P
e
r
e
m
p
u
a
n
B
e
r
u
s
i
a
5
8
t
a
h
u
n
m
a
s
u
k
k
e
p
o
l
i
k
l
i
n
i
k
R
S
,
k
e
p
a
d
a
p
e
r
a
w
a
t
i
a
m
e
n
g
e
l
u
h
n
y
e
r
i
e
k
s
t
r
e
m
i
t
a
s
b
a
g
i
a
n
a
t
a
s
s
i
n
i
s
t
r
a
d
a
n
d
e
x
t
r
a
,
s
e
n
d
i
-
s
e
n
d
i
,
k
e
d
u
a
p
a
t
e
l
a
.
K
l
i
e
n
t
a
m
p
a
k
m
e
r
i
n
g
i
s
k
e
s
a
k
i
t
a
n
,
t
a
m
p
a
k
m
e
m
e
g
a
n
g
p
a
t
e
l
a
n
y
a
.
S
k
a
l
a
n
y
e
r
i
3
.
=
3
7
,
5
K
a
r
e
n
a
m
e
n
g
h
a
w
a
t
i
r
k
a
n
n
y
e
r
i
n
y
a
a
k
a
n
b
e
r
t
a
m
b
a
h
p
a
s
i
e
n
m
e
n
g
a
t
a
k
a
n
i
a
s
u
l
i
t
u
n
t
u
k
b
a
n
g
u
n
p
a
d
a
s
h
o
l
a
t
m
a
l
a
m
d
a
n
s
h
o
l
a
t
s
u
b
u
h
,
k
l
i
e
n
m
e
r
a
s
a
d
e
n
g
a
n
n
y
e
r
i
y
a
n
g
d
i
a
l
a
m
i
n
y
a
k
e
b
u
t
u
h
a
n
s
p
i
r
i
t
u
a
l
n
y
a
m
e
n
j
a
d
i
t
e
r
g
a
n
g
g
u
,
k
l
i
e
n
j
u
g
a
m
e
r
a
s
a
b
a
h
w
a
p
e
n
y
a
k
i
t
n
y
a
t
i
d
a
k
k
u
n
j
u
n
g
s
e
m
b
u
h
,
k
a
r
e
n
a
s
e
j
a
k
4
b
u
l
a
n
t
e
r
a
k
h
i
r
k
l
i
e
n
s
u
d
a
h
r
u
t
i
n
b
e
r
o
b
a
t
k
e
p
o
l
i
k
l
i
n
i
k
,
n
a
m
u
n
t
i
d
a
k
m
e
m
b
u
a
h
k
a
n
h
a
s
i
l
.
K
l
i
e
n
m
e
n
g
a
t
a
k
a
n
p
e
n
y
a
k
i
t
n
y
a
K
l
i
e
n
m
e
r
a
s
a
p
u
t
u
s
a
s
a
s
a
m
b
i
l
k
l
i
e
n
m
e
n
g
h
e
l
a
n
a
f
a
s
d
a
n
b
e
r
k
a
t
a
“
m
u
n
g
k
i
n
s
e
l
a
m
a
n
y
a
p
e
n
y
a
k
i
t
s
a
y
a
t
i
d
a
k
s
e
m
b
u
h
,
d
a
r
i
h
a
s
i
l
p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
k
l
i
e
n
d
i
d
i
a
g
n
o
s
a
a
r
t
r
i
t
i
s
r
e
u
m
a
t
o
i
d
.
K
l
i
e
n
j
u
g
a
m
e
n
g
a
t
a
k
a
n
b
a
h
w
a
p
e
n
y
a
k
i
t
i
n
i
d
i
d
e
r
i
t
a
n
y
a
k
e
t
i
k
a
i
a
s
d
h
t
u
a
A. A. Definisi
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila
dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah
kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai
triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Sedangkan
pengertian eklampsia adalah apabila ditemukan
kejang-kejang pada penderita preeklampsia, yang juga
dapat disertai koma. Pre-eklampsia adalah salah satu
kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama
masa kelamilan, persalinan, dan masa nifas yang akan
berdampak pada ibu dan bayi. Kasus pre-eklampsia
dan eklampsia terjadi pada 6- 8% wanita hamil di
Indonesia.
A. B. Etiologi / Patogenesis
Etiologi dan patogenesis preeklampsia dan eklampsia
sampai saat ini masih belum sepenuhnya difahami,
masih banyak ditemukan kontroversi, itulah sebabnya
penyakit ini sering disebut “the disease of theories”.
Pada saat ini hipotesis utama yang dapat diterima
untuk menerangkan terjadinya preeklampsia adalah :
faktor imunologi, genetik, penyakit pembuluh darah
dan keadaan dimana jumlah trophoblast yang
berlebihan dan dapat mengakibatkan
ketidakmampuan invasi trofoblast terhadap arteri
spiralis pada awal trimester satu dan trimester dua.
Hal ini akan menyebabkan arteri spiralis tidak dapat
berdilatasi dengan sempurna dan mengakibatkan
turunnya aliran darah di plasenta. Berikutnya akan
terjadi stress oksidasi, peningkatan radikal bebas,
disfungsi endotel, agregasi dan penumpukan trombosit
yang dapat terjadi diberbagai organ.
A. D. Klasifikasi
Pre Eklampsia RinganPre eklampsia ringan adalah
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum
umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
Penyebab pre eklampsia ringan belum diketahui secara
jelas. Penyakit ini dianggap sebagai "maladaptation
syndrome" akibat vasospasme general dengan segala
akibatnya.
Gejala klinis pre eklampsia ringan meliputi :1.
Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih;
diastol 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah
sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih
atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg;
diastol 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg.2.
Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam
24 jam atau secara kualitatif positif 2 (+2).3. Edema
pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah
atau tangan.Pemeriksaan dan Diagnosis 1.
Kehamilan lebih 20 minggu.2. Kenaikan tekanan darah
140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali
selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk
pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat
10 menit).3. Edema tekan pada tungkai (pretibial),
dinding perut, lumbosakral, wajah atau tungkai.4.
Proteinuria lebih 0,3 gram/liter/24 jam, kualitatif (++).
Penatalaksanaan Penatalaksanaan rawat jalan pasien
pre eklampsia ringan :- Banyak istirahat (berbaring
tidur / miring).- Diet : cukup protein, rendah
karbohidrat, lemak dan garam.- Sedativa ringan : tablet
phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg per
oral selama 7 hari.- Roborantia- Kunjungan ulang
setiap 1 minggu.- Pemeriksaan laboratorium :
hemoglobin, hematokrit, trombosit, urine lengkap,
asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre
eklampsia ringan berdasarkan kriteria 1. Setelah 2
minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan
adanya perbaikan dari gejala-gejala pre eklampsia.2.
Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu
selama 2 kali berturut-turut (2 minggu).3. Timbul
salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre
eklampsia berat - Bila setelah 1 minggu perawatan di
atas tidak ada perbaikan maka pre eklampsia ringan
dianggap sebagai pre eklampsia berat. - Bila dalam
perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan
sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka
penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru
dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan
perawatan rawat jalan.Perawatan obstetri pasien
pre eklampsia ringan :1. Kehamilan preterm (kurang
37 minggu) a. Bila desakan darah mencapai
normotensif selama perawatan, persalinan ditunggu
sampai aterm. b. Bila desakan darah turun tetapi
belum mencapai normotensif selama perawatan maka
kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37
minggu atau lebih.2. Kehamilan aterm (37 minggu atau
lebih) - Persalinan ditunggu sampai terjadi onset
persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan
persalinan pada taksiran tanggal persalinan.3. Cara
persalinan - Persalinan dapat dilakukan secara
spontan. Bila perlu memperpendek kala II.Pre
Eklampsia BeratPre eklampsia berat adalah suatu
komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20
minggu atau lebih.Penatalaksanaan Ditinjau dari
umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre
eklampsia berat selama perawatan maka perawatan
dibagi menjadi :1. Perawatan aktif yaitu kehamilan
segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan
medisinal.2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan
tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisinal.
Perawatan AktifSedapat mungkin sebelum perawatan
aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan
fetal assesment (NST & USG). 1. Indikasi (salah satu
atau lebih) a. Ibu - Usia kehamilan 37 minggu atau
lebih - Adanya tanda-tanda atau gejala impending
eklampsia, kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6
jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan
darah atau setelah 24 jam perawatan medisinal, ada
gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan). b.
Janin - Hasil fetal assesment jelek (NST & USG) -
Adanya tanda IUGR c. Laboratorium - Adanya
"HELLP syndrome" (hemolisis dan peningkatan fungsi
hepar, trombositopenia).Pengobatan Medisinal
Pengobatan medisinal pasien pre eklampsia berat yaitu
:1. Segera masuk rumah sakit2. Tirah baring miring ke
satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks
patella setiap jam3. Infus dextrose 5% dimana setiap 1
liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500 cc.
4. Antasida5. Diet cukup protein, rendah karbohidrat,
lemak dan garam.6. Pemberian obat anti kejang :
magnesium sulfat7. Diuretikum tidak diberikan kecuali
bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung
kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid
injeksi 40 mg/im.8. Antihipertensi diberikan bila : a.
Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih
110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran
pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105
mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan
menurunkan perfusi plasenta. b. Dosis antihipertensi
sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya. c.
Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya,
dapat diberikan obat-obat antihipertensi parenteral
(tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa
dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press
disesuaikan dengan tekanan darah. d. Bila tidak
tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan
tablet antihipertensi secara sublingual diulang selang 1
jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal
pemberian sublingual maka obat yang sama mulai
diberikan secara oral.9. Kardiotonika Indikasinya bila
ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan
digitalisasicepat dengan cedilanid D.10. Lain-lain : -
Konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata. -
Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih
38,5 derajat celcius dapat dibantu dengan pemberian
kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2 cc IM.
- Antibiotik diberikan atas indikasi.(4) Diberikan
ampicillin 1 gr/6 jam/IV/hari. - Anti nyeri bila
penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi
uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali
saja, selambat lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
Eklampsia
A. A. Manifestasi Klinis Eklampsia
Seluruh kejang eklampsia didahului dengan pre
eklampsia. Eklampsia digolongkan menjadi kasus
antepartum, intrapartum atau postpartum tergantung
saat kejadiannya sebelum persalinan, pada saat
persalinan atau sesudah persalinan. Tanpa
memandang waktu dari onset kejang, gerakan kejang
biasanya dimulai dari daerah mulut sebagai bentuk
kejang di daerah wajah. Beberapa saat kemudian
seluruh tubuh menjadi kaku karena kontraksi otot
yang menyeluruh, fase ini dapat berlangsung 10
sampai 15 detik. Pada saat yang bersamaan rahang
akan terbuka dan tertutup dengan keras, demikian juga
hal ini akan terjadi pada kelopak mata, otot – otot
wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot mengalami
kontraksi dan relaksasi secara bergantian dalam waktu
yang cepat. Keadaan ini kadang – kadang begitu
hebatnya sehingga dapat mengakibatkan penderita
terlempar dari tempat tidurnya, bila tidak dijaga. Lidah
penderita dapat tergigit oleh karena kejang otot – otot
rahang. Fase ini dapat berlangsung sampai 1 menit,
kemudian secara berangsur kontraksi otot menjadi
semakin lemah dan jarang dan pada akhirnya
penderita tidak bergerak.
Setelah kejang diafragma menjadi kaku dan pernafasan
berhenti. Selama beberapa detik penderita sepertinya
meninggal karena henti nafas, namun kemudian
penderita bernafas panjang, dalam dan selanjutnya
pernafasan kembali normal. Apabila tidak ditangani
dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan
kejang – kejang berikutnya yang bervariasi dari kejang
yang ringan sampai kejang yang berkelanjutan yang
disebut status epileptikus.
Setelah kejang berhenti penderita mengalami koma
selama beberapa saat. Lamanya koma setelah kejang
eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi
jarang, penderita biasanya segera pulih kesadarannya
segera setelah kejang. Namun pada kasus – kasus yang
berat, keadaan koma berlangsung lama, bahkan
penderita dapat mengalami kematian tanpa sempat
pulih kesadarannya. Pada kasus yang jarang, kejang
yang terjadi hanya sekali namun dapat diikuti dengan
koma yang lama bahkan kematian.
Frekuensi pernafasan biasanya meningkat setelah
kejang eklampsia dan dapat mencapai 50 kali/menit.
Hal ini dapat menyebabkan hiperkarbia sampai
asidosis laktat, tergantung derajat hipoksianya. Pada
kasus yang berat dapat ditemukan sianosis. Demam
tinggi merupakan keadaan yang jarang terjadi, apabila
hal tersebut terjadi maka penyebabnya adalah
perdarahan pada susunan saraf pusat.
A. B. Komplikasi
Proteinuria hampir selalu didapatkan, produksi urin
berkurang, bahkan kadang – kadang sampai anuria dan
pada umumnya terdapat hemoglobinuria. Setelah
persalinan urin output akan meningkat dan ini
merupakan tanda awal perbaikan kondisi penderita.
Proteinuria dan edema menghilang dalam waktu
beberapa hari sampai 2 minggu setelah persalinan.
Apabila keadaan hipertensi menetap setelah
persalinan maka hal ini merupakan akibat penyakit
vaskuler kronis.
Edema pulmo dapat terjadi setelah kejang eklampsia.
Hal ini dapat terjadi karena pneumonia aspirasi dari
isi lambung yang masuk ke dalam saluran nafas yang
disebabkan penderita muntah saat kejang. Selain itu
dapat pula karena penderita mengalami
dekompensasio kordis, sebagai akibat hipertensi berat
dan pemberian cairan yang berlebihan.
Pada beberapa kasus eklampsia, kematian mendadak
dapat terjadi bersamaan atau beberapa saat setelah
kejang sebagai akibat perdarahan otak yang masiv.
Apabila perdarahan otak tersebut tidak fatal maka
penderita dapat mengalami hemiplegia. Perdarahan
otak lebih sering didapatkan pada wanita usia lebih tua
dengan riwayat hipertensi kronis. Pada kasus yang
jarang perdarahan otak dapat disebabkan pecahnya
aneurisma Berry atau arterio venous malformation.
A. C. Diagnosis Diferensial
Secara umum seorang wanita hamil aterm yang
mengalami kejang selalu didiagnosis sebagai
eklampsia. Hal ini karena diagnosis diferensial keadaan
ini seperti, epilepsi, ensefalitis, meningitis, tumor otak
serta pecahnya aneurisma otak memberikan gambaran
serupa dengan eklampsia. Prinsip : setiap wanita hamil
yang mengalami kejang harus didiagnosis sebagai
eklampsia sampai terbukti bukan
A. D. Prognosis
Eklampsia selalu menjadi masalah yang serius, bahkan
merupakan salah satu keadaan paling berbahaya
dalam kehamilan. Statistik menunjukkan di Amerika
Serikat kematian akibat eklampsia mempunyai
kecenderungan menurun dalam 40 tahun terakhir,
dengan persentase 10 % - 15 %. Antara tahun 1991 –
1997 kira – kira 6% dari seluruh kematian ibu di
Amerika Serikat adalah akibat eklampsia, jumlahnya
mencapai 207 kematian. Kenyataan ini
mengindikasikan bahwa eklampsia dan pre eklamsia
berat harus selalu dianggap sebagai keadaan yang
mengancam jiwa ibu hamil.
A. E. Manajemen
Pritchard (1955) memulai standardisasi rejimen terapi
eklampsia di Parkland Hospital dan rejimen ini sampai
sekarang masih digunakan. Pada tahun 1984 Pritchard
dkk melaporkan hasil penelitiannya dengan rejimen
terapi eklampsia pada 245 kasus eklampsia. Prinsip –
prinsip dasar pengelolaan eklampsia adalah sebagai
berikut :
1. 1. Terapi suportif untuk stabilisasi pada
penderita
2. 2. Selalu diingat mengatasi masalah –
masalah Airway, Breathing, Circulation
3. 3. Kontrol kejang dengan pemberian loading
dose MgSO4 intravena, selanjutnya dapat diikuti
dengan pemberian MgSO4 per infus atau MgSO4
intramuskuler secara loading dose didikuti MgSO4
intramuskuler secara periodik.
4. 4. Pemberian obat antihipertensi secara
intermiten intra vena atau oral untuk
menurunkan tekanan darah, saat tekanan darah
diastolik dianggap berbahaya. Batasan yang
digunakan para ahli berbeda – beda, ada yang
mengatakan 100 mmHg, 105 mmHg dan
beberapa ahli mengatakan 110 mmHg.
5. 5. Koreksi hipoksemia dan asidosis
6. 6. Hindari penggunaan diuretik dan batasi
pemberian cairan intra vena kecuali pada kasus
kehilangan cairan yang berat seperti muntah
ataupun diare yang berlebihan. Hindari
penggunaan cairan hiperosmotik.
7. 7. Terminasi kehamilan
Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI telah
membuat pedoman pengelolaan eklampsia yang
terdapat dalam Pedoman Pengelolaan Hipertensi
Dalam Kehamilan di Indonesia, berikut ini kami
kutipkan pedoman tersebut.
I. Pengobatan Medisinal
1. MgSO4 :
Initial dose :
- Loading dose : 4 gr MgSO4 20% IV (4-5 menit)
Bila kejang berulang diberikan MgSO4 20 % 2 gr
IV, diberikan sekurang - kurangnya 20 menit
setelah pemberian terakhir. Bila setelah
diberikan dosis tambahan masih tetap kejang
dapat diberikan Sodium Amobarbital 3-5 mg/
kg BB IV perlahan-lahan.
- Maintenace dose : MgSO4 1 g / jam intra vena
2. Antihipertensi diberikan jika tekanan darah
diastolik > 110 mmHg. Dapat diberikan nifedipin
sublingual 10 mg. Setelah 1 jam, jika tekanan
darah masih tinggi dapat diberikan nifedipin
ulangan 5-10 mg sublingual atau oral dengan
interval 1 jam, 2 jam atau 3 jam sesuai kebutuhan.
Penurunan tekanan darah tidak boleh terlalu
agresif. Tekanan darah diastolik jangan kurang
dari 90 mmHg, penurunan tekanan darah
maksimal 30%. Penggunaan nifedipine sangat
dianjurkan karena harganya murah, mudah
didapat dan mudah pengaturan dosisnya dengan
efektifitas yang cukup baik.
3. Infus Ringer Asetat atau Ringer Laktat. Jumlah
cairan dalam 24 jam sekitar 2000 ml, berpedoman
kepada diuresis, insensible water loss dan CVP .
4. Perawatan pada serangan kejang :
Dirawat di kamar isolasi yang cukup tenang.
Masukkan sudip lidah ( tong spatel ) ke dalam
mulut penderita.
Kepala direndahkan , lendir diisap dari daerah
orofarynx.
Fiksasi badan pada tempat tidur harus aman
namun cukup longgar guna menghindari fraktur.
Pemberian oksigen.
Dipasang kateter menetap ( foley kateter ).
5. Perawatan pada penderita koma : Monitoring
kesadaran dan dalamnya koma memakai “Glasgow –
Pittsburg Coma Scale “.
Perlu diperhatikan pencegahan dekubitus dan
makanan penderita.
Pada koma yang lama ( > 24 jam ), makanan
melalui hidung ( NGT = Naso Gastric Tube : Neus Sonde
Voeding ).
6. Diuretikum tidak diberikan kecuali jika ada :
- Edema paru
- Gagal jantung kongestif
- Edema anasarka
7. Kardiotonikum ( cedilanid ) jika ada indikasi.
8. Tidak ada respon terhadap penanganan
konservatif pertimbangkan seksio sesarea.
Catatan:
J. Pengobatan Obstetrik :
1. Semua kehamilan dengan eklamsia harus diakhiri
tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
2. Terminasi kehamilan
Sikap dasar : bila sudah stabilisasi ( pemulihan )
hemodinamika dan metabolisme ibu, yaitu 4-8 jam
setelah salah satu atau lebih keadaan dibawah ini :
• ♣ Setelah pemberian obat anti
kejang terakhir.
• ♣ Setelah kejang terakhir.
• ♣ Setelah pemberian obat-obat anti
hipertensi terakhir.
• ♣ Penderita mulai sadar ( responsif
dan orientasi ).
1. 3. Bila anak hidup dapat dipertimbangkan bedah
Cesar.
L. Diagnosa Keperawatan
1. Activity intolerance related factors: imbalance
between oxygen supply and demand; lethargy, weakness
2. Body image, disturbed related factors: changes in
appearance related to pregnancy and edema
3. Breathing pattern, ineffective related factor: side
effects of magnesium sulfate
4. Constipation related factors: side effects of
magnesium sulfate
5. Diversional activity, deficient related factor:
prolonged bed rest
6. Family processes, interrupted related factors:
hospitalization or change in environment, illness or
disability of family member
7. Fluid volume, deficient (intravascular) related
factors: intercompartmental fluid shifts secondary
to loss of plasma proteins and decreased plasma
colloid osmotic pressure
8. Injury, risk for (maternal and fetal) risk factors:
seizure activity, inadequate placental perfusion,
falls secondary to vertigo or postural hypotension
9. Pain related factors: epigastric (precursor to
eclampsia), headache secondary to magnesium sulfate
administration
10. Sensory perception, disturbed (visual) related
factor: alterations precede eclampsia
11. etc……..masih banyak yang lain…
IRK
QS Lukman; 14 (Uraikan detail bukan sekedar tulis
ayat, tapi juga kajiannya)
•♣ Hasil pencarian LO akan di cross check pada 1. 1. Menjelaskan tentang definisi pre
pertamuan berikutnya eklampsia-eklampsia
2. 2. Menjelaskan klasifikasi pre eklampsia
3. 3. Menjelaskan factor resiko pre eklampsia
4. 4. Menjelaskan insidensi pre eklampsia
5. 5. Menjelaskan tata laksana pre eklampsia
6. 6. Menjelaskan asuhan keperawatan pre
eklampsia
7. 7. IRK