Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah swt, karena atas berkat rahmat dan inayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam mari kita
junjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, karena-Nya kita dapat merasakan
nikmat iman dan nikmat Islam sebagai agama Rahmatan lil alamin. Serta tidak lupa
untuk berterimakasihkepada bapak Dosen yang sudah membimbing kami. Kami
sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna serta banyak
terdapat kekurangan di dalamnya.Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah yang kami susun ini, dengan harapan agar kami
dapat membuat makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf
yangsebesar-besarnya. Semoga apa yang telah kami kerjakan dapat bermanfaat,
terutama bagi diri kita sendiri maupun orang lain.

Cirendeu, 28 Oktober 2019

Penyusun

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makalah ini membahas masalah tentang kualitas pembejaran di karenakan
sangat pentingnya masalah tersebut. Hal ini sangat penting dipelajari agar guru
maupun pihak-pihak yang lain dapat mengerti dan memahami bagaimana cara
memahami upaya mendongkrak kualitas pembelajaran. Dengan memahami upaya
mendongkrak kualitas pembelajaran dengan baik maka guru akan mudak dalam
membimbing para peserta didiknya. Jadi jika guru tidak membekali kepribadian yang
baik maka anak didik tidak dapat bersosialisasi baik terhadap orang yang ada
disekitarnya dan tidak peduli pada kehidupan di sekitarnya. Selain itu dengan adanya
teknologi informasi yang semakkin canggih dan semakin global semakin
memudahkan para guru untuk mengembangkan kualitas pedidikan agr lebih baik lagi.
Serta memanfaatkan informasi global untuk mencari inovasi-inovasi baru tentang
pembelajaran. Namun dengan semakin vanggihnya teknologi informasi sekarang ini
harus diimbangi dengan kualitas sumber daya mannusia yang baik. Oleh karena itu,
peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus
dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses
pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era
globalisasi tersebut. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya
manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus
berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan
pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan
kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan
pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam
meningkatkan kuailtas pendidikan. (Umaedi, 2004). Proses belajar mengajar

2
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan di sekolah. Rendahnya
mutu pendidikan merupakan akibat dari rendahnya kualitas proses pembelajaran yang
dilakukan di sekolah (Husnaery,2004).

B. TUJUAN

- Memahami cara mengomunikasikan variabel pembelajaran

- Menjelaskan karakteristik sekolah efektif

- Dapat mengetahui pendekatan Guru dalam pembelajaran

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Variabel Pembelajaran

a) Pengertian

Merancang pembelajaran selalu terkait dengan variabel pembelajaran. Tiga


komponen utama ilmu merancang pembelajaran menurut Simon yaitu
(1)alternative goals or requirements, (2) Possibilities for action, (3) fixed
parameters or constraints.
Glaser menyebutkan empat komponen yang disebut sebagai components of
a phsycology of instruction, yaitu (1) analisi isi bidang studi, (2) diagnosis
kemampuan awal siswa, (3) proses pembelajaran, (4) pengukuran hasil belajar.
Reigeluth dan Merril mengklasifikasi menjadi 3 variabel yaitu metode
pembelajaran, kondisi pembelajaran, dan hasil pembelajaran.
Kondisi pembelajaran adalah faktor yang mempengaruhi efek metode
dalam meningkatkan hasil pembelajaran yang tidak dapat dimanipulasi. Metode
pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang berbeda dibawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Metode pembelajaran
dapat dimanipulasi oleh perancang pembelajaran. Hasil pembelajaran mencakup
semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan
metode pembelajaran dibawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil
pembelajaran dapat berupa hasil nyata (actual outcomes) dan hasil yang
diinginkan (desired outcomes). Actual outcomes adalah hasil nyata yang dicapai
dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu. Desired outcomes adalah

4
tujuan yang ingin dicapai, yang mempengaruhi keputusan perancang dalam
memilih metode pembelajaran.

Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu:

1. Organizationalstrategy (strategi pengorganisasian)


Merupakan metode untuk mengorganisasi isi bidang studi yang telah
dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada kegiatan
pemilihan isi, pembuatan diagram, format, dst. Strategi pengorganisasian
dibedakan menjadi 2 yaitu strategi makro dan strategi mikro. Strategi makro
mengacu pada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang
melibatkan lebih dari satu konsep, prosedur, atau prinsip. Strategi mikro
mengacu metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang hanya satu
konsep, prosedur, atau prinsip.
Strategi makro berkaitan erat dengan proses memilih, menata urutan,
membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran. Pemilihan isi dikaitkan
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Pembuatan sintesis mengacu
pada menunjukan kaitan antar konsep, prosedur, atau prinsip. Pembuatan
rangkuman mengacu pada cara melakukan tinjauan ulang konsep, prosedur,
atau prinsip, dan kaitannya.

2. Deliverystrategy (strategi penyampaian)


Merupakan metode untuk menyampaiakn pembelajaran kepada siswa
dan untuk menerima serta memberikan respon siswa. Bidang kajian utama
strategi ini adalah media pembelajaran. Dua fungsi strategi penyampaian
adalah (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada siswa, dan (2)
menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan siswa untuk
menampilkan unjuk kerja.

5
Ada 5 cara mengklasifikasikan media untuk menentukan strategi
pembelajaran, yaitu :
a. Tingkat kecermatannya dalam menggambarkan sesuatu;
b. Tingkat interaksi yang mampu ditimbulkannya;
c. Tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya;
d. Tingkat motivasi yang ditimbulkannya;
e. Tingkat biaya yang diperlukan.

3. Managementstrategy (strategi pengelolaan)


Merupakan metode untuk menata interaksi antara peserta didik dengan
variabel pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian yang
akan dipilih dan digunakan selama proses pembelajaran. Ada 3 klasifikasi
penting variabel strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan
kemajuan belajar siswa, dan motivasi.

b) Kondisi Pembelajaran

Penggunaan variabel metode dipengaruhi oleh variabel kondisi


pembelajaran. Reigeluth dan Merril mengelompokkan variabel kondisi
pembelajaran menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah gambaran tentang hasil pembelajaran
yang diharapkan.
2. Karakteristik bidang studi dan kendalanya
Karakteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang
memberi landasan penting dalam menentukan strategi pembelajaran. Kendala
adalah keterbatasan sumber-sumber seperti waktu, media, personalia, dan
uang.

6
3. Karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek kualitas individu siswa
yang mencakup bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah diperoleh.

c) Hasil Pembelajaran

Secara umum, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:


1. Effectiveness (efektivitas)
Efektivitas pembelajaran diukur dengan tingkat pencapaian hasil
belajar peserta didik. 4 aspek yang digunakan sebagai tolak ukur adalah
tingkat kesalahan, kecepatan unjuk kerja, tingkat alih belajar, tingkat retensi
dari materi yang dipelajari.
2. Efficiency (efisiensi)
Efisiensi pembelajaran diukur dengan rasio antara efektivitas dan
jumlah waktu serta jumlah biaya dalam proses pembelajaran.
3. Appeal (daya tarik)
Daya tarik pembelajaran diukur dengan mengamati kecenderungan
siswa untuk tetap belajar. Ini juga erat kaitanya dengan daya tarik bidang
studi.

B. Ciri-Ciri Sekolah yang Efektif

Keberhasilan sebuah sekolah biasanya ditentukan oleh sejauhmana tujuan


pendidikan itu dapat tercapai pada periode tertentu sesuai dengan lamanya
pendidikan yang berlangsung di sekolah. Oleh karena itu muncullah sekolah efektif
dan sekolah tidak efektif. Sekolah efektif mempunyai tingkat ketersesuaian yang
tinggi antara apa yang telah dirumuskan untuk dikerjakan dengan hasil yang dicapai
sekolah. Sekolah yang efektif selalu menyempurnakan programnya setiap tahun

7
sehingga dapat mengembangkan kompetensi siswa yang adaptif terhadap setiap
perkembangan IPTEKs dan lingkungan global.

Jadi sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki tingkat kesesuaian antara
hasil yang dicapai dengan rencana dan target hasil yang ditetapkan terlebih dahulu.
Sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki manajemen yang baik, transparan dan
akuntabel yang mampu memberdayakan semua komponen sekolah untuk mencapai
tujuan sekolah secara efektif.

Sekolah adalah sistem terbuka yang mempunyai subsistem-subsistem yang saling


terkait dan berhubungan. Bosker dan Guldemon (dalam Moerdiyanto, 2007: 6)
mengatakan bahwa sistem sekolah yang efektif terdiri dari 5 komponen yaitu:

1. Konteks. Misalnya kebutuhan masyarakat, lingkungan sekolah dan kebijakan


pendidikan
2. Input. Misalnya sumber daya dan kualitas guru
3. Proses. Misalnya iklim sekolah dan kurikulum
4. Output. Misalnya hasil belajar siswa dan pencapaian keseluruhan
5. Outcome. Misalnya kesempatan kerja dan penghasilan

Menurut Widodo (2011: 34), sekolah efektif mempunyai ciri-ciri yaitu:

1. Adanya standar disiplin yang berlaku bagi semua warga sekolah


2. Memiliki suatu keteraturan dalam rutinitas kegiatan di kelas
3. Mempunyai standar prestasi sekolah yang sangat tinggi
4. Peserta didik mampu mencapai tujuan yang telah direncanakan
5. Peserta didik lulus dengan menguasai pengetahuan akademik
6. Adanya penghargaan bagi siswa yang berprestasi
7. Peserta didik mau bekerja keras dan bertanggung jawab

8
8. Kepala sekolah mempunyai program inservice, pengawasan, supervisi dan
membuat rencana sekolah bersama-sama para guru
9. Adanya lingkungan yang nyaman
10. Penilaian yang secara rutin mengenai program yang dibuat siswa.

Menurut Heneveld(dalam Moerdiyanto, 2007:5) faktor-faktor sekolah efektif adalah

1. Dukungan orang tua siswa dan lingkungan


2. Dukungan efektif dari sistem pendidikan
3. Dukungan materi yang cukup
4. Kepemimpinan yang efektif
5. Pengajaran yang baik
6. Fleksibilitas dan otonomi
7. Waktu yang cukup di sekolah
8. Harapan yang tinggi dari siswa
9. Sikap positif dari para guru
10. Peraturan dan disiplin
11. Kurikulum yang terorganisir
12. Adanya penghargaan dan insentif
13. Waktu pembelajaran yang cukup
14. Variasi strategi pembelajaran
15. Frekuensi pekerjaan rumah
16. Adanya penilaian dan umpan balik

Sekolah sebagai sebuah sistem mempunyai input, proses, output, dan feedback. Maka
karakteristik sekolah efektif menurut Widodo (2011: 35) dapat dilihat dari indikator
input dan proses yaitu:

Indikator Input dan Proses Sekolah Efektif

9
Input Proses
1. Memiliki kebijakan, tujuan dan 1. Proses belajar mengajar yang
sasaran mutu yang jelas efektifitasnya tinggi
2. Sumber daya tersedia dan siap 2. Kepemimpinan sekolah yang
3. Staf yang kompeten dan kuat
berdedikasi tinggi 3. Lingkungan sekolah yang aman
4. Memiliki harapan dan prestasi dan tertib
yang tinggi 4. Pengelolaan tenaga
5. Fokus pada pelanggan kependidikan yang efektif
(khususnya siswa) 5. Sekolah memiliki budaya mutu
6. Sekolah memiliki teamwork
yang kompak, cerdas dan
dinamis
7. Sekolah memiliki
kewenangan(kemandirian)
8. Partisipasi yang tinggi dari
warga sekolah dan masyarakat
9. Sekolah memiliki keterbukaan
(transparansi manajemen)
10. Sekolah memiliki kemauan
untuk berubah
11. Sekolah melakukan evaluasi dan
perbaikan secara berkelanjutan
12. Sekolah responsif dan antisipatif
terhadap kebutuhan
13. Komunikasi yang baik
14. Sekolah memiliki akuntabilitas.

10
C. Pendekatan Guru dalam Pembelajaran

Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam


kurikulum, guru perlu melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran mulai dari
perencanaan, menentukan strategi, pemilihan materi dan metode pembelajaran,
sampai pada penilaian. Serangkaian kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan tersebut sering disebut dengan pendekatan yang dilakukan oleh
guru atau pendekatan pembelajaran.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendekatan adalah proses, cara


perbuatan mendekati. Sedangkan guru adalah orang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya, profesinya) mengajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan pendekatan guru adalah proses, cara atau
perbuatan mendekati yang dilakukan seorang guru kepada peserta didik untuk
menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien, dalam mengajar, guru
harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, pandangan guru
terhadap siswa akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu
mempunyai pandangan yang sama dalam menilai siswa, hal ini akan mempengaruhi
pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.

Guru yang memandang siswa sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik
lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang siswa sebagai makhluk yang
sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal, maka sangat penting meluruskan
kekeliruan dalam memandang setiap siswa, dalam memandang siswa sebaiknya
dipandang bahwa setiap siswa mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, sehingga
guru dapat dengan mudah melakukan pendekatan pengajaran.

Sedangkan pendekatan pembelajaran menurut Syaiful Sagala merupakan jalan


yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional,

11
pendekatan pembelajaran merupakan aktivitas guru dalam memilih kegiatan
pembelajaran, apakah guru akan menjelaskan suatu pengajaran dengan materi bidang
studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu, ataukah dengan menggunakan
materi yang terkait satu dengan yang lainnya dalam tingkatan kedalaman yang
berbeda, atau bahkan merupakan materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi
disiplin ilmu.

Pendekatan pembelajaran ini merupakan suatu penjelas mempermudah bagi


para guru memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah bagi siswa untuk
memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan memelihara suasana
pembelajaran yang menyenangkan. pendekatan pembelajarandapat diartikan sebagai
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu.

Macam-Macam Pendekatan Guru dalam Pembelajaran

Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan dituntut untuk memiliki


kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang
efektif. Hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang
kondusif dan menyenangkan. Cara guru melakukan sesuatu kegiatan pembelajaran
mungkin memerlukan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran
lainnya. E. Mulyasa mengungkapkan lima pendekatan pembelajaran yang perlu
dipahami guru untuk dapat mengajar dengan baik, yaitu:

1. Pendekatan kompetensi

12
Kompetensi menunjukkan kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang
diperoleh melalui pembelajaran dan latihan. Dalam hubungannya dengan proses
pembelajaran, kompetensi menunjukkan kepada perbuatan yang bersifat rasional dan
memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Dengan demikian dapat
disimpulkan kompetensi merupakan indikator yang menunjukkan kepada perbuatan
yang bisa diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap, serta tahap-tahap pelaksanaanya secara utuh. Paling
tidak terdapat empat teoritis yang mendasari pendidikan berdasarkan pendekatan
kompetensi.

Pertama, adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah


pembelajaran individual. Melalui pembelajaran individual siswa diharapkan dapat
belajar sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Setiap siswa dapat belajar dengan
cara dan berdasarkan kemampuan masing-masing.

Kedua, pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau belajar


sebagai penguasaan (learning for mastery) adalah suatu falsafah tentang
pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sistem pembelajaran yang tepat semua
peserta didik akan dapat belajar dengan hasil yang baik dari seluruh bahan yang
diberikan.

Ketiga, landasan teoritis ketiga bagi perkembangan pendidikan berdasarkan


kompetensi adalah usaha penyusunan kembali bakat.

Keempat, strategi mencapai kompetensi merupakan strategi untuk membantu


siswa dalam menguasai kompetensi yang ditetapkan. Untuk itu dapat dibuat sejumlah
alternatif kegiatan, misalnya membaca, mendengarkan, berkreasi, berinteraksi,
observasi dan sebagainya sampai terbentuk suatu kompetensi.

13
Berdasarkan uraian di atas pembelajaran dengan pendekatan kompetensi dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Tahap perencanaan

2) Pelaksanaan pembelajaran

3) Evaluasi dan penyempurnaan

Dalam tahap perencanaan pertama-tama perlu ditetapkan kompetensi-


kompetensi yang akan diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan
pembelajaran merupakan langkah merealisasikan konsep pembelajaran dalam bentuk
perbuatan. Sedangkan evaluasi dan penyempurnaan perlu dilakukan sebagai suatu
yang kontiniu untuk memperbaiki pembelajaran dan membimbing pertumbuhan
siswa. Dalam kaitannya dengan pembelajaran berdasarkan pendekatan kompetensi,
evaluasi dilakukan untuk menggambarkan perilaku hasil belajar dengan respon siswa
yang dapat diberikan berdasarkan apa yang diperoleh dari belajar.

2. Pendekatan keterampilan proses

Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang


menekankan pada proses belajar, aktivitas, kreativitas siswa dalam memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam pengertian tersebut termasuk di antaranya keterlibatan fisik,
mental, dan sosial siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan.

Pembelajaran berdasarkan pendekatan keterampilan proses perlu memperhatikan hal-


hal sebagai berikut:

1) Keaktifan peserta didik didorong oleh kemauan untuk belajar karena adanya
tujuan yang ingin dicapai

14
2) Keaktifan peserta didik akan berkembang jika dilandasi dengan pendayagunaan
potensi yang dimilikinya.

3) Suasana kelas dapat mendorong atau mengurangi aktivitas peserta didik. Suasana
kelas harus dikelola agar dapat merangsang aktivitas dan kreativitas belajar peserta
didik.

4) Dalam kegiatan pembelajaran, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar


melalui bimbingan dan motivasi untuk mencapai tujuan.

Pendekatan keterampilan proses bertolak dari suatu pandangan bahwa setiap


siswa memiliki potensi yang berbeda, dan dalam situasi yang normal, mereka dapat
mengembangkan potensinya secara optimal. Oleh karena itu tugas guru adalah
memberikan kemudahan kepada siswa dengan menciptakan lingkungan yang
kondusif agar semua siswa dapat berkembang secara optimal. Kegiatan-kegiatan yang
dapat dilakukan untuk mendorong aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam
pembelajaran antara lain: diskusi, pengamatan, penelitian, praktikum, tanya jawab,
karya wisata, studi kasus, bermain peran, dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat
menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Pendekatan lingkungan

Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang


berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan
sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan
menarik perhatian jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa
yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungan.

Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti siswa mendapatkan


pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada di
lingkungan sekitar, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah. Dalam

15
hal ini siswa dapat menanyakan sesuatu yang ingin diketahui kepada orang lain di
lingkungan mereka yang dianggap tahu tentang masalah yang dihadapi. Pembelajaran
berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara:

1) Membawa peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran. Hal ini


bisa dilakukan dengan metode karya wisata, metode pemberian tugas, dan lain-lain.

2) Membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah untuk kepentingan


pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber asli, seperti nara sumber, bisa juga
sumber tiruan seperti: model atau gambar.

Guru sebagai pemandu pembelajaran dapat memilih lingkungan dan


menentukan cara-cara yang tepat untuk mendayagunakannya dalam kegiatan
pembelajaran, dan pemilihan tema dan lingkungan yang akan didayagunakan
hendaknya didiskusikan dengan siswa.

4. Pendekatan kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang menekankan


pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara
nyata, sehingga para siswa mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi
hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran kontekstual ada
beberapa elemen yang harus diperhatikan yaitu:

a) Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh


peserta didik.

b) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara


khusus(dari umum ke khusus).

c) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman.

16
d) Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekkan secara langsung apa-apa
yang dipelajari.

e) Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan


yang dipelajari.

Dalam pembelajaran kontekstual ini tugas guru adalah memberikan


kemudahan belajar pada siswa, dengan menyediakan berbagai sumber belajar yang
memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa
hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan
siswa belajar. Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan sangat
menunjang pembelajaran kontekstual, dan keberhasilan pembelajaran secara
keseluruhan.

Pembelajaran kontekstual ini juga mendorong siswa memahami hakekat,


makna, dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka untuk rajin, dan
termotivasi untuk senantiasa belajar bahkan kecanduan belajar.

5. Pendekatan tematik

Pendekatan tematik merupakan pendekatan pembelajaran untuk mengadakan


hubungan yang erat dan serasi antara berbagai aspek yang mempengaruhi siswa
dalam proses belajar. Oleh karena itu pendekatan tematik sering juga disebut
pendekatan terpadu.

Pendekatan tematik atau pendekatan terpadu merupakan suatu pendekatan


pembelajaran yang menyatupadukan serangakaian pengalaman belajar, sehingga
terjadi saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pelaksanaan pendekatan
tematik secara optimal perlu ditunjang oleh kondisi sekolah sebagai berikut:

17
1) Guru mesti berpartisipasi dalam sebuah tim serta mempunyai tanggung jawab
untuk mensukseskan tujuan tim.

2) Guru harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan program


pembelajaran tematis pada jadwal yang telah ditentukan.

3) Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pendekatan tematik harus


tersedia, baik di lingkungan sekolah maupun berupa pinjaman dari luar sekolah.

4) Pelaksanaan pendekatan tematik harus ada dalam struktur sekolah, sehingga


guru dapat menggunakan berbagai saran sekolah yang diperlukan.

Pendekatan tematik dapat dilaksanakan oleh seorang guru, jadi semua bahan
pelajaran menjadi tanggung jawabnya. Dapat pula dilaksanakan oleh beberapa orang
guru secara kolektif, namun harus dilandasi kelancaran komunikasi, semangat kerja
sama, dan mengadakan kordinasi yang baik di antara mereka.

Guru yang profesional tidak hanya menguasai sejumlah materi pembelajaran,


namun penguasaan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai
mutlak diperlukan. Untuk itu perlu kiranya para guru mampu menggunakan
pendekatan dan metode yang tepat agar pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif
dan menyenangkan. Selain beberapa pendekatan yang telah dikemukakan di atas ada
lagi pendekatan pembelajaran yaitu:

6. Pendekatan individu

Dalam sebuah ruangan kelas terdapat berbagai macam jenis kepribadian


peserta didik yang berbeda-beda, hal ini mesti diperhatikan oleh seorang guru agar
proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Perbedaan individu siswa
memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pembelajaran harus
memperhatikan perbedaan siswa pada aspek individul ini.

18
Pendekatan indvidual ini mempunyai arti yang sangat penting bagi
kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual
ini. Dalam pemilihan metode juga seorang guru tidak bisa sembarangan dalam
pendekatan individu, sehingga seorang guru dalam proses kegiatan pembelajaran
harus memperhatikan individual yang dihadapinya.

7. Pendekatan kelompok

Dalam kegiatan pembelajaran terkadang guru juga memerlukan pendekatan


kelompok, pendekatan kelompok ini diperlukan sewaktu membina dan
mengembangkan sikap sosial siswa. Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat
ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap siswa.

Ketika guru ingin menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus


mempertimbangkan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas, metode
dan bahan yang diberikan. Dalam pengelolaan kelas terutama berhubungan dengan
penempatan siswa pendekatan kelompok sangat diperlukan. Perbedaan individual
siswa dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok.

8. Pendekatan bervariasi

Dalam belajar siswa mempunyai motivasi yang berbeda-beda, pada satu sisi
siswa mempunyai motivasi yang rendah, tapi pada saat yang lain siswa mempunyai
motivasi yang tinggi. Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode
biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu yang relatif
lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya kembali.

Pendekatan bervariasi ini bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang


dihadapi oleh setiap siswa dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya
muncul dalam pengajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasi teknik
pemecahan untuk setiap kasus.

19
9. Pendekatan edukatif

Apapun yang dilakukan guru dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan
mendidik, bukan karena motif-motif lain. Dalam pendekatan edukatif ini tujuannya
adalah untuk membina watak siswa dengan pendidikan yang bersifat positif.

D. Pengembangan Evaluasi Pembelajaran

Keberhasilan suatu kegiatan evaluasi akan dipengaruhi pula oleh keberhasilan


evaluator dalam melaksanakan prosedur evaluasi. Prosedur yang dimaksud adalah
langkah-langkah pokok yang harus ditempuh dalam kegiatan evaluasi.
Pengembangan prosedur evaluasi pembelajaran di uaraikan sebagai berikut :

Perencanaan Evaluasi. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang diperoleh dapat
lebih maksimal. Perencanaan ini penting bahkan mempengaruhi prosedur evaluasi
secara menyeluruh. W.James Propham (1974) mengemukakan “maksud perencanaan
evaluasi adalah untuk memfasilitasi pengumpulan data, sehingga memungkinkan
membuat pernyataan yang valid tentang pengaruh sebuah efek atau yang muncul di
luar program, praktik, atau kebijakan yang di teliti” selanjutnya Robert H Davis, dkk
(1974) mengemukakan tiga kegunaan dari perencanaan evaluasi : (1) perencanaan
evaluasi membantu Anda untuk mengetahui apakah standar dalam menyatakan sikap
atau perilaku telah mencapai sasaran atau tidak, jika demikian sasaran akan
dinyatakan ambigu dan Anda akan kesulitan merancang tes untuk mengukur prestasi
siswa; (2) prencanaan evaluasi adalah proses awal yang dipersiapkan untuk
mengumpulkan informasi yang tersedia; (3) rencana evaluasi menyediakan waktu
yang cukup untuk mendesain tes. Untuk merancang sebuah tes yang baik
memerlukan persiapan yang cermat dan kualitas tes biasanya membaik jika dirancang
dengan cara tidak tergesa-gesa; Implikasinya adalah perencanaan evaluasi harus
dirumuskan secara jelas dan spesifik, terurai dan konprehensif sehingga perencanaan
tersebut bermakna dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya dengan

20
menetapkan tujuan-tujuan tingkah laku (behavioral objective)atau indikator yang
akan dicapai, dapat mempersiapkan pengumpulan data dan informasi yang
dibutuhkan serta dapat menggunakan waktu yang tepat.

 Pentingnya Analisis Kebutuhan. Adalah suatu proses yang dilakukan oleh


seseorang untuk mengidentifikasi kebutuhan dan menentukan skala prioritas
pemecahannya. Analisis kebutuhan merupakan bagian integral dari sistem
pembelajaran secara keseluruhan, yang dapat digunakan untuk
menyelesaiakan masalah-masalah pembelajaran.
 Menentukan Tujuan Penilaian. Tujuan penilaian merupakan dasar untuk
menentukan arah, ruang lingkup materi, jenis/model dan karakter alat
penilaian. Ada empat kemungkinan tujuan penialain : (1) penilaian formatif,
yaitu untuk memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran; (2) penialian
sumatif, yaitu untuk menentukan keberhasilan peserta didik; (3) penialian
diagnostik, yaitu untuk mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam
proses pembelajaran; (4) penilaian penempatan, yaitu untuk menenpatkan
posisi peserta didik sesuai dengan kemampuannya.
 Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar. Bertujuan untuk
mengidentifikasi kompetensi yang akan di uji sesuai dengan standar
kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang terbagi dalam
tiga domain (1) domain kognitif meliputi: pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sisnteis dan evaluasi; (2) domain afektif meliputi: penerimaan,
respons, penilaian, organisasi, kakaterisasi; (3) domaian psikomotor meliputi:
persepsi, kesiapan melakukan pekerjaan, respon terbimbing, kemahiran,
adaptasi dan orijinasi
 Menyusun Kisi-Kisi. Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang
menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau pokok bahasan
berdasarkan jenjang kemampuan tertentu yang berfungsi sebagai pedoman
untuk menulis soal atau merakit soal menjadi perangkat tes. Kisi-kisi yang

21
baik akan memperoleh perangkat soal yang relatif sama sekalipun penulis
soalnya berbeda. Kisi-kisi penting dalam perencanaan penilaian hasil belajar
karena di dalamnya terdapat sejumlah indikator sebagai acuan dalam
mengembangkan instrumen (soal) dengan persyaratan (1) representatif, yaitu
harus betul-betul mewakili isi kurikulum sebagai sampel perilaku yang akan
di nilai; (2) komponen-komponennya harus terurai/terperinci, jelas, dan
mudah dipahami; (3) soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk
soal yang diterapkan. Manfaat dari indikator dalam kisi-kisi adalah (1) dapat
memilih materi, metode, media dan sumber belajar yang tepat, sesuai dengan
kompetensi yang telah di tetapkan; (2) sebagai pedoman dan pegangan untuk
menyusun soal atau isntrumen penilaian lain yang tepat, sesuai dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah di tetapkan. Dalam menyusun
kisi-kisi harus memperhatikan domain hasil belajar yang akan diukur dengan
sistematika : (1) aspek recall, yang berkenaan dengan aspek-aspek
pengetahuan tentang istilah-istilah, definisi, fakta, konsep, metode dan
prinsip-prinsip; (2) aspek komprehensif, yaitu berkenaan dengan kemampuan-
kemampuan antara lain: menjelaskan, menyimpulkan suatu informasi,
menafsirkan fakta (grafik, diagram, tabel, dan lain-lain), mentransfer
pernyataan dari suatu bentuk ke dalam bentuk lain (pernyataan verbal ke non-
verbal atau dari verbal ke dalam bentuk rumus), memprakirakan akibat atau
konsekuensi logis dari suatu situasi; (3) aspek aplikasi yang meliputi
kemampuan-kemampuan antara lain: menerapkan hukum/prinsip/teori dalam
suasana sesungguhnya, memecahkan masalah, membuat (grafik, diagram dan
lain-lain), mendemonstrasikan penggunaan suatu metode, prosedur dan lain-
lain.
 Mengembangkan Draft. Draft instrumen merupakan penjabaran indikator
menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakterisitiknya sesuai dengan
pedoman kisi-kisi. Setiap pertanyaan harus jelas dan terfokus serta
menggunakan bahasa yang efektif, baik bentuk pertanyaan maupun bentuk

22
jawabannya. Kualitas butir soal akan menentukan kualitas tes secara
keseluruhan. Dengan prosedur soal yang disusun di telaah oleh tim ahli yang
terdiri dari ahli bahasa, ahli bidang studi, ahli kurikulum dan ahli evaluasi.
Untuk draft dalam bentuk nontes dapat dibuat dalam bentuk angket, pedoman
observasi, pedoman wawancara, studi dokumentasi, skala sikap, penilaian
bakat, minat dan sebagainya.
 Uji Coba dan Analisis Soal. Bertujuan untuk mengetahui soal-soal mana
yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta soal mana
yang baik untuk diperguankan selanjutnya. Soal yang baik adalah soal yang
sudah mengalami beberapa kali uji coba dan revisi yang didasarkan atas: (1)
analisis empiris, yang dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
setiap soal yang digunakan. Informasi empiris pada umumnya menyangkut
segala hal yang dapat memengaruhi validitas soal meliputi: aspek-aspek
keterbacaan soal, tingkat kesukaran soal, bentuk jawaban, daya pembeda soal,
pengaruh kultur, dan sebagainya; (2) analisis rasional, yang dimaksudkan
untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan setiap soal. Kedua analisis tersebut
dilakukan pula terhadap instrumen evaluasi dalam bentuk nontes.
 Revisi dan Merakit Soal (Instrumen Baru). Soal yang sudah di uji coba dan
di analisis, direvisi kembali sesuai dengan proporsi tingkat kesukaran soal dan
daya pembeda. Dengan demikian, ada soal yang masih dapat diperbaiki dari
segi bahasa, atau direvisi total, baik menyangkut pokok soal (stem) maupun
alternatif jawaban (option) yang kemudian dilakukan perakitan soal menjadi
suatu instrumen yang terpadu dengan memperhatikan validitas skor tes,
nomor urut soal, pengelompokkan bentuk soal, penataan soal dan sebagainya.

Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi sesuai


dengan perencanaan evaluasi. Artinya tujuan evaluasi, model dan jenis evaluasi,
objek evaluasi, instrumen evaluasi, sumber data, semuanya sudah dipersiapkan pada
tahap perencanaan evaluasi yang pelaksanaannya bergantung pada jenis evaluasi yang

23
digunakan. Jenis evaluasi yang digunakan akan memengaruhi seorang evaluator
dalam menentukan prosedur, metode, instrumen, waktu pelaksanaan, sumber data dan
sebagainya, yang pelaksanaannya dapat dilakukan dengan :

 Nontes. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan sikap dan tingkah
laku peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, pendapat terhadap
kegiatan pembelajaran, kesulitan belajar, minat belajar, motivasi belajar dan
mengajar dan sebagainya. Instrumen yang digunakan (1) angket; (2) pedoman
observasi; (3) pedoman wawancara; (4) skala sikap; (5) skala minat; (6) daftar
chek; (7) rating scale; (8) anecdotal records; (9) sosiometri; (10) home visit
 Untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi menggunakan bentuk tes
pensil dan kertas (paper and pencil test) dan bentuk penilaian kinerja
(performance), memberikan tugas atau proyek dan menganalisis hasil kerja
dalam bentuk portofolio.

Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai


keseluruhan aspek kepribadian dan prestasi belajar peserta didik yang meliputi (1)
data pribadi (personal) yang meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin,
golongan darah, alamat dan lain-lain; (2) data tentang kesehatan yang meliputi
pengelihatan, pendengaran, penyakit yang sering diderita dan kondisi fisik; (3) data
tentang prestasi belajar (achievement) di sekolah; (4) data tentang sikap (attitude)
meliputi sikap terhadap teman sebaya, sikap terhadap kegiatan pembelajaran, sikap
terhadap pendidik dan lembaga pendidikan dan sikap terhadap lingkungan sosial; (5)
data tentang bakat (aptitude) yang meliputi data tentang bakat di bidang olahraga,
keterampilan mekanis, keterampilan manajemen, kesenian dan keguruan; (6)
persoalan penyesuaian (adjustment) meliputi kegiatan dalam organisasi di sekolah,
forum ilmiah, olahraga dan kepanduan; (7) data tentang minat (interest); (8) data
tentang rencana masa depan yang dibantu oleh pendidik, orang tua sesuai dengan
kesanggupan peserta didik; (9) data tentang latar belakang yang meliputi latar

24
belakang keluarga, pekerjaan orang tua, penghasilan tiap bulan, kondisi lingkungan,
serta hubungan dengan orang tua dan saudara-saudaranya; Sedangkan kecenderungan
evaluasi yang tidak memuaskan dapat ditinjau dari beberapa segi (1) proses dan hasil
evaluasi kurang memberi keuntungan bagi peserta didik, baik secara langsung
maupun tidak langsung; (2) penggunaan teknik dan prosedur evaluasi kurang tepat
berdasarkan apa yang sudah dipelajari peserta didik; (3) prinsip-prinsip umum
evaluasi kurang dipertimbangkan dan pemberian skor cenderung tidak adil; (4)
cakupan evaluasi kurang memperhatikan aspek-aspek penting dari pembelajaran.

Monitoring Pelaksanaan Evaluasi. Monitoring dilakukan untuk melihat apakah


pelaksanaan evaluasi pembelajaran telah sesuai dengan perencanaan evaluasi yang
telah ditetapkan atau belum, dengan tujuan untuk mencegah hal-hal negatif dan
meningkatkan efisiensi pelaksanaan evaluasi. Monitoring mempunyai dua fungsi
pokok (1) melihat relevansi pelaksanaan evaluasi dengan perencaan evaluasi; (2)
melihat hal-hal apa yang terjadi selama pelaksanaan evaluasi dengan mencatat,
melaporkan dan menganalisis faktor-faktor penyebabnya. Dalam pelaksanaannya
dapat digunakan teknik (1) observasi partisipatif; (2) wawancara bebas atau
terstruktur; (3) studi dekumentasi. Hasil dari monitoring dapat dijadikan landasan dan
acuan untuk memperbaiki pelaksanaan evaluasi selanjutnya.

Pengolahan Data. Mengolah data berarti mengubah wujud data yang sudah
dikumpulkan menjadi sebuah sajian data yang menarik dan bermakna. Data hasil
evaluasi yang berbentuk kualitatif diolah dan dianalisis secara kualitatif, sedangkan
data hasil evaluasi yang berbentuk kuantitatif diolah dan dianalisis dengan bantuan
statistika deskriptif maupun statistika inferensial. Ada empat langkah pokok dalam
mengolah hasil penelitian :

25
 Menskor, yaitu memberikan skor pada hasil evaluasi yang dapat dicapai oleh
perserta didik. Untuk menskor atau memberikan angka diperlukan tiga jenis
alat bantu yaitu kunci jawaban, kunci skoring dan pedoman konversi
 Mengubah skor mentah menjadi skor standar dengan norma tertentu
 Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, baik berupa huruf atau angka
 Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengatahui derajad validitas
dan reliabilitas soal, tingkat kesukaran sola (difficulty index) dan daya
pembeda

Mengolah data dengan sendirinya akan menafsirkan hasil pengolahan itu.


Memberikan interpretasi maksudnya adalah memberikan pernyataan
(statement) mengenai hasil pengolahan data. Interpretasi terhadap suatu hasil evaluasi
didasarkan atas kriteria tertentu yang ditetapkan terlebih dahulu secara rasional dan
sistematis sebelum kegiatan evaluasi dilaksanakan, tetapi dapat pula dibuat
berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam melaksanakan evaluasi. Sebaliknya jika
penafsiran data tidak berdasarkan kriteria atau norma tertentu, maka ini termasuk
kesalahan besar dan ada dua jenis penafsiran data :

 Penafsiran kelompok, yaitu penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui


karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi yang meliputi prestasi
kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok terhadap pendidik dan materi
yang diberikan, dan distribusi nilai kelompok. Tujuannya adalah sebagai
persiapan untuk melakukan penafsiran kelompok, untuk mengetahui sifat-sifat
tertentu pada suatu kelompok dan untuk menggandakan perbandingan
antarkelompok.
 Penafsiran individual, yaitu penafsiran yang hanya dilakukan secara
perseorangan diantaranya bimbingan dan penyluhan atau situasi klinis
lainnya. Tujuannya adalah untuk melihat tingkat kesiapan peserta didik

26
(readiness), pertumbuhan fisik, kemajuan belajar dan kesulitan-kesulitan yang
dihadapinya.

Dengan penafsiran ini dapat diputuskan bahwa peserta didik mencapai taraf kesiapan
yang memadai atau tidak, ada kemajuan yang berarti atau tidak, ada kesulitan atau
tidak.

Pelaporan Hasil Evaluasi. Laporan kemajuan belajar peserta didik


merupakan sarana komunikasi antara sekolah, peserta didik dan orang tua dalam
upaya mengembangkan dan menjaga hubungan kerja sama yang harmonis, oleh
karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan (1) konsisten dengan pelaksanaan
nilai di sekolah; (2) memuat perincian hasil belajar peserta didik beradasarkan kriteria
yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi
perkembangan peserta didik; (3) menjamin orang tua akan informasi permasalahan
peserta didik dalam belajar; (4) mengandung berbagai cara dan strategi
berkomunikasi; (5) memberikan informasi yang benar, jelas, komprehensif dan
akurat. Laporan kemajuan dapat dikategorikan menjadi dua jenis (1) laporan prestasi
mata pelajaran, yang berisi informasi tentang pencapaian komptensi dasar yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Prestasi peserta didik dilaporkan dalam bentuk angka
yang menunjukkan penguasaan komptensi dan tingkat penguasaannya; (2) laporan
pencapaian, yang menggambarkan kualitas pribadi peserta didik sebagai internalisasi
dan kristalisasi setelah peserta didik belajar melalui berbagai kegiatan, baik intra,
ekstra dan ko kurikuler.

Penggunaan Hasil Evaluasi. Salah satu pengguanan hasil evaluasi adalah


laporan. Laporan yang dimaksudkan untuk memberikan feedbackkepada semua pihak
yang terlibat dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Remmer (1967) mengatakan “kita bahas di sini penggunaan hasil untuk membantu
siswa memahami diri mereka lebih baik, menjelaskan pertumbuhan dan

27
perkembangan murid kepada orang tua dan membantu guru dalam perencanaan
instruksi”, selanjutnya Julian C. Stanley dalam Dimyati dan Mudjiono (1994)
mengemukakan ”hanya apa yang harus dilakukan, tentu saja, tergantung pada tujuan
program”. Secara umum terdapat lima penggunaan hasil evaluasi untuk keperluan
sebagai berikut

 Laporan Pertanggungjawaban, dengan asumsi banyak pihak yang


berkepentingan terhadap hasil evaluasi, oleh karena itu laporan ke berbagai
pihak sebagai bentuk akuntabilitas publik
 Seleksi, dengan asumsi setiap awal dan akhir tahun terdapat peserta didik
yang masuk sekolah dan menamatkan sekolah pada jenjang pendidikan
tertentu dimana hasil evaluasi dapat digunakan untuk menyeleksi baik ketika
masuk sekolah/jenjang atau jenis pendidikan tertentu, selama mengikuti
program pendidikan, pada saat mau menyelesaikan jenjang pendidikan,
maupun ketika masuk dunia kerja
 Promosi, dengan asumsi prestasi yang diperoleh akan diberikan ijazah atau
sertifikat sebagai bukti fisik setelah dilakukan kegiatan evaluasi dengan
kriteria tertentu baik aspek ketercapaian komptensi dasar, perilaku dan kinerja
peserta didik.
 Diagnosis, dengan asumsi hasil evaluasi menunjukkan ada peserta didik yang
kurang mampu menguasai kompetensi sesuai dengan kriteria yang yang telah
ditetapkan maka perlu dilakukan diagnosis untuk mencari faktor-faktor
penyebab bagi peserta didik yang kurang mampu dalam menguasai komptensi
tertentu sehingga diberikan bimbingan atau pembelajaran remedial. Bagi yang
telah menguasai kompetensi lebih cepat dari peserta didik yang lain, mereka
juga berhak mendapatkan pelayanan tindak lanjut untuk mengoptimalkan laju
perkembangan mereka.
 Memprediksi Masa Depan Peserta Didik, tujuannya adalah untuk mengetahui
sikap, bakat, minat dan aspek-aspek kepribadian lainnya dari peserta didik,

28
serta dalam hal apa peserta didik diangap paling menonjol sesuai dengan
indikator keunggulan, agar dapat dianalisis dan dijadikan dasar untuk
pengembangan peserta didik dalam memilih jenjang pendidikan atau karier
pada masa yang akan datang.

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu unsur dari


paradigma baru pengelolaan pendidikan di Indonesia. Paradigma tersebut
mengandung atribut pokok yaitu relevan dengan kebutuhan masyarakat pengguna
lulusan, suasana akademik yang kondusif dalam penyelenggaraan program studi,
adanya komitmen kelembagaan dari para pimpinan dan staf terhadap pengelolaan
organisasi yang efektif dan produktif, keberlanjutan program studi, serta efisiensi
program secara selektif berdasarkan kelayakan dan kecukupan. Dimensi-dimensi
tersebut mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat strategis untuk merancang
dan mengembangkan usaha penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi kualitas
pada masa yang akan datang.

Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses
pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat
berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi
(bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana, dukungan administrasi dan sarana
prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.

30
Daftar Pustaka

Purwanto, Ngalim. 2014. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya
Ali. 2011. Prosedur Pengembangan Evaluasi
Pembelajaran.https://alisadikinwear.wordpress.com/2011/10/20/prosedur-
pengembangan-evaluasi-pembelajaran/(28 Oktober 2019)
Irpan. 2011. Pendekatan Guru dalam Proses Pembelajaran.
https://irpan1990.wordpress.com/2011/08/11/pendekatan-guru-dalam-proses-
pembelajaran/(28 Oktober 2019)
Erni. 2013. Sekolah Efektif. https://ernisusiyawati.wordpress.com/tag/ciri-ciri-
sekolah-efektif/. (28 Oktober 2019)
Dwi. 2017. Tiga Variabel Pembelajaran.
http://dwiwahyuningaisyah.blogspot.com/2017/01/tiga-variabel-pembelajaran.html.
(28 Oktober 2019)

31

Anda mungkin juga menyukai