Anda di halaman 1dari 7

Izin menanggapi

Pautan genetik adalah kecenderungan alel-alel pada dua atau lebih lokus pada suatu berkas kromosom
yang sama (kromatid) untuk bersegregasi bersama-sama,

Terdapat dua fase yang bias terjadi ekspresi gen pada lokus –lokus yang berpaut

1. Fase bergandengan (cis atau coupling) : apabila dua gen dengan arah pengaruh yang sama (
umpamanya dominasi ) berpautan
2. Fase bersebrangan (trans atau repulsion) : apabila dua gen dengan arah pengaruh berbeda
berpautan
1. Undang-undang
Menurut Ketentuan Hukum di Indonesia adalah :

A. Dalam KUHP Indonesia:


Pada dasarnya melarang perdagangan organ tubuh manusia, namun apabila organ tubuh
manusia itu digunakan untuk kesehatan dan untuk menyambung nyawa seseorang seperti
‘transplantasi’ maka “Pengaturan Transplantasi Organ Tubuh Manusia di Indonesia” dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Pada Bab VII Kitab Undang-undang Hukum Pidana tentang kejahatan yang
membahayakan keamanan umum bagi orang atau barang.
Dalam Pasal 204, 205 dan Pasal 206 KUHP membahas tentang sanksi pidana bagi yang
memperjualbelikan barang yang diketahui membahayakan nyawa atau kesehatan orang.

B. Di dalam peraturan perundang-undangan di luar KUHP, masalah perdagangan organ


tubuh manusia merupakan suatu tindak pidana dan pelakunya akan mendapatkan sanksi
sebagaimana diatur sebagai berikut:

- UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, larangan untuk tindakan transplantasi
diatur dalam Pasal 47, 84, dan Pasal 85;

- UU No 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan orang,


mengatur tentang larangan untuk tindakan memperdagangkan organ tubuh manusia jelas
diatur dalam Pasal 1 angka 7 dan Pasal 2, 3, 4, 5, 6 dan Pasal 7, dimana dalam pasal-
pasal ini tindak pidana perdagangan organ tubuh manusia sudah termasuk didalamnya;

- UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dalam Pasal 64 ayat (1), (2) dan (3), Pasal 65
ayat (1), (2) dan (3), Pasal 66, dan Pasal 67 ayat (1) dan (2) mengatur tentang
diperbolehkan untuk melakukan transplantasi organ tubuh untuk tujuan kesehatan, namun
pada prinsipnya tetap melarang untuk memperjual belikan organ tubuh manusia
sebagaimana diatur dalam Pasal 192 yang mengatur tentang sanksi pidana;

- PP No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis Serta
Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia, dalam Pasal 17: Dilarang memperjual
belikan alat atau jaringan tubuh manusia dan Pasal 18: Dilarang mengirim dan menerima
alat dan atau jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk ke dan dari luar negeri.
2. Etika agama

Transplantasi Organ dari Segi Agama Islam :


Transplantasi Organ Dari Donor Yang Masih Hidup. mendonorkan organ tunggal yang dapat
mengakibatkan kematian si pendonor, seperti mendonorkan jantung, hati dan otaknya. Hukumnya
tidak diperbolehkan,
Berdasarkan firman Allah SWT dalam Al – Qur‟an :1) surat Al – Baqorah ayat 195 ” dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan ”2) An – Nisa ayat 29 ” dan janganlah kamu
membunuh dirimu sendiri ”3) Al – Maidah ayat 2 ” dan jangan tolong – menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. “

Transplantasi Organ dari Donor yang Sudah meninggal Allah telah mengharamkan pelanggaran
terhadap kehormatan mayat sebagaimana pelanggaran terhadap kehor-matan orang hidup. Allah
menetapkan pula bahwa menganiaya mayat sama saja dosanya dengan menganiaya orang hidup.
Diriwayatkan dari
A‟isyah Ummul Mu‟minin RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Memecahkan tulang mayat itu
sama dengan memecahkan tulang orang hidup.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Hibban). Imam
Ahmad meriwayatkan dari „Amar bin Hazm Al Anshari RA, dia berkata,”Rasulullah pernah melihatku
sedang bersandar pada sebuah kuburan. Maka beliau lalu bersabda : “Janganlah kamu menyakiti
penghuni kubur itu ” Hadits-hadits di atas secara jelas menunjukkan bahwa mayat mempunyai
kehormatan sebagaimana orang hidup. Begitu pula melanggar kehormatan dan menganiaya mayat
adalah sama dengan melanggar kehormatan dan menganiaya orang hidup

1. http://www.gresnews.com/berita/opini/102777-jerat-hukum-pelaku-perdagangan-organ-
tubuh-manusia/

https://www.slideshare.net/DekOka/transplantasi-organ-di-pandang-dari-agama

Sebagai gangguan multifaktorial, SZ hanya terkait lemah dengan gen individu sehingga ini asosiasi yang
lemah mungkin terlewatkan; c) GWAS dapat tidak cocok untuk penyakit kompleks seperti SZ itu mungkin
melibatkan interaksi gen yang berbeda; d) Microarrays untuk GWAS mungkin memiliki kekurangan yang
merugikan mempengaruhi keakuratan analisis genotip; e) Efektif strategi penelitian dan metode statistik
untuk GWAS masih belum sempurna.
Pada artikel Cui & Jiang :
mutasi yang lebih menentukan adalah mutasi pada gen neurotransmitter karena
berdasarkan penelitian frekuensi yang tinggi dari genotipe DRD1 genes AA pada pasien
Skizofrenia menunjukkan alel A ialah gen kerentanan pada skizofrenia.

Pada gen neuroimmun tentang hubungan antara gen Skizofrenia dan HLA (Human
leukocyte antigen) Hasil dari penelitian lain pada asosiasi antara gen SZ dan HLA kelas-II
tidak dapat disimpulkan
1. Perbedaan struktur primer, sekunder, tersier, dan kuaterner protein :

a. Struktur primer
Susunan tersebut merupakan bagian unik dari asam amino yang menentukan sifat
dasar dari berbagai protein,umumnya menentukan bentuk struktur sekunder dan tersier

b. Struktur sekunder
DI dalam rantai peptida yang dapat membentuk struktur reguler, berulang, dan lokal
yang tejadi akibat adanya ikatan hidrogen antara atom” ikatan peptida Ini berhubungan
dengan dengan pengaturan kedudukan ruang residu asamamino yang berdekatan
dengan urutan linear.

c. Struktur tersier
pengaturan ruang residu asam amino yang berjauhan dalam urutan linear dan pola
iaktan-ikatan disulfide, stuktur tersier menjelaskan cara dimana pelipatan protein dapat
menyatukan asam amino yang letaknya terpisah dalam pengertian struktur primer, dan
ikatan yang menstabilkan konformasi

d. Struktur kuaterner

2. Bentuk kekuatan dan jenis ikatan yang dapat menstabilkan struktur protein

Menggambarkan pengaturan subunit protein dalam ruang. Protein dengan dua atau
lebih rantai polipeptida yang terikat oleh kekuatan non kovalenakan memperlihatkan
struktur kovalen. Hal ini masing” rantai polipeptida disebut protomer atau subunit.

a. umumnya dipertahankan oleh dua ikatan yaitu ikatan peptida dan ikatan
disulfida; dan tiga ikatan yang lemah, yaitu ikatan hidrogen, interaksi
hidrofobik dan interaksi elektrostatif.
b. Ikatan peptide
Ikatan peptida adalah ikatan yang menghubungkan atom a-karboksil dari
suatu asam amino dan atom a nitrogen dari asam amino yang lain. Peptida
yang dibentuk oleh dua molekul asam amino disebut dipeptida; bila dibentuk
oleh 3 molekul asam amino disebut tripeptida; dan bila dibentuk oleh banyak
molekul asam amino disebut polipeptida.
c. Ikatan disulfide
Terbentuk antara 2 residu sistein yang saling berhubungan 2 bagian rantai
polipetida melalui residu sistein.
d. Ikatan hydrogen
Terbentuk antara gugus NH- atau -OH dan gugus C=O dalam ikatan peptida
atau -COO- dalam gugus R, misalnya dua peptida mungkin membentuk
ikatan hidrogen.
e. Interaksi hidrofobik
Rantai samping non polar asam amino netral pada protein cenderung
bersekutu.
f. Interaksi elektrostatik
Merupakan ikatan garam antara gugus yang bermuatan berlawanan pada
rantai samping asam amino.

Izin menjawab yang ke-3


Bagaimana perubahan tertentu dalam struktur protein dapat mengubah struktur dan
fungsinya?

Beberapa jenis protein sangat peka terhadap perubahan lingkungannya. Suatu protein
mempunyai arti bagi tubuh apabila protein tersebut di dalam tubuh dapat melakukan
aktivitas biokimiawinya yang menunjang kebutuhan hidup.

Aktivitas ini banyak tergantung pada struktur dan konformasi molekul protein berubah,
misalnya oleh perubahan suhu, Ph atau karena terjadinya suatu reaksi dengan senyawa
lain, ion-ion logam, maka aktivitas biokimiawinya akan berkurang.

Perubahan konformasi alamiah menjadi suatu konformasi yang tidak menentu merupakan
suatu proses yang disebut denaturasi. Proses denaturasi ini kadang-kadang dapat
berlangsung secara reversible, kadang-kadang tidak.

Penggumpalan protein biasanya didahului oleh proses denaturasi yang berlangsung


dengan baik pada titik isolistrik protein tersebut. Protein akan mengalami koagulasi apabila
dipanaskan pada suhu 50 atau lebih.

Bubur ayam terdiri dari daging ayam suwir, bubur nasi, kuah dan beberapa campuran
lainnya. Daging ayam suwir bubur ayam memungkinkan tercemar oleh Salmonella sp.
Keberadaan patogen ini pada pangan dapat mengancam kesehatan manusia. Salmonella
sp dapat menyebabkan gangguan gastrointestinal berupa keram perut, diare, dan demam.
Surveilans keberadaan Salmonella sp. pada pangan merupakan kegiatan rutin yang
dilakukan di berbagai negara. Tindakan ini penting dilakukan untuk menjaga keamanan
pangan, mengurangi kejadian infeksi, dan menjaga kesehatan masyarakat.
Bubur ayam terdiri dari daging ayam suwir, bubur nasi, kuah dan beberapa campuran lainnya. Daging
ayam suwir bubur ayam memungkinkan tercemar oleh Salmonella sp. Keberadaan patogen ini pada
pangan dapat mengancam kesehatan manusia. Salmonella sp dapat menyebabkan gangguan
gastrointestinal berupa keram perut, diare, dan demam

Daging ayam suwir bubur ayam yang sudah dilakukan pengolahan yaitu pembumbuan, penggoreng dan
penyuwiran. Penggorengan daging ayam yang tidak sempurna dapat menyebabkan Salmonella dapat
bertahan (survive) sehingga pada saat dilakukan penyuwiran daging ayam suwir bubur ayam sudah
terkontaminasi.

sebagian besar daging ayam suwir bubur ayam sudah disiapkan dari rumah dan sebagian kecil disuwir
pada saat di lokasi tempat penjualan. Wadah daging ayam suwir bubur ayam sebagian besar
menggunakan mangkok yang tidak memiliki penutup. Lokasi penjualan terletak dipinggir jalan sehingga
meningkatkan risiko paparan mikroba, lalat, dan debu

Anda mungkin juga menyukai