Kelompok 2
Tutor: drg. Nelvi Yohana
Ketua: Dwiyatri Sumartiningsih
Sekretaris: Trisna Dewi Avriany dan Indah Wulandari
Nama Anggota:
Anita Surya Ananda
Bintang Wirya Putri
Nia Aprilia Rahman
Lisvia Aan Kornila
Raisa Febrina
Rezi Dianasari
Uraian:
A. Terminologi
1. ADA
ADA (American Dental Association) adalah sebuah organisasi yang mendukung
program tentang spesifikasi keamanan dan efektivitas dari bahan dental material yang
dikembangkan melalui evaluasi biologis, laboratorium dan klinis.
2. ISO
ISO (International Standard Organization) adalah badan penetap standar internasional
yang terdiri dari wakil-wakil dari badan standarisasi nasional setiap negara.
3. FDI
B. Masalah
1. Mengapa mahasiswa harus mengenal sifat fisik, mekanik dan biokompabilitas dari dental
material ?
2. Apa saja sifat fisik, mekanik dan biokompabilitas dari dental material?
3. Apa saja persyaratan ideal dari dental material?
4. Apa saja efek samping dari dental material?
5. Bagaimana dental material diuji?
6. Apa saja klasifikasi dari dental material?
7. Apa saja badan/organisasi yang menetapkan standar dental material?
8. Apa saja respon alergi terhadap dental material?
Diharapkan mahasiswa nantinya bila telah menjadi dokter bisa membedakan bahan yang
baik digunakan atau tidak untuk pasien.
2. Sifat Fisik :
-
Kekentalan
tersebut.
Sifat Mekanik :
-
Sifat Biokompabilitas :
-
Sifat Kimia :
-
Korosif : perubahan pada metal akibat adanya reaksi kimia atau elektrokimia (contoh :
korosi galvanis, galvanic shock).
Tidak mempunyai efek merugikan pada jaringan rongga mulut atau tubuh.
Mempunyai sifat mekanis sesuai kebutuhan.
Tidak tarnis dan korosi.
Tidak larut dalam cairan rongga mulut.
Dimensinya stabil.
Penghantar termis dan elektris rendah.
Mempunyai nilai estetika.
Adhesi terhadap jaringan.
Tidak larut dalam cairan rongga mulut.
Mudah dimanipulasi.
Tidak mempunyai rasa dan bau.
Mudah dibersihkan dan direparasi.
Penggunaan waktu yang cukup.
Harga terjangkau.
Toxisitas
Inflamasi
Alergi
Mutagen
D. Skema
ADA
ISO
Badan /
organisasi
standarisasi
FDI
FDA
CE
Amalgam
Cetak
Klinis
Dental
Material
Resin
Komposit
Semen
Klasifikasi
Dental Material
Logam
Resin Protesa
Bahan
Tambal
Tuang
Gypsum
Labor
Struktur Dental
Material
Wax
Optik
Sifat Fisik
Dental Material
Abrasi
Kekentalan / viskositas
Ketahanan terhadap
tekanan
Ekspansi thermal
Sifat Mekanik
Dental Material
Konduktifitas thermal
kerapuhan
Ductility
In vitro
Pengujian
In vivo
Klinis
Biokompabilita
s Dental
Material
Efek
Sampig
Level 1
(Resiko
Rendah)
klasifikasi
Level 2
(Resiko
Menengah)
Level 3
(Resiko
Tinggi)
F. Kumpulan informasi
1. Klasifikasi dan jenis-jenis dental material
Klasifikasi Dental Material :
a. Metal / logam
Penghantar therms dan elektris yang tinggi
Duktiliti : dapat dibengkokkan
Opaque : tidak menghantarkan cahaya
Kilat : permukaan merefleksikan cahaya dan terlihat terang dan mengkilap
Biasanya putih kecuali emas dan tembaga
b. Keramik
Senyawa dari logam dan non logam
Sangat rapuh
Titik didih tinggi
Penghantar termis dan elektris rendah
Bahan inert / tidak reaktif secara kimia
Contoh : gelas, baja, gips dan porselen
c. Komposit
Gabungan 2 material atau lebih
Masig-masing komponen dapat diindetifikasi dalam struktur akhir
d. Polymer
Bahan organik dari rantai panjang
Mengandung ribuan atom karbon
Contoh : muriara
Meskipun basis gigitiruan resin larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah kecil
monomer dilepaskan, basis resin umumnya tidak larut dalam cairan yang terdapat dalam
rongga mulut.
3. Penyerapan air
Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan dalam
jangka waktu tertentu.7 Resin akrilik menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan
pada lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek yang nyata
pada sifat mekanik, fisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air sebesar 0.69
mg/cm2.
4. Porositas
Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat
mempengaruhi sifat fisis, estetik, dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung
terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh
penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah,
disertai temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Porositas
juga dapat terjadi karena pengadukan yang tidak tepat antara komponen polimer dan
monomer.
5. Stabilitas warna
Resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan stabilitas warna yang baik dibandingkan
self-cured acrylic resin karena adanya oksidasi oleh tertinary amine. Dapat dicegah
dengan menambah stabilizing agent.
6. Sifat thermal
Resin akrilik stabil secara kimia pada panas sampai di suatu titik. Resin akrilik
merupakan bahan yang buruk untuk menghantarkan panas dan listrik
7. Kekuatan
Bahan ini memiliki kekuatan yang rendah. self cured acrylic resin memiliki kekuatan
yang lebih rendah, yaitu dengan nilai compressive strength 75 Mpa dan tensile strength
52 Mpa.
8. Biokompatibilas
Klinis menunjukkan bahwa reaksi alergi sejati terhadap resin akrilik amatlah jarang
terjadi dalam rongga mulut. Sisa monomer sering dianggap sebagai iritan. Namun,
reaksi alergi tidak tergantung pada dosis.
9. Kekerasan
Resin akrilik memiliki kekerasan yang rendah sehingga mudah tergores atau terabrasi.
10. Modulus of elasticity
Resin akrilik memiliki kekakuan yang mencukupi untuk digunakan sebagai gigi tiruan
penuh dan sebagian dengan nilai 2400 Mpa
11. Impact strength
Resin akrilik harus memiliki impact strength yang tinggi untuk mencegah terjadinya
patahan apabila terjatuh secara tiba-tiba.
b. Dental Semen
# Dental Semen dan Kegunaannya
Terdapat 2 tujuan utama dipakainya dental semen, yaitu:
1. Sebagai bahan restorasi tunggal maupun gabungan dengan bahan lain
2. Sebagai perekat tambalan atau pesawat cekat didalam mulut.
Dental semen merupakan bahan yang memiliki kekuatan yang rendah dibandingkan
dengan bahan lain. Bahan ini dapat larut dan mengalami desintegrasi didalam cairan
mulut. Oleh karena itu penggunaannya terbatas dan dianggap sebagai bahan restorasi
sementara. Kegunaan dari dental semen, yaitu :
1. Sebagai insulator terhadap thermal shock
2. Sebagai bahan perekat untuk inlay, crown, band ortodontik, dan lain-lain.
3. Sebagai bahan pengisi saluran akar
4. Sebagai bahan tambalan temporer dan permanen untuk restorasi pada gigi desidui
5. Sebagai bahan pulp capping
# Sifat dan Karakteristik Dental Semen
Beberapa sifat yang perlu diperhatikan pada dental semen, yaitu:
1. Ketebalan film dan konsistensi
Ketebalan film sangat menentukan adaptasi restorasi dengan struktur gigi. Retensi juga
dapat dipengaruhi oleh ketebalan film semen. Konsistensi semen juga mempengaruhi
ketebalan film, karena semakin tinggi konsistensi semen maka semakin tebal film yang
terjadi sehingga kedudukan semen kurang sempurna.
2. Viskositas
Konsistensi semen dapat ditentukan dengan mengukur viskositasnya. Temperatur dan
waktu yang meningkat akan meningkatkan viskositas beberapa semen.
3. Setting time
Setting time semen memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan viskositas.
Working time yang adekuat diperlihatkan dengan setting time yang pas.
4. Strength
Standar konsistensi luting dari dental semen harus memperlihatkan minimal compressive
strength setelah 24 jam sebesar 70 MPa. Hal ini ditetapkan oleh spesifikasi ANSI/ADA
No.96 (ISO 9917).
5. Solubilitas
Solubilitas dalam air dan cairan mulut adalah salah satu sifat dental semen yang juga
penting. Secara umum, semen water-based lebih solubel dibandingkan dengan semen
resin-based atau oil-based.
# Klasifikasi Dental Semen
1.
Water-based cement
1.
2.
Zinc Polyacrylate
3.
Zinc phosphate
4.
Resin-based cement
1.
2.
Compomers
3.
Oil-based cement
1. Zinc Oxide-Eugenol
2. Noneugenol-Zinc oxide
c. Metallurgy
# Solidifikasi Logam
Logam dapat diidentifikasikan menurut titik cairnya, titik didih dan sifat dasar
fisis/khemis. Bila suatu logam dicairkan kemudian didinginkan dan bila temperatur dan
waktu selama pembekuan dicatat, maka akan diperoleh suatu curve berikut.
Kelihatan temperatur akan turun secara teratur mulai dari A sampai B kemudian terjadi
sedikit kenaikan temperatur sampai di B dan menjadi konstan sampai di C. Setelah ini
temperatur kembali turun secara teraur sampai ke temperatur kamar. Tf merupakan
Fusion/Melting Temperatur yang merupakan bagian yang lurus dari grafik.
Selama pembekuan akan terjadi pelepasan panas ketika logam tersebut berubah dari
bentuk liquid sampai solid. Hal ini terjadi oleh karena adanya tenaga yang dikeluarkan
bila cairan berubah menjadi padat. Panas ini disebut Latent Heat of Fusion.
Pendinginan permulaan sampai B disebut dengan Super Cooling dan pada saat inilah
terjadi permulaan kristalisasi.
# Wrought Metal (Logam Tempa)
Logam tempa merupakan logam-logam yang memperlihatkan sifat-sifat
metallurgy yang tertentu dan umumnya tidak mempunyai hubungan dengan sifat-sifat
struktur casting. Oleh karena itu logam tempa adalah setiap struktur logam yang dibuat
secara mekanis dari logam casting.
1. Deformasi Logam
Stress yang ada dibawah proportional limit akan menyebabkan atom-atom
didalam space lattice kristal hanya berpindah tempat dan menghasilkan strain yang bila
stress dihilangkan kembali mereka akan kembali keposisinya semula. Sebaliknya, bila
stress melampaui proportional limit akan terjadi deformasi permanen dan truktur
tersebut tidak dapat kembali seperti semula, walaupun load telah dihilangkan. Bila
perubahan bentuk ini berlangsung pada temperatur kamar disebut Cold Work,
sedangkan pergeseran atom-atomnya disebut dengan Slip.
2. Slip Interference (Rintangan Pergeseran)
Slip interference adalah pergeseran yang timbul pada bagian dalam kristal tetapi
akan sukar terjadi pada batas-batas kristal. Suatu metal yang diberi load akan
menyebabkan pergeseran atom-atom sehingga terjadi slip. Pada logam ply kristalin bila
terjadi slip dalam suatu kristal tunggal semua kristal juga akan mengalami slip yang
sama besarnya. Umumnya batas kristal tidak rata sehingga pergeseran kristal antara satu
dengan yang lainnya akan sukar terjadi.
3. Strain Hardening (Pengerasan oleh Strain)
Suatu logam dapat disebut lebih kuat dan lebih keras oleh karena atom-atomnya
lebih sulit berpindah tempat. Metode-metode untuk merubah sifat suatu logam sehingga
menjadi lebih kuat dan lebih keras disebut dengan strain hardening. Proses ini
merupakan suatu hasil dari Cold Work. Kadang-kadang warna dari metal dapat berubah
dengan jalan strain hardening. kekerasan permukaan, strength dan proportional limit
dari metal akan bertambah dengan strain hardening. sebaliknya ductility dan resistensi
terhadap korosi akan berkurang.
4. Annealing
Efek yang terjadi sehubungan dengan cold work misalnya strain hardening akan
merendahkan ductility dan perubahan-perubahan grain, dapat dihilangkan dengan
sedikit pemanasan pada metal tersebut. Proses ini disebut annealing yang merupakan
proses yang relative, lebih tinggi titik cair metal yang dikerjakan lebih tinggi temperatur
yang diperlukan untuk annealling. Terdapat 3 stage annealing, yaitu:
Stage I
: Recovery
Terjadi sedikit penurunan tensile strength, tetapi ductility tidak berubah.
Stage II
: Rekristalisasi.
Terjadi perubahan micro struktur (grain) yang radical. Pada temperatur ini atom-atom
bergerak atau berdifusi dengan membentuk struktur kristal yang kecil dan regular. Grain
yang lama digantikan oleh grain yang baru yang bebas strain.
Stage III
: Grain Growth
Bila logam itu dipanaskan pada temperatur tertentu/terlalu tinggi atau dengan waktu
yang terlalu lama dengan temperatur yang lebih rendah, kristal-kristal dapat bersatu dan
bertumbuh.
Annealing dapat dihentikan dengan memasukkan struktur panas tersebut kedalam air,
yang disebut dengan proses Quenching.
5. Gold Foil
Emas merupakan bahan yang paling malleable sehingga dapat dibuat lembaranlembaran yang sangat tipis yang dapat ditembus oleh cahaya. Oleh karena emas murni
itu lunak maka tidak dapat dipakai didalam mulut kecuali dalam bentuk gold foil. Emas
murni termasuk logam yang tidak mengalami tarnish dan korosi dalam keadaan murni.
Bila permukaan foil itu benar-benar bersih maka dapat dipatri sehingga berkontak satu
sama lain yang disebut Cohesive Gold Foil. Ada kemungkinan foil ini terkontaminasi
dengan gas sehingga tidak mau dipatri yang disebut Non Cohesive Gold Foil, ini
disebabkan oleh karena adanya gas-gas yang diabsorber oleh gold foil tersebut. Untuk
menghilangkan gas atau kotoran pada permukaan gold foil dapat dilakukan dengan
pemanasan yang disebut Degasing.
# Alloy
Klasifikasi Alloy, yaitu :
Menurut jumlah elemen:
Solid solution : alloy yang mempunyai atom-atom yang bercampur secara teratur
didalam space latticenya dengan struktur yang lebih homogen.
Alloy eutetik : alloy yang tidak soluble secara kompleks atau hanya sebagian soluble,
sehingga ada bagian yang mempunyai kristal dari satu logam murninya.
Berupa bubuk abrasive Kedokteran Gigi atau bahan polis untuk konservatif, bahan ini
mempunyai bermacam-macam ukuran partikel. Partikel yang kasar dipergunakan sebagai
bahan abrasive di laboratorium, sedangkan partikel yang halus dipergunakan untuk
konservatif dan polishing restorasi gigi.
10. Zirconium silicate
Bahan ini dipergunakan sebagai bahan polish konservatif.
11. Tripoli
Bahan ini dipergunakan untuk menggantikan bahan diatomaceous earth, meskipun
bahannya tidak sama. Bahan ini dipakai untuk polish ringan.
12. Tin Oxide
Digunakan sebagai bahan polish untuk gigi dan untuk restorasi metal dalam mulut.
Dicampur air, alkohol atau glycerine sampai berbentuk pasta untuk digunakan
13. Cuttle
Adalah suatu abrasive dalam betuk powder, berwarna putih, dipakai sebagai bahan untuk
abrasi ringan seperti polish amalgam, metal margin.
14. Kieselguhr /Diatomaceous Earth
Dikenal sebagai kieselguhr, dipergunakan tidak hanya sebagai bahan abrasive dan
polishing tetapi juga sebagai filer pada beberapa bahan Kedokteran Gigi
15. Rouge
Berbentuk powder halus atau berbentuk padatan yang mempunyai komposisi iron oxide
(Fe 203), kadang diisikan pada paper disk. Rouge ini merupakan bahan polish yang bagus
untuk memoles emas dan logam campur logam mulia.
16. Aluminium Oxide
Bahan abrasive ini murni dibentuk dari emery, bahan ini dipergunakan untuk polishing
metal.
17. Silicone Carbide
Suatu sintesis abrasive, warna hijau dan biru kehitaman. Silicone carbide ini keras,
mudah patah, dan dipakai sebagai suatu abrasive pelapis pada disk perekat instrumentinstrumen dari karet.
# Manfaat Pemolesan
1. Mengurangi korosi
Restorasi logam yang dipoles dengan baik akan terhindar dari tarnis dan korosi sehingga
akan lebih tahan lama.
2. Meningkatkan estetis
Permukaan yang halus dan mengkilap akan lebih terlihat estetis
3. Membuat permukaan terasa lebih halus
4. Mengurangi perlekatan
Permukaan yang halus pada restorasi akan menyebabkan stain, plak, dan kalkulus sulit
lengket.
# Faktor yang Mempengaruhi Abrasi
1. Kekerasan
Untuk mendapatkan abrasi maksimal maka partikel abrasif harus lebih keras
dibandingkan permukaan yang akan diabrasi. Bahan abrasif biasanya terbuat dari bahan
yang sangat keras.
2. Ukuran
Semakin besar partikel abrasif maka goresan yang ditimbulkan juga semakin dalam.
Semakin dalam goresan maka sejumlah besar permukaan bahan akan hilang.
3. Bentuk
Bentuk partikel dapat berupa spherical ataupun irreguler. Bentuk irreguler dipahami dapat
lebih meningkatkan abrasi dibandingkan bentuk spherical, karena tepi bentuk irreguler
cenderung untuk menggerus permukaan dibandingkan bentuk bulat yang hanya berputar
pada permukaan bahan. Oleh karena itu bentuk spherical kurang mengabrasi
dibandingkan bentuk irreguler.
4. Tekanan
Tekanan yang berlebih pada saat finishing dan poles akan meningkatkan abrasi pada
permukaan restorasi/material. Hal ini juga dapat meningkatkan suhu material yang
dipoles.
5. Kecepatan
Semakin tinggi kecepatan putar yang digunakan maka abrasi yang terjadi semakin besar,
dan juga meningkatkan suhu.
6. Pelumas
Air merupakan pelumas yang sering digunakan. Air digunakan bersamaan dengan bur
untuk mendinginkan gigi saat preparasi kavitas. Pada saat finishing dan polishing,
pelumas juga disarankan untuk digunakan sebagai pembawa panas yang timbul pada saat
pengabrasian.
2.
2. Adhesi
- Phillips : terjadi bila 2 substansi berkontak rapat antara satu dengan yang lain.
- Craig : ikatan antara 2 bahan yang berbeda karena adanya tarik menarik atom atau
molekulnya.
- Prinsip Adhesi, yaitu :
Tarik menarik antara 2 bahan pada pertemuan keduanya (interface).
Material memiliki kemampuan untuk melekatkan 2 permukaan disebut adhesif.
Material yang akan dilekatkan disebut adheren.
Perlekatan terjadi bila bahan adhesif memiliki afinitas kimia pada permukaan
adheren dan mampu membasahi permukaan adheren (wetting).
Kemampuan bahan adhesif membasahi permukaan adheren ditentukan oleh
sudut kontak.
Kemampuan adhesif untuk membasahi permukaan tergantung tegangan
permukaan. (Tegangan permukaan adalah daya tarik atom pada permukaan zat
padat lebih besar dari daya tarik atom di bawah permukaan / dalam zat padat
dan terjadi karena ikatan kimia antar atom-atom yang tidak jenuh).
Tekanan gigitan.
Frekuensi pengunyahan.
Sifat abrasif makanan.
Komposisi cairan.
Perubahan temperatur.
Kekerasan tiap permukaan.
Ketidakteraturan permukaan gigi.
Kekentalan / viskositas
Ketahanan untuk bergerak
Dipengaruhi oleh gaya friksi internal di dalam cairan
Bahan kedokteran gigi kebanyakan dalam bentuk padat tapi tahap tertentu berupa
cairan.
Contoh : malam dan resin adalah cairan yang didinginkan di bawah titik normal.
Kekentalan cairan meningkat dengan meningkatnya temperatur
Kekentalan tergantung pada perubahan wujud sebelumnya dari cairan. Cairan jenis
ini menjadi kurang kental dan lebih cair di bawah tekanan disebut tiksotropik.
Contohnya : pasta profilaksisi gigi, plaster, semen resin, bahan cetak.
Kekentalan bahan kedokteran gigi menentukan ketepatan aplikasi.
Struktur dan Relaksasi Tekanan
Sifat mekanik adalah ilmu fisika yang berhubungan dengan gaya dan energi serta
perubahan pada benda yang disebabkan oleh gaya tersebut. Gaya dasar meliputi gaya
tarik, gaya tekan dan gaya menggunting. Adapun sifat mekanik dari dental material,
meliputi :
1. Gaya Tarik
Gaya tarik (tensile) adalah dua gaya yang bekerja saling menjauhi satu sama
lain pada satu garis lurus yang sama sehingga terjadi pemanjangan.
2. Gaya Tekan
Gaya tekan (compressive) adalah dua gaya bekerja mendekati satu sama lain
pada satu garis lurus yang sama sehingga terjadi pemendekan.
3. Gaya Menggunting
Gaya menggunting (shear) adalah dua gaya yang bekerja sejajar satu sama lain tetapi
berlawanan arah
4. Tekanan (Stress)
Tekanan (Stress) adalah daya dari dalam benda yang sama besarnya tetapi
berlawanan arah dengan gaya yang diberikan (gaya dari luar). Gaya per luas
permukaan suatu benda.
S = F /A
F : gaya yang diberiakan (N)
A : luas permukaan benda (m2)
Satuannya : 1 Pa = 1 N / m2 = 1 MN / mm2
5. Ketegangan (Strain)
Ketengangan (Strain) adalah perubahan dimensi benda karena ada suatu gaya
dari luar. Diukur sebagai perubahan dalam panjang per satuan panjang.
Strain : = | / | O
: Perubahan ukuran panjang
O : Panjang semula bahan
7.
Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas adalah ukuran keelatisan suatu bahan
Modulus Elastisitas=
Stress
Strain
Resilience
Ketahanan suatu bahan terhadap perubahan bentuk secara permanen.
Pengukurannya sama dengan dengan luas daerah elastis pada kurva stress dan strain.
Dan satuannya adalah mMN/m3
9.
Toughness
Ketahanan suatu bahan terhadap patah. Daerah dibawah kurva stress dan strain.
Satuannya adalah mMN/m3
10. Malleability
Kemampuan sebuah benda untuk berubah bentuk tanpa patah dibawah gaya
tekan.
11. Ductility
Kemampuan sebuah benda untuk berubah bentuk tanpa patah dibawah gaya
tarik.
C. Biokompabilitas Dental Material
Biokompatibilitas dapat diartikan sebagai kehidupan harmonis antara bahan dan
lingkungan yang tidak mempunyai pengaruh toksik atau jejas terhadap fungsi biologi.
Biokompatibilitas berhubungan dengan uji biologis yang merupakan interaksi antara
sifat fisika atau mekanik melalui degenerasi sel, kematian sel dan beberapa tipe
nekrosis. Tujuan biokompatibilitas adalah untuk mengeliminasi komponen bahan yang
berpotensi merusakan jaringan rongga mulut.
Sebuah bahan dikatakan biokompatible ketika bahan tersebut tidak merusak
lingkungan biologis di sekitarnya. Syarat biokompatibilitas bahan kedokteran gigi
adalah:
1. Tidak membahayakan pulpa dan jaringan lunak.
2. Tidak mengandung bahan toksik yang dapat berdifusi, terlepas dan diabsorbsi dalam
sistem sirkulasi.
3. Bebas dari agent yang dapat menyebabkan reaksi alergi.
4. Tidak berpotensi sebagai bahan karsinogenik.
Pengukuran Biokompabilitas
In vitro test : Pengujian suatu bahan pada mikroorganisme
In vivo test / Animal test : Pengujian suatu bahan pada binatang
Usage test : pengujian suatu bahan pada pasien.
4.
ISO telah menerbitkan lebih dari 19 500 Standar Internasional mencakup hampir
setiap industri, dari teknologi, keamanan pangan, pertanian dan kesehatan.
Kisah ISO dimulai pada tahun 1946 ketika delegasi dari 25 negara bertemu di Institute
of Civil Engineers di London dan memutuskan untuk membuat sebuah organisasi
internasional yang baru 'untuk memfasilitasi koordinasi internasional dan penyatuan
standar industri'.
Pada bulan Februari 1947 organisasi baru, ISO, resmi mulai beroperasi.
Sejak itu, ISO telah menerbitkan lebih dari 19 500 Standar Internasional mencakup
hampir semua aspek teknologi dan manufaktur.
Hari ini ISO memiliki anggota dari 164 negara dan 3 368 badan teknis untuk mengurus
pengembangan standar. Lebih dari 150 orang bekerja setiap waktu untuk ISO Central
Secretariat di Jenewa, Swiss.
Dalam kemitraan yang unik dan inovatif dengan Oral Health Unilever, FDI
mempromosikan kebersihan mulut yang baik dan praktek masyarakat di seluruh dunia
melalui Live.Learn.Laugh, yang memungkinkan anggota yang berpartisipasi FDI
Nasional Asosiasi Gigi (NDAs) untuk melaksanakan proyek kesehatan mulut secara
lokal dan mempromosikan pesan menyikat dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride.
H. Daftar Pustaka
1. Phillips. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi 10th ed, Jakarta. EGC, 2003.
2. Syafiar L, Rusfian, Sumadhi S, Yudhit A, Harahap KI, Adiana ID. Bahan Ajar Ilmu Material
dan Teknologi Kedokteran gigi. 1st ed, Medan. USU Press, 2011.
3. Anonymous. Basis Gigi Tiruan. <http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/
21739/4/Chapter%20II.pdf>. (14 Januari 2012)
4. http://www.ada.org/en/about-the-ada/
5. http://en.wikipedia.org/wiki/FDI_World_Dental_Federation
6. http://www.iso.org/iso/home/about.htm
7. http://www.scribd.com/doc/151707319/Bab-i-Pendahuluan