Anda di halaman 1dari 21

1

1. PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Ikan tambakan (H. temmincki) merupakan salah satu ikan air tawar yang

cukup digemari di kalangan masyarakat, baik yang dikonsumsi dalam bentuk

kering (ikan asin) maupun dalam keadaan segar. Produksi ikan tambakan saat ini

masih bergantung dari hasil tangkapan di alam, sedangkan untuk pemeliharaan

dalam wadah yang terkontrol belum banyak dilakukan oleh petani. Ikan

tambakan sangat potensial untuk dibudidayakan karena mempunyai beberapa

keunggulan seperti kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perairan yang

kadar oksigen terlarutnya rendah dan tergolong dalam kelompok ikan yang

mempunyai nilai fekunditas tinggi (Efriyeldi dan Pulungan : 1995 dalam Joko et

al: 2013).

Dari berbagai jenis ikan yang ada, terdapat beberapa hal yang harus

diperhatikan untuk melihat dan mengetahui lebih dalam lagi tentang ikan itu

sendiri seperti mengenai seksualitas ikan, tingkat kematangan gonadnya maupun

fekunditas telur ikan tersebut. Studi mengenai jenis kelamin dari suatu spesies

yang memiliki banyak strain merupakan suatu hal yang sangat menarik dan

penting untuk dilakukan terutama bagi orang-orang yang menekuni bidang

budidaya perikanan dan melakukan penelitian di bidang Biologi Perikanan. Hal

ini karena setiap individu dari setiap spesies ikan memiliki ciri–ciri khusus

sebagai penentu apakah indi-vidu ikan itu berjenis kelamin jantan atau betina.

Gonad adalah organ reproduksi yang berfungsi menghasilkan sel kelamin

(gamet). Gonad yang terdapat pada tubuh ikan jantan tersebut disebut testes yang
2

berfungsi menghasilkan spermatozoa, sedangkan yang terdapat pada individu ikan

betina disebut ovari berfungsi menghasilkan telur. (Pulungan et. Al : 2006).

Selanjutnya dikatakan juga bahwa gonad yang terdapat didalam tubuh mengalami

perkembangan dari bentuk sehelai benang yang berisi cairan bening kemudian

berkembang dan membesar sesuai dengan kapasitas rongga perut yang dimiliki

individu ikan. Perkembangan gonad ini dipengaruhi oleh adanya perkembangan

gamet yang diproduksi oleh gonad itu sendiri. Semakin matang gonad suatu in-

dividu ikan maka semakin besar bentuk dan berat gonad serta tubuh individu ikan.

Sifat seksual ikan merupakan sifat biologis dari suatu ikan untuk

melakukan suatu proses reproduksi itu sendiri ada yang besifat hermaprodit yaitu

bila dalam tubuhnya terdapat jaringan ovarium yang sebagai penentu indvidu

betina dan terhadap juga testis sebagi penentu indvidu jantan. Keduanya terdapat

dalam satu organ dan letaknya seperti letak gonad indvidu normal (Effendi : 2002)

Tingkat kematangan gonad merupakan pengelompokan kematangan gonad

ikan berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi pada gonad. Digunakannya

Kesteven dalam penentuan Tingkat Kematangan Gonad pada ikan dikarenakan isi

lebih spesifik. Dimana maksudnya adalah mewakili keadaan tahap-tahap

perkembangan kematangan gonad.

Bagaimana cara melihat seksualitas, tingkat kematangan gonad pada ikan,

beserta fekunditas pada telur ikan sehingga dapat menentukan jenis kelamin ikan

tersebut. Hal ini akan dibahas pada laporan kali ini.


3

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal jenis kelamin individu

ikan, untuk mempermudah mengetahui perkembangan gonad dan

membandingkan antara ikan yang belum matang gonad dengan yang sudah

matang gonad, antara ikan yang belum dewasa dengan yang sudah dewasa, antara

ikan yang belum bereproduksi dengan ikan yang telah bereproduksi, untuk

mengetahui batasan fekunditas secara umum baik dibidang budidaya ataupun

dibidang biologi perikanan.

Manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana dan apa

saja organ-organ yang digunakan dalam sistem reproduksi seperti testes,

ovari,mengetahui apakah ikan tersebut berkelamin jantan atau betina, agar

mahasiswa dapat mengetahui berbagai metode yang dipakai untuk menentukan

jumlah fekunditas dan juga dapat melihat nilai fekunditas yang berfariasi antara

speies ikan.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada prinsipnya, seksualitas hewan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu

jantan dan betina. Begitu pula seksualitas pada ikan, yang dikatakan ikan jantan

adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma, sedangkan ikan betina

adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu populasi terdiri dari

ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut disebut populasi

heteroseksual, bila populasi tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka

disebut monoseksual. Namun, penentuan seksualitas ikan di suatu perairan harus

berhati-hati karena secara keseluruhan terdapat bermacam-macam seksualitas ikan

mulai dari hermaprodit sinkroni, protandri, protogini, hingga gonokorisme yang

berdiferensiasi maupun yang tidak (Enggar Patriono : 2010).

Pada dasarnya sifat seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua yaitu :

I. sifat seksual sekunder yang bersifat sementara, hanya muncul pada waktu

musim pemijahan saja. Misalnya “ovipositor”, yaitu alat yang dipakai untuk

menyalurkan telur ke bivalvia, adanya semacam jerawat di atas kepalanya

pada waktu musim pemijahan. Banyaknya jerawat dengan susunan yang khas

pada spesies tertentu bisa dipakai untuk tanda menentukan spesies, contohnya

ikan Nocomis biguttatus dan Semotilus atromaculatus jantan.

b) Sifat seksual sekunder yang bersifat permanen atau tetap, yaitu tanda ini tetap

ada sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan

hitam pada ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium pada Gambusia affinis,

clasper pada golongan ikan Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada
5

ikan Lebistes, Beta dan ikan-ikan karang, ikan Photocornycus yang berparasit

pada ikan betinanya dan sebagainya (Enggar Patriono : 2010).

Biasanya tanda seksualitas skunder itu terdapat positif pada ikan jantan

saja. Apa bila ikan jantan tadi dikastrasi (testisnya di hilangkan), bagian yang

menjadi tanda sekunder menghilang, tetapi pada ikan betina tidak menunjukkan

sesuatu perubahan. Sebaliknya tanda bulat hitam pada ikan Amia betina akan

muncul pada bagian ekornya seperti pada ikan Amia jantan apabila ovariumnya

dihilangkan. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari hormon yang dikeluarkan

mempunya peranan pada tanda seksual sekunder, sedangkan tanda hitam pada

ikan amia menunjukkan bahwa hormon yang dikeluarkan oleh ikan betina

menjadi penghalang timbulnya tanda bulatan hitam (Safran Makmur : 2006).

Pada sebagian besar ikan, betina dan jantan merupakan individu

terpisah.Akan tetapi, pada beberapa family seperti Sparidae dan Serrinadae jantan

dan betinanya bisa terdapat pada satu invidu sehinga mereka dapat melakukan

pembuahan sendiri.Fenomena ini dikenal sebagai Hermaphroditic. Pada

Hermaphroditic, telur dan sperma sama-sama dihasilkan (baik pada waktu sama,

maupun berbeda), selanjutnya mereka kawin dengan jenis hermaprodit lainnya.

Pembuahan sendiri secara eksternal bisa terjadi pada ikan hermaphrodit yang akan

mengeluarkan telur dan sperma secara simultan. Pada jenis hermaphrodit yang

lain pembuahan internal sendiri juga dapat berlangsung ( Satrimandala : 2013).

Teleostei dan beberapa elasmobranch melakukan komunikasi dengan

sinyal kimia untuk mengontrol fertilitas, koordinasi seksualdan koordinasi tingkah

laku seksual. Pada beberapa spesies, ikan jantan tertarik untuk berintegrasi dengan

betina melalui bau. Steroid seks merupakan salah satu bahan kimia yang secara
6

spontan membangkitkan afinitas elektrik organolfaktori. Pada ikan mas misalnya,

jantan dewasa dapat membedakan ikan betina matang gonad melalui feromon

yang terkandung dalam cairan ovary yang dilepaskan sesaat setelah ovulasi.

Substansi daya tarik dari gonad umumnya bersumber dari feromon seks yang

terlarut dalam air. Selain itu, ikan-ikan betina yang siap memijah biasanya akan

mengeluarkan pheromone atau bau-bauan tertentu sehingga menarik kehadiran

ikan jantan ( Nasriani : 2013).

Nikolsky dalam Effendi (2002) menyatakan bahwa menggunakan tanda

utama untuk membedakan kematangan gonad berdasarkan berat gonad. Secara

alamiah hal ini berhubungan dengan ukuran dan berat tubuh ikan keseluruhannya

atau tanpa berat gonad. Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan 2 cara,

yang pertama cara histologi dilakukan di laboratorium dan yang kedua dengan

cara pengamatan morfologi. Cara histologi perkembangan gonad dilakukan

dengan cara anatomi, sedangkan pada morfologi ialah dilihat bentuk, ukuran,

panjang, berat, warna, dan perkembangan isi gonad. Perkembangan gonad ikan

betina lebih banyak diperhatikan karena perkembangan diameter telur pada ikan

betina lebih mudah dilihat daripada sperma yang terdapat di dalam testis ikan

jantan.

Akibat adanya perbedaan kecepatan pertumbuhan, maka ikan-ikan muda

yang berasal dari telur yang menetas pada waktu yang bersamaam akan mencapai

tingkat kematangan gonad pada umur yang berlainan. Ukuran ikan jika pertama

kali matang gonad tidak selalu sama, disebabkan antara lain oleh suhu air dan dan

ketersediaan pakan ( Atmaja : 2005).


7

Gonad adalah organ reproduksi yang berfungsi menghasilkan sel kelamin

(gamet). Gonad yang terdapat pada tubuh ikan jantan tersebut disebut testes yang

berfungsi menghasilkan spermatozoa, sedangkan yang terdapat pada individu ikan

betina disebut ovari berfungsi menghasilkan telur. Selanjutnya dikatakan juga

bahwa gonad yang terdapat didalam tubuh mengalami perkembangan dari bentuk

sehelai benang yang berisi cairan bening kemudian berkembang dan membesar

sesuai dengan kapasitas rongga perut yang dimiliki individu ikan. Perkembangan

gonad ini dipengaruhi oleh adanya perkembangan gamet yang diproduksi oleh

gonad itu sendiri. Semakin matang gonad suatu individu ikan maka semakin besar

bentuk dan berat gonad serta tubuh individu ikan ( Pulungan et. Al : 2006 ).

Informasi mengenai besarnya fekunditas dari suatu spesies merupakan

salah satu indikator untuk menduga besar potensi reproduksinya (Reproductive

Potential). Mengenai hubungan panjang dan fekunditas beberapa jenis ikan

menyimpulkan bahwa pada dasarnya bila data panjang dan fekunditas diplotkan

dalam bentuk regresi, maka mempunyai kecenderungan slope yang sama yaitu

hubungan positif. Namun terjadi variasi yang besar pula pada fekunditas

persatuan ukurannya ( Effendi : 2003 ).

Fekunditas ikan juga berhubungan dengan studi dinamika populasi, sifat-

sifat rasial, produksi dan persoalan stok-rekruitmen. Arti fekunditas secara tidak

langsung kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan

menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Jumlah telur

yang dikeluarkan merupakan satu mata rantai penghubung antara satu generasi

dengan generasi berikutnya, tetapi secara umum tidak ada hubungan yang jelas

antara fekunditas dengan jumlah telur yang dihasilkan.


8

Faktor-faktor lain yang memegang peranan penting dan sangat erat

hubungannya dengan strategi reproduksi dalam rangka mempertahankan

kehadiran spesies itu di alam. Fekunditas juga merupakan suatu subjek yang dapat

menyesuaikan dengan bermacam-macam kondisi terutama dengan respons

terhadap makanan ( Lesmana 2001).


9

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Biologi Perikanan mengenai “Pengenalan jenis ikan dan

identifikasi, Seksualitas Ikan, Tingkat Kematangan Gonad, Fekunditas dan

Diameter Telur” dilaksanakan pada tanggal 04 November 2019 pukul 10.00-

Selesai. Bertempat di Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan

Kelautan Universitas Riau.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 25 ekor ikan tambakan

(Helostoma temmincki) dan larutan formalin. Sedangkan alat yang digunakan

adalah gunting bedah, nampan, kalkulator, alat tulis, mikroskop, timbangan,

kertas label, objek glass, cover glass, dan wadah untuk menyimpan gonad, saluran

pencernaan dan otolith.

3.3. Metodologi Praktikum

Metode yang digunakan dalam pratikum ini adalah metode dengan

pengamatan langsung terhadap objek praktikum yang diamati.

3.4. Prosedur Praktikum

Prosedur praktikum yaitu ikan diletakkan didalam nampan yang telah

disediakan, kemudian ukur TL, SL, HdL dan BdH, timbang masing-masing berat

ikan tersebut, setelah ditimbang ikan dibedah dan dikeluarkan gonadnya serta

ditentukan TKG dan jenis kelaminnya.

Untuk menentukan fekunditas dan diameter telur ovari dibagi menjadi tiga

yaitu dibagian kiri atas, tengah kanan , dan kiri bawah. Bagian-bagain tersebut
10

kemudian ditimbang dari masing-masing bagian sampai angka ditimbangan

menunjukkan angka 0,03 gram. Setelah itu ukur diameter telurnya dengan

menggunakan mikroskop yang telah dipasang lensa mikrookuler.


11

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Klasifikasi Ikan Tambakan (Helostoma temmincki)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Upaordo : Anabantoidei

Famili : Helostomatidae

Genus : Helostoma

Spesies : Helostoma temminckii

Gambar 1. Ikan Tambakan (Helostoma temmincki)


12

Gambar 2. Gonad Ikan Tambakan (Helostoma temmincki)

Tabel 1. Pengukuran Morfometrik Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)

No Ikan TL SL HDL BDH JK BT BG TKG IKG


(gr) (%)
1 H. 15,3 11,5 3,5 5 J 44 1,63 III 3,70
temmincki
2 H. 13 10 3,3 4,8 J 36 1,43 III 3,97
temmincki
3 H. 15 11,7 4 6 B 54 5,6 IV 10,37
temmincki
4 H. 13,5 10,5 3,7 5 B 47 7,68 II 16,34
temmincki
5 H. 13,2 10 3,3 4,6 J 41 1,99 II 4,85
temmincki
6 H. 11,5 9 3 4,5 B 31 2,13 III 6,87
temmincki
7 H. 19 15 5 7 J 149 24,6 IV 16,57
temmincki
8 H. 16 12 4 5 B 66 3,37 IV 5,10
temmincki
9 H. 14 11 3,8 5 J 56 7,03 IV 12,55
temmincki
10 H. 13,5 10,5 3,5 5,5 J 57 1,37 III 2,29
temmincki
11 H. 14 10 4 5 J 52 1,46 III 2,61
temmincki
12 H. 14,5 11 3,5 6 B 58 6,59 IV 11,36
temmincki
13 H. 17,4 13,4 4 6,2 B 106 15,5 IV 14,65
temmincki
14 H. 16 12,8 4 6,1 B 92 7,41 II 8,05
temmincki
15 H. 15,4 12,5 3,8 5,2 B 73 8,18 III 11,20
temmincki
16 H. 21 17 5 9 B 202 35,3 IV 17,44
13

temmincki
17 H. 17 13 4 7 B 120 20,2 IV 16,87
temmincki
18 H. 21 12 4 6,5 B 97 15,3 IV 15,77
temmincki
19 H. 16 12,5 4,5 6 J 68 1,97 III 2,89
temmincki
20 H. 15,5 11,5 4 5 J 59 1,43 III 2,42
temmincki
21 H. 14,8 11,2 3,9 4,8 J 50 1,11 III 2,22
temmincki
22 H. 14,4 11,5 3,5 5 J 52 2,24 III 4,30
temmincki
23 H. 14 11 4 6 B 54 7,41 IV 13,79
temmincki
24 H. 14 11,5 4,5 6 J 58 1,40 III 2,41
temmincki
25 H. 14 11 3 5 J 57 2,63 IV 4,61
temmincki

Tabel 2. Tabel Sexualitas

Ciri-Ciri Sexualitas Ikan A (jantan) Ikan B (betina)

Primer  Bentuk testes  Ukuran ovari besar


tidak terlalu besar  Warna ovari orange
 Warna testes  Terdapat butiran telur
warna putih susu
Sekunder  Ukuran tubuh:  Ukuran : HDL 3,8, SL
HDL 4, BDH 5, 11, TL 14, BDH 5
SL 12, TL 16  Ujung sirip punggung
 Bentuk abdomina lebih kecil
lonjong  Abdominal bulat
 Jumlah lubang  Jumlah lubang genital
genital 2 2
 Bentuk lubang  Bentuk lubang genital
genital oval oval
 Bentuk ujung  Warna tubuh tidak
sirip punggung sehitam jantan
lebih besar dan  Warna sirip punggung
hitam dari betina tidak sehitam jantan
 Warna badan  Sirip dada dan perut
lebih hitam tidak sehitam jantan
 Sirip punggung
lebih hitam
 Warna dasar sirip
14

perut dan dada


lebih hitam

Tabel 3. Ukuran Diameter Telur dengan perbesarn 4x10 (0,025 mm)

NO Anterior Kiri Tengah Kanan Posterior Kiri


(mm) (mmt) (mm)
1. 30 mm 35 mm 30 mm
2. 35 mm 30 mm 40 mm
3. 35 mm 35 mm 40 mm
4. 40 mm 32 mm 40 mm
5. 40 mm 30 mm 25 mm
Total 180 mm 162 mm 185 mm

4.2 Pembahasan

4.2.1. Ikan Tambakan (Helostoma temmincki)

Ikan tambakan (H. temmincki) merupakan salah satu ikan air tawar yang

cukup digemari di kalangan masyarakat, baik yang dikonsumsi dalam bentuk

kering (ikan asin) maupun dalam keadaan segar. Produksi ikan tambakan saat ini

masih bergantung dari hasil tangkapan di alam, sedangkan untuk pemeliharaan

dalam wadah yang terkontrol belum banyak dilakukan oleh petani. Ikan tambakan

sangat potensial untuk dibudidayakan karena mempunyai beberapa keunggulan

seperti kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perairan yang kadar oksigen

terlarutnya rendah dan tergolong dalam kelompok ikan yang mempunyai nilai

fekunditas tinggi (Efriyeldi dan Pulungan : 1995 dalam Joko et al: 2013).

4.2.2. Pengukuran Morfometrik Ikan

Hasil pengukuran terhadap 25 ikan sampel di dapatlah TL berkisar antara 11,5

– 19 cm, SL antara 9 - 17 cm, HDL berkisar 3 – 5 cm, BDH antara 4,6 – 9 cm,

berat tubuh bervariasi mulai 31 gram hingga 202 gram. 13 ekor ikan sampel

berjenis kelamin jantan dan 12 ekor berjenis kelamin betina. Berat gonad berkisar
15

antara 1,11 hingga 35,3 gram. Tingkat Kematangan Gonad beragam mulai dari

TKG II hingga TKG IV. Indeks Kematangan Gonad beragam pula mulai dari 2,22

% - 17,44 %.

Tingkat kematangan gonad merupakan pengelompokan kematangan gonad

ikan berdasarkan perubahan-perubahan yang terjadi pada gonad. Digunakannya

Kesteven dalam penentuan Tingkat Kematangan Gonad pada ikan dikarenakan isi

lebih spesifik. Dimana maksudnya adalah mewakili keadaan tahap-tahap

perkembangan kematangan gonad.

Gonad yang berkembang didalam tubuh individu ikan akan mempengaruhi

berat tubuh. Individu-individu ikan yang sudah matang gonad sempurna berat

testes mempengaruhi pertambahan berat tubuh ikan jantan sekitas 10-15%, betina

15-25%, kecuali pada ikan vivipar dan ovovivipar pertambahan beratnya

mencapai 35-50% (Ridwan : 2015).

4.3.3. Penampakan Ciri Seksual Sekunder

Sifat seksual ikan merupakan sifat biologis dari suatu ikan untuk

melakukan suatu proses reproduksi itu sendiri ada yang besifat hermaprodit yaitu

bila dalam tubuhnya terdapat jaringan ovarium yang sebagai penentu indvidu

betina dan terhadap juga testis sebagi penentu indvidu jantan. Keduanya terdapat

dalam satu organ dan letaknya seperti letak gonad indvidu normal.

Sifat seksual sekunder yang bersifat permanen atau tetap, yaitu tanda ini

tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan

hitam pada ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium pada Gambusia affinis,

clasper pada golongan ikan Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada ikan
16

Lebistes, Beta dan ikan-ikan karang, ikan Photocornycus yang berparasit pada

ikan betinanya dan sebagainya ( Enggar Patriono : 2010 ).

Dari hasil pengamatan saya bahwa pada gonad ikan jantan berwarna putih

dan pada gonad betina berwarna kuning kemerahan. Ukuran tubuh ikan jantan

lebih kecil dari ikan betina. Bentuk tengkuk pada kepala pada ikan jantan agak

datar sedangkan pada ikan betina agak cekung. Permukaan kepala ikan jantan

kasar sedangkan betina halus. Jumlah lubang genital jantan dan batina yaitu 1

buah. Bentuk ujung sirip punggung pada ikan jantan membulat sedangkan pada

ikan betina meruncig. Bentuk abdominal ikan jantan sempit dan betina lebar.

Warna badan ikan jantan lebih gelap dari pada warna badan ikan betina.

Sedangkan warna pada sirip punggung dan ekor pada ikana jantan gelap dan

betina agak terang. Garis warna pada sirip ekor dan badan pada ikan jantan gelap

sedangkan pada ikan betina agak terang. Warna noktah pada batang ekor ikan

jantan hitam pekat sedangkan pada ikan betina agak terang.Warna pada dasar sirip

dada dan sirip perut pada ikan jantan terang sedangkan pada ikan betina gelap dan

ada yang agak kemerahan.

4.2.2 Fekunditas dan Diameter Telur

Pada ovary terdapat tiga bagian yaitu anterior, tengah, dan posterior. Bagian

diambil sampelnya seberat 0,03 gram adalah anterior kiri, tengah kanan, dan

posterior kiri. Butir telur pada anterior kiri dengan diameter 30 mm hingga 40

mm, butir telur pada tengah kanan dengan diameter 30 mm hingga 35 mm, butir

telur pada posterior kanan diameter 25 mm hingga 40 mm.


17

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan praktikum, dapat disimpulkan bahwa seksualitas pada

ikan terbagi menjadi dua, yaitu Jantan ditandai dengan adanya testes dan Betina

ditandai dengan adanya ovari. Seksualitas ini dapat pula ditentukan dengan

penampakan ciri seksual sekunder dimorfisme dan dikromatisme. Tingkat

kematangan gonad pada 25 Ikan sampel juga beragam ada yang TKG II dan TKG

IV.

Nilai fekunditas juga sangat bervariasi dikarenakan tingkat kematangan

gonad yang tidak sama dan dapat diketahui bahwa ikan Tambakan ini setiap kali

melakukan pemijahan dapat menghasilkan jumlah larva yang cukup tinggi.

5.2. Saran

Agar pada setiap praktikum tidak terlalu banyak menggunakan ikan

sampel dikarenakan materi yang banyak sementara waktu praktikum terbatas.

Selain itu sarana untuk mendukung pelaksanaan praktikum seperti timbangan dan

mikroskop di tambah lagi jumlahnya agar praktikan tidak kesulitan dalam

pengamatan dan pengukuran.


18

DAFTAR PUSTAKA

Atmaja. 2005. Identifikasi Telur Ikan di Budidaya Ikan Gabus di Pemerdayaan


Hasil Perairan Jawa Tengah. Majalah ilmu kelautan, 3(44).

Effendi. 2003. Metode pengukuran kualitas air. IPB: Bogor.

Joko et al. 2013. Pendederan Larva Ikan Tambakan (H. temmincki) dengan padat
tebar berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan.

Lesmana. D. 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya:
Jakarta.

Makmur, Safran. 2006. Fekunditas dan Diameter Telur Ikan Gabus ( channa
striata) di Daerah Banjiran Sungai musi Sumatra Selatan. Jurnal
Perikanan, VIII (2): 254-259.

Nasriani. 2013. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Tambakan (Helostoma


temminckii) di Perairan Umum Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten
Muaro Jambi. Biospecies, 9(1), hal 15-22.

Pulungan et al. 2006.PenuntunPraktikumIchthyologi Fakultas Perikanan dan Ilmu


Kelautan Universitas Riau: Pekanbaru

Patriono, Enggar. 2010.Fekunditas Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.)


di Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak. Jurnal Peneitian Sains,
13(3d) .

Ridwan. 2015. Karakteristik Reproduksi Ikan Endemik Rainbow Selebensis


(Telmatherina cerebensis Boulenger) di Danau Towuti JPPI. Sumber
Daya dan Penangkapan, 11(2)

Satrimandala. 2013. Dimorfisme seksual dan mikroanatomi ovarium ikan


endemik rono (Adrianichthys oophorus, Kottelat 1990) di Danau Poso
Sulawesi Tengah. Jurnal Iktiologi Indonesia, 13(1):55-65.
19

LAMPIRAN
20

Lampiran 1. Alat dan Bahan

Alat Tulis Ikan

Mikro Alkohol

Nampan Plastik

Gunting Bedah Kalkulator


21

Lampira 2. Analisis Perhitungan IKG

Indeks kematangan gonad didapatkan dengan rumus :

IKG = BG X 100%
BT

Keterangan : IKG = Indeks kematangan gonad

BG = berat gonad

BT = berat ikan

 IKG 1

IKG = 15,53/106 X 100%


= 14,65%
 IKG 2

IKG = 7,41/92X 100%


= 8,05%
 IKG 3

IKG = 8,18/73 X 100%


= 11,20%
 IKG 4

IKG = 35,32/220 X 100%


= 17,48%
 IKG 5

IKG = 20,25/120 X 100%


= 16,875%

Anda mungkin juga menyukai