Anda di halaman 1dari 92

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY R.

G3P0A2 DENGAN
PASIEN POST OP SECTIO CESARIA DENGAN INDIKASI
MAKROSOMI (BAYI BESAR)
DI RUANG DAHLIA RSUD SOREANG KABUPATEN
BANDUNG
LAPORAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Maternitas I dan II

Oleh :

ENDANG MUSTOFA

G1A 160029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BALE BANDUNG

2016-2017
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY R. G3P0A2 DENGAN


PASIEN POST OP SECTIO CESARIA DENGAN INDIKASI
MAKROSOMI (BAYI BESAR)
DI RUANG DAHLIA RSUD SOREANG KABUPATEN
BANDUNG

ENDANG MUSTOFA
G1A 160029

Laporan Praktek Rumah Sakit ini telah disetujui oleh

Pembimbing Lapangan dan Pembimbing Akademik

Bandung,……………………..2019

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

Lidya Maryani, S.Kep., Ners., M.M Hanidah Amd.,Keb

Menyetujui :

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Bale Bandung

Try Nugroho Wismadi, S.Kp., MPH


LEMBAR PENILAIAN TUGAS

LAPORAN INI TELAH DIPERIKSA

di Bandung tanggal : ………………………….

dengan Nilai Angka : ………………………….

Dosen Mata Kuliah,

Lidya Maryani, S.Kep., Ners., M.M

3
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah S.W.T,


karena berkahNya dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny R. G3P0A2
dengan pasien post op sectio cesaria dengan indikasi makrosomi (bayi besar)
di ruang dahlia RSUD SOREANG Kabupaten Bandung” dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas wajib untuk mata
kuliah Maternitas I dan II di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Bale Bandung.
Penyusun menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, oleh karena itu segala kritik dan saran membangun dari para pembaca sangat
diharapkan oleh penyusun untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandung, 26 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 1
LAPORAN PENDAHULUAN MAAKROSOMIA (BAYI BESAR) ........................ 1
A. PENGERTIAN .................................................................................................. 1
B. ETIOLOGI ........................................................................................................ 1
C. FATOFISIOLOGI ............................................................................................ 2
D. TANDA DAN GEJALA.................................................................................... 3
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK .................................................................... 3
F. KOMPLIKASI .................................................................................................. 3
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG ..................................................................... 6
H. PENATALAKSANAAN MEDIS ..................................................................... 6
I. RENCANA SUHAN KEPERAWATAN TEORI PRE-OP ........................... 7
LAPORAN PENDAHULIUAN SC (SECTIO CESARIA) ..................................... 15
A. PENGERTIAN ................................................................................................ 15
B. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REFRODUKSI WANITA ................... 15
C. JENIS-JENIS................................................................................................... 20
D. ETIOLOGI ...................................................................................................... 21
E. PATOFISIOLOGI .......................................................................................... 23
F. TEKHNIK PENATALAKSANAAN ............................................................. 26
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG ................................................................... 29
H. KOMPLIKASI ................................................................................................ 30
I. PENATALAKSANAAN ................................................................................. 30
J. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI POST-OP ......................................... 34
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 41
BAB II .............................................................................................................................. 42
TINJAUAN KASUS........................................................................................................ 42

ii
iii

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY R. G3P0A2 DENGAN PASIEN POST OP


SECTIO CESARIA DENGAN INDIKASIMA KROSOMI (BAYI BESAR)DI
RUANG DAHLIA RSUD SOREANG KABUPATEN BANDUNG ........................... 42
A. PENGKAJIAN ................................................................................................ 42
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN .................................................................... 59
C. RENCANA KEPERAWATAN ...................................................................... 60
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN .......................................................... 69
E. EVALUASI KEPERAWATAN ..................................................................... 78
F. DISCHAGGE PLANING ............................................................................... 84
BAB III............................................................................................................................. 85
PENUTUP........................................................................................................................ 85
A. KESIMPULAN ................................................................................................... 85
B. SARAN ................................................................................................................. 85

iii
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN MAAKROSOMIA (BAYI BESAR)


A. PENGERTIAN
Bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4.000 gram.

Makrosomia adalah salah satu komplikasi pada kehamilan yang


berdampak buruk pada persalinan dan pada saat bayi lahir apabila komplikasi
tersebut tidak dideteksi secara dini dan segera ditangani. Bayi besar
(makrosomia) adalah bayai yange begitu lahir memiliki bobot yang lebih dari
4.000 gram. Padahal pada normalnya, berat bayi baru lahir adalah sekitar
2.500-4.000 gram. Berat neonatus pada umunya kurang dari 4.000 dan jarang
melebihi 5.000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4.000 gram adalah
5,3% dan yang lebih dari 4.500 gram adalah 0.4%.

B. ETIOLOGI
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi
besar/ baby giant.

Faktor-faktor diantaranya :

1. Ibu penderita diabetes (bayi beesiko untuk terjadi hipoglikemia) dan Ibu
yang menderita Diabetes Miletus (DM) sebelum dan selama kehamilan.
Kadar gula darah ibu hamil penderita Diabetes Miletus tergolong tinggi.
Kondisi inilah yang memberi peluang janin untuek tumbuh melebihi
ukuran rata-rata. Jika fungsi plasenta dan tali pusat baik, maka sicalon bayi
dapat tumbuh makin subur.
2. Ibu mempunyai riawayat melahirkan bayi besar

1
3. Ibu yang melahirkan bayi pertamanya baby giant berpeluang besar
melahirkan anak keduanya dengan kondisi yang sama pada kehamilan
berikutnya.

4. Ibu dengan predisposisi genetik untuk bayi dengan berat badan berlebihan
5. Obesitas dan overweight yang dialami ayah-ibu dapat menurun pada bayi.
6. Pengaruh kecukupan gizi
7. Porsi makan yang dikonsumsi hamil akan berpengaruh terhadap bobt
janin. Asupan gizi yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan
berat diatas rata-rata pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan
juga mempengaruhi kelahiran bayi besar.
8. Bukan kehamilan pertama
9. Ada kecenderungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih
besar dari pada pertama.
10. Multipara
11. Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu
yang menderita diabetes selama kehamilan. Sering memiliki kecemasan
mereka cenderung besar dan montok akibat bertambahnya lemak tubuh
dan membesar organ dalam, mukanya sembab dan kemerahan n
(plethonic) seperti bayi yang sedang mendapat kortikostiroid. Bayi dari ibu
yang menderita diabetes memperlihatkan insiden syndrom kegawatan
pernafasan yang lebih besar dari pada bayi ibu yang normal pada umur
kehamilan yang sama. Insiden yang lebih besar mungkin terkait dengan
pengaruh anatagonis antara koristol dan insulin pada sintesis surfakton.

C. FATOFISIOLOGI
Patofisiologi makrosomia berkaitan dengan kondisi ibu atau janin terkait yang
bertanggung jawab atas perkembananya. Secara umum, tidak terkontrol
diabetes,obesitas ibu, dan berat badan yang berlebihan ibu semua yang
berhubungan dengan makrosomia dan memiliki periode intermiten hiperglikemia
yang sama. Hiperglikemia pada hasil janin dalam stimulasi insulin, faktor
pertumbuhan insulin, hormon pertumbuhan dan faktor pertumbuhan lainya, yang

2
dapat merangsang pertumbuhan janin dan timbunan lemak dan glikogen. Usia
lanjut hasil kehamilandalam berat lahir yang lebih besar pada persalinan dan
memungkinkan proses untuk melanjutkan pertumbuhan dalam rahim.
Makrosomia mungkin terkait dengan trauma kelahiran untuk neonatus dan
laserasi jalan lahir, misalnya, perineum,vagina, leher rahim dan kelahiran, atau
bedah cesarea untuk ibu. Namun, makrosomia pada neonatus dari ibu diabetes
dapat menunjukan kontrol glukosa yang buruk. Bayi ini berbeda padsa
peningkatan resiko kematian intrauterin sehingga membutuhkan pemantauan ketat
dan pengujian janin antepartum.

D. TANDA DAN GEJALA


 Berat badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir
 Wajah menggembung, pletoris (wajah tomat)
 Besar untuk usia gestasi
 Riwayat intrauterus dari ibu diabetes dan polihidramnion

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
i. Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisa gas darah
ii. Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht)
F. KOMPLIKASI
Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari efek ibu.
Yang walaupunn dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin, maka sering
disarankan persalinan yang lebih dini sebelum aterm. Situasi ini biasanya dinilai
pada sekitar kehamilan 38 minggu. Penilaian yang seksama terhadap pelvis ibu.
Tingkat penurunan kepala janin dan diatas serviks. Bersama dengan pertimbangan
terhadap riwayat kebidanan sebelumnya. Seringkali akan menunjukan apakah
induksi persalinan kemungkinan dan menimbulkan persalinan pervaginam.
(Bobak, dkk 2005). Jika tidak maka persalinan akan dilakukan secara sectio
cesaria yang direncanakan. Pada kasus-kasus bordeline dapat dilakukan persalinan
percobaan yang singkat. Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar
dibandingkan panggul ibunya perdarahan intrakranial, distosia bahu, ruptur
uteri,serviks,vagina robekan perineum dan fraktur anggota gerak merupakan

3
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi. Jika terjadi penyulit-penyulit ini dapat
dinyatakan sebagai penatalaksanaat yang salah. Karena hal ini sebenarnya dapat
dihindarkan dengan sectio cesria yang terencana. Walaupun demikian yang perlu
diingat bahwa persalinan dari bayi besar (baby giant) dengan jalan abdominal
bukanya tanpa resiko dan hanya dapat dilakukan oleh dokter bedah kebidanan
yang terampil.

Bayi besar juga kerap menjadi penyulit pada saat persalinan normal, karna
dapat menyebabkan cedera baik pada ibu maupun bayinya.
Kesulitan yang dapat terjadi adalah:
1. Kesulitan pada ibu :
a. Robekan hebat jalan lahir
b. Perdarahan
c. Terjadi peningkatan persalinan dengan sectio cesarea
d. Ibu sereing mengalami gangguan berjalan pasca melahirkan akibat
peregangan maksimal struktur tulang panggul. Keluhan-keluhan tersebut
bisa sembuh dengan mendapat perawatan yang baik.
2. Pada bayi :
a. Terjadinya distosia bahu yaitu kepala bayi telah lahir tetapi bahu
tersangkut dijalan lahir.
b. Asfiksia pada bayi sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan untuk
melahirkan bahu.
c. Brachial palsy (kelimpuhan syaraf dileher) yang ditandai dengan adanya
gangguan motorik pada lengan.
d. Patah tulang selangka (clavicula) yang sengaja dilakukan untuk
melahirkan bahu.
e. Kematian bila bayi tidak dapat dilahirkan.
3. Makrosomia dapat meningkatkan resiko pada bayi mengalami hipoglikemia,
hipokalsemia, hiperviskostas, dan hiperbilirubinemia.
a. Hipoglikemia

4
Hipoglikemi sering terjadi pada bayi dari ibu yang menderita penyakit
DM karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu DM terjadi tranfer glukosa
yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga meningkat pada
janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa
berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient
hiperinsulinisme) sehingga terjadi hipoglikemi.
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat
menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak
dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan syaraf
pusat bahkan sampai kematrian.
b. Hipokalsemia
Bayi menderita hipokalsemia bila kadar kalsium dalam serum kurang
dari 7 mg/dl (dengan/tNP gejala) atau kadar kalsium 10 n kurang dari 3
mg/dl. Kejadianya adalah kira-kira 50% pada bayi dari ibu penderita DM.
Beratnya hipokalsemia berhubungan dengan beratnya diabetes ibu dan
berkurangnya fungsi kelener paranoid kadar kalsium terendah terjadi pada
umur 24-27 jam.
c. Polestemia dan hiperviskositas
Penyebab polestemia kurang jelas tetapi mungkin disebabkan oleh
meningkatnya produksi sel darah merah yang sekunder disebabkan oleh
hipoksia intra uterin kronik pada ibu dengan penyakit vaskuler dan oleh
transfusi plasenta intra uterin akibat hipoksia akut pada persalinan atau
kelahiran. Dengan adanya polistemia akan menyebabkan hiperviskositas
darah dan akan merusak sirkulasi darah. Selain itu peningkatan sel darah
yang akan dihemolisis ini meningkatkan beban hederobin potensial
hiperbilirubinemia. Hiperviskositas mengakibatkan menurunya aliran
darah dan terjadinya hipoksia jaringan serta manifestasi susunan saraf
pusat berupa sakit kepala, dizzienes, vertifo, troke, tinnitus dan gangguan
penglihatan berupa pandangan kabur, skotoma dan diplopia.
d. Hiperbilirubinemia

5
Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dl.
Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit.
Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya
pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai
normal dalam beberapa minggu. Pada bayi baru lahir, ikterus yang terjadi
pada umumnya adalah fisiologis, kecuali 3:
i. Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan
ii. Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13mg/dl atau bayi
kurang bulan > 10 mg/dl
iii. Peningkatan bilirubin >5 mg/dl/24jam
iv. Kadar bilirubin direk >2 mg/dl
v. Ikterus menetap pada usia >2 minggu
vi. Terdapat faktor resiko
Peningkatan kadar bilirubin namun terjadi pada setiap bayi baru lahir,
karena: hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih
banayakl dan berumur lebih pendek. Fungsi hepar yang belum
sempurna.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemanatauan glukosa darah, kimia darah, analisa gas darah
2. Hemoglobin (Hb) Hematorik (Ht)

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang
sedang tumbuh, disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan
predisposisi terhadapmakrosomia (bayi besar) memungkinkan dilakukanya
sejumlah kontrol terhadap pertumbuhan yang berlebihan. Peningkatan resiko bayi
besar jika kehamilan dibiarkan hingga aterm harus diingat dan sectio cesaria
efektif harus dilakukan kapan saja persalinan pervaginam.

1. Pemantauan glukosa darah


(Pada saat datang atau umur 3 jam, kemudian tiap 6 jam sampai 24 jam
atau bila kadar glukosa  45 gr% dua kali berturut-turut.

6
2. Pemantauan elektrolit
3. Pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi
4. Bolus glukosa parenteral sesuai indikasi
5. Hidrokortison 5 mg/kg/hari IM dalam dua dosis bila pemberian glukosa
parenteral tidak efektif

I. RENCANA SUHAN KEPERAWATAN TEORI PRE-OP

DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


- Klien mengatakan nyeri di - Keadaan umum baik
bagian abdomen dan pinggang - Kesadaran compos metis
seperti di tusuk-tusuk - Klien tampak meringis kesakitan
- Klien mengatakan keluar lendir skala 6 dari (0-10)
campur darah di vagina pada - Klien tampak lemes
jam 21:00 dan mules-mules jam - Klien tampak gelisah
sejak jam 20:00 WIB - TTV :
- Klien mengatakan perutnya  TD : 115/79 mmHg
besar sakit ketika ditekan  N : 97x/menit
dibagian abdomen dan tidak  R : 20x/menit
aktivitas terganggu  S : 37, o

- Klien mengatakan tidak bisa - His ( - )


tidur nyenyak ketikan keluar - Bja : 152x/menit
darah dan rasa sakit muncul - Djj : 146x/menit
sampai saat ini - TFU : 35 Cm
- Klien mengatakan ketika nyeri
datang durasi waktu nyeri
sekitar 3-10 menit

7
ANALISA DATA

Data fokus Etiologi Penyebab


DS: - Klien mengatakan Bayi besar dalam janin Cedera
nyeri di bagian abdomen
dan pinggang seperti di
tusuk-tusuk Keluar lendir disertadi
darah
DO: - Klien tampak
meringis kesakitan skala Nyeri hebat
6 dari (0-10)
 TD : 115/79
mmHg
 N : 97x/menit
 R : 20x/menit
 S : 37, o

- His ( - )
- Bja : 152x/menit
- Djj : 146x/menit
- TFU : 35 Cm

DS : - Klien mengatakan Keluar cairan lendir dan Gangguan rasa nyaman


perutnya besar sakit darah nyeri
ketika ditekan dibagian
abdomen dan aktivitas
terganggu Merangsang keperut

8
- DO : Keadaan
umum baik Gangguan rasa nyaman
- Kesadaran compos
metis
- Klien tampak Nyeri
meringis kesakitan
skala 6 dari (0-10)
- Klien tampak
lemes
- TTV :
 TD : 115/79
mmHg
 N : 97x/menit
 R : 20x/menit
 S : 37, o

DS:- Klien mengatakan Nyeri padabagian Ganagguan kebutuhan


tidak bisa tidur nyenyak abdomen istirahat tidur
ketikan keluar darah dan
rasa sakit muncul sampai Keluar lendir dan darah
saat ini
- Klien mengatakan
ketika nyeri Gangguan rasa nyaman
datang durasi
waktu nyeri
sekitar 3-10 menit Nyeri

- DO: - Klien
tampak meringis Gangguan aktivitas dan

9
kesakitan skala 6 tidur
dari (0-10)
- Klien tampak
lemes
- Klien tampak
gelisah

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Cedera berhubungan dengan trauma kelahiran sekunder terhadap makrosomia
2 Gangguan rasa nyaman nyeri b.d cedera ataun trauma kelahiran makrosomi
3 Gangguan istirahat tidur b.d nyeri abdomen

10
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan & kriteria hasil Intervensi


1 Cedera berhubungan dengan Tujuan : - Laporkan gejala-gejala kelainan pada dokter
trauma kelahiran sekunder
dilakukan tindakan keperawatan R: mengidentifikasi tindakan yang dilakukan sesuai anjuran dokter
terhadap makrosomia
selama 1x24 jam klien - Dokumentassikan tujuan pengkajian pada catatan dan perbaiki pada setiap
diharapkan : pergantian shift
- cedera teridentifiukasi R: mengobservasi aoamyang telah dilakukan sebelumnya
danteratasi dengan - Implementasikan dan pertahankan bebaat, popok khusus dll sesuai
kriteria hasil : pesanan
- Bayi tidak mengalami R: Menjaga kebersihan vagina dan area sensitif
cedera yang - Observasi terhadap tanda gejala distres pernafasan
teridentifikasi/tak R: Memantau supaya tidak terjadi komplikasi
tertatasi atau sisa gejala - Kaji perubahan tingkat kesadaran setiap 4 jam
neurologis R: Mmengidentifikasi kesadaran klien

2 Gangguan rasa nyaman nyeri Tujuan : - kaji penyebab gangguan rasa nyaman nyeri
b.d cedera atau trauma Setelah dilakukan tindakan R: sebagai dasar dalam menyusun rencana keperawatan
keperawatan selama 1x24 jam
kelahiran makrosomi - kendalikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan rasa nyeri muncul
klien dapat mempertahankan

11
tingkat kenyamanan nyheri R: bergerak dapat menyebabkan sakit dan nyeri
dalam perawatan dengan - ciptakan lingkungan sepi hindari yang dapat menyebabkan setres
kriteria hasil :
R: mengurangi rasa nyeri ketika stres datang
- Nyeri berkurang
- Klien tampak trenang - ajarkan teknik relaksasi dengan benar
- Klien menerima dan
R: dapat membantu menenagkan klien mengurangi rasa nyeri
percaya diri bahwa
tindakan SC tidak apa- - kolaborasi dengan dokter pemberian obat terapi yang dapat mengurangi
apa
nyeri seperti Antibiotik
- Klien bisa beraktivitas
kembali R: membantu meredakan gejala
3 Gangguan istirahat tidur b.d Tujuan : - identifikasi faktor yang menyebabkan gangguan tidur (Nyeri,takut,
nyeri abdomen Setelah dilakukan tindakan
stres,ansietas, imobilitas,sering berkemih, lingkungan yang
keperawatan selama 1x24 jam
klien diharapkan bisa tidur asing,temprature, aktivitas dan tidak adekuat)
sesuai kebutuhan dengan R: Mencegah yang memperhambat relaksasi
kriteria hasil : - kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan dan gangguan tidur
- Individu akan
melaporkan R: klien agar merasakan segar
keseimbangan yang - batasie pengunjung selama periode istirahat yang optimal
optimal antara istirahat R: Menghindari gangguan tidur akibat banyak pengunjung
dan aktivitas
- Anjurkan klien untuk tidak siang lebih dari 90 menit
R: agar meningkatkan relaksasi
- Pastikan klien tidur tanpa gangguan selama setidaknya 4 atau 5 periode,

12
masing-masing 90 menit, setiap 24 jam
R: memenuhi kebutuhan tidur klien dalam batas normal
- Jelaskan pada klien dan orang terdekat klien mengenai penyebab
gangguan tidur
R: memahami apagejala gangguan tidur

13
DAFTAR PUSTAKA

Alvin Berhman Kliegmen. 1996, ilmu kesehatan anak ”Neslo” edoso 15


volume I. Jakaarta : Ecg
Wiknjosastro. Hanifa. 2005. Ilmu krbidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo

14
LAPORAN PENDAHULIUAN SC (SECTIO CESARIA)

A. PENGERTIAN
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2009)
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan
berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus
yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro, 2006)
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002)

B. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REFRODUKSI WANITA


a. Anatomi Sistem Refroduksi Wanita
Alat reproduksi wanita terbagi menjadi dua bagian :
1) Alat genetalia (Reproduksi) bagian luar :
 Mons veneris
 Bibir besar (labia mayora)
 Bibir kecil (labia Minora)
 Klitoris
 Vestibulum
 Hymen (selaput darah)
2) Alat reproduksi bagian dalam
 Liang senggama (vagina)
 Rahim (Uterus)
 Kedua fallopi
 Kedua indung telur
 Parametrium jaringan ikat penyangga
 Liang senggama (vagina)
 Rahim (Uterus)
 Kedua fallopi

15
 Kedua indung telur
 Parametrium jaringan ikat penyangga
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang alat genetalia
bagian dalam dan luar telah di jabarkan secara singkat adalah sebagai
berikut.

3) Alat genetalia bagian luar


 Mons veneris
Disebut juga gunung fenus merupakan bagian yang menonjol di
bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan
ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga.

 Bibir besar (Labia Mayora)


Merupakan kelanjutan dari mons veneris yang berbebtuk lonjong
kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk parineum,
permukaan terdiri dari :
1. Bagian luar :
Tertutup rambut merupakan kelanjutan rambut pada mons
veneris.
2. Bagian Dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar
sebasea (lemak)
 Bibir kecil (Labia minora)
Merupakan lipatan bagian luar bibir besar tanpa rambut di bagian
atas klitoris dan di bagian bawahnya bertemu membentuk prenulum
klitoris bibir ini mengeliling orivisium vagina.
 Klitoris
1. Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat
erektil
2. Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitif.
3. Analok dengan penis pada laki-laki

16
 Vestibulum
Merupakan alat reproduksi yang yang di batasi oleh kedua bibir
kecil, bagian atas klitoris serta bagian belakang (bawah) pertemuan
kedua bibir kecil.
Para vestibulum terdapat muara.
1) Uretra
2) Dua lubang saluran kelenjar bartholini
3) Dua lubang saluran kelenjar skene
 Kelenjar bartholini
1) Kelenjar yang penting di vulva dan vagina bersifat rapuh dan
mudah robek
2) Hymen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang di
keluarkan uterus dan darah saat mentruasi.
3) Bila hymen tertutup menimbulkan gejala klinis setelah menadapat
menstruasi
4) Setelah persalinan sisanya di sebut karukulis hymenalis
4) Alat genetalia bagian dalam
 Vagina
1) Merupakan saluran muskulo membraneus yang menghubungkan
rahin dengan vulva.
2) Jaringan muskulusnya merupakan kelajutan dari muskulus
spingter ani dan muskulus lefator ani oleh karena itu dapat
dikendalikan.
3) Vagina terletak antara vagina dan rectum
4) Panjang bagian depan sekitar 9 cm dan dinding belakang sekitar
11 cm.
5) Pada dingding vagina terdapat lipatan – lipatan melintang disebut
rugae terutama dan terutama di bagian bawah.
6) Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks bagian dari uterus.
7) Bagian serviks yang menonjol kedalam vagina di sebut portio

17
8) Portio uteri membagi puncak vagina menjadi forniks anterior,
forniks posterior,forniks dekstra dan fornik sinistra.
9) Sel dingding vagina mengandung banyak glikogen yang
menghasilkan asam susu dengan ph 4,5 keasaman vagina
memberikan proteksi. Terhadap infeksi fungsi utama vagina.
a. Saluran untuk mengeluarkan lendir dan darah menstruasi.
b. Alat hubungan seksual
c. Jalan lahir pada waktu persalinan
 Uterus
1) Merupakan jaringan otot yang kuat terletak di velvis minor di
antara kandung kemih dan rectum.
2) Dinding belakang dan dinding depan dan bagian atas tertutup
petitonium sedangkan bagina bawahnya terhubung dengan
kandung kemih.
3) Bentuk uterus seperti bola lampu (buah pir) dan gepeng.
4) Untuk mempertahankan posisinya uterus di sangan beberapa
ligamentum, jaringan ikat, dan para metrium.
5) Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas ukuran
anak-anak 2-3 cm, nulipara 6-8 cm, dan multipara 9 cm.
6) Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan peritoteneum, lapisan otot
dan endometrium.
Uterus ini terapung-apung dalam rongga velvis, dengan jaringan ikat dan
ligament yang menyokongnya sehingga mengfiksasi dengan baik,
ligamentum yang mengfiksasi uterus adalah:
a) Ligamentum kardinale sinistrum et dektrum yakni ligamentum yang
terpenting mencegah uterus tidak turun terdiri atas jaringan ikat tebal
dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kearah lateral dinding
serviks di dalamnya di temukan banyak pembuluh darah antara lain
vena dan anteria urine.
b) Ligamentum sakro sinistrum et dekstrum yakni ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak.

18
c) Ligamnetum potundum sinitrum et dekstum yakni ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak.
d) Ligamentum potundum sinitrum et dekstrum yakni ligamentum yang
menahan uterus dalam ante fleksi dan berjalan dari sudut fundus
uteri kiri dan kanan ke daerah ingunal kiri dan kanan.
e) Ligamentun latum sinstrum et dekstrum yakni ligamentum yang
meliputi tuba berjalan dari uterus kearah sisi tidak banyak
mengandung jaringan ikat.
f) Ligamentum infudibulo-pelvikum yakni ligamentum yang menahan
tuba fallopi berjalan dari arah infudibullum ke dinding pelvis
(wiknjaksono sastro, 2002)
 Tuba fallopi
Tuba fallopi terdiri atas :
1) Pars intersitialis bagian yang terdapat pada dinding uterus
2) Pars ismika merupakan bagian medial tuba yang sempit
seluruhnya
3) Pars ampularis bagian yang terbentuk sebagai saluran agak lebar
tempat konsepsi terjadi.
4) Infudibullum bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen
dan mempunyai fimbria (Wiknjosastro, 2002)
 Ovarium (indung telur)
Ovarium terdapat dua buah kanan dan kiri ke arah uterus tergantung
pada ligamentum infudibullifeltikum latum melalui masofarium.
 Para metrium
Jaringan ikat yang terdapat di antara dua lembar ligamentrum latum di
sebut parametrium yang di batasi oleh :
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi mesosalfing
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovari proprium.

19
C. JENIS-JENIS

1. Sectio cesaria transperitonealis profunda


Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen
bawah uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang
atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
a. Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b. Bahaya peritonitis tidak besar.
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian
hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa
banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat
sembuh lebih sempurna.
2. Sectio cacaria klasik atau section cecaria korporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri,
pembedahan ini yang agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan
apabila ada halangan untuk melakukan section cacaria transperitonealis
profunda. Insisi memanjang pada segmen atas uterus.
3. Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk
mengurangi bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan
pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi
di lakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi
uterin berat.
4. Section cesaria Hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
a. Atonia uteri
b. Plasenta accrete
c. Myoma uteri
d. Infeksi intra uteri berat

20
D. ETIOLOGI
Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat
diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang
dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami.
Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui
oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-
ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit
yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih
belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi
merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting
dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting,
yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi
eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi
inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di
atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.

21
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal
ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang
lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun
dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit
untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir
yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan
kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit
bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan
dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira
0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
b. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak

22
sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi
kaki (Saifuddin, 2002).

E. PATOFISIOLOGI
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di
atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,
distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk
janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan
SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif
berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek
fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan
ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de
entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan
perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena
insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-
kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah
banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas
yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas
silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan
dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung
akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus.
Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh
energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga

23
menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena
reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap
aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas
yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu
konstipasi.(Saifuddin,Mansjoer&Prawirohardjo,2002)

24
FATHWAY SC

Myopia dan hearth failure

Sectio caesarea

Post operasi
Pre operasi

psikologis fisiologis System Sitem System System


Kurang Nyeri akibat hormonal respirasi muskuluskeletal gastrointestinal
informasi HIS
dadandatekan Proses Fase take in System Prolaktin Peningkatan Kelemahan Efek anastesi
an parenting integumen menurun sputum fisik
Koping individu Kurang Nyeri (akut)
in efektif pengetahuan
Proses Fase take hold Diskontinuitas Ketidak Gangguan Kurangnya Mual ,muntah,
parenting jaringan efektifan jalan napas mobilisasi
Gangguan cemas menyusui
Ruang insisi di
pola tidur Tirah baring Nafsu makan
mekanis Fase letting Go isi gumpalan
lama menurun
darah
Luka
Tidak Radang Kerusakan Nutrisi
terpenuhi Penanmbahan mendadak integritas kurang dari
anggota baru Luka terpapar kulit kenbutuhan
Rangsangan dunia luar
Kelemahan fisik
reseptor nyeri
Perubahan pola Resiko ketidak
Gangguan peran Perkembangbiakan Resiko infeksi seimbangan
pemenuhan Nyeri (akut) kuman dan bakteri nutrisi
ADL

25
F. TEKHNIK PENATALAKSANAAN
1. Bedah Caesar Klasik/ Corporal.
a. Buatlah insisi membujur secara tajam dengan pisau pada garis
tengah korpus uteri diatas segmen bawah rahim. Perlebar insisi
dengan gunting sampai sepanjang kurang lebih 12 cm saat
menggunting lindungi janin dengan dua jari operator.
b. Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah. Janin
dilahirkan dengan meluncurkan kepala janin keluar melalui irisan
tersebut.
c. Setelah janin lahir sepenuhnya tali pusat diklem ( dua tempat) dan
dipotong diantara kedua klem tersebut.
d. Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan
uterotonika kedalam miometrium dan intravena.
Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :
 Lapisan I
Miometrium tepat diatas endometrium dijahit secara silang
dengan menggunakan benang chromic catgut no.1 dan 2
 Lapisan II
lapisan miometrium diatasnya dijahit secara kasur horizontal
(lambert) dengan benang yang sama.
 Lapisan III
Dilakukan reperitonealisasi dengan cara peritoneum dijahit
secara jelujur menggunakan benang plain catgut no.1 dan 2
e. Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-
sisa darah dan air ketuban
f. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
2. Bedah Caesar Transperitoneal Profunda
a. Plika vesikouterina diatas segmen bawah rahim dilepaskan secara
melintang, kemudian secar tumpul disisihkan kearah bawah dan
samping.

26
b. Buat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen bawah rahim
kurang lebih 1 cm dibawah irisan plika vesikouterina. Irisan
kemudian diperlebar dengan gunting sampai kurang lebih
sepanjang 12 cm saat menggunting lindungi janin dengan dua jari
operator.
c. Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah dan janin
dilahirkan dengan cara meluncurkan kepala janin melalui irisan
tersebut.
d. Badan janin dilahirkan dengan mengaitkan kedua ketiaknya.
e. Setelah janin dilahirkan seluruhnya tali pusat diklem ( dua
tempat) dan dipotong diantara kedua klem tersebut.
f. Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan
uterotonika kedalam miometrium dan intravena.
g. Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :
 Lapisan I
Miometrium tepat diatas endometrium dijahit secara silang
dengan menggunakan benang chromic catgut no.1 dan 2
 Lapisan II
Lapisan miometrium diatasnya dijahit secara kasur horizontal
(lambert) dengan benang yang sama.
 Lapisan III
Peritoneum plika vesikouterina dijahit secara jelujur
menggunakan benang plain catgut no.1 dan 2
h. Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-
sisa darah dan air ketuban
i. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
3. Bedah Caesar Ekstraperitoneal
a. Dinding perut diiris hanya sampai pada peritoneum. Peritoneum
kemudia digeser kekranial agar terbebas dari dinding cranial
vesika urinaria.

27
b. Segmen bawah rahim diris melintang seperti pada bedah Caesar
transperitoneal profunda demikian juga cara menutupnya.
4. Histerektomi Caersarian ( Caesarian Hysterectomy)
a. Irisan uterus dilakukan seperti pada bedah Caesar klasik/corporal
demikian juga cara melahirkan janinnya.
b. Perdarahan yang terdapat pada irisan uterus dihentikan dengan
menggunakan klem secukupnya.
c. Kedua adneksa dan ligamentum rotunda dilepaskan dari uterus.
d. Kedua cabang arteria uterina yang menuju ke korpus uteri di klem
(2) pada tepi segmen bawah rahim. Satu klem juga ditempatkan
diatas kedua klem tersebut.
e. Uterus kemudian diangkat diatas kedua klem yang pertama.
Perdarahan pada tunggul serviks uteri diatasi
f. Jahit cabang arteria uterine yang diklem dengan menggunakan
benang sutera no. 2.
g. Tunggul serviks uteri ditutup dengan jahitan ( menggunakan
chromic catgut ( no.1 atau 2 ) dengan sebelumnya diberi cairan
antiseptik.
h. Kedua adneksa dan ligamentum rotundum dijahitkan pada
tunggul serviks uteri.
i. Dilakukan reperitonealisasi sertya eksplorasi daerah panggul dan
visera abdominis.
j. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis

28
SC (Sectio Caesaria)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT.
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak
yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET )
Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam
otak.
5. Uji laboratorium
a. Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit

29
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah

H. KOMPLIKASI

Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :


1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas dibagi menjadi:
a. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi
dan perut sedikit kembung
c. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat
pembedahan cabang-cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena
atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,
embolisme paru yang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
Yang sering terjadi pada ibu bayi : Kematian perinatal
I. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan awal
 Letakan pasien dalam posisi pemulihan
 Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam
pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat
kesadaran tiap 15 menit sampai sadar
 Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
 Transfusi jika diperlukan

