KEDOKTERAN KELUARGA
Disusun oleh :
Arindra Adi Rahardja
22010117220036
Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Seorang Remaja Pria Usia 17 Tahun, Gizi
Baik, Perawakan Normal telah disajikan guna melengkapi tugas Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro pada tanggal 9 Desember
2019.
Mengesahkan,
Pembimbing
dr., M.Kes
BAB I
PENDAHULUAN
1
10
edukasi mengenai permasalahan remaja yang sering terjadi. Upaya untuk memiliki
kemampuan yang baik pada kondisi tersebut adalah dengan melakukan tinjauan kasus
kedokteran keluarga melalui kunjungan rumah seperti yang dilakukan dalam laporan
kasus ini.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Memahami dan melaksanakan diagnosis holistik serta penanganan
komprehensif pasien remaja sehat berdasarkan pendekatan keluarga.
1.2.2 Tujuan khusus
Terlaksananya kunjungan ke rumah pasien.
Mengetahui diagnosis holistik pasien dan keluarga pasien.
Terlaksananya penatalaksanaan pasien secara komprehensif.
1.3 Manfaat
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi
mahasiswa agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga termasuk
diagnosis holistik dan penanganan komprehensif secara langsung kepada
pasien remaja sehat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1 Definisi
Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali
ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual.1 Masa remaja disebut juga sebagai masa perubahan, meliputi
perubahan dalam sikap, dan perubahan fisik. Remaja pada tahap tersebut mengalami
perubahan banyak perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga
penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja.2 Batasan usia remaja berbeda-
beda sesuai dengan sosial budaya daerah setempat. WHO membagi kurun usia dalam
2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan usia
remaja Indonesia usia 11-24 tahun dan belum menikah.1 Menurut Hurlock, masa
remaja dimulai dengan masa remaja awal (12-24 tahun), kemudian dilanjutkan
dengan masa remaja tengah (15-17 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).2
3
4
perempuan telah memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga akan
keluar bersama darah menstruasi melalui vagina atau alat kelamin wanita.
b. Perkembangan emosi
Perkembangan emosi sangat berhubungan dengan perkembangan
hormon, dapat ditandai dengan emosi yang sangat labil. Remaja belum bisa
mengendalikan emosi yang dirasakannya dengan sepenuhnya.
c. Perkembangan kognitif
Remaja mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan
masalah dengan tindakan yang logis. Remaja dapat berfikir abstrak dan
menghadapi masalah yang sulit secara efektif. Jika terlibat dalam masalah,
remaja dapat mempertimbangkan beragam penyebab dan solusi yang sangat
banyak.
d. Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial ditandai dengan terikatnya remaja pada
kelompok sebaya. Pada masa ini, remaja mulai tertarik dengan lawan jenis.
Minat sosialnya bertambah dan penampilannya menjadi lebih penting
dibandingkan sebelumnya. Perubahan fisik yang terjadi seperti berat badan
dan proporsi tubuh dapat menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan
seperti, malu dan tidak percaya diri.
genital stimulation, oral seks, 3) 62,7% remaja SMP tidak perawan, 4) 21,2%
remaja mengaku penah aborsi. Faktor yang paling mempengaruhi remaja
untuk melakukan hubungan seksual adalah teman sebaya/pacar, mempunyai
teman yang setuju dengan hubungan seks pranikah, dan mempunyai teman
yang mempengaruhi untuk melakukan seks pranikah.3,5
b. Masalah aborsi
Berdasarkan data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI,
Rakyat Merdeka, Tahun 2006) didapatkan bahwa 2,5 juta perempuan pernah
melakukan aborsi per tahun, 27% dilakukan oleh remaja, dan sebagian besar
dilakukan secara tidak aman. Sekitar 30 – 35% aborsi ini adalah penyumbang
kematian ibu.3,5
c. Masalah HIV/AIDS
Infeksi HIV atau AIDS merupakan penyakit yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia, melemahkan sistem kekebalan tubuhnya sehingga
mudah terserang berbagai penyakit. HIV/AIDS dapat menular lewat darah,
cairan sperma, cairan vagina, dan ASI.HIV/AIDS sangat mempengaruhi
