Anda di halaman 1dari 29

i

LAPORAN PRAKTIKUM
PELAKSANAAN KEGIATAN PEMERIKSAAN ATAU INSPEKSI APAR

Kelompok 4 :
1. Alfian Rizky Giant S ( R0217006)
2. Andayani Yuwana Sari (R0217010)
3. Ayudya Cindy D (R0217022)
4. Galuh Anika Putri (R0217046)
5. Itsna Nurhayati (R0217054)
6. Norista Wijayanti (R0217072)
7. Rachael Saraswaty D (R0217082)
8. Wakhidatul Maharani A (R0217104)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2019
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. karena telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat guna menunjukkan partisipasi kami dalam menyelesaikan tugas
pembuatan laporan praktikum kegiatan pemeriksaan/inspeksi APAR sebagai salah
satu penunjang nilai mata kuliah Manajemen Penanggulangan Kebakaran yang
diampu oleh Ibu Seviana Rinawati. SKM, M.Si. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, 6 Oktober 2019

Penulis
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 1

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 5

BAB III HASIL ......................................................................................................... 17

BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................... 22

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 25

LAMPIRAN ............................................................................................................... 28
3

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebakaran merupakan kejadian yang tidak diinginkan bagi masyarakat dan
kebakaran merupakan kecelakaan yang berakibat fatal. Kebakaran ini mengakibatkan
suatu kerugian materiil maupun kerugian immaterial. Kebakaran dapat terjadi kapan
saja dan dimana saja. Pencegahan kebakaran sangat diperlukan untuk menghilangkan
resiko terjadinya kerugian yang besar.
Untuk meminimalisasi terjadinya kebakaran maka perlu penerapan K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan
kecelakaan termasuk kebakaran. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah
semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan, pengamatan dan pemadaman
kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta
perlindungan harta kekayaan (Suma’mur, 1989).
Salah satu penanganan dini pada saat terjadi awal proses kebakaran adalah dengan
menggunakan APAR. APAR merupakan salah satu alat pemadam kebakaran yang
sangat efektif untuk memadamkan api yang masuh kecil untuk mencegah semakin
besarnya api tersebut (Gempur Santoso, 2004). Berdasarkan PERMENAKERTRANS
RI NO. 04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR
dan NFPA tahun 1998 tentang standart portable for fire extinguisher. NFPA 10
menjelaskan bahwa APAR merupakan pertahanan pertama dalam menanggulangi
kebakaran yang kecil. APAR angat efektif apabila digunakan dengan benar agar api
tidak udah meluas dan dipasang dengan benar. Selain itu, APAR juga sangat efektif
untuk pertahanan pertama terhadap kebakaran yang masih kecil sebelum terjadinya
kebakaran besar.
Fakultas Kedokteran UNS memiliki beberapa gedung pembelajaran. Untuk
menunjang aktivitas pembelajaran dan mengindari kebakaran di gedung-gedung
Fakultas Kedokteran UNS. Oleh karena itu diperlukan suatu pengendalian untuk
4

mencegah dan menanggulangi terjadinya kebakaran. Salah satu upaya pencegahan


dan penanggulangan kebakaran tersebut adalah dengan menyediakan Instalasi APAR
(Alat Pemadam Api Ringan).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dibuat
perumusan masalah Bagaimana penyediaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
sebagai upaya Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di Area Pabrik Fakultas
Kedokteran UNS?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana penyediaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di Fakultas Kedokteran
UNS.
1.4 Manfaat
Sebagai masukan dan evaluasi untuk bahan pertimbangan dalam melakukan
penyediaan APAR yang telah diterapkan, serta dapat meningkatkan upaya
peningkatan keselamatan kerja bidang kebakaran di lingkungan Fakultas Kedokteran
UNS.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Teori dan Anatomi Api
Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya, yaitu
adanya cahaya dan panas dari suatu bahan yang sedang terbakar. Gejala
lainnya yang dapat diamati adalah bila suatu bahan telah terbakar maka akan
mengalami perubahan baik bentuk fisiknya maupun sifat kimianya. Keadaan
fisik bahan yang telah terbakar akan berubah pula menjadi zat baru. Gejala
perubahan tersebut menurut teori perubahan zat dan energi adalah perubahan
secara kimia.
Untuk dapat berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya tiga
unsur pokok, yaitu adanya unsur bahan yang dapat terbakar (fuel), oksigen
(O2) yang cukup dari udara dan bahan oksidator panas. apabila salah satu
unsur tersebut tidak berada pada keseimbangan yang cukup, maka api tidak
akan terjadi.

