Anda di halaman 1dari 23

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TUMBUH KEMBANG ANAK


DI RSJD Dr.AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH

Disusun Oleh:

KELOMPOK UNGARAN II

Muhlisin Tri Margiani


Nurfadila Tri Sutrisno
Santi Sartika Vicky Ayu Stela
Sri Alfin Heljanan Wahyu Puspita Sari
Surtania Yessy G Komul
Theofilya Amandya Kissya Yunita Purnaning Diah

PROGAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYAHUSADA

SEMARANG

2019
SATUAN ACARA PENYULAN (SAP)

Pokok pembahasan : Memberi pemahaman tentang tumbuh kembang anak.


Sub Pokok Pembahasan : Tumbuh Kembang Anak.
Sasaran : Orang tua pasien yang kontrol/berobat di RSJD Dr.
AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA
TENGAH
PELAKSANAAN KEGIATAN
Hari/tanggal : 28 November 2018
Waktu : 08.00 – 09.00 WIB
Tempat :Ruang tunggu DI RSJD Dr.AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH
Pemberi materi : Mahasiswa

A. Latar Belakang Kegiatan


Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia
seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan
sedini mungkin sejak anak masih didalam kandungan. Upaya kesehatan ibu yang
dilakukan sebelum dan semasa hamil hingga melahirkan, yang ditujukan untuk
menghasilkan keturunan yang sehat dan lahir dengan selamat ( intact survival ). Upaya
yang dilakukan sejak anak masih berada dalam kandungan sampai lima tahun pertama
kehidupannya.
Anak-anak adalah generasi penerus penentu masa depan bangsa. Kualitas
generasi penerus tergantung kepada kualitas tumbuh kembang terutama pada masa
Balita. Penyimpangan tumbuh kembang pada anak harus dapat dideteksi sejak dini,
terutama sebelum anak berumur 3 tahun supaya segar dapat diintervensi. Karena jika
penangananmya terlambat, akibatnya penyimpangan yang terjadi akan semakin sukar
diperbaiki. anak-anak tidak hanya perlu dipantau pertumbuhan fisik seperti berat
badan dan tinggi badannya saja. Tetapi juga perkembangan otak dan kecerdasannya, --
yang antara lain dapat dilihat dari perkembangan motorik halus, motorik kasar dan
lainnya.
Mengingat jumlah balita di Indonesia sangat besar yaitu 10 % dari seluruh
populasi, maka sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang
balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik,
stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas
termasuk deteksi dan intervensi penyimpangan tumbuh kembang.
Anak perlu diasuh dan dibimbing karena mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan adalah bertumbuhnya anak dari segi jasmani.
Perkembangan ialah berkembangnya kepribadian anak, dari seorang mahluk yang
tadinya secara mutlak bergantung pada lingkungannya, menjadi seorang yang secara
relatif mandiri dan berguna bagi lingkungannya.
Perkembangan anak merupakan proses. Artinya, perkembangan itu meliputi
berbagai aspek kehidupan manusia, dan terjadi sebagai hasil interaksi antara faktor
bawaan dan faktor lingkungan. Agar perkembangan itu berjalan sebaik-baiknya, anak
perlu diasuh dan dibimbing oleh orang dewasa, terutama dalam lingkungan kehidupan
berkeluarga.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 25 menit tentang “Tumbuh Kembang
Anak” , diharapkan peserta penyuluhan dapat lebih memahami pentingnya
Perkembangan Tumbuh Kembang anak.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu
menjelaskan kembali :
a. Pengertian Tumbuh Kembang Anak.
b. Pengertian Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
c. Gangguan Tumbuh Kembang yang sering ditemui
d. Keuntungan dan keterbatasan dari Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
e. Pada Usia berapa saja dapat dilakukan Deteksi Tumbuh Kembang
C. Materi (terlampir)

D. Media
1. Leatflet
2. Speaker
E. Metode
1. Presentasi
2. Diskusi / Tanya jawab
F. Pengorganisasian
1. Moderator : Tri Sutrisno
2. Presentator : Wahyu Puspitasari

3. Fasilitator : Muhlisin
Sri Alfin Heljanan

4. Observer : Nurfadila Yessy G Komul


Santi Sartika Vicky Ayu S.
Surtania Yunita P
Theofilya Amandya Kissya
Tri Margiani
G. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta


.
1 5 menit Pembukaan: Menjawab salam
Memberi salam Mendengarkan dan
Menjelaskan tujuan memperhatikan
pembelajaran
Menyebutkan materi/pokok
bahasan yang akan disampaikan

2 10 menit Pelaksanaan, menjelaskan materi Menyimak dan memperhatikan


penyuluhan secara berurutan: penjelasan materi.
Pengertian Tumbuh
Kembang dan Deteksi Dini Tumbuh
Kembang
Tahap - Tahap Tumbuh
Kembang
Asuhan Keperawatan pada
maslah Kesehatana Jiwa Anak dan
Remaja
Peran keluarga dengan klien
gangguan tumbuh kembang jiwa
anak dan remaja.
3 5 menit Evaluasi : Bertanya kepada
Tanya jawab tentang materi pemateri.
penyuluhan Menjawab pertanyaan
Memberi pujian atau yang diberikan oleh pemateri
dukungan kepada peserta. Menyimpulkan semua
dari materi penyuluhan yang
telah diberikan.
4 5 menit Penutup: Menjawab salam
Mengucapkan terima kasih.
Mengucapkan salam.

H. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
I. Media
1. Persentasi
2. Leaflet
J. Rencana Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
Persiapan Media : Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan
dapat digunakan dalam penyuluhan yaitu :
a. Leaflet
b. Speaker
c. Laptop
2. Evaluasi Proses
a. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan
memahami materi penyuluhan yang diberikan.
b. Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
c. Selama proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh
dengan sasaran.
TEORI TUMBUH KEMBANG PADA ANAK

A. PENGERTIAN TUMBUH KEMBANG ANAK


Anak perlu diasuh dan dibimbing karena mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan adalah bertumbuhnya anak dari segi jasmani.
Perkembangan ialah berkembangnya kepribadian anak, dari seorang mahluk yang
tadinya secara mutlak bergantung pada lingkungannya, menjadi seorang yang secara
relatif mandiri dan berguna bagi lingkungannya.
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran
berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan ( skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan.
Perkembangan anak merupakan proses. Artinya, perkembangan itu meliputi
berbagai aspek kehidupan manusia, dan terjadi sebagai hasil interaksi antara faktor
bawaan dan faktor lingkungan. Agar perkembangan itu berjalan sebaik-baiknya,
anak perlu diasuh dan dibimbing oleh orang dewasa, terutama dalam lingkungan
kehidupan berkeluarga.