kehidupan penderitanya. Penderitanya akan dikucilkan oleh masyarakat
sehingga mereka meresa tidak percaya diri. Ditjen PP & PL Kemenkes RI
melaporkan bahwa pada tahun 2014 (sampai bulan September 2014) terdapat
22.869 kasus HIV dan 1.876 kasus AIDS di Indonesia. Berdasarkan kelompok
umur, jumlah kasus AIDS terbanyak berada pada kelompok umur 20 – 29
tahun.3,5
d. Masalah penyalahgunaan narkoba
Narkoba menjadi masalah yang cukup serius bagi generasi
muda.Selain perkembangan kasusnya yang begitu pesat, nakoba juga dapat
meracuni generasi muda baik tubuh maupun pikirannya. Nakoba ini menjadi
titik awal dari berbagai masalah sosial dan kriminalitas, misalnya
perampokan. Berdasarkan data BNN 2004, menunjukkan bahwa 1,5% dari
7
jumlah penduduk Indonesia (3.2 juta jiwa) adalah pengguna narkoba. Dari
jumlah tersebut, 78% diantaranya adalah remaja usia 20 – 29 tahun.3
2.2 Sehat
Terdapat beberapa definisi sehat, antara lain:
a. Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 1992, yang dimaksud dengan sehat
ialah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.6
b. Menurut WHO tahun 1947, sehat adalah keadaan sejahtera, sempurna dari
fisik, mental, dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit
atau kelemahan saja.7
c. Menurut While tahun 1977, kesehatan adalah keadaan dimana seseorang pada
waktu diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat
tanda-tanda suatu penyakit atau kelainan.7
12
13
Riwayat Makanan:
Tabel 1. Food Recall
I(16/9/2019) II(17/9/2019) III (18/9/2019)
Pagi Nasi kuning 1 Nasi 1 centong Nasi 1 centong
porsi Oseng buncis 1 Sayur jipang 5 sdm
Air putih 1 gelas gelas Tempe 2 buah
Tahu 1 buah Teh manis 1 gelas
Tempe 1 buah
Air putih 1 gelas
Siang Nasi putih 1 Nasi 1 centong Nasi Goreng 1 porsi
centong Oseng buncis 1 Telur dadar 1 buah
Telur dadar 1 gelas Air putih 1 gelas
buah Tahu 1 buah Risoles 1 buah
Tempe 1 buah Tempe 1 buah
Air putih 1 gelas Air putih 1 gelas
Malam Nasi putih 1 Nasi putih 1 Nasi 1 centong
centong centong Sayur jipang 5 sdm
Kering tempe 5 Telur dadar 1 buah Tempe 2 buah
sdm Tahu 1 buah Air putih 1 gelas
Pepaya Air putih 1 gelas
14
Riwayat Pertumbuhan :
BB saat ini : 55 kg
TB saat ini : 168 cm
LiLA : 24 cm
BMI : 19,48 kg/m2
Kesan: Gizi baik, perawakan normal
Riwayat Perkembangan :
Pasien adalah siswa kelas 3 SMA. Prestasi pasien di sekolah cukup
baik, pasien meraih prestasi yang baik di SMP sebelumnya. Pasien rajin
mengikuti ekstrakurikuler, pasien tidak pernah tinggal kelas dan mampu
beradaptasi dengan teman-teman sekolahnya.
Riwayat Pubertas :
Pasien mimpi basah pertama usia 11 tahun.
B. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 18 September 2019, pukul 12.30 WIB di Puskesmas
Ngaliyan
Cor
Inspeksi : Iktus Cordis tak tampak
Palpasi : Iktus Cordis teraba di SIC V LMCS
Perkusi : Batas atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas kanan : linea parasternal dektra
Batas kiri : SIC V 2 cm medial LMCS
Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : suara jantung I – II normal, bising (-), gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ronkhi (-/-),
wheezing (-/-), hantaran (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : datar, venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
Perkusi : tympani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Palpasi : supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)
Ekstremitas Superior Inferior
Oedema -/- +/ +
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capillary Refill <2”/<2” <2”/<2”
Ptekie -/- -/-
C. Diagnosis Kerja
Remaja usia 17 tahun
D. Rencana Penatalaksanaan
1. Medikamentosa: -
2. Nonmedikamentosa:
a) Edukasi tentang pola hidup sehat seperti:
- Cuci tangan secara teratur terutama setelah beraktivitas di tempat
umum
- Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
- Berolahraga secara teratur untuk meningkatkan kekebalan tubuh
dan mengurangi risiko penularan infeksi.
b) Edukasi tentang kesehatan reproduksi remaja yaitu menstruasi,
kebersihan reproduksi, perubahan yang terjadi saat pubertas.
c) Edukasi tentang NAPZA dan rokok agar dapat menolak dan
menghindari hal tersebut.
C. HEEADSSS
Tabel 3. HEEADSSS
Home Pasien tinggal di Jalan Bringin bersama ayah, ibu,
dan kedua adiknya. Bahasa yang digunakan di rumah
adalah bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Pasien
memiliki kamar sendiri. Menurut pasien, ayah adalah
seorang pekerja keras untuk menafkahi keluarga,
hubungan dengan ayah baik. Ibu adalah seorang yang
galak bila anaknya salah, hubungan dengan ibu baik.
Adik An.LA adalah seorang yang jahil, suka
bercanda, hubungan dengan adik sangat baik. Pasien
sangat senang dan melatih diri lebih mandiri dengan
adanya kelahiran By. AN. Pertengkaran yang terjadi
dalam keluarga biasanya pasien dengan adik An.LA
karena adik suka menjahili, atau ibu dengan An. LA
karena sulit disuruh belajar, atau ibu dengan pasien
karena tugas sekolah yang kadang merepotkan orang
tua misalnya membawa bahan-bahan. Menurut
pasien, pasien paling dekat dengan adiknya An. LA.
Pasien jarang mencurahkan perasaan dan ceritanya
kepada orang tua karena biasanya orang tua
menyarankan untuk menyelesaikan masalah sendiri,
dan jarang menceritakan kepada adiknya An.LA
karena adiknya tidak mengerti. Pasien biasanya minta
tolong kepada ayah, ibu, dan adik apabila ada
kesulitan. Pasien biasanya mengasuh adik-adik di
rumah. Tidak
ada kekerasan di dalam rumah.
22
Tabel 3. HEEADSSS
Education/ Pasien menyukai sekolah yang sekarang dan merasa
Environmental sangat cocok karena pergaulan dan pendidikannya
baik. Pasien mengatakan tidak menyukai guru IPA
nya karena tidak pernah menjelaskan namun
langsung diberi tugas. Apabila ada kesulitan atau
sesuatu yang penting untuk dibicarakan di sekolah,
biasanya pasien mengajak bicara kakak kelas. Pasien
memiliki kelebihan di mata pelajaran matematika dan
PJOK dan kekurangan pada mata pelajaran IPS dan
bahasa Inggris. An. V memiliki beberapa guru favorit
karena cara mengajarnya yang menyenangkan.
Pasien memiliki 11 orang teman dekat perempuan
yang menurut pasien baik dan suka menolong,
Namun pasien juga merasa kurang menyukai 4 orang
teman laki-laki karena egois tidak mau membantu
kalau sedang bekerja kelompok. Nilai-nilai ujian di
sekolah lumayan baik. Masalah yang biasa dihadapi
di sekolah adalah pertengkaran antar kelas atau teman
dekat, namun biasanya menyelesaikan sendiri dalam
hari yang sama. Pasien tidak pernah mengalami
bullying. Cita-cita pasien adalah dokter. Menurut
pasien sekolah di SD dan SMP berbeda, dimana SD
biasanya teman-teman banyak yang memperhatikan
pasien, namun di SMP tidak sebanyak saat di SD.
Pasien biasanya belajar 3 hari sebelum adanya
ulangan.
23
Tabel 3. HEEADSSS
Eating/ Exercise Pasien makan 3 kali sehari, dengan komposisi
makanan nasi, sayur dan lauk pauk biasanya telur
atau ayam. Saat pasien mengalami stres, biasanya
pasien merasa tidak nafsu makan. Berat badan pasien
saat ini adalah 75 kg dengan tinggi badan 165 cm.
Pasien merasa puas dengan tubuhnya yang sekarang
ini.
Tabel 3. HEEADSSS
Drug use/ Pasien dan anggota keluarga tidak mengkonsumsi
cigarettes/ rokok, alkohol maupun narkoba.
alcohol
Sexuality Pasien tertarik pada teman lawan jenisnya sejak usia
11 tahun, namun saat ini tertarik pada orang yang
berbeda yaitu adik kelasnya. Pasien tidak pernah
berpacaran, tidak pernah melakukan hubungan
seksual. Pasien sudah mendapatkan pendidikan
kesehatan reproduksi beberapa kali di sekolah.
Suicide/ Self- Pasien tidak pernah merasa putus asa sampai melukai
Harm/ diri sendiri ataupun orang lain. Jika sedang sedih atau
Depression/ marah, biasanya pasien bercerita kepada teman
Mood dekatnya. Pasien jarang merasa sedih. Pasien tidak
pernah merasa seperti kehilangan minat beraktivitas.
Pasien dapat tidur dengan baik, biasanya 8 jam
sehari. Pasien tidak merasa cemas, pasien tidak
khawatir mengenai berat badannya. Pasien tidak
pernah melihat atau mendengar sesuatu yang tidak
dilihat atau didengar orang lain. Pasien tidak pernah
merasa seperti berkuasa atas dunia atau energinya
berlebihan untuk beraktivitas.
Safety Pasien tidak pernah cidera yang serius. Pasien selalu
Spirituality menggunakan helm saat berkendara motor. Agama
pasien adalah Islam, untuk sholat biasanya disuruh
oleh ibu.
25
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
27
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Interpretasi:
Skor gejala emosional 4
Skor masalah perilaku 4
Skor hiperaktivitas 3
Skor hubungan dengan teman sebaya: 2
Skor kesulitan 13
Skor perilaku prososial 5
Kesan: Normal
28
An. V
B 2001
18 th
Keterangan:
- Tanggal pembuatan genogram: 18 September 2018
- Pemberi Informasi: Ny. SH
- Jenis keluarga : Nuclear family
- Keterangan genogram:
: Laki-laki : Pasien B : Lahir
: Perempuan : Satu rumah D : Meninggal
: Meninggal M : Menikah
27
B. Family Map
Gambar 2. Family Map
An. V : pasien
Tn. SPP : ayah pasien
An.V Ny. SH : ibu pasien
An. LAM : adik pasien
By. ANNA: adik pasien
Keterangan:
: Laki-laki : Perempuan = : fungsional
C. Family Lifeline
Tabel 6. Family Lifeline
Tahun Usia Life Event Severity of Illness
2001 0 Lahir di Semarang
205 4 th Masuk TK
2005 4 th Kelahiran adik An.LAM
2007 6 th Masuk SD
2013 13 th Masuk SMP
2016 16 th Masuk SMA, kelahiran An.
ANNA
29
E. APGAR
Menurut An. V, beliau selalu puas dapat kembali ke keluarganya
untuk membantunya saat kesusahan. Beliau kadang-kadang puas dengan
cara keluarganya membicarakan sesuatu dengan beliau dan
mengungkapkan masalah dengan beliau. An. V merasa keluarganya selalu
menerima dan mendukung keinginannya utuk melakukan aktivitas atau
arah baru. Beliau kadang-kadang puas dengan cara keluarganya
mengeskpresikan afek dan berespon terhadap emosinya serta selalu puas
cara keluarganya selalu menyediakan waktu bersama-sama. Skor Apgar
didapatkan skor 8 menunjukkan tidak ada disfungsi keluarga.
30
F. SCREEM
Tabel 7. SCREEM
Sumber Patologi
Sosial Interaksi sosial merupakan bukti antara anggota Tidak ada
keluarga, anggota keluarga jalur komunikasi yang
seimbang dengan grup sosial di luar keluarga
seperti tetangga dan lingkungan kerja.
Kebudayaan Kebudayaan Jawa namun tidak disertai dengan Tidak ada
adanya mitos-mitos tertentu
Keagamaan Taat beribadah, memiliki ruang beribadah, seluruh Tidak ada
anggota keluarga memiliki kepercayaan yang sama
Ekonomi Stabilitas ekonomi cukup untuk menyediakan Tidak ada
kebutuhan primer dan sekunder.
Pendidikan Pendidikan anggota keluarga cukup untuk dapat Tidak ada
memecahkan atau memahami sebagian besar
permasalahan yang muncul dalam keluarga
Kesehatan Perawatan kesehatan biasanya datang ke fasilitas Tidak ada
kesehatan
b. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan dua orang adik laki-laki. Pasien
sempat merasa cemburu saat pertama kali memiliki adik karena pasien berusia
4 tahun pertama kali masuk TK namun ibu sedang lahiran dan repot mengurus
adik. Pasien adalah anak yang mandiri, disiplin dan bertanggung jawab.
Pasien pernah bertengkar saat SD karena digoda temannya. Pasien
mengatakan saat sudah menstruasi, pasien merasa lebih malu dan tertutup
terhadap orang tua karena orangtua terbiasa melatih anak untuk
menyelesaikan masalah sendiri. Hubungan dengan teman-teman baik. Pada
saat kelas 6 SD pasien menjadi lulusan terbaik, untuk membuktikan kepada
gurunya yang lebih sayang kepada temannya yang selalu juara 1. Saat ini,
pasien sudah bisa berpendapat, berargumen dengan orang tua, memiliki
jadwal tetap untuk belajar dan bermain, untuk waktu ibadah masih diatur
orang tua. Pasien memiliki handphone sejak kelas 5 SD, penggunaan selalu di
luar kamar sehingga ibu dapat mengkontrol penggunaannya. Pasien rajin
mengajar adik-adiknya mengenai tugas di sekolah. Pengambilan keputusan
dalam masalah di keluarga dipegang oleh ayah dan ibu pasien. Waktu luang
pasien diisi dengan membantu orang tua di rumah, bermain HP dan bermain
dengan teman sebaya di lingkungan rumahnya. Hubungan pasien dengan
keluarga baik. Setiap hari keluarga inti menyediakan waktu untuk berkumpul
bersama. Setiap Sabtu atau Minggu, keluarga merencanakan wisata atau jalan-
jalan.
c. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien tinggal di Bringin, Kelurahan Ngaliyan, Kecamatan Ngaliyan.
Komunikasi keluarga dengan tetangga baik. Pasien bersosialisasi dengan
tetangga. Tidak ada kepercayaan atau mitos dalam keluarga.
32
jauh, lebih dari 10 meter. Jamban keluarga ini adalah jamban bentuk leher
angsa. Tempat penampungan air dikuras 1 kali seminggu, barang-barang
bekas biasanya dijual dan penampungan air ditutup.
3. Akses ke Sarana Kesehatan
Jarak dari rumah ke Puskesmas Ngaliyan 5-10 menit dengan motor,
Jarak dari rumah ke RS Permata Medika juga 5-10 menit dengan motor.
4. Denah rumah
Gambar 3. Denah Rumah
d. Aspek 4
Beberapa ruangan tidak memiliki langit-langit rumah, dinding tembok,
lantai rumah ubin, tidak ada genangan air, dan cukup bersih, ventilasi
>10% luas rumah.
e. Aspek 5: derajat fungsional 1 (pasien beraktivitas mandiri)
C. Community Oriented
1. Promotif
a. Mengedukasi tetangga dan lingkungan sekitar agar
menyiapkan makanan yang bergizi yang bervariasi, asupan
buah dan protein hewani
b. Mengedukasi tetangga dan lingkungan sekitar mengenai masa
pubertas dan kesehatan reproduksi.
c. Memberikan edukasi kepada tetangga dan lingkungan sekitar
mengenai mengenai menstruasi dan nyeri haid
d. Memberikan edukasi kepada tetangga dan lingkungan sekitar
mengenai rokok dan NAPZA agar dapat mengingatkan dan
memantau anak-anak dalam keluarga.
2. Preventif
a. Mengedukasi tetangga dan lingkungan sekitar mengenai
pertolongan pertama saat cedera olahraga (RICE)
b. Memberikan edukasi kepada tetangga dan lingkungan sekitar
tanda abnormalitas menstruasi dan apabila pasien mengalami
40
4.1 Kesimpulan
Penatalaksanaan pasien remaja perempuan 18 tahun, gizi baik, perawakan
normal dengan pendekatan kedokteran keluarga adalah sebagai berikut:
A. Terapi medikamentosa: -
B. Terapi edukasi:
1. Edukasi tentang pola hidup sehat seperti:
- Cuci tangan secara teratur terutama setelah beraktivitas di tempat umum
- Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
- Berolahraga secara teratur untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan
mengurangi risiko penularan infeksi.
2. Edukasi tentang kesehatan reproduksi remaja yaitu menstruasi, kebersihan
reproduksi, perubahan yang terjadi saat pubertas.
3. Edukasi tentang NAPZA dan rokok agar dapat menolak dan menghindari
hal tersebut.
C. Pembinaan terhadap pasien dan keluarga
1. Konseling Gizi
- Mengevaluasi food recall
- Menjelaskan tujuan dan manfaat makan-makanan bergizi
- Mengedukasi pasien agar memilih makanan yang lengkap kalori, protein
hewani dan nabati, sayuran dan buah-buahan untuk zat mikronutrien..
- Memberikan jadwal menu untuk diterapkan oleh ibu
44
45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Pasien
Dapur
52
53
NAPZA
Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro