
dituangkan dalam berita acara, sesuai contoh
Lampiran 5;
(4) Dalam hal data yuridis dan data fisik belum lengkap
Kepala Kantor Pertanahan memberitahukan kepada
pemohon untuk melengkapinya.
(5) Setelah permohonan tersebut memenuhi syarat, Kepala
Kantor Pertanahan yang bersangkutan menyampaikan
berkas permohonan dimaksud kepada Kepala Kantor
Wilayah disertai pendapat dan pertimbangannya, sesuai
contoh Lampiran 6.

Pasal 14
(1) Setelah menerima berkas permohonan yang disertai
pendapat dan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (5), Kepala Kantor Wilayah
memerintahkan kepada Kepala Bidang Pengadaan Tanah
untuk:
1. Mencatat dalam formulir isian sesuai contoh
Lampiran 7
2. Memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis
dan data fisik, dan apabila belum lengkap segera
meminta Kepala Kantor Pertanahan yang
bersangkutan untuk melengkapinya.
(2) Kepala Bidang Pengadaan Tanah meneliti kelengkapan
dan kebenaran data yuridis dan data fisik atas tanah
yang dimohon beserta pendapat dan pertimbangan
Kepala Kantor Pertanahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5) dan memeriksa kelayakan permohonan
Hak Pengelolaan tersebut untuk diproses lebih lanjut
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
- 11 -

(3) Setelah permohonan tersebut memenuhi syarat, Kepala


Kantor Wilayah yang bersangkutan menyampaikan
berkas permohonan dimaksud kepada Menteri disertai
pendapat dan pertimbangannya. Sesuai contoh Lampiran
8.
Pasal 15
(1) Setelah menerima berkas permohonan yang disertai
pendapat dan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (3), Menteri memerintahkan kepada
Pejabat yang ditunjuk untuk:
1. Mencatat dalam formulir isian sesuai contoh
Lampiran 9.
2. Memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis
dan data fisik, dan apabila belum lengkap segera
meminta Kepala Kantor Wilayah yang bersangkutan
untuk melengkapinya.
(2) Menteri atau pejabat yang ditunjuk meneliti kelengkapan
dan kebenaran data yuridis dan data fisik atas tanah
yang dimohon dengan memperhatikan pendapat dan
Pertimbangan Kepala Kantor Wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) dan selanjutnya
memeriksa kelayakan permohonan tersebut dapat atau
tidaknya dikabulkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(3) Setelah mempertimbangkan pendapat dan pertimbangan
Kepala Kantor Wilayah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (3), Menteri menerbitkan keputusan
pemberian Hak Pengelolaan atas tanah yang dimohon
atau keputusan penolakan yang disertai dengan alasan
penolakannya.

Pasal 16
Keputusan pemberian atau penolakan pemberian Hak
Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3)
disampaikan kepada pemohon melalui surat tercatat atau
dengan cara lain yang menjamin sesampainya keputusan
tersebut kepada yang berhak.
- 12 -

Bagian Kelima
Syarat dan Ketentuan Pemberian Hak Pengelolaan

Pasal 17

(1) Penerima Hak Pengelolaan wajib mendaftarkan hak


pengelolaan tersebut pada Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota setempat.
(2) Pendaftaran Hak Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
diterbitkan Sertipikat.

Pasal 18
Sertipikat Hak Pengelolaan sebagaimana dimaksud Pasal 17
ayat 2 merupakan tanda bukti penguasaan yang kuat bagi
pemegangnya.

Pasal 19
Hak Pengelolaan tidak dapat dialihkan dan apabila tanahnya
tidak digunakan sesuai peruntukan, penggunaan atau
pemanfaatannya serta tujuan dari hak yang diberikan maka
status tanahnya kembali menjadi tanah yang dikuasai
langsung oleh negara.

Pasal 20
Penerima Hak Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada Pasal
7 dan Pasal 8 dapat menyerahkan peruntukan, penggunaan
dan pemanfaatan tanah yang merupakan bagian-bagian Hak
Pengelolaan itu kepada pihak ketiga dengan hak-hak atas
tanah berdasarkan Surat Perjanjian Penggunaan/
Pemanfaatan Tanah yang didalamnya tidak mengandung
unsur-unsur yang merugikan para pihak atau berdasarkan
pelepasan hak sesuai ketentuan yang berlaku.
- 13 -

Pasal 21
(1) Pihak Ketiga yang mendapat penyerahan atas bagian-
bagian hak pengelolaan atas tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dapat diberikan
diberikan hak guna bangunan atau hak pakai, sesuai
dengan rencana peruntukan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah berdasarkan usulan pemegang hak
pengelolaan kepada Kementerian ATR/BPN sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Pihak Ketiga yang mendapat penyerahan atas bagian-
bagian hak pengelolaan atas tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dapat diberikan
diberikan hak milik, hak guna bangunan, atau hak
pakai, sepanjang peruntukan, penggunaan dan
pemanfaatan tanahnya untuk kegiatan program
pembangunan, program strategis nasional atau program
penanggulangan bencana alam.