B. TAHAP – TAHAP PERKEMBANGAN ANAK


Perkembangan manusia berjalan secara bertahap melalui berbagai fase
perkembangan. Dalam setiap fase perkembangan ditandai dengan bentuk kehidupan
tertentu yang berbeda dengan fase sebelumnya. Sekalipun perkembangan itu dibagi-
bagi ke dalam masa-masa perkembangan, hal ini dapat dipahami dalam hubungan
keseluruhannya. Menurut Toy Buzan, secara garis besar seorang anak mengalami
tiga tahap perkembangan penting, yaitu kemampuan motorik, perkembangan fisik
dan perkembangan mental.
Kemampuan motorik melibatkan keahlian motorik kasar, seperti menunjang berat
tubuh di atas kaki, dan keahlian motorik halus seperti gerakan halus yang dilakukan
oleh tangan dan jari. Pertumbuhan dan perkembangan fisik mengacu pada
perkembangan alat-atal indra. Perkembangan mental menyangkut pembelajaran
bahasa, ingatan, kesadaran umum, dan perkembagan kecerdasan.
Para ahli psikologi perkembangan pada umunya membagi periodisasi
perkembangan didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi pada tiga hal
antara lain; periodisasi berdasarkan biologis, periodisasi berdasarkan psikologis dan
periodisasi berdasarka dedaktis.
1. Periodisasi berdasarkan perubahan biologis
Periodisasi ini bisa dilihat dari pembagian yang dilakukan Aristoteles yang
menggambarkan perkembangan anak sejak lahir sampai mencapai dewasa dalam
tiga periode, sebagai berikut:
a. Fase kecil (0 sampai 7 tahun: masa bermain)
b. Fase anak sekolah (7 sampai 14 tahun: masa anak sekolah rendah)
c. Fase remaja (14 sampai 21 tahun: masa peralihan)
Yang dijadikan dasar Aristoteles dalam pembagian perkembangan adalah
dengan memperhatikan gejala pertumbuhan jasmani: antara fase pertama dan
fase kedua dibatasi dengan pergantian gigi, antara fase kedua dan ketiga
ditandai dengan bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin.
2. Periodisasi berdasarkan psikologis
Tokoh yang menggunakan periodisasi ini adalah Oswald Kroch. Gejala
psikologis yang dijadikan dasar pembagiannya adalah masa-masa kegoncangan.
Menurut Kroch, kegoncangan yang ia istilahkan dengan trotz, dialami manusia
selama dua kali, yakni; a) pada tahun ketiga, keempat kadang-kadang permulaan
tehun kelima, dan b) pada permulaan masa pubertas.
3. Periodisasi berdasarkan dedaktis
Dasar dedaktis yang dipergunakan dalam pembagian masa perkembangan
ini adalah berhubungan dengan masalah materi apa yang harus diberikan dan
bagaimana mengajarkan materi itu kepada anak. Tokoh pencetus pembagian
periode ini adalah John Amos Comenius yang terkenal konsepsinya mengenai
bermacam-macam sekolah yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Secara
singkat periodesasi yang dibuat Comenius antara lain sebagai berikut:34
a. Masa sekolah ibu, (untuk anak usia 0 sampai 6 tahun)
b. Masa sekolah bahasa ibu (untuk anak usia 6 sampai 12 tahun)
c. Masa sekolah bahasa latin, (untuk anak usia 12 sampai 18 tahun)
d. Masa sekolah tinggi, (untuk anak usia 18 sampai 24 tahun)
Jalaluddin juga membagi perkembangan kedalam beberapa tahap sekaligus
menerangkan bimbingan apa yang harus diberikan yang mengacu pada pernyataan-
pernyataan Rasullullah
1. Anak usia 0-7 tahun
Pada tahun pertama perkembangannya bayi masih sangat tergantung pada
lingkungannya,kemampuan yang dimiliki masih terbatas pada gerak-gerak,
menangis. Usia setahun secara berangsur dapat mengucapkan kalimat satu kata,
300 kata dalam usia 2 tahun, sekitar usia 4-5 tahun dapat menguasai bahasa ibu
serta memiliki sifat egosentris, dan usia 5 tahun baru tumbuh rasa sosialnya
kemudian usia 7 tahun anak mulai tumbuh dorongan untuk belajar. Dalam
membentuk diri anak pada usia ini menurut Rasulullah adalah dengan cara
belajar sambil bermain karena dinilaisejalan dengan tingakt perkembangan usia
ini.
2. Anak usia 7-14 tahun
Pada tahap ini perkembangan yang tampak adalah pada perkembangan
intelektual, perasaan, bahasa, minat, sosial, dan lainnya sehingga rasullullah
menyatakan bahwa bimbingan dititik beratkan pada pembentukan disiplin dan
moral (Addibhu). Sebagai langkah awal yang dinilai efektif dalam pembentukan
disiplin pada usia ini adalah shalat, puasa dibulan Ramadhan, mengaji, dan lain
sebagainya.
3. Anak usia 14-21 tahun
Pada usia ini anak mulai menginjak usia remaja yang memiliki rentang
masa dari usia 14/15 tahun hingga usia 21/22 tahun. Pada usia ini anak berada
pada masa transisi sehingga menyebabkan anak menjadi bengal, perkataan-
perkataan kasar menjadi perkataan harian sehingga dengan sikap emosional ini
mendorong anak untuk bersikap keras dan mereka dihadapkan pada masa krisis
kedua yaitu masa pancaroba yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa
pubertas. Dalam kaitannya dengan kehidupan beragama, gejolak batin seperti itu
akan menimbulkan konflik. Pada tingkat tertentu tak jarangkonflik batin
menjurus pada keraguan terhadap keyakinan yang dianutnya, dan puncaknya
akan berakibat pada terjadinya konversi.
Perkembangan pribadi manusia menurut Wasty Soemanto dibagi ke dalam
beberapa aspek perkembangan, antara lain perkembangan aspek fisiologis,
perkembangan aspek psikologis, perkembangan aspek sosial, dan perkembangan
aspek didaktis/pedagogis.36 Tahap-tahap perkembangan untuk tiap aspek tersebut
tidaklah sama. Berikut ini dikemukakan tahap-tahap perkembangan pada tiap-tiap
aspek secara umum.
1. Tahap-tahap perkembangan psikologis
Perkembangan psikologis pribadi manusia dimulai sejak masa bayi hingga
masa dewasa. Seperti halnya pada perkembangan fisiologis, maka
perkembangan psikologis melalui pentahapan tertentu yang berbeda dengan
pentahapan perkembangan fisiologis.
Menurut Jean Jacques Rousseau (1712-1778), perkembangan fungsi dan
kapasitas kejiwaan manusia berlangsung dalam 5 tahap, sebagaiberikut:
a. Perkembangan masa bayi (sejak lahir – 2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan pribadi didominasi oleh perasaan.
Perasaan-perasaan senang atau tidak senang menguasai diri anak bayi,
sehingga setiap perkembangan fungsi pribadi dan tingkah laku bayi sangat
dipengaruhi oleh perasaan. Perasaan ini sendiri tidak tumbuh dengan
sendirinya, melainkan berkembang sebagai akibat dari adanya reaksi-reaksi
bayi terhadap stimuli lingkungannya.
b. Perkembangan masa kanak-kanak (2 – 12 tahun)
Dalam tahap ini, perkembangan pribadi anak dimulai dengan makin
berkembangnya fungsi-fungsi indera anak untuk mengadakan pengamatan.
Perkembangan fungsi ini memperkuat perkembangan fungsi pengamatan
pada anak. Bahkan dapat dikatakan, bahwa perkembangan setiap aspek
kejiwaan anak pada masa ini sangat didominasi oleh pengamatannya.
c. Perkembangan masa pre adolesen (12 – 15 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan fungsi penalaran intelektual pada anak
sangat dominan dengan adanya pertumbuhan sistem syaraf serta fungsi
pikirannya, anak mulai kritis dalam menanggapi suatu ide atau pengetahuan
dari orang lain. Kekuatan intelektual kuat, energy fisik kuat, sedangkan
kemauan kurang keras. Dengan pikirannya yang berkembang anak mulai
belajar menemukan tujuan-tujuan serta keinginan-keinginan yang dianggap
sesuai baginya untuk memperoleh kebahagiaan.
d. Perkembangan masa adolesen (15 – 20 tahun)
Dalam tahap perkembangan ini kualitas kehidupan manusia diwarnai oleh
dorongan seksual yang kuat. Keadaan ini membuat anak mulai tertarik
kepada lawan jenis. Disamping itu, anak mulai mengembangkan pengartian
tentang kenyataan hidup serta mulai memikirkan pola tingkah laku yang
bernilai moral. Ia juga mulai belajar memikirkan kepentingan sosial serta
kepentingan pribadinya. Berhubungan dengan berkembangnya keinginan
dan emosi yang dominan dalam pribadi anak dalam masa ini Maka anak
dalam masa ini sering mengalami kegoncangan serta ketegangan dalam
jiwanya.
e. Masa pematangan diri (setelah umur 20 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan fungsi kehendak mulai dominan. Orang
mulai dapat membedakan adanya tiga macam tujuan hidup pribadi, yaitu
pemuasan keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok dan pemuasan
keinginan masyarakat. Semua ini akan direalisir oleh individu dengan
belajar mengandalkan daya kehendaknya. Dengan kemauannya, orang
melatih diri untuk memilih keinginan-keinginan yang akan direalisir dalam
tindakan-tindakannya. Realisasi setiap keinginan ini menggunakan fungsi
penalaran, sehingga orang dalam masa perkembangan ini mulai mampu
melakukan "self direction dan self control". Dengan kemampuan self
direction dan self control itu maka manusia tumbuh dan berkembang
menuju kematangan untuk hidup berdiri sendiri dan bertanggung jawab.
2. Tahap perkembangan sosiologis
Pengalaman sosial yang dini memainkan peranan yang penting dalam
menentukan hubungan sosial di masa depan, dan pola perilaku terhadap orang-
orang lain. Dan karena kehidupan bayi berpusat di sekitar rumah, maka di
rumahlah di letakkan dasar perilaku dan sikap sosialnya kelak. Terdapat sedikit
bukti yang menyatakan bahwa sikap sosial atau anti sosial merupakan sikap
bawaan.
Penelitian tentang penyesuaian sosial anak menunjukkan pentingnya
peletakan dasar-dasar sosial pada masa bayi. Hal ini berdasarkan dua alasan.
Pertama, jenis perilaku yang diperlihatkan bayi-bayi dalam situasi sosial
mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya. Alasan kedua mengapa dasar-
dasar sosial yang dini itu penting adalah, bahwa sekali terbentuk dasar-dasar itu
cenderung menetap sampai anak dewasa.
Tentu saja ini tidak berarti bahwa kondisi tidak dapat diubah dengan
bertambah majunya bayi atau selama masa kanak-kanak. Hal ini jelas bahwa
dasar-dasar yang buruk merupakan penyebab dari penyesuaian pribadi dan
penyesuaian sosial yang buruk. Tetapi, mengadakan perubahan setelah pola
perilaku menjadi kebiasaan tidaklah mudah, juga tidak ada jaminan bahwa
perubahan-perubahan ini akan sempurna. Itulah sebabnya mengapa dasar-dasar
sosial yang baik sangat penting selama tahun-tahun masa bayi.
3. Tahap-tahap perkembangan dedaktis/pedagogis
Tahap-tahap perkembangan pribadi manusia secara pedagogis dapat
dikemukakan di sini menurut dua sudut tinjauan, yaitu dari sudut tinjauan teknis
umum penyelenggaraan pendidikan dan dari sudut tinjauan teknis khusus
perlakuan pendidikan. Mengenai pentahapan perkembangan pribadi manusia
dari sudut tinjauan teknis umum penyelenggaraan pendidikan dapat diambilkan
dari John Amos Comenius, mengenai perkembangan pribadi manusia yang
terdiri atas lima tahap:
a. Tahap 6 tahun pertama.
Tahap perkembangan fungsi penginderaan yang memungkinkan anak mulai
mampu untuk mengenal lingkungannya.
f. Tahap 6 tahun kedua
Tahap perkembangan fungsi ingatan dan imajinasi individu yang
memungkinkan anak mulai mampu menggunakan fungsi intelektual dalam
usaha mengenal dan menganalisa lingkungannya.
g. Tahap 6 tahun ketiga
Tahap perkembangan fungsi intelektual yang memungkinkan anak mulai
mampu mengevaluasi sifat-sifat serta menemukan hubungan-hubungan
antar variabel di dalam lingkungannya.
h. Tahap 6 tahun keempat
Tahap perkembangan fungsi kemampuan "berdikari" self direction dan self
control.
i. Tahap pematangan pribadi
Tahap dimana intelek memimpin perkembangan semua aspek kepribadian
menuju kematangan pribadi dimana manusia berkemampuan mengasihi
Allah dan sesama manusia.

