Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN KASUS

KEDOKTERAN KELUARGA

SEORANG REMAJA PRIA USIA 17 TAHUN GIZI


BAIK, PERAWAKAN NORMAL

Diajukan guna memenuhi tugas Kedokteran Keluarga


Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Disusun oleh :
Arindra Adi Rahardja
22010117220036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Seorang Remaja Pria Usia 17 Tahun, Gizi
Baik, Perawakan Normal telah disajikan guna melengkapi tugas Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro pada tanggal 9 Desember
2019.

Semarang, 6 Desember 2019

Mengesahkan,
Pembimbing

dr., M.Kes
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali
ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual.1 Masa remaja disebut juga sebagai masa perubahan, meliputi
perubahan dalam sikap, dan perubahan fisik. Remaja pada tahap tersebut mengalami
perubahan banyak perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga
penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja.2 Batasan usia remaja berbeda-
beda sesuai dengan sosial budaya daerah setempat. WHO membagi kurun usia dalam
2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan usia
remaja Indonesia usia 11-24 tahun dan belum menikah.1 Menurut Hurlock, masa
remaja dimulai dengan masa remaja awal (12-24 tahun), kemudian dilanjutkan
dengan masa remaja tengah (15-17 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).2
Remaja sebagai generasi penerus bangsa mempunyai potensi yang besar bagi
negara.Oleh karena itu remaja harus mampu berprestasi di segala bidang sehingga
menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas.Untuk bisa menjadi generasi
berkualitas, remaja harus mampu menghindari dan mengatasi permasalahan –
permasalahan remaja yang cukup kompleks seiring dengan masa transisinya.
Permasalahan tersebut diantaranya yaitu masalah seksualitas (kehamilan di luar nikah
dan aborsi), terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV dan AIDS, serta
penyalahgunaan NAPZA dan miras.3
Remaja memerlukan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, diantaranya
orang tua, lingkungan, institusi pendidikan, tenaga kesehatan, serta pemerintah. Oleh
karena itu dokter umum, sebagai salah satu tenaga kesehatan, perlu memiliki
kemampuan untuk mengenali kondisi kesehatan seorang remaja dan memberikan

1
10

edukasi mengenai permasalahan remaja yang sering terjadi. Upaya untuk memiliki
kemampuan yang baik pada kondisi tersebut adalah dengan melakukan tinjauan kasus
kedokteran keluarga melalui kunjungan rumah seperti yang dilakukan dalam laporan
kasus ini.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Memahami dan melaksanakan diagnosis holistik serta penanganan
komprehensif pasien remaja sehat berdasarkan pendekatan keluarga.
1.2.2 Tujuan khusus
 Terlaksananya kunjungan ke rumah pasien.
 Mengetahui diagnosis holistik pasien dan keluarga pasien.
 Terlaksananya penatalaksanaan pasien secara komprehensif.
1.3 Manfaat
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi media belajar bagi
mahasiswa agar dapat melaksanakan praktek kedokteran keluarga termasuk
diagnosis holistik dan penanganan komprehensif secara langsung kepada
pasien remaja sehat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja
2.1.1 Definisi
Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali
ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual.1 Masa remaja disebut juga sebagai masa perubahan, meliputi
perubahan dalam sikap, dan perubahan fisik. Remaja pada tahap tersebut mengalami
perubahan banyak perubahan baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga
penuh dengan masalah-masalah pada masa remaja.2 Batasan usia remaja berbeda-
beda sesuai dengan sosial budaya daerah setempat. WHO membagi kurun usia dalam
2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan usia
remaja Indonesia usia 11-24 tahun dan belum menikah.1 Menurut Hurlock, masa
remaja dimulai dengan masa remaja awal (12-24 tahun), kemudian dilanjutkan
dengan masa remaja tengah (15-17 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).2

2.1.2 Tahapan Remaja


Menurut Sarwono dan Hurlock ada tiga tahap perkembangan remaja, yaitu1,2 :
a. Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun
Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan perubahan-perubahan
yang terjadi pada tubuhnya. Remaja mengembangkan pikiran-pikiran baru,
cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Pada
tahap ini remaja awal sulit untuk mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.
Remaja ingin bebas dan mulai berfikir abstrak.
b. Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja
merasa senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada kecendrungan

3
4

“narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang


mempunyai sifat yang sama pada dirinya. Remaja cenderung berada dalam
kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana. Pada fase
remaja madya ini mulai timbul keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis
dan berkhayal tentang aktivitas seksual sehingga remaja mulai mencoba
aktivitas-aktivitas seksual yang mereka inginkan.
c. Remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang
ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :
o Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
o Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang dan
dalam pengalaman-pengalaman yang baru.
o Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
o Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri.
o Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
public

2.1.3 Perkembangan Remaja1,2,4


a. Perkembangan fisik
Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada remaja. Kematangan seksual
sering terjadi seiring dengan perkembangan seksual secara primer dan
sekunder. Perubahan secara primer berupa perubahan fisik dan hormon
penting untuk reproduksi, perubahan sekunder antara laki- laki dan
perempuan berbeda. Pada anak perempuan tampak perubahan pada bentuk
tubuh seperti tumbuhnya payudara dan panggul yang membesar. Puncak
kematangan pada remaja wanita adalah ketika mendapatkan menstruasi
pertama (menarche). Menstruasi pertama menunjukkan bahwa remaja
5

perempuan telah memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga akan
keluar bersama darah menstruasi melalui vagina atau alat kelamin wanita.

b. Perkembangan emosi
Perkembangan emosi sangat berhubungan dengan perkembangan
hormon, dapat ditandai dengan emosi yang sangat labil. Remaja belum bisa
mengendalikan emosi yang dirasakannya dengan sepenuhnya.
c. Perkembangan kognitif
Remaja mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan
masalah dengan tindakan yang logis. Remaja dapat berfikir abstrak dan
menghadapi masalah yang sulit secara efektif. Jika terlibat dalam masalah,
remaja dapat mempertimbangkan beragam penyebab dan solusi yang sangat
banyak.
d. Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial ditandai dengan terikatnya remaja pada
kelompok sebaya. Pada masa ini, remaja mulai tertarik dengan lawan jenis.
Minat sosialnya bertambah dan penampilannya menjadi lebih penting
dibandingkan sebelumnya. Perubahan fisik yang terjadi seperti berat badan
dan proporsi tubuh dapat menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan
seperti, malu dan tidak percaya diri.

2.1.4 Masalah dan Tantangan Remaja


Berikut masalah – masalah kompleks yang sering di hadapi remaja, yaitu3,5:
a. Masalah seksualitas
Masalah seksualitas pada remaja adalah seks pranikah. Menurut
survey yang dilakukan oleh Komnas Perlindungan Anak di 33 provinsi pada
Januari-Juni 2008 didapatkan data 1) 97% remaja SMP dan SMA pernah
menonton film porno, 2) 93,7% remaja SMP dan SMA pernah berciuman,
6

genital stimulation, oral seks, 3) 62,7% remaja SMP tidak perawan, 4) 21,2%
remaja mengaku penah aborsi. Faktor yang paling mempengaruhi remaja
untuk melakukan hubungan seksual adalah teman sebaya/pacar, mempunyai
teman yang setuju dengan hubungan seks pranikah, dan mempunyai teman
yang mempengaruhi untuk melakukan seks pranikah.3,5
b. Masalah aborsi
Berdasarkan data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI,
Rakyat Merdeka, Tahun 2006) didapatkan bahwa 2,5 juta perempuan pernah
melakukan aborsi per tahun, 27% dilakukan oleh remaja, dan sebagian besar
dilakukan secara tidak aman. Sekitar 30 – 35% aborsi ini adalah penyumbang
kematian ibu.3,5
c. Masalah HIV/AIDS
Infeksi HIV atau AIDS merupakan penyakit yang menyerang sistem
kekebalan tubuh manusia, melemahkan sistem kekebalan tubuhnya sehingga
mudah terserang berbagai penyakit. HIV/AIDS dapat menular lewat darah,
cairan sperma, cairan vagina, dan ASI.HIV/AIDS sangat mempengaruhi
kehidupan penderitanya. Penderitanya akan dikucilkan oleh masyarakat
sehingga mereka meresa tidak percaya diri. Ditjen PP & PL Kemenkes RI
melaporkan bahwa pada tahun 2014 (sampai bulan September 2014) terdapat
22.869 kasus HIV dan 1.876 kasus AIDS di Indonesia. Berdasarkan kelompok
umur, jumlah kasus AIDS terbanyak berada pada kelompok umur 20 – 29
tahun.3,5
d. Masalah penyalahgunaan narkoba
Narkoba menjadi masalah yang cukup serius bagi generasi
muda.Selain perkembangan kasusnya yang begitu pesat, nakoba juga dapat
meracuni generasi muda baik tubuh maupun pikirannya. Nakoba ini menjadi
titik awal dari berbagai masalah sosial dan kriminalitas, misalnya
perampokan. Berdasarkan data BNN 2004, menunjukkan bahwa 1,5% dari
7

jumlah penduduk Indonesia (3.2 juta jiwa) adalah pengguna narkoba. Dari
jumlah tersebut, 78% diantaranya adalah remaja usia 20 – 29 tahun.3

2.1.5 Perilaku Kesehatan Remaja


Perubahan perilaku kesehatan sebagai tujuan dari promosi atau pendidkan
kesehatan, mempunyai 3 dimensi, yakni2:
a. Mengubah perilaku negatif yang tidak sehat menjadi perilaku positif sesuai
dengan nilai – nilai kesehatan
b. Mengembangkan perilaku positif yaitu pembentukan atau pengambangan
perilaku sehat
c. Memelihara perilaku yang sudah positif atau perilaku yang sudah sesuai
dengan norma/nilai kesehatan (perilaku sehat)

Langkah yang bisa di ambil untuk membangun kesadaran remaja berperilaku


sehat yaitu2:
1. Penyuluhan rutin mengenai AIDS, narkoba dan seks pranikah kepada remaja
yang dapat dilakukan di sekolah maupun secara umum.
2. Diskusi ilmiah mengenai masalah remaja dengan menghadirkan orang yang
sudah pernah mengalami, sehingga dapat berbagi pengalaman.
3. Mengadakan buku-buku yang khusus membahas masalah tersebut dan
dikemas secara menarik, misal dalam bentuk komik atau novel.
4. Memasukkan materi mengenai kesehatan reproduksi ke dalam materi
pelajaran di sekolah. Materi kesehatan reproduksi ini dapat disisipkan pada
pelajaranbiologi dan penjaskes untuk hal-hal yang bersifat pengetahuan
anatomi dan medis, serta pelajaran pendidikan agama atau kewargaan negara
untuk penanaman moral dan etika kepribadian.
5. Mengadakan penyuluhan kepada orangtua mengenai masalah remaja supaya
orang tua lebih meningkatkan pengawasan terhadap anaknya. Kegiatan ini
8

dapat dilakukan melalui kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR) atau


kelompok kegiatan lainnya.
6. Mengadakan kegiatan peduli remaja, seperti pemeriksaan kesehatan remaja,
penyuluhan gizi remaja, pembinaan mental keagamaan, kegiatan pelatihan,
dsb.

2.2 Sehat
Terdapat beberapa definisi sehat, antara lain:
a. Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 1992, yang dimaksud dengan sehat
ialah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.6
b. Menurut WHO tahun 1947, sehat adalah keadaan sejahtera, sempurna dari
fisik, mental, dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit
atau kelemahan saja.7
c. Menurut While tahun 1977, kesehatan adalah keadaan dimana seseorang pada
waktu diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat
tanda-tanda suatu penyakit atau kelainan.7

2.3 Kedokteran Keluarga


2.3.1 Hakikat Kedokteran Keluarga7,8
Kedokteran keluarga merupakan disiplin akademik profesional, yaitu
pengetahuan klinik yang dimplementasikan pada komunitas keluarga. Dokter harus
mmahami manusia bukan hanya sebagai makhluk biologik, tetapi juga makhluk
sosial. Dalam hal ini harus memahami hakikat biologik, psikologik, sosiologik,
ekologik, dan medik.
a. Hakikat biologik
Kedokteran keluarga memperhatikan pula perihal dinamika kehidupan
keluarga sebagai makhluk biologis, yaitu masuk keluarnya seseorang anggota
9

keluarga dalam organisasi keluarga. Mulai dari proses pra-konsepsi/ pra-nikah


sampai lahirnya anak, atau bertambahnya jumlah anggota keluarga.
Bertambahnya usia kemudian meninggal, atau anggota keluarga yang pindah
tempat, sehingga berkurang jumlah anggota keluarga.
Untuk lebih terinci menilai permasalahan keluarga, dinilai dari kualitas
hidup keluarga serta fungsi keluarga, yaitu peranan fungsi biologis keluarga
perihal yang berkenaan dengan organ sistem terpadu dari individu dan anggota
keluarga lainnya yang mempunyai risiko, meliputi: adanya faktor keturunan,
kesehatan keluarga, dan reproduksi keluarga; yang semuanya berpengaruh
terhadap kualitas hidup keluarga.
b. Hakikat psikologik
Sebagai makhluk sosial, manusia mempunyai aktivitas dan tingkah laku
yang meerupakan gambaran sikap manusia yang menentukan penampilan dan
pola perilakuk dan kebiasaannya.
c. Hakikat sosiologik
Dalam kehidupannya manusia berhubungan dengan sesama baik lingkup
keluarga, pekerjaan, budaya, dan geografis, yang menimbulkan berbagai proses
dan gejolak. Kebijaksanaan yang digunakan dokter keluarga adalah yang
berorientasikan penyakit/ permasalahan yang berhubungan dengan:
 Proses dinamika dalam keluarga
 Potensi keluarga
 Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh budaya positif
 Pendidikan dan lingkungannya
d. Hakikat ekologik
Ekologi dalam kedokteran keluarga membahas manusia seutuhnya dalam
interaksinya dengan sesamanya dan spesies lainnnya juga hubungannya dengan
lingkungan fisik dalam rumah tangganya.
e. Hakikat medik
1
0

Temuan-temuan di bidang teknologi kedokteran akan juga mempengaruhi


ilmu kedokteran keluarga. Pergeseran pola perilaku dan pola penyakit, akan
mempengaruhi pola pelayanan kedokteran. Karena itu, kedokteran keluarga
sebagai ilmu akan berkembanga dalam bidang yang mempengaruhi kesehatan,
kesejahteraan, dan kebahagiaan keluarga.

2.3.2 Pendekatan Kedokteran Keluarga7,8


Prinsip dalam kedokteran keluarga adalah pendekatan keluarga. Pendekatan
keluarga merupaka serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang terencana,
terarah, untuk menggali, meningkatkan, dan mengarahkan peran serta keluarga agar
dapat memanfaatkan potensi yang ada guna menyembukan anggota keluarga dan
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga yang mereka hadapi. Dalam pendekatan
ini diberdayakan apa yang dimiliki oleh keluarga dan anggota keluarga untuk
menyembukan dan menyelesaikan masalah keluarga. Hal ini dapat dilakukan bila
memahami profil dan fungsi keluarga.
Pelayanan kedokteran keluarga merupakan pelayanan yang bersifat
komprehensif, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Materi
kedokteran keluarga pada hakikatnya merupakan kepedulian dunia kedokteran perihal
masalah-masalah ekonomi dan sosial, di samping masalah organobiologik, yaitu
ditujukan terhadap pengguna jasa sebagai bagian dalam lingkungan keluarga.
Demikian pula pemanfaatan ilmunya yang bersifat menyeluruh, yaitu pelayanan
terhadap masalah organ, mental-psikologikal dan sosial keluarga.
2.3.3 Prinsip Pelayanan Kedokteran Keluarga
Prinsip – prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran
WHO dan WONCA yang mencantumkan prinsip – prinsip ini dalam banyak
terbitannya.Prinsip – prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat meningkatkan
kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip –
11

prinsip pelayanan / pendekatan kedokteran keluarga adalah memberikan /


mewujudkan9:
1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
2. Pelayanan yang kontinu
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
tempat tinggalnya
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hokum
8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan
9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
Dengan melihat pada prinsip pelayanan yang harus dilaksanakan, maka
disusun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter untuk dapat disebut
menjadi dokter keluarga.
Salah satu prinsip kedokteran keluarga adalah koordinatif dan kolaboratif.
Koordinatif berarti dokter keluarga mampu melakukan koordinasi dalam bentuk
rujukan pada waktu yang tepat ke spesialis atau profesional kesehatan lain, sedangkan
pelayanan kolaboratif artinya dokter mampu bekerja sama dengan suatu tim medis,
pelayanan kesehatan, dan kegiatan sosial lannya. Selain itu mampu berkontribusi dan
berpartisipasi aktif dalam tim pelayanan multidisiplin.9
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : An. GTLH
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : Semarang, 4 September 2002
Umur : 17 tahun
Kedudukan dalam keluarga : Anak

Identitas kepala keluarga (suami)


Nama : Tn. FXK
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : Tamat D3
Pekerjaan : Guru

Alamat lengkap : Jl. Bringin RT 003/RW 003


Kelurahan Ngaliyan, Kecamatan Ngaliyan
Semarang

3.2 Resume Penyakit dan Penatalaksanaan yang Sudah Dilakukan


A. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara aloanamnesis pada tanggal 18 September
2019 pukul 12.00 WIB di Puskesmas Ngaliyan
Keluhan Utama: tidak ada

12
13

Riwayat Penyakit Sekarang:


Saat ini pasien berusia 18 tahun, demam (-), batuk (-), pilek (-), keluar
cairan dari telinga (-), nyeri (-), mual (-), muntah (-), BAB dan BAK tidak
ada keluhan, makan dan minum tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat alergi disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat asma disangkal

Riwayat Makanan:
Tabel 1. Food Recall
I(16/9/2019) II(17/9/2019) III (18/9/2019)
Pagi Nasi kuning 1 Nasi 1 centong Nasi 1 centong
porsi Oseng buncis 1 Sayur jipang 5 sdm
Air putih 1 gelas gelas Tempe 2 buah
Tahu 1 buah Teh manis 1 gelas
Tempe 1 buah
Air putih 1 gelas
Siang Nasi putih 1 Nasi 1 centong Nasi Goreng 1 porsi
centong Oseng buncis 1 Telur dadar 1 buah
Telur dadar 1 gelas Air putih 1 gelas
buah Tahu 1 buah Risoles 1 buah
Tempe 1 buah Tempe 1 buah
Air putih 1 gelas Air putih 1 gelas
Malam Nasi putih 1 Nasi putih 1 Nasi 1 centong
centong centong Sayur jipang 5 sdm
Kering tempe 5 Telur dadar 1 buah Tempe 2 buah
sdm Tahu 1 buah Air putih 1 gelas
Pepaya Air putih 1 gelas
14

Riwayat Pertumbuhan :
BB saat ini : 55 kg
TB saat ini : 168 cm
LiLA : 24 cm
BMI : 19,48 kg/m2
Kesan: Gizi baik, perawakan normal

Riwayat Perkembangan :
Pasien adalah siswa kelas 3 SMA. Prestasi pasien di sekolah cukup
baik, pasien meraih prestasi yang baik di SMP sebelumnya. Pasien rajin
mengikuti ekstrakurikuler, pasien tidak pernah tinggal kelas dan mampu
beradaptasi dengan teman-teman sekolahnya.

Riwayat Pubertas :
Pasien mimpi basah pertama usia 11 tahun.

Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat alergi disangkal


Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat asma disangkal
15

Riwayat Sosial Ekonomi :


Ayah pasien seorang guru di sebuah SMK di Semarang. Ibu
seorang ibu rumah tangga. Penghasilan ayah kurang lebih Rp
2.500.000,00. Pasien tinggal bersama ayah, ibu, 2 orang kakak laki-laki
berusia 24 tahun dan 21 tahun. Pembiayaan kesehatan dengan JKN non
PBI. Kesan sosial ekonomi cukup.

B. Pemeriksaan Fisik
Tanggal 18 September 2019, pukul 12.30 WIB di Puskesmas
Ngaliyan

Keadaan umum : baik, aktif


Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital :
 Tekanan Darah: 120/80 mmHg
 Nadi : 72 x/menit, isi dan tegangan cukup
 Pernapasan : 18 x/menit
 Suhu : 36,4 C (aksiler)
Status Generalis
 Mata : konjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-
 Telinga : Discharge (-),nyeri tekan tragus (-)
 Hidung : Discharge (-), nafas cuping hidung (-), epistaksis (-)
 Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-), mukosa kering
 Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-), granulasi (-), post nasal
drip (-), nyeri telan (-)\
 Leher : Trakhea di tengah, pembesaran nnll (-/-), pembesaran
kelenjar tiroid (-)
 Thorax : Simetris, retraksi otot pernafasan (-), sela iga
melebar (-), venektasi dinding dada (-)
16

 Cor
Inspeksi : Iktus Cordis tak tampak
Palpasi : Iktus Cordis teraba di SIC V LMCS
Perkusi : Batas atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas kanan : linea parasternal dektra
Batas kiri : SIC V 2 cm medial LMCS
Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : suara jantung I – II normal, bising (-), gallop (-)
 Pulmo
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ronkhi (-/-),
wheezing (-/-), hantaran (-/-)
 Abdomen :
Inspeksi : datar, venektasi (-)
Auskultasi : Bising usus dalam batas normal
Perkusi : tympani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-)
Palpasi : supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)
 Ekstremitas Superior Inferior
Oedema -/- +/ +
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capillary Refill <2”/<2” <2”/<2”
Ptekie -/- -/-
C. Diagnosis Kerja
Remaja usia 17 tahun

Gizi baik, Perawakan Normal


17

D. Rencana Penatalaksanaan
1. Medikamentosa: -
2. Nonmedikamentosa:
a) Edukasi tentang pola hidup sehat seperti:
- Cuci tangan secara teratur terutama setelah beraktivitas di tempat
umum
- Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
- Berolahraga secara teratur untuk meningkatkan kekebalan tubuh
dan mengurangi risiko penularan infeksi.
b) Edukasi tentang kesehatan reproduksi remaja yaitu menstruasi,
kebersihan reproduksi, perubahan yang terjadi saat pubertas.
c) Edukasi tentang NAPZA dan rokok agar dapat menolak dan
menghindari hal tersebut.

3.3 Data Tambahan


Profil Anggota Keluarga Satu Rumah
Tabel 2. Daftar anggota keluarga
No. Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
dalam
keluarga
1. Tn. FXK Kepala KK L 51 th Tamat D3 Guru Dalam kondisi
sehat
2. Ny. MDA Istri P 47 th Tamat Ibu rumah Dalam kondisi
SMA tangga sehat
3. An. HIAH Anak L 24 th Tamat S1 Karyawan Dalam kondisi
kandung Swasta sehat

4. An. ERNH Anak L 21 th Tamat SMA Pelajar SD Dalam kondisi


kandung kelas 2 sehat
5. An. GTLH Anak L 17 th Tamat Pelajar Dalam kondisi
kandung SMP SMA kelas sehat
3
Bentuk keluarga: keluarga inti/ nuclear family
18

A. Pola asah asih asuh


1) Asuh
 Imunisasi dasar dan booster lengkap
 Jika sakit anak dibawa ke puskesmas atau rumah sakit
 Anak tinggal di dalam rumah permanen
 Anak terlahir dengan ayah ibu yang masih hidup, dibesarkan oleh
ibu dan ayah sampai sekarang
 Berdasarkan kuesioner pola asuh, pola asuh orangtua demokratis:
kasih sayang/ kehangatan baik (skor 11), keterlibatan orang tua
baik (skor 12), pengawasan orang tua/kontrol baik (skor 11).
- Orang tua setuju menanyakan kepada anak apa yang
mereka inginkan di hari libur.
- Orang tua sangat setuju pada saat tidak punya uang dan
anak ingin sesuatu, maka orang tua berusaha
menjelaskan keadaan kepada anak.
- Orang tua sangat setuju senda gurau meliputi rumah
sehingga suasana rumah menjadi hangat.
- Orang tua setuju sengaja melibatkan anak-anak saat
menyiapkan makanan karena suka kebersamaan dengan
mereka.
- Orang tua setuju menegur apabila anak berbuat salah
kepada temannya sewaktu bermain dan mengajak anak
berdiskusi mengenai hal tersebut.
- Orang tua setuju meminta kepada anak untuk membantu
mencari peralatan yang dia hilangkan.
- Orang tua setuju menginginkan anak untuk mmbereskan
mainan bilamana mereka lupa melakukannya.
19

- Orang tua sangat setuju memberikan batasan waktu


bermain bagi anak dan memberikan alasan mengapa
melakukan.
- Orang tua sangat setuju memberitahukan alasan kenapa
anak-anak sebaiknya tidur siang sehingga mereka dapat
mengerti alasan tersebut.
- Orang tua setuju bila mau membelikan mainan untuk
anak, biasanya menanyakan kepada anak pilihan mainan
yang diinginkan.
2) Asih
 Anak merupakan anak yang diinginkan oleh keluarganya
 Ayah dan ibu masih hidup
 Anak dibesarkan oleh ayah dan ibu sampai sekarang.
3) Asah
 Stimulasi diperoleh dari ayah dan ibu.

B. Lingkungan mikro mini meso makro


1) Lingkungan Mikro
Tidak terdapat kelainan/penyakit yang diturunkan di keluarga.
Proses kelahiran anak secara pervaginam. Bayi lahir langsung
menangis, tidak biru, tidak kuning. Tidak terdapat kelainan kongenital
atau dismorfik.
2) Lingkungan Mini
Masalah kesehatan saat ibu hamil tidak ada. Orang tua
memiliki pengetahuan yang cukup untuk merawat anak. Orangtua
mengetahui arti ASI eksklusif dan mempraktekkan ASI eksklusif pada
anak, namun kurang mengetahui kebutuhan gizi untuk remaja. Orang
tua mengetahui tindakan yang dilakukan bila anak demam dan diare.
20

Orangtua mengetahui cara memantau pertumbuhan anak. Gaji


orangtua cukup untuk kehidupan keluarga. Orangtua mendukung
program wajib belajar pemerintah. Hubungan suami istri harmonis dan
konsisten dalam menerapkan pola asuh. Orangtua tidak beranggapan
program kesehatan bertentangan dengan agama/budaya. Orangtua
selektif dalam menyikapi teknologi. Orangtua memiliki peraturan
mengenai jam menonton televisi/bermain game atau gadget. Imunisasi
dasar anak lengkap dan booster sesuai usia. Seluruh anggota keluarga
sudah mengikuti program JKN. Orang tua memiliki buku KIA untuk
anak dan mengetahui fungsi buku KIA. Orangtua membawa anak ke
puskesmas bila anak sakit. Ayah bekerja sedangkan ibu sebagai ibu
rumah tangga. Anak tidak dititipkan di tempat penitipan anak. Ibu dan
ayah yang merawat anak sehari-hari.
3) Lingkungan Meso
Terdapat posyandu di lingkungan anak. Puskesmas terdekat
mudah dijangkau. Terdapat PAUD, SD, SMP dan SMA yang cukup
dekat dengan tempat tinggal anak. Menurut orang tua program acara
televisi nasional saat ini masih kurang baik untuk anak.
4) Lingkungan Makro
Program pemerintah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak adalah imunisasi wajib dan wajib belajar.
21

C. HEEADSSS
Tabel 3. HEEADSSS
Home Pasien tinggal di Jalan Bringin bersama ayah, ibu,
dan kedua adiknya. Bahasa yang digunakan di rumah
adalah bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Pasien
memiliki kamar sendiri. Menurut pasien, ayah adalah
seorang pekerja keras untuk menafkahi keluarga,
hubungan dengan ayah baik. Ibu adalah seorang yang
galak bila anaknya salah, hubungan dengan ibu baik.
Adik An.LA adalah seorang yang jahil, suka
bercanda, hubungan dengan adik sangat baik. Pasien
sangat senang dan melatih diri lebih mandiri dengan
adanya kelahiran By. AN. Pertengkaran yang terjadi
dalam keluarga biasanya pasien dengan adik An.LA
karena adik suka menjahili, atau ibu dengan An. LA
karena sulit disuruh belajar, atau ibu dengan pasien
karena tugas sekolah yang kadang merepotkan orang
tua misalnya membawa bahan-bahan. Menurut
pasien, pasien paling dekat dengan adiknya An. LA.
Pasien jarang mencurahkan perasaan dan ceritanya
kepada orang tua karena biasanya orang tua
menyarankan untuk menyelesaikan masalah sendiri,
dan jarang menceritakan kepada adiknya An.LA
karena adiknya tidak mengerti. Pasien biasanya minta
tolong kepada ayah, ibu, dan adik apabila ada
kesulitan. Pasien biasanya mengasuh adik-adik di
rumah. Tidak
ada kekerasan di dalam rumah.
22

Tabel 3. HEEADSSS
Education/ Pasien menyukai sekolah yang sekarang dan merasa
Environmental sangat cocok karena pergaulan dan pendidikannya
baik. Pasien mengatakan tidak menyukai guru IPA
nya karena tidak pernah menjelaskan namun
langsung diberi tugas. Apabila ada kesulitan atau
sesuatu yang penting untuk dibicarakan di sekolah,
biasanya pasien mengajak bicara kakak kelas. Pasien
memiliki kelebihan di mata pelajaran matematika dan
PJOK dan kekurangan pada mata pelajaran IPS dan
bahasa Inggris. An. V memiliki beberapa guru favorit
karena cara mengajarnya yang menyenangkan.
Pasien memiliki 11 orang teman dekat perempuan
yang menurut pasien baik dan suka menolong,
Namun pasien juga merasa kurang menyukai 4 orang
teman laki-laki karena egois tidak mau membantu
kalau sedang bekerja kelompok. Nilai-nilai ujian di
sekolah lumayan baik. Masalah yang biasa dihadapi
di sekolah adalah pertengkaran antar kelas atau teman
dekat, namun biasanya menyelesaikan sendiri dalam
hari yang sama. Pasien tidak pernah mengalami
bullying. Cita-cita pasien adalah dokter. Menurut
pasien sekolah di SD dan SMP berbeda, dimana SD
biasanya teman-teman banyak yang memperhatikan
pasien, namun di SMP tidak sebanyak saat di SD.
Pasien biasanya belajar 3 hari sebelum adanya
ulangan.
23

Tabel 3. HEEADSSS
Eating/ Exercise Pasien makan 3 kali sehari, dengan komposisi
makanan nasi, sayur dan lauk pauk biasanya telur
atau ayam. Saat pasien mengalami stres, biasanya
pasien merasa tidak nafsu makan. Berat badan pasien
saat ini adalah 75 kg dengan tinggi badan 165 cm.
Pasien merasa puas dengan tubuhnya yang sekarang
ini.

Activities & Peer Waktu luang digunakan pasien untuk bermain


relationship handphone, membuat pasien senang. Pasien biasa
bercanda, bermain, merasa sangat nyaman bersama 2
orang teman perempuan karena mereka dapat
dipercaya, selalu ada saat pasien membutuhkan, apa
adanya dan lebih perhatian. Pasien sering bercanda
bersama teman-temannya. Menurut pasien, teman-
teman menggambarkan pasien sebagai orang yang
baik, suka bercanda, jahil dan pintar bela diri. Pasien
menghabiskan kurang lebih 3,5 jam untuk menonton
TV setiap hari, 7-9 jam untuk menggunakan
handphone. Handphone digunakan untuk bermain
game, mencari informasi dan berkomunikasi. Pasien
memiliki lagu favorit seperti lagu barat, Nisa Sabyan
dan lagu cover Via Valen.
24

Tabel 3. HEEADSSS
Drug use/ Pasien dan anggota keluarga tidak mengkonsumsi
cigarettes/ rokok, alkohol maupun narkoba.
alcohol
Sexuality Pasien tertarik pada teman lawan jenisnya sejak usia
11 tahun, namun saat ini tertarik pada orang yang
berbeda yaitu adik kelasnya. Pasien tidak pernah
berpacaran, tidak pernah melakukan hubungan
seksual. Pasien sudah mendapatkan pendidikan
kesehatan reproduksi beberapa kali di sekolah.
Suicide/ Self- Pasien tidak pernah merasa putus asa sampai melukai
Harm/ diri sendiri ataupun orang lain. Jika sedang sedih atau
Depression/ marah, biasanya pasien bercerita kepada teman
Mood dekatnya. Pasien jarang merasa sedih. Pasien tidak
pernah merasa seperti kehilangan minat beraktivitas.
Pasien dapat tidur dengan baik, biasanya 8 jam
sehari. Pasien tidak merasa cemas, pasien tidak
khawatir mengenai berat badannya. Pasien tidak
pernah melihat atau mendengar sesuatu yang tidak
dilihat atau didengar orang lain. Pasien tidak pernah
merasa seperti berkuasa atas dunia atau energinya
berlebihan untuk beraktivitas.
Safety Pasien tidak pernah cidera yang serius. Pasien selalu
Spirituality menggunakan helm saat berkendara motor. Agama
pasien adalah Islam, untuk sholat biasanya disuruh
oleh ibu.
25

D. Pediatric Symptoms Checklist -35


Tabel 4. Pediatric Symptoms Checklist -35
Tidak Kadang-
No Perilaku Anak Sering
Pernah kadang
1. Sering mengeluh nyeri atau sakit √
2. Menyendiri √
3. Mudah lelah, kurang energik √
Gelisah, sulit untuk duduk
4. √
tenang
Bermasalah dengan guru di
5. √
sekolah
Kurang perhatian pada pelajaran
6. √
di sekolah
Berperilaku solah-olah
7. √
dikendalikan oleh mesin
8. Terlalu banyak melamun √
9. Mudah teralih perhatiannya √
10. Takut pada situasi baru √
11. Sedih dan murung √
12. Mudah marah √
13. Cepat putus asa √
14. Susah berkonsentrasi √
15. Tidak suka berkawan √
16. Berkelahi dengan anak lain √
17. Membolos di sekolah √
18. Penurunan prestasi di sekolah √
19. Memandang rendah diri sendiri √
Ke dokter tetapi ternyata tidak
20. √
ditemukan kelainan
21. Gangguan tidur √
22. Kecemasan yang berlebihan √
23. Ingin bersama anda lebih lama √
24. Merasa dirinya buruk √
Mengambil risiko berlebihan
25. √
yang tidak perlu
26. Ceroboh √
27. Kurang gembira √
Kekanak-kanakan dibanding
28. √
anak sebayanya
29. Tidak mengikuti peraturan √
28

Tabel 4. Pediatric Symptoms Checklist -35


Tidak Kadang-
No Perilaku Anak Sering
Pernah kadang
30. Tidak menunjukan perasaan √
Tidak memahami perasaan
31. √
orang lain
32. Mengganggu orang lain √
33. Menyalahkan diri sendiri √
Mengambil barang yang bukan
34. √
kepunyaannya
35. Menolak untuk berbagi √

Skor: 23 (Tidak ditemukan masalah psikososial)

E. Strengths and Difficulties Questionnaire


Tabel 5. Strengths and Difficulties Questionnaire













27

Tabel 5. Strengths and Difficulties Questionnaire













Interpretasi:
Skor gejala emosional 4
Skor masalah perilaku 4
Skor hiperaktivitas 3
Skor hubungan dengan teman sebaya: 2
Skor kesulitan 13
Skor perilaku prososial 5
Kesan: Normal
28

3.4 Dinamika Keluarga


A. Genogram
Gambar 1. Genogram

An. V
B 2001
18 th

Keterangan:
- Tanggal pembuatan genogram: 18 September 2018
- Pemberi Informasi: Ny. SH
- Jenis keluarga : Nuclear family
- Keterangan genogram:
: Laki-laki : Pasien B : Lahir
: Perempuan : Satu rumah D : Meninggal
: Meninggal M : Menikah
27

B. Family Map
Gambar 2. Family Map

An. V : pasien
Tn. SPP : ayah pasien
An.V Ny. SH : ibu pasien
An. LAM : adik pasien
By. ANNA: adik pasien

Keterangan:
: Laki-laki : Perempuan = : fungsional

C. Family Lifeline
Tabel 6. Family Lifeline
Tahun Usia Life Event Severity of Illness
2001 0 Lahir di Semarang
205 4 th Masuk TK
2005 4 th Kelahiran adik An.LAM
2007 6 th Masuk SD
2013 13 th Masuk SMP
2016 16 th Masuk SMA, kelahiran An.
ANNA
29

D. Family Life cycle


Menurut siklus kehidupan keluarga oleh Duvall 1977, keluarga pasien
masuk dalam siklus ke 5 yaitu keluarga dengan anak usia sekolah (13-20
tahun), prestasi sekolah kedua anak baik, hubungan dengan teman sebaya
baik. Hubungan anak dengan keluarga baik.

E. APGAR
Menurut An. V, beliau selalu puas dapat kembali ke keluarganya
untuk membantunya saat kesusahan. Beliau kadang-kadang puas dengan
cara keluarganya membicarakan sesuatu dengan beliau dan
mengungkapkan masalah dengan beliau. An. V merasa keluarganya selalu
menerima dan mendukung keinginannya utuk melakukan aktivitas atau
arah baru. Beliau kadang-kadang puas dengan cara keluarganya
mengeskpresikan afek dan berespon terhadap emosinya serta selalu puas
cara keluarganya selalu menyediakan waktu bersama-sama. Skor Apgar
didapatkan skor 8 menunjukkan tidak ada disfungsi keluarga.
30

F. SCREEM
Tabel 7. SCREEM
Sumber Patologi
Sosial Interaksi sosial merupakan bukti antara anggota Tidak ada
keluarga, anggota keluarga jalur komunikasi yang
seimbang dengan grup sosial di luar keluarga
seperti tetangga dan lingkungan kerja.
Kebudayaan Kebudayaan Jawa namun tidak disertai dengan Tidak ada
adanya mitos-mitos tertentu
Keagamaan Taat beribadah, memiliki ruang beribadah, seluruh Tidak ada
anggota keluarga memiliki kepercayaan yang sama
Ekonomi Stabilitas ekonomi cukup untuk menyediakan Tidak ada
kebutuhan primer dan sekunder.
Pendidikan Pendidikan anggota keluarga cukup untuk dapat Tidak ada
memecahkan atau memahami sebagian besar
permasalahan yang muncul dalam keluarga
Kesehatan Perawatan kesehatan biasanya datang ke fasilitas Tidak ada
kesehatan

3.5 Identifikasi Fungsi Keluarga


Fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Biologis
Hasil wawancara dengan Ny. SH (ibu pasien) dan An.V diperoleh
keterangan bahwa penyakit yang sering dialami oleh adalah batuk pilek.
Pasien memiliki riwayat flek paru pada usia 1 tahun sudah pengobatan 6 bulan
dan dikatakan sembuh. Tidak ada anggota keluarga yang sakit. Ibu tidak
mengalami sakit sebelum, selama dan sesudah hamil. Tidak ada anggota
keluarga yang meninggal dalam satu tahun terakhir. Pasien sudah menstruasi
pertama usia 11 tahun, siklus haid teratur 25 hari, lama haid 5-7 hari. Pasien
mengaku merasakan nyeri haid pada hari pertama. Terdapat bayi yang tinggal
serumah dengan pasien (By. ANNA 9 hari). Perencanaan kesehatan dilakukan
secara bersama antara ayah dan ibu.
31

b. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan dua orang adik laki-laki. Pasien
sempat merasa cemburu saat pertama kali memiliki adik karena pasien berusia
4 tahun pertama kali masuk TK namun ibu sedang lahiran dan repot mengurus
adik. Pasien adalah anak yang mandiri, disiplin dan bertanggung jawab.
Pasien pernah bertengkar saat SD karena digoda temannya. Pasien
mengatakan saat sudah menstruasi, pasien merasa lebih malu dan tertutup
terhadap orang tua karena orangtua terbiasa melatih anak untuk
menyelesaikan masalah sendiri. Hubungan dengan teman-teman baik. Pada
saat kelas 6 SD pasien menjadi lulusan terbaik, untuk membuktikan kepada
gurunya yang lebih sayang kepada temannya yang selalu juara 1. Saat ini,
pasien sudah bisa berpendapat, berargumen dengan orang tua, memiliki
jadwal tetap untuk belajar dan bermain, untuk waktu ibadah masih diatur
orang tua. Pasien memiliki handphone sejak kelas 5 SD, penggunaan selalu di
luar kamar sehingga ibu dapat mengkontrol penggunaannya. Pasien rajin
mengajar adik-adiknya mengenai tugas di sekolah. Pengambilan keputusan
dalam masalah di keluarga dipegang oleh ayah dan ibu pasien. Waktu luang
pasien diisi dengan membantu orang tua di rumah, bermain HP dan bermain
dengan teman sebaya di lingkungan rumahnya. Hubungan pasien dengan
keluarga baik. Setiap hari keluarga inti menyediakan waktu untuk berkumpul
bersama. Setiap Sabtu atau Minggu, keluarga merencanakan wisata atau jalan-
jalan.
c. Fungsi Sosial dan Budaya
Pasien tinggal di Bringin, Kelurahan Ngaliyan, Kecamatan Ngaliyan.
Komunikasi keluarga dengan tetangga baik. Pasien bersosialisasi dengan
tetangga. Tidak ada kepercayaan atau mitos dalam keluarga.
32

d. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


Ayah pasien bekerja sebagai pegawai swasta di optik dengan
penghasilan tetap,  Rp 2.500.000 per bulan. Ibu pasien tidak bekerja. Dalam
membayar tagihan rumah tangga menggunakan uang yang dikelola oleh ibu
dan ayah yaitu untuk kebutuhan rumah tangga, makan, serta iuran BPJS,
sisanya untuk pendidikan dan tabungan. Anggota keluarga sudah memiliki
kartu JKN.
e. Fungsi Pendidikan
Pasien saat ini adalah seorang siswi di kelas 3 SMA. Ayah pasien bersekolah
sampai tamat D3, ibu pasien tamat SMA. Adik laki-laki sedang duduk di kelas
2 SD. Keluarga melakukan perencanaan dan menyediakan dana khusus untuk
sekolah anak-anak.
f. Fungsi Religius
Seluruh anggota keluarga beragama Islam, menjalankan ibadah dan
menyediakan ruangan khusus untuk ibadah.

3.6 Perilaku Hidup Sehat


Tabel 8. Perilaku Hidup Sehat

Indikator Suami Istri Balita Bayi Keluar


0-6 bl ga
Keluarga mengikuti KB Y Y 1
Ibu bersalin di faskes Y 1
Bayi imunisasi dasar lengkap Y 1
Bayi diberi ASI eksklusif Y 1
selama 6 bulan
Pertumbuhan balita dipantau Y 1
tiap bulan
Penderita TB paru berobat NA NA NA
sesuai standar
Penderita hipertensi berobat NA NA NA
teratur
Gangguan jiwa berat tidak NA NA NA
ditelantarkan
33

Tabel 8. Perilaku Hidup Sehat

Indikator Suami Istri Balita Bayi Keluar


0-6 bl ga
Tidak ada anggota keluarga Y Y Y Y 1
yang merokok
Keluarga memiliki/memakai 1
air bersih
Keluarga memiliki/memakai 1
jamban sehat
Sekeluarga menjadi anggota Y Y Y Y 1
JKN/Askes
Indeks Keluarga Sadar Kesehatan 9/9
(KS)

Faktor-faktor mempengaruhi kesehatan yang ditemukan:


1. Faktor Perilaku
Faktor perilaku yang berhasil diidentifikasi adalah:
 Variasi makanan dalam keluarga kurang, kurang mengkonsumsi buah
dan protein hewani.
 Personal hygiene sudah baik, apabila ada anggota keluarga yang sakit
biasanya diperiksakan ke puskesmas
 Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan menstruasi kurang.
 Pengetahuan mengenai NAPZA dan rokok kurang
 Kurangnya pengetahuan pertolongan pertama saat cedera olahraga
 Terlalu lama di depan handphone atau laptop dan posisi duduk
 Kurang mencari fasilitas kesehatan saat berwisata
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang berhasil diidentifikasi adalah:
Beberapa ruangan tidak memiliki langit-langit rumah, dinding tembok,
lantai rumah ubin, tidak ada genangan air, dan cukup bersih, ventilasi
>10% luas rumah.
34

3. Faktor sarana pelayanan kesehatan


Faktor sarana pelayanan kesehatan yang berhasil diidentifikasi adalah:
 Terdapat RS Permata Medika dan Puskesmas Ngaliyan yang dapat
ditembuh 5-10 menit dengan motor
4. Faktor keturunan
Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita alergi, kelainan
kongenital, jantung, hipertensi, kencing manis, dan penyakit keturunan
lainnya.
3.7 Lingkungan Rumah
A. Komponen Rumah
Langit-Langit Beberapa ruang tidak ada
Dinding Tembok
Lantai Ubin
Jendela kamar tidur Ada
Jendela ruang keluarga Ada
Ventilasi Ada, luas ventilasi >10% luas lantai
Lubang asap dapur Ada
Pencahayaan Terang dan tidak silau sehingga dapat
untuk membaca normal
Hewan Ternak Ada, kandang burung di halaman
Jendela rumah setiap hari dibuka baik jendela kamar maupun jendela
ruang keluarga, Rumah dan halaman dibersihkan setiap hari, Setiap hari
sampah dibuang di tempat sampah, Kebiasaan memasak dengan kompor gas.
2. Sarana Sanitasi
Sarana pembuangan air limbah (SPAL) di rumah keluarga ini dialirkan
ke selokan tertutup. Pembuangan sampah pada keluarga ini adalah tempat
sampah dalam rumah kedap air dan tertutup. Sarana air bersih didapat dari
sumur gali. Jarak antara sarana air bersih dan tempat pembuangan kotoran
35

jauh, lebih dari 10 meter. Jamban keluarga ini adalah jamban bentuk leher
angsa. Tempat penampungan air dikuras 1 kali seminggu, barang-barang
bekas biasanya dijual dan penampungan air ditutup.
3. Akses ke Sarana Kesehatan
Jarak dari rumah ke Puskesmas Ngaliyan 5-10 menit dengan motor,
Jarak dari rumah ke RS Permata Medika juga 5-10 menit dengan motor.
4. Denah rumah
Gambar 3. Denah Rumah

3.8 Lingkungan Pekerjaan


Pasien adalah seorang siswi kelas 3 SMA. Pasien banyak melakukan kegiatan
duduk menulis dan menggunakan handphone dan laptop. Risiko penyakit yaitu
kelainan postur tulang belakang karena posisi duduk, gangguan penglihatan
karena terlalu lama di depan handphone atau laptop dan jarak membaca.
36

Pengetahuan Kedokteran Wisata


Keluarga merencakan terlebih dahulu apabila akan berwisata, biasanya
dengan akomodasi kendaraan bermotor, keluarga sudah mengerti pentingnya
menggunakan helm dan berkendara yang aman. Orang tua memperhatikan
makanan yang akan dibeli anak. Keluarga juga menjaga anak agar tidak jatuh
dan tidak hilang saat berwisata. Keluarga tidak ada yang memiliki penyakit
risiko tinggi sehingga tidak membawa obat-obatan tertentu. Namun keluarga
kurang mengetahui dan tidak mencari tahu ada tidaknya fasilitas kesehatan di
tempat-tempat wisata yang dikunjungi. Selama berwisata, anggota keluarga
jarang menjadi sakit.

3.9 Diagnostik Holistik


a. Aspek 1
Keluhan : tidak ada keluhan.
Kekhawatiran : tidak ada.
Harapan: dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat
b. Aspek 2
Remaja perempuan 18 Gizi baik,
perawakan normal
c. Aspek 3
 Variasi makanan dalam keluarga kurang, kurang mengkonsumsi buah
dan protein hewani.
 Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan menstruasi kurang.
 Pengetahuan mengenai NAPZA dan rokok kurang
 Perilaku lama di depan handphone dan laptop serta posisi duduk
 Kurangnya pengetahuan pertolongan pertama saat cedera olahraga
 Keluarga kurang mengetahui dan tidak mencari tahu ada tidaknya
fasilitas kesehatan di tempat-tempat wisata yang dikunjungi.
37

d. Aspek 4
Beberapa ruangan tidak memiliki langit-langit rumah, dinding tembok,
lantai rumah ubin, tidak ada genangan air, dan cukup bersih, ventilasi
>10% luas rumah.
e. Aspek 5: derajat fungsional 1 (pasien beraktivitas mandiri)

3.12 Rencana Penatalaksanaan Komprehensif


A. Patient Centered care
1. Promotif
a. Konseling gizi mengenai makanan yang bergizi yang bervariasi,
menambah asupan buah dan protein hewani, cukup istirahat.
b. Memberikan edukasi mengenai kesehatan reproduksi, masa
pubertas, kebersihan organ reproduksi
c. Memberikan edukasi mengenai menstruasi dan nyeri haid
d. Memberikan edukasi mengenai rokok dan NAPZA
2. Preventif
a. Memberikan edukasi mengenai pertolongan pertama saat cedera
olahraga (RICE)
b. Memberikan edukasi tanda abnormalitas menstruasi dan apabila
mengalami hal tersebut dapat memeriksakan diri ke fasilitas
kesehatan.
c. Mengedukasi pasien untuk mencegah Computer Vision
Syndrome, mengistirahatkan mata dengan melihat jauh dan
menggerak-gerakkan tubuh setelah 15 menit di depan handphone
atau laptop, mengajarkan posisi yang baik saat duduk.
d. Mengedukasi pasien agar mencari fasilitas kesehatan saat
berwisata sehingga mengetahui informasi kesehatan yang perlu
diperhatikan dan akses terdekat pelayanan kesehatan wisata.
38

3. Kuratif : belum diperlukan tindakan kuratif karena tidak


ditemukan adanya penyakit pada pasien
4. Rehabilitatif : mengedukasi pasien perlunya rehabilitasi apabila
terjadi cedera agar dapat kembali melakukan aktivitas seperti semula
B. Family Focused
1. Promotif
a. Konseling gizi kepada ibu agar menyiapkan makanan yang
bergizi yang bervariasi, menambah asupan buah dan protein
hewani, memberikan alternative jadwal masakan, dan
mengingatkan pasien agar cukup istirahat.
b. Mengedukasi ibu agar mendampingi pasien menghadapi masa
pubertas dan mengingatkan cara menjaga kesehatan
reproduksi.
c. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai mengenai
menstruasi dan nyeri haid
d. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai rokok dan
NAPZA agar dapat mengingatkan dan memantau anak-anak
dalam keluarga.
2. Preventif
a. Mengedukasi anggota keluarga mengenai pertolongan pertama
saat cedera olahraga (RICE)
b. Memberikan edukasi kepada anggota keluarga tanda
abnormalitas menstruasi dan apabila pasien mengalami hal
tersebut dapat membantu pasien memeriksakan diri ke fasilitas
kesehatan.
c. Mengedukasi anggota keluarga agar mencegah computer
vision syndrome saling mengingatkan untuk mengistirahatkan
mata dengan melihat jauh dan menggerak-gerakkan tubuh
39

setelah 15 menit di depan handphone atau laptop, mengajarkan


posisi yang baik saat duduk.
d. Mengedukasi keluarga agar mencari fasilitas kesehatan saat
berwisata sehingga mengetahui informasi kesehatan yang perlu
diperhatikan dan akses terdekat pelayanan kesehatan wisata.
3. Kuratif : belum diperlukan tindakan kuratif karena tidak
ditemukan adanya penyakit pada pasien
4. Rehabilitatif : mengedukasi keluarga pasien perlunya rehabilitasi
apabila terjadi cedera pada pasien agar dapat kembali
melakukan aktivitas seperti semula

C. Community Oriented
1. Promotif
a. Mengedukasi tetangga dan lingkungan sekitar agar
menyiapkan makanan yang bergizi yang bervariasi, asupan
buah dan protein hewani
b. Mengedukasi tetangga dan lingkungan sekitar mengenai masa
pubertas dan kesehatan reproduksi.
c. Memberikan edukasi kepada tetangga dan lingkungan sekitar
mengenai mengenai menstruasi dan nyeri haid
d. Memberikan edukasi kepada tetangga dan lingkungan sekitar
mengenai rokok dan NAPZA agar dapat mengingatkan dan
memantau anak-anak dalam keluarga.
2. Preventif
a. Mengedukasi tetangga dan lingkungan sekitar mengenai
pertolongan pertama saat cedera olahraga (RICE)
b. Memberikan edukasi kepada tetangga dan lingkungan sekitar
tanda abnormalitas menstruasi dan apabila pasien mengalami
40

hal tersebut dapat membantu pasien memeriksakan diri ke


fasilitas kesehatan.
c. Mengedukasi tetangga dan lingkungan sekitar agar saling
mengingatkan untuk mencegah computer vision syndrome
mengistirahatkan mata dengan melihat jauh dan menggerak-
gerakkan tubuh setelah 15 menit di depan handphone atau
laptop, mengajarkan posisi yang baik saat duduk.
3. Kuratif : belum diperlukan tindakan kuratif karena tidak
ditemukan adanya penyakit pada pasien
4. Rehabilitatif : mengedukasi tetangga dan lingkungan sekitar
perlunya rehabilitasi apabila terjadi cedera pada pasien agar dapat
kembali melakukan aktivitas seperti semula

3.11 Tindak Lanjut


Tabel 9. Intervensi dan Follow up
Risiko dan
Masalah Intervensi Follow up
Kesehatan
Variasi 20/09/2019 - Pasien sudah memahami pola
makanan Konseling Gizi dan jenis makanan yang baik
dalam - Mengevaluasi food recall dan benar
keluarga - Menjelaskan tujuan dan - Ibu pasien sudah dapat
kurang, kurang manfaat makan-makanan mempraktekkan daftar menu
mengkonsumsi bergizi untuk variasi makanan
buah dan - Mengedukasi pasien agar
protein hewani memilih makanan yang
lengkap kalori, protein
hewani dan nabati, sayuran
dan buah-buahan untuk zat
mikronutrien..
- Memberikan jadwal menu
untuk diterapkan oleh ibu
41

Tabel 9. Intervensi dan Follow up


Risiko dan
Masalah Intervensi Follow up
Kesehatan
Pengetahuan 20/09/2019 - Pasien sudah memahami
mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja pentingnya memahami
kesehatan - Mengedukasi pentingnya kesehatan reproduksi,
reproduksi dan memahami kesehatan perubahan pada masa pubertas
menstruasi reproduksi agar dapat - Pasien memahami terjadinya
kurang. bertindak dengan benar, kehamilan, masalah seks
mengenali kelainan dan bebas, penyakit menular
mengurangi risiko yang seksual dan tindak kekerasan
terjadi pada masa seksual
perkembangannya. - Pasien akan melaksanakan tips
- Mengedukasi perubahan agar dapat menjalani masa
pada masa pubertas remaja dengan baik dan tips
- Mengedukasi terjadinya menjaga kesehatan organ
kehamilan, masalah seks reproduksi
bebas, penyakit menular - Pasien sudah memahami siklus
seksual dan tindak menstruasi dan nyeri saat
kekerasan seksual menstruasi
- Memberi tips agar dapat
menjalani masa remaja
dengan baik dan tips
menjaga kesehatan organ
reproduksi
- Mengedukasi mengenai
siklus menstruasi dan nyeri
saat menstruasi
Kurangnya 20/09/2019 - Pasien memahami pengertian
pengetahuan NAPZA NAPZA, penyalahgunaan
mengenai - Mengedukasi pasien NAPZA, jenis-jenis NAPZA
rokok dan mengenai pengertian dan dan perubahan yang ditimbulkan
NAPZA penyalahgunaan NAPZA serta pengaruhnya terhadap
- Mengedukasi jenis-jenis kesehatan
NAPZA dan perubahan yang - Pasien sudah memiliki
ditimbulkan serta keterampilan hidup untuk
pengaruhnya terhadap melindungi diri dari
kesehatan penyalahgunaan NAPZA
- Mengedukasi keterampilan
hidup untuk melindungi diri
dari penyalahgunaan NAPZA
42

Tabel 9. Intervensi dan Follow up


Risiko dan
Masalah Intervensi Follow up
Kesehatan
Terlalu lama 20/09/2019 Pasien sudah memahami dan
di depan Computer Vision Syndrome mempraktekkan cara istirahat
handphone - Mengedukasi pasien agar mata setelah 15 menit di depan
atau laptop melakukan pemeriksaan handphone/laptop
dan posisi mata berkala Pasien juga sudah memahami
duduk - Mengedukasi pasien agar untuk duduk dalam posisi yang
mengistirahatkan mata baik dan benar.
dengan cara melihat jauh,
berkedip setelah 15 menit
di depan laptop/handphone.
- Mengedukasi pasien agar
menjaga jarak monitor dan
menjaga penerangan serta
ukuran huruf yang cukup
- Melatih pasien untuk duduk
dengan posisi yang baik
dan nyaman untuk menjaga
tulang belakang

Kurangnya 20/09/2019 Pasien dan keluarga dapat


pengetahuan RICE mempraktikkan RICE yaitu rest,
pertolongan - Menjelaskan kepada pasien ice, compress, elevate untuk
pertama saat dan keluarga mengenai pertolongan cedera olahraga
cedera pertolongan pertama saat
olahraga cedera olahraga
- Melakukan pelatihan RICE
yaitu rest, ice, compress,
elevate untuk pertolongan
cedera olahraga
Belum 20/09/2019 Keluarga sudah memahami
mencari Mengedukasi keluarga pasien pentingnya mencari fasilitas
fasilitas akan pentingnya mengetahui kesehatan di tempat wisata agar
kesehatan saat fasilitas kesehatan saat memperoleh informasi kesehatan
berwisata berwisata untuk mengetahui wisata dan akses pelayanan
informasi kesehatan dan akses kesehatan terdekat di tempat
pelayanan kesehatan terdekat wisata
43

Kesimpulan tindak lanjut:


 Tingkat pemahaman : Baik
 Faktor pendukung : Pasien dan ibu pasien dapat mengerti bahkan
berjanji melakukan saran yang diberikan.
 Faktor penghambat : Tidak berkesempatan bertemu dengan ayah pasien
karena bekerja
 Indikator keberhasilan : Pasien dan ibu pasien memahami, dapat
mengulangi edukasi yang diberikan, dan berjanji
melakukan perubahan perilaku.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penatalaksanaan pasien remaja perempuan 18 tahun, gizi baik, perawakan
normal dengan pendekatan kedokteran keluarga adalah sebagai berikut:
A. Terapi medikamentosa: -
B. Terapi edukasi:
1. Edukasi tentang pola hidup sehat seperti:
- Cuci tangan secara teratur terutama setelah beraktivitas di tempat umum
- Perbanyak konsumsi makanan kaya serat dan vitamin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
- Berolahraga secara teratur untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan
mengurangi risiko penularan infeksi.
2. Edukasi tentang kesehatan reproduksi remaja yaitu menstruasi, kebersihan
reproduksi, perubahan yang terjadi saat pubertas.
3. Edukasi tentang NAPZA dan rokok agar dapat menolak dan menghindari
hal tersebut.
C. Pembinaan terhadap pasien dan keluarga
1. Konseling Gizi
- Mengevaluasi food recall
- Menjelaskan tujuan dan manfaat makan-makanan bergizi
- Mengedukasi pasien agar memilih makanan yang lengkap kalori, protein
hewani dan nabati, sayuran dan buah-buahan untuk zat mikronutrien..
- Memberikan jadwal menu untuk diterapkan oleh ibu

44
45

2. Kesehatan Reproduksi Remaja


- Mengedukasi pentingnya memahami kesehatan reproduksi agar dapat
bertindak dengan benar, mengenali kelainan dan mengurangi risiko yang
terjadi pada masa perkembangannya.
- Mengedukasi perubahan pada masa pubertas
- Mengedukasi terjadinya kehamilan, masalah seks bebas, penyakit
menular seksual dan tindak kekerasan seksual
- Memberi tips agar dapat menjalani masa remaja dengan baik dan tips
menjaga kesehatan organ reproduksi
- Mengedukasi mengenai siklus menstruasi dan nyeri saat menstruasi
3. NAPZA
- Mengedukasi pasien mengenai pengertian dan penyalahgunaan NAPZA
- Mengedukasi jenis-jenis NAPZA dan perubahan yang ditimbulkan serta
pengaruhnya terhadap kesehatan
- Mengedukasi keterampilan hidup untuk melindungi diri dari
penyalahgunaan NAPZA
4. Computer Vision Syndrome
- Mengedukasi pasien agar melakukan pemeriksaan mata berkala
- Mengedukasi pasien agar mengistirahatkan mata dengan cara melihat
jauh, berkedip setelah 15 menit di depan laptop/handphone.
- Mengedukasi pasien agar menjaga jarak monitor dan menjaga
penerangan serta ukuran huruf yang cukup
- Melatih pasien untuk duduk dengan posisi yang baik dan nyaman untuk
menjaga tulang belakang
5. RICE
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai pertolongan pertama
saat cedera olahraga
- Melakukan pelatihan RICE yaitu rest, ice, compress, elevate untuk
pertolongan cedera olahraga
46

6. Mengedukasi pasien akan pentingnya mengetahui fasilitas kesehatan saat


berwisata untuk mengetahui informasi kesehatan dan akses pelayanan
kesehatan terdekat
4.2 Saran
Untuk meningkatkan kesehatan remaja diperlukan pendekatan keluarga
dalam menatalaksana pasien secara komprehensif.
47

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka; 2010


2. Hurlock, E.B. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
3. Laksmiwati A. 2011. Transformasi Sosial dan Perilaku Reproduksi Remaja.
Yogyakarta: UGM.
4. Batubara, Jose RL. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari
Pediatri 2010;12(1):21-9
5. Retnowati S. 2011. Remaja dan Permasalahannya. Yogyakarta: UGM.
6. Diskamara ER. 2009. Hubungan Profil Keluarga dengan Pola Penyakit Pasien
Keluarga Binaan Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Tahun 2006-2008. Jakarta: UI.
7. Anies. Kedokteran Keluarga: Pelayanan Kedokteran yang Berprinsip Pencegahan.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2014
8. Eka, Arsita Prasetyawati. 2014. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya. Solo:
Fakultas Kedokteran Universitars Sebelas Maret.
9. Prasetyawati AE. Kedokteran Keluarga. Solo: Fakultas Kedokteran Universitars
Sebelas Maret.
48

LAMPIRAN

1. Kuesioner Identifikasi Masalah Pertumbuhan-perkembangan dan


Faktor Risiko

No Pola Asuh KETERANGAN


1 Apakah tipe pola asuh orang tua yang diberikan pada Demokratis
anak?(berdasarkan kuesioner pola asuh)
No Identifikasi Faktor Risiko Lingkungan Mikro YA TIDAK
2 Apakah terdapat kelainan/penyakit yang diturunkan √
di keluarga?
3 Apakah proses kelahiran anak normal tanpa masalah √
kesehatan?
4 Apakah Anak sehat secara fisik? √
5 Apakah terdapat kelainan congenital atau dismorfik? √
6 Apakah Anak sehat secara mental emosional? √
7 Apakah Anak dapat bersosialisasi dengan baik? √
8 Apakah pertumbuhan anak normal?(sesuai buku √
KIA)
9 Apakah perkembangan anak normal?(sesuai buku √
KIA)
10 Apakah anak termasuk dalam tipe anak Penurut
manja/penurut/pasif (pilih salah satu)
No Identifikasi Faktor Risiko Lingkungan Mini YA TIDAK
11 Apakah terdapat masalah kesehatan saat kehamilan? √
12 Apakah orangtua memiliki pengetahuan yang cukup √
untuk merawat anak?
13 Apakah orangtua mengetahui arti asi eksklusif? √
14 Apakah orangtua mempraktekkan asi eksklusif √
kepada anak?
15 Apakah orangtua mengetahui tindakan apa yang √
dilakukan bila anak demam?
16 Apakah orangtua mengetahui tindakan apa yang √
dilakukan bila anak diare?
17 Apakah orangtua tahu cara memantau pertumbuhan √
dan perkembangan anak?
18 Apakah gaji orangtua cukup untuk kehidupan √
keluarga?
19 Apakah orangtua mendukung dengan program wajib √
belajar pemerintah?
20 Apakah orangtua mengetahui tentang kebutuhan √
nutrisi anak?
49

1. Kuesioner Identifikasi Masalah Pertumbuhan-perkembangan dan


Faktor Risiko (lanjutan)

No Pola Asuh KETERANGAN


21 Apakah hubungan suami dan istri harmonis dan Konsisten
konsisten dalam menerapkan pola asuh?
22 Apakah orangtua beranggapan terdapat program √
kesehatan yang bertentangan dengan agama/budaya?
23 Apakah orangtua selektif dalam menyikapi √
teknologi?
24 Apakah orangtua memliki peraturan mengenai jam √
menonton televisi/bermain game atau gadget?
25 Apakah imunisasi dasar anak lengkap? √
26 Apakah seluruh anggota keluarga sudah mengikuti √
program BPJS?
27 Apakah orangtua memiliki buku KIA untuk anak? √
28 Apakah orangtua mengetahui fungsi buku KIA? √
29 Apakah orangtua membawa anak ke fasilitas √
kesehatan/puskesmas bila anak sakit?
30 Apakah orangtua lebih percaya pengobatan √
alternative dibandingkan medis?
31 Apakah anak rutin dibawa ke posyandu? √
32 Apakah kedua orangtua bekerja diluar rumah? √
33 Apakah anak dititipkan di tempat penitipan anak? √
34 Apakah anak mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini Belum
35 Siapakah yang merawat anak sehari- Ibu, bapak
hari?(ibu/bapak/kakek-nenek/pengasuh)
No Identifikasi Faktor Risiko Lingkungan Meso YA TIDAK
36 Apakah terdapat Posyandu di lingkungan anak? √
37 Apakah Puskesmas yang terdekat mudah dijangkau? √
38 Bila lokasi puskesmas jauh, apakah terdapat fasilitas √
kesehatan yang lebih dekat?
39 Apakah terdapat PAUD yang cukup dekat dengan √
tempat tinggal anak?
40 Apakah terdapat fasilitas pendidikan formal √ SD dan
(SD/SMP/SMU) yang cukup dekat dengan tempat SMP
tinggal anak?
41 Apakah terdapat Tempat penitipan anak yang cukup √
dekat dengan tempat tinggal anak?(bila kedua
orangtua bekerja)
42 Menurut orangtua apakah program acara televisi √
nasional saat ini sudah baik?
50

No Identifikasi Lingkungan Makro


Sebutkan program-program pemerintah dan dasar hukumnya yang
menurut anda dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak?
1. Imunisasi wajib
2. Wajib Belajar

2. Foto Kegiatan dan Rumah

Pasien

Rumah tampak depan Ruang Keluarga/R. Tamu


51

Ruang Sholat Ruang Tidur

Dapur
52
53
NAPZA

Melissa Angela Chionardes

Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai