Anda di halaman 1dari 11

Konsep Sehat

Sehat adalah keadaan yang dikehendaki semua pihak, tidak hanya oleh perorangan, tetapi

juga kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Sehat diartikan sebagai kondisi yang normal dan

alami. Karenanya, segala sesuatu yang tidak normal dan bertentangan dengan alam dianggap

sebagai kondisi tidak sehat yang harus dicegah. Sehat sendiri bersifat dinamis yang statusnya

terus menerus berubah. Kesehatan mempengaruhi tingkat fungsi seseorang, baik dari segi

fisiologis, psikologis, dan dimensi sosiokultural.

Ada beberapa definisi sehat, antara lain:

 Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan

berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya (Perkin,1938)

 Sehat adalah suatu keadaan sejahtera sempurna fisik, mental, dan sosial yang tidak hanya

terbatas pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja (WHO, 1947 dan UU Pokok Keshatan

No. 9 tahun 1960).

 Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan

segala faktor keturunan dan lingkungan yang dipunyainya (WHO,1957)

 Sehat adalah keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai

keluhan atau tanda-tanda penyakit atau kelainan (White,1977)

 Sehat adalah suatu keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap

orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa sehat adalah

suatu keadaan yang seimbang antara bentuk dan fungsi tubuh,bebas dari tekanan beban ekonomi
dan lingkungan sosial. Dapat dikatakan bahwa sehat adalah keadaan di mana sesorang tidak

mengeluh tentang perasaan tak enak atau tak nyaman baik dari segi fisik,sosial maupun ekonomi.

Di samping definisi sehat kita kenal juga istilah sakit. Sakit adalah keadaan yang tidak

normal. Tolak ukur yang paling mudah untuk menentukan kondisi sakit adalah jika terjadi

perubahan dari nilai rata-rata normal yang telah ditetapkan.

Ada beberapa definisi mengenai sakit yan dapat dijadikan acuan antara lain:

 Menurut Parson. Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk

sejumlah system biologis dan kondisi penyesuaian.

 Menurut Bauman. Bauman menggemukakan ada tiga criteria keadaan sakit, yaitu adanya

gejala, persepsi tentang keadaan sakit yang dirasakan, dan kemampuan beraktivitas sehari-hari

yang menurun.

 Menurut Perkins. Sakit adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa

seseorang sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani

maupun sosial.

 Penyakit adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat

terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbulah gangguan pada fungsi atau struktur dari

bagian,organ atau sistem tubuh (Gold Medical-Dictionary)

 Penyakit bukan hanya kelainan yang dapat dilihat dari luar tetapi juga suatu gangguan

keteraturan fungsi-fungsi dalam tubuh (Arrest Hof te Amsterdam).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa penyakit adalah suatu

keadaan dimana terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada dalam

keadaan yang tidak normal. Dengan pengertian yang seperti ini, mudahlah dipahami bahwa
penyakit tidak sama dengan rasa sakit. Penyakit adalah keadaan yang bersifat obyektif karena

masing-masing memiliki parameter tertentu sedangkan rasa sakit sifatnya subyektif karena

merupakan keluhan yang dirasakan seseorang. Seseorang yangn menderita penyakit belum tentu

merasa sakit. Sebaliknya, tidak jarang ditemukan seseorang yang selalu mengeluh sakit padahal

tidak ditemukan penyakit apapun dalam pada dirinya.

Menurut H.L.Bloem (1974), status kesehatan di pengaruhi oleh beberapa faktor yakni

faktor biologik, faktor perilaku, faktor lingkungan dan faktor pelayanan kesehatan. Dari

keempat faktor tersebut yang memiliki andil paling besar dalam derajat kesehatan adalah faktor

lingkkungan (45%) dan faktor perilaku (30%). Kedua faktor tersebut sangat berkaitan erat.

Lingkungan bisa sehat jika perilaku masyrakatnya sehat. Kerusakan lingkungan salah satunya

dapat terjadi akibat perilaku manusia. Berbagai penyakit yang saat ini menimpa bangsa

Indonesia, seperti demam berdarah,dan polio terjadi akibat faktor lingkungan dan perilaku

manusia.

Faktor pelayanan
Kesehatan

Faktor Faktor
Perilaku Status Kesehatan Lingkungan

Faktor Biologik

Gambar 1.1 Konsep Bloem

1. Keturunan. Secara sederhana, penyakit manusia dapat dibagi ke dalam beberapa kategori,

salah satunya adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor gen. penyakit ini disebut juga
sebagai penyakit herediter atau keturunan. Contoh penyakit ini anatara lain diabetes mellitus,

albino dan penyakit Wilson.

2. Layanan Kesehatan. Layanan kesehatan dapat mempengaruhi stastus kesehatan individu

(khususnya) dan masyarakat (umumnya). Beberapa aspek layanan kesehatan yang dapat

mempengaruhi status kesehatan adalah sebagai berikut.

a. Tempat layanan kesehatan. Letak geografis tempat layanan dapat memengaruhi

keterjangkauan masyarakat terhadap layanan kesehatan dan keterjangkauan petugas

kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, terutama petugas

puskesmas. Jika tempat layanan kesehatan jauh dari pemukiman penduduk,kemungkinan

masyarakat akan sulit menjangkaunya. Terlebih jika sarana transportasi di daerah tersebut

tidak memadai. Kondisi ini tentunya akan menghambat upaya pertolongan-segera saat

seseorang menderita sakit. Akibatnya, kondisi orang tersebut dapat bertambah parah atau

bahkan berujung pada kematian.

b. Kualitas petugas kesehatan. Klien merupakan individu yang berada dalam posisi

ketergantungan karena sangat membutuhkan pertolongan dari petugas kesehatan bagi

kesenbuhan dirinya. Dalam kondisi sakit ini, klien “pasrah” terhadap apapun tindakan yang

akan dilakukan oleh petugas kesehatan. Jika petugas kesehtan tidak memiliki kompetensi

yang berkualitas, alih-alih kesembuhan yang akan klien peroleh, melainkan penderitaan

bahkan kematian yang mungkin klien dapatkan. Dengan demikian, kualitas petugas

kesehatan sangat berpengaruh terhadap status kesehatan individu maupun masyarakat.

c. Biaya kesehatan. Tingginya biaya pengobatan menyebabkan tidak semua orang mampu

memanfaatkan layanan kesehatan. Keluarga yang tergolong miskin tidak mungkin mampu

menjangkau layanan tersebut. Kasarnya, boro-boro untuk biaya kesehatan, untuk makan
sehari-hari saja sulit. Kondisi ini tentunya semakin memperkecil peluang masyarakat

miskinuntuk mendapatkan layanan kesehatan.

d. Sistem layanan kesehatan. Sistem layanan kesehatan juga sangat berpengaruh terhadap derajat

kesehatan individu dan masyarakat. Layanan kesehatan terdepan bukan semata berfokus pada

pengobatan, tetapi juga pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Dalam sistem ini, kita tidak

lagi menekankan upaya kuratif, melainkan upaya promotif dan preventif. Di Indonesia

sendiri, kecendrungan perkembangan penyakit ditandai dengan meningkatnya penyakit

degeneratif akibat peningkatan usia harapan hidup. Menyikapi hal tersebut, sistem layanan

kesehatan juga harus berorientasi pada peningkatann kualitas hidup lansia.

3. Lingkungan. Lingkungan memberi pengaruh besar terhadap status kesehatan individu.

Lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh luar yang memengaruhi

kehidupan dan perkembangan suatu organisme. Secara umum, lingkungan dibedakan menjadi

dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan non-fisik.

a. Lingkungan fisik, yaitu lingkungan alamiah yang terdapat disekitar manusia. Lingkungan

fisik ini meliputi banyak hal seperti cuaca, kedaan geografis, struktur geologis, dan lain-lain.

b. Lingkungan non-fisik, yaitu lingkungan yang muncul akibat adanya interaksi antar-manusia.

Lingkungan non-fisik ini meliputi sosial-budaya, norma, nilai, adat istiadat, dan lain-lain.

4. Perilaku. Sehat/sakitnya individu, keluarga atau masyarakat dipengaruhi oleh perilakunya.

Jika perilaku individu, keluarga dan masyarakat sehat, dapat dipastikan pula hasilnya. Begitu

juga sebaliknya. Perilaku manusia bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi

oleh banyak faktor, seperti pendidikan, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan, sosial ekonomi

dan sebagainya.
Menurut Gordon dan Le Richt (1950). Timbul atau tidaknya penyakit pada manusia

dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu :

1. Penjamu (host), yaitu faktor yang terdapat dalam diri manusia yang dapat mempengaruhi

timbulnya serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut antara lain faktor keturunan,

mekanisme pertahanan tubuh, umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan dan

kebiasaan hidup.

2. Bibit penyakit (agent), yaitu suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau

ketidakhadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan sutau penyakit.

Substansi atau elemen yang dimaksud banyak macamnya yang secara sederhana dapat

dikelompokkan dalam lima macam, yaitu:

a. Golongan nutrient, yaitu zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melangsungkan fungsi

kehgidupan. Jika seseorang mengalami kekurangan atau kelebihan zat gizi ini, maka akan

timbullah penyakit tertentu.

b. Golongan kimia, yaitu berbagai zat kimia yang ditemukan dialam (exogenous chemical

substance) dan atau zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh (endogenous chemical substance).

Apabila tubuh terkena atau kemasukan zat kimia tertentu seperti logam berat, gas beracun,

atau debu akan menimbulkan penyakit tertentu.

c. Golongan fisik seperti suhu yang terlalu tinggi atau rendah, suara yang terlalu bising,

kelembapan uadara,tekanan udara, radiasi, atau trauma mekanis dapat menimbulkan berbagai

penyakit.

d. Golongan mekanik juga sering digolongkan kedalam golongan fisik, namun pada golongan

ini unsure campur tangan manusia lebih banyak ditemukan, seperti kecelakaan di jalan raya,

pukulan dan lain-lain.


e. Golongan biologik yang biasa berupa jasad renik/mikroorganisme maupun bukan jasad renik

yang dapat berasal dari tumbuhan atau hewan.

Empat golongan pertama sering disederhanakan sebagai golongan abiotik, sedangkan

golongan terakhir sering disebut biotik. Jika penyebab penyakit tergolong dalam kelompok

biotik, maka penyakit yang ditimbulkannya disebut penyakit infeksi yang dapat bersifat menular

maupun tidak menular. Berat ringannya penyakit infeksi yang dialami amat ditentukan oleh

patogenisitas, virulensi, antigenisitas, dan infektivitas. Patogenisitas ialah kemampuan bibit

penyakit menimbulkan reaksi pada penjamu sehingga timbul penyakit. Sifat ini merupakan sifat

bibit penyakit terpenting yang menentukan apakah suatu bibit penyakit dapat menimbulkan

penyakit atau tidak. Virulensi adalah ukuran keganasan atau derajat kerusakan yang ditimbulkan

oleh bibit penyakit. Antigenisitas ialah kemampuan bibit penyakit merangsang timbulnya

mekanisme pertahanan tubuh. Infektivitas adalah kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi,

dan menyesuaikan diri, bertempat tinggal,serta berkembang biak dalam diri penjamu.

3. Lingkungan (Enviroment), yaitu agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar

yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Salah satu peran

lingkungan adalah sebagai reservoir. Secara umum lingkungan dibedakan atas lingkungan

fisik dan non fisik. Lingkungan fisik ialah lingkungan alamiah yang terdapat di sekitar

manusia, sedangkan lingkungan nonfisik ialah lingkungan yang muncul akibat adanya

interaksi antar manusia. Hubungan antara penjamu, bibit penyakit dan lingkungan dalam

menimbulkan penyakit sangat kompleks dan majemuk. Disebutkan bahwa ketiga faktor ini

saling mempengaruhi, dimana penjamu dan bibit penyakit saling berlomba menarik

keuntungan dari lingkungan. Hubungan antara penjamu, bibit penyakit, dan lingkungan
diibaratkan timbangan. Di sini penjamu dan bibit penyakit berada diujung masing-masing

tuas, sedangkan lingkungan sebagai penumpunya.

Sehat

HOST AGENT

ENVIRONMET

Menderita penyakit karena daya tahan penjamu kurang

HOST AGENT

ENVIRONMET

Menderita penyakit karena kemampuan bibit penyakit meningkat

HOST AGENT

ENVIRONMET

Menderita penyakit karena lingkungan berubah

HOST AGENT

ENVIRONMET
Seseorang disebut dalam keadaan sehat, jika tuas penjamu berada dalam keadaan

seimbang dengan tuas bibit penyakit. Sebaliknya bila bibit penyakit berhasil menarik keuntungan

dari lingkungan, maka orang tersebut dalam keadaan sakit. Dalam proses timbulnya penyakit,

unsur-unsur yang terdapat pada setiap faktor memegang peranan amat penting. Pengaruh unsur

tersebut adalah sebagai penyebab timbulnnya penyakit yang dalam kenyataan sehari-hari tidak

hanya berasal dari satu unsur saja, melainkan dapat sekaligus dari beberapa unsur. Karena

adanya pengaruh dari beberapa unsur inilah, maka sering dikatakan penyebab timbulnya suatu

penyakit tidak bersifat tunggal melainkan bersifat majemuk, yang dikenal dengan istilah multiple

causation of disease. Selanjutnya, dalam menimbulkan penyakit, unsur-unsur tersebut berperan

tidak secara sendiri-sendiri melainkan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.

Hubungan yang diperlihatkan bagaikan jaringan jaringan jala-jala penyebab dan karena itu

popular dengan sebutan web of causation.

Jika ditinjau dari proses yang terjadi pada orang sehat, menderita penyakit dan

terhentinya penyakit, yang dikenal dengan nama riwayat alamiah perjalanan penyakit (natural

history of disease), terutama untuk penyakit infeksi, terlihat bahwa proses yang ditemukan secara

umum dapat dibedakan atas lima tahap, yakni :

1. Tahap prepatogenesis, dimana telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit,

tetapi interaksi ini masih berada di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit belum masuk ke

dalam tubuh penjamu. Seseorang yang berada dalam keadaan seperti ini disebut sehat.

2. Tahap inkubasi, jika bibit penyakit telah masuk ke dalam tubuh penjamu, tetapi gejala

penyakit belum tampak. Masa inkubasi setiap penyakit beda-beda. Jika daya tahan tubuh tidak

kuat, penyakit akan berjalan terus dan mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan
fungsi tubuh. Pada suatu saat penyakit akan bertambah hebat, sehingga timbul gejalanya.

Garis yang membatasi tampak atau tidak tampaknya gejala penyakit disebut horizon klinik.

3. Tahap penyakit dini, dihitung mulai dari munculnya gejala penyakit. Pada tahap ini, sekalipun

penjamu telah jatuh sakit, tetapi sifatnya masih ringan. Umumnya pasien masih dapat

melakukan pekerjaan sehari-hari dan karena itu sering tidak datang berobat. Selanjutnya, bagi

yang datang berobat, umumnya tidak memerlukan perawatan karena penyakit masih dapat

diatasi dengan berobat jalan.

4. Tahap penyakit lanjut, bila penyakit bertambah hebat. Pada tahap ini pasien tidak dapat lagi

melakukan pekerjaan dan bila datang berobat, umumnya telah memerlukan perawatan.

5. Tahap akhir penyakit. Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima keadaan,

yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan cacat,karier, kronik, atau meninggal dunia.

Setiap tahapan perjalanan penyakit dapat menjadi awal bagi tahap selanjutnya. Untuk mencegah

berjalannya penyakit ke tahap yang lebih lanjut, diperlukan pelayanan kesehatan yang

menyeluruh, yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi usaha-usaha seperi berikut ini:

1. Pendekatan holistik yang melaksanakan pelayanan kesehatan untuk semua aspek kehidupan

pasien yang meliputi jasmani, mental, dan sosial.

2. Melihat faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penyakitnya, yaitu lingkungan

keluarga, lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

3. Memberikan pelayanan berdasarkan 5 tingkat pencegahan penyakit (five level of prevention)

dari leavel & Clark. 1953 sesuai dengan pemanfaatannya, yaitu:

a. Promosi kesehatan (health promotion). Pada tingkatan ini dilakukan tindakan umum untuk

menjaga keseimbangan proses bibit penyakit-penjamu-lingkungan, sehingga menguntungkan


manusia dengan cara meningkatkan daya tahan manusia dan memperbaiki lingkungan.

Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat. Contoh: penyuluhan cara hidup sehat.

b. Perlindungan khusus (special protection). Yaitu tindakan yang masih dimaksudkan untuk

mencegah penyakit, menghentikan proses interaksi bibit penyakit-penjamu-lingkungan dalam

tahap prepatogenesis, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu. Tindakan ini dilakukan pada

seseorang yang sehat tetapi memiliki risiko terkena penyakit tertentu. Contoh: imunisasi.

c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), merupakan

tindakan menemukan penyakit sedini mungkin dan melakukan penatalaksanaan segera dengan

terapi yang tepat.

d. Pembatasan cacat (disability limitation),dimana dilakukan penetalaksanaan terapi yang

adekuat pada pasien yang telah lanjut untuk mencegah penyakit menjadi berat,

menyembuhkan pasien, dan mengurangi kemungkinan cacat yang akan timbul.

e. Rehabilitasi (rehabilitation).Tindakan ini dimaksudkan untuk mengembalikan pasien ke

masyarakat agar ia dapat hidup dan bekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban orang

lain.

4. Pelayanan Rujukan.

Anda mungkin juga menyukai