DENTAL PORCELAIN
OLEH
DOSEN :
FITRIAWATI, SKM
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga kami dpat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa atnya di akhir
nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas akhir dari mata kuliah Crown and Bridge II dengan judul Dental Porcelain .
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahn pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen mata kuliah
Crown and Bridge II kami ibu Fitriawati, SKM yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang
Gigi yang hilang dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain trauma, karies, dan
penyakit periodontal. Gigi yang hilang juga dapat menyebabkan gangguan estetik, fonetik, dan
mastikasi (Jubhari, 2007). Gigi yang hilang menyebabkan seseorang menjadi kurang percaya diri
sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup (Haralur dan Al-Shahrani, 2014). Untuk dapat
mempertahankan fungsi oklusi dan mempertahankan kesehatan mulut, gigi yang hilang sangat
perlu untuk digantidengan pemakaian gigi tiruan (Al-Quran dkk., 2011).
Jenis gigi tiruan yang digunakan dapat berupa gigi tiruan cekat (GTC) yang
membutuhkan dukungan gigi berdekatan (Chafaie dan Portier, 2004). Gigi tiruan cekat adalah
gigi tiruan yang menggantikan salah satu atau lebih gigi yang hilang dan tidak dapat dilepas
karena dipasang secara permanen pada gigi asli (Armelini dan Von Fraunhofer, 2004). Bahan
gigi tiruan cekat yang sering digunakan adalah porcelain fused-to-metal (PFM) (Rosentiel dkk.,
2006). Restorasi GTC berbahan perpaduan logam dan porselen atau porselen total memiliki
beberapa faktor yang membatasi pemilihan dan indikasi diantaranya faktor ekonomi, oklusi gigi
yang tidak normal dan kurang kuatnya tulang alveolar pendukung sehingga dibutuhkan alternatif
pilihan (Piovesan dkk., 2006).
4
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1. Definisi Porcelain
Porselen adalah bahan yang terbuat dari jenis keramik yang dibakar dengan suhu tinggi
dari bahan lempung murni yang tahan api. Terdiri dari senyawa logam dan non logam yang
diproses dengan pemanasan suhu tinggi (Anusavice, 2003).
Porcelain adalah bahan keramik yang terbuat dari kaolin, feldspar, silica, dan berbagai
pigmen (Kamus Kedokteran Gigi, 2013).
b. Biokompatibel
c. Tidak toksik
d. Tidak mengiritasi
1. Sifat fisis
Keuletan dan tegangan geseknya rendah tetapi tegangan tariknya tinggi. Thermal
ekspansi dari dental porselen sama dengan thermal ekspansi substansi gigi yaitu sekitar 4,1 x 10
6
mm/C³. selain itu sifat insulatornya juga baik yakni penghantar panas yang rendah, difusi panas
yang rendah, dan penghantar listrik yang rendah (Craig, 2006).
2. Sifat kimia
Suatu porselen memiliki sifat kelembapan kimia, dimana kelembapan kimia ini
merupakan karakteristik yang penting karena memastikan bahwa permukaan restorasi gigi tidak
melepaskan elemen-elemen yang berbahaya selain mengurangi risiko dari kekerasan permukaan
serta meningkatnya kerentanan terhadap adhesi bakteri.Selain itu sifat kimia yang penting ini
ialah porselen merupakan bahan yang biokompatibel dengan lingkungan rongga mulut dan juga
tidak dapat dirusak oleh lingkungan (Craig, 2006).
3. Sifat mekanis
Porselen adalah suatu bahan yang getas, oleh karena itu perkembangan porselen lebih
mengarah pada perbaikan sifat mekanis, antara lain dengan penambahan alumina yang dapat
memperkuat bahan. Selain itu sebagian besar keramik memiliki sifat refraktori, kekerasan dan
kerentanan terhadap fraktur karena rapuh (Craig, 2006).Untuk kekerasan keramik disini saat
sebelum diaplikasikan menjadi suatu bahan restorasi memang memiliki kekuatan yang lebih besar
daripada enamel. Akan tetapi pada saat telah diaplikasikan, kekerasanya sangat diharapkan sama
dengan enamel untuk meminimalkan keausan pada restorasi keramik dan mengurangi kerusakan
akibat keausan yang terjadi pada enamel karena adanya restorasi keramik (Craig, 2006).
4. Sifat estetik
Sifat estetik adalah salah satu sifat yang sangat penting karena keramik mampu meniru
penampilan dan menyamai gigi asli (Craig, 2006).
5. Sifat porus
Pada saat pembakaran dapat terjadi gelembung-gelembung udara yang tidak dapat
dihindari sehingga menyebabkan terbentuknya rongga diantara partikel porselen.Hal ini
menyebabkan porselen ini mudah pecah karena kepadatan dari porselen itu sendiri kurang. Untuk
mengurangi porusitas tersebut, beberapa peneliti menganjurkan cara sebagai berikut (Craig, 2006)
:
b. Pembakaran dengan adanya suatu gas yang dapat merembes keluar dari porselen.
6. Sifat thermal
Konduktifitas thermal dan koefisien thermal mirip jaringan enamel dan dentin (Craig,
2006).
7
Dental porcelain dibentuk
dengan mencampur dengan membakar
mineral mineral khususnya feldspar,
kaolin, quartz, fluks, dan pigmen
(Sembiring,2006).
1. Feldspar
Feldspar alami digunakan pada pembuatan dental porcelain, merupakan campuran dari
albite dan mikroline. Variasi alaminya tidak pernah murni dan perbandingan soda terhadap potash
dapat bervariasi antara satu dan lainnya (sembiring,2006).
2. Kaolin
Kaolin adalah silikat aluminium hidrat yang dihasilkan dari dekomposisi mineral mineral
feldspatik, yang mirip seperti tanah liat yang tidak berubah warna ketika dibakar. Kaolin memiliki
sifat yang tidak bening (opak). Kaolin merupakan bahan pengikat untuk mempertahankan
kepadatan dan kekuatan porcelain agar dapat dibentuk sebelum dibakar .
3. Quartz
Quartz memberikan kekakuan dan kekerasan pada masa porcelain selama dan sesudah
pembakaran. Quartz digunakan pada porcelain sebagai penambah kekuatan.Walaupun mengalami
reaksi dengan feldspar untuk mendapatkan suatu bonding, quartz bereaksi terutama sebagai bahan
pengisi (Sembiring, 2006).
4. Fluks
8
Fluks ditambahakan untuk meningkatkan aliran campuran dan untuk mengabsorbsi atau
menghilangkan kotoran-kotoran tertentu. Fluks yang lazim dipakai karbonat, kalium, natrium,
boraks dsan oksida timah hitam (pbo).Titik pembakaran dari sebuah porcelaindapat bervariasi
oleh karena kuantitas dari kumpulan fluks yang terkandung dari porcelain (sembiring, 2006).
Konsentrasi fluks sebaiknya seimbang, tetapi bila terlalu tinggi dapat menyebabkan
antara lain:
5. Pigmen
Pigmen digunakan untuk member warna yang dikehendaki, bahan ini bersatu dalam
bubuk. Bahan pewarna dalam dental porcelain adalah:
a) Titanium untuk member warna kuning dan dapat dipergunakan untuk membuat bahan
menjadi lebih opak
Dapat diikutkan sebagai bahan pengikat bahan pewarna yang dicampurkan berguna untuk
menghasilkan warna yang berbeda sesuai dengan warna gigi alami, juga untuk meniru noda yang
ditemukan pada beberapa gigi dan untuk menghasilkan sebuah restorasi yang menyerupai
jaringan gingiva (Nofrita, 2003).
1. All Porselen
All porselen merupakan restorasi yang digunakan di kedokteran gigi yang bahannya
berasal dari porselen murni tanpa ada campuran bahan lainnya.Keuntungan All porselen :
a) Sangat estetis.
9
b) Warna stabil dalam pemakaian.
h) Permukaannya yang mengkilap dan licin sehingga akan mempersulit retensi plak, debris,
dan sisa-sisa makanan ketika diaplikasikan dalam rongga mulut. (Annusavice, 2003)
c) Kurang kuat.
d) Dapat menyebabkan gigi antagonisnya mengalami aus jika restorasinya kurang baik.
e) Harganya yang lebih mahal jika dibandingkan dengan restorasi metal porselen.
f) Sulit memadupadankan warna yang sesuai dengan warna gigi asli pasien sehingga
membutuhkan keahlian khusus dan pengalaman dari operator sendiri. (Anusavice, 2003)
Pada crown dengan bahan Porcelain Fused to Metal (PFM), kekuatan diperoleh dari
substruktur metal dan estetik didapatkan dari veneer porcelain. Crown PFM digunakan untuk
mengembalikan gigi yang rusak sangat parah untuk melindungi struktur gigi yang tersisa, dan
juga untuk mempertahankan oklusi dan menawarkan estetik. Crown PFM dapat diaplikasikan
pada gigi anterior maupun gigi posterior (Sadaf dan Ahmad, 2011).
Pada crown PFM terdiri dari beberapa lapis bubuk porselen dalam air yang kemudian
difusikan dengan kerangka dari metal, melalui pembakaran (firing). Lapisan-lapisan ini memiliki
tiga tingkatan translusensi yang berbeda. Lapisan pertama merupakan lapisan opaque yang
digunakan untuk menutupi substrat metal yang gelap. Lapisan intermediate, disebut juga sebagai
dentin, adalah konstruksi utama dari struktur gigi artifisial dan juga digunakan untuk
menyediakan translusensi pada porselen. Lapisan paling atas atau superfisial, adalah lapisan
paling translusen yang disebut sebagai porselen email atau insisal. Setiap lapisan difusikan dalam
electric atau vacuum furnace pada sekitar 1000 ˚C untuk memperoleh sifat yang optimal
(Mrazova dan Klouzkova, 2009).
10
Restorasi PFM adalah tipe porselen gigi yang paling umum digunakan. Berdasarkan
perbedaan temperatur ada tiga tipe porselen gigi yaitu:
c. Metal bonding porcelain (temperatur rendah 800-1050 ˚C).PFM merupakan metal bonding
porcelain (Mrazova dan Klouzkova, 2009).
PFM terdiri atas beberapa lapisan yang difusikan secara kimia pada dasar kerangka
metal. Substruktur metal mendukung keramik dan membuat keramik bertahan lama terhadap
beban dari kekuatan mulut (Sadaf dan Ahmad, 2011).
Restorasi metal keramik harus memenuhi syarat syarat, antara lain, adalah sebagai
berikut:
d. Metal harus tahan terhadap deformasi pada saat keramik mencapai fusing.
3. Metal yang di lapisi dengan porselen membuat crown yang dipakai menjadi estetis karena
memiliki warna yang sama dengan gigi.
6. Warna PFM sebagai crown dapat bertahan lama (tidak dapat berubah warna)
2. Harga lebih mahal karena setidaknya membutuhkan dua kali kunjungan dan juga bila
menggunakan alloy metal yang mahal.(Sinabutar, 2008).
11
Mahkota Pigura (dengan Facing Porselen) adalah suatu restorasi yang menyelubungi
seluruh permukaan klinis gigi dan terbuat dari logam campur, di mana bagian labial / bukal
dilapisi dengan bahan sewarna gigi
porselen (Hatrick, 2011).Macam-Macam
Mahkota Pigura Facing Porcelain:
d. Mahkota Pasak.
1. Gigi dengan kebutuhan estetik yang tinggi, biasanya untuk gigi anterior dengan gigitan
dalam.
2. Gigi dengan karies proksimal atau fasial yang tak dapat direstorasi secara efektif dengan
menggunakan resin komposit.
4. Gigi dengan mahkota klinis pendek karena sulit dipakai untuk retensi.
5. Gigi dengan kekuatan yang sangat kurang terutama di bagian oklusal, sehingga mudah
pecah atau mudah lepas.
12
Struktur Porselen:
a. Opaque Shade (lapisan opak)Untuk menutup warna jaringan di bawahnya, warna buram.
b. Dentin Shade (lapisan untuk dentin atau body)Lebih translusen dari pada opaque shade,
menentukan warna dan bentuk restorasi.
c. Enamel ShadeMembentuk bagian luar mahkota, translusen warna bisa disesuaikan dengan gigi
asli.
Dental porcelain diklasifikasikan atas tiga jenis menurut ketinggian temperature yang
diperlukan agar terjadi penyatuan pada porcelain (fusing) tersebut, sebagai berikut:
Ini merupakan bahan dasar untuk jaket crown, harus memiliki sifat sifat mekanis yang
baik.
Jenis ini lebih translusen daripada yang diatas, ini sangat menentukan bentuk dan warna
restorasi.
3. Porcelain untuk enamel porcelain jenis ini membentuk bagian luar mahkota, dan agak
translusen.
a. Berdasarkan komposisi
1. Feldspatic Porcelain
14
2. Alumina Porcelain
Kristal alumina sebesar 50% → koefisien muai panasnya lebih tinggi, dan
kekuatanya dua kali lebih besar dari pada felsdpatik porselen.Kekuatan yang tinggi dan
sangat opaque, oleh karena itu lebih diindikasikan pada regio posterior.
Pada tahun 1960 Mclean dan Hughes mengembangkan bahan porselen dengan
penambahan alumina pada feldspatik glass dan dikenal sebagai alumina reinforced
porcelain jacket crown dalam hal ini alumina bertindak sebagai crack stopper dalam
mikrostruktur porselen. penambahan bahan ini juga meningkatkan flexural strengh
sehingga sistem porselen ini cocok bagi mahkota posterior.
2. Metal ceramic
Metal ceramic menggunakan alloy, yang dahulu berbahan dasar emas, untuk
membentuk inti yang kuat dan rigid bagi ceramic yang nanti akan menutupi inti tadi.
Ceramic biasanya mengandung leucite sebagai pengubah koefisien ekspansi termal untuk
mengurangi tekanan antara metal dan ceramic selama proses pembakaran. Versi modern
dari metal ceramic sekarang ini menggunakan leucite yang memiliki partikel lebih halus
dan dispersi yang lebih padat untuk meningkatkan kekuatan mekanik dan kekuatan
fleksural
3. Resin-bonded ceramic
Adalah benda padat multiphase yang mengandung residu kaca dengan fase
kristalin yang terdispersi secara halus. Kristalisasi yang terkontrol dari kaca
menghasilkan pembentukan kristal kecil yang tersebar di sekitar partikel kaca. Jumlah
kristal, pertumbuhannya dan ukuran kristal diatur oleh waktu dan suhu saat proses
perubahan kaca menjadi kristalin.
15
1. Proses pencampuran porselen.
Untuk pencampuran serbuk porselen digunakan air destilasi yang mempunyai kekentalan
yang rendah dan tekanan permukaan yang sangat tinggi. Air destilasi ini merupakan perantara
yang efisien dalam pencampuran partikel porselen untuk menghasilkan massa yang homogeny.
Serbuk porselen diaduk dengan spatula kering kemudian ditambahkan air destilasi (Syafiar,
2012).
2. Pemadatan / Compaction
Lebih translusen dari pada opaque shade, menentukan warna dan bentuk restorasi
c. Enamel Shade
Membentuk bagian luar mahkota, translusen warna bisa disesuaikan dengan gigi asli.
Tujuan :
b. Agar air yang terkandung di dalam masa dapat dikeluarkan sebanyak mungkin. Pada
pembakaran akan terjadi pengerutan volumetrik sebesar 30 sampai 40% lebih banyak air
yang dikeluarkan, lebih kecil pengerutan terjadi.
Cara :
1. Menabur bubuk pada permukaan yang basah. Ini menimbulkan reaksi kapiler sehingga
membantu menarik air dari masa.
2. Kelebihan air dapat dikeringkan dengan kertas hisap setiap kali setelah menekannya
atau setelah menyapunya dengan kuas
3 .Dapat dilakukan penggetaran atau vibrasi agar partikel bubuk tersusun lebih rapat.
16
Keberhasilan dari tahap ini tergantung tidak hanya dari keahlian operator, tapi juga pada
ukuran partikel bubuk.
3. Pembakaran (Firing)
Pembakaran dilakukan pada tungku listrik. Elemen pemanasnya dapat terbuat dari :
a. Porselen yang telah dipadatkan diletakkan di atas piring pembakaran (terbuat dari
keramik tahan bakar) dan tidak boleh berkontak dengan dinding tungku. Bila porselen
melekat padanya, elemen pemanas akan rapuh.
b. Pembakaran dimulai dari panas yang rendah, kalau tidak air akan menguap demikian
cepat sehingga dapat meremukkan bagian porselen yang belum terbakar.
c. Dibutuhkan pemanasan yang merata. Porselen memiliki sifat penghantar panas yang
rendah, maka dibutuhkan pemanas secara perlahan agar diperoleh cukup waktu bagi
lapisan sebelah dalam restorasi untuk menjadi panas.
d. Mula mula jendela tungku dibiarkan terbuka agar uap air dan hasil pembakaran bahan
pengikat lainnya dapat keluar.
Ada 3 tahapan :
1) Tahap low bisque atau low bscuit, tahap ketika bahan menjadi sedikit kaku dan fluxe
mulai mengalir.
2) Tahap medium bisque atau medium bisquit, ketika telah terjadi sedikit pengerutan dan
terdapat kohesi yang lebih besar antara partikel.
3) Tahap high bisque (high biscuit), pada tahap ini tidak ada lagi terjadi pengerutan.
4. Glazing
Keramik di glazing untuk menghasilkan permukaan yang licin dan berkilat menjaga agar
sisa sisa makanan tidak melekat. Glazing dilakukan dengan cara memoles dengan kit pemoles
porselen. Permukaaan yang lebih halus akan mengurangi kerusakan akibat abrasi gigi atau
restorasi gigi antagonis. Glazing juga efektif dalam mengurangi perkembangan retak dan
menutupi porus yang terjadi saat pembakaran.
5. Pendinginan
17
Harus dilakukan secara perlahan dan merata kalau tidak akan terjadi derajat pengerutan
yang berbeda pada bagian bagian restorasi keramik yang cenderung mendorong terbentuknya
stress dan menimbulkan retak sehingga mengurangi kekuatan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pemadatan partikel ini antara lain:
b. Tegangan permukaan
Pemadatan partikel akan lebih baik jika air dihilangkan oleh tegangan permukaan.
Tegangan permukaan efektif hanya jika porselen selalu tetap lembab selama penumpukan.suhu
ruanganyang tinggi dan suasana kering yang harus dihindari.
Dalam proses kondensasi metode yang digunakan dapat digunakan dapat diklasifikasikan atas 5
metode yaitu:
b. Metode gravitation
c. Metode spatulation
d. Metode Whipping
e. Metode vibration
a) Tahap low bisque atau low biscuit, tahap ketika bahan menjadi sedikit kaku dan fluxe
mulai mengalir
b) Tahap medium bisque atau medium biscuit ketika telah terjadi sedikit pengerutandan
terdapat kohesi yang lebih besar antara partikel
c) Tahap high bisque (high biscuit) , pada tahap ini tidak ada lagi terjadi pengerutan.
Porselen yang telah selesai dibakar, dikeluarkan dari alat pembakaran dan dibiarkan
di udara terbuka sampai porselen menjadi dingin. Pendinginanharus dilakukansecara
18
bertahapdan perlahan-lahan.Hal ini untuk memungkinkanterjadinya ekspansidan
kontraksiyang seragamsehingga mencegahperambatan retak. Proses pendinginan yang baik
akan menambah strength daripada porselen, sebaliknya pendinginan yang tiba-tiba akan
menambah stress dan mengurangi kekuatan porselen.
a. Kelebihan
1. Estetika tinggi karena ada pigmen, sehingga warna bisa disesuaikan dengan warna gigi.
4. Biokompatibel
5.Tidak iritatif
6.Tahan lama
9. Permukaan halus sehingga mencegah perlekatan plak dan mengurangi insidensi karies
b. Kekurangan
1. Harganya mahal
2. Porositas tinggi
3. Mudah rapuh
4. Sukar diasah
9. Over/under restorasi → pecah saat pembuatan, susah diasah/tidak bisa dikurangi sendiri.
a. Indikasi
19
1. Restorasi kelas I dan II pada pasien yang mengutamakan estetis
5. Menutup stain
6. Diskolorisasi
b. Kontra Indikasi
1. Karies banyak
Untuk restorasi gigi yang sudah rusak, yang merupakan akibat dari karies yang parah,
fraktur, abrasi, pertumbuhan yang tidak sempurna atau gigi yang sudah berubah warna yang
diikuti devitalisasi (Craig, 2002).
Juga untuk memperbaikai lengkung gigi yang tidak bagus, seperti gigi yang mengalami
rotasi, diastema, palatoversi, labioversi, crowned ringan serta erupsi gigi yang tidak sempurna
dan semua ini berada pada oklusi lingual (Craig, 2002).
2. Veneer Crown
Merupakan restorasi yang tahan lama serta dari segi estetisnya baik, biarpun preparasi
harus dilakukan masih konservatif bila dibandingkan dengan pembuatan mahkota penuh
konvensional (Craig, 2002).
20
Veneer crown diindikasikan untuk gigi yang mengalami fraktur pada sebagian mahkota,
karies yang besar khususnya bila melibatkan sudut insisal gigi anterior, kavitas permukaan labial
yang besar, dan pit yang hipoplastik (Craig, 2002).
Mahkota logam yang dilapisi porselen untuk keperluan estetis merupakan suatu restorasi
gigi yang memadukan kekuatan dan ketepatan dari mahkota logam cor-an dengan yang diperoleh
dari bahan porselen (Craig, 2002).
4. Inlay
Biasanya dipakai pada gigi anterior karena restorasi untuk gigi anterior harus
mempertimbangkan estetis. Bila kavitas sudah cukup besar porselen inlay yang digunakan
sebaiknya yang mengandung silikat semen karena dapat melindungi kontur dari mahkota gigi
alami, dan sedikit kemungkinan untuk pecah atau retak serta tidak larut dalam saliva (Craig,
2002).
Suatu protesa cekat pendukung gigi yang dibuat untuk memperbaiki fungsi dari satu atau
lebih kehilangan gigi posterior atau fungsi dan estetis dari satu atau lebih gigi anterior (Craig,
2002).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
21
Porcelain adalah bahan keramik putih yang bersifat rapuh, tetapi mempunyai sifat
translusen, korosi yang rendah, dan mengkilat, dimana pembakarannya dengan
temperature yang tinggi (Sembiring,2006). Porselen adalah bahan yang terbuat dari jenis
keramik yang dibakar dengan suhu tinggi dari bahan lempung murni yang tahan api.
Terdiri dari senyawa logam dan non logam yang diproses dengan pemanasan suhu tinggi.
Jenis gigi tiruan yang digunakan dapat berupa gigi tiruan cekat (GTC) yang
membutuhkan dukungan gigi berdekatan . Gigi tiruan cekat adalah gigi tiruan yang
menggantikan salah satu atau lebih gigi yang hilang dan tidak dapat dilepas karena
dipasang secara permanen pada gigi asli. Bahan gigi tiruan cekat yang sering digunakan
adalah porcelain fused-to-metal (PFM).
DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/documens//porselen.html
dentalporcelain.blogspot.com/2015/04/dental-porcelain.html?m=1
22
dentalporcelain.blogspot.com/2015/04/lanjutan-bab-2-dental-porcelain-2.html?m=1
https://google.com/amp/s/moondoggiesmusic.com/contoh-kata-pengantar/amp/
etd.respiratory.ugm.ac.id/index.php/mod=download&sub=DownloadFile&act=view&typ=html&
id=95715&ftyp=potongan&potongan=S2-2016-351478-introduction.pdf
23