Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hiperemesis gravidarum merupakan ibu hamil yang mengalami mual

muntah yang berlebih, dapat menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari

sehingga membahayakan kesehatan bagi janin dan ibu, bahkan dapat

menyebabkan kematian. Selain itu, mual muntah juga berdampak negative bagi

ibu hamil, seperti aktivitas sehari-hari menjadi terganggu. Biasanya mual

muntah sering terjadi saat pagi hari, bahkan dapat timbul kapan saja maupun

terjadi kadang dimalam hari. Gejala tersebut 40-60% biasa terjadi pada

multigravida (Rocmawati, 2011).

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah suatu yang wajar

pada ibu hamil trimester 1. Kondisi ini akan berubah jika mual muntah terjadi

>10 kali dalam sehari, sehingga dapat mengganggu keseimbangan gizi, cairan

elektrolit, dan dapat memengaruhi keadaan umum serta menganggu kehidupan

sehari-hari (Morgan, 2009).

Word Health Organizatition (WHO) (2013) menyatakan bahwa perempuan

meninggal selama mengandung atau melahirkan sebanyak 585.000 orang.

Sedangkan kematian ibu hamil akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi

dinegara-negara berkembang sebanyak 99%. Rasio kematian kematian ibu

dinegara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu per

1
100 ribu kelahiran bayi yang hidup jika dibandingkan dengan dengan rasio

kematian ibu di 9 negara dan 51 negara persemakmuran (Depkes, 2014).

Komplikasi tersebut mengakibatkan lebih dari setengah juta ibu yang

mengalami kematian di setiap tahunnya, dari jumlah tersebut terjadi di Asia dan

Afrika subsahara diperkirakan mencapai 90%, kemudian terjadi pada negara

berkembang lainnya mencapai 10%, dan di Negara maju mencapai kurang dari

10% (Prawirohardjo, 2009). Masalah terbesar yang terjadi di negara

berkembang seperti Indonesia adalah angka kematian dan kesakitan pada

perempuan hamil. Diperkirakan 15 % kehamilan dapat mengalami resiko tinggi

dan komplikasi obstretic apabila tidak segera ditangani maka dapat

membahayakan janin maupun ibunya. Menurut survey demografi kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2010, angka kematian ibu di Indonesia tergolong masih

tinggi yaitu mencapai 100/100.00 kelahiran hidup. Pada tahun 2013 target yang

akan dicapai adalah 102 per tahun untuk mewujudkan hal tersebut Departemen

kesehatan (Depkes) mengembang program Making Pregnancy Safer (MPS)

dengan program Perencanaan, Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

(Depkes, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Definisi Hiperemesis Gravidarum ?

1.2.2 Bagaimana Etiologi Hiperemesis Gravidarum ?

1.2.3 Bagaimana Patofisilogis Hiperemesis gravidarum ?

1.2.4 Bagaiamana Manifestasi Klinis dari Hiperemesis gravidarum ?

2
1.2.5 Bagaimana Penatalaksanaan dari Hiperemesis gravidarum ?

1.2.6 Apa saja Pemeriksaan Diagnostik Hiperemesis Gravidarum ?

1.2.7 Bagaimana Asuhan Keperawatan Home menegenai Hiperemesis

Gravidarum ?

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita

hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya

menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,

tetapi dapat timbul setiap saat dan bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang

lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama

kurang lebih 10 minggu. Kondisi tersebut terjadi selama kehamilan yang

terjadi pada1 %-2% dari semua kehamilan atau 1-20 pasien per 1000

kehamilan.

Hiperemesis gravidarum menyebabkan tidak seimbangnya cairan,

elektrolit, asam-basa, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan yang cukup

berat. Pada hiperemesis gravidarum dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat

kelaparan, alkalosis akibat hilangnya asam hidroklorida pada saat muntah,

hipokalemia dna ketonuria, sehingga mengharuskan pasien masuk dirawat di

rumah sakit.

4
2.2 Etiologi

Hingga saat ini penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara

pasti dan multifaktorial. Walaupun beberapa mekanisme yang diajukan bisa

memberikan penjelasan yang layak, namun bukti yang mendukung untuk

setiap penyebab hiperemesis gravidarum masih belum jelas. Beberapa teori

telah diajukan untuk menjelaskan penyebab hiperemesis gravidarum. Teori

yang dikemukakan untuk menjelaskan patogenesis hiperemesis gravidarum,

yaitu faktor endokrin dan faktor non endokrin. Yang terkait dengan faktor

endokrin antara lain Human Chorionic Gonodotrophin, estrogen, progesteron,

Thyroid Stimulating Hormone, Adrenocorticotropine Hormone, human

Growth Hormone, prolactin dan leptin. Sedangkan yang terkait dengan faktor

non endokrin antara lain immunologi, disfungsi gastrointestinal, infeksi

Helicobacter Pylori, kelainan enzym metabolik, defisiensi nutrisi, anatomi dan

psikologis. Adapun Faktor Predisposisi menurut Rustan Mucthar (1998)

diantaranya :

1. Faktor Organik

Faktor karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan

perubahan metabolik akibat kehamilan serta resistensi yang menurun dari

pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi, yaitu

merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.

5
2. Faktor Psikologik.

Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah

tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan

persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan

konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi

tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian

kesukaran hidup.

2.3 Patofisiologi

Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa

terjadi pada trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan

dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan

lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena okisidasi lemak yang

tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik,

asam hidroksida butirik, dan aseton dalam darah.

Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan

plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi

menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan

berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke

jaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Di

samping dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi

6
robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung ( sindroma mollary-

weiss ), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.

2.4 Manifestasi Klinis

1. Tanda dan Gejala

Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut

Hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan. Ada yang mengatakan bila

lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila keadaan umum ibu

terpengaruh dianggap sebagai Hiperemesis gravidarum. Menurut berat

ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

a. Tingkatan I (ringan)

 Mual muntah terus-menerus  Nadi meningkat sekitar 100

yang mempengaruhi per menit

keadaan umum penderita  Tekanan darah menurun

 Ibu merasa lemah  Turgor kulit berkurang

 Nafsu makan tidak ada  Lidah mongering

 Berat badan menurun  Mata cekung

 Merasa nyeri pada

epigastrium

7
b. Tingkatan II (Sedang)

 Penderita tampak lebih lemah  Mata mulai ikterik

dan apatis  Berat badan turun dan mata cekung

 Turgor kulit mulai jelek  Tensi turun, hemokonsentrasi,

 Lidah mengering dan tampak oliguri dan konstipasi

kotor  Aseton tercium dari hawa

 Nadi kecil dan cepat pernafasan dan terjadi asetonuria

 Suhu badan naik (dehidrasi)

c. Tingkatan III (Berat)

 Keadaan umum lebih parah  Terjadi komplikasi fatal pada

(kesadaran menurun dari susunan saraf yang dikenal

somnolen sampai koma) dengan enselopati wernicke

 Dehidrasi hebat dengan gejala nistagmus,

 Nadi kecil, cepat dan halus diplopia dan penurunan mental

 Suhu badan meningkat dan  Timbul ikterus yang

tensi turun menunjukkan adanya payah hati

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi

janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin,

melokalisasi plasenta.

2. Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.

3. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.

8
a. Komplikasi

 Dehidrasi berat  Kelaparan

 Ikterik  Gangguan emosional yang

 Takikardia berhubungan dengan kehamilan

 Suhu meningkat dan hubungan keluarga

 Alkalosis  Menarik diri dan depresi

2.5 Penatalaksanaan

1. Pencegahan

 Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan

dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan

sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa

mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik

pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,

mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam

jumlah kecil tetapi lebih sering.

 Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi

dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.

 Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.

 Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau

sangat dingin.

9
2. Obat-obatan

Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang

dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan

antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti

histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin

a. Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan

peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama 24

-28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan

berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

b. Terapi psikologik

Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,

hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta

menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar

belakang penyakit ini.

c. Cairan parenteral

Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein

dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per

hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin

B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan

pula asam amino secara intra vena.

10
d. Penghentian kehamilan

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.

Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan

memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan

perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan

demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.

Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh

karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain

pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ

vital.

e. Diet

1. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan

hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan

bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang

dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya

diberikan selama beberapa hari.

2. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.

Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi.

Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah

dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.

3. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis

ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan

11
bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali

Kalsium.

12

Anda mungkin juga menyukai