30
 Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi,
segera kembalikan ke kamar bedah kemungkinan terjadi
perdarahan pasca bedah
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air
teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
 Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
 Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
 Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama
5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
 Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
 Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5
pasca operasi.
4. Fungsi gastrointestinal
 Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
 Jika ada tanda infeksi , tunggu bising usus timbul
 Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat
 Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum
dengan baik

31
5. Perawatan fungsi kandung kemih
 Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan
atau sesudah semalam
 Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin
jernih
 Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter
terpasang sampai minimum 7 hari atau urin jernih.
 Jika sudah tidak memakai antibiotika berikan nirofurantoin
100 mg per oral per hari sampai kateter dilepas
 Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan
tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan
menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48
jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan
penderita.
6. Pembalutan dan perawatan luka
 Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan
tidak terlalu banyak jangan mengganti pembalut
 Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri
plester untuk mengencangkan
 Ganti pembalut dengan cara steril
 Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
 Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat
jahitan kulit dilakukan pada hari kelima pasca SC
7. Jika masih terdapat perdarahan
 Lakukan masase uterus
 Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam
fisiologik atau RL) 60 tetes/menit, ergometrin 0,2 mg I.M.
dan prostaglandin
8. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai
pasien bebas demam selama 48 jam :
 Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam

32
 Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 8 jam
 Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam
9. Analgesik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
 Pemberian analgesia sesudah bedah sangat penting
 Supositoria = ketopropen sup 2x/ 24 jam
 Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
 Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu
10. Obat-obatan lain
 Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
11. Hal – Hal lain yang perlu diperhatikan
 Paska bedah penderita dirawat dan diobservasi kemungkinan
komplikasi berupa perdarahan dan hematoma pada daerah
operasi
 Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah
terjadinya hematoma.
 Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring
dengan lutut ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.
 Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis.
 Lakukan perawatan luka untuk mencegah terjadiny infeksi
 Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
 Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang
dapat menaikkan tekanan intra abdomen
 pengkajian difokuskan pada kelancaran saluran nafas, karena
bila terjadi obstruksi kemungkinan terjadi gangguan ventilasi
yang mungkin disebab-kan karena pengaruh obat-obatan,
anestetik, narkotik dan karena tekanan diafragma. Selain itu
juga penting untuk mempertahankan sirkulasi dengan
mewaspadai terjadinya hipotensi dan aritmia kardiak. Oleh

33
karena itu perlu memantau TTV setiap 10-15 menit dan
kesadaran selama 2 jam dan 4 jam sekali.
 Keseimbangan cairan dan elektrolit, kenyamanan fisik berupa
nyeri dan kenya-manan psikologis juga perlu dikaji sehingga
perlu adanya orientasi dan bimbingan kegi-atan post op
seperti ambulasi dan nafas dalam untuk mempercepat
hilangnya pengaruh anestesi.
 Perawatan pasca operasi, Jadwal pemeriksaan ulang tekanan
darah, frekuensi nadi dan nafas. Jadwal pengukuran jumlah
produksi urin Berikan infus dengan jelas, singkat dan terinci
bila dijumpai adanya penyimpangan
 Penatalaksanaan medis, Cairan IV sesuai indikasi. Anestesia;
regional atau general Perjanjian dari orang terdekat untuk
tujuan sectio caesaria. Tes laboratorium/diagnostik sesuai
indikasi. Pemberian oksitosin sesuai indikasi. Tanda vital per
protokol ruangan pemulihan, Persiapan kulit pembedahan
abdomen, Persetujuan ditandatangani. Pemasangan kateter
fole.

J. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI POST-OP

Data Subjektif Data Objektif

 Klien mengeluh nyeri pada - Klien Terdapat luka insisi ±


luka post operasi SC 19 cm pada abdomen
 Klien mengatakan nyeri - Luka Klien dengan keadaan
bertambah ketika bergerak tertutup kassa dan terplester.
 Klien mengatakan nyeri - Badan klien bau keringat
berkurang setelah beristirahat serta mulut kotor

 Klien mengatakan setelah - Rambut klien acak-acakan

34
post-sc badan nya terasa bau
karna kurang memperhatikan
kebersihanya
 Klien mengatakan belum
mandi dan ganti pakaian
selama pos-cs

ANALISA DATA

Data Fokus Problem Etiologi


DS : Nyeri Akut SC
- Klien mengeluh
nyeri pada luka
post operasi SC Luka post operasi

- Klien mengatakan
nyeri berkurang
Jaringan terputus
setelah
beristirahat
DO : Merangsang area
 Klien Terdapat sensorik
luka insisi ± 19
cm pada abdomen
Gangguan rasa Nyaman

Nyeri
DS : Resiko Infeksi Jaringan terbuka
- Klien mengatakan
nyeri bertambah
Proteksi Kurang

35
ketika bergerak
DO :
Invasi bakteri
 Luka Klien
dengan keadaan
tertutup kassa dan
Resiko Infeksi
terplester
DS : Defisit perawatan diri Kelelahaan setelah
- Klien mengatakan bersalin
setelah post-sc
badan nya terasa
bau karna kurang Kurang memperhatikan

memperhatikan kebersiha dirinya

kebersihanya
DO :
Bau badan dan mulut
- Badan klien bau
keringat serta mulut
kotor Defisit perawatan diri
- Rambut klien acak-
acakan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (Bembedahan, trauma jalan lahir,
episiotomi)
2. Resiko infeksi b.d faktor resiko: episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan.

3. Defisit perawatan diri b.d kelelahan setelah bersalin

36
PERENCANAAN KEPERAWATAN / INTERVENSI

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen injuri Agar klien mampu 1. Monitor tanda-tanda vital
fisik (Bembedahan, trauma mengonrol nyeri, mampu R: Memonitor keadaan umum pasien
jalan lahir, episiotomi) menggunakan tehnik 2. Lakukan pengkajian Nyeri secara komprehensif, termasuk lokasi,
nonfarmakologi untuk karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
mengurangi nyeri dan R: Mengetahui apakah Nyeri yang di rasakan pasien berkurang atau
mampu melaporkan bahwa bertambah.
nyeri berkurang. Skala 3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
nyeri berubah menjadi 0 R: Kontak tubuh berupa sentuhan yang lembut menyebabkan
dan TTV normal penurunan opioid alami di daerah otak, sehingga mampu membuat
klien lebih nyaman dan Nyeri berkurang.
4. Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
Nyeri pasien.
R: Tindakan ini agar bisa mengkaji lebih dalam perasaan pasien serta
menetapkan respon fisiologi pasien terhadap Nyeri yang di rasakan,

37
lokasi, tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
5. Atur posisi berbaring misalnya dengan posisi supine
R: Mengalihkan perhatian ke hal yang lain sehingga tidak terlalu fokus
pada Nyeri
6. Lakukan tehnik distraksi
R: Dengan posisi ini dapat mengurangi tekanan pada area operasi
sehingga rasa Nyeri berkurang.
7. Ajarkan tehnik dengan menarik napas dalam saat Nyeri timbul.
R: Relaksasi dengan napas dalam membuat otot – otot rileks sehingga
Nyeri berkurang.

Kolaborasi :
1. Pemberian analgetic: Injeksi ketorolac
R: Membantu dalam mengurangi rasa Nyeri dengan memblokade
pusat hantaran Nyeri
2. Resiko infeksi b.d faktor Klien bebas dari tanda dan 1. Monitor tanda-tanda vital serta tanda – tanda infeksi seperti, jumlah,
resiko: episiotomi, laserasi gejala, klien bisa warna, dan bau dari luka operasi.
jalan lahir, bantuan mendeskripsikan proses R: Deteksi dini terhadap adanya tanda-tanda infeksi adanya warna
pertolongan persalinan penularan penyakit, faktor yang lebih gelap di sertai bau tidak enak, mungkin merupakan tanda

38
yang mempengaruhi infeksi.
penularan, serta 2. Rawat luka dengan tehnik septik dan antiseptik
menunjukan kemampuan R: Mencegah masuknya mikroorganisme melalui luka operasi
untuk mencegah timbulnya 3. Anjurkan Klien mengkonsumsi makanan yang tinggi protein dan
infeksi. intake cairan yang adekuat.
R: Protein berperan mengganti sel-sel yang rusak, dan meningkatkan
daya tahan tubuh.
4. Anjurkan klien untuk mobilisasi secara bertahap
R: Mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah sehingga mempercepat
penyembuhan luka
5. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan vulva / tubuh / area operasi,
meminimalkan infeksi nasokomial dengan menjaga kebersihan
lingkungan dan batasi pengunjung.
R: Mencegah terjadinya resiko penularan

Kolaborasi :
1. Pemberian antibiotik : injeksi sefotaxime
R: Memblok invasi berkembang biaknya mikroorganisme dengan
merubah Ph jaringan sesuai dengan spektrum antibiotik yang

39
digunakan.
3. Defisit perawatan diri b.d Tujuan : 1. Identifikasi area dimana pasien membutuhkan bantuan dalam
kelelahan setelah bersalin Setelah dilakukan tindakan berpakaian
keperawatan selama 1x24 R:memudahkan menggenakan pakaian yang tepat
jam diharapkan mau 2. Monitor kemampuan pasien untuk berpakaian
melakukan personal R: meninjau perkembangan pasien memakai pakaian
hygine dengan bantuan 3. Dukung penggunaan perangkat perawatan diri dengan tepat
oleh keluarga dengan R: Memudahkan pasien dalam mmerlakukan perawatan diri
Kriteria hasil : 4. Dorong pasien unuk melakukan sikat gigi dan membersihkan
- Pasien terbebas badanya dengan tepid spone oleh keluarga maksimal 2x sehari
dari bau badan dan R: untuk mendorong pasien supaya mau menyikat gigi dan dan
keringat membersihkan badanya
- Pasien mau
menyikat gigi
- Pasien mau mandi
dan mengganti
pakaian walaupun
di bantu keluarga

40
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa keperawatan


dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta : EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Caraspot. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta : mocaMedia
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka

41
BAB II

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY R. G3P0A2 DENGAN PASIEN POST


OP SECTIO CESARIA DENGAN INDIKASI MAKROSOMI (BAYI
BESAR)DI RUANG DAHLIA RSUD SOREANG KABUPATEN BANDUNG

Tanggal masuk : 13 April 2019 Jam masuk : 09:44


Ruang/kelas : Dahlia/III Kamar : III Bad 04
Pengkajian tanggal :13 April 2019 Jam : 17:30

A. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
a. Biodata
- Nama : Ny. Riska Handayani
- Usia : 26 tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Alamat : Kp. Pangalengan
rt.09/rw.14 , Ds sukamabah

- Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
- Status Pendidikan : SMA
- Status Pernikahan : Menikah
- Agama/keyakinan : Islam
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
- Diagnostic Medis : Post SC a/i Makrosomia
(bayi besar)
- No. Medical record : 590042

42
- Tanggal Masuk : 13 April 2019, Pukul 09.44
- Tanggal Pengkajian : 13 April 2019, Pukul 17.30
b. Penanggung Jawab
- Nama : Tn. Dodi
- Umur : 30Tahun
- Suku/ Bangsa : Sunda/Indonesia
- Agama : Islam
- Hubungan dengan Klien : Suami

B. RIWAYAT KEPERAWATAN :
1. PERSEPSI TERHADAP KEHAMILAN/ PERSALINAN/ NIFAS
a. Kenapa ibu datang ke klinik : Untuk melakukan cek rutin
kandungan setiap bulan.
b. Persepsi ibu terhadap kehamilan/persalinan/nifas : Ibu dapat
menjelaskan dan membedakan dengan cukup baik apa itu
Kehamilan, persalinan dan nifas.
c. Apakah kehamilan/persalinan/nifas ini menimbulkan perubahan
terhadap kehidupan sehari-hari? Tidak, ibu S mengatakan semoga
kehamilan saai ini bisa lahir dengan selamat walaupun di cesar
d. Harapan ibu selama masa kehamilan/persalinan/nifas : ibu
mengatakan semoga bisa merawat bayinya dengan baik dan ini
adalah kehamilan ke 3 yang selamat sampai lahir sebelumnya
perna keguguran 2 kali
e. Ibu tinggal dengan siapa : Ibu S tinggal bersama semua suami dan
ibu mertuanya.
f. Siapa orang yang terpenting bagi ibu : ibu mengatakan yang
terpenting baginya adalah keluarganya
g. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini : anggota
keluarga ibu Riska terutama mertuanya sangat menerima
kelahiran bayi pertamanya ibu Riska.

43
h. Kesiapan mental untuk menjadi ibu : iya, ibu riska siap menjadi

ibu karna ingin sekali punya anak.

2. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat Mentruasi :
Menarche : Umur 14 tahun
Banyaknya : Ibu mengatakan tidak tau
HPHT : 12 July 2018
Siklus : Teratu (1 bulan)
Lamanya : 5-7 hari
Keluhan : ibu tidak ada keluhan
b. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
BanyakBan

Anak Ke Kehamilan Persalinan Komplikasi Anak


Nifas
Anak 7 minggu Spontans Tidak ada
Pertama
Anak 10 minggu Kuretase Tidak ada
kedua
Persalina 9 bulan SC Tidak ada
n saat ini

44
NO Thn Umur Penyulit Jenis Penolong Laserasi Infeksi Pendarahan Jenis Bb Pj
kehamilan

1. 2016 7 Minggu Abortus Spontan Bidan Iya


2. 2017 10 Abortus Kuretase Dokter Iya
Minggu
3. 2019 Hamil saat Makrosom SC Dokter Lendir campur 4300 50 cm
ini i (bayi darah kg
besar )

45
1) Kehamilan Sekarang
Diagnosa : G3 P0 A2
Imunisasi : Lengkap
TT 1 : Sudah
TT 2 : Sudah
ANC berapa kali : 2 bulan sekali
Keluhan selama hamil
Mual : Pada Tm I klien mual
Muntah : Pada Tm I ibu muntah
Pusing : Pada Tm I ibu selalu pusing
Lainnya : Ibu Riskamengatakan mules-mules
dan keluar lendir campur darah pada saat uia kandungan 40
Minggu
Pengobatan selama hamil : Tidak melakukan pengobatan
apapun.
Pergerakan janin : Ya Sejak Usia : 6 bulan

Rencana perawatan Bayi : Sendiri dan suami serta orang tua


Kesanggupan dan pengetahuan dalam merawat bayi :
Breast care : Tidak
Perineal care : Tidak
Nutrisi : Ya
Senam Nifas : Tidak
KB : Ya
Menyusui : Ya

2) Persalinan Sekarang
o Keluhan His
Mulai Kontraksi tanggal/jam : 12 April 2019, Pukul 23.15
WIB (Teratur)

46
Interval : Tidak dikaji
Lama : 5-10 menit sekali
Kekuatan : Tidak dikaji

o Pengeluaran pervagina
Jenis : Air Ketuban campur darah
Jumlah : Sekitaran 400ml
o Periksa dalam : Pertiro tebal dan lunak
Jam : 17:30
Oleh : Bidan
Hasil : pembukaan 4
Effecement : %
Ketuban : (+)
Persentasi anak : Kepala dibawah
Bidang hode :
o Kala persalinan :
 Kala I :
 Lama kala : Pembukaan 4 Jam: 12 Jam
 Pengobatan yang didapat : RL infusan,
Ceftriacone,skintes, NST, infus jaga, Pasang DC
o Kala II
 Mulai : Tgl 13 April 2019 Jam : 20.34
 Lama kala : Tidak dikaji
 Pengobatan yang di dapat : ANASTESI
 Penyulit : Makrosomia (bayi
besar)
 Cara Mengatasi : SC
 Keadaan Bayi :
 Tanggal lahir : 13 April 2019, Pukul
20.34 Wib
 Jenis kelamin : Laki-laki

47
 Apgar skor : 7 (Normal)
o Kala III :
 Mulai : 13 April 2019 jam 21:29
 TFU : Tidak dikaji
 Lama kala :Tidak dikaji
 Cara kelahiran plasenta : Tindakan (Dokter menindak
karena opresai SC)
 Kotiledon : Lengkap
 Selaput : Lengkap
 Pendarahan selama persalinan : Tidak dikaji
 Pengobatan yang di dapat : ANASTESI
o Kala IV
 Keadaan umum : Baik
 Tanda Vital :
 TD :110/70 mmHg
 P :20X/menit
 N :80X/mnt
 S : 36,5oC
 TFU : Tidak dikaji
 Kontraksi uterus : Tidak dikaji
 Pendarahan : Tidak dikaji
 Jumlah pendaahan : Tidak dikaji
 Perineum : Tidak dikaji karna post-SC
 Jumlah hecting : Tidak ada karna SC
 Keadaan Bayi :
 BB : 4300 gr
 PB : 50 cm
 Pusat : Normal
 Perawatan tali pusat
 Alkohol 70% (Tidak dikaji)
 Bethadine (Tidak dikaji)

48
 Lainya : Karena bayi berada di ruang
veri
 Anus : Berlubang
 Suhu : 36.5 o C
 Lingkar kepala : 35 cm
 Lingkar dada : 36 cm
 Lila : 13,5 cm
3) Post Partum Sekarang
a) Riwayat Persalinan Sekarang : SC
b) Tipe persalinan : SC
c) Lama persalinan : 1 jam kurang
 Kala I : 12 Jam
 Kala II : Tidak dikaji
 Kala III : Tidak dikaji
 Kala IV : Tidak dikaji
4) Riwayat Keluarga Berencana
a. Melaksanakan Kb : Tidak
b. Jenis Kontrasepsi yang di gunakan :
 IUD (Tidak)
 PIL (Tidak)
 Suntik (Tidak)
 Implant (Tidak)
 Lain-lain : Klien mengatakan tidak memakai alat
kontrasepsi lainya selama ini
c. Sejak kapan memakai alat kontrasepsi : Tidak
d. Masalah yang terjadi : Tidak ada
4) Riwayat Kesehatan
Penyakit yang pernah di alami ibu : Tidak ada
Pengobatan yang didapat : Tidak ada
(Tidak ada) Penyakit Diabetes Miletus

49
(Tidak ada) Penyakit jantung
(Tidak ada) Penyakit Hipertensi
(Tidak ada) Penyakit Lainya : Klien mengatakan tidak punya
riawayat apapun dalam dirinya maupun keluarganya
5) Kebutuhan dasar khusus
a. Pola Nutrisi
 Frekuensi makan : 3x/hari
 Nafsu makan : Baik
 Jenis Makanan di rumah : Nasi + Sayur dan daging +
ikan
 Makanan yang disukai/alergi/pantangan : Tidak ada
b. Pola eliminasi
 BAK
Frekuensi : 4-6x/Hari
Warna : Kuning agak kecoklatan
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak Ada
 BAB
Frekuensi : 1x/hari
Warna : kuning kecoklatan
Bau : Normal
Konsistensi : Normal
Keluhan : Tidak ada
c. Pola personal hygiene
 Mandi
Frekuensi : 2x/hari, memasuki kandungan usia
tua 1x/hari
Sabun : Ya
 Oral hygiene
Frekuensi : 2x/hari
Waktu : Pagi dan sore
 Cuci Rambut

50
Frekuensi : seminggu 2x
Shampo : Ya
d. Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 6 – 9 jam
Kebiasaan sebelum tidur : BAK
Keluhan : Tidak ada
e. Pola aktivitas dan latihan
Kegiatan dalam pekerjaan : Melakukan pekerjaan rumah
tangga
Waktu bekerja : Pagi dan sore
Olah raga : Tidak
Kegiatan waktu luang : Nonton tv bersama mertua
Keluhan dalam aktivitas : Tidak ada
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
 Merokok : Tidak
 Minuman Keras : Tidak
 Ketergantungan obat : Tidak
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/70 mmhg Nadi :85x/menit
Respirasi : 19x/menit Suhu : 35,7oC
Berat badan :76Kg Tinggi Badan : 153 Cm

1. Sistem penglihatan
a. Posisi mata : Simetris
b. Kelopak mata : Normal
c. Gerakan Mata : Normal
d. Pergerakan bola mata : Normal
e. Konjungtiva : Normal/merah
f. Konera : Normal

51
g. Sklera : Ikterik
2. Sistem pernafasan
a. Jalan nafas : Bersih
b. Pernafasan : Tidak sesak
c. Suara nafas : Vesikuler/Normal
d. Menggunakan otot-otot bantu pernafasan : Tidak
3. Sirkulasi Jantung
a. Kecepatan deyut apicial :
b. Irama : Teratur
c. Kelainan Bunyi jantung : Tidak
d. Sakit dada : Tidak
4. Sistem Pencernaan
a. Keadaan mulut gigi : Carries
b. Memakai gigi palsu : Tidak
5. Sistem Uro Genital
BAK
a. Pola rutin : 4-6x/hari, Terkontrol
b. Jumlah : 1300 cc/24 jam
c. Warna : Kuning kecoklatan
6. Sistem integumen/muskuloskeletal
a. Turgor kulit : Sedang
b. Warna kulit : Normal
c. Kontraktur pada persendian ekstremitas : Tidak
d. Kesulitan dalam bergerak : Tidak
7. Dada dan axilla
a. Mamae : Membesar, Ya
b. Areolla mamae : Normal
c. Papilla mamae : Datar
d. Colostrum : Ya
8. Pemeriksaanb Khusus Abdomen
Pemeriksaan Khusus Abdomen dan Genital

52
Antenatal dan Intranatal Postnatal
a. Inspeksi a. Inspeksi
 Membesar :Tidak  Mengecil : Ya
 Arah : Tidak  Arah : Kedalam
 Striae : menyusut
Albicians/Lividae  Linea : Alba
 Luka bekas oprasi  Striae : Lividae
:Tidak ada  Luka bekas Oprasi : Ya
b. Palpasi
 Leopold I: PERINEUM
 TFU: 35cm  Utuh/Laserasi : Tidak ada
 Berisi: Bokong  Episotomi : Tidak ada
 Leopold II: Puki  Jenis episiotomi : Luka
 Leopold III: Kepala SC
 Leopold IV: Divergen  Ruptur : Tidak
 Osborn Test : Tidak  Tanda-tanda Infeksi : Iya
dikaji di luka episiotomi SC
 TBJ :Tidak dikaji  Lokhea :
 Kontraksi :Tidak dikaji  Warna :
c. Auskultasi  Banyaknya :
 DJJ : 139X/mnit  Bau :
 Oedem/ Ilematom :

b. Palpasi
 TFU : Tidak dikaji
 Kontraksi : Tidak ada
 Kondisi Veskia Urinaria
 Distensi : Ya/Tidak

53
D. Data penunjang
1. Laboratorium : Ya
2. USG : Ya
3. Rontgen : Tidak
4. Terapi yang di dapat : Tidak ada
E. Data Lain
Tambahan;
HEMATOLOGI :
Darah rutin :
1. Hemoglobin : 11.2 g/dL
2. Hematorik : 35%
3. Leukosit :12.200/mm3
4. Trombosit : 276.000/mm3
IMUNOSEROLOGI :
1. VDRL : Negatif
2. TPHA : Negatif

DATA FOKUS KEPERAWATAN


Nama Klien : Ny. Riska handayani
No. Rekam Medik : 590042
Ruang Rawat : B4 Kelas III (Dahlia)

Data Subjektif Data Objektif


- Klien mengatakan nyeri di - Keadaan umum baik
bagian abdomen dan - Kesadaran compos metis
pinggang seperti di tusuk- - Klien tampak meringis
tusuk kesakitan skala 6 dari (0-10)
- Klien mengatakan keluar - Klien tampak lemes
lendir campur darah di - Klien tampak gelisah
vagina pada jam 21:00 dan - TTV :
mules-mules jam sejak jam

54
20:00 WIB  TD : 115/79 mmHg
- Klien mengatakan perutnya  N : 97x/menit
besar sakit ketika ditekan  R : 20x/menit
dibagian abdomen dan  S : 37, o

tidak aktivitas terganggu - His ( - )


- Klien mengatakan tidak - Bja : 152x/menit
bisa tidur nyenyak ketikan - Djj : 146x/menit
keluar darah dan rasa sakit - TFU : 35 Cm
muncul sampai saat ini - Klien Terdapat luka
- Klien mengatakan ketika insisi ± 19 cm pada
nyeri datang durasi waktu abdomen
nyeri sekitar 3-10 menit - Luka Klien dengan
- Klien mengeluh nyeri pada keadaan tertutup kassa
luka post operasi SC dan terplester
- Klien mengatakan nyeri - Klien Terdapat luka
bertambah ketika bergerak insisi ± 19 cm pada
- Klien mengatakan nyeri abdomen
berkurang setelah - Luka Klien dengan
beristirahat keadaan tertutup kassa
- Klien mengatakan setelah dan terplester.
post-sc badan nya terasa - Badan klien bau keringat
bau karna kurang serta mulut kotor
memperhatikan - Rambut klien acak-
kebersihanya acakan

55
ANALISA DATA
Nama Klien : Ny Riska Handayani
No. Rekam Medik : 509942
Ruang Rawat : B4 Kelas III (Dahlia)

No Data Masalah Etiologi


1. DS: - Klien mengatakan Bayi besar dalam janin Cedera
nyeri di bagian
abdomen dan pinggang
seperti di tusuk-tusuk Keluar lendir disertadi
darah
DO: - Klien tampak
meringis kesakitan Nyeri hebat
skala 6 dari (0-10)
 TD : 115/79
mmHg
 N : 97x/menit
 R : 20x/menit
 S : 37, o

- His ( - )
- Bja : 152x/menit
- Djj : 146x/menit
TFU : 35 Cm
2. DS : - Klien Keluar cairan lendir dan Gangguan rasa
mengatakan perutnya darah nyaman nyeri
besar sakit ketika
ditekan dibagian
abdomen dan aktivitas Merangsang keperut
terganggu
- DO : Keadaan
umum baik Gangguan rasa nyaman

56
- Kesadaran
compos metis
- Klien tampak Nyeri
meringis
kesakitan skala 6
dari (0-10)
- Klien tampak
lemes
- TTV :
 TD : 115/79
mmHg
 N : 97x/menit
 R : 20x/menit
 S : 37, o

3. DS : SC Nyeri Akut
- Klien mengeluh
nyeri pada luka
post operasi SC Luka post operasi

- Klien
mengatakan
Jaringan terputus
nyeri berkurang
setelah
beristirahat Merangsang area
DO : sensorik
 Klien Terdapat
luka insisi ± 19
cm pada Gangguan rasa Nyaman
abdomen

Nyeri

57
4. DS : Jaringan terbuka Resiko Infeksi
- Klien
mengatakan
nyeri bertambah Proteksi Kurang

ketika bergerak
DO :
Invasi bakteri
Luka Klien dengan
keadaan tertutup kassa
dan terplester Resiko Infeksi
5. DS : Kelelahaan setelah Defisit perawatan
- Klien bersalin diri
mengatakan
setelah post-sc
badan nya terasa Kurang memperhatikan

bau karna kebersiha dirinya

kurang
memperhatikan
Bau badan dan mulut
kebersihanya
DO :
- Badan klien bau Defisit perawatan diri
keringat serta
mulut kotor
- Rambut klien acak-
acakan

58
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan
1. Cedera berhubungan dengan trauma kelahiran sekunder terhadap makrosomia
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d cedera ataun trauma kelahiran makrosomi

3. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (Bembedahan, trauma jalan lahir, episiotomi)
4. Resiko infeksi b.d faktor resiko: episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan
persalinan
5. Defisit perawatan diri b.d kelelahan setelah bersalin

59
C. RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny. Riska handayani
No. Rekam Medik : 509942
Ruang Rawat : B4 Kelas III (Dahlia)

PERENCANAAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Tanggal : 04 April 2019 Tanggal : 04 April 2019 Tanggal : 04 April 2019 Tanggal : 04 April 2019
1. Cedera berhubungan Tupan : 1.Laporkan gejala-gejala kelainan 1.mengidentifikasi tindakan yang dilakukan
dengan trauma kelahiran dilakukan tindakan pada dokter sesuai anjuran dokter
sekunder terhadap keperawatan selama 3x24 2.Dokumentassikan tujuan 2.mengobservasi aoamyang telah dilakukan
makrosomia jam klien diharapkan : pengkajian pada catatan dan perbaiki sebelumnya
Yang ditandai dengan : - cedera pada setiap pergantian shift 3.Menjagakebersihan vagina diarea sensitif
teridentifiukasi 3.Implementasikan dan pertahankan
DS: - Klien mengatakan danteratasi dengan bebaat, popok khusus dll sesuai
nyeri di bagian abdomen kriteria hasil : pesanan Mandiri :
dan pinggang seperti di Bayi tidak mengalami cedera Mandiri : 3. Memantau supaya tidak terjadi
tusuk-tusuk yang teridentifikasi/tak 1.Observasi terhadap tanda gejala kompolikasi
tertatasi atau sisa gejala distres pernafasan 4. Mengidentifikasi kesadaran klien
DO: - Klien tampak neurologis 2.Kaji pubahan tingkat kesadaran

60
meringis kesakitan skala 6 Tupen : setiap 4jam sekali Kolaborasi :
dari (0-10) dilakukan tindakan 1.mencegah terjadinya cedera pada ibu dan janin
 TD : 115/79 keperawatan selama 1x24 Kolaborasi :
mmHg jam klien diharapkan : 1.kolaborasi dengan dokter tindakan
 N : 97x/menit - cedera apa yang tepat untuk dilakukan
 R : 20x/menit teridentifiukasi

 S : 37, o danteratasi dengan

- His ( - ) kriteria hasil :


- Bja : 152x/menit Bayi tidak mengalami cedera
- Djj : 146x/menit yang teridentifikasi/tak

- TFU : 35 Cm tertatasi atau sisa gejala


neurologis

2. Gangguan rasa nyaman Tupan: 1. Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri,


nyeri b.d cedera ataun Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital menentukan pilihan in-tervensi, menentukan
keperawatan selama 3x24
trauma kelahiran 2. Pantau tetesan infus. efektivitas terapi
jam klien dapat
makrosomi ditan dai mempertahankan tingkat 3. 2. Untuk mengetahui masuknya cairan ke
dengan : kenyamanan nyheri dalam dalam tubuh.
perawatan dengan
DS : - Klien mengatakan 4. Kaji tanda-tanda adanya nyeri 3. Mencegah hiperekstensi leher dan
kriteria hasil :
perutnya besar sakit - Nyeri berkurang baik verbal maupun non verbal, melindungi integritas garis jahitan
- Klien tampak

61
ketika ditekan dibagian trenang catat lokasi, intensitas (skala 0 –
- Klien menerima dan
abdomen dan aktivitas 10) dan lamanya 4. Mencegah stress pada garis jahitan dan
percaya diri bahwa
terganggu tindakan SC tidak 5. Letakkan pasien dalam posisi menurunkan tegangan otot
apa-apa
- DO : Keadaan semi fowler dan sokong kepala/
Klien bisa beraktivitas
umum baik leher dengan bantal pasir/bantal 5. Membatasi ketegangan, nyeri otot pada
kembali
- Kesadaran compos kecil daerah operasi
Tupen :
metis 6. Pertahankan leher/kepala dalam
Tujuan :
- Klien tampak Setelah dilakukan tindakan posisi netral dan sokong selama
meringis kesakitan keperawatan selama 1x24 perubahan posisi. Instruksikan
jam klien dapat
skala 6 dari (0-10) pasien menggunakan tangannya 6. Menurunkan nyeri tenggorok tetapi makanan
mempertahankan tingkat
- Klien tampak kenyamanan nyheri dalam untuk menyokong leher selama lunak ditoleransi jika pasien mengalami
lemes perawatan dengan pergerakan dan untuk kesulitan menelan
kriteria hasil :
- TTV : menghindari hiperekstensi leher 7. Membantu untuk memfokuskan kembali
- Nyeri berkurang
 TD : 115/79 - Klien tampak 7. Letakkan barang yang sering perhatian dan membantu pasien untuk
mmHg trenang digunakan dalam jangkauan yang mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara
- Klien menerima dan
 N : 97x/menit percaya diri bahwa mudah lebih efektif
tindakan SC tidak
 R : 20x/menit
apa-apa
 S : 37, o Klien bisa beraktivitas 8. Anjurkan pasien untuk 8. Menurunnya edema jaringan dan
kembali menggunakan teknik relaksasi menurunkan persepsi terhadap nyeri
nyeri, seperti teknik nafas dalam,

62
imajinasi, musik yang lembut,
relaksasi progresif. 9. Beri obat sesuai kebutuhannya

9. Anjurkan klien untuk minum


minuman yang sejuk/ makanan
yang lunak ditoleransi jika pasien
mengalami kesulitan menelan

Kolaborasi
10. Beri obat :
Ketrolac 2x30mg
Ceftriaxone 2x1gr
Asam tranex 3x1
Cairan infus: RL

3. Nyeri akut b.d agen injuri Tupan : Mandiri : Mandirri :


fisik (Bembedahan, Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Memonitor keadaan umum pasien
trauma jalan lahir, keperawatan 3x24 jam 2. Lakukan pengkajian Nyeri 2. Mengetahui apakah Nyeri yang di
episiotomi) diharapkan Nyeri yang di secara komprehensif, termasuk rasakan pasien berkurang atau
rasakan klien bisa tertasi, lokasi, karakteristik, durasi, bertambah.
DS : dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas dan faktor 3. Kontak tubuh berupa sentuhan yang

63
- Klien mengeluh 1. Nyeri berkurang presipitasi. lembut menyebabkan penurunan opioid
nyeri pada luka skala (2-4) dari 0-10 3. Observasi reaksi nonverbal dari alami di daerah otak, sehingga mampu
post operasi SC 2. Klien mampu ketidaknyamanan. membuat klien lebih nyaman dan Nyeri
- Klien mengatakan mengontrol nyeri 4. Gunakan tehnik komunikasi berkurang
nyeri bertambah (tahu penyebab terapeutik untuk mengetahui 4. Tindakan ini agar bisa mengkaji lebih
ketika bergerak nyeri, mampu pengalaman Nyeri pasien. dalam perasaan pasien serta menetapkan
- Klien mengatakan menggunkan tekhnik 5. Atur posisi berbaring misalnya respon fisiologi pasien terhadap Nyeri
nyeri berkurang nonfarmakologi dengan posisi supine yang di rasakan, lokasi, tingkat
setelah beristirahat untuk mengurangi 6. Lakukan tehnik distraksi keparahan dan kualitas nyeri.
DO : nyeri, mencari 7. Ajarkan tehnik dengan menarik 5. Mengalihkan perhatian ke hal yang lain
- Klien Terdapat bantuan) napas dalam saat Nyeri timbul. sehingga tidak terlalu fokus pada Nyeri
luka insisi ± 15 cm 3. Klien mampu 6. Dengan posisi ini dapat mengurangi
pada abdomen mengenali (skala, Kolaborasi : tekanan pada area operasi sehingga rasa
- Luka Klien dengan intensitas, frekwensi 1. Pemberian analgetic: Injeksi Nyeri berkurang.
keadaan tertutup dan tanda nyeri) ketorolac 7. Relaksasi dengan napas dalam membuat
kassa dan terplester 4. Klien menyatakan otot – otot rileks sehingga Nyeri
rasa nyaman setelah berkurang.
nyeri berkurang
5. Klien dapat tidur Kolaborasi :
dengan nyenyak. 1. Membantu dalam mengurangi rasa Nyeri

64
dengan memblokade pusat hantaran Nyeri
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24
jam klien dapat mengatasi
Nyeri yang di rasakan.
Dengan kriteria hasil :
1. Skala nyeri
berkurang (4-5) dari
0-10
2. Klien dapat tidur
dengan nyenyak
3. Ekspresi wajah klien
tampak rileks
4. Resiko infeksi b.d faktor Tupan : Mandiri : Mandiri :
resiko: episiotomi, Setelh dilakukan tindakan 1.Monitor tanda-tanda vital serta 1. Deteksi dini terhadap adanya tanda-tanda
laserasi jalan lahir, keperawatan selama 3x24 tanda – tanda infeksi seperti, jumlah, infeksi adanya warna yang lebih gelap di sertai
bantuan pertolongan jam klien diharapkan warna, dan bau dari luka operasi. bau tidak enak, mungkin merupakan tanda
persalinan Klien bebas dari tanda dan infeksi.
Yang ditandai dengan : gejala, klien bisa 2.Rawat luka dengan tehnik septik 2. Mencegah masuknya mikroorganisme melalui

65
DS : mendeskripsikan proses dan antiseptik luka operasi
Klien mengatakan nyeri penularan penyakit, faktor 3.Anjurkan Klien mengkonsumsi 3. Protein berperan mengganti sel-sel yang rusak,
bertambah ketika yang mempengaruhi makanan yang tinggi protein dan dan meningkatkan daya tahan tubuh
bergerak penularan, serta menunjukan intake cairan yang adekuat. 4. Mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah
DO : kemampuan untuk mencegah 4.Anjurkan klien untuk mobilisasi sehingga mempercepat penyembuhan luka.
Luka Klien dengan timbulnya infeksi. secara bertahap 5. Mencegah terjadinya resiko penularan
keadaan tertutup kassa Dengan kriteria hasil 5. Anjurkan klien untuk menjaga
dan terplester - Klien mampu untuk kebersihan vulva / tubuh / area
mencegah timbulnya operasi, meminimalkan infeksi Kolaborasi :
infeksi nasokomial dengan menjaga 1. Memblok invasi berkembang biaknya
- Klien mengatakan kebersihan lingkungan dan batasi mikroorganisme dengan merubah Ph jaringan
saya bisa pengunjunng. sesuai dengan spektrum antibiotik yang
menanganinya digunakan.
Tupen : Kolaborasi :
Setelh dilakukan tindakan 1.Pemberian antibiotik : injeksi
keperawatan selama 3x24 sefotaxime
jam klien diharapkan
Klien bebas dari tanda dan
gejala, klien bisa
mendeskripsikan proses

66
penularan penyakit, faktor
yang mempengaruhi
penularan, serta menunjukan
kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi.
Dengan kriteria hasil
- Klien mampu untuk
mencegah timbulnya
infeksi
Klien mengatakan saya bisa
menanganinya
5. Defisit perawatan diri b.d Tupan : Mandiri : Mandiri :
kelelahan setelah bersalin Setelah dilakukan tindakan 1.Identifikasi area dimana pasien 1. memudahkan menggenakan pakaian yang
Yang ditandai dengan : keperawatan selama 3x24 membutuhkan bantuan dalam tepat
DS : jam diharapkan mau berpakaian 2. meninjau perkembangan pasien memakai
- Klien mengatakan melakukan personal hygine 2.Monitor kemampuan pasien untuk pakaian
setelah post-sc dengan bantuan oleh berpakaian 3. Memudahkan pasien dalam mmerlakukan
badan nya terasa keluarga dengan 3.Dukung penggunaan perangkat perawatan diri
bau karna kurang Kriteria hasil : perawatan diri dengan tepat 4. untuk mendorong pasien supaya mau
memperhatikan - Pasien terbebas dari 4.Dorong pasien unuk melakukan menyikat gigi dan dan membersihkan badanya

67
kebersihanya bau badan dan sikat gigi dan membersihkan badanya
DO : keringat dengan tepid spone oleh keluarga
- Badan klien bau - Pasien mau menyikat maksimal 2x sehari
keringat serta mulut gigi Kolaborasi :
kotor Pasien mau mandi dan Kolaborasi : 1.membantu keluarga dan klien supaya mandiri
Rambut klien acak-acakan mengganti pakaian walaupun 1.kolaborasi dengan keluarga tentang dalam melakukan pereawatan diri
di bantu keluarga pengetahuan tentang perawatan diri
Tupen : selama di RS maupun di rumah
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24
jam diharapkan mau
melakukan personal hygine
dengan bantuan oleh
keluarga dengan
Kriteria hasil :
- Pasien terbebas dari
bau badan dan
keringat
- Pasien mau menyikat
gigi

68
Pasien mau mandi dan
mengganti pakaian walaupun
di bantu keluarga

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny Riska Handayani
No. Rekam Medik : 509942
Ruang Rawat : B4 Kelas III (Dahlia)

PRE-OP
TGL KODE JAM TINDAKAN KEPERAWATAN DAN HASIL PARAF
NDx
Sabtu 1dan2 08.00-14.00 1. Operan Dinas (08.00)
13 April (Shift Pagi) 2. Perbeden
2019 3. Membina saling percaya antara perawat dan pasien.
Respon: Klien mau diajak kerjasama
Hasil : Klien mampu terbuka saat dikaji pertamakali.
4. Mengobservasi keluhan utama pasien dan TTV (08.30)
Respon : Klien dapat di ajak bekerja sama

69
Hasil : TD 120/70 Mmhg, Nadi 85x/menit Respirasi 21x/menit,
Suhu 35o C, Klien mengatakan siap menghadapi operasi SC.
5. Mengobservasi tanda gejala cedera akibat distres
Respon : Klien mau diajak bekerjasama.
Hasil :klien merasakan kesakitan di bagian abdomen ketika di teken
dan pendarahan udah mulai hilang
6. Mempertahankan babat, popok khusus dll sesuai pesanan
Respon : klien mau diajak kerjasama
Hasil: popok masih bersih dan belum penuh dengan cairan lendir
dan darah
7. Memberi tahu tindakan yang akandilakukan oleh dokter
Respon : klien mau diajak kerjasama
hasil : klien mengatakan iya dan apa aja yang terbaik buat saya
8. Mengendalikan faktor-faktorm yang dapat menyebabkan nyeri
muncul
Respon : klien mau diajak kerjasama
Hasil : klien masih bergerak-gerak karna merasa pegel berbaring
terus dan ketika bergerak merasakan nyeri
9. Mengajarkan klien dalam posisi yang nyaman
Respon : klien mau diajak kerjasama

70
Hasil : klien merasa nyaman namun sakit masih ada
10. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan menghindari yang
menyebabkan stres
Respon : klien mau diajak kerjasama
Hasil : lingkungan sudah dirapikan dan membatasi pengunjung yang
bisa mengakibatkan sesak dan gerah
11. Ajarkan teknik relaksasi dengan benar pada klien
Respon : klien mau diajak kerjasama
Hasil : klien bisa melkukanya dan aga tenang perasaanya
12. Memberitahukan pada klien mau diberi obat antibiotik
Respon : klien mau diajak kerjasama
Hasil : klien tidursesduah diberikan obat antibiotik
13. Operan dinas (14.00)

71
sabtu 3 14.00-20.00 1. Operan dinas (14.00)
2. Mengatur posisi semi fowler dan menyokong kepala dengan bantal
13 April 2019 (Shift Siang)
(15.00)
Respon : klien dapat diajak bekerja sama dan klien mengikuti
instruksi perawat
Hasil : klien mengatakan nyaman dengn posisi tersebut
3. Mengkaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal,
dan mencatat lokasi, intensitas (skala 0 – 10) dan lamanya (15.00)
Respon : klien dapat diajak bekerja sama dan klien menjawab
pertanyaan yang diajukan perawat
Hasil : lokasi nyeri di luka bekas post operasi struma, skala nyeri 6 (0-
10), nyerinya hilang timbul dan lamanya tidak tentu.
4. Mengajarkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi nyeri,
seperti teknik nafas dalam.(16.05)
Respon : klien dapat diajak bekerja sama dan klien menjawab
pertanyaan yang diajukan perawat
Hasil : klien dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan klien
tampak lebih tenang.
5. Menginstruksikan pasien untuk menggunakan tangannya untuk
menyokong leher selama pergerakan (16.10)
Respon : klien dapat diajak kerjasama dan mengikuti instruksi
perawat.
Hasil : klien memegangi bagian lehernya saat akan mengambil
minum.
6. Meletakkan barang-barang yang sering digunakan klien dalam

72
jangkauan yang mudah (16.15)
Respon : klien tampak senang
Hasil : klien mengatakan terimakasih karena telah memudahkannya
untuk mengambil barang-barang yang ia perlukan.
7. Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat cetrolac 2 x30mg,
ceftriaxone 2x1gr, asam tranect 3x1gr. (17.00)
Respon : klien mau diberikan injeksi obat dan klien tidak merasa
kesakitan ketika di berikan injeksi IV
Hasil : sudah diberikan obat cetrolac 2 x30mg , ceftriaxone 2x1gr dan
asam tranect 3x1gr jam 22.00 wib via IV Chateter.
8. Membagikan air hangat (19.00)
Respon: klien mau diberikan air hangat
Hasil: klien menggunakan air itu untuk menyeka badannya.
9. Mengobservasi TTV dan keluhan klien (20.00)
Respon : klien dapat diajak bekerja sama
Hasil : TD 110/ 70 mmHg, Suhu 35,9 ̊C, Nadi 72 kali/menit, RR 20
kali/menit, klien mengatakan nyeri daerah post op.
10. Menganjurkan klien untuk minum minuman yang sejuk/ makanan
yang lunak (20.30)
Respon : klien mengatakan menghabiskan 1 porsi makanan yang di
berikan, meskipun dengan sedikit kesulitan menelan dan mual.
Hasil : 3/4 porsi makan habis

11. Operan dinas (20.30)

Sabtu 4 20.00-08.00 1. Operan dinas (20.30)


13 April (Shift Malam) 2. Memonitor ttv

73
2019 Respon : Klien mampu diajak bekerja sama.
Hasil : TTD 11O/180mmHg, S: 35oC, N: 80x/mnt, R: 22x/mnt
3. Melakukan pengkajian nyeri secara komperhensif, termasuk
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas dan faktor
Respon : Klien mampu diajak bekerja sama.
Hasil : Klien merasakan nyeri dibagian luka SC,karakteristik
nyeri sedang skala 4 dari (0-6), frekuensi nyeri selama 1-2 menit,
faktor penyebab nyerinya bergerak dan kadang muncul sendiri

4. Berkolaborasi dengan dokter pemberian injeksi ketorolak dan


dulcolac (sipositoria) dan antibiotik
Respon : Klien mau diberikan obat.
Hasil : Sudah diberikan obat trankulizer sesuai indikasi.
minggu 4 08.00-14.00 1. Operan dinas (08.00)
14 April (Shift Pagi) 2. Verbeden (08.30)
2019 3. Mengobservasi TTV, keluhan klien dan mengkaji skala nyeri
(10.00)
Respon : klien dapat di ajak bekerja sama, klien mampu
menjawab pertanyaan yang diberikan perawat.
Hasil : TD 120/ 80 mmHg, Suhu 35,9 ̊C, Nadi 80 kali/menit, RR
21 kali/menit, klien mengatakan nyeri luka post berkurang 4 (0-

74
10)
4. Melakukan perawatan luka (10.15)
Respon : klien kooperatif dan mau diajak kerjasama
Hasil : POD I tampak luka op tertutup verban, rembes (-)
5. Operan dinas (14.00)
Minggu 4 14.00-20.00 1. Operan dinas (14.00)
14 April (Shift Siang) 2. Mengganti infus RL
2019 3. Mengobservasi TTV, dan mengkaji keluhan klien
Respon : klien dapat di ajak bekerja sama, klien mampu
menjawab pertanyaan yang diberikan perawat.
Hasil : TD 110/ 70 mmHg, Suhu 35,5 ̊C, Nadi 79 kali/menit, RR
201kali/menit, klien mengatakan nyeri luka post op sedikit
berkurang
4. Operan dinas (20.00)
Minggu 4 20.00-08.00 1. Operan dinas (20.00)
14 April (Shift Malam) 2. Mengatur posisi semi fowler dan menyokong kepala dengan
2019 bantal (21.00)
Respon : klien dapat diajak bekerja sama dan klien mengikuti
instruksi perawat
Hasil : klien mengatakan nyaman dengan posisi tersebut

75
3. Mengkaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun non
verbal, dan mencatat lokasi, intensitas (skala 0 – 10) dan lamanya
(21.00)
Respon : klien dapat diajak bekerja sama dan klien menjawab
pertanyaan yang diajukan perawat
Hasil : lokasi nyeri di luka bekas post operasi SC, skala nyeri 2
(0-10), nyerinya hilang timbul dan lamanya tidak tentu.
4. Mengajarkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi nyeri,
seperti teknik nafas dalam.(21.05)
Respon : klien dapat diajak bekerja sama dan klien menjawab
pertanyaan yang diajukan perawat
Hasil : pasien dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam.
5. Membagikan air hangat (05.00)
Respon: klien mau diberikan air hangat
Hasil: klien menggunakan air itu untuk menyeka badannya.
6. Mengobservasi TTV, keluhan klien, dan skala nyeri (06.00)
Respon : klien dapat diajak bekerja sama
Hasil : TD 120/ 80 mmHg, Suhu 36,5 ̊C, Nadi 75 kali/menit, RR
22 kali/menit, klien mengatakan nyeri daerah post op mulai
hilang, skala nyeri 1 (0-10)

76
7. Mempertahankan lingkungan yang tenang (06.30)
Respon: klien kooperatif dan mau diajak kerjasama.
Hasil: klien tampak tenang dan nyaman
8. Operan dinas (08.00)
Senin 4 08:00-14:00 1. Operan Dinas jam (08:00)
15-april- (Sfift pagi) 2. Perbeden
2019 3. Mengganti RL
Respon: klien mau diajak kerjasama
Hasil : cairan infusan diganti dengan RL
4. Memberi informasi kepada pasien sikat gigi penting dan
baik untuk kesehatan
Respon : klien mau diajak kerjasama
Hasil : klien mau sikat gigi
5. Memonitor pasien untuk berpakaian
Respon : klien mau diajak kerjasama
Hasil : klien mau diganti baju dibantu oleh suaminya
6. Mendorong keluarga agar nanti di mandikan dengan cara d
sopone di area yang kotor
Respon : klien mau diajak kerjasama

77
Hasil : keluarga memandikan klien dengan di spone dan
klienb tampak bersih

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny Riska Handayani
No. Rekam Medik : 509942
Ruang Rawat : B4 Kelas III (Dahlia)

HARI/TANGGAL WAKTU MASALAH S.O.A.P


sabtu 14:00 Cedera S : klien mengatakan pendarahan mulai hilang namun lendir masih
13 April 2019 ada
O : klien tampak gelisah dan menarik-narik nafas dalam
A : masalah belum teratasi
P:
Laporkan gejala-gejala kelainan pada dokter
2.Dokumentassikan tujuan pengkajian pada catatan dan perbaiki pada
setiap pergantian shift
3.Implementasikan dan pertahankan bebaat, popok khusus dll sesuai
pesanan

78
Mandiri :
1.Observasi terhadap tanda gejala distres pernafasan
2.Kaji pubahan tingkat kesadaran setiap 4jam sekali

Kolaborasi :
1.kolaborasi dengan dokter tindakan apa yang tepat untuk dilakukan

POST OPERASI SC
Sabtu 20:00 Gangguan Rasa Nyaman Nyeri S : klien mengatakan nyeri daerah post-op, nyerinya hilang timbul dan
13 April 2019 lamanya tidak tentu.
O : TD 100/ 80 mmHg, Suhu 36,5 C ̊ , Nadi 80 kali/menit, RR 20
kali/menit, skala nyeri 7 (0-10)
A : masalah gangguan rasa nyaman dan nyeri post-op belum teratasi
(skala nyeri 7 (0-10))
P : lanjutkan intervensi
- Atur posisi semi fowler dan menyokong kepala
dengan bantal
- Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun
non verbal, dan mencatat lokasi, intensitas (skala 0 –
10) dan lamanya
- Ajarkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi

79
nyeri, seperti teknik nafas dalam
- Instruksikan pasien untuk menggunakan tangannya
untuk menyokong leher selama pergerakan
- Berkolaborasi dengan dokter pemberikan analgetic:
Injeksi ketorolac
minggu 08:00 Resiko infeksi S : klien mengatakan nyeri bertambah ketika bergerak
15April 2019 O : TD 120/ 80 mmHg, Suhu 35,5 ̊C, Nadi 83kali/menit, RR 21
kali/menit, skala nyeri 5 (0-10) tampak luka tertutup verban.
A : masalah belum teratasi
P:
Mandiri :
1.Monitor tanda-tanda vital serta tanda – tanda infeksi seperti, jumlah,
warna, dan bau dari luka operasi.

2.Rawat luka dengan tehnik septik dan antiseptik


3.Anjurkan Klien mengkonsumsi makanan yang tinggi protein dan
intake cairan yang adekuat.
4.Anjurkan klien untuk mobilisasi secara bertahap
5. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan vulva / tubuh / area
operasi, meminimalkan infeksi nasokomial dengan menjaga
kebersihan lingkungan dan batasi pengunjunng.

80
Kolaborasi :
1.Pemberian antibiotik : injeksi sefotaxime
minggu 14.00 Resiko infeksi S : klien mengatakan nyeri bertambah ketika bergerak
15 April 2019 O : TD 110/ 80 mmHg, Suhu 36, C ̊ , Nadi 85kali/menit, RR 20
kali/menit, skala nyeri 4 (0-10) tampak luka tertutup verban.
A : masalah belum teratasi
P:
Mandiri :
1.Monitor tanda-tanda vital serta tanda – tanda infeksi seperti, jumlah,
warna, dan bau dari luka operasi.

2.Rawat luka dengan tehnik septik dan antiseptik


3.Anjurkan Klien mengkonsumsi makanan yang tinggi protein dan
intake cairan yang adekuat.
4.Anjurkan klien untuk mobilisasi secara bertahap
5. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan vulva / tubuh / area
operasi, meminimalkan infeksi nasokomial dengan menjaga
kebersihan lingkungan dan batasi pengunjunng.

Kolaborasi :
1.Pemberian antibiotik : injeksi sefotaxime
Minggu 20:00 Resiko infeksi S : klien mengatakan nyeri berkurang namun masih sakit ketika
14 April 2019 bergerak

81
O : TD 110/ 80 mmHg, Suhu 35,9 ̊C, Nadi 83kali/menit, RR 21
kali/menit, skala nyeri 3 (0-10) tampak luka tertutup verban.
A : masalah belum teratasi sebagian
P:
Mandiri :
1.Monitor tanda-tanda vital serta tanda – tanda infeksi seperti, jumlah,
warna, dan bau dari luka operasi.

2.Rawat luka dengan tehnik septik dan antiseptik


3.Anjurkan Klien mengkonsumsi makanan yang tinggi protein dan
intake cairan yang adekuat.
4.Anjurkan klien untuk mobilisasi secara bertahap
5. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan vulva / tubuh / area
operasi, meminimalkan infeksi nasokomial dengan menjaga
kebersihan lingkungan dan batasi pengunjunng.

Kolaborasi :
1.Pemberian antibiotik : injeksi sefotaxime
Senin 08:00 Resiko infeksi S : klien mengatakan nyeri berkurang dan sakit sudah tidak terlalu
15 April 2019 namun agak ngilu sedikit, dan klien bisa bergerak mirinf kanan miring
kiri dan duduk
O : TD 120/ 80 mmHg, Suhu 36,5 C ̊ ,Nadi 85kali/menit, RR 22
kali/menit, skala nyeri 4 (0-10) tampak luka tertutup verban.

82
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

Senin 14:00 Defisit perawatan diri S : Klien mengatakan sudah sikat gigi dan mandi dibantu suami dan
15 April 2019 rekanya
O : Klien tampak wangi, bersih, memakai baju bersih dan rambut
klien rapi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

83
F. DISCHAGGE PLANING
1. Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih setauh
2. Kehamilan selanjutnya hendaknya diawasi dengsn pemeriksaan antenatal
yang baik
3. Dianjurkan untuk bersalin dirumah sakit yang benar
4. Lakukan perawatan post-op sesuai arahan tenaga medis selama dirumah
5. Jaga kebersihan diri
6. Konsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup

84
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Makrosomia
Makrosomia adalah salah satu komplikasi pada kehamilan yang
berdampak buruk pada persalinan dan pada saat bayi lahir apabila komplikasi
tersebut tidak dideteksi secara dini dan segera ditangani. Bayi besar
(makrosomia) adalah bayai yange begitu lahir memiliki bobot yang lebih dari
4.000 gram. Padahal pada normalnya, berat bayi baru lahir adalah sekitar
2.500-4.000 gram. Berat neonatus pada umunya kurang dari 4.000 dan jarang
melebihi 5.000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4.000 gram adalah
5,3% dan yang lebih dari 4.500 gram adalah 0.4%.
2. Sectio cesaria
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009)
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh
(Gulardi & Wiknjosastro, 2006)
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002)

B. SARAN

1. Petugas Kesehatan

Dengan adanya penulisan asuhan keperawatan dengan pasien post op


sectio cesaria dengan indikasimakrosomi (bayi besar)
di ruang dahlia rsud soreang kabupaten bandung ini disarankan petugas
kesehatan lebih peka dengan masalah kesehatan yang diderita pasien dan

85
memberikan pelayanan yang terbaik pada setiap pasien di Rumah Sakit
dari awal pasien masuk sampai pasien pulang.
2. Mahasiswa
Diharapkan mampu memahami tentang pengelolahan asuhan keperawatan
pasien post op sectio cesaria dengan indikasimakrosomi (bayi besar) dari
mulai tahap pengkajian hingga ke tahap akhir evaluasi.
3. Instutusi

Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang Asuhan


keperawatan dan lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku
tentang kasus-kasus beserta asuhannya salah satunya tentang kasus
penyakit yang penulis angkat yaitu tentang asuhan keperawatan dengan
pasien post op sectio cesaria dengan indikasimakrosomi (bayi besar).

86

Anda mungkin juga menyukai