Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Peritonitis adalah peradangan pada lapisan dinding perut atau peritoneum. Peritonitis
adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi
visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun
kronis/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi,
defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Pasien dengan peritonitis dapat
mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik
dengan syok sepsis. Infeksi peritonitis terbagi atas penyebab perimer (peritonitis
spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organ visceral), atau
penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat).
Infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi pertitonitis infeksi (umum) dan abses
abdomen (local infeksi peritonitis relative sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari
penyakit yang mendasarinya.
1. Peritonitis primer/ spontan : spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
- Biasa terjadi pada masa anak – anak dengan sindrom nefrotik atau sirosis hati
- Tidak ada sumber infeksi pada intra peritoneal
- Lebih banyak diderita perempuan daripada laki – laki
- Kuman masuk melalui aliran darah atau alat genital
- Rasa sakit dan lemas
- Dehidrasi dan nyeri tekan
- Otot abdomen tegang
- Kembung
- Bunyi peristaltic usus sulit ditemukan
2. Peritonitis sekunder
- Kuman yang masuk banyak, biasa dari GIT dan imun klien
- Kuman campuran aerob dan aerob
- Adanya sumber infeksi intraperitoneal, apendiksitis, salpingitis, kolesistitis,
pancreatitis, perforasi apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum,

1
perforasi kolon akibat diverdikulitis, volvulus dan kanker, dan strangulasi kolon
asendens, dsg.
- Dapat dari trauma yang menyebabkan rupture pada GIT atau perporasi setelah
endoskopi, biopsy, atau polipektomi endoskopik
- Dapat terjadi keganasan GIT
- Tertelannya benda asing dan tajam
- Sangat nyeri
- Tidak berani bergerak saat tidur
- Napas pendek
- Awalnya tensi turun sedikit dan nadi lebih cepat, kemudian masuk dalam renjatan
dengan nadi kecil dan lebih cepat
- Hivopolemia
- Abdomen tegang
3. Peritonitis tersier
Peritonitis yang disebabkan oleh pemasangan alat
Penyebab iatrogenic umumnya berasal dari trauma saluran cerna bagian atas termasuk
pancreas, saluran empedu dan kolon kadang juga dapat terjadi dari trauma endoskopi.
Jahitan oprasi yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya
peritonitis. Sesudah operasi, abdomen efektif untuk etiologi noninfeksi, insiden
peritonitis sekunder (akibat pecahnya jahitan operasi seharusnya kurang dari 2%. Operasi
untuk penyakit inflamasi (misalnya apendisitis, divetikulitis, kolesistitis) tanpa perforasi
berisiko kurang dari 10% terjadinya peritonitis sekunder dan abses peritoneal. Risiko
terjadinya peritonitis sekunder dan abses makin tinggi dengan adanya keterlibatan
duodenum, pancreas perforasi kolon, kontaminasi peritoneal, syok perioperatif, dan
transfuse yang pasif.

B. Tanda dan Gejala


Diagnosis peritonitis ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut
abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum
visceral) yang makin lama makin jelas lokasinya (peritoneum parietal). Tanda-tanda
peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis

2
bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen
yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat tertentu sebagai sumber
infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara
tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan atau tegang karena iritasi
peritoneum.
Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat
pelvic inflammatoru disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu
pada penderita dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan
steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya
trauma cranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita
dengan paraplegia dan penderita geriatric.

C. Etiologi
Bentuk peritonitis yang paling sering ialah Spontaneous bacterial Peritonitis (SBP)
dan peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena infeksi intraabdomen, tetapi biasanya
terjadi pada pasien yang asites terjadi kontaminasi hingga kerongga peritoneal sehinggan
menjadi translokasi bakteri munuju dinding perut atau pembuluh limfe mesenterium,
kadang terjadi penyebaran hematogen jika terjadi bakterimia dan akibat penyakit hati
yang kronik. Semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya
peritonitis dan abses. Ini terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antar molekul
komponen asites pathogen. Yang paling sering menyebabkan infeksi adalah bakteri gram
negative E. Coli 40%, Klebsiella pneumoniae 7%, spesies Pseudomonas, Proteus dan
gram lainnya 20% dan bakteri gram positif yaitu Streptococcus pnemuminae 15%, jenis
Streptococcus lain 15%, dan golongan Staphylococcus 3%, selain itu juga terdapat
anaerob dan infeksi campur bakteri.
Peritonitis sekunder yang paling sering terjadi disebabkan oleh perforasi atau nekrosis
(infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal
terutama disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas.
Peritonitis tersier terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan
terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, bukan berasal dari kelainan organ,
pada pasien peritonisis tersier biasanya timbul abses atau flagmon dengan atau tanpa

3
fistula. Selain itu juga terdapat peritonitis TB, peritonitis steril atau kimiawi terjadi
karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia
lain atau proses inflamasi transmural dari organ-organ dalam (Misalnya penyakit Crohn).

D. Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen ke dalam rongga
abdomen sebagai akibat dari inflamasi, infeksi, iskemia, trauma atau perforasi tumor.
Terjadinya proliferasi bacterial, terjadinya edema jaringan dan dalam waktu singkat
terjadi eksudasi cairan. Cairan dalam rongga peritoneal menjadi keruh dengan
peningkatan jumlah protein, sel darah putih, debris seluler dan darah. Respons segera dari
saluran usus adalah hipermotilitas, diikuti oleh ileus paralitik disertai akumulasi udara
dan cairan dalam usus.

Pathway
Factor primer Factor sekunder Factor tersier

spontaneous bacterial peritonitis (SBP) infeksi meluas pemasangan alat

aliran darah perkembangan bakteri

4
hipertermi PERADANGAN PERITONEUM

nyeri abdomen tegang penurunan kontraksi usus

mual, muntah kekurangan volume cairan konstipasi

anoreksia syok hivopolemia

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh kelemahan

intoleran aktivitas
E. Pemeriksaan Diagnositik
- Drainase panduan CT-Scan
- USG

F. Penatalaksanaan
Penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah focus utama. Analegesik diberikan
untuk mengatasi nyeri antiemetik dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah.
Terapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara
adekuat, tetapi kadang-kadang inkubasi jalan napas dan bentuk ventilasi diperlukan.
Tetapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotic, terapi hemodinamik untuk
paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolic dan terapi modulasi respon peradangan.
Penatalaksanaan pasien trauma tembus dengan hemodinamik stabil di dada bagian
bawah atau abdomen berbeda-beda namun semua ahli bedah sepakat pasien dengan tanda
peritonitis atau hipovolemia harus menjalani explorasi bedah, tetapi hal ini tidak pasti
bagi pasien tanpa-tanda sepsis dengan hemodinamik stabil. Semua luka tusuk di dada
bawah dan abdomen harus dieksplorasi terlebih dahulu. Bila luka menembus
peritoniummaka tindakan laparotomi diperlukan. Prolaps visera, tanda-tanda peritonitis,
syok, hilangnya bising usus, terdapat darah dalam lambung, buli-buli dan rectum, adanya

5
udara bebas intraperitoneal dan lavase peritoneal yang positif juga merupakan indikasi
melakukan laparotomi. Bila tidak ada, pasien harus diobservasi selama 24-48 jam.
Sedangkan pada pasien luka tembak dianjurkan agar dilakukan laparotomi.

G. Komplikasi
- Eviserasi Luka
- Pembentukan abses

H. Askep Teoritis
a. Pengkajian
- Identitas Pasien : nama, umur, agama, pekerjaan, suku/bangsa, jenis kelamin,
alamat
- Identitas Penanggung Jawab: nama, umur, pekerjaan, alamat, hub. dengan pasien,
- No registrasi, tgl. masuk RS, tanggal pengkajian, jam dilakukan pengkajian,
metode pengkajian
- Data Umum
 keluhan utama : keluhan yang sangat mengganggu aktivitas klien, pasien
peritonitis biasanya mengalami nyeri di bagian abdomen
 riwayat penyakit sekarang: dikaji perjalanan penyakit klien
 riwayat kesehatan dahulu: yang diakaji penyakit yang pernah diderita klien
sebelum penyakit yang diderita saai ini.
 riwayat kesehatan keluarga: apakah ada anggota keluarga yang pernah
mengalami penyakit atau keluhan seperti yang dialami klien
 kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual
- Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : kebersihan anak, keadaan kulit, kesadaran
 Pengukuran lain: BB sebelum dan saat pengkajian, tinggi badan
 Vital Sign: suhu, nadi, respirasi, tekanan darah
 Keadaan Fisik:
 Kepala : bentuk, warna rambut, ada tidaknya lesi
 Mata : warna, penglihatan

6
 Mulut : perhatikan mukosa bibir, kelembaban, perdarahan,
kebersihan, jumlah gigi
 Hidung : perhatikan ada tidaknya epistaksis, nyeri tekan, pernafasan
cuping hidung, kebersihan
 Telinga : perhatikan ada tidaknya nyeri tekan, kebersihan
 Thorax : perhatikan bentuk dada, kesimetrisan, suara paru dan jantung
 Abdomen : perhatiakan apakah ada nyeri tekan, asites, peristaltic
 Ekstremitas: perhatikan apakah ada edema, cianosis, pergerakan sendi
 Genetalia : perhatikan kebersihan, ada tidaknya kelainan
 Anus : perhatikan kebersihan, dan ada tidaknya perdarahan

b. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul


1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamsi peritonium
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia, penurunan penyerapan nutrient sekunder
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat
mual, muntah
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang memburuk
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan yang didapat
7. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan medikasi

c. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan bertujuan setelah dilakukan asuhan keperawatan:
1. Hipertherni teratasi dengan criteria hasil klien tidak melapor panas, badan klien
tidak panas
2. Nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil tidak adanya nyeri tekan, klien
tidak melaporkan adanya nyeri
3. Nutrisi terpenuhi dengan criteria hasil klien menunjukkan peningkatan nafsu
makan, BB normal
4. Kebutuhan cairan terpenuhi

7
5. Ansietas teratasi dengan criteria hasil klien tidak tampak gelisah
6. Pengetahuan klien meningkat dengan criteria hasil klien dapat menjelaskan
tentang penyakitnya
7. Integritas kulit baik

8
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.M


DENGAN PERITONITIS
DI RUANG SERUNI DI RUMAH SAKIT SEJAHTERA

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Rabu, tanggal 10 November 2010 pada pukul 07. 30
WIB di ruang seruni Rumah Sakit Sejahtera dengan teknik wawancara, obervasi,
pemeriksaan fisik, dan dokumentasi.
I. Identitas Pasien
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. "M"
Umur : 17 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Pramuka, Bantul, Yogyakarta
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. “Z”
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jalan Pramuka, Bantul, Yogyakarta
Hub. dengan pasien : orang tua klien
No Registrasi : 23.09.1234
Tgl. Masuk RS : tanggal 10 November 2010 pukul 07. 30 WIB melalui
poli penyakit dalam

9
II. Data Umum
 Keluhan Utama
Nyeri
 Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga klien mengatakan klien sering mengeluh nyeri di seluruh perutnya.
Nyeri dirasakan semakin lama semakin berat. Keluarga klien juga mengatakan
klien sering mengeluh mual, muntah , dan nafsu makan menurun. Karena klien
pingsan, keluarga klien membawanya ke rumah sakit.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien mengalami ependiksitis yang diobati sendiri dengan antibiotic
dari salinan resep dokter 3 bulan terakhir.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien belum pernah ada menderita peritonitis.

III. Kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual


a. Biologis
1. Bernafas
- Sebelum sakit : klien tidak pernah mengalami gangguan pernafasan
- Saat pengkajian : klien dapat bernafas dengan baik dengan frekuensi
16 x / menit
2. Pola nutrisi
- Sebelum sakit : pasien biasanya makan 3 kali sehari dengan menu
nasi, lauk, sayuran. Klien biasanya minum air putih.
- Saat pengkajian : keluarga klien mengatakan nafsu makan klien
menurun, disertai mual dan muntah.
3. Pola eliminasi
- Sebelum sakit : Klien biasanya BAB 1 kali sehari dengan konsistensi
lembek, warna kuning, bau feses normal. Pasien BAK 3- 5 kali sehari
dengan warna jernih
- Saat pengkajian : keluarga klien mengatakan klien sulit buang air besar.
Pasien BAK sama dengan sebelum sakit, tidak ada keluhan

10
4. Pola istirahat dan tidur
- Sebelum sakit : Klien biasanya tidur pukul 22.00 wib dan bangun
pukul 05.00 wib
- Saat pengkajian : klien durasi tidur lebih lama 11 – 15 jam karena
kondisi yang lemah
5. Pola aktivitas dan latihan
- Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien selain rajin sekolah
juga rajian dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, dan sering bepergian
bersama teman – temannya.
- Saat pengkajian : klien lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur
karena merasa lemas
6. Pengaturan suhu tubuh
- Sebelum sakit : klien tidak mengalami gangguan suhu tubuh
- Saat pengkajian : klien tidak mengalami gangguan suhu, dengan suhu
tubuh 36, 70C.
7. Kebersihan diri
- Sebelum sakit : perawatan / kebersihan diri dilakukan sendiri
- Saat pengkajian : klien hanya dilap di tempat tidur, perawatan diri
dibantu oleh keluarga
b. Psikologis
1. Rasa aman
- Sebelum sakit : klien tidak merasa takut
- Saat pengkajian : klien merasa khawatir dengan keadaanya
2. Rasa nyaman
- Sebelum sakit : klien mengatakan pernah mengalami nyeri karena
menderita apendiksitis
- Saat pengkajian : klien merasa nyeri diseluruh perutnya
c. Social
Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas social yang biasa dilakukan.
d. Spiritual
- Sebelum sakit : klien beragama Islam, klien sholat 5 waktu sehari

11
- Saat pengkajian : klien sembahyang di tempat tidur
IV. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : lemah
- Kebersihan klien : cukup
- Keadaan kulit : turgor elastic, cyanosis tidak ada, lesi tidak ada
- Kesadaran : somnolen
2. Vital Sign
- Suhu : 36,70C
- Nadi :16 x / menit
- Respirasi :96 x/ menit
- Tekanan Darah :90/ 60 mmHg
3. Keadaan fisik
- Kepala : bentuk bulat, warna rambut hitam, lesi tidak ada
- Mata : sclera putih, konjungtiva anemis, pupil isokor
- Mulut : mukosa bibir kering, pecah – pecah, perdarahan gusi tidak
ada, caries ada 2 pada graham, kebersihan cukup, lidah anemis di pinggir dan
di tengah putih (kotor)
- Hidung : epistaksis tidak ada, nyeri tekan tidak ada, kebersihan cukup,
nafas cuping hidung tidak ada
- Telinga: kebersihan cukup
- Leher : pembesaran atau bendungan vena jugularis dan parotis tidak
ada. Tidak ada nyeri saat menean
- Thorax
 Paru : tidak ada retraksi otot dada, whezzing, ronchi
 Jantung : suara S1 S2 reguler, murmur dan gallop tidak ada
- Abdomen : terdapat nyeri tekan saat dipalpasi, distensi ada, lesi tidak ada,
acites tidak ada, turgor kulit elastic, benjolan tiak ada
- Ekstremitas
 Atas : terpasang infuse di tangan kanan, edema dan cyanosis tidak
Ada
 Bawah : edema dan cyanosis tidak ada

12
- Genetalia : kelainan tidak ada, kebersihan cukup
- Anus : haemoroid tidak ada, kebersihan cukup

V. Analisis Data
No Symptom Etiologi Problem
1 Ds: Faktor sekunder (appendicitis) Nyeri
- Keluarga klien
mengatakan klien Inflamasi/peradangan meluas
nyeri di seluruh
perutnya Peradangan peritoneum

Do: inflamasi
- Terdapat nyeri tekan
pada abdomen
2 Ds: Peradangan peritoneum Perubahan nutrisi
- Keluarga klien kurang dari
mengatakan klien Abdomen tegang kebutuhan tubuh
mengeluh mual,
sering muntah dan Mual, muntah
nafsu makan menurun
Do: anoreksia
- Klien tampak lemah
3 Ds: Peradangan peritoneum Kekurangan
- Keluarga klien volume cairan
mengatakan klien Abdomen tegang
mual dan sering
muntah Mual, muntah
Do:
- Klien pingsan Kehilangan cairan
- Mukosa bibir kering,
pecah – pecah
- TD : 90/60 mmHg

13
- N : 96 x / menit

4 Ds Peradangan peritoneum konstipasi


- Keluarga klien
mengatakan klien Abdomen tegang
sulit buang air besar
Do Kontraksi usus
- Feses keras dan
berbentuk Feses lama diusus

Feses keras
5 Ds: Peradangan peritoneum intoleran aktivitas
- Klien mengeluh lemas
Do: Abdomen tegang
- Klien tidak banyak
bergerak Mual, muntah

Kehilangan cairan, anoreksia

Kelemahan

14
Diagnose Keperawatan
1. Perubahan kenyamanan: nyeri berhubungan dengan inflamasi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder, mual, muntah
akibat peritonitis
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic sekunder

B. Intervensi
No. Tujuan Intervensi Rasional
dx
1 Setelah dilakukan asuhan - Kaji tingkat, lokasi, - Untuk memperoleh
keperawatan selama 2 x frekuensi nyeri data yang akurat
24 jam nyeri berkurang sehingga dapat
sampai hilang dengan memberikan asuhan
criteria hasil: keperawatan yang
- Klien melaporkan tepat
nyeri berkurang atau - Bantu klien mengatur - Posisi yang tepat
hilang posisi senyaman mungkin dan nyaman dapat
- Tidak ada nyeri tekan menurunkan nyeri
- Ajarkan teknik distrakasi - Pengalihan
perhatian dapt
amenurunkan nyeri
karena klien
terfokus pada hal
lain

- Ajarkan teknik nafas - Nafas dalam dapat

dalam meningkatkan input


oksigen sehingga
otot – otot tidak

15
tegang sehingga
nyeri berkurang
- Kolaborasi dengan dokter - Analgesic dapat
dalam pemberian menurunkan nyeri
analgesic - Mencegah
- Kolaborasi dengan dokter peradangan yang
untuk tindakan lebih luas
pembedahan
2 Setelah dilakukan asuhan - Berikan makan dalam - Makanan hangat
keperawatan 3 x 24 jam keadaan hangat dapat meningkatkan
nutrisi terpenuhi dengan nafsu makan
criteria hasil: - Berikan klien makan - Meningkatkan
- Klien menunjukan dalam porsi kecil tapi intake makanan
peningkatan nafsu sering - Pengetahuan yang
makan - Berikan informasi yang adekuat dapat
- Berat badan klien akurat tentang pentingnya meningkatkan
normal nutrisi kepatuhan klien
terhadap intervensi
- Dukungan dari
- Motivasi klien untuk orang lain akan
menghabiskan membuat klien
makanannya merasa dihargai
- Untuk mengetahui
perkembangan klien
- Timbang berat badan - Meningkatkan
setiap hari kesejahteraan klien
- Pertahankan kebersihan sehingga nafsu
mulut yang baik sebelum makan meningkat
dan sesudah makan - Mencegah
kekurangan nutrisi
- Hindarkan klien dari lebih parah

16
rangsangan yang - Meningkatkan nafsu
membuat klien mual dan makan
muntah
- Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian
multivitamin penambah
nafsu makan
3 Setelah dilakukan asuhan - Pantau berat badan, suhu - Mengetahui
keperawatan 2 x 24 jam tubuh, kelembaban pada perkembangan
cairan terpenuhi dengan rongga oral, volume dan kondisi klien
criteria hasil: konsentrasi urine
- Mukosa bibir lembab - Kaji yang disukai dan - Meningkatkan
- Memperlihatkan tidak yang tidak disukai, intake cairan
adanya tanda dan berikan cairan yang
gejala dehidrasi disukai dalam batasan diet
- Pantau masukan, pastikan - Mencegah dehidrasi
sedikitnya 1500 mL
cairan per oral setiap 24
jam - Untuk menentukan
- Kaji pengertian individu metode pemenuhan
tentang alasan cairan
mempertahankan hidrasi
yang adekuat dan metode
– metode untuk mencapai
tujuan masukan cairan
4 Setelah dilakukan asuhan - Periksa TTV - Untuk memantau
keperawatan 2 x 2 jam kondisi klien
pasien dapat mentoleransi - Berikan bantuan dalam - Untuk
aktivitas dengan criteria aktivitas perawatan diri meningkatkan
hasil: sesuai indikasi aktivitas klien
- Pasien melaporkan - Tingkatkan tirah baring secara bertahap
badannya tidak lemah dan beri lingkungan yang - Menyediakan

17
lagi nyaman ketenangan dan
- Makan, minum, ganti energy untuk
baju pasien terpenuhi aktivitas dan
penyembuhan
- Evaluasi peningkatan - Untuk menentukan
toleran aktifitas intervensi
selanjutnya
5 Setelah dilakukan asuhan - Anjurkan klien untuk diet - Dapat meningkatkan
keperawatan selama 2 x makanan yang lembek produksi feses
24 jam konstipasi teratasi dan berserat
dengan criteria hasil: - Monitor perkembangan - Data yang akurat
- Klien BAB 1 x sehari frekuensi, jumlah dan dapat menentukan
Konsistensi lembek, warna feses intervensi yang tepat
warna kuning, bau normal dan benar
- Tekankan kebutuhan - Latihan regular
terhadap latihan regular dapat meningkatkan
peristaltic usus
sehingga feses yang
terbentuk tiak keras

18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peritonitis adalah peradangan pada lapisan dinding perut atau peritoneum. Peritonitis
adalah inflamasi peritoneum- lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi
visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun
kronis/kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi,
defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Setelah diberikan asuhan keperawatan
kepada klien diharapkan kondisi klien menjadi lebih baik dari sebelumnya sehingga klien
dapt menjalankan aktivitasnya seperti biasa, tanpa adanya gangguan.

B. Saran
Diharapkan sebagai calon perawat agar lebih mengetahui dan memahami tentang
penyusunan asuhan keperawatan sehingga nantinya dapat menerapkan dan
mengembangkannya dalam paktik keperawatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan.
Salemba Medika. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta.
Santosa, Budi.2005-2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika. Jakarta

Sumber lain:
http://penyakitperitonitis.blogspot.com/2008/05/penyakit-peritonitis.html

20

Anda mungkin juga menyukai