Anda di halaman 1dari 32

PENERAPAN PROSES SAPONIFIKASI PADA PEMBUATAN

SABUN PADAT DENGAN EKSTRAK KUNYIT

Karya Tulis

Diajukan sebagai syarat Kenaikan

Kelas 12 SMA Muhammadiyah 4 Depok

Oleh:

Fabyan Erza Anwar 2122-11-001

Febra Lailatul Mufida 2021-01-007

Khairunnisa Irmaliya 2021-01-010

Rahadian Fakhir 2021-01-014

SMA Muhammadiyah 4 Depok

2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Karya Tulis Ilmiah : Penerapan Proses Saponifikasi Pada Pembuatan


Sabun Padat

Nama : Fabyan Erza Anwar 2122-11-001

Febra Lailatul Mufida 2021-01-007

Khairunnisa Irmaliya 2021-01-010

Rahadian Fakhir 2021-01-014

Telah dibimbing, direvisi dan disahkan oleh guru pembimbing

Program Studi: Ilmu Pengetahuan Alam

Nama Sekolah: SMA Muhammadiyah 4 Depok

Hari :

Tanggal :

Disahkan Oleh : Tanda Tangan Tanggal

Wali Kelas : ……………………………….. ……………. …………..

Pembimbing 2 : ……………………………….. ……………. ………….

Pembimbing 1 : ……………………………….. ……………. …………..

Penguji 2 : ……………………………….. ……………. …………..

Penguji 1 : ……………………………….. ……………. …………..

Kepala Sekolah

Hariyanto Sutan Kamil M.Pd., M.Hum

ii
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karuniannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah
Penerapan Proses Saponifikasi pada Pembuatan Sabun Padat dengan Ekstrak
Kunyit. Karya Tulis ini disusun sebagai syarat kelulusan kelas XII sekaligus
melatih penulis dalam menulis buah pikirannya secara tertulis dalam bentuk karya
tulis. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat untuk para pembaca.

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis telah banyak mendapatkan


bantuan serta dukungan, baik secara moral maupun materi dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Hariyanto Sutan Kamil, M.Pd., M.Hum. selaku kepala SMA


Muhammadiyah 4 Depok
2. Farulliana Sari, S.Pd. selaku wakil kepala SMA Muhammadiyah 4 Depok
bidang kurikulum.
3. Risyca Nova Pujiastuti, S.Pd. selaku wakil kepala SMA Muhammadiyah 4
Depok bidang kesiswaan
4. Mela Santika, S.Pd. selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
5. Muhammad Asep Sukarman, S. Th. I. selaku guru pembimbing 1 karya
tulis ilmiah.
6. Iman Sobirin, S,Pd. selaku guru pembimbing 2 penulisan karya tulis
ilmiah
7. Alfiah, S.Pd. selaku wali kelas XII IPA yang selalu memberikan semangat
untuk mengerjakan karya tulis ilmiah.
8. Orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungannya sehingga
penyusunan karya tulis ilmiah ini berjalan dengan lancar.
9. Bapak dan Ibu guru SMA Muhammadiyah 4 Depok yang telah membantu
penyusunan karya tulis ilmiah ini.
10. Keluarga, kerabat, teman-teman,dan semua pihak yang terkait yang
membantu dan memberikan semangat selama penyusunan karya tulis
ilmiah ini.

iii
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kesempurnaan dan disusun
dalam berbagai keterbatasan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun, sehingga mendorong penulis untuk bisa
memperbaikinya.

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................2
C. Pembatasan Masalah ...........................................................................................2
D. Perumusan Masalah.............................................................................................2
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................2
F. Kegunaan Penelitian ............................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................4
A. Kajian Pustaka.....................................................................................................4
B. Kerangka Berpikir .............................................................................................13
C. Penelitian yang Relevan ....................................................................................14
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................15
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................................15
B. Metode Penelitian .............................................................................................15
C. Instrumen Pengumpulan Data ..........................................................................15
D. Populasi dan Sampel ........................................................................................15
E. Hasil dan Pembahasan ......................................................................................16
BAB IV KESIMPULAN ......................................................................................22
A. Kesimpulan .......................................................................................................22
B. Saran ..................................................................................................................22
LAMPIRAN ...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................24

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Kerangka Berpikir ....................................................................... 13
Gambar 3.1. Proses pengupasan kunyit ........................................................... 17
Gambar 3.2. Proses pemarutan kunyit ............................................................. 17
Gambar 3.3. Proses pengeluaran ekstrak ........................................................ 18
Gambar 3.4. Proses pencampuran larutan NaOH ............................................ 19
Gambar 3.5. Larutan NaOH telah mencapai suhu 50° ..................................... 19
Gambar 3.6. Proses pencampuran semua bahan .............................................. 20
Gambar 3.7. Pencetakan sabun ........................................................................ 21
Gambar 1.2. Menonton bahan pembuatan sabun……………………………..24
Gambar 1.3. Menonton proses pembuatan sabun…………………………….24
Gambar 1.4. Mencari jurnal dan artikel………………………………………24
Gambar 1.5. Menonton proses pencetakan sabun…………………………… 24

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum, masyarakat Indonesia merupakan penghasil rempah yang


melimpah, terutama tanaman kunyit yang sudah banyak dibudidayakan oleh
para petani. Selain sebagai memenuhi kebutuhan bumbu dapur ternyata kunyit
juga bisa dimanfaatkan untuk hal lain yaitu diantaranya sabun.
Sabun merupakan salah satu bahan pembersih kulit dari bakteri atau
kuman dalam waktu yang singkat dan memiliki aroma yang khas. Terdapat 3
bahan baku utama dalam proses pembuatan sabun yaitu minyak, alkali dan air.
Salah satu jenis sabun yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia adalah sabun padat, yang biasa difungsikan sebagai
sabun mandi. Sabun padat memiliki pH antara 9-10 yang cocok digunakan
sebagai sabun mandi. Dalam pembuatan sabun padat maupun sabun cair,
terdapat proses dasar yaitu proses saponifikasi yang menghasilkan garam
asam lemak atau sabun dan gliserol atau gliserin.
Umumnya, sabun-sabun yang berada di pasaran atau sabun komersial
mengandung bahan-bahan detergen dan bukan merupakan sabun yang
sesungguhnya yang memakai bahan dasar minyak dan alkali. Beberapa bahan
yang digunakan pada sabun komersial dapat membuat kulit menjadi kering.
Sedangkan, sabun yang diproduksi sendiri dapat lebih terkontrol mengenai
bahan-bahan yang digunakan dan dapat menambahkan bahan-bahan alami
yang bermanfaat bagi kesehatan kulit.
Salah satu bahan alami yang memiliki manfaat bagi kesehatan kulit
adalah kunyit. Kunyit merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki
banyak khasiat yang dijadikan sebagai tanaman herbal. Kunyit juga digunakan
sebagai bahan pewarna alami pada pembuatan sabun. Selain itu, kunyit juga
menjadi zat aktif antiseptik dan antibakteri. Kandungan utama komponen

1
biologis aktif kunyit adalah kurkumin, kurkumin memiliki sifat antioksidan
yang kuat dan baik untuk kulit. Tanaman kunyit mudah untuk didapatkan dan
memiliki harga yang ekonomis.
Dengan demikian, sabun padat dengan kandungan kunyit memiliki
banyak manfaat bagi kesehatan kulit. Berdasarkan latar belakang tersebut,
penulis bermaksud untuk membuat karya tulis ilmiah yang berjudul Penerapan
Proses Saponifikasi pada Pembuatan Sabun Padat dengan Ekstrak Kunyit.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis memberikan identifikasi


masalah yang akan dijadikan bahan penelitian diantaranya:
1. Bagaimana penerapan proses saponifikasi pada pembuatan sabun
padat dengan ekstrak kunyit
2. Apa saja zat aktif yang dimiliki kunyit dalam pembuatan sabun
padat?
3. Mengapa kunyit dapat dijadikan bahan pembuatan sabun padat?

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, penulis hanya membahas tentang penerapan proses


saponifikasi pada pembuatan sabun padat dengan ekstrak kunyit sebagai
bahan campuran pembuatan sabun mandi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka dapat disimpulkan


rumusan masalahnya adalah:
Bagaimana penerapan proses saponifikasi pada pembuatan
memanfaatkan ekstrak kunyit sebagai bahan pembuatan sabun mandi?

E. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang dan rumusan masalah yang terurai di atas, maka
penulis memiliki tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

2
Mengetahui pengetahuan tentang proses ekstrak kunyit sebagai bahan
campuran pembuatan sabun mandi.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Kegunaan penelitian bagi sekolah, yaitu sebagai acuan untuk
mengembangkan penelitian ini agar dapat menjadi sarana
pengembangan ilmu pengetahuan dengan menghasilkan produk yang
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kegunaan penelitian bagi masyarakat, yaitu dapat memproduksi sabun
mandi dengan campuran ekstrak kunyit untuk kebersihan kulit dengan
kandungan herbal alami.
3. Kegunaan penelitian bagi penulis, yaitu untuk menambah wawasan
serta ilmu pengetahuan tentang pemanfaatan ekstrak kunyit sebagai
bahan pembuatan sabun mandi. Selain itu, penulis juga dapat melatih
kemampuan dasar dalam melakukan penelitian.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Proses Saponifikasi

Menurut Siti Khuzaimah dalam Karya Tulis Ilmiah Pemanfaatan


Minyak Jelantah dan Ekstrak Kulit Citrus sebagai Bahan Pembuatan
Sabun Saponifikasi adalah pembentukan sabun, yang biasanya
dengan bahan awal lemak dan basa. Nama lain reaksi saponifikasi
adalah reaksi penyabunan. Reaksi saponifikasi melibatkan basa
(soda kaustik NaOH) yang menghidrolisiss trigliserida. Trigliserida
dapat berupa esterasam lemak membentuk garam karboksilat.
Saponifikasi Trigliserida, minyak sayuran dan lemak hewani
merupakan bahan utama untuk reakso saponifikasi. Trigliserida
dapat diubah menjadi sabun dalam proses satu atau dua tahap.
Pada proses satu tahap, Trigliserida diperlakukan dengan basa kuat
yang akan memutus ikatan ester dan menghasilkan gaaam asam
lemak dan gliserol. Proses ini digunakan dalam industry gliserol.
Dengan cara ini, sabun juga dihasilkan dengan cara pengendapan.
Peristiwa ini disebut dengan salting out oleh NaCl jenuh.

4
1. Komponen Penyusun Minyak Goreng
(Hariyadi, 2014).

Komponen Komposisi (%)

Trigliserida 95,26

Asam Lemak Bebas 4,00

Air 0,20

Phosphatida 0,07

Karoten 0,03

Aldehid 0,07

Penambahan asam stearat adalah sebagai bahan pembuat stok sabun


sehingga adonan sabun akan segera terbentuk menjadi lebih keras dan
lengket (Hambali, dkk., 2005). Pemanasan dilakukan agar ketika
dicampurkan dengan minyak tidak terjadi penggumpalan. Selain itu,
pemanasan akan meningkatkan energy kinetic molekul sehingga pergerakan
molekul menjadi lebih cepat. Kondisi ini memungkinkan terjadinya
tumbukan sehingga reaksi akan berlangsung lebih singkat (Salendra, dkk.,
2018).

5
2. Sabun

a. Pengertian

Menurut Sa’diyah et al dalam buku Pemberdayaan Masyarakat Melalui


Pelatihan dan Pendampingan Produksi Sabun di Jalan Kliwonan
Kelurahan Tambakaji, (2018:91) Sabun ialah garam natrium dan
kalium yang merupakan asam lemak yang berasal dari minyak
nabati atau hewan. Sabun yang digunakan sebagai pembersih dapat
berwujud padat (keras), lunak dan cair. Sedangkan menurut Dewan
Standarisasi Nasional, “menganggap sabun adalah bahan yang
dimanfaatkan untuk mencuci dan mengemulsi yang terdiri dari
asam lemak dengan rantai karbon C12-C18 dan sodium atau
potassium.”

b. Sifat-sifat Sabun

Menurut dr. Melywati Hermawan Sp.KK, dalam artikel yang dimuat


dalam laman klinikdokter.com (2017)

a) Bersifat Basa

Sabun merupakan garam alkali dari asam lemak suku tinggi


sehingga akan di hidrolisis parsial oleh air, oleh karna itu larutan
sabun dalam air bersifat basa.
b) Berbuih atau Berbusa
Pada kebanyakan sabun, busa yang dihasilkan dapat dari
bahan kimia surfaktan contohnya sodium lauryl sulfate atau
sodium laureth sulfat. Hal yang pasti, produk sulfat dapat
menggerus minyak alami yang ada di permukaan kulit. Jika kulit
terlalu sering berkontak dengan bahan kimia maka kulit akan dapat
menyebabkan iritasi. Kesimpulannnya busa bukanlah indikator
sebuah sabun baik atau tidak, tidak dibutuhkan busa yang banyak
untuk membersihkan tubuh. Pilihlah sabun yang tidak memiliki

6
terlalu banyak busa. Bila perlu gunakan sabun pelembab untuk
menjaga kesehatan dan keindahan kulit.

c) Membersihkan kotor
Sifat ini di sebabkan proses kimia koloid, sabun (garam
natrium dari asam lemak) yang di gunakan untuk mencuci kotoran
yang bersifat polar dan non polar. Bahan pembersih dari sabun
yang bersifat non polar contohnya minyak yang bersifat hidrofobit
yang akan memisahkan kotoran yang bersifat non polar
sedangkan bahan yang bersifat polar seperti larutan dalam air
yang bersifat hidropilik akan memisahkan kotoran yang bersifat
polar.

c. Manfaat Sabun

Menurut facetofeet dalam laman blog Natural Farn (2021)


1) Kulit menjadi lebih lembut
2) Sangat cocok untuk kulit kering
3) Cocok untuk pemilik kulit sensitif
4) Menunda penuaan dini
5) Membasmi mikroorganusme yang menempel di kulit
6) Tidak menimbulkan alergi
7) Lebih ramah lingkungan

d. Alat Sabun
Menurut Siti Khuzaimah dalam Karya Tulis Pemanfaatan Minyak Jelantah
dan Ekstrak Kulit Citrus reticulata sebagai Bahan Pembuatan Sabun

1) Gelas kimia
2) Gelas ukur
3) Timbangan
4) Cetakan
5) Pipet

7
6) Mixer
7) Pemotong sabun
8) Kain
9) Kertas saring
10) Pengaduk
e. Bahan Sabun
Menurut Siti Khuzaimah dalam Karya Tulis Pemanfaatan Minyak
Jelantah dan Ekstrak Kulit Citrus reticula sebagai Bahan Pembuatan
1) Minyak
Minyak adalah istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak
larut atau bercampur dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut
organik. Sebagai medium pemindahan energi, maupun sebagai wangi-
wangian (misalnya minyak nilam). Minyak adalah salah satu kelompok
yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organic yang terdapat di
alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic non-polar,
misalnya dietil eter (C2H50C2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan
hidrokarbon lainnya yang polaritasnya sama. Minyak juga merupkan
senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti “triester dan gliserol”.
Jadi minyak juga merupakan senyawaan ester. Hasil hidrolisis minyak
adalah asam karboksilat dan gliserol.
2) Natrium Hidroksida
Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium oksida
dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membntuk larutan alkalin yang
kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam
bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses
produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun, dan deterjen.
Natrium hidroksida murni dibentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk
pellet, serpihan, butiran ataupun larutan jernih 50%. Ia bersifat lembab cair
dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat
larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut
dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan

8
ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalm dietil eter dan
pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan
noda kuning pada kain dan kertas. Natriun Hidroksida (NaOH) dikenal
sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida sejenis basa loga kaustik.
3) Air (H20)
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H20. Satu molekul
air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu
atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak bau pada
kondisi standar. Zat kimia ini merupakan suatu zat pelarut yang penting,
yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya
seperti garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul
organik. Air sering disebut juga sebagai pelarut universal karena air
melarutkan banyak zat kimia. Dalam bentuk ion, air dapat di deskripsikan
sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berisosiasi (berikatan) dengan
sebuah ion hidroksida (OH-).
4) Madu
Menurut Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan:2022)
Makanan yang tidak asing lagi di kalangan masyarakat yang dikenal
sejak dahulu dan di hasilkan dari hewan lebah yaitu madu. “Madu
merupakan cairan alami yang umumnya manis, berasal dari nektar bunga
yang dikumpulkan oleh lebah madu.” Dan menurut Standarisasi Nasional
Indonesia (3545:2013) “Madu memiliki berbagai kandungan banyak
mineral dan mengandung tujuh vitamin B kompleks dan didalamnya
terdapat kandungan vitamin C.”

f. Cara Pembuatan
Menurut Siti Khuzaimah dalam Karya Tulis Ilmiah Pemanfaatan
Minyak Jelantah dan Ekstrak Kulit reticulata sebagai Bahan Pembuatan
Sabun
1) Ekstrak Kulit buah Citrus reticulata. Kulit Citrus reticula
dipotong-potong, lalu diblender hingga halus, setelah selesai peras

9
menggunakan kain dan aquades, kemudian didekantasi selama
semalam. Minyak dalam sari kulit citrus reticulata dipisahkan
dengan pipet.
2) Timbang Air dan NaOH. Larutkan NaOH ke dalam air sejuk/
dingin (jangan menggunakan wadah alumunium, gunakanlah
stainless steel, gelas pyrex, atau plastic poliproplen). Tuangkan
NaOH ke dalam air sedikit demi sedikit. Aduk hingga larut.
Pertama-tama larutan akan panas dan berwarna keputihan. Setelah
larut semuanya, simpan di tempat aman untuk digunakan sampai
suhu ruangan. Dan akan memperoleh larutan yang jernih.
3) Ambil arang kayu, lalu tumbuk sampai halus. Masukkan arang
kayu yang sudah halus itu pada minyak jelantah. (Ukuran
pemakaian, 2 kepal arang kayu untuk satu kilogram minyak
jelantah). Aduk smpai rata, biarkan selama semalam , lau saring
dengan kain bersih. (untuk hasil yang lebih efektif dapat juga
digunakan kertas saring). Berikutnya masukan kulit musa
acuminate untuk menjernihkan warna minyak jelantah, tunggu
sekitar 10 menit dan saring kembali.
4) Timbang minyak
5) Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam blender
6) Tuangkan larutan NaOH ke dalam minyak dengan hati-hati
7) Pasang cover blender, taruh kain diatas cover tadi untuk
menghindari terkena minyak dan proses pada putaran terendah.
Hindari jangan sampai minyak panas terkena wajah atau badan.
Hentikan blender dan periksa sabun untuk melihat tahap “trace”.
Trace adalah kondisi dimana sabun sudah terbentuk dan
merupakan akhir dari proses pengadukan. Tandanya adalah ketika
campuran sabun mula mengental, apabila disentuh dengan
sendok , maka beberapa detik bekas sendok tadi masih membekas,
itulah mengapa dinamakan “trace”
8) Pada saat terjadi “trace” tadi tambhakan pengharum, pewarna atau
aditif. Aduk beberapa detik, kemudian hentikan putaran blender.
9) Tuang hasil sabun ke dalam cetakan. Tutup dengan kain untuk
insulasi. Simpan sabun dalam cetakan selama satu hingga dua hari,
kemudian keluarkan dari cetakan, potong sesuai selera. Lalu
simpan sekurang-kurangnya 3 minggu sebelum dipakai.

3. Ekstrak Kunyit

a. Pengertian Ekstrak
Dikutip dari artikel Program Studi Farmasi Universitas
Darussalam Gontor pada judul Apa itu ekstraksi? (2019)
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan satu atau beberapa
zat yang dapat larut dari suatu kesatuan yang tidak bisa larut

10
dengan bantuan bahan pelarut. Berdasarkan Prosesnya, ekstraksi
dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Ekstraksi cair-cair, yaitu proses pemisahan cairan
dari suatu larutan dengan menggunakan cairan sebagai
bahan pelarutnya.
2) Ekstraksi padat-cair, yaitu proses pemisahan cairan
dari padatan dengan menggunakan cairan sebagai bahan
pelarutnya.

b. Pengertian Kunyit

Menurut N. Malahayati dkk. / agriTEACH dalam Jurnal


Karakterisasi Ekstrak Kurkumin dari Kunyit Putih
(Kaemferia rotunda L) dan kunyit Kuning (Curcuma
domestica Val) (2021:135). Kunyit atau kunir (Curcumaa
domestica Val) merupakan salah satu jenis tanaman obat
yang banyak memiliki banyak manfaat. Bagian Kunyit yang
sering dimanfaatkan adalah rimpangnya atau umbi kunyit,
rimpang kunyit mengandung senyawa bioaktif yang berperan
sebagai anti oksidan. Komponen aktif yang terdapat dalam
kunyit adalah kurkuminoid.

Menurut Balai Tanaman Rempah dan Obat dalam Jurnal Balai


Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Barat (2021) kunyit
atau Kunir (Curcuma longa Linn. Syn. Curcuma domestica
Val), adalah termasuk salah satu tanaman rempah-rempah
dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara. Tinggi batang
mencapai 40-100 cm. Daun kunyit terdiri dari pelapah daun,
gagang daun, dan helaian daun. Panjang helaian daun
antara 30-60 cm, lebar antara 10-18 cm. Bunga kunyit
berbentuk kerucut runcing berwarna putih atau kuning muda
dengan pangkal berwarna putih. Bagian Utama tanaman
kunyit adalah rimpangnya yang merupakan tempat
tumbuhnya tunas. Kulit rimpang berwarna kecoklatan dan

11
bagian dalamnya berwarna kuning tua, kuning jingga, atau
kuning jingga kemerahan sampai kecoklatan.

c. Sejarah Singkat Kunyit


Dikutip dari laman https://distan,jogjaprov.go.id Kunyit
merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat
tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis.
Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan atau
bekas kebun. Diperkirakan berasal Binar pada ketinggian
1300-1600 mdpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit
berasal dari india. Kata Curcuma berasal dari Bahasa
Arab kurkum dan Yunani karkom. Pada tahun 77-78 SM,
Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai cyperus
menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas,
tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di
Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan,
Indonesia (Jawa) dan Filipina.

d. Macam- Macam Kunyit


1) Kunyit Kuning
Menurut N. Malahayati dkk. / agriTEACH dalam Jurnal
Karakterisasi Ekstrak Kurkumin dari Kunyit Putih (Kaemferia
rotunda L) dan kunyit Kuning (Curcuma domestica Val)
(2021:135).
Kunyit kuning (Curcuma domestica Val) merupakan
kunyit yang sering dipergunakan, mudah dijumpai, dan sering
digunakan pada masakan sebagai bumbu masakan untuk
menambah rasa khas
a. Kunyit Putih
Menurut N. Malahayati dkk. / agriTEACH dalam Jurnal
Karakterisasi Ekstrak Kurkumin dari Kunyit Putih (Kaemferia
rotunda L) dan kunyit Kuning (Curcuma domestica Val)
(2021:135).
Kunyit Putih gombyok yang dikenal dengan nama lain
kunci pepet (Kaempferia rotunda L) adalah kunyit putih yang
umumnya memiliki daging berwarna putih yang umumnya

12
juga digunakan sebagai rempah-rempah dan mempunyai khasiat
sebagai obat tradisional.

e. Manfaat Kunyit
Dikutip dari jurnal (Teknologi Agro Industri 2018:91) kunyit
yang memiliki kandungan Curcumin yang tinggi.
Senyawa Kurkuminoid dalam ekstrak kunyit memiliki
efek antioksidan yang berguna untuk tubuh dari radikal
bebas, mencerahkan kulit, dan mengobati gatal-gatal
pada kulit. Sedangkan menurut Pangemanan, dkk (2016)
menggunakan ekstrak kunyit untuk menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aures dan
Pseudomonas sp. Rini,dkk (2018) melaporkan bahwa
ekstrak kunyit mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Esherichia coli dan Bacillus subtilis.

13
B. KERANGKA BERPIKIR

Proses Saponifikasi Sabun Mandi

Sabun Padat Ekstrak Kunyit

Gambar 1.1. Kerangka Berpikir

14
C. PENELITIAN RELEVAN
Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan saat ini. Berdasarkan
eksplorasi penulis, beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian ini.

1) penelitian yang dilakukan oleh Hasni Kusuma Ratih pada tahun 2016 yang
berjudul “ Pembuatan sabun padat dari minyak sawit, kelapa dan zaitun serta
pengaruh penambahan ekstrak kunyit (Curcuma Longa L) sebagai
antioksidan” dengan kesimpulan senyawa kurkuminoid dalam ekstrak kunyit
memiliki efek anti-oksidan yang berguna untuk melindungi tubuh dari radikal
bebas, mencerahkan kulit, dan mengobati gatal-gatal pada kulit.

2) penelitian yang dilakukan oleh Servina Yuni Sari pada tahun 2018 yang
berjudul “Formulasi sediaan sabun cair dari ekstrak daun bidara (Ziziphus
mauritiana)” dengan kesimpulan dari penelitian ini diketahui bahwa semua
sediaan homogen, pH berkisar 8,5-9,1, memiliki daya busa yang baik tidak
menimbulkan iritasi gatal maupun kemerahan pada kulit dan formalis
sediaan sabun cair yang paling disukai oleh sukarelawan adalah formasi pada
konsentrasi 1%.

15
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat: SMA Muhammadiyah 4 Depok


Waktu Penelitian: Minggu, 20 November 2022

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode


eksperimen yaitu dengan cara membuat ekstrak kunyit menjadi sabun padat.

C. Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


teknik observasi/pengamatan, dimana penulis mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Dalam pengamatan ini, penulis memilih observasi partisipan, yaitu
penulis ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang
sedang diamati.

D. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah jenis


tamanaman kunyit yang sama. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah jenis kunyit kunig (Curcuma domestica Val) dengan jumlah sampel
sebanyak 6 buah.

16
E. Hasil dan Pembahasan

1. Alat dan Bahan


a. Alat
1) Gelas ukur
2) Wadah plastik
3) Cetakan kayu
4) Kain
5) Hand mixer
6) Batang pengaduk
7) Parutan
8) Pisau
9) Kertas nasi
10) Sarung tangan
11) Masker
12) Termometer
13) Timbangan digital
b. Bahan
1) 17,5 gram NaOH
2) 125 gram Minyak kelapa
3) 30 gram Ekstrak kunyit
4) 55 gram Aquadest
5) 9 gram Madu

17
c. Cara Kerja
1) Membuat Ekstrak Kunyit

a) Kupaslah kunyit lalu cuci hingga bersih


Gambar 3.1.Proses pengupasan kunyit
b) Parutlah 6 buah kunyit

Gambar 3.2.Proses pemarutan kunyit

18
c) Masukkan kunyit yang telah diparut tersebut ke
dalam kain lalu peras sampai mengeluarkan cairan
yang disebut dengan ekstrak

Gambar 3.3.Proses pengeluaran ekstrak


d) Ekstrak kunyit sudah siap
2) Timbanglah ekstrak kunyit sebanyak 30 gram, aquadest
sebanyak 55 gram, minyak kelapa sebanyak 125 gram,
NaOH sebanyak 17,5 gram, dan madu sebanyak 5 gram
3) Masukkan NaOH kedalam bahan pelarut aquadest,
aduklah hingga NaOH bercampur dengan pelarut
aquadest dan menjadi sebuah larutan

Gambar 3.4.Proses pencampuran larutan NaOH

19
4) Tes suhu dari larutan NaOH tersebut menggunakan alat
termometer kimia, lalu diamkan larutan NaOH tersebut
hingga mencapai suhu ruangan 50 derajat

Gambar 3.5.Larutan NaOH telah mencapai suhu 50°

5) Siapkan 1 gelas ukur kaca berukuran 1000 ml, setelah


itu masukan minyak kelapa, esktrak kunyit, dan madu
yang telah ditimbang sesuai takaran, lalu campurkan
dan aduklah menggunakan batang pengaduk dan hand
mixer secara bergantian sampai campuran teraduk
secara merata
6) Setelah campuran tersebut tercampur merata, masukkan
larutan NaOH yang telah mencapai suhu 50 derajat ke
dalam campuran tersebut
7) Setelah semua bahan telah dimasukkan, aduklah
menggunakan batang pengaduk dan hand mixer hingga
semua bahan tercampur secara merata dan membentuk
adonan sabun yang memiliki tekstur kental

20
Gambar 3.9.Proses pencampuran semua bahan hingga

adonan sabun memiliki tekstur kental

8) Siapkan cetakan kayu yang telah dilapisi kertas dan


tuang adonan sabun tersebut ke dalam cetakan

Gambar 3.10. Pencetakan sabun

9) Diamkan adonan sabun di cetakan dan tutuplah cetakan

jika adonan sabun sudah tidak terasa panas kemudian

sabun didiamkan selama 5 hari di dalam cetakan

21
10) Setelah sabun didiamkan selama 5 hari di dalam

cetakan, dihasilkan sabun yang telah terbentuk dan

mengeras kemudian lepas sabun dari cetakan

11) Bersihkan terlebih dahulu tekstur yang tidak merata,

dan potonglah sabun sesuai dengan kebutuhan

12) Kemas sabun ke dalam kemasan dan tunggu sabun

selama sekurang-kurangnya 3-4 bulan kemudian sabun

siap untuk digunakan

Dari penelitian ini menghasilkan berupa sabun padat dengan ekstrak kunyit.

22
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pembuatan sabun dengan ekstrak kunyit dapat dibuat dengan takaran:
kunyit 30 gram, aquadest 55 gram, minyak kelapa 125 gram, NaOH 17,5
gram, madu 9 gram untuk membuat 5 sabun, Sabun yang telah dibuat tidak
bisa langsung dipakai karna PH dari sabun tersebut belum stabil, tunggu 3- 4
bulan untuk bisa menggunakannya dengan aman.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis menyarankan untuk:


1. Bagi Masyarakat
Ekstrak kunyit dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pembuatan sabun alami
2. Bagi Peneliti Lain
Dapat meneliti kualitas sabun padat dari ekstrak kunyit
seperti ph, kadar zat aktif dan zat lainnya. Karena kunyit
mengandung banyak antioksidan, dan disarankan untuk
menanam tamanan kunyit dilingkungan rumah atau halaman
rumah.

23
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran Observasi

Gambar 1.2 Menonton Gambar 1.3Menonton Cara


Bahan untuk Pembuatan Pembuatan Sabun
Sabun

Gambar 1.4 Mencari artikel Gambar 1.5 Menonton


dan Jurnal Proses Pencetakan Sabun

24
DAFTAR PUSTAKA
DIY Tutorial Cara Membuat Sabun Kunyit di Rumah
https://youtu.be/mwXcY5cMUqs
DONI, S. (2018). Formulation of kaolin solid soap with varying coconut oil and
stearic acid concentration for cleansing severe najis (Bachelor's thesis,
Jakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah).
Fatimah, F., & Jamilah, J. (2018). Pembuatan Sabun Padat Madu dengan
Penambahan Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica). Jurnal Teknologi Agro-
Industri, 5(2), 90-100.
Hutauruk, H., Yamlean, P. V., & Wiyono, W. (2020). Formulasi dan uji aktivitas
sabun cair ekstrak etanol herba seledri (Apium graveolens L) terhadap
bakteri Staphylococcus aureus. PHARMACON, 9(1), 73-81.
Langingi, R., Momuat, L. I., & Kumaunang, M. G. (2012). Pembuatan sabun
mandi padat dari VCO yang mengandung karotenoid wortel. Jurnal
MIPA, 1(1), 20-23.
Muadifah, A., Amini, H. W., Putri, A. E., & Latifah, N. (2019). Aktivitas
antibakteri ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap
bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal SainHealth, 3(1), 45-54.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN DAN
PENDAMPINGAN PRODUKSI SABUN DI JALAN KLIWONAN
KELURAHAN TAMBAKAJI : Graflit. (2022). (n.p.): Anagraf Indonesia.
https://www.google.co.id/books/edition/PEMBERDAYAAN_MASYARA
KAT_MELALUI_PELATIHA/4fuGEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=sab
un&pg=PP1&printsec=frontcover
Putri, V. S. (2019). Formulasi Sediaan Sabun Cair Nanoemulsi Ekstrak Kunyit
(Curcuma longa L.) dan Uji Aktivitasnya Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus secara In Vitro (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Rusli, N. (2016). Formulasi Sediaan Sabun Padat Minyak Nilam
(Pogostemoncablin benth). Warta Farmasi, 5(2), 30-36.

25
Simanjuntak P, 2012. Studi Kimia dan Farmakologi Tanaman kunyit (Curcuma
longa L.) Sebagai Tumbuhan Obat Serbaguna. Agrium.Vol. 17 (2): 103-
107. http://repository.radenintan.ac.id/14150/
Susilo, T. Y. (2012). Khasiat Minyak Zaitun (Olive Oil) dalam Meningkatkan
Kadar HDL (High Density Lipoprotein) Darah Tikus Wistar Jantan
(Penelitian Eksperimental Laboratoris).

26

Anda mungkin juga menyukai