Puji syukur atas kehadirat Allah swt, karena atas berkat rahmat dan inayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam mari kita
junjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, karena-Nya kita dapat merasakan
nikmat iman dan nikmat Islam sebagai agama Rahmatan lil alamin. Serta tidak lupa
untuk berterimakasihkepada bapak Dosen yang sudah membimbing kami. Kami
sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna serta banyak
terdapat kekurangan di dalamnya.Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah yang kami susun ini, dengan harapan agar kami
dapat membuat makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf
yangsebesar-besarnya. Semoga apa yang telah kami kerjakan dapat bermanfaat,
terutama bagi diri kita sendiri maupun orang lain.
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah ini membahas masalah tentang kualitas pembejaran di karenakan
sangat pentingnya masalah tersebut. Hal ini sangat penting dipelajari agar guru
maupun pihak-pihak yang lain dapat mengerti dan memahami bagaimana cara
memahami upaya mendongkrak kualitas pembelajaran. Dengan memahami upaya
mendongkrak kualitas pembelajaran dengan baik maka guru akan mudak dalam
membimbing para peserta didiknya. Jadi jika guru tidak membekali kepribadian yang
baik maka anak didik tidak dapat bersosialisasi baik terhadap orang yang ada
disekitarnya dan tidak peduli pada kehidupan di sekitarnya. Selain itu dengan adanya
teknologi informasi yang semakkin canggih dan semakin global semakin
memudahkan para guru untuk mengembangkan kualitas pedidikan agr lebih baik lagi.
Serta memanfaatkan informasi global untuk mencari inovasi-inovasi baru tentang
pembelajaran. Namun dengan semakin vanggihnya teknologi informasi sekarang ini
harus diimbangi dengan kualitas sumber daya mannusia yang baik. Oleh karena itu,
peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus
dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses
pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era
globalisasi tersebut. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya
manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus
berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan
pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan
kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan
pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam
meningkatkan kuailtas pendidikan. (Umaedi, 2004). Proses belajar mengajar
2
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan di sekolah. Rendahnya
mutu pendidikan merupakan akibat dari rendahnya kualitas proses pembelajaran yang
dilakukan di sekolah (Husnaery,2004).
B. TUJUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Variabel Pembelajaran
a) Pengertian
4
tujuan yang ingin dicapai, yang mempengaruhi keputusan perancang dalam
memilih metode pembelajaran.
5
Ada 5 cara mengklasifikasikan media untuk menentukan strategi
pembelajaran, yaitu :
a. Tingkat kecermatannya dalam menggambarkan sesuatu;
b. Tingkat interaksi yang mampu ditimbulkannya;
c. Tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya;
d. Tingkat motivasi yang ditimbulkannya;
e. Tingkat biaya yang diperlukan.
b) Kondisi Pembelajaran
6
3. Karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek kualitas individu siswa
yang mencakup bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah diperoleh.
c) Hasil Pembelajaran
7
sehingga dapat mengembangkan kompetensi siswa yang adaptif terhadap setiap
perkembangan IPTEKs dan lingkungan global.
Jadi sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki tingkat kesesuaian antara
hasil yang dicapai dengan rencana dan target hasil yang ditetapkan terlebih dahulu.
Sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki manajemen yang baik, transparan dan
akuntabel yang mampu memberdayakan semua komponen sekolah untuk mencapai
tujuan sekolah secara efektif.
8
8. Kepala sekolah mempunyai program inservice, pengawasan, supervisi dan
membuat rencana sekolah bersama-sama para guru
9. Adanya lingkungan yang nyaman
10. Penilaian yang secara rutin mengenai program yang dibuat siswa.
Sekolah sebagai sebuah sistem mempunyai input, proses, output, dan feedback. Maka
karakteristik sekolah efektif menurut Widodo (2011: 35) dapat dilihat dari indikator
input dan proses yaitu:
9
Input Proses
1. Memiliki kebijakan, tujuan dan 1. Proses belajar mengajar yang
sasaran mutu yang jelas efektifitasnya tinggi
2. Sumber daya tersedia dan siap 2. Kepemimpinan sekolah yang
3. Staf yang kompeten dan kuat
berdedikasi tinggi 3. Lingkungan sekolah yang aman
4. Memiliki harapan dan prestasi dan tertib
yang tinggi 4. Pengelolaan tenaga
5. Fokus pada pelanggan kependidikan yang efektif
(khususnya siswa) 5. Sekolah memiliki budaya mutu
6. Sekolah memiliki teamwork
yang kompak, cerdas dan
dinamis
7. Sekolah memiliki
kewenangan(kemandirian)
8. Partisipasi yang tinggi dari
warga sekolah dan masyarakat
9. Sekolah memiliki keterbukaan
(transparansi manajemen)
10. Sekolah memiliki kemauan
untuk berubah
11. Sekolah melakukan evaluasi dan
perbaikan secara berkelanjutan
12. Sekolah responsif dan antisipatif
terhadap kebutuhan
13. Komunikasi yang baik
14. Sekolah memiliki akuntabilitas.
10
C. Pendekatan Guru dalam Pembelajaran
Dengan demikian dapat disimpulkan pendekatan guru adalah proses, cara atau
perbuatan mendekati yang dilakukan seorang guru kepada peserta didik untuk
menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien, dalam mengajar, guru
harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, pandangan guru
terhadap siswa akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu
mempunyai pandangan yang sama dalam menilai siswa, hal ini akan mempengaruhi
pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.
Guru yang memandang siswa sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik
lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang siswa sebagai makhluk yang
sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal, maka sangat penting meluruskan
kekeliruan dalam memandang setiap siswa, dalam memandang siswa sebaiknya
dipandang bahwa setiap siswa mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, sehingga
guru dapat dengan mudah melakukan pendekatan pengajaran.
11
pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan
pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran dengan materi bidang
studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu, ataukah dengan menggunakan
materi yang terkait satu dengan yang lainnya dalam tingkatan kedalaman yang
berbeda, atau bahkan merupakan materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi
disiplin ilmu.
1. Pendekatan kompetensi
12
Kompetensi menunjukkan kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang
diperoleh melalui pembelajaran dan latihan. Dalam hubungannya dengan proses
pembelajaran, kompetensi menunjukkan kepada perbuatan yang bersifat rasional dan
memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Dengan demikian dapat
disimpulkan kompetensi merupakan indikator yang menunjukkan kepada perbuatan
yang bisa diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap, serta tahap-tahap pelaksanaanya secara utuh. Paling
tidak terdapat empat teoritis yang mendasari pendidikan berdasarkan pendekatan
kompetensi.
13
Berdasarkan uraian di atas pembelajaran dengan pendekatan kompetensi dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Tahap perencanaan
2) Pelaksanaan pembelajaran
1) Keaktifan peserta didik didorong oleh kemauan untuk belajar karena adanya
tujuan yang ingin dicapai
14
2) Keaktifan peserta didik akan berkembang jika dilandasi dengan pendayagunaan
potensi yang dimilikinya.
3) Suasana kelas dapat mendorong atau mengurangi aktivitas peserta didik. Suasana
kelas harus dikelola agar dapat merangsang aktivitas dan kreativitas belajar peserta
didik.
3. Pendekatan lingkungan
15
hal ini siswa dapat menanyakan sesuatu yang ingin diketahui kepada orang lain di
lingkungan mereka yang dianggap tahu tentang masalah yang dihadapi. Pembelajaran
berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara:
4. Pendekatan kontekstual
16
d) Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekkan secara langsung apa-apa
yang dipelajari.
5. Pendekatan tematik
17
1) Guru mesti berpartisipasi dalam sebuah tim serta mempunyai tanggung jawab
untuk mensukseskan tujuan tim.
Pendekatan tematik dapat dilaksanakan oleh seorang guru, jadi semua bahan
pelajaran menjadi tanggung jawabnya. Dapat pula dilaksanakan oleh beberapa orang
guru secara kolektif, namun harus dilandasi kelancaran komunikasi, semangat kerja
sama, dan mengadakan kordinasi yang baik di antara mereka.
6. Pendekatan individu
18
Pendekatan indvidual ini mempunyai arti yang sangat penting bagi
kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual
ini. Dalam pemilihan metode juga seorang guru tidak bisa sembarangan dalam
pendekatan individu, sehingga seorang guru dalam proses kegiatan pembelajaran
harus memperhatikan individual yang dihadapinya.
7. Pendekatan kelompok
8. Pendekatan bervariasi
Dalam belajar siswa mempunyai motivasi yang berbeda-beda, pada satu sisi
siswa mempunyai motivasi yang rendah, tapi pada saat yang lain siswa mempunyai
motivasi yang tinggi. Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode
biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu yang relatif
lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya kembali.
19
9. Pendekatan edukatif
Apapun yang dilakukan guru dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan
mendidik, bukan karena motif-motif lain. Dalam pendekatan edukatif ini tujuannya
adalah untuk membina watak siswa dengan pendidikan yang bersifat positif.
