IN SITU KERATOMILEUSIS)
I. Pendahuluan
LASIK (laser-assisted in situ keratomileusis) adalah salah satu jenis dari operasi refractive untuk memperbaiki kelainan
pada mata seperti miopia, hipermetropia dan astigmatisme. Jenis ini merupakan jenis yang paling sering digunakan dan
paling terkenal dibandingkan operasi dengan bantuan laser (laser-assisted) lainnya, seperti PRK (photorefractive
keratectomy) atau yang lebih dikenal dengan LASEK (laser-assisted sub-ephitelial keratectomy). Jenis ini umumnya
tergolong aman dan menghasilkan penanganan yang lebih efektif untuk jenis kelainan pengelihatan yang lebih besar.
Secara spesifik, LASIK melibatkan fungsi dan kemampuan dari laser untuk merubah bentuk kornea secara permanan.
LASIK juga menawarkan kecepatan dan kemudahan tanpa menghasilkan rasa sakit dalam operasinya, juga, bagi
sebagian besar pasien telah membuktikan bahwa LASIK telah memperbaiki secara total kelainan pada mata dan
mengurangi ketergantungan pada kacamata dan lensa kontak (contact lenses).
• Miopia
Pada penderita miopia, berkas cahaya yang melewati kornea dan lensa mata tidak terfokus pada retina mata, melainkan
jatuh di depan retina, sehingga menghasilkan bayangan yang jelas pada objek yang dekat, namun bayangan menjadi
kabur sama sekali ketika pasien melihat benda yang jauh letaknya.
• Hipermetropia
Pada penderita hipermetropia, berkas cahaya yang melewati kornea dan lensa mata terfokus bukan pada retina,
melainkan pada bagian belakang retina, sehingga menghasilkan bayangan yang kabur pada objek yang dekat, namun
bayangan menjadi jelas ketika melihat objek yang jauh.
• Astigmatisme
Pada astigmatisme, berkas cahaya yang diterima oleh retina tidak terkumpul menjadi satu titik, melainkan menyebar,
membentuk garis-garis vertikal, sehingga menghasilkan bayangan yang kabur.
1. Pra-operasi
Pemeriksaan komprehensif mata yang meliputi:
• Penentuan pengelihatan sebelum dan sesudah dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak.
• Penentuan besarnya kesalahan pengelihatan dalam setiap mata untuk menetapkan jumlah koreksi bedah yang
diperlukan dan mengembangkan strategi operasi yang tepat.
• Penilaian permukaan kornea dengan topografi (kurvatur kornea atau bentuk), untuk mengkorelasikan bentuk kesalahan
dalam fokus (berkorelasi bentuk kornea untuk astigmatisme refraksi), untuk menemukan penyimpangan, jika ada, dan
untuk mengetahui penyakit yang dapat memburuk jika dilakukan pembedahan dengan LASIK.
• Pengukuran ukuran pupil dalam cahaya redup dan ruang. Ukuran pupil merupakan faktor penting dalam pengukuran
pengelihatan malam dan penentuan tindakan koreksi oleh LASIK yang tepat.
• Pemeriksaan pada kelopak mata untuk melihat apakah kelopak berbalik ke dalam (mungkin bergesekan dengan kornea)
atau ke luar dan mengarahkan aliran air mata terbuang dari mata yang mengakibatkan mata kering, dan kondisi lain.
• Pemeriksaan konjungtiva, membran transparan yang menutupi permukaan luar mata dan garis permukaan bagian
dalam kelopak mata, untuk melihat apakah ada iritasi, kemerahan, pembuluh darah tidak teratur atau kelainan lainnya.
• Pemeriksaan kornea untuk menentukan apakah ada kelainan yang dapat mempengaruhi hasil pembedahan.
• Pemeriksaan dari lensa kristal untuk menentukan apakah terdapat kekaburan (katarak) atau kelainan lainnya yang ada.
• Pengukuran ketebalan kornea (dengan pachymetry). Jumlah koreksi LASIK dapat ditentukan sebagian oleh ketebalan
kornea.
• Pengukuran tekanan intraokular untuk mendeteksi kondisi glaukoma atau pre-glaukoma. Glaukoma adalah kehilangan
penglihatan yang disebabkan oleh kerusakan pada saraf optik yang diakibatkan tekanan yang terlalu tinggi di mata. Ini
adalah penyebab umum kehilangan penglihatan dapat dicegah.
• Penilaian bagian belakang (segmen posterior) mata: Pemeriksaan pembesaran fundus digunakan untuk menilai
kesehatan dari permukaan ke dalam mata (retina), dengan pupil terbuka penuh. Juga pemeriksaan retina, saraf optik, dan
pembuluh darah untuk mengetahui sejumlah gangguan mata dan gangguan sistemik.
•Penanganan lanjut harus mencakup peninjauan kembali dari hasil pemeriksaan oleh dokter mata, konsultasi dengan
pasien, pengujian tambahan yang diperlukan, dan adopsi rencana untuk perlakuan perawatan mata pasien.
2. Operasi
Selama operasi berlangsung, pasien dalam keadaan sadar dan dapat bergerak. Namun, pasien biasanya diberikan
sedatif lemah (seperti Valium) dan tetes mata anestetik. LASIK dilakukan dalam 3 langkah. Langkah pertama adalah
membuat sayatan lapisan dari jaringan kornea. Langkah kedua adalah remodelling kornea dibawah sayatan sebelumnya
dengan menggunakan laser. Dan langkah ketiga adalah reposisi dari sayatan.
Sebuah ring penahan dan pembentuk kornea dipasang pada mata, menahan posisi mata agar tidak bergerak. Prosedur
ini terkadang, pada beberapa kasus menyebabkan perdarahan minor pada pembuluh darah halus pada mata, yang akan
sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari sterlah operasi. Setelah mata tertahan pada posisinya, maka sayatan
epitellium akan dibentuk. Proses pembuatan sayatan menggunakan mikrokeratome, sebuah pisau bedah halus
berketebalan beberapa mikrometer, atau menggunakan femtosecond laser. Setelah sayatan terbentuk, lapisan sayatan
diangkat, meninggalkan lapisan dibawahnya, yaitu stroma, lapisan tengah dari kornea.
Langkah kedua pada operasi ini ialah menggunakan eximer laser, yang memiliki panjang gelombang sebesar 195 nm
untuk merubah bentuk dari stroma kornea. Laser menguapkan (vaporized) jaringan stroma yang ingin dibentuk ulang
(remodelling) dengan ketelitian yang amat tinggi tanpa membahayakan jaringan lain disekitarnya. Tidak ada pemanasan
dan pembakaran, maupun pemotongan nyata yang terjadi pada stroma yang dibentuk ulang, sehinnga tidak ada rasa
sakit sama sekali pada saat operasi. Beberapa pasien hanya mengeluhkan rasa tak nyaman. Lapisan yang diambil saat
penguapan jaringan hanya beberapa mikrometer ketebalannya. Perlakuan penguapan jaringan dalam kornea (stroma)
pada LASIK menghasilkan kecepatan dalam operasi, hasil yang maksimal dan sedikit atau bahkan tak ada rasa sakit
yang dihasilkan, apabila dibandingkan dengan operasi bedah.
Selama proses kedua ini, pengelihatan pasien akan menjadi sangat kabur setelah lapisan sayatan diangkat. Pasien
hanya dapat melihat cahaya putih mengelilingi cahaya oranye dari laser.
Saat ini, manufaktur laser excimer menggunakan pelacak posisi mata yang mengikuti gerakan mata sebanyak 4000 kali
perdetik, kemudian memusatkan gelombang laser dengan akurat pada daerah yang akan di remodelling. Gelombang
laser yang digunakan berkisar antara 1 milijoule (mJ) selama 10 sampai 20 nanodetik.
Setelah laser me-remodelling lapisan jaringan stroma, lapisan epiltelium yang diangkat perlahan-lahan dikembalikan ke
tempatnya semula, yaitu diatas lapisan stroma yang telah di bentuk ulang, kemudian dokter mengecek ulang apakah
terdapat gelembung udara, debris (kotoran halus), dan memastikan bahwa lapisan epitellium telah terpasang secara
tepat. Lapisan tersebut akan menempel dengan sendirinya, dan akan menyatu dengan lapisan stroma (sembuh) sampai
waktu panyembuhan telah usai.
3. Perawatan pasca-operasi
Pasien umumnya diberikan tetes mata antibiotik dan anti inflamatory (radang) selama beberapa minggu pasca operasi.
Pasien juga disarankan untuk tidur lebih lama dan lebih sering dan juga diberikan sepasang pelindung mata dari cahaya
yang berlebihan dan pelindung mata dari gosokan (kucek mata) ketika tidur dan mengurangi mata kering. Pasien juga
harus sering menginformasikan kepada dokter tentang perkembangan pasca-operasi dan mendapatkan tips perawatan
untuk meminimalisir efek samping yang mungkin terjadi.
1. Kandidat Ideal:
• Berumur minimal 18 tahun dan telah memiliki kacamata atau resep lensa kontak yang stabil setidaknya selama dua
tahun.
• Memiliki ketebalan kornea cukup. Seorang pasien LASIK harus memiliki kornea yang cukup tebal untuk memungkinkan
ahli bedah untuk aman membuat flap kornea dengan kedalaman yang sesuai.
• Pasien memiliki salah satu atau lebih dari tiga kelainan pengelihatan, seperti miopia (rabun jauh), astigmatism
(penglihatan kabur yang disebabkan oleh kornea berbentuk tidak teratur), hyperopia (rabun jauh), atau kombinasi
keduanya (misalnya, miopia dengan silindris). Beberapa laser sekarang disetujui oleh Food and Drug Administration
(FDA) sebagai tindakan yang aman dan efektif untuk digunakan dalam LASIK, tapi ruang lingkup masing-masing indikasi
laser yang disetujui dan kisaran pengobatan terbatas pada derajat tertentu kesalahan refraksi.
• Tidak menderita penyakit pengelihatan atau yang lainnya, yang dapat mengurangi efektivitas operasi atau kemampuan
pasien untuk sembuh dengan baik dan cepat.
• Telah cukup banyak mendapat informasi tentang manfaat dan risiko dari prosedur. Kandidat secara menyeluruh harus
mendiskusikan prosedur dengan dokter mereka dan memahami bahwa bagi beberapa orang, tujuan dari bedah refraktif
adalah mengurangi ketergantungan pada kacamata dan lensa kontak.
2. Kurang Ideal
Calon pasien LASIK terkadang memiliki faktor yang menghalangi pasien untuk menjadi kandidat ideal. Dalam banyak
kasus, ahli bedah masih mungkin dapat melakukan prosedur dengan aman, mengingat bahwa calon dan dokter telah
cukup mendiskusikan manfaat dan risiko, dan menetapkan ekspektasi yang realistis untuk hasil yang didapat. Kategori ini
meliputi mereka yang:
• Memiliki riwayat mata kering, yang mungkin akan memburuk setelah operasi dilakukan.
• Pasien yang dirawat dengan obat-obatan seperti steroid atau imunosupresan, yang dapat mencegah penyembuhan,
atau menderita penyakit yang melambatkan penyembuhan, seperti gangguan autoimun
• Memiliki pengelihatan yang tidak stabil, yang biasanya terjadi pada remaja. Dokter biasanya menyarankan, sebelum
menjalani LASIK, pengelihatan pasien telah stabil dengan kacamata atau resep lensa kontak setidaknya selama dua
tahun.
• Memiliki sejarah herpes okular dalam satu tahun sebelum memiliki operasi. Setelah satu tahun dari diagnosis awal
penyakit ini, operasi dapat dipertimbangkan.
• Kesalahan refraksi terlalu berat untuk pengobatan dengan teknologi saat ini. Meskipun laser disetujui FDA tersedia
untuk memperlakukan salah satu dari tiga jenis utama kesalahan refraksi miopia, hyperopia dan silindris. Indikasi yang
disetujui FDA menetapkan pasien yang tepat untuk penanganan dengan miopia sampai dengan -12 D, astigmatisme
sampai dengan 6 D dan hyperopia hingga 6 D. Namun, teknologi LASIK berkembang dengan cepat, dan dokter mungkin
dapat mengobati kelainan yang lebih variatif di masa depan.
3. Kandidat non-LASIK
Beberapa kondisi dan keadaan individu sepenuhnya yang tidak cocok untuk mendapatkan penanganan LASIK
diantaranya:
• Memiliki penyakit seperti katarak, glaukoma maju, penyakit kornea, gangguan penipisan kornea (degenerasi marjinal
keratoconus atau bening), atau beberapa penyakit mata lainnya yang sudah ada terlebih dahulu dan mempengaruhi atau
mengancam penglihatan.
• Tidak memberikan informasi riwayat kesehatan mata secara tepat dan menyeluruh. Hal ini mutlak diperlukan bahwa
pasien harus mengetahui prosedur dan manfaat dan risiko LASIK dengan dokter bedah mereka, dan memberikan
persetujuan sesuai sebelum menjalani operasi.
1. Excimer Laser
Laser excimer memberikan hasil yang lebih akurat untuk operasi kornea dan koreksi pengelihatan dari teknologi
sebelumnya. Sebuah pulsa (pulse) dari laser excimer dapat mengambil 0,25 mikron dari jaringan. Sebagai perbandingan,
sebuah rambut manusia memiliki ketebalan 70 mikron.
Dua jenis laser excimer tersedia untuk prosedur operasi refraksi: broad beam laser dan scanning laser. Scanning laser
dapat dibagi menjadi dua kelompok: silt scanning dan spot scanning. Setiap jenis laser memiliki kelebihan dan
kekurangan, diantaranya:
Sebuah broad beam laser menggunakan laser berdiameter yang relatif besar (6,0-8,0 mm) yang dapat dimanipulasi untuk
mengikis kornea. Penggunaan laser jenis ini dapat menghaslkan waktu operasi tercepat dibandingkan laser lainnnya,
yang mengurangi kemungkinan overcorrection dan decentration -komplikasi yang disebabkan oleh pergerakan pupil-.
Kerugiannya adalah kemungkinan peningkatan komplikasi yang terkait dengan pengikisan kornea.
Sebuah silt scanning laser menggunakan laser berukuran relatif kecil, yang kemudian dihubungkan ke perangkat rotasi
dengan celah yang dapat berubah. Selama operasi, sinar laser yang melewati celah ini dapat berubah secara bertahap
meningkatkan zona pengikisan kornea. Laser sinar seragam dan pengikisan kornea yang lebih halus merupakan ciri dari
digunakannya laser jenis ini. Laser ini memiliki kekurangan, yaitu kecenderungan sedikit lebih tinggi untuk decentration
dan overcorrection.
Wavefront sensing adalah sebuah alat diagnostik untuk mengukur kesalahan refraksi mata. Metode refraksi konvensional
terbatas untuk mengukur refraksi speris dan silinder yang dapat dijangkau oleh mata (miopia atau hyperopia dan silindris
biasa). Namun, metode wavefront sensing memungkinkan dokter untuk mengukur kondisi dalam kornea yang
mempengaruhi pengelihatan pasien. Mengacu dari hasil tersebut, dokter dapat menyimpulkan sebagai penyimpangan
pengelihatan (higher order abberation) . Secara tradisional penyimpangan pengelihatan digambarkan sebagai silindris
tidak teratur, dan dianggap pembatasan untuk pengelihatan terbaik dengan refraksi. Namun saat ini, dengan memahami
dan karakterisasi komponen higher order abberation, dokter memiliki kemampuan diagnostik lebih atas silindris tidak
teratur, dan kemampuan untuk mengukur tingkat alami atau pembedahan induksi abberasi. Alat diagnostik dari wavefront
sensing dapat dilihat dalam verifikasi spherocylindrical refraksi, diagnosis kondisi kompleks atau keadaan rapuh dari
kornea, seperti keratoconus, mata kering dan katarak, dan besarnya penyimpangan prosedur diinduksi setelah koreksi
penglihatan dengan LASIK. Secara garis besar, wavefront sensing memiliki nilai lebih dalam upaya untuk memperbaiki
penyimpangan pengelihatan.
Pada dasarnya, wavefront sensing menggunakan teknik sederhana. Pasien diminta untuk memandang ke depan, dan
fokus pada suatu objek, sementara itu dokter memberikan sebuah proyeksi cahaya menuju mata. Berkas cahaya ini
masuk ke dalam mata, dan memantul kembali keluar mata. Kemudian komputer menganalisa berkas sinar, yang
selanjutnya menganalisa data berkaitan tentang keadaan mata. Beberapa sistem dengan cara ini dapat menganalisa
lebih dari 2000 poin data keadaan mata.
Komplikasi yang paling sering terjadi pasca operasi refraksi adalah “mata kering”. Menurut jurnal American Journal of
Ophtalmology, pada maret 2008, tingkat kejadian “mata kering” pasca operasi LASIK selama 6 bulan masa pemulihan
mencapai 36%. Tingginya tingkat “mata kering” pasca operasi memerlukan evaluasi baru dalam penanganan pra-operasi
dan pasca-operasi, serta perawatan bagi”mata kering”. Terdapat beberapa metode yang sukses dipasaran seperti air
mata buatan, dsb. Apabila “mata kering” dibiarkan tanpa mendapatkan tindakan yang sesuai, akan menyebabkan
gangguan pengelihatan dan hasil yang buruk pada LASIK maupun PRK. Pada beberapa kasus yang parah, “mata kering
parah” dapat menimbulkan nyeri yang hebat dan kerusakan permanen jaringan mata.
Resiko pasien dalam menderita gangguan pengelihatan seperti halos, pengelihatan ganda, kehilangan kontras
pengelihatan, dan kesilauan setelah operasi LASIK bergantung pada tingkat ametropia sebelum operasi dan faktor lain.
Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang sering dilaporkan pasien diantaranya:
• “mata kering” pasca operasi
• Overcorrection dan undercorrection
• Sensitivitas berlebihan terhadap cahaya
• Pengelihatan tidak stabil
• Halos
• Pengelihatan ganda (berbayang)
• Pengikisan (ablasi) berlebihan
• Kotoran renik (debris) dalam sayatan
• Erosi epitelium
• Macular hole.
"LASIK." (http:/ / www. intelihealth. com/ IH/ ihtIH/ WSS/ 9339/ 32123. html) Aetna InteliHealth Inc.
Excimer Laser Ablation Human Eye Marguerite B. McDonald, MD; Herbert E. Kaufman, MD; Jonathan M. Frantz, MD;
Stewart Shofner,
MD; Bayardo Salmeron, MD; Stephen D. Klyce, PhD New Orleans, La Arch Ophthalmol. 1989;107(5):641-642.
FDA information page on LASIK (http:/ / www. fda. gov/ cdrh/ lasik/ )
Bailey MD, Mitchell GL, Dhaliwal DK, Boxer Wachler BS, Zadnik K (July 2003). "Patient satisfaction and visual symptoms
after laser in
situ keratomileusis"