Pasal 22
Tanah-tanah bagian Hak Pengelolaan yang diserahkan
pemanfaatannya kepada Pihak Ketiga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21 (1) tidak dapat dialihkan kepada pihak lain
sebelum dilekati dengan Hak Guna Bangunan atau Hak
Pakai.

Pasal 23
Setiap perbuatan hukum yang bermaksud untuk mengalihkan
atau menjaminkan hak atas bagian-bagian hak pengelolaan
harus mendapat rekomendasi/persetujuan dari pemegang hak
pengelolaan.
- 14 -

BAB IV
TATA CARA PERMOHONAN DAN PENYELESAIAN PEMBERIAN
HAK ATAS BAGIAN-BAGIAN TANAH HAK PENGELOLAAN

Bagian Kesatu
Permohonan Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai Atas Bagian-Bagian Tanah
Hak Pengelolaan.

Pasal 24
(1) Permohonan Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai Atas Bagian-Bagian Tanah
Hak Pengelolaan diajukan kepada Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota sesuai letak tanah.
(2) Permohonan Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai Atas Bagian-Bagian Tanah
Hak Pengelolaan tersebut daam ayat (1) diajukan oleh
pihak ketiga berdasarkan Surat Perjanjian Penggunaan/
Pemanfaatan Tanah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 dengan perantara pemegang hak pengelolaan.
(3) Surat Perjanjian Penggunaan/Pemanfaatan Tanah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) memuat antara
lain, keterangan mengenai:
a. identitas pihak-pihak yang bersangkutan.
b. letak, batas-batas dan luas tanah yang dimaksud.
c. jenis penggunaannya.
d. hak atas tanah yang akan dimintakan untuk
diberikan kepada pihak ketiga yang bersangkutan
dan keterangan mengenai jangka waktunya serta
kemungkinan untuk memperpanjangnya.
e. jenis-jenis bangunan yang akan didirikan di atasnya
dan ketentuan mengenai pemilikan bangunan-
bangunan tersebut pada berakhirnya hak tanah
yang diberikan.
- 15 -

f. besaran biaya yang harus dipenuhi sesuai dengan


kesepakatan, baik pada saat pemberian hak
pertama kali maupun untuk perpanjangan jangka
waktu hak.
g. syarat-syarat lain yang dipandang perlu.
(4) Pemegang hak pengelolaan berkewajiban untuk
melengkapi berkas-berkas permohonan tersebut dan
meneruskannya kepada Kantor Pertanahan yang
bersangkutan, disertai usul-usul tentang syarat-syarat
yang harus ditaati oleh penerima hak.
(5) Permohonan tersebut dalam ayat (1) pasal ini diajukan
dan diselesaikan menurut tata cara dan wewenang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 25
Permohonan hak milik tidak dapat dimohonkan diatas tanah
hak pengelolaan yang merupakan aset.

Pasal 26
(1) Hak Pengelolaan diberikan dengan keputusan Kepala
Kantor Wilayah BPN dengan luasan tidak lebih dari
20.000 m2 (dua puluh ribu meter persegi).
(2) Hak Pengelolaan dengan luasan lebih dari 20.000 m 2
(
dua puluh ribu meter persegi) diberikan dengan
Keputusan Menteri.

Pasal 27
(1) Dalam hal Hak Pengelolaan diberikan dengan keputusan
Menteri, maka kewenangan pemberian hak diatas bagian
tanah Hak Pengelolaan menjadi kewenangan Kepala
Kantor Wilayah BPN.
(2) Dalam hal Hak Pengelolaan diberikan dengan keputusan
Kepala Kantor Wilayah BPN, maka kewenangan
pemberian hak diatas bagian tanah Hak Pengelolaan
menjadi kewenangan Kepala Kantor Pertanahan.
- 16 -

(3) Pemberian hak diatas Hak Pengelolaan dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 28
(1) Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas
Bagian-Bagian Tanah Hak Pengelolaan wajib didaftarkan
oleh pemegang haknya pada Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota setempat.
(2) Pendaftaran Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak
Pakai Atas Bagian-Bagian Tanah Hak Pengelolaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota diterbitkan Sertipikat.

Pasal 29
Sertipikat Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai
sebagaimana dimaksud Pasal 25 ayat (2) merupakan tanda
bukti hak yang kuat bagi pemegangnya sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah.

Pasal 30
Penerima Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas
Bagian-Bagian Tanah Hak Pengelolaan wajib memenuhi
ketentuan-ketentuan yang disepakati/dituangkan dalam
Surat Perjanjian Penggunaan/Pemanfaatan Tanah.

Pasal 31
Hubungan hukum antara pemegang hak pengelolaan dengan
tanahnya, tidak menjadi hapus dengan didaftarkannya hak-
hak yang diberikan kepada pihak ketiga kecuali untuk
pemberian hak milik dan hak pakai selama dipergunakan oleh
instansi pemerintah.
- 17 -

Bagian Kedua
Hak Pengelolaan Setelah Berakhinya Hak
Yang Diberikan Kepada Pihak Ketiga

Pasal 32
(1) Hak guna bangunan atau hak pakai yang diberikan
kepada pihak ketiga dapat diperpanjang setelah
mendapat rekomendasi/persetujuan dari pemegang hak
pengelolaan
(2) Dalam hal Hak guna bangunan atau hak pakai tidak
diperpanjang atau perpanjangan hak sebagaimana ayat
(1) berakhir, maka tanah tersebut sepenuhnya kembali
ke dalam penguasaan pemegang hak pengelolaan yang
bersangkutan.

Pasal 33
Bangunan dan benda – benda yang berdiri di atas tanah Hak
Guna Bangunan, dan Hak Pakai di atas Hak Pengelolaan
yang telah berakhir sebagaimana di maksud dalam Pasal 29
diselesaikan menurut kesepakatan yang diperjanjikan dalam
Surat Perjanjian Penggunaan/Pemanfaatan Tanah
sebagaimana dimaksud pada Pasal 20.

BAB V
HAPUSNYA HAK PENGELOLAAN

Pasal 34
(1) Hak Pengelolaan hapus apabila :
a. Tanahnya musnah;
b. Dilepaskan dengan menerima ganti rugi atau
dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya;
c. Dilepaskan untuk kepentingan umum dengan
memperoleh ganti kerugian sesuai ketentuan yang
berlaku.
d. Pemanfaatan dan/atau penggunaannya tidak sesuai
dengan maksud dan tujuan pemberian haknya.
- 18 -

e. Di atasnya diberikan Hak Milik atau Hak Pakai


selama dipergunakan oleh Instansi Pemerintah
(2) Pelepasan Hak Pengelolaan sebagaimana dimaksud ayat
(1) huruf b dilakukan apabila di atasnya terdapat
sengketa, konflik dan perkara atau pengusaaan fisik
(okupasi), harus diselesaikan terlebih dahulu oleh
pemegang Hak Pengelolaan.

Pasal 35
Pelepasan Hak Pengelolaan sebagaimana dimaksud pasal 31
ayat (1) huruf b dan c dilakukan dihadapan Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota atau pejabat yang ditunjuk
setelah mendapat izin/persetujuan dari Menteri.

BAB VII
PEMBATALAN HAK PENGELOLAAN DAN HAK-HAK ATAS
BAGIAN-BAGIAN HAK PENGELOLAAN

Pasal 36
(1) Menteri dapat membatalkan Hak Pengelolaan, apabila:
a. dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal
didaftarkan, pemegang Hak Pengelolaan belum
menunjukkan kegiatan awal
penggunaan/pemanfaatan tanah Hak Pengelolaan
tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan
pemberian Hak Pengelolaan;
b. Pemegang Hak Pengelolaan tidak melaksanakan
kewajibannya sebagaimana yang tercantum dalam
Surat Keputusan Pemberian Haknya;
c. pelaksanaan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap.
(2) Menteri dapat membatalkan Hak Guna Bangunan, dan
Hak Pakai diatas Hak Pengelolaan apabila penggunaan
dan pemanfaatan tanah oleh pihak ketiga tidak sesuai
dengan Surat Perjanjian Penggunaan/Pemanfaatan
Tanah.
- 19 -

Pasal 37
(1) Dalam hal Hak Pengelolaan dilepaskan sebagaimana
Pasal 32 atau dibatalkan sebagaimana Pasal 33 ayat (2)
sehingga haknya menjadi hapus, maka tanahnya kembali
menjadi tanah negara.
(2) Dalam hal diatas tanah Hak Pengelolaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdapat hak di atas tanah hak
pengelolaan, maka perubahan status menjadi tanah
negara dilaksanakan setelah jangka waktu haknya
berakhir.
(3) Tanah Hak pengelolaan yang telah dilepaskan
sebagaimana Pasal 32 atau dibatalkan sebagaimana
Pasal 33 ayat (2) pengelolaannya menjadi kewenangan
Kementerian.

BAB VIII
PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pasal 38
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi
secara berjenjang melalui Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Provinsi dan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota.

BAB
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 39
Hak milik diatas hak pengelolaan yang merupakan tanah
aset atau hak milik berada di areal hak pengelolaan yang
diberikan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini berlaku,
maka dilakukan penyesuaian menjadi Hak Guna Bangunan.
- 20 -

BAB IX
PENUTUP

Pasal 40
Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, ketentuan dalam:
1. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata
Cara Pemberian Hak Atas Tanah dan Hak Pengelolaan;
2. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 2017 tentang
Standar Pelayanan Pertanahan di Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional; dan
3. ketentuan pelaksanaan lainnya,
sepanjang mengatur mengenai hak pengelolaan, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 41
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan ini dapat diatur
kemudian dalam Surat Keputusan Pemberian Haknya.

Pasal 42
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
- 21 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/


KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

SOFYAN A. DJALIL

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NOMOR

Anda mungkin juga menyukai