Anda di halaman 1dari 9

HIV (Human Immunodeficiency Virus) pada Anak

A. DEFINISI
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit akibat menurunya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV.
Sedangkan human immunodeficiency virus (HIV) Merupakan virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian mengakibatkan AIDS. HIV sitem
kerjanya menyerang jenis sel darah putih yang menangkal infeksi. Sel darah putih
tersebut termasuk limfosit yang disebut T4 atau sel T penolong (T helper) atau juga
sel CD4 HIV tergolong ke dalam kelompok retrovirus subkelompok Intentivirus.
Dikatakan kelompok retrovirus karna virus ini mempunyai kemampuan membentuk
DNA dari RNA virus, sebab mempunyai enzim transkriptase reversi. Enzim ini
dapat menggunakan RNA virus sebagai template untuk membuntuk DNA yang
kemudian berintegrasi dalam kromosom inang (host) dan selanjutnya bekerja
sebagai dasar untuk proses replikasi HIV. Juga dapat dikatakan mempumyai
kemampuan mengopi cetak materi genetik diri di dalam materi genetik sel-sel yang
ditumpanginya dan melalui proses itu HIV dapat mematikan sel-sel T4.

B. KLASIFIKASI
1. Stadium HIV
Dimulai dengan masuknya HIV yang diikuti terjadinya perubahan seralogik ketika
antibodi terhadap virus tersebut dari negatif menjadi positif. Waktunya masuknya
HIV ke dalam tubuh hingga HIV positif selama 1-3 bulan atau bisa sampai 6 bulan
(window period)
2. Stadium asimtomatis (tanpa gejala)
Menunjukan di di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi belum menunjukan gejala
dan berlangsung 5-10 tahun.
3. Stadium pembesaran kelenjan limfe
Menunjukan adanya pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (persistent
genetalized lymphadenophaty) dan berlangsung lebih dari 1 tahun.
4. Stadium AIDS
Merupakan tahap akhir infeksi HIV. Keadaan ini disertai dengan macam-macam
penyakit Infeksi sekunder dengan gejala klinis :
Gejala mayor :
-Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
-Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus
-Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 bulan
Gejala minor :
-Bentuk kronis selama 1 bulan
-Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida albicans
-Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh
-Munculnya herpes zoster berulang
-Bercak-bercak dan gatal gatal di seluruh tubuh
C. ETIOLOGI
Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut HIV dan
keleompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy Associated
Virus (LAV) atau Human T-cell leukimia (retrovirus). Retrovirus mengubah asam
rebonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksinbunkleat (DNA) setelah masuk ke dalam
sel pejamu. Penularan virus dituralkan melalui :
1. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi.
(Tanpa kondom) dengan orang yang terkena HIV.
2. Jarum suntik/ tindik / tato yang tidak steril dan dipakai bergnatian.
3. Mendapatkan tranfusi darah yang mengandung virus HIV
4. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan saat
melahirkan atau melalui Air susu Ibu (ASI)

D. PATOFISIOLOGI

Virus AIDS menyerang sel darah putih (limfosit T4) yang merupakan sumber
kekebalan tubuh untuk menangkal berbagai penyakit infeksi dengan memasuki
limfosit T4, virus memaksa limfosit T4 untuk memperbanyak dirinya sehingga
akhirnya menyebabkan kematian limfosit T4 itu membuat daya tahan tubuh berkurang
sehingga mudah terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri, jamur dan parasit).
Hal itu menyebabkan kematian pada anak yang terjangkit HIV/ AIDS. Selain
menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain. Organ yang
sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainya. Virus AIDS diliputi oleh suatu
protein pembungkus yang sifatnya toksik (racun) terhadap sel, khususnya sel otak
masa inkubasi berkisar antara 6 bulan sampai 5 tahun ada yang sampai II tahun, yang
terbanyak kurang dari II tahun.

E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan gambaran klinik (WHO 2006)
1. Tanpa gejala : Fase klinik 1
2. Ringan : Fase klinik 2
3. Lanjut : Fase klinik 3
4. Parah : Fase klinik 4

Fase klinik HIV


1. Fase klinik 1
Tanpa gejala, limfa denopati (gangguan kelenjar/ pembuluh limfe) menatap dan
menyeluruh.
2. Fase klinik 2
Penurunan BB (<10%) tanpa sebab infeksi saluran pernapasan atas (sinusitis,
tonsilitis, otritis media, pharyningtis) berulang. Herpes zoster, infeksi sudut bibir,
ulkus mulut berulang, popular pruritic eruption, seborrhoic, dermatitis, infeksi
jamur pada kuku.
3. Fase klinik 3
Penurunan BB (>10%) tanpa sebab diare kronik tanpa sebab sampai >1 tahun.
Demam menetap(intermmiten atau tetap>1 bulan) kandidiasis oral menetap TB
pulmonal (baru), plak putih pada mulut, infeksi bakteri berat misalnya :
pneumonia, empyema, (nanah di rongga tubuh terutama pleura , miningtis,
bakteremia, gangguan inflamasi berat pada pelvik, gingivitas atau periodenititis
anemia yang penyebabnya tidak diketahui (<8g/dl), neutropenia (<0,5 x 109/l) dan
atau trombositopenia kronik (<50x 109/ l)
4. Fase klinik 4
Gejala menjadi kurus (HIV wasting syndrome ), pneumocystis pneumonia
(pneumonia karena pneumocytis caruinii), pneumonia bakteri berulang infeksi
herpes simplex kronik ( orolabial, genital / anorektal> 1 bulan) oesophangeal
candidiasis, TBC ekstrapulmonal, meningitis, lypoma, invasive cervical carsinoma
-gambaran klinis pada anak non spesifik :
Seperti gagal tumbuh, BB menurun, anemia, panas berulang, limfadenopati,
hepatos plenomegali, adanya infeksi oportunis yang merupakan infeksi oleh
kuman, parasit,jamur, protozoa yang menurunkan fungsi imun pada immunitas
selelur seperti adanya kandidiasis mulut yang dapat menyebar ke esofagus, adanya
keradangan paru, enselofati dan lain-lain.
F. KOMPLIKASI

1. Oral lesi
Karena kandidia, herpes simplek sarloma kaposs HPV oral, giginvitas, peridonitis
Humman Immunodeficiency Virus (HIV) , Leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi,penuranan berat badan, keletihan dan cacat. Kanddiasis oral ditandai oleh
bercak-bercak putih seperti krim dalam rongga mulut. Jika tidak diobati kandidiasis
oral akan berlanjut mengenai esophagus dan lambung. Tanda dan gejala yang
menyertai mencakup kelahun menelan yang sulit dan rasa sakit di balik sternum
(nyeri retrostenal)
2. Neurologik
Ensefalopati HIV atau disebut pula sebagai kompleks dimensia AIDS. Manifestasi
dini mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan konsentrasi , konfusi
progesif, pelambatan psikomotorik apatis dan ataksia. Stadium lanjutb mencakup
gangguan kognitif global, kelembatan dalam respon verbal, gangguan efektif
seperti pandangan yang kosong, hiperefleksi paraparesis spastic, psikosis,
halusinasi, tremor, inkontensia dan kematian.
Meningitis kriptokokus ditandai dengan gejala seperti demam, sakit kepala,
malaise, kaku kuduk, mual, muntah, perubahan status mental dan kejang-kejang.
3. Gastrointestinal
Kriteria diagnostiknya mencakup penurunan BB>10% dan BB awal, diare yang
kronis slama lebih dari 30 hari atau kelemahan yang kronis dan demam yang
kambuhan atau menutup tanpa adanya penyakit lain yang menjelaskan gejala ini.
Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma kaposi dengan efek penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi dan dehidrasi.
Hepatitis karena bakteri dan virus, limfoma, sarcoma kaposi, obat ilegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam atritis.
Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perinial yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-
gatal dan diare.
4. Respirasi
Pneumocyistic carinii. Gejala napas yang pendek, sesak napas(dispneu), batuk-
batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demamakan menyertai pelbagi infeksi
opertinis seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium Intracelluler (MAI),
cytomegaloverus, virus influenza, pneumococcus dan strongyloides.
5. Demantologik.
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi dan dekubitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi
sekunder dan spesies. Infeksi oportunis seperti herpes zoster dan herpes simpleks
akan disertai denganu pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas
kulit.
Moluskum kontangiosum merupakan infeksi virus yang ditandai dengan
pembentuka plak yang disertai deformitas dermatitis sosoreika akan disertai ruam
yang disus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit serta wajah. Penderita
AIDS Juga dapat memperlihatkan folikulitas menyeluruh yang disertai dengan
kulit yang kering dan mengelupas atau sengan dermatitis atopik seperti elizema dan
psoriasis.
6. Sensorik
a) Pandangan : sarkoma kaposi pada konjugtiva atau kelompok mata, retinitas
sitomegalovirus berefek kebutaan.
b) Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri yang berhubungan dengan mielopati, meningitis,
sitomegalovirus dan reaksi-reaksi obat.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Tes untuk diagnosis infeksi HIV:
a) ELISA (positif hasil tes yang positif dipastikan dengan westernblot)
b) Western blot(Positif)
c) P24 antigen test (poositif untk protein virus yang bebas)
d) Kultur Hiv (positif kalau dia dua kali uji kadar secara berturut-turut mendeteksi
enzim reverse transcriptase atau antigen p24 dengan kadar yang meningkat)
2. Tes untuk deteksi gangguan sistem imun
a) LED(Normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)
b) CD 4 limfosit (Menurun mengalami penurunan kemampuan untuk berreaksi
terhadap antigen)
c) Rasio CD4 / CD8 limfosit (menurun)
d) Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya penyakit)
e) Kadar immunoglobulin (meningkat).

H. Penatalaksanaan Umum
1. Perawatan
Perawatan pada anak yang terinfeksi HIV antara lain :
a) Suportif dengan caramengusahakan agar gizi cukup, hidup sehat dan mencegah
kemungkinan terjadi infeksi.
b) Menanggulangi infeksi opportunisticatau infeksi lain serta keganasan yang ada.
c) Menghambat replikasi HIV dengan obat antivirus seperti golongan di
deosinukleoitid, yaitu azidomitidin (AZT) yang dapat menghambat enzim RT
dengan berintegrasi ke DNA virus, sehingga tidak terjadi transkripsi DNA HIV.
d) Mengatasi dampak psikososial
e) Konseling pada keluarga tentang cara penularan HIV, perjalanan penyakit, dan
prosedur yang dilakukan oleh tenaga medis.
f) Dalam menangani pasien HIV, tenaga kesehatan harus selalu memperhatikan
perlindungan universal.

2. Pengobatan
a) Pengobatan simptomatik
b) Pencegahan infeksi oportunistik, dapat digunakan antibiotik kotrimoksazol
c) Pemberian ARV(Antiretroviral)
d) Pengobatan medika mentosa mencakupi pemberian obat-obatan profilaksi infeksi
oportunistik tingkat morbiditas dan mortalitasnya tinggi.

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
Pada pengkajian anak yang terinfeksi dengan HIV positif dan AIDS meliputi :
identitas terjadinya HIV Positif atau AIDS pada anak rata-rata di masa perinatal
sekitar usia 9-17 bulan . keluhan utama dapat berupa demam dan diare
berkepanjangan, takipnue, batuk,sesek nafas, dan hipoksia (keadaan yang gawat0.
Kemudian diikuti adanya perubahan berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
diare lebuh dari satu bulan, demam yang berkepanjangan (lebih dari 1 bulan) mulut
dan faring dijumpai bercak-bercak putih, limfa denopati yang menyeluruh infeksi
berulang(oitis media, faringitis) batuk yang menetap (lebuih dari 1 bulan)
Dermatitis yang menyeluruh. pada riwayat penyakit dahulu, adanya riwayat
transfusi darah (transfusi dari donor HIV/AIDS) pada ibu atau hubungan seksual.
Kemudian pada riwayat penyakit dalam keluarga dapat dimungkinkan adanya
orangtua yang terinfeksi HIV atau penyalahgunaan zat/obat , adanya riwayat ibu
selama hamil terinfeksi HIV(50% tertular untuk anaknya) adanya penularan dapat
terjadi pada minggu ke-9 hingga ke minggu-20 dari kehamilan, adanya penularan
pada proses melahirkan, terjadinya kontak darah dan bayi adanya penularan pada
proses melahirkan, terjadinya kontak darah dan bayi adanya penularan setelah lahir
dapat terjadi melalui air susu ibu. Adanya kegagalan pertumbuhan. Riwayat
imunisasi dengan jadwal sebagai berikut :

USIA VAKSIN

2 bulan DPT, Polio, hepatitis B


4 bulan DPT, Polio, hepatitis B
6 bulan DPT, Polio, hepatitis B
12 bulan Tes tuberculin
15bulan MMR, hepatitis
18bulan DPT,polio, MMR
24 bulan Vaksin pneumokokus
4-6 bulan DPT, Polio , MMR
14-16bulan DT, campak.

 Imunisasi BCG tidak boleh diberikan sebagai kuman hidup( Kanwil Depkes jawa
timur:1999)
 Immunisasi polio harus diberikan in activated polio vaccine, bukan tipe live
attenuated polio vaccine (virus mati bukan virus hidup)
(kanwil Depkes jawa timur;1999)
Pemberian imunisasi bayi dan anak yang sehat di rumah sakit

USIA ANTIGEN
0 bulan Hepatitis B1,BCG,polio 1
2 bulan Hepatitis B2,DPT 1 ,polio 2
3 bulan DPT 2, Polio 3
4 bulan DPT3, polio 4
9 bulan Hepatitis B3, campak

Pemberian imunisasi bayi lahir di rumah

USIA ANTIGEN
2 bulan BCG, DPT1, polio 1
3 bulan Hepatitis B1, DPT2, polio 2
4 bulan Hepatitis B1, DPT2, polio 3
9 bulan Hepatitis B3, campak, Polio 4

Pada pengkajian fakto risiko anak dan bayi untuk tertular HIV diantaranya:
Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual, bayi yang lahir dari ibu
dengan pasangan berganti-ganti, bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan
obat melaui vena, bayi atau anak yang mendapat transfusi darah atau produk darah
berulang, bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang
tidak steril dan anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.

Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti gagal tmbuh, berat badan
menurun, anemia, panas berulang , limfa denopati, hepatosplenomegali, adanya
infeksi oportunis yang merupakan infeksi oleh kuman, parasit, jamur, atau protozoa
yang menurunkan fungsi yang dapat menyebar ke esofagus, adanya keradangan
paru, enselofati dan lain-lain.

2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan mata didapatkan adanya cotton wol spot ( becak katun wol) paa
retina, retinisi sitomegalovirus, dan khoroiditis tokosplasma, perivaskulitis wol
pada retina, infeksia pada tepi kelopak mata (blefarsitis) mata merah, perih, gatal,
berair, banyak sekret serta berkerat , lesi pada retina dengan gambaran
bercak/eksudat kekuningan, tunggal / multilipel, pada atu atau kedua mata
(toxoplasma gondii). Pada mulut adanya stomatitis gangrenosa, peridonititis,
sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebegai bercak merah datar, kemudian menjadi
biru, sering pada palatum(Bates barbara:1998); pada telinga didapat adanya otritis
media kehilangan pendengaran dan pada sistem pernafasan adanya batuk lama
dengan atau tanpa sputum, sesak nafas, takipneu, hipoksia, nyeri dada, nafas
pendek waktu istirahat, gagal nafas. Pada sistem pencernaan didapatkan berat
badan menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak putih
kekuningan pada mukosa mulut, faringitis, kandidi siasis esofagus, kandidisiusis
mulut, selaput lendir kering, pembesaran hati, mual, muntah kolitis akibat diare
kronis, pembesaran limfa, pada sistem kardivaskuler didapatkan suhu tubuh
meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat, gejala gagal jantung
kongestifsekunder akibat kardiomiepati karena HIV. Pada sistem integumen
adanya varisela lesi sangat luat vesikel yang besar, haemorargi menjadi nekrose
timbul ulserasi, herpes zoster: vesikel ,menggerombol, nyeri panas serta malaise,
azematoid gangrenosum dan skabies sering dijumpai pada sistem kemih
didapatkan air seni kurang, anuria, proteinuri pada sistem kemih, adanya
pembesaran kelenjar parotis, limfadenopati, pembesaran kelenjar kelenjar yang
menyeluruh, pada sistem neurologi di dapatkan sakit kepala, samnolen sukar
konsentrasi, perubahan perilaku, nyeri otot, kejang-kejang, enselopati, gangguan
psikomotor, penurunan kesadaran delinium meningitis, keterlambatan
perkembangan pada sistem muskuluskeletaladanya nyeri otot , nyeri persendian,
letih gangguan gerak(ataksia).

3. Diagnosa
a) Risiko infeksi
b) Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan)
c) Kurangnya volume cairan.
d) Gangguan integritas kulit.
e) Perubahan atau gangguan membran mukosa.
f) Ketidakefektifan koping keluarga
g) Kurangnya pengetahuan keluarga.
4. Rencana Tindakan Keperawatan
a) Risiko infeksi
Risiko terjadinya infeksi pada anak dengan HIV /AIDS ini dapat disebabkan
adanya penurunan daya tahan tubuh sekuder AIDS, sehingga tindakan
diarahkan je peningkatan daya tahan tubuh. Pada masalah ini tujuan yang ingin
dicapai adalah meminimalkan risiko terhadap infeksi pada anak.
Tindakan :
1. Kaji perubahan tanda-tanda infeksi (demam, peningkatan nadi, peningkatan
kecepatan napas, kelemahan tubuh atau latergi)
2. Kaji faktor yang memperburuk terjadinya infeksi seperti usia, statusnutrisi,
penyakit kronis lain.
3. Monitor tanda tanda vital tiap 4 jam , tanda vital merupakan indikator
terjadinya infeksi.
4. Monitor sel darah putih dan hitung jenis setiap hati, untuk memonitir
terjadinya neutropenia.
5. Anjurkan dan jelaskan pada keluargadan penunjang tentang pencegahan
secara umum(universal) , untuk menyiapkan keluarga/ pengunjung turut
sertamemutus rantai penularan HIV/AIDS
6. Intruksikan pada seluruh pengunjung untuk cuci tangan sebelum dan masuk
ruangan pasien.
7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik, antivital, anti jamur
sesuai saran dokter, untuk membunuh penyebab kuman.
8. Lindungi individu dan risiko infeksi dengan universal precaution.

b) Kurang nutrisi (kurang dari kebutuan)


Terjadinya kekurangan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan
anoreksia, diare, nyeri, dan tujuan yang diharapkan adalah kebutuhan nutrisi
terpenuhi.
Tindakan :
1. Kaji perubahan status nutrisi dengan menimbang berat badan setiap hari,
2. Monitor asupan dan kehidupan tiap 8 jan dan tugor kulit.
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein.
4. Rencanakan makanan enteral atau parenteral.

c) Kurang volume cairan tubuh.


Kurangnya volume cairan tubuh pada anak disebabkan karena diare yaitu
dampak dari infeksi oportunis saluran pencernaan. Tujuan dari rencana ini
adalah volume cairan dapat terpenuhi dengan hasil yang diharapkan adalah
sebagai berikut : asupan dan keluaran seimbang,kadar elektrolit tubuh dalam
batas normal, nadi perifer teraba, penekanan darah perifer tubuh dalam waktu
kurang dari 3 detik, keluaran urine minimal 1-3 cc/kg BB per jam
Tindakan :
1. Berikan cairan sesuai dengan indikasi atau toleransi.
2. Ukurlah asupan dan keluaran termasuk urine, tinja.
3. Monitor kadar elektrolit dalam tubuh.
4. Kaji tanda vital, wkatu penekanan darah perifer, nadi perifer, tugor kulit,
mukosa membran, ubun-ubun tiap 4 jam.
5. Monitor urine tiap 6-8jam sesuai dengan kebutuhan.
6. Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai dengan kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Berkas Persyaratan Bintara
    Berkas Persyaratan Bintara
    Dokumen12 halaman
    Berkas Persyaratan Bintara
    Juragan Empang
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen1 halaman
    1
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Klinik DKT 2
    Klinik DKT 2
    Dokumen1 halaman
    Klinik DKT 2
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Seminar Lina (Vivin)
    Seminar Lina (Vivin)
    Dokumen39 halaman
    Seminar Lina (Vivin)
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Klinik DKT
    Klinik DKT
    Dokumen3 halaman
    Klinik DKT
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Contoh Kasus
    Contoh Kasus
    Dokumen5 halaman
    Contoh Kasus
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • PELATIHAN
    PELATIHAN
    Dokumen12 halaman
    PELATIHAN
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Tgs Awawa
    Tgs Awawa
    Dokumen16 halaman
    Tgs Awawa
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen4 halaman
    Daftar Isi
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Klinik DKT
    Klinik DKT
    Dokumen3 halaman
    Klinik DKT
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • B. Sor (Source Oriented Record) : Bidan Bidan Bidan
    B. Sor (Source Oriented Record) : Bidan Bidan Bidan
    Dokumen2 halaman
    B. Sor (Source Oriented Record) : Bidan Bidan Bidan
    teukumuhammadrizki
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen1 halaman
    Latar Belakang
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Mutu
    Mutu
    Dokumen19 halaman
    Mutu
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 2 k3
    Kelompok 2 k3
    Dokumen1 halaman
    Kelompok 2 k3
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Gadar
    Gadar
    Dokumen13 halaman
    Gadar
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen4 halaman
    Bab V
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • (4.1.2 EP 1) Struktur Tim Mutu
    (4.1.2 EP 1) Struktur Tim Mutu
    Dokumen1 halaman
    (4.1.2 EP 1) Struktur Tim Mutu
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • GG
    GG
    Dokumen2 halaman
    GG
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Resiko
    Resiko
    Dokumen14 halaman
    Resiko
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar Keperawatan Anak
    Konsep Dasar Keperawatan Anak
    Dokumen6 halaman
    Konsep Dasar Keperawatan Anak
    Beyyi Eyi Wahyudy
    Belum ada peringkat
  • Bab 1,2,3 Perundangan Perawat
    Bab 1,2,3 Perundangan Perawat
    Dokumen17 halaman
    Bab 1,2,3 Perundangan Perawat
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Gadar
    Gadar
    Dokumen13 halaman
    Gadar
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • GG
    GG
    Dokumen2 halaman
    GG
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Dari Bu Tery
    Dari Bu Tery
    Dokumen1 halaman
    Dari Bu Tery
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen4 halaman
    Bab V
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Cara Merawat Bayi Dengan Berat Lahir Rendah: Lakukan Kontak Antar Kulit
    Cara Merawat Bayi Dengan Berat Lahir Rendah: Lakukan Kontak Antar Kulit
    Dokumen3 halaman
    Cara Merawat Bayi Dengan Berat Lahir Rendah: Lakukan Kontak Antar Kulit
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Contoh Kasus
    Contoh Kasus
    Dokumen5 halaman
    Contoh Kasus
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen4 halaman
    Bab 4
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen4 halaman
    Bab V
    Anonymous Za8gBPZeai
    Belum ada peringkat