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MENGASUH ANAK


Sebagaimana dijelaskan diatas, perkembangan anak dipengaruhi oelh faktor
bawaan dan faktor lingkungan. Kedua faktor itu perlu diperhatikan dalam mengasuh
anak.
1. Faktor bawaan adalah sifat yang dibawa anak sejak lahir :
a. Ada anak yang penyabar, pemarah, pendiam, banyak bicara, ceradas, bodoh,
dll
b. Kedaan fisik yang berbeda-beda , ada yang tinggi/pendek, ada yang berkulit
hitam/putih, hidung mancung/pesek, dlLL.
Faktor bawaan dapat mempercepat, menghambat, atau melemahkan
pengaruh faktor lingkungan. Setiap anak itu unik, artinya bahwa tidak ada
satu anak pun yang persis sama. Dalam mengasuh dan membimbing anak,
kita tidak boleh membandingkan perkembangan anak yang satu dengan
yang lainnya, tanpa memperhatikan sifat mereka masing-masing.
2. Faktor lingkungan
Adalah pengaruh luar atau lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
anak. Faktor lingkungan meliputi suasana lingkungan dalam keluarga dan hal lain
yang berpengaruh dalam perkembangan anak, seperti sarana dan prasarana yang
tersedia, misalnya alat bermain, lapangan bermain atau televisi.
Faktor lingkungan dapat merangsang berkembangnya fungsi tertentu dari anak,
shingga mempercepat perkembangan anak. Namun, faktor lingkungan juga dapat
mmeperlambat atau mengganggu kelangsungan perkembangan anak. Peran orangtua
adalah menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak ke arah yang
positif.

D. HAKIKAT MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK


1. Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam mendidik anak. Pendidikan
di lingkungan keluarga merupakan dasar-dasar pertama perkembangan anak.
2. Mengasuh dan membimbing anak ialah mendidik anak agar kepribadian anak dapat
berkembang dengan sebaik-baiknya, sehingga menjadi manusia dewasa yang
bertanggung jawab.
3. Mengasuh dan mebimbing anak melibatkan seluruh aspek kepribadian anak, baik
aspek jasmani, intelektual, emosional dan keterampilan, serta aspek norma dan
nilai.
4. Hakikat mengasuh dan membimbing anak meliputi pemberian kasih sayang dan
rasa aman, sekaligus disiplin dan contoh yang baik. Oleh karena itu, diperlukan
suasana kehidupan keluarga yang stabil dan bahagia
5. Mengasuh dan membimbing anak selain merupakan tantangan dalam kelauraga,
juga merupakan pengalaman yang menyenangkan dan memuaskan.
6. Mengasuh dan membimbing anak membutuhkan pengetahuan, keterampilan,
pengalaman dan kesabaran orangtua
E. JENIS GANGGUAN JIWA ANAK-ANAK DAN REMAJA
1. Gangguan perkembangan pervasif. Ditandai dengan masalah awal pada tiga area
perkembangan utama : perilaku, interaksi sosial, dan komunikasi.
a. Retardasi mental
Muncul sebelum usia 18 tahun dan dicirikan dengan keterbatasan
substandar dalam berfungsi, yang dimanifestasikan dengan fungsi intelektual
secara signifikan berada dibawah rata-rata (mis. IQ di bawah 70) dan
keterbatasan terkait dalam dua bidang ketrampilan adaptasi atau lebih (mis.
komunikasi, perawatan diri, aktivitas hidup sehari-hari, ketrampilan sosial,
fungsi dalam masyarakat, pengarahan diri, kesehatan dan keselamatan, fungsi
akademis, dan bekerja.
b. Autisme
Dicirikan dengan gangguan yang nyata dalam interaksi sosial dan
komunikasi, serta aktivitas dan minat yang terbatas (Johnson, 1997). Gejala-
gejalanya meliputi kurangnya responsivitas terhadap orang lain, menarik diri
dan berhubungan sosial, kerusakan yang menonjol dalam komunikasi, dan
respon yang aneh terhadap lingkungan (mis., tergantung pada benda mati
dan gerakan tubuh yang berulang-ulang seperti mengepakkan tangan,
bergoyang-goyang, dan memukul-mukul kepala).
c. Gangguan perkembangan spesifik
Dicirikan dengan keterlambatan perkembangan yang mengarah pada
kerusakan fungsional pada bidang-bidang, seperti membaca, aritmatika,
bahasa, dan artikulasi verbal
2. Defisit perhatian dan gangguan perilaku disrutif.
a. Attention Deficit-Hyperactivity Disorder (ADHD)
Dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsivitas, dan
hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan. Menurut DSM
IV, ADHD pasti terjadi di sekitanya dua tempat (mis., di sekolah dan di
rumah) dan terjadi sebelum usia 7 tahun (DSM IV, 1994)
b. Gangguan perilaku
Dicirikan dengan perilaku berulang, disuptif, dan kesengajaan untuk
tidak patuh, termasuk melanggar norma dan peraturan sosial. Sebagian
besar anak-anak dengan gangguan ini mengalami penyalahgunaan zat atau
gangguan kepribadian antisosial setelah berusia 18 tahun. Contoh perilaku
pada anak-anak dengan gangguan ini meliputi: mencuri, berbohong,
menggertak, melarikan diri, membolos, menyalahgunakan zat, melakukan
pembakaan, bentuk vandalisme yang lain, jahat terhadap binatang, dan
serangan fisik terhadap orang lain.
c. Gangguan penyimpangan oposisi
Gangguan ini merupakan bentuk gangguan perilaku yang lebih ringan,
meliputi perilaku yang kurang ekstrem. Perilaku dalam gangguan ini tidak
melanggar hak-hak orang lain sampai tingkat yang terlihat dalam gangguan
perilaku. Perilaku dalam gangguan ini menujukkan sikap menentang, seperti
berargumentasi, kasar, marah, toleransi yang rendah erhadap frustasi, dan
menggunakan minuman keras, zat terlarang, atau keduanya.
3. Gangguan ansietas sering terjadi pada masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut
ke masa dewasa :
a. Gangguan obsesif kompulsif, gangguan ansietas umum, dan fobia banyak
terjadi pada anak-anak dan remaja, dengan gejala yang sama dengan yang
terlihat pada orang dewasa.Gangguan ansietas akibat perpisahan adalah
gangguan masa kanak-kanak yang ditandai dengan rasa takut berpisah dari
orang yang paling dekat dengannya. Gejala-gejalanya meliputi menolak pergi
ke sekolah, keluhan somatic, ansietas berat terhadap perpisahan dan khawatir
tentang adanya bahaya pada orang-orang yang mengasuhnya.
4. Skizofrenia
a. Skizofrenia anak-anak jarang terjadi dan sulit didiagnosis. Gejala-gejalanya
dapat meneyerupai gangguan pervasive, seperti autisme. walaupun penelitian
tentang skizofrenia anak-anak sangat sedikit, namun telah dijumpai perilaku
yang khas (Antai-Otong, 1995b), seperti beberapa gangguan kognitif dan
perilaku, menarik diri secara sosial, komunikasi.
b. Skizofrenia pada remaja merupakan hal yang umum dan insidensinya selama
masa remaja akhir sangat tinggi. Gejala-gejalanya mirip dengan skizofrenia
dewasa. Gejala awalnya meliputi perubahan ekstrim dalam perilaku sehari-
hari, isolasi sosial, sikap yang aneh, penurunan nilai-nilai akademik, dan
mengekspresikan perilaku yang tidak disadarinya.
5. Gangguan mood
a. Gangguan ini jarang terjadi pada masa anak-anak dan remaja dibanding pada
orang dewasa (Kelter, 1999). Prevalensi pada anak-anak dan remaja berkisar
antara 1% sampai 5% untuk gangguan depresi. Eksistensi gangguan bipolar
(jenis manik) pada anak-anak masih kontroversial. Prevalensi penyakit
bipolar pada remaja diperkirakan 1%. Gejala depresi pada anak-anak sama
dengan yang diobservasi pada orang dewasa.
b. Bunuh diri. Adanya gangguan mood merupakan faktor yang serius untuk
bunuh diri. Bunuh diri adalah penyebab kematian utama ketiga pada individu
berusia 15 sampai 24 tahun. Tanda-tanda bahaya bunuh diri pada remaja
meliputi menarik diri secara tiba-tiba, berperilaku keras atau sangat
memberontak, menyalahgunakan obat atau alkohol, secara tidak biasanya
mengabaikan penampilan diri, kualitas tugas-tugas sekolah menurun,
membolos, keletihan berlebihan dan keluhan somatic, respon yang buruk
terhadap pujian, ancaman bunuh diri yang terang-terangan secara verbal, dan
membuang benda-benda yang didapat sebagai hadiah ( Newman, 1999)
6. Gangguan penyalahgunaan zat
Gangguan ini banyak terjadi ; diperkirakan 32% remaja menderita
gangguan penyalahgunaan zat (Johnson, 1997). Angka penggunaan alcohol atau
zat terlarang lebih tinggi pada anak laki-laki dibanding perempuan. Risiko
terbesar mengalami gangguan ini terjadi pada mereka yang berusia antara 15
sampai 24 tahun. Pada remaja, perubahan penggunaan zat dapat berkembang
menjadi ketergantungan zat dalam waktu 2 tahun sedangkan pada orang dewasa
membutuhkan waktu antara 15 sampai 20 tahun.
Komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lainya merupakan hal yang
banyak terjadi, termasuk gangguan mood, gangguan ansietas, dan gangguan
perilaku disruptif.
Tanda bahaya penyalahgunaan zat pada remaja, di antaranya adalah
penurunan fungsi sosial dan akademik, perubahan dari fungsi sebelumnya,
seperti perilaku menjadi agresif atau menarik diri dari interaksi keluarga,
perubahan kepribadian dan toleransi yang rendah terhadap frustasi,
berhubungan dengan remaja lain yang juga menggunakan zat, menyembunyikan
atau berbohong tentang penggunaan zat.

F. PRINSIP DALAM MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK


1. MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK UMUR 0-1,5 TAHUN
a. Ciri dan tuntutan perkembangan
1) Memperoleh rasa aman dan rasa percaya dari lingkungan merupakan dasar
yang penting dalam hubungan anak dengan lingkungannya
2) Rasa aman ini diperolehnya melalui sentuhan fisik yang menyenangkan
dengan ibunya dan sesedikit mungkin mengalami hal-hal yang kurang
mneynangkan
b. Sikap orangtua
1) Penuh kasih sayang dalam merawat dan mengasuh akan menimbulkan
perasaan aman serta percaya pada bayi
2) Kesiapan ibu pada setiap saat dibutuhkan oleh bayi, juga menimbulkan rasa
aman dan percaya pada bayi
3) Berilah ASI sesuai dengan kebutuhan bayi anda. Jangan terlalu ketat
dengan jadwal pemberian makanan, karena setiap bayi mempunyai
kebutuhan yang berbeda-beda
4) Bila ibu terpaksa memberikan susu botol, perlakukanlah seperti bayi
minum ASI, yaitu dengan cara memeluknya
5) Ketika bayi rewel, carilah penyebabnya dan atasilah masalahnya. Tangisan
tidak selalu berarti bayi lapar.
6) Angkat dan peluklah bayi anda serta gendonglah berkeliling
rumah/halaman sambil menunjukkan benda-benda yang ada di sekitarnya
7) Sering-seringlah berbicara kepada bayi anda setiap hari, pada saat
memakaikan pakaian, memberinya makan, memandikan, atau ketika
melakukan kesibukan rumah tangga lainnya. Bayi tidak pernah terlalu
muda untuk diajak berbicara
8) Ajaklah bayi anda bermain sambil tersenyum dan tirukanlah gerakan,
mimik, dan kegiatannya. Bayi anda akan menirukan kegiatan anda pula.
9) Senandungkan dan ayunkanlah bayi anda pada saat menidurkan, sehingga
ia akan tertidur dengan nyaman.
10) Perkenalkan dengan berbagai macam benda, bunyi-bunyian, dan warna.
Hal ini akan mempercepat perkembangan bayi anda.
Segala hal yang dapat mengganggu proses menyusui dalam hubungan ibu
dan anak pada tahap ini akan menyebabkan terganggunya pembentukan
rasa aman dan percaya. Hal ini menyebabkan goyahnya tahap
perkembangan berikutnya. Anak diliputi rasa tidak aman dan tidak per

2. Gagguan/penyimpangan yang dapat timbul pada tahap ini


a. Kesulitan makan
b. Mudah terangsang, marah, tersinggung (Irritabilitas)
c. Menolak segala sesuatu yang baru
d. Sikap dan tingkah laku yang seolah-olah ingin melekat pada ibu dan
menolak lingkungan
Bila gangguan tersebut tidak diatasi dengan baik, maka pada masa dewasa
kemungkinan besar akan timbul kelainan jiwa yang bercorak
ketergantungan yang kuat seperti :
Depresi (rasa murung, sedih, dan perasaan tertekan)
Adiksi obat (ketergantungan obat)
Skizofrenia (gangguan jiwa dengan kepribadian terpecah)
2. MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK UMUR 1,5 – 3 TAHUN
a. Ciri dan tuntutan perkembangan

1) Anak akan bergerak dan berbuat sesuatu sesuai dengan keamuannya sendiri,
sehingga ia seolah-olah ingin mencoba apa yang dapat dilakukannya
2) Anak dapat menuntut atau menolak apa yang ia kehendaki atau tidak ia
kehendaki
3) Akan tertanam perasaan otonomi diri, yaitu rasa kemampuan mengatur
badannya dan lingkungannya sendiri. Hal ini menjadi dasar terbentuknya rasa
yakin pada diri dan harga diri di kemudian hari
b. Sikap orangtua
1) Doronglah agar anak dapat bergerak bebas dan berlatih melakukan hal-hal
yang diperkirakan mampu ia kerjakan, sehingga akan menumbuhkan rasa
kemampuan diri. Namun harus bersikap tegas untuk melindungi dari bahaya,
karena dorongan anak berbuat belum diimbangi oleh kemmapuan untuk
melaksanakannya secara wajar dan rasional
2) Usahakan agar anak mau bermain dengan anak lainnya. Dengan demikian ia
akan belajar bagaimana mengikuti aturan permainan. Namun jangan lupa
bahwa dalam bermain atau berhubungan dengan orang lain, anak masih
bersifat egoistis, yaitu mementingkan diri sendiri dan memperlakukan orang
lain sebagai obyek atau benda sesuai dengan kemauannya sendiri
3) Banyaklah berbicara kepada anak dalam kalimat pendek yang mudah
dimengerti
4) Bacakan buku cerita atau dongeng kepada anak setiap hari, dan doronglah
agar ia mau menceritakan kepada anda apa yang ia lihat atau dengar
5) Ajak anak ke taman, toko, kebun binatang, lapangan, atau tempat lainnya
6) Usahakan agar anak membereskan mainannya setelah bermain, membantu
kegiatan rumah tangga yang ringan dan menanggalkan pakaiannya tanpa
dibantu. Hal ini akan melatih anak untuk bertanggung jawab.
7) Latihlah anak dalam hal kebersihan diri, yaitu buang air kecil dan buang air
besar pada tempatmnya, namun jangan terlalu ketat
8) Latihlah anak untuk makan sendiri memakai sendok dan garpu, dan ajaklah ia
makan bersama keluarga
9) Berilah alat permainan yang sederhana, dan doronglah agar anak mau bermain
balok-balok atau menggambar
10) Jangan terlalu banyak memberikan larangan. Namun orangtua pun jangan
terbiasa menuruti segala permintaan anak. Bujuk dan tenangkanlah anak
ketika ia kecewa dengan cara memeluknya dan mengajaknya berbicara.
Gangguan / penyimpangan yang dapat timbul pada tahap ini
Kesulitan makan, terutama bila ibu memaksa makan
Suka mengadat (ngambek/tempertantrum)
Tingkah laku kejam
Tingkah laku menentang dan keras kepala
Gangguan dalam berhubungan dengan orang lain yang diwarnai oleh sikap
menyerang

3. MENGASUH DAN MEMBIMBING ANAK UMUR 3 –5 TAHUN


a. Ciri dan tuntutan perkembangan

1) Anak bersifat ingin tahu, banyak bertanya berbagai macam, dan meniru
kegiatan di sekitarnya.
2) Anak mulai melibatkan diri dalam kegiatan bersama dan menunjukkan
inisiatif untuk mengerjakan sesuatu, tapi ia tidak mementingkan hasilnya.
Pengalaman dalam melakukan aktivitas ini amat penting artinya bagi anak.
3) Seringkali kita lihat bahwa anak cenderung berpindah-pindah dan
meninggalkan tugas yang diberikan kepoadanya untuk melakukan yang
lain. Hal ini dapat menimbulkan krisis baru karena hal itu bertentangan
dengan lingkungan yang semakin menuntut, sehingga anak mengalami
kekecewaan
4) Jika dalam tahap sebelumnya hanya tokoh ibu yang bermakna bagi anak,
dalam tahap ini tokoh ayah mempunyai peran penting baginya. Disini
terbentuk segitiga hubungan kasih sayang ayah-ibu-anak. Anak laki-laki
merasa lebih sayang kepada ibunya, dan anak perempuan lebih sayang
kepada ayahnya
5) Melalui peristiwa ini, anak dapat mengalami perasaan sayang, benci,
irihati, persaingan, memiliki dan lain-lain. Begitu pula perasaan takut dan
cemas.
6) Kedua orangtua harus bekerjasama untuk membantu anak melalui tahap
ini. Peranan orangtua sebagai tokoh ayah dan tokoh ibu sangat penting
7) Ayah dan ibu merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu jangan mau
dimanipulasi oleh anak. Ayah dan ibu memberikan kasih sayang yang
sama, baik terhadap anak perempuan ataupun anak laki-laki
8) Dengan terselesaikannya hubungan segitiga tersebut, maka anak wanita
akan beridentifikasi dengan ibunya dan anak laki-laki dengan ayahnya
(identitas seksual maupun identitas diri)
9) Bila ibu terlalu dominan (menonjol pengaruhnya) dalam rumah tangga,
sedangkan ayah kurang tegas atau ayah tidak ada (absen) baik secara
lahiriah maupun kejiwaan, maka akan terjadi identifikasi (proses meniru)
yang salah. Anak laki-laki akan beridentifikasi dengan ibunya, sehingga ia
lebih mengembangkan sikap kewanitaan dan sebaliknya
10) Anak mulai melihat adanya perbedaan jenis kelamin. Kadang-kadang, ia
terpaku pada alat kelaminnya. Sering kita melihat anak laki-laki memegang
alat kelaminnya sampai ereksi. Jangan dimarahi karena hal ini tetapi
alihkanlah perhatiannya. Bila diatasi dengan baik, fase ini akan berakhir
dengan baik pada usia 6 tahun.
b. Sikap orangtua

1) Berilah kesempatan kepada anak untuk menyalurkan inisiatifnya,


sehingga ia mendapat kesempatan untuk membuat kesalahan dan
belajar dari kesalahan tersebut
2) Ikut sertakan anak dalam aktivitas keluarga, misalnya menyapu,
berbelanja ke pasar, memasak, atau membetulkan mainan yang rusak
3) Jangan menakut-nakuti anak. Pada anak laki-laki akan berakibat cemas,
karena pada tahap ini ia sangat takut akan kehilangan alat kelaminnya
(kastrasi), sedangkan pada anak perempuan timbul rasa iri hati.
4) Dengar dan hargailah pendapat serta usul yang dikemukakan oleh anak
5) Jangan menuntut yang melebihi kemampuan anak
6) Ibu perlu lebih dekat kepada anak perempuannya. Sedangkan ayah
perlu lebih akrab dengan anak laki-lakinya
7) Jawablah pertanyaan anak dengan benar, jangan membohongi atau
menunda jawaban, misalnya bila anak bertanya bagaimana caranya adik
keluar dari perut mama, jawablah bahwa keluarnya melalui jalan lahir,
jangan katakan dibelah dari perut. Hal ini akan menakutkan bagi anak
yang dapat berdampak negatif pada jiwanya
8) Sering-seringlah membacakan buku cerita atau dongeng. Kemudian
diskusikanlah isi ceritanya dan tanyakanlah beberapa pertanyaan
kepada anak
9) Berilah ia kesempatan untuk mengunjungi tetangga, teman, dan saudara
tanpa ditemani.
10) Luangkan waktu setiap hari untuk berdialog dengan anak.
Dengarkanlah ia dan tunjukkanlah bahwa anda mengerti
pembicaraannya dengan mengulangi apa yang dikatakannya. Pada saat
ini janganlah menggurui, mencaci dan menyepelekannya
11) Ajarkanlah untuk membedakan yang salah dan yang benar, serta tata
tertib dan sopan santun yang berlaku di masyarakat setempat
12) Peranan ayah menjadi penting disini. Oleh karena itu ajaklah anak
bermain bersama. Disini, ayah perlu bersikap sebagai teman bagi anak
13) Gangguan dalam mencapai rasa inisiatif akan menyebabkan anak
merasa bersalah, rasa takut berbuat sesuatu, takut mengemukakan
sesuatu, serta serba salah dalam bergaul, gangguan/ Penyimpangan
yang dapat timbul pada tahap ini, kesulitan belajar, masalah sekolah
masalah pergaulan dengan teman, anak yang pasif dan takut serta
kurang kemauan, kurang inisiatif.

Anda mungkin juga menyukai