Perencanaan Evaluasi. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang diperoleh dapat
lebih maksimal. Perencanaan ini penting bahkan mempengaruhi prosedur evaluasi
secara menyeluruh. W.James Propham (1974) mengemukakan “maksud perencanaan
evaluasi adalah untuk memfasilitasi pengumpulan data, sehingga memungkinkan
membuat pernyataan yang valid tentang pengaruh sebuah efek atau yang muncul di
luar program, praktik, atau kebijakan yang di teliti” selanjutnya Robert H Davis, dkk
(1974) mengemukakan tiga kegunaan dari perencanaan evaluasi : (1) perencanaan
evaluasi membantu Anda untuk mengetahui apakah standar dalam menyatakan sikap
atau perilaku telah mencapai sasaran atau tidak, jika demikian sasaran akan
dinyatakan ambigu dan Anda akan kesulitan merancang tes untuk mengukur prestasi
siswa; (2) prencanaan evaluasi adalah proses awal yang dipersiapkan untuk
mengumpulkan informasi yang tersedia; (3) rencana evaluasi menyediakan waktu
yang cukup untuk mendesain tes. Untuk merancang sebuah tes yang baik
memerlukan persiapan yang cermat dan kualitas tes biasanya membaik jika dirancang
dengan cara tidak tergesa-gesa; Implikasinya adalah perencanaan evaluasi harus
dirumuskan secara jelas dan spesifik, terurai dan konprehensif sehingga perencanaan
tersebut bermakna dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya dengan
20
menetapkan tujuan-tujuan tingkah laku (behavioral objective)atau indikator yang
akan dicapai, dapat mempersiapkan pengumpulan data dan informasi yang
dibutuhkan serta dapat menggunakan waktu yang tepat.
21
baik akan memperoleh perangkat soal yang relatif sama sekalipun penulis
soalnya berbeda. Kisi-kisi penting dalam perencanaan penilaian hasil belajar
karena di dalamnya terdapat sejumlah indikator sebagai acuan dalam
mengembangkan instrumen (soal) dengan persyaratan (1) representatif, yaitu
harus betul-betul mewakili isi kurikulum sebagai sampel perilaku yang akan
di nilai; (2) komponen-komponennya harus terurai/terperinci, jelas, dan
mudah dipahami; (3) soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk
soal yang diterapkan. Manfaat dari indikator dalam kisi-kisi adalah (1) dapat
memilih materi, metode, media dan sumber belajar yang tepat, sesuai dengan
kompetensi yang telah di tetapkan; (2) sebagai pedoman dan pegangan untuk
menyusun soal atau isntrumen penilaian lain yang tepat, sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah di tetapkan. Dalam menyusun
kisi-kisi harus memperhatikan domain hasil belajar yang akan diukur dengan
sistematika : (1) aspek recall, yang berkenaan dengan aspek-aspek
pengetahuan tentang istilah-istilah, definisi, fakta, konsep, metode dan
prinsip-prinsip; (2) aspek komprehensif, yaitu berkenaan dengan kemampuan-
kemampuan antara lain: menjelaskan, menyimpulkan suatu informasi,
menafsirkan fakta (grafik, diagram, tabel, dan lain-lain), mentransfer
pernyataan dari suatu bentuk ke dalam bentuk lain (pernyataan verbal ke non-
verbal atau dari verbal ke dalam bentuk rumus), memprakirakan akibat atau
konsekuensi logis dari suatu situasi; (3) aspek aplikasi yang meliputi
kemampuan-kemampuan antara lain: menerapkan hukum/prinsip/teori dalam
suasana sesungguhnya, memecahkan masalah, membuat (grafik, diagram dan
lain-lain), mendemonstrasikan penggunaan suatu metode, prosedur dan lain-
lain.
Mengembangkan Draft. Draft instrumen merupakan penjabaran indikator
menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakterisitiknya sesuai dengan
pedoman kisi-kisi. Setiap pertanyaan harus jelas dan terfokus serta
menggunakan bahasa yang efektif, baik bentuk pertanyaan maupun bentuk
22
jawabannya. Kualitas butir soal akan menentukan kualitas tes secara
keseluruhan. Dengan prosedur soal yang disusun di telaah oleh tim ahli yang
terdiri dari ahli bahasa, ahli bidang studi, ahli kurikulum dan ahli evaluasi.
Untuk draft dalam bentuk nontes dapat dibuat dalam bentuk angket, pedoman
observasi, pedoman wawancara, studi dokumentasi, skala sikap, penilaian
bakat, minat dan sebagainya.
Uji Coba dan Analisis Soal. Bertujuan untuk mengetahui soal-soal mana
yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta soal mana
yang baik untuk diperguankan selanjutnya. Soal yang baik adalah soal yang
sudah mengalami beberapa kali uji coba dan revisi yang didasarkan atas: (1)
analisis empiris, yang dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
setiap soal yang digunakan. Informasi empiris pada umumnya menyangkut
segala hal yang dapat memengaruhi validitas soal meliputi: aspek-aspek
keterbacaan soal, tingkat kesukaran soal, bentuk jawaban, daya pembeda soal,
pengaruh kultur, dan sebagainya; (2) analisis rasional, yang dimaksudkan
untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan setiap soal. Kedua analisis tersebut
dilakukan pula terhadap instrumen evaluasi dalam bentuk nontes.
Revisi dan Merakit Soal (Instrumen Baru). Soal yang sudah di uji coba dan
di analisis, direvisi kembali sesuai dengan proporsi tingkat kesukaran soal dan
daya pembeda. Dengan demikian, ada soal yang masih dapat diperbaiki dari
segi bahasa, atau direvisi total, baik menyangkut pokok soal (stem) maupun
alternatif jawaban (option) yang kemudian dilakukan perakitan soal menjadi
suatu instrumen yang terpadu dengan memperhatikan validitas skor tes,
nomor urut soal, pengelompokkan bentuk soal, penataan soal dan sebagainya.
23
digunakan. Jenis evaluasi yang digunakan akan memengaruhi seorang evaluator
dalam menentukan prosedur, metode, instrumen, waktu pelaksanaan, sumber data dan
sebagainya, yang pelaksanaannya dapat dilakukan dengan :
Nontes. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan sikap dan tingkah
laku peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, pendapat terhadap
kegiatan pembelajaran, kesulitan belajar, minat belajar, motivasi belajar dan
mengajar dan sebagainya. Instrumen yang digunakan (1) angket; (2) pedoman
observasi; (3) pedoman wawancara; (4) skala sikap; (5) skala minat; (6) daftar
chek; (7) rating scale; (8) anecdotal records; (9) sosiometri; (10) home visit
Untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi menggunakan bentuk tes
pensil dan kertas (paper and pencil test) dan bentuk penilaian kinerja
(performance), memberikan tugas atau proyek dan menganalisis hasil kerja
dalam bentuk portofolio.
24
belakang keluarga, pekerjaan orang tua, penghasilan tiap bulan, kondisi lingkungan,
serta hubungan dengan orang tua dan saudara-saudaranya; Sedangkan kecenderungan
evaluasi yang tidak memuaskan dapat ditinjau dari beberapa segi (1) proses dan hasil
evaluasi kurang memberi keuntungan bagi peserta didik, baik secara langsung
maupun tidak langsung; (2) penggunaan teknik dan prosedur evaluasi kurang tepat
berdasarkan apa yang sudah dipelajari peserta didik; (3) prinsip-prinsip umum
evaluasi kurang dipertimbangkan dan pemberian skor cenderung tidak adil; (4)
cakupan evaluasi kurang memperhatikan aspek-aspek penting dari pembelajaran.
Pengolahan Data. Mengolah data berarti mengubah wujud data yang sudah
dikumpulkan menjadi sebuah sajian data yang menarik dan bermakna. Data hasil
evaluasi yang berbentuk kualitatif diolah dan dianalisis secara kualitatif, sedangkan
data hasil evaluasi yang berbentuk kuantitatif diolah dan dianalisis dengan bantuan
statistika deskriptif maupun statistika inferensial. Ada empat langkah pokok dalam
mengolah hasil penelitian :
25
Menskor, yaitu memberikan skor pada hasil evaluasi yang dapat dicapai oleh
perserta didik. Untuk menskor atau memberikan angka diperlukan tiga jenis
alat bantu yaitu kunci jawaban, kunci skoring dan pedoman konversi
Mengubah skor mentah menjadi skor standar dengan norma tertentu
Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa huruf atau angka
Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengatahui derajad validitas
dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran sola (difficulty index) dan daya
pembeda
26
(readiness), pertumbuhan fisik, kemajuan belajar dan kesulitan-kesulitan yang
dihadapinya.
Dengan penafsiran ini dapat diputuskan bahwa peserta didik mencapai taraf kesiapan
yang memadai atau tidak, ada kemajuan yang berarti atau tidak, ada kesulitan atau
tidak.
27
perkembangan murid kepada orang tua dan membantu guru dalam perencanaan
instruksi”, selanjutnya Julian C. Stanley dalam Dimyati dan Mudjiono (1994)
mengemukakan ”hanya apa yang harus dilakukan, tentu saja, tergantung pada tujuan
program”. Secara umum terdapat lima penggunaan hasil evaluasi untuk keperluan
sebagai berikut
28
serta dalam hal apa peserta didik diangap paling menonjol sesuai dengan
indikator keunggulan, agar dapat dianalisis dan dijadikan dasar untuk
pengembangan peserta didik dalam memilih jenjang pendidikan atau karier
pada masa yang akan datang.
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses
pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat
berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi
(bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana, dukungan administrasi dan sarana
prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.
30
Daftar Pustaka
31