Disusun Oleh:
KELOMPOK UNGARAN II
SEMARANG
2019
SATUAN ACARA PENYULAN (SAP)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 25 menit tentang “Tumbuh Kembang
Anak” , diharapkan peserta penyuluhan dapat lebih memahami pentingnya
Perkembangan Tumbuh Kembang anak.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu
menjelaskan kembali :
a. Pengertian Tumbuh Kembang Anak.
b. Pengertian Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
c. Gangguan Tumbuh Kembang yang sering ditemui
d. Keuntungan dan keterbatasan dari Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
e. Pada Usia berapa saja dapat dilakukan Deteksi Tumbuh Kembang
C. Materi (terlampir)
D. Media
1. Leatflet
2. Speaker
E. Metode
1. Presentasi
2. Diskusi / Tanya jawab
F. Pengorganisasian
1. Moderator : Tri Sutrisno
2. Presentator : Wahyu Puspitasari
3. Fasilitator : Muhlisin
Sri Alfin Heljanan
H. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
I. Media
1. Persentasi
2. Leaflet
J. Rencana Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
Persiapan Media : Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan
dapat digunakan dalam penyuluhan yaitu :
a. Leaflet
b. Speaker
c. Laptop
2. Evaluasi Proses
a. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan
memahami materi penyuluhan yang diberikan.
b. Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
c. Selama proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh
dengan sasaran.
TEORI TUMBUH KEMBANG PADA ANAK
1) Anak akan bergerak dan berbuat sesuatu sesuai dengan keamuannya sendiri,
sehingga ia seolah-olah ingin mencoba apa yang dapat dilakukannya
2) Anak dapat menuntut atau menolak apa yang ia kehendaki atau tidak ia
kehendaki
3) Akan tertanam perasaan otonomi diri, yaitu rasa kemampuan mengatur
badannya dan lingkungannya sendiri. Hal ini menjadi dasar terbentuknya rasa
yakin pada diri dan harga diri di kemudian hari
b. Sikap orangtua
1) Doronglah agar anak dapat bergerak bebas dan berlatih melakukan hal-hal
yang diperkirakan mampu ia kerjakan, sehingga akan menumbuhkan rasa
kemampuan diri. Namun harus bersikap tegas untuk melindungi dari bahaya,
karena dorongan anak berbuat belum diimbangi oleh kemmapuan untuk
melaksanakannya secara wajar dan rasional
2) Usahakan agar anak mau bermain dengan anak lainnya. Dengan demikian ia
akan belajar bagaimana mengikuti aturan permainan. Namun jangan lupa
bahwa dalam bermain atau berhubungan dengan orang lain, anak masih
bersifat egoistis, yaitu mementingkan diri sendiri dan memperlakukan orang
lain sebagai obyek atau benda sesuai dengan kemauannya sendiri
3) Banyaklah berbicara kepada anak dalam kalimat pendek yang mudah
dimengerti
4) Bacakan buku cerita atau dongeng kepada anak setiap hari, dan doronglah
agar ia mau menceritakan kepada anda apa yang ia lihat atau dengar
5) Ajak anak ke taman, toko, kebun binatang, lapangan, atau tempat lainnya
6) Usahakan agar anak membereskan mainannya setelah bermain, membantu
kegiatan rumah tangga yang ringan dan menanggalkan pakaiannya tanpa
dibantu. Hal ini akan melatih anak untuk bertanggung jawab.
7) Latihlah anak dalam hal kebersihan diri, yaitu buang air kecil dan buang air
besar pada tempatmnya, namun jangan terlalu ketat
8) Latihlah anak untuk makan sendiri memakai sendok dan garpu, dan ajaklah ia
makan bersama keluarga
9) Berilah alat permainan yang sederhana, dan doronglah agar anak mau bermain
balok-balok atau menggambar
10) Jangan terlalu banyak memberikan larangan. Namun orangtua pun jangan
terbiasa menuruti segala permintaan anak. Bujuk dan tenangkanlah anak
ketika ia kecewa dengan cara memeluknya dan mengajaknya berbicara.
Gangguan / penyimpangan yang dapat timbul pada tahap ini
Kesulitan makan, terutama bila ibu memaksa makan
Suka mengadat (ngambek/tempertantrum)
Tingkah laku kejam
Tingkah laku menentang dan keras kepala
Gangguan dalam berhubungan dengan orang lain yang diwarnai oleh sikap
menyerang
1) Anak bersifat ingin tahu, banyak bertanya berbagai macam, dan meniru
kegiatan di sekitarnya.
2) Anak mulai melibatkan diri dalam kegiatan bersama dan menunjukkan
inisiatif untuk mengerjakan sesuatu, tapi ia tidak mementingkan hasilnya.
Pengalaman dalam melakukan aktivitas ini amat penting artinya bagi anak.
3) Seringkali kita lihat bahwa anak cenderung berpindah-pindah dan
meninggalkan tugas yang diberikan kepoadanya untuk melakukan yang
lain. Hal ini dapat menimbulkan krisis baru karena hal itu bertentangan
dengan lingkungan yang semakin menuntut, sehingga anak mengalami
kekecewaan
4) Jika dalam tahap sebelumnya hanya tokoh ibu yang bermakna bagi anak,
dalam tahap ini tokoh ayah mempunyai peran penting baginya. Disini
terbentuk segitiga hubungan kasih sayang ayah-ibu-anak. Anak laki-laki
merasa lebih sayang kepada ibunya, dan anak perempuan lebih sayang
kepada ayahnya
5) Melalui peristiwa ini, anak dapat mengalami perasaan sayang, benci,
irihati, persaingan, memiliki dan lain-lain. Begitu pula perasaan takut dan
cemas.
6) Kedua orangtua harus bekerjasama untuk membantu anak melalui tahap
ini. Peranan orangtua sebagai tokoh ayah dan tokoh ibu sangat penting
7) Ayah dan ibu merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu jangan mau
dimanipulasi oleh anak. Ayah dan ibu memberikan kasih sayang yang
sama, baik terhadap anak perempuan ataupun anak laki-laki
8) Dengan terselesaikannya hubungan segitiga tersebut, maka anak wanita
akan beridentifikasi dengan ibunya dan anak laki-laki dengan ayahnya
(identitas seksual maupun identitas diri)
9) Bila ibu terlalu dominan (menonjol pengaruhnya) dalam rumah tangga,
sedangkan ayah kurang tegas atau ayah tidak ada (absen) baik secara
lahiriah maupun kejiwaan, maka akan terjadi identifikasi (proses meniru)
yang salah. Anak laki-laki akan beridentifikasi dengan ibunya, sehingga ia
lebih mengembangkan sikap kewanitaan dan sebaliknya
10) Anak mulai melihat adanya perbedaan jenis kelamin. Kadang-kadang, ia
terpaku pada alat kelaminnya. Sering kita melihat anak laki-laki memegang
alat kelaminnya sampai ereksi. Jangan dimarahi karena hal ini tetapi
alihkanlah perhatiannya. Bila diatasi dengan baik, fase ini akan berakhir
dengan baik pada usia 6 tahun.
b. Sikap orangtua