2. Kebakaran
2.1. Fenomena kebakaran
Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai
awal terjadinya penyalaan sampai kebakaran padam, dapat diamati
beberapa fase tertentu seperti source energy, initiation, growth,
flashover, full fire dan bahaya
bahaya spesifik pada peristiwa kebakaran seperti : back draft ,
6

penyebaran asap panas dan gas dll. Tahapan -


tahapan tersebut antara lain:
a. Tidak diketahui kapan dan dimana awal terjadinya api/kebak
aran, tetapi
yang pasti ada sumber awal pencetusnya (source energy), y
aitu adanya potensi energi yang tidak terkendali.
b. Apabila energi yang tidak terkendali kontak dengan zat yang
dapat terbakar, maka akan terjadi penyalaan tahap awal
(initiation) bermula dari sumber api/nyala yang relatif kecil.
c. Apabila pada periode awal kebakaran tidak terdeteksi, maka
nyala api akan berkembang lebih besar sehingga api akan
menjalar bila ada media di sekelilingnya.
d. Intensitas nyala api meningkat dan akan menyebarkan panas ke
semua arah secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Hingga
pada suatu saat setelah 3-10 menit atau setelah mencapai
temperatur 300ºC akan terjadi penyalaan api serentak yang
disebut Flashover.
e. Setelah flashover, nyala api akan membara yang disebut
periode kebakaran mantap (steady/full development fire).
Temperatur pada saat kebakaran penuh dapat mencapai 600 -
1000 ºC. bangunan dengan struktur konstruksi baja akan runtuh
pada temperatur 700 ºC. bangunan dengan konstruksi beton
bertulang setelah terbakar lebih dari 7 jam dianggap tidak layak
lagi untuk digunakan.
f. Setelah melampaui puncak pembakaran, intensitas nyala akan
berkurang dan berangsur-angsur padam, disebut periode surut.
2.2.Pengertian kebakaran
Definisi kebakaran menurut Depnaker yaitu suatu reaksi
oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan
bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan. Definisi
kebakaran menurut pengertian asuransi secara umum yaitu sesuatu
7

yang benar-benar terbakar yang seharusnya tidak terbakar dan


dibuktikan dengan adanya nyala api secara nyata, terjadi secara tidak
sengaja, tiba-tiba serta menimbulkan kecelakaan atau kerugian.
Definisi umumnya adalah suatu peristiwa terjadinya nyala api yang
tidak dikehendaki, sedangkan defenisi khususnya adalah suatu
peristiwa oksidasi antara tiga unsur penyebab kebakaran. Unsur-
unsur penyebab kebakaran itua dalah:
a. Bahan padat, seperti: kayu, kain, kertas, plastik, dan lainnya
yang apabila terbakar umumnya akan meninggalkan abu/bara.
b. Bahan cair, seperti: seperti cat, alkohol dan berbagai jenis
minyak.
c. Bahan gas, seperti: seperti propane, Butane, LNG dan lain
sebagainnya.
2.3.Klasifikasi kebakaran
Klasifikasi kebakaran yang dimiliki di Indonesia mengacu
pada standard Nasional Fire Protection Association (NFPA Standard
No. 10, for the installation of portable fire extinguishers) yang telah
dipakai oleh PERMENAKERTRANS RI No. Per 04/MEN/1980
tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam
Api Ringan (APAR).
Klasifikasi dari kebakaran adalah sebagai berikut:

Kelas Klasifikasi Kebakaran

Kebakaran pada benda pada mudah terbakar yangmenimbulkan arang/


Kelas A karbon (contoh : Kayu, kertas,karton/kardus, kain, kulit, plastik)

Kebakaran pada benda cair dan gas yang mudah terbakar (contoh:
Kelas B Bahan bakar, bensin, lilin, gemuk, minyak tanah, thinner)

Kebakaran pada benda yang menghasilkan listrik atau yang


Kelas C mengandung unsur listrik

Kebakaran pada logam mudah terbakar (contoh : Sodium, lithium,radiu


Kelas D m)
8

3. APAR
Alat pemadam api ringan (APAR) adalah suatu alat yang
dikemas dalam tabung untuk memadamkan api awal dengan kata lain APAR
hanya dapat memadamkan api yang masih kecil.
3.1. Jenis-jenis APAR:
a. APAR jenis air (fire water extinguisher)
Efektif untuk jenis api kelas A: Kayu, Kertas, Kain, Karet,
Plastik, dll. Air merupakan salah satu bahan pemadam api yang
paling berguna sekaligus ekonomis. Semua pemadam api berbahan
air produksi memiliki aplikasi tipe jet yang mampu menghasilkan
arus yg terkonsentrasi sehingga membuat operator mampu
melawan api dari jarak yang lebih jauh dari pada Nozzle semprot
biasa.

Gambar APAR Cair


b. APAR jenis tepung kimia (Dry chemical powder)
Efektif untuk jenis api kelas A (Kayu, Kertas, Kain, Karet,
Plastik, dll.), kelas B (Bensin, Gas, Oil, Cat, Solvents, Methanol,
Propane, dll) dan kelas C (Komputer, Panel Listrik, Genset, Gardu
Listrik, dll.). Alat Pemadam Api Ringan berbahan bubuk kering,
sangat serbaguna untuk melawan api Kelas A, B & C, serta cocok
untuk mengatasi resiko tinggi. Selain berguna dalam mengatasi
9

bahaya listrik, cairan mudah terbakar dan gas, bubuk juga efektif
untuk kebakaran kendaraan.

Gambar APAR jenis dry chemical powder


c. APAR jenis busa (foam)
Alat Pemadam Api Ringan berbahan busa, cocok untuk
melawan api Kelas A & B. Alat pemadam berbahan busa memiliki
kemampuan untuk mengurangi resiko menyalanya kembali api
setelah pemadaman. Setelah api dipadamkan, busa secara efektif
menghilangkan uap bersamaan dengan pendinginan api.
Alat pemadam api berbahan busa menyediakan kemampuan
yang cepat dan kuat dalam mengatasi api kelas’A’ dan ‘B’. Sangat
efektif terhadap bensin dan cairan yang mudah menguap,
membentuk “segel” api diatas permukaan dan mencegah
pengapian ulang. Ideal untuk penggunaan multi-risiko.
10

Gambar apar jenis foam


d. APAR jenis CO2 (carbon dioxide)
Alat pemadam api berbahan CO2 sangat cocok untuk peralatan
ber-listrik dan api Kelas B. Kemudian kemampuan tingginya yang
tidak merusak serta efektif dan bersih yang sangat dikenal luas.
CO2 memiliki sifat non-konduktif dan anti statis. Karena gas ini
tidak berbahaya untuk peralatan dan bahan yang halus, sangat ideal
untuk lingkungan kantor yang modern, dimana minyak, solvent
dan lilin sering digunakan.
Kinerja yang tidak merusak dan sangat efektif serta bersih
sangatlah penting. Kedua model memiliki corong yang tidak ber-
penghantar dan anti statis, cocok untuk situasi yang melibatkan
cairan yang mudah terbakar dan bahaya listrik.
Gas (yang dihasilkan) tidak (bersifat) merusak peralatan dan
bahan yang halus. Ideal untuk lingkungan kantor modern, dengan
semua risiko elektronik-nya, dan dimana minyak, bahan pelarut
dan lilin sering digunakan.
11

Gambar APAR Jenis CO


e. APAR jenis Clean Agent (thermatic hallotron)
Efektif untuk jenis api kelas A (Kayu, Kertas, Kain, Karet,
Plastik, dll.) dan C (Komputer, Panel Listrik, Genset, Gardu
Listrik, dll.)
Alat Pemadam Api Otomatis yang berisi Clean Agent
Halotron™ I. Alat pemadam Api Ringan (APAR) Otomatis ini
menggunakan gas pendorong Argon, dan alat pengukur tekanan
dipasang di Alat pemadam Api Ringan (APAR) Otomatis.
Kapasitas unit 2kg dan 5kg difungsikan otomatis oleh sensitifitas
panas dengan kepala sprinkler dan lengkap dengan tekanan. Alat
pemadam Api Ringan (APAR) Otomatis ini memerlukan
pemeliharaan minimum 1 tahun dan Thermatic Halotron™ I ini
juga bergaransi 1 tahun. Menjadi agent/media isi yang paling
bersih, tidak meninggalkan residu setelah digunakan. Aman jika
terhirup manusia dan juga ramah lingkungan. Thermatic
Halotron™ I ini desain sebagai pengganti gas Halon dan tidak
mengandung CFC
Cara Kerja Thermatic Halotron™ I integrasi fire alarm adalah
sebagai berikut :
12

Keberadaan asap dalam ruangan dideteksi smoke detector yang


mengcover kebakaran ruangan yang diproteksi, sehingga alarm
bell berbunyi. Apabila ada kebakaran dan belum sempat
dipadamkan dan suhu ruangan mencapai panas 68OC, bulb
sprinkler otomatis pecah dan gas Halotron™ I menyemprot
otomatis sehingga api dalam sekejap akan segera padam.
3.2 Bagian-bagian APAR

a. Tabung (tube)

berfungsi untuk

b. Valve

berfungsi untuk menutup dan membuka aliran media


(Isi) yang berada di dalam tabung.

c. Handle
13

berfungsi sebagai pegangan untuk menekan serta


membantu valve dalam melakukan fungsinya.

d. Pressure

berfungsi untuk menunjukkan tekanan N2 dalam


tabung.

e. Hose

Berfungsi sebagai selang penghantar media.

f. Nozzle
berfungsi sebagai pegangan untuk
mengarahkan media pada sumber api.

g. Sabuk tabung
Merupakan bagian dari APAR yang berfungsi sebagai dudukan pada
selang tabung
h. Pin pengaman
Berfungsi sebagai pengaman tabung.
i. Bracket/hanger
Berfungsi sebagai gantungan APAR
3.3 cara penggunaan APAR
14

a. Pastikan APAR berisi dan dapat digunakan (lihat indikator).


b. Tarik Pin atau Pengunci APAR.
c. Sebelum masuk ke lokasi kebakaran, tes terlebih dahulu dengan
menekan sedikit pompanya.
d. Berdirilah sesuai arah mata angin untuk menghindari panasnya api.
e. Pegang selang APAR, jangan nozlenya, tekan tuas, sapukan ke api kiri
dan kanan secara berulang hingga api mati.

3.4 Cara pemasangan APAR


a. Mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai, dan diambil serta
dilengkapi tanda pemasangan
b. Tinggi tanda pemasangan 125 cm dari dasar lantai
c. Jarak maksimal antar APAR 15 meter.
d. Pemasangan antar APAR adalah 15 m. Sehingga radius perlindungan
untuk satu APAR adalah : π x r2 = 3.14 x 7.52 m = 176.625 m2
e. Jumlah APAR = luas bangunan/ luas perlindungan APAR
f. Tabung sebaiknya berwarna merah
g. Tabung tidak berlubang – lubang atau cacat karat
h. Ditempatkan menggantung dengan kuat atau diletakkan apada peti
yang tidak dikunci
15

i. Pemasangan APAR harus sedemkian rupa hingga batas max atas


APAR terletak pada ketinggian 1,2 m kecuali karbon dioksida dan
tetpung kering dapat lebih rendah (min 15 cm dr permukaan lantai)
j. Suhu ruangan pemasangan APAR dibawah 49’C dan diatas – 44’
k. APAR pada tempat terbuka harus dilindungi dengan tutup pengaman.
3.5 Cara perawatan APAR
a. Dilakukan pengecekan berkala per-6 bulan.
b. Untuk menghindari pembekuan media pada tabung pemadam api,
harap dilakukan 1 kali pembolak-balikan tabung per-bulan.
c. Dilakukan pengecekan tekanan dalam tabung dengan mengecek
pressure/indikator yang berada pada tabung pemadam api.
d. Dilakukan pengecekan selang pada tabung pemadam api.
e. Dilakukan pembersihan tabung untuk menghindari karat dan korosi.

4. Prinsip Pemadaman Api


Prinsip pemadam api adalah merusak keseimbangan campuran antara
faktor / unsur penunjang terjadinya api. Pemadaman dapat dilakukan dengan :
a. cara pendinginan (cooling)
Salah satu cara dengan menurunkan temperatur bahan bakar sampai
tidak menimbulkan uap / gas kebakaran. Air adalah salah satu bahan
pemadam yang baik dalam menyerap panas. Pendinginan biasanya tidak
efektif pada produk gas dan cairan mudah terbakar yang memiliki flash
poin dibawah suhu air. Oleh karena itu media air tidak dianjurkan.
Membasahi bahan – bahan yg mudah terbakar merupakan cara
efektifdalam mencegah terjadinya kebakaran pada bahan yg belum
terbakar. Akan memerlukan waktu cukup lama untuk bisa terbakar karena
air harus diuapkan terlebih dahulu.
b. Cara reduksi oksigen (smothering)
Dengan membatasi oksigen dalam proses kebakaran, api dapat padam.
Proses ini biasanya dengan menutup sumber api dengan karug goni basah
16

(pemadaman tradisional) ataupun dengan penyemprotan karbon dioksida


yg dapat mengurangi oksigen dalam kebakaran tersebut.
c. Pemindahan bahan bakar (starvation)
Ini cukup efektif tapi dalam prakteknya mungkin sulit. Sebagai
contoh, pemindahan bahan bakar yaitu dengan menutup / membuka
kerangan, memompa minyak ke tempat lain, memindahkan bahan yg
mudah terbakar dll. Cara lain dengan menyiram bahan bakar yang
terbakar dengan air atau membuat busa yg dapat menghentikan /
memisahkan minyak dengan pembakaran.
d. Pemutusan rantai reaksi (break chain reaction)
Pertama kali, para ahli menemukan bahwa reaki rantai bisa
menghasilkan nyala api. Pada beberapa zat kimia mempunyai sifat
memecah sehingga terjadi reaksi rantai oleh atom – atom yang
dibutuhkan oleh nyala api untuk tetap terbakar. Dengan tidak terjadinya
reaksi atom – atom ini, maka nyala api lama kelamaan padam.
e. Melemahkan (dillution)
Cara ini sama halnya dengan smothering, hanya saja pada cara ini
seperti mengurangi konsentrasi dari setiap unsur pembentuk api (Heat,
fuel, oxygen) dengan memadukan keempat teori diatas.
17

BAB III
HASIL

3.1 Pelaksanaan Inspeksi


Kelompok Inspeksi : Kelompok 4 Kelas B K3 2017
Hari, tanggal : Rabu, 25 September 2019
Pukul : 09.30 - Selesai
Lokasi : Lantai 4 Gedung Pendidikan Dokter FK UNS

3.2 Hasil Temuan


Pada Lantai 4 Gedung Pendidikan Dokter FK UNS terdapat 3 buah APAR
yang tersebar, di antaranya :
1. Satu buah APAR jenis Dry Chemical (Powder) di bagian selatan.
2. Satu buah APAR jenis Dry Chemical (Powder) di bagian utara.
3. Satu buah APAR jenis gas CO2 di ruang CBT.
Hasil temuan inspeksi oleh Kelompok 4 Kelas B K3 2017 di lapangan,
ditemukan bahwa APAR jenis gas CO2 di ruang CBT tidak dilakukan
pemeriksaan secara rutin terhitung sejak November 2011. Sedangkan untuk
APAR jenis Dry Chemical (Powder) di bagian utara dan selatan rutin
dilakukan pemeriksaan. Ketiga APAR tersebut tidak memiliki indikator. Dan
untuk untuk apar di sebelah bagian utara dan bagian ruang CBT tidak ada
simbol/ tulisan penunjuk APAR.

3.3 Hasil Inspeksi


1. APAR jenis Dry Chemical (Powder) di bagian selatan
Jenis (Type) (Dry Chemical)
Capacity 9 Kg
Location Lt.4 Ged.PD (Selatan)
18

Nomor 401474
(No.Body)
Area √
Responsible
Pegangan GOOD √

(Handchip) DEMAGE
Selang GOOD
(Hose) DEMAGE √
Tabung GOOD √
(Cylinder) DEMAGE
Segel GOOD √
(Seal) DEMAGE
Indikator GOOD -
(Gauge) DEMAGE -
Keterangan 1. Tidak terdapat jarum indikatror APAR.
2. Terdapat tambalan pada selang.
3. Terdapat tanda pemasangan APAR
4. Tidak terdapat checklist inspeksi (kartu
gantung), hanya terdapat label yang
menginformasikan tanggal pemeriksaan terakhir
dan tanggal rencana pengisian ulang APAR.

2. APAR jenis Dry Chemical (Powder) di bagian utara


Jenis (Type) (Dry Chemical)
Capacity 6,7 Kg
Location Lt.4 Ged.PD (Utara)
Nomor 1711
(No.Body)
Area √
Responsible
19

Pegangan GOOD

(Handchip) DEMAGE √
Selang GOOD √
(Hose) DEMAGE
Tabung GOOD √
(Cylinder) DEMAGE
Segel GOOD √
(Seal) DEMAGE
Indikator GOOD -
(Gauge) DEMAGE -
Keterangan 1. Tidak terdapat jarum indikator APAR.
2. Tidak terdapat tanda pemasangan APAR
3. Tidak terdapat checklist inspeksi (kartu
gantung), hanya terdapat label yang
menginformasikan tanggal pemeriksaan terakhir
dan tanggal rencana pengisian ulang APAR.

3. APAR jenis gas CO2 di ruang CBT

Jenis (Type) Gas CO2


Capacity 6,8 Kg
Location Ruang CBT
Nomor -
(No.Body)
Area √
Responsible
Pegangan GOOD √

(Handchip) DEMAGE
Selang GOOD √
20

(Hose) DEMAGE
Tabung GOOD √
(Cylinder) DEMAGE
Segel GOOD √
(Seal) DEMAGE
Indikator GOOD -
(Gauge) DEMAGE -
Keterangan 1. Tidak terdapat jarum indikator APAR.
2. Tidak terdapat No. Body
3. Tidak terdapat tanda pemasangan APAR
4. Sudah tidak dilakukan pengecekan berkala sejak
2011
21

3.4 DENAH LOKASI


22

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kondisi APAR lantai 4 Gedung Pendidikan Doter FK UNS
Alat Pemadam Api Ringan yang berada pada lantai 4 Gedung Pendidikan
Dokter FK UNS berjumlah tiga yang terdiri dari jenis dry chemical dan Gas CO 2.
APAR dengan jenis dry chemical terletak pada bagian selatan dan utara lantai 4
Gedung Pendidikan Dokter FK UNS, Sedangkan gas CO2 terdapat pada ruang CBT.
Apar jenis dry chemical powder bagian selatan kondisinya lebih baik daripada APAR
jenis dry chemical powder di sebelah utara. Di bagian selatan, APAR dilangkapi
dengan petunjuk penggunaan dan segitiga APAR sedangkan di bagian utara tidak
memilikinya, serta kondisi tuas pada APAR bagian selatan lebih baik, karena pada
APAR di bagian utara tuasnya sudah kendur. Namun, Selang APAR bagian Utara
lebih baik, karena APAR bagian selatan selang ditambal menggunakan lakban.
APAR bagian selatan dilapisi dengan cat berwarna merah dan memiliki berat 8,6 Kg,
sedangkan bagian utara memiliki berat 6,7kg dengan warna yang sama. Kedua APAR
sama-sama diperiksa rutin oleh CV. Kencana Teknik setiap setahun sekali.

Selain kedua APAR diatas, lantai 4 Gedung Pendidikan Dokter FK UNS


memiliki APAR dengan jenis gas CO2 yang berada pada ruang CBT. APAR ini
memiliki berat 6,8 Kg dengan warna cat hitam. APAR ini tidak layak untuk
digunakan lagi karena masa berlaku APAR sudag berakhir sejak 28 November 2012.
Pengecekan APAR terakhir kali dilakukan pada 28 November 2017 oleh CV. Cipta
Perdana. Ketiga APAR di lantai 4 Gedung Pendidikan Dokter FK UNS berada pada
posisi yang mudah dijangkau, terlihat dan mudah diambil.

4.2 Hasil Inspeksi APAR di lantai 4 Gedung Pendidikan Dokter FK UNS


Peganga
Area Selang Tabung Segel Indikator Keterangan
n
No Kapas No. Resp
Jenis Da Da Da Da Da
. itas Body onsi Go Go Go Go Go
ma ma ma ma ma
bel od od od od od
ge ge ge ge ge
Dry 4014 Tidak ada
1. 10 L √ √ √ √
Chemical 74 Indikator,
23

(Selatan) terdapat
tambalan
pada selang
Tidak ada
Dry Indikator,
1.7.1
2. Chemical √ √ √ √ Tidak ada
1
(Utara) petunjuk
APAR
Tidak ada
Indikator,
CO2 √ √ √ √ Sudah tidak
dilakukan
pengecekan.

Berdasarkan Tabel Inspeksi APAR diatas, dapat dinyatakan bahwa:

1. APAR di lantai 4 Gedung Pendidikan Dokter FK UNS berjumlah 3 buah


dengan rincian 2 APAR merupakan jenis Dry Chemical Powder, serta 1
APAR jenis CO2
2. APAR di lantai 4 Gedung Pendidikan Dokter FK UNS memiliki berat yang
berbeda-beda
3. Nomor body APAR di lantai 4 Gedung Pendidikan Dokter FK UNS adalah
401474
Dan 1.7.11. Namun APAR jenis CO2 tidak memiliki nomor body.
4. Area Responsible yang terdapat pada APAR bagian selatan adalah jarum
sudah tidak ada dan selang APAR ditambal dengan lakban, Tidak ada
petunjuk APAR pada APAR bagian selatan serta APAR CO2 tidak lagi
dilakukan pengecekan. Selain itu, semua APAR di lantai 4 Gedung
Pendidikan Dokter FK UNS tidak memiliki indicator laporan pemeriksaan.
5. Pegangan, Tabung, dan Segel pada APAR bagian selatan memiliki kondisi
yang baik namun selangnya ditambal dengan lakban
6. Selang, Tabung dan Segel pada APAR bagian selatan memiliki kondisi yang
baik namun pegangannya sudah kendur.
24

7. Pegangan, Selang, Tabung, dan Segel pada APAR di ruang CBT berada pada
kondisi yang baik.
8. Semua APAR di lantai 4 Gedung Pendidikan Dokter FK UNS tidak
memiliki indikator laporan pemeriksaan.
25

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya, yaitu adanya
cahaya dan panas dari suatu bahan yang sedang terbakar. Untuk dapat
berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya tiga unsur pokok, yaitu adanya
unsur bahan yang dapat terbakar (fuel), oksigen (O2) yang cukup dari udara dan bahan
oksidator panas.
Alat pemadam api ringan (APAR) adalah suatu alat yang dikemas dalam
tabung untuk memadamkan api awal dengan kata lain APAR hanya dapat
memadamkan api yang masih kecil. Ada 4 jenis APAR yaitu jenis air (fire water
extinguisher), jenis tepung kimia (Dry chemical powder), jenis busa (foam), jenis
CO2 (carbon dioxide), dan jenis Clean Agent (thermatic hallotron).
Dari checklist Tabel Inspeksi yang dilakukan di Lantai 4 Gedung Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dapat ditemukan bahwa ada 2
jenis APAR yang digunakan yaitu APAR jenis Powder bagian utara juga selatan
Gedung dan APAR jenis CO2 di Ruang CBT. Apar jenis dry chemical powder bagian
selatan kondisinya lebih baik daripada APAR jenis dry chemical powder di sebelah
utara. Di bagian selatan, APAR bagian selatan dilapisi dengan cat berwarna merah
dan memiliki berat 8,6 Kg, sedangkan bagian utara memiliki berat 6,7kg dengan
warna yang sama. Kedua APAR sama-sama diperiksa rutin oleh CV. Kencana Teknik
setiap setahun sekali. APAR jenis CO2 memiliki berat 6,8 Kg dengan warna cat
hitam. APAR ini tidak layak untuk digunakan lagi karena masa berlaku APAR sudag
berakhir sejak 28 November 2012. Pengecekan APAR terakhir kali dilakukan pada
28 November 2017 oleh CV. Cipta Perdana. Ketiga APAR di lantai 4 Gedung
Pendidikan Dokter FK UNS berada pada posisi yang mudah dijangkau, terlihat dan
mudah diambil.
26

B. SARAN
Perbaikan APAR perlu dilakukan lagi, melihat dari kondisi APAR jenis
Chemical Powder dibagian utara dan selatan Gedung Pendidikan Dokter FK UNS
yang sudah dalam keadaan tidak baik bahkan sudah rusak. Pembaruan juga perlu
dilakukan mengingat APAR Jenis CO2 yang sudah dalam keadaan tidak layak pakai
dan sudah kadaluwarsa.
27

DAFTAR PUSTAKA

PERMENAKER RI NO 4 tahun 1980


https://www.academia.edu/8451857/laporan_praktikum_apar diakses pada tanggal 6
Oktober 2019
28

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai