Anda di halaman 1dari 36

RESUME TUTORIAL

SKENARIO 3 : MEKANISASI DAUR HIDUP


BLOK 2 : DAUR HIDUP

Oleh :
KELOMPOK J

Dimas Widyadhana B. A. (192010101005)


Amalia Safitri (192010101014)
Erika Neferia Laurentina (192010101025)
Annisya Adiratna Maharani (192010101046)
Gamas Namara Akbar (192010101063)
Alvitra Salmalia Syaharani (192010101093)
Arrum Rizky Andreani (192010101107)
Noor Samantha K. A. (192010101131)
Daffa Hafiz Ramadhan (192010101136)
Inas Gama Putri H. (192010101150)
Moch Harun Al-Rasyid (192010101155)

Dokter Pengampu :
dr. Nindya Shinta Rumastika, M.Ked., Sp..THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan resume skenario 3 yang berjudul
“Mekanisasi Daur Hidup” ini dengan baik tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang
telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan
resume skenario ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada pihak yang telah
memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga resume ini
bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.

Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang


penyusunan resume ini, namun kami menyadari bahwa dalam resume yang telah kami susun
ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran
serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya resume ini dengan baik.

Jember, 02 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii

I. SKENARIO ............................................................................................................................. 1

II. KLARIFIKASI ISTILAH ...................................................................................................... 2

1. Fisiologis ............................................................................................................................. 2

2. Yodium ............................................................................................................................... 2

3. Homeostasis ........................................................................................................................ 2

4. Anamnesis ........................................................................................................................... 2

5. Histopatologi ....................................................................................................................... 3

6. Surveilans............................................................................................................................ 3

7. Promotif .............................................................................................................................. 3

III. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................................... 4

IV. LEARNING OBJECTIVE ................................................................................................. 13

1. MEKANISASI DAUR HIDUP ..................................................................................... 13

2. HOMEOSTASIS DAN FISIOLOGI ............................................................................. 14

3. HISTOLOGI DASAR ................................................................................................... 19

4. PATOLOGI, DISEASE DAN ILLNESS ...................... Error! Bookmark not defined.

5. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI................................................................................. 25

6. PROMKES GAYA HIDUP .......................................................................................... 28

7. TATA LAKSANA WABAH ........................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 33

ii
I. SKENARIO

Seorang perempuan berusia 39 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan benjolan yang
makin besar di leher sejak 1 tahun yang lalu. Setelah pemeriksaan, dokter menjelaskan, benjolan
itu merupakan mekanisme fisiologis tubuh untuk mengatasi kondisi kekurangan yodium
sehingga mengganggu homeostasis. Dari anamnesis diketahui bahwa banyak tetangganya juga
mengalami penyakit yang serupa. Dokter memberi rujukan untuk pemeriksaan histopatologi.
Dokter juga melakukan surveilans untuk mengatasi masalah ini. Dan setelah beberapa hari
berikutnya, terlihat dokter telah mengadakan kegiatan promotif kesehatan untuk mencegah
penyakit itu agar tidak tambah meluas.

1
II. KLARIFIKASI ISTILAH

1. Fisiologis
 Fisiologi atau ilmu faal (dibaca fa-al) adalah salah satu dari cabang-cabang
biologi yang mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan. Istilah "fisiologi"
dipinjam dari bahasa Belanda, physiologie, yang dibentuk dari dua kata Yunani Kuno:
φύσις, physis, berarti "asal-usul" atau "hakikat" dan λογία, logia, yang berarti "kajian".
Istilah "faal" diambil dari bahasa Arab, berarti "pertanda", "fungsi", "kerja".
 Cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan atau zat hidup
(organ, jaringan, atau sel); ilmu faal.
 Sebuah cabang biologi yang berhubungan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan atau
materi hidup (seperti organ, jaringan, atau sel) serta fenomena fisika dan kimia yang
terlibat.

2. Yodium
Yodium (simbol kimia I, nomor atom 53) adalah unsur bukan logam yang termasuk
dalam golongan unsur kimia yang dikenal sebagai halogen. Pada manusia, kekurangan atau
kelebihan ion iodida dapat menyebabkan pembengkakan dan gangguan fungsi
kelenjar tiroid.

3. Homeostasis
 Kemampuan sistem atau organisme untuk menyesuaikan dengan lingkungan internal
untuk mempertahankan keseimbangan yang stabil; seperti kemampuan hewan
berdarah panas untuk menjaga suhu konstan.
 Homeostasis adalah pemeliharaan keseimbangan dalam suatu lingkungan internal
dalam menanggapi perubahan eksternal. Istilah ini berasal dari kata Yunani “homeo”,
yang berarti “sama”, dan “stasis”, yang berarti “stabil”.

4. Anamnesis
Anamnesis adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan antara dokter sebagai
pemeriksa dan pasien yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang penyakit yang
diderita dan informasi lainnya yang berkaitan sehingga dapat mengarahkan diagnosis
penyakit pasien.

2
5. Histopatologi
 Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi jaringan
dalam hubungannya dengan penyakit.
 Histopatologi adalah prosedur yang melibatkan pemeriksaan jaringan utuh yang
diambil melalui biopsi atau operasi di bawah mikroskop.

6. Surveilans
 Surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data
secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang
membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
 Surveilans kesehatan masyarakat merupakan proses pengumpulan data kesehatan yang
mencakup tidak saja pengumpulan informasi secara sistematik, tetapi juga melibatkan
analisis, interpretasi, penyebaran, dan penggunaan informasi kesehatan.
 Surveilans adalah untuk pencegahan dan pengendalian penyakit dalam masyarakat,
sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa
(KLB).

7. Promotif

Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan


pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan bersifat promosi kesehatan.
Sementara itu, pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap
suatu masalah kesehatan/penyakit.

3
III. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana prosedur atau cara anamnesis yang benar?

Yang perlu diperhatikan oleh dokter agar terjalin hubungan yang baik dengan pasien saat
anamnesis adalah :

a. Menyiapkan Tempat dan Suasana,


b. Menyiapkan Penampilan Dokter,
c. Memeriksa kartu dan data pasien,
d. Mendorong pasien untuk menceritakan keluhannya,
e. Menggunakan bahasa atau istilah yang dapat dimengerti atau menggunakan bahasa
pasien
f. Membuat catatan,
g. Memperhatikan pasiennya, dan
h. Menggunakan metode yang sistematis
Cara anamnesis yang baik dan sesuai sistematis adalah :

1. Mulai dengan identifikasi pasien


Identifikasi mulai dari nama, alamat, tanggal lahir, umur, pekerjaan, status
pernikahan.
2. Tanyakan keluhan utama pada saat pasien datang berobat
Keluhan yang disampaikan merupakan pernyataan singkat dari problem pasien.
Tanyakan juga pada pasien, mengapa ia datang ke dokter atau ke rumah sakit.
3. Lakukanlah anamnesis untuk menggali riwayat penyakit sekarang.

Tanyakan beberapa pertanyaan berikut.

a. Kapan mulai terjangkit penyakit ini? (Onset Penyakit)

b. Berapa kali merasakan sakitnya? (Frekuensi serangan, dua kali, tiga kali atau
lebih)

c. Dihitung dari skala 1 - 10, pada tingkat berapa sakit yang dirasakan? (Sifat
Serangan, Kronis atau Akut atau Intermitten)

d. Berapa lama mengidap penyakit ini? (Durasi)

e. Rasa sakit yang dirasakan seperti apa? (Sifat)

f. Dimana letak sakitnya, Apakah disitu saja atau berpindah pindah? (Lokasi)

4
g. Bagaimana sampai bisa terkena penyakit tersebut? (Perjalanan Penyakit)

h. Apakah sudah pernah berobat di tempat lain? Apa hasil yang dirasakan dari
pengobatan tersebut? (Riwayat pengobatan sebelumnya)

i. Tanyakan juga mengenai adanya gangguan fisiologis yang lain, seperti susah
tidur, banyak keringat, dll. (Hubungan dengan fungsi fisiologis yang lain)

j. Tanyakan juga mengenai akibat yang ditimbulkan dari penyakit tersebut, seperti
Apakah setelah mengidap penyakit ini anda dapat bekerja? (Akibat yang
timbul)

k. Tanyakan juga mengenai hal hal yang memperingan atau memperberat keluhan.
Contoh : Apakah pada saat duduk bapak merasakan sakit? (Faktor yang
mempengaruhi)

4. Lakukanlah anamnesis untuk menggali riwayat penyakit masa lalu

a. Tanyakan mengenai kemungkinan adanya riwayat penyakit sebelumnya.


Apakah pasien pernah mengalami gejala atau penyakit yang sama atau keluhan
yang mirip dengan yang sekarang.
b. Tanyakan juga mengenai kemungkinan riwayat penyakit yang pernah diderita
dengan melihat diagnosis banding penyakit yang sekarang.
c. Tanyakan juga mengenai kemungkinan pasien menderita penyakit yang serius
di masa lalu, Perhatikan kalau pasien pernah rawat inap di Rumah Sakit, serta
tindakan apa yang pernah dialami di Rumah Sakit.
d. Tanyakan juga mengenai alergi obat dan imunisasi sebelumnya.
5. Lakukanlah anamnesis untuk menggali riwayat kesehatan keluarga

a. Apakah ada anggota keluarga yang menderita sakit yang sama atau sakit yang
lainnya. Pertanyaan mengenai anggota keluarga ialah seputar sakit yang
diderita, penyebab kematian, usia, dimana tinggalnya, bagaimana kehidupan
mereka. Disini termasuk orangtua, kakek nenek, pasangan, paman bibi, anak,
cucu.

b. Beberapa penyakit dapat diturunkan oleh keluarga. Oleh karena itu galilah
kemungkinan adanya penyakit yang sama yang diderita oleh anggota keluarga
lain.

5
c. Beberapa penyakit menular dapat ditularkan dengan mudah kepada pasien.
Oleh karena itu tanyakan seberapa dekat atau sering bertemu dengan anggota
keluarga yang menderita penyakit tersebut.

6. Tanyakan mengenai kemungkinan adanya gangguan pada sistem tubuh (Anamnesis


Sistem) yang lain. Beberapa pertanyaan yang diajukan adalah:

a. Adakah Nyeri Kepala? Kejang? Demam? Lumpuh? (Berhubungan dengan


sistem syaraf)

b. Adakah gangguan makan/ nafsu makan? Mual? Muntah? Diare? (Berhubungan


dengan gastrointestinal)

c. Adakah gangguan kencing? (Berhubungan dengan sistem urogenital).

7. Memberikan Nasihat

Setelah memberikan anamnesis dan ditunjang dengan pemeriksaan fisik serta


penjelasan mengenai penyakit yang diderita pasien, Saatnya untuk dokter
memberikan nasehat. Tujuan memberikan nasihat adalah agar penyakit yang
diderita pasien sembuh, mendukung kesembuhan pasien, dan tidak menjadikan
penyakit tersebut lebih parah (Mencegah terjadinya keparahan). Beberapa hal
yang perlu diperhatikan, saat memberikan nasihat adalah:

a. Sikap harus tetap sama dengan anamnesis

b. Jagalah hubungan baik dengan pasien

c. Mulai memberi nasihat yang relevan dengan penyakit yang diderita.


Berilah nasihat dengan lafal dan isi yang jelas. Contoh: “Sebaiknya ibu
mengurangi kegiatan di luar rumah. Banyak istirahat di rumah saja, dan
cobalah untuk menambah jam tidur.”.

d. Gunakan bahasa yang sesuai dengan latar belakang serta usia pasien.

e. Penguasaan materi mengenai pencegahan primer, pencegahan sekunder,


dan pencegahan tersier sangat diperlukan agar dalam memberikan nasihat
dapat ditangkap oleh pasien.

8. Melakukan Cross-check

6
Cross-check sangat diperlukan karena dengan adanya cross-check dokter
tidak salah dan keliru dalam menangkap pembicaraan pasien. Cross-check dapat
dilakukan dengan cara:

a. Lakukan Paraphrase. Ulanglah beberapa kalimat yang ditanyakan pasien.


Contoh: “Nyeri itu bagaikan tersengat listrik, begitu ya pak? Bisa
diceritakan lebih lanjut serangannya sejak kapan saja?”

b. Pengulangan dapat dilakukan dengan seluruh kalimat bila diperlukan,


terutama bila menghadapi stagnasi (diam terlalu lama). Contoh: “Tadi
Bapak mengatakan sangat menderita akhir-akhir ini, mau kerja susah, mau
tidur susah,dapat diceritakan lebih lanjut pak? Sejak kapan bapak
merasakan hal tersebut?”.

c. Dilakukan pada akhir anamnesis dengan memberikan ringkasan data yang


telah diungkap pasien. “Jadi ibu sudah menderita nyeri di kepala sejak dua
tahun yang lalu, kumat-kumatan, dan sudah pernah diobati sendiri… dst”.

9. Memberikan umpan balik/feedback

Selain mendapatkan data yang diperlukan, seorang dokter juga perlu umpan
balik dari pasiennya. Umpan balik diperlukan agar dokter tau apakah sang pasien
mengerti atau tidak mengenai informasi atau keterangan yang diberikan. Cara
mendapatkan umpan balik diantaranya sebagai berikut:

a. Bila dokter mengajukan pertanyaan dan respon pasien mengerutkan dahi


maka pasien tidak paham dengan pertanyaan sang dokter. Hal yang perlu
ditanyakan: “Apakah Bapak kurang jelas dengan pertanyaan saya?” Bila
jawabannya “Iya” cobalah bertanya kembali. Gunakan bahasa yang
sederhana dan singkat.

b. Setelah memberikan nasihat dan informasi, beri kesempatan pada pasien


untuk bertanya, adakah informasi atau nasihat yang kurang jelas?

c. Umpan balik dapat diberikan kepada pasien setelah anamnesis. Tanyakan


kepada pasien apakah ada hal-hal yang kurang jelas atau pertanyaan yang
kurang jelas.

10. Membuat Catatan

7
Sebuah catatan sangatlah penting, dikarenakan dengan membuat catatan kita
lebih mudah dalam mengingat wawancara yang telah dilakukan. Karena kita tidak
dapat mengingat semua wawancara yang telah dilakukan tanpa catatan. Namun
hal yang perlu diperhatikan dari membuat catatan ialah, kita jangan sampai
membuat jarak dengan pasien, tetaplah menjaga kontak mata dengan pasien.
Apabila pasien mengutarakan hal yang penting letakkan alat tulis anda dan
hentikan sementara kegiatan mencatat. Jelaskan pada pasien bahwa tulisan yang
dibuat adalah rekam medik yang berguna untuk perawatan selanjutnya jika ada
pasien yang terganggu dengan kegiatan mencatat anda.

2. Apa tujuan anamnesis?

Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan semua informasi dasar mengenai sakit pasien
sehingga dapat dibuat diagnosis. Anamnesis lebih terkait dengan Illness, sakit yang merupakan
ekspresi penyakit seseorang. Pengalaman masa lalu, Kepribadian, keluarga, pekerjaan,
kebiasaan, dan keinginan dapat mempengaruhi ekspresi sakit. Anamnesis juga dapat membantu
dokter dalam menegakkan diagnosa sementara terhadap penyakit yang diderita serta dapat
menambah hubungan baik antara dokter dan pasien.

3. Apa hubungan umur dengan hasil anamnesis?

Umur merupakan hal penting karena dapat digunakan untuk menentukan dosis obat. Juga
dapat digunakan untuk memperkirakan kemungkinan penyakit yang diderita. Beberapa
penyakit khas untuk penyakit tertentu, misalnya pasien dengan keluhan sesak yang
berhubungan dengan gangguan pernafasan, pada umur tua banyak disebabkan oleh PPOK,
sedangkan pada umur muda lebih dipikirkan bahwa penyebab penyakit adalah asma. Selain itu,
untuk anak-anak yang masih belum bisa dilakukan anamnesis dengan benar, untuk
mendapatkan diagnosisnya dapat dilakukan melalui heteroanamnesis dengan orangtuanya.

4. Apa keterkaitan homeostasis dengan gejala yang dialami oleh pasien?

Homeostasis merupakan keadaan keseimbangan pada tubuh. Jika terjadi gangguan pada
homeostasuis maka tubuh akan berusahamelakukan suatu aktivitas untuk mempertahankannya.
Contohnya pada kasus ini ketika terjadi kekurangan yodium, maka kelenjar tiroid bekerja lebih
keras daripada biasanya yang memberikan dampak yairtu terjadinya pembengkakan.

5. Apa saja yang dapat dilakukan untuk menjaga homeostasis tubuh?

Yang dapat dilakukan untuk menjaga homeostasis adalah :

a. Menjaga fungsi normal tubuh dengan cara olahraga,


8
b. Menjaga pola makan yang sehat,
c. Menghindari makanan yang dapat mengganggu fungsi tubuh,
d. Menjaga dari asap rokok dan miras,
e. Membiasakan Pola Hidup Sehat,
f. Mempertahankan kadar-kadar Cairan Ekstra Seluler (CES)
g. Meminum air putih 8 gelas per hari
h. Melakukan istirahat yang cukup
6. Apa saja strategi dan jenis promkes?

Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2007: 23), promosi kesehatan adalah proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Hal ini berarti bahwa promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan
pengetahuan, sikap, dan praktik kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki
lingkungan (baik fisik maupun nonfisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka. Dalam hal ini, promosi kesehatan bukan hanya penyadaran masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tapi juga disertai
upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku.

Strategi promosi kesehatan menurut WHO:

Advokasi Kesehatan

Upaya pendekatan kepada pimpinan atau pengambil keputusan agar dapat memberikan
dukungan kemudahan atau semacamnya dalam upaya pembangunan kesehatan.

Bina Suasana

Upaya yang dilakukan agar situasi yang kondusif(mendukung) untuk menunjang


pembangunan kesehatan sehingga masyarakat terdorng untuk melakukan program yang
terlah disosialisasikan.

Gerakan Masyarakat

Upaya untuk mendirikan individu/kelompok agar berkembang kesehatan dan


kemauannya di bidang kesehatan secara produktif.

Jenis Metode Promosi Kesehatan

Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi, Sasaran


yangndicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi.

1. Berdasarkan Teknik Komunikasi


9
a. Metode penyuluhan langsung.

Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran.
Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai
desa, pertemuan di Posyandu, dll.

b. Metode yang tidak langsung.

Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan
sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Umpamanya publikasi
dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukan film, dsb.

2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai

a. Pendekatan PERORANGAN

Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan
sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain

b. Pendekatan KELOMPOK

Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok sasaran.


Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain : Pertemuan,
Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain

c. Pendekatan MASAL

Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada sasaran


yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan ini adalah :
Pertemuan umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya,
Pemutaran film, dll

3. Berdasarkan Indera Penerima

a. Metode MELIHAT/MEMPERHATIKAN.

Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti : Penempelan
Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film

b. Metode PENDENGARAN.

Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar, umpamanya :
Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll

c. Metode “KOMBINASI”.
10
Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar,dicium, diraba dan dicoba)

7. Apa saja macam-macam penularan penyakit?

Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan atau berpindah dari orang
yang sakit ke orang yang sehat atau belum terkena penyakit menular tersebut. Penularan
penyakit tersebut dapat terjadi baik melalui perantara maupun secara langsung.

1. Media Langsung dari Orang ke Orang (Permukaan Kulit)


Jenis Penyakit yang ditularkan antara lain: penyakit kelamin, rabies, trakoma,
skabies, erisipelas, antraks, das-gangren, infeksi luka aerobik, penyakit pada kaki
dan mulut. Pada penyakit kelamin seperti GO, sifiis, dan HIV, agen penyakit
ditularkan langsung dan seorang yang infeksius ke orang lain melalui hubungan
intim.
2. Melalui Media Udara Penyakit
Penyakit yang dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak
langsung melalui udara pernapasan disebut sebagai air borne disease. Jenis Penyakit
yang ditularkan antara lain: TBC Paru, varicella, difteri, influenza, variola, morbili
g, meningitis, demam skarlet, mumps, rubella, pertussis Cara pencegahan penularan
penyakit antara lain memakai masker, menjauhi kontak serta mengobati penderita
TBC yang sputum BTA-nya positif.
3. Melalui Media Air
Penyakit dapat menular dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung
melalui air. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai water
borne disease atau water related disease.
Penyakit yang berhubungan dengan air, dapat dibagi dalam empat kelompok
menurut cara penularannya:
a. Water borne mechanisme Kuman patogen yang berada dalam air dapat
menyebabkan penyakit pada manusia, ditularkan melalui mulut atau sistem
pencernaan. Contoh: kolera, tifoid, hepatitis virus, disentri basiler dan
poliomielitis.
b. Water washed mechanisme jenis penyakit water washed mechanism yang
berkaitan dengan kebersihan individu dan umum dapat berupa:
 Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak. nfeksi
melalui kulit dan mata, seperti skabies dan trakoma.
 Penyakit melalui gigitan binatang pengerat, seperti Ieptospirosis.

11
c. Water based mechanisme jenis penyakit dengan agen penyakit yang menjalani
sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai pejamu
intermediate yang hidup di dalam air. Contoh: skistosomiasis, Dracunculus
medinensis.
d. Water related insect vector mechanisme Jenis penyakit yang ditularkan melalui
gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air. Contoh: filariasis,
dengue, malaria, demam kuning (yellow fever).

12
IV. LEARNING OBJECTIVE

1. MEKANISASI DAUR HIDUP

B. DAUR HIDUP MANUSIA

Menurut American Journal of Clinical Nutrition, rentang hidup manusia, atau panjang waktu
maksimum yang mungkin untuk kehidupan manusia, adalah 130 tahun.

Sepanjang siklus hidup manusia, tubuh terus berubah dan melewati periode yang berbeda yang
dikenal sebagai tahapan. Tahapan utama dari siklus hidup manusia didefinisikan sebagai
berikut:

1. Kehamilan. Perkembangan zigot menjadi embrio dan kemudian menjadi janin dalam
persiapan untuk melahirkan.
2. Masa bayi. Bagian paling awal dari masa kanak-kanak. Ini adalah periode sejak lahir
hingga usia satu.
3. Balita tahun. Terjadi pada usia dua dan tiga dan merupakan akhir dari anak usia dini.
4. Masa kecil. Berlangsung sejak usia empat hingga delapan tahun.
5. Masa pubertas. Masa dari usia sembilan hingga tiga belas, yang merupakan awal dari
masa remaja.
6. Remaja yang lebih tua. Tahap yang berlangsung antara usia empat belas dan delapan
belas tahun.
7. Masa dewasa. Masa dari remaja hingga akhir kehidupan dan dimulai pada usia sembilan
belas.
8. Paruh baya. Masa dewasa yang membentang dari usia tiga puluh satu hingga lima puluh.
9. Tahun senior, atau usia lanjut. Perpanjang dari usia lima puluh satu sampai akhir
kehidupan.

Menurut American Institute, “ The 12 stages of the human life cycle “ by DR. Thomas
Amstrong

1. Prebirth
2. Kelahiran
3. Bayi (Usia 0-3)
4. Early Childhood (Ages 3-6)
5. Middle Childhood (Abad 6-8)
6. Late Childhood (Abad 9-11)
7. Adolescence (Ages 12-20)
13
8. Early Adulthood (Usia 20-35)
9. Midlife (Usia 35-50)
10. Dewasa Dewasa (Usia 50-80)
11. Late Adulthood (Usia 80+)
12. Death & Dying

2. HOMEOSTASIS DAN FISIOLOGI

A. HOMEOSTASIS

Homeostasis yaitu suatu kondisi stabil di dalam tubuh yang dibutuhkan untuk
keberlangsungan hidup. Homeostasis harus dipertahankan karena esensial bagi kehidupan dan
fungsi normal sel. Setiap sel, melalui berbagai aktivitas khusus masing-masing, memberi
kontribusi sebagai bagian suatu sistem tubuh untuk mempertahankan homeostasis. Hubungan
ini adalah dasar fisiologi.

1. Faktor-faktor yang diatur homeostasis


Banyak faktor dalam lingkungan internal harus dipertahankan secara homeostasis. Faktor-
faktor tersebut mencakup:

1. Konsentrasi nutrien. Sel-sel memerlukan pasokan molekul nutrien secara terus-


menerus untuk menghasilkan energi. Energi, nantinya, diperlukan untuk
14
menunjang berbagai aktivitas sel baik yang bersifat khusus maupun yang
mempertahankan kehidupan.
2. Konsentrasi O2 dan CO2. Sel-sel memerlukan O2 untuk melakukan reaksi kimia
pembentuk energi. CO2 yang dibentuk selama reaksi-reaksi ini harus dikeluarkan
sehingga CO2 pembentuk asam tidak meningkatkan keasaman lingkungan internal.
3. Konsentrasi zat sisa. Sebagian reaksi kimia menghasilkan produk-produk akhir
yang menimbulkan efek toksik pada sel tubuh jika produk toksik tersebut dibiarkan
berakumulasi.
4. pH. Perubahan pada pH cairan ekstraseluler (jumlah relatif asam) berpengaruh
buruk pada fungsi sel saraf dan merusak aktivitas enzim semua sel.
5. Konsentrasi garam, air, dan elektrolit lain. Karena konsentrasi relatif garam
(NaCl) dan air di cairan ekstrasel mempengaruhi seberapa banyak air yang masuk
atau keluar sel , konsentrasi keduanya diatur secara cermat untuk mempertahankan
volume sel. Sel tidak berfungsi normal jika membengkak atau menciut. Elektrolit-
elektrolit lain (zat-zat kimia yang membentuk ion dalam cairan dan menghantarkan
listrik) berperan dalam berbagai fungsi vital. Sebagai contoh, denyut jantung yang
teratur bergantung pada konsentrasi kalium (K+) yang relatif konstan di cairan
ekstrasel.
6. Volume dan tekanan. Komponen lingkungan internal yang bersirkulasi, plasma,
harus dipertahankan pada volume dan tekanan darah yang adekuat untuk menjamin
distribusi penghubung yang penting ini antara lingkungan eksternal dansel ke
seluruh tubuh.
7. Suhu. Sel-sel tubuh berfungsi optimal dalam kisaran suhu yang sempit. Jika sel
terlalu dingin, fungsi sel akan terlalu melambat dan yang lebih buruk lagi, jika sel
terlalu panas, protein-protein struktural dan enzimatik akan terganggu atau rusak.

2. Mekanisme homeostasis

Untuk menstabilkan faktor fisiologis yang sedang diatur, sistem kontrol homeostasis harus
mampu mendeteksi dan menahan perubahan. Kata umpan-balik merujuk pada respons yang
terjadi setelah terdeteksinya suatu perubahan. Pada umpan balik sendiri dibagi menjadi dua
yakni, umpan balik negatif dan umpan balik positif :

a. Umpan balik positif

Umpan balik positif adalah ketika respon terhadap suatu peristiwa meningkatkan
kemungkinan peristiwa untuk berlanjut. Sebuah contoh dari umpan balik positif adalah

15
produksi susu pada ibu menyusui. Bila bayi minum susu ibunya, hormon prolaktin, sinyal
kimia, dilepaskan. Semakin banyak bayi menyusu, semakin banyak prolaktin dilepaskan, yang
menyebabkan lebih banyak susu yang akan diproduksi. Contoh lain dari umpan balik positif
termasuk kontraksi selama persalinan. Ketika konstriksi dalam rahim mendorong bayi ke jalan
lahir, kontraksi tambahan terjadi.

b. Umpan balik negatif

Umpan balik negatif adalah respon untuk menormalkan kembali pengaturan di dalam
tubuh. Hampir semua kontrol homeostasis tubuh diatur dengan mekanisme umpan balik negatif.
Contohnya adalah pengaturan kadar gula darah. Ketika gula dalam aliran darah meningkat,
reseptor-reseptor dalam tubuh merasakan peningkatan ini. Kemudian mengirimkan sinyal agar
pankreas meningkatkan sekresi hormon insulin. Hormon insulin kemudian akan meningkatkan
laju absorpsi gula ke dalam sel sehingga konsentrasi gula dalam darah berkurang. Saat gula
darah sudah mencapai batas normal, sekresi insulin berhenti. Mekanisme yang hampir mirip
terjadi saat kadar gula dalam darah berada dibawah batas normal. Kesemuanya untuk
mempertahankan kadar gula yang normal dalam darah.

3. Sistem yang berkontribusi dalam homeostasis

Berikut adalah 11 sistem yang berkontribusi dalam mekanisme homeostasis tubuh :

1. Sistem sirkulasi adalah sistem transportasi yang membawa berbagai zat.


2. Sistem pencernaan, berfungsi menguraikan makanan menjadi molekul-molekul kecil
zat gizi yang dapat diserap ke dalam plasma untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.
3. Sistem respirasi (pernapasan), berfungsi mengambil O2 dari dan mengeluarkan CO2
ke lingkungan eksternal.
4. Sistem kemih, berfungsi mengeluarkan kelebihan garam, air, dan elektrolit lain dari
plasma melalui urin, bersama zat-zat sisa selain CO2.
5. Sistem rangka, berfungsi memberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan
organ-organ. Sistem ini juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium (Ca++).
6. Sistem otot, berfungsi menggerakan tulang-tulang yang melekat kepadanya. Sistem ini
memungkinkan individu mendekati makanan dan menjauhi bahaya. Panas yang dihasilkan
oleh kontraksi otot penting untuk mengatur suhu.
7. Sistem integumen, sebagai sawar protektif bagian luar yang mencegah cairan internal
keluar dari tubuh dan mikroorganisme asing masuk ke dalam tubuh. Sistem ini juga penting
dalam mengatur suhu tubuh.

16
8. Sistem imun, berfungsi mempertahankan tubuh dari serangan benda asing dan sel-sel
tubuh yang telah menjadi kanker. Sistem ini juga mempermudah jalan untuk perbaikan dan
penggantian sel yang tua atau cedera.
9. Sistem saraf adalah salah satu dari dua sistem pengatur(kontrol) utama tubuh. Sistem
ini sangat penting terutama untuk mendeteksi dan mencetuskan reaksi terhadap berbagai
perubahan lingkungan internal. Sistem ini juga bertanggung jawab atas fungsi lain yang
lebih tinggi yang tidak seluruhnya ditujukan untuk mempertahankan homeostasis.
10. Sistem endokrin adalah sistem kontrol utama lainnya. Sistem ini terutama penting
untuk mengontrol konsentrasi zat-zat gizi dan, dengan menyesuaikan fungsi ginjal,
mengontrol volume serta komposisi elektrolit lingkungan internal.
11. Sistem reproduksi, tidak esensial bagi homeostasis. sehingga tidak penting bagi
kelangsungan hidup individu, akan tetapi sistem ini penting bagi kelangsungan hidup suatu
spesies.
B. Cakupan dan Pentingnya Ilmu Fisiologi

Fisiologi menggunakan berbagai metode ilmiah untuk mempelajari biomolekul, sel,


jaringan, organ, sistem organ, dan organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan
kimiawinya untuk mendukung kehidupan. Fisiologi dibagi menjadi fisiologi tumbuhan dan
fisiologi hewan tetapi prinsip dari fisiologi bersifat universal, tidak bergantung pada jenis
organisme yang dipelajari. Misalnya, apa yang dipelajari pada fisiologi sel khamir dapat pula
diterapkan pada sel manusia. Fisiologi hewan bermula dari metode dan peralatan yang
digunakan dalam pembelajaran fisiologi manusia yang kemudian meluas pada spesies hewan
selain manusia. Fisiologi tumbuhan banyak menggunakan teknik dari kedua bidang ini.

Cakupan subjek dari fisiologi hewan adalah semua makhluk hidup. Banyaknya subjek
menyebabkan penelitian di bidang fisiologi hewan lebih terkonsentrasi pada pemahaman
bagaimana ciri fisiologis berubah sepanjang sejarah evolusi hewan. Cabang ilmu lain yang
berkembang dari fisiologi adalah biokimia, biofisika, biomekanika, dan farmakologi.

Bidang Fisiologi Bidang fisiologi Fisiologi memiliki beberapa subbidang:

1. Elektrofisiologi berkaitan dengan cara kerja saraf dan otot;


2. neurofisiologi mempelajari fisiologi otak;
3. fisiologi sel menunjuk pada fungsi sel secara individual.

Manfaat Ilmu Fisiologi

17
Didalam Fisiologi mempelajari tentang sistem-sistem organ tubuh manusia
dimana organ adalah organ kumpulan dua jaringan atau lebih yang bergabung dan
berfungsi sebagai pusat fisiologis khusus untuk aktivitas tubuh, setiap organ
menjalankan fungsi yang sangat kompleks,setiap organ tubuh terspesialisasi sebagai
pusat fungsional yang bertanggung jawab untuk aktifitas yang sangat penting yang tidak
dapat digantikan oleh organ-organ lain.
Gabungan beberapa organ yang bekerja sama untuk melakukan fungsi yang saling
berkaitan seperti sistem saraf,sistem rangka,sistem otot,sistem peredaran darah,sistem
pernapasan,sistem pencernaan,sistem endokrin,sistem reproduksi,sistem
ekskretoris,sistem integumen,dan sistem kekebalan tubuh. Jadi, didalam ilmu fisiologi
ini mempelajari dimana sistem-sistem organ tubuh manusia yang sangat saling berkaitan
satu satu sama lain.Dengan mengetahui struktur dan fungsi tubuh manusia,seorang
perawat profesional dapat makin jelas mendafsirkan perubahan yang terdapat pada alat
tubuh tersebut.
Dengan fisiologi kita dapat mengetahui fungsi, bentuk, ukuran, susunan tubuh
manusia karena dengan Pengetahuan Anatomi Fisiologi merupakan dasar yang sangat
penting dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan tugas utama seorang
perawat sesuai dengan profesinya.
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana sebuah organ hingga
jaringan bekerja sama mencapai suatu kondisi konstan yang disebut dengan
homeostasis. Fisiologi atau ilmu faal (dibaca fa-al) adalah salah satu dari cabang-cabang
biologi yang mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan. Istilah "fisiologi" dipinjam
dari bahasa Belanda, physiologie, yang dibentuk dari dua kata Yunani Kuno: φύσις,
physis, berarti "asal-usul" atau "hakikat" dan λογία, logia, yang berarti "kajian". Istilah
"faal" diambil dari bahasa Arab, berarti "pertanda", "fungsi", "kerja". Berikut ini adalah
suatu bagan yang menggambarkan cakupan ilmu fisiologi dengan ilmu lainnya:

18
3. HISTOLOGI DASAR

Histologi adalah ilmu tentang jaringan tubuh dan cara jaringan ini menyusun organ-organ. Akar
kata Yunani histo dapat diterjemahkan sebagai 'jaringan' atau 'jaring' karena kebanyakan
jaringan merupakan jaring filamen dan serat yang saling terjalin, baik selular maupun non-
selular, dengan lapisan membranosa. Histologi mencakup semua aspek biologi jaringan, yang
berfokus pada mekanisme susunan dan struktur sel dalam mengoptimalkan fungsi yang spesifik
untuk setiap or8an. jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi: sel dan
matriks ekstrasel. Jadi, sel dan matriks ekstrasel membentuk semacam kesatuan yang berfungsi
dan bereaksi terhadap rangsangan dan inhibisi secara bersama- sama. Setiap jaringan
fundamental tersebut dibentuk oleh beberapa jenis sel dan secara khas oleh asosiasi sel dan
matriks ekstrasel yang spesifik. Asosiasi yang khas ini mempermudah pengenalan sejumlah
besar subtipe jaringan oleh mahasiswa. Kebanyakan organ dibentuk oleh kombinasi beberapa
jenis jaringan kecuali susunan saraf pusat, yang hampir seluruhnya terdiri atas jaringan saraf.
Kombinasi yang tepat dari jaringan- jaringan tersebut memungkinkan berfungsinya setiap
organ dan organisme secara keseluruhan. Ukuran sel dan matriksnya yang kecil menyebabkan
histologi bergantung pada penggunaan mikroskop.

A. Pengamatan Jaringan dengan Mikroskop Cahaya

Mikroskopi cahaya konvensional serta mikroskopi fluoresensi, fase-kontras, interferens


diferensial, konfokaf dan polarisasi semua bekerja berdasarkan interaksi cahaya dengan
komponen jaringan dan dapat digunakan unfuk memperlihatkan dan mempelajari gambaran
jaringan.

B. Pengamatan Jaringan dengan Mikroskop Elektron

Mikroskop elektron transmisi dan mikroskop elektron pemindai bekerja berdasarkan interaksi
elektron dengan komponen jaringan. Panjang gelombang pada berkas elektron jauh Iebih
pendek ketimbang panjang gelombang cahaya sehingga memungkinkan peningkatan resolusi
ribuan kali lipat.

Persiapan Jaringan Untuk Pengkajian

1. Fiksasi
Untuk menghindari pencernaan jaringan oleh enzim di dalam sel ( autolisis) atau oleh
bakteri dan untuk mempertahankan struktur dan komponen molekul, potongan organ
harus segera diolah dengan tepat, sebelum atau secepat mungkin setelah organ diangkat
dari tubuh hewan.
19
Fiksasi dapat dilakukan secara kimia atau fisika, namun cara fisika jarang untuk
digunakan. Pada fiksasi kimiawi, jaringan biasanya direndam dalam larutan yang
menstabilkan atau dalam bahan pengikat yang disebut bahan fiksasi.
2. Pemendaman dan Pemotongan
Jaringan umumnya dipendam dalam medium padat untuk memudahkan pemotongan.
Untuk memperoleh sediaan yang tipis dengan mikrotom, jaringan harus diinfiltrasi
sesudah fiksasi dengan substansi pemendam yang memberi sifat padat pada jaringan.
Bahan pemendam meliputi parafin dan damar plastik. Parafin digunakan secara rutin
untuk mikroskop cahaya; damar plastik digunakan baik untuk mikroskop cahaya
maupun elektron.
3. Pemulasan
Agar dapat dipelajari di bawah mikroskop, sediaan biasanya harus dipulas atau diwarnai
karena kebanyakan jaringan tidak berwarna. Pewarna memulas berbagai unsur jaringan
, kurang lebih secara selektif. Kebanyakan pewarna ini bersifat sebagai senyawa asam
atau basa dan cenderung membentuk ikatan elektrostatik (garam) dengan radikal yang
dapat terionisasi di jaringan. Komponen jaringan dengan muatan netto negatif (anionik)
lebih mudah dipulas dengan pewarna basa dan disebut basofilik; komponen kationik,
seperti protein dengan banyak gugus amino terionisasi , memiliki afinitas untuk
pewarna asam dan disebut asidofilik.

Kultur Sel & Jaringan

Sel dan jaringan ditumbuhkan dalam larutan kompleks yang diketahui komposisinya (garam,
asam amino, vitamin) yang ditambahkan dengan komponen serum atau faktor pertumbuhan
yang spesifik. Dalam menyiapkan biakan dari jaringan atau organ, sel-sel harus diuraikan
terlebih dahulu secara mekanis atau enzimatis. Setelah diisolasi, sel dapat dikembangbiakkan
pada cawan petri tempat sel tersebut melekat, yang biasanya berupa selapis sel.

Histokimia & Sitokimia

Istilah histokimia dan sitokimia digunakan untuk menunjukkan metode penetapan lokasi
struktur sel dalam sediaan jaringan dengan menggunakan aktivitas enzimatik yang khas di
struktur tersebut.

Beberapa enzim yang dapat dideteksi secara histokimiawi adalah sebagai berikut:

1. Fosfatase mengurai ikatan antara gugus fosfatase dan residu alkohol dari molekul yang
terfosforilasi. Hasil reaksi fosfatase yang tidak larut dan berwarna, umumnya berupa
plumbum fosfat atau plumbum sulfida.
20
2. Dehidrogenase melepaskan satu hidrogen dari satu substrat dan memindahkannya ke
substrat yang lain. Seperti fosfatase, dehidrogenase berperan penting pada bebagai
proses metabolik. Dehidrogenase dideteksi secara histokimiawi dengan menginkubasi
sediaan jaringan yang tidak difiksasi dalam larutan substrat yang mengandung suatu
molekul yang menerima hidrogen dan mengendap sebagai senyawa berwarna yang
tidak larut.
3. Peroksidase yang terdapat dalam berbagai jenis sel, meningkatkan oksidasi substrat
tertentu dengan pemindahan ion hidrogen ke hidrogen peroksida yang membentuk
molekul air.

4. PATOLOGI, DISEASE DAN ILLNESS

PATOLOGI

DEFINISI
Patologi merupakan cabang bidang kedokteran yang mempelajari penyakit. Patologi
bertujuan untuk mengidentifikasi sebab suatu penyakit, yang akhirnya akan memberikan
petunjuk dasar pada program pengelolaan dan pencegahan penyakit tersebut.

CABANG ILMU
1. Histopatologi

Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit (menemukan dan mendiagnosis suatu
penyakit) dari hasil pemeriksaan jaringan.

2. Sitopatologi

Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit (menemukan dan mendiagnosis suatu
penyakit) dari hasil pemeriksaan sel tubuh yang didapat / diambil.

3. Hematologi

Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari kelainan dalam sediaan darah dan berbagai
komponen pembekuan darah.

4. Mikrobiologi

Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit infeksi dan organisme (mikroorganisme)
yang bertanggung jawab terhadap penyakit tersebut.

21
5. Imunologi

Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari pertahanan spesifik dari tubuh manusia.

6. Patologi Kimiawi

Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari dan mendiagnosis suatu penyakit dari hasil
pemeriksaan perubahan kimiawi jaringan dan cairan.

7. Patologi Genetik

Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari kelainan-kelainan kromosom dan gen.

8. Toksikologi

Bagian dari ilmu patologi yang mempelajari tentang racun dan segala aspeknya yang
berpengaruh terhadap tubuh manusia.

9. Patologi Forensik

Bagian dari ilmu patologi yang diaplikasikan untuk tujuan dan kepentingan hukum (misalnya
menemukan sebab kematian pada kasus kriminal).

10. Patologi bedah

Ilmu patologi yang dipelajari dari jaringan tubuh yang telah diambil.

11. Patologi otopsi

Patologi yang digunakan untuk menentukan berbagai factor yang menyebabkan kematian
seseorang.

RUANG LINGKUP
Pengetahuan tentang penyakit pada manusia berasal dari pengamatan terhadap penderita atau
dengan menganalogikan percobaan binatang dan pembiakan sel. Secara aplikasi kelimuan
tersebut Patologi dibagi menjadi dua: Patologi Klinis dan Patologi Eksperimental Ruang
lingkup:
1. Patologi klinis
Ilmu patologi yang lebih menekankan pada tangkat penyakitnya sendiri. Mempelajari lebih
mendalam tentang sebab, mekanisme, dan pengaruh penyakit terhadap organ / system organ
tubuh manusia.
2. Patologi eksperimental

22
Ilmu patologi yang melalkukan pengamatan atau observasi pengaruh perlakuan/ manipulasi
terhadap suatu sistem di laboratorium.

METODE BELAJAR
1. Gross Examination : Pemeriksaan suatu penyakit tanpa menggunakan alat bantu apapun,
mengamati secara kasar dan secara langsung.

2. Light Microscopy : Pemeriksaan suatu penyakit melalui pengamatan dan penelitian,


namun untuk penelitian sebatas hanya menggunakan mikroskop cahaya.

3. Immunochemistry : Pemeriksaan suatu penyakit yang disertai dengan melihat komposisi


kimia dalam sistem imun ketika suatu penyakit sukses merusak struktural maupun
fungsional tubuh.
4. Electron Microscopy : Pemeriksaan suatu penyakit melalui pengamatan dan penelitian
disertai dengan menggunakan mikroskop elektron, sehingga ketika terjadi sesuatu penyakit
dapat dilihat sel atau bagian sel yang diserang oleh agen penyakit tersebut.

DISEASE/PENYAKIT

Kondisi di mana seorang individu mengalami penyimpangan anatomi, fisiologi, dan atau
biokimia dari kondisi normal.

Akumulasi kecacatan yang disebabkan oleh agen berbahaya dan respons tubuh.

YANG PERLU DIKETAHUI DARI SEBUAH PENYAKIT

1. Definisi, pengertian dari suatu penyakit.


2. Epidemiologi, where and when the disease is occurring?
3. Etiologi, what is the cause of the disease?
4. Patogenesis, evolution of the disease, berupa urutan kejadian atas respons sel, jaringan,
atau organ, serta agen etiologis dari suatu rangsangan yang menimbulkan ekspresi
penyakit.
5. Morfologi, structural changes.
6. Konsekuensi fungsional, patofisiologis, perubahan fisiologi tubuh karena suatu
penyakit.
7. Manajemen,
a. Diagnosis,
23
b. Terapi,
c. Monitoring,
d. Edukasi.
8. Prognosis, hasil akhir yang dapat diperkirakan dari suatu penyakit dari berbagai
kemungkinan yang mungkin terjadi dari suatu penyakit.
9. Prevensi/profilaksis, pencegahan dari suatu penyakit.

MANIFESTASI

1. Tanda (sign), penemuan obyektif yang ditemukan oleh pemeriksa (dokter atau dokter
gigi).
2. Gejala (symptom), manifestasi fungsional atau tanda dari proses penyakit yang
mengubah homeostasis tubuh.
3. Lesi (lesion), perubahan yang terlihat dari jaringan dan organ yang disebabkan oleh
penyakit. Biasanya berupa abnormalitas lokal. Bisa berupa penyakit neoplastik jinak
ataupun ganas; kasar (secara visual); dan tersembunyi (primer).
4. Pemburukan gejala (exacerbation), peningkatan secara tiba-tiba pada keseriusan tandan
dan gejala selama terjadinya suatu penyakit.
5. Remisi (remission), kebalikan dari eksaserbasi.
6. Komplikasi (complication), pemburukan kondisi yang meningkat selama terjadinya
suatu penyakit.
7. Sekuel (sequelae), gejala sisa dari hasil penyakit, cidera, terapi, dan trauma lain.

KLASIFIKASI

1. Developmental, berasal dari kelainan genetik dan kongenital.


2. Inflammatory, berupa trauma; infeksi; maupun penyakit imun dengan tanda sebagai
berikut:
a. Dolor (sakit),
b. Rubor (merah),
c. Kalor (panas),
d. Tumor (bengkak).
3. Neoplastic, berupa tumor dan kanker.
4. Degerative, penyakit penuaan (geriatri).
5. Iatrogenic, berasal dari kesalahan pengobatan dan perawatan.

24
TIPE

1. Akut (acute), mempunyai karakteristik berupa onset yang tiba-tiba dan atau dengan
gelaja yang cepat.
2. Fulminating, penyakit akut yang fatal.
3. Kronis (chronic), kebalikan dari akut; yaitu mempunyai karakteristik onset yang lambat
dan gejala yang lambat juga.
4. Intercurrent, terjadi saat gejala dari penyakit lain menyerang (kekambuhan).
5. Idiopathic, penyakit yang belum diketahui penyebabnya.
6. Teratogenic, penyakit yang disebabkan dari penggunaan obat yang masuk menerobos
ke dalam plasenta dan dapat mempengaruhi janin; kemungkinan besar cacat lahir.
7. Contangious, ditularkan secara langsung atau lewat kontak kulit.
8. Venereal, ditularkan lewat kontak seksual.
9. Infectious, disebabkan oleh mikroorganisme sebagai pathogen.
10. Communicable, ditularkan melalui agent; host; dan environtment.

ILLNESS/KESAKITAN

Reaksi dari seorang individu dari penyakit yang diidapnya, biasanya dalam bentuk gejala yang
diungkapkan kepada praktisi kesehatan (dokter dan dokter gigi) dalam anamnesis.

5. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

Prinsip epidemiologi deskriptif dan surveillans epidemiologi dalam upaya pelayanan dokter
keluarga secara komprehensif, holistic, dan berkesinambungan

Menurut Kuliah dari dr. Angga MR, Sp.P pengertian dari Epidemiologi
deskriptif adalah ilmu yang mempelajari frekuensi, distribusi, dan masalah
perkembangan masalah kesehatan pada populasi.
a. What, Who, Where, When, dan Why.
 What = penyakit, masalah kesehatan, dll
 Who = Umur, sex, etnis, status kawin, pekerjaan, dll
 Where = Lokal, nasional, internasional
 When = Endemik, epidemik, pandemic
25
 Why = Mengapa ada masalah/penyakit tersebut
b. Time, Place, Person
 Time = jam, hari, minggu, bulan, tahun, dll
 Place = Rt/Rw, Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi,dll
 Person = Umur, sex, pendidikan, pekerjaan, dll
c. Host, Agent, Environment
 Host = Umur, sex, pendidikan, pekerjaan, dll
 Agent = Bakteri, parasite, virus, genetic, dll
 Environment = Fisik, biologic, sosio-ekonomi, dll

Dengan adanya karateristik diatas, maka akan memudahkan dokter keluarga


dalam melaksanakan upaya pencegahan, pengobatan, dan rehabilitative bagi pasiennya.
Karena dokter keluarga dapat melaksanakan pemeriksaan secara holistic dan
komprehensif dengan memperhatikan keluarga dan lingkungan pasiennya.

Epidemiologi deskriptif adalah canang epidemiologi yang menitikberatkan pada frekuensi


dan distribusi penyakit. Umumnya distribusi penyakit dikelompokkan menurut faktor orang,
tempat, dan waktu.
1). Manusia (orang)
Variabel manusia perlu diselidiki dan dianalisis tentang banyaknya
kerusakan yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut pada kehidupan dan
penderitaan manusia. Variabel ini dipengaruhi oleh penyebaran, distribusi, dan
perjalanan penyakit serta kondisi, berbagai pola perilaku, dan berbagai keyakinan.
2). Tempat
Variabel tempat berkaitan dengan lokasi sumber penyakit secara geografis,
lokasi saat terjadinya infeksi atau terjadinya cedera dan pengklasteran kasus .
Distribusi penyakit menurut tempat dinyatakan menurut suatu lokasi yang dibatasi
oleh batas-batas alam atau batas administrasi pemerintahan. Batas alami memiliki
arti dalam kaitannya dengan pemahaman etiologi penyakit.
3). Waktu
Variabel waktu dijawab melalui investigasi dan penelitian terhadap semua
aspek elemen waktu yang berhubungn dengan penyebab, kejadian luar biasa,
penyebaran, distribusi, dan perjalan penyakit serta kondisi. Distribusi kejadian
penyakit ini dinyatakan dalam bulanan atau tahunan. Ada 2 macam perubahan
dalam distribusi penyakit yang dapat diidentifikasi menurut waktu yaitu :
a) Seculer trends, yaitu perubahan atau variasi frekuensi kejadian penyakit
dalam jangka panjang
b) Cyclic change, perubahan yang terjadi secara periodic dalam satu tahun,
atau lebih. Fluktuasi jangka pendek sering ditemukan dalam epidemik penyakit

26
B. Surveilans
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Kepmenkes RI No.1116 tahun
2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan
menyebutkan bahwa surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis,
interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta melakukan penyebaran
informasi kepada unit yang membutuhkan sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan atau kebijakan(1)

Surveilans adalah pengumpulan, pengolahan, dan analisis data


kesehatan yang dilakukan secara terus menerus serta diseminasi informasi
tepat waktu kepada pihak yang perlu mengetahui sehingga bisa diambil
tindakan.
● Prinsip Surveilans
1. Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.
Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan
sarana pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan
masyarakat, dan petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah
populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan
data dapat dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan. Tujuan pengumpulan
data adalah menentukan kelompok high risk; Menentukan jenis dan karakteristik
(penyebabnya); Menentukan reservoir; Transmisi; Pencatatan kejadian
penyakit; dan KLB.
2. Pengelolaan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row
data) yang masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis.
Data yang terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun
bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus dapat
memberikan keterangan yang berarti.
3. Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan
Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan
dilakukan interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang
situasi yang ada dalam masyarakat.
4. Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan
yang cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya
dapat disebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi
ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat
digunakan untuk perencanaan, penanggulangan khusus serta program
pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk melakukan
koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan pelaksanaan program, serta untuk
kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.

27
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Kepmenkes RI No.1116 tahun 2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan
menyebutkan bahwa surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis,
interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta melakukan penyebaran
informasi kepada unit yang membutuhkan sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan atau kebijakan(1)

Surveillans Epidemiologi adalah upaya/system/mekanise yang dilakukan secara


terus menerus dari suatu kegiatan pengumpulan, analisis, interpretasi dari suatu data
spesifik yang digunakan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program.
Sedangkan, menurut WHO surveillans epidemiologi adalah pengumpulan, pengolahan,
analisis data kesehatan secara terus menerus dan sistematis, serta desiminasi informasi
tepat waktu kepada pihak pihak yang perlu mengetahui data tersebut sehingga dapat
diambil tindakan.

Fungsi dari surveillans epidemiologi yaitu digunakan untuk perncanaan program


pemberantasan suatu penyakit, untuk evaluasi program pemberantasan penyakit, dan
digunakan untuk penanggulangan wabah ataupun KLB.

Ada beberapa latar belakang diadakannya surveillans epidemiolgi, seperti beban


penyakit yang tinggi sehingga menjadi masalah penting kesehatan. Terdapat tindakan
masyarakat yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, data relevan dan
mudah untuk didapatkan, serta hasil yang diperoleh sepadan dengan upaya yang
dilakukan.

6. PROMKES GAYA HIDUP

7. TATA LAKSANA WABAH

Penatalaksanaan

1. TATALAKSANA WABAH

Berdasarkan Permenkes nomor 949/MenKes/SK/VIII/2004 dan UU No 4 Tahun 1984 tentang


Wabah Penyakit Menular dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1991
telah dibuat suatu sistem kewaspadaan dini KLB (SKD - KLB) dengan menerapkan surveilans
epidemiologi untuk pencegahan dan penanggulangan cepat suatu wabah.Surveilans
epidemiologi berupa kajian secara terus menerus, berkelanjutan, dan sistematis terhadap
penyakit berpotensi KLB didasarkan pada:

a. Laporan masyarakat mengenai wabah


28
b. data epidemiologi KLB

c. surveilans terpadu berbasis KLB

d. sistem peringatan dini di RS dan puskesmas

Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan
Wabah Penyakit Menular, upaya penanggulangan meliputi:

a. Penyelidikan epidemiologis, yang bertujuan untuk:

 Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah


 Menentukan faktor penyebab timbulnya wabah
 Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah
 Menentukan cara penanggulangan

Penyelidikan epidemiologis ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan seperti:

 Pengumpulan data kesakitan dan kematian penduduk


 Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis
 Pengamatan terhadap penduduk pemeriksaan terhadap makhluk hidup lain dan benda-
benda yang ada di suatu wilayah yang diduga mengandung penyebab penyakit wabah

b. Pemeriksaan, Pengobatan, Perawatan, dan Isolasi Penderita, termasuk Tindakan Karantina,


dilakukan di sarana pelayanan kesehatan, atau di tempat lain yang ditentukan. Kegiatan ini
dilakukan bertujuan untuk

 Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan mencegah agar
mereka tidak menjadi sumber penularan
 Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi mengandung penyebab
penyakit sehingga secara potensial dapat menularkan penyakit (carrier)

c. Pencegahan dan Pengebalan, dilakukan terhadap masyarakat yang mempunyai risiko terkena
penyakit wabah dengan atau tanpa persetujuan dari orang yang bersangkutan. Kegiatan ini
dilakukan untuk memberi perlindungan kepada orang-orang yang belum sakit tetapi
mempunyai resiko untuk terkena penyakit.

d. Mempertinggi nilai kesehatan, hal ini dapat dilakukan dengan cara usaha kesehatan per orang
dan usaha kesehatan lingkungan, salah satunya adalah dengan membiasakan untuk mencuci
tangan setelah melakukan kegiatan untuk menghindari patogen

29
e. Memberikan vaksinasi/ imunisasi, merupakan usaha untuk melakukan pengebalan tubuh.
Dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengebalan aktif dan pengebalan pasif. Pengebalan aktif
yaitu dengan cara memasukkan memasukkan vaksin (bibit penyakit yang telah dilemahkan) ke
dalam tubuh sehingga tubuh bisa membentuk antibodinya. Contohnya adalah imunisasi BCG,
DPT, Campak, dan Hepatitis. Sedangkan, pengebalan pasif yaitu dengan memasukkan serum
yang mengandung antibodi. Sebagai contoh untuk pengebalan pasif adalah pemberian ATS
(Anti Tetanus Serum)

f. Pemeriksaan kesehatan berkala, merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah


munculnya atau menyebarnya suatu penyakit , sehingga munculnya wabah dapat dideteksi
secara dini. Masyarakat dapat mendapatkan perawatan kesehatan, penanganan suatu penyakit,
usaha mempertinggi nilai kesehatan, dan mendapatkan vaksin.

g. Pemusnahan penyebab penyakit, Tindakan ini harus dilakukan dengan cara tidak merusak
lingkungan hidup atau tidak menyebabkan tersebarnya wabah penyakit. Seperti contoh, dalam
pemusnahan sarang tempat berkembang biaknya nyamuk penular malaria, tidak digunakan
bahan atau insektisida yang dapat menimbulkan kehidupan ikan atau biota lain yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia.

Tindakan pemusnahan penyebab penyakit ini, dilakukan terhadap:

 Bibit penyakit kuman


 Hewan, tumbuh-tumbuhan, atau benda yang mengandung penyebab penyakit. Tindakan
pemusnahan terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan menjadi tugas dan tanggung jawab
dari petugas yang bertanggung jawab di bidang peternakan dan tanaman.

h. Pemusnahan Penyebab Penyakit, dilakukan terhadap :

 Bibit penyakit/kuman, hewan, tumbuh-tumbuhan dan atau benda yang mengandung


penyebab penyakit
 Pemusnahan harus dilakukan dengan cara tanpa merusak lingkungan hidup atau tidak
menyebabkan tersebarnya wabah penyakit.

i. Penanganan Jenazah Akibat Wabah, dilakukan dengan memperhatikan norma agama atau
kepercayaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terhadap jenazah akibat
penyakit wabah, perlu penanganan secara khusus menurut jenis penyakitnya yang meliputi :

 Pemeriksaan jenazah oleh pejabat kesehatan;


 Perlakuan terhadap jenazah dan sterilisasi bahan-bahan dan alat yang digunakan dalam
penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan
30
j. Penyuluhan kepada Masyarakat mengenai upaya penanggulangan wabah dilakukan oleh
pejabat kesehatan dengan mengikutsertakan pejabat instansi lain, lembaga swadaya
masyarakat, pemuka agama dan pemuka masyarakat.

Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan mendayagunakan berbagai media


komunikasi, massa baik pemerintah maupun swasta. Setiap orang berperan serta dalam
pelaksanaan upaya penanggulangan wabah, peran serta tersebut dapat dilakukan dengan :

 Memberikan informasi adanya penderita atau tersangka penderita penyakit wabah


 Membantu kelancaran pelaksanaan upaya penanggulangan wabah
 Menggerakkan motivasi masyarakat dalam upaya penanggulangan wabah
 Kegiatan lainnya

k. Upaya Penanggulangan Lainnya, yaitu tindakan-tindakan khusus untuk masing-masing


penyakit, yang dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah, misalnya penutupan daerah
tertentu yang dilakukan oleh Kepala Wilayah/Daerah atas permintaan Menteri.

Tujuan Penyidikan KLB

a. Tujuan Umum :

 Mencegah meluasnya (penanggulangan). Mencegah terulangnya KLB di masa yang


akan datang
 Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian).

b. Tujuan khusus :

 Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit


 Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB
 Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
 Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
 Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi KLB
(CDC, 1981; Bres, 1986).

Instansi-instansi terkait dengan tatalaksana wabah dari tingkat daerah hingga tingkat nasional
maupun internasional, dilakukan oleh:

 Puskemas
 Rumah Sakit
 Dinas kesehatan
 Kementrian Kesehatan
31
 BPS (Badan Pusat Statistik) yang berada di tingkat nasional
 WHO yang berada di tingkat internasional

Endemi

Endemi (awalan en- berarti "dalam atau di dalam") adalah berlangsungnya suatu
penyakit pada tingkatan yang sama atau keberadaan suatu penyakit yang terus-menerus di
dalam populasi atau wilayah tertentu - prevalensi suatu penyakit yang biasa berlangsung di satu
wilayah atau kelompok tertentu.

Pandemi

Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya dalam waktu
singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup wilayah yang luas

32
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Dorland, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland ed. 31. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Paulsen F. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum dan
Muskuloskeletal. Jakarta; EGC.

Mescher, A. L. 2010. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas Ed. 12. Jakarta; EGC

Guyton, A., 2006. Texttbook of Medical Physiology. s.l.:Benjamin Cummings Inc.

Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Priggoutomo Sudarto ,dkk. 2002. Buku Ajar Patologi I(Umum). Jakarta: Sugeng Seto.

33

Anda mungkin juga menyukai