Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem saraf pusat (SSP) merupakan system saraf yang dapat
mengendalikan system saraf lainnya didalam tubuh dimana bekerja dibawah
kesadaran atau kemauan. SSP biasa juga disebut system saraf sentral karena
merupakan sentral atau pusat dari saraf lainnya. Sistem saraf pusat dapat ditekan
seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik misalnya hipnotik
sedativ. Obat yang bekerja pada system saraf pusat terbagi menjadi obat depresan
saraf pusat yaitu anastetik umum, hipnotik sedativ, psikotropik, anti konvulsi,
analgetik, antipiretik, inflamasi, perangsang susunan saraf pusat.
Dalam percobaan ini mahasiswa farmasi diharapkan mampu untuk
mengetahui dan memahami bagaimana efek farmakologi obat depresan saraf
pusat dimana dalam percobaan ini mahasiswa mengamati efek hipnotik sedativ
yang diujikan pada hewan coba mencit (Musmusculus). Obat yang digunakan
untuk uji efek hipnotik sedative digunakan Phenobarbital.
Adapun dalam bidang farmasi pengetahuan tentang system saraf pusat
perlu untuk diketahui khususnya dalam bidang ilmu farmakologi toksikologi
karena mahasiswa farmasi dapat mengetahui obat-obat apa saja yang perlu atau
bekerja pada system saraf pusat. Hal inilah yang melatar belakangi dilakukannya
percobaan ini.

1.2 Tujuan Percobaan


Setelah percobaan diharapkan :
 Mahasiswa dapat melakukan penyuntikan terhadap mencit dengan rute
Intra Vena (i.v), InteraPeritonial (i.p), SubCutan (sc), danrute Oral.
 Mahasiswa dapat mempelajari pengaruh obat penekan susunan syaraf
pusat

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan
berkesinambungan serta terutama terdiri dari jaringan saraf. Dalam
mekanisme system saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal
dipantau dan diatur. Susunan saraf terdiri dari susunan saraf pusat dan
susunan saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri dari otak (ensevalon) dan
medulla spinalis (sumsum tulang belakang) (Tim Penyusun. 2010: 68).
Susunan saraf pusat berkaitan dengan system saraf manusia yang
merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi system saraf antara lain :
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu
dengan lingkungan sekitarnya. Sistem saraf dapat dibagi menjadi system
saraf pusat atau sentral dan system saraf tepi (SST). Pada system syaraf
pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa, cahaya, dan suara mula-mula
diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang
belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit diotak besar.
Sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional yang ditimbulkan
rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh
penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya sedative hipnotik.
Hipnotik sedative merupakan golongan obat depresan susunan saraf
pusat (SSP), mulai yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk,
menidurkan ,hingga yang berat (kecuali benzodiazepine) yaitu hilangnya
kesadaran, komadan mati bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi obat
sedasi menekan aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan dan
menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah
tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis (H.
Sarjono, SantosodanHadi R D., 1995).
Pada dosis terapi, obat sedative menekan aktivitas mental,
menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan.
Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta

2
mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis. Obat –obat
sedative hipnotik memiliki efek farmakologi yang mirip dengan anestetik
umum, jika obat obat tersebut diberikan dengan dosis yang lebih besar
efeknya sama dengan anastesi umum. Kedua jenis obat tersebut
mempunyai mekanisme yang sama dalam menekan susunan syaraf pusat
(mayes,dkk 1974)

Phenobarbital adalah antikonvulsan turunan barbiturat yang efektif


dalam mengatasi epilepsi. Nama kimia dari fenobarbital sendiri adalah
asam 5-etil -5fenilbarbiturat. Karena fenobarbital merupakan salah satu
obat golongan barbiturat, mekanismenya sama dengan barbiturat.
Barbiturat menekan korteks sensor, menurunkan aktivitasmotorik,
mempengaruhi fungsi serebral dan menyebabkan kantuk, efek sedasi dan
hipnotik. Pada dosis tinggi barbiturate memiliki sifat antikonvulsan, dan
menyebabkan depresi saluran nafas yang dipengaruhi dosis. Phenobarbital
digunakan untuk mengontrol dan mengurangi kejang, mengurangi risiko
bahaya ketika kehilangan kesadaran, dan mengurangi kejang berulang
yang dapat mengakibatkan kematian. Fenobarbital mengontrol aktivitas
listrik abnormal di otak yang terjadi selama kejang. Ia bekerja dengan
memengaruhi bagian-bagian tertentu dari otak sehingga memberikan efek
menenangkan.

3
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat & Bahan


Alat :
 Spuit
 Sondeoral
 Timbangan
 Chamber penahan mencit
 Kapas alcohol
 Spidol
 Mortar & stamper
 Labu ukur
Bahan :
 Hewan Uji
 Injeksi Phenobarbital (Sibital)
 Phenobarbital tablet
 Aqua pro injection
 PGS
3.2 Perhitungan
3.2.1 Perhitungan dosis Per Oral
a. Dosis awal Phenobarbital : 100mg-200mg
100𝑚𝑔 + 200𝑚𝑔
= 150𝑚𝑔
2
b. Dosis absolute pada manusia (70kg)
70
𝑥 150𝑚𝑔 = 210𝑚𝑔
50
c. Dosis absolute pada mencit (20gr)
0,0026 x 210mg = 0,546mg
d. Dosis absolute pada mencit (35gr)
35
𝑥 0,546𝑚𝑔 = 0,9555𝑚𝑔
20
3.2.2 Perhitungan dalam pembuatan sediaan

1. Phenobarbital = 30mg (1 tab )


2
2. PGS = 𝑥 30 = 0,6
100
3. Aqua pro PGS = 7 x 0,6 = 4,2ml
4. Aqua dest = ad 30ml
3.2.3 Dosis Parenteral
a. Dosis Phenobarbital : 100mg-320mg
100𝑚𝑔 + 320𝑚𝑔
= 210𝑚𝑔
2
b. Dosis absolute pada manusia (70kg)
70
𝑥 210𝑚𝑔 = 294𝑚𝑔
50
c. Dosis absolute pada mencit (20gr)
0,0026 x 294mg = 0,7644mg
4
d. Dosis absolute pada mencit (35gr)
35
𝑥 0,764𝑚𝑔 = 1,337𝑚𝑔
20
3.2.4 Perhitungan Pengenceran
a. Rute Intera Vena (i.v) &Subcutan (s.c)

Kekuatan sediaan = 200mg/2ml ~ 100mg/ml


Dosis = 1,3377mg/0,5ml ~ 2,6754ml

V1.N1 = V2.N2
X .100 = 25 . 2,6754
V1 = 0,669ml
b. Rute Intera Peritonial (i.p)

Kekuatan sediaan = 200mg/2ml ~ 100mg/ml


Dosis = 1,3377ml

V1.N1 = V2.N2
X .100 = 25 . 1,3374
V1 = 0,3344ml
3.3 Prosedur Kerja
1. Timbang mencit dan catat berat badan mencit dan beri tanda pada
ekor mencit dengan menggunakan spidol.
2. Preparasi sediaan Phenobarbital untuk rute pemberian I.P untuk 5
mencit sesuai dengan dosis untuk masing – masing mencit
3. Olesi mencit dengan kapas alcohol
4. Posisikan mencit layaknya diberikan perlakuan
5. Suntikkan obat pada bagian perut sebelah kiri bawah.
6. Amati reaksi mencit sampai mencit tidur dan catat waktunya.

5
BAB IV

DATA DAN HASIL PENGAMATAN


Per Oral

No BB Mencit DosisMaksimal (mg) Volume Pemberian (ml)


(g)

26 0,71
1 26 𝑥0,9555𝑚𝑔 = 0,71 𝑥1𝑚𝑙 = 0,74 = 0,7
35 1
28 0,8
2 28 𝑥0,9555𝑚𝑔 = 0,80 𝑥1𝑚𝑙 = 0,83 = 0,8
35 1
29 0,833
3 29 𝑥0,9555𝑚𝑔 = 0,83 𝑥1𝑚𝑙 = 0,857 = 0,8
35 1
29 0,833
4 29 𝑥0,9555 = 0,83 𝑥1𝑚𝑙 = 0,857 = 0,8
35 1
17 0,49
5 17 𝑥0,9555 = 0,49 𝑥1𝑚𝑙 = 0,784 = 0,5
35 1
Intra Peritonial

No BB Mencit DosisMaksimal (mg) Volume Pemberian (ml)


(g)

22.3 22.3
1 22.3 𝑥1,3377 = 0,86 𝑥1𝑚𝑙 = 0,63
35 35
34 34
2 34 𝑥1,3377 = 1,3 𝑥1𝑚𝑙 = 1,30
35 35
25,9 25,9
3 25.9 𝑥1,3377 = 0,99 𝑥1𝑚𝑙 = 0,99
35 35
34 34
4 34 𝑥1,3377 = 1,3 𝑥1𝑚𝑙 = 1,30
35 35
35 35
5 35 𝑥1,3377 = 1,3377 𝑥1𝑚𝑙 = 0,8
35 35

Subkutan
6
No BB Mencit DosisMaksimal (mg) Volume Pemberian (ml)
(g)

22,8 22,8
1 22,8 𝑥1,3377 = 0,993 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,33
35 35
32,8 32,8
2 32,8 𝑥1,3377 = 0,917 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,47
35 35
32,9 32,9
3 32,9 𝑥1,3377 = 1,108 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0.47
35 35
28,9 28,9
4 28,9 𝑥1,3377 = 0,993 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,41
35 35
30 30
5 30 𝑥1,3377 = 1,070 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,43
35 35

Intra Vena
BB Mencit
No DosisMaksimal (mg) Volume Pemberian (ml)
(g)
20 20
1 20 𝑥1,3377 = 0,848 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,29
35 35
21 21
2 21 𝑥1,3377 = 1,108 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,3
35 35
27 27
3 27 𝑥1,3377 = 0,974 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,39
35 35
27,6 27,6
4 27.6 𝑥1,3377 = 0,802 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,39
35 35
23,5 23,5
5 23,5 𝑥1,3377 = 1,146 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,32
35 35

7
Hasil Pengamatan Tercapainya Onset

Per oral
Menci Volume WaktuPem Onset
No Dosis 51 52 53 54 55 56 57 58 59 510 511 512
t Pemberian berian (menit)
17.1
1 26 0,74 0,74 16.14 28
4
17.1
2 28 0,80 0,80 16.15 37
0
16.5
3 29 0,83 0,83 16.25 25
0
17.1
4 22 0,60 0,60 16.21 15
6
17.1
5 17 0,49 0,49 16.24 21
9

Intra Peritonial
Menci Volume WaktuPem Onset
No Dosis 51 52 53 54 55 56 57 58 59 510 511 512
t Pemberian berian (menit)
17.1
1 0.86 0.63 16.48 25
22.3 8
17.2
2 1.30 0.97 16.41 30
34 1
17.2
3 0.99 0.74 16.52 30
25.9 2
17
4 1.30 0.97 17.00 .3 35
34 5
17
5 1.34 1 16.57 .4 35
35 2

Subktan
Menci Volume WaktuPem Onset
No Dosis 51 52 53 54 55 56 57 58 59 510 511 512
t Pemberian berian (menit)
17.1
1 26 0,994 0,4 16.34 45
9
17.1
2 24 0,92 0,3 16.45 30
5
17.3
3 29 1,108 0,4 16.49 50
9
17.4
4 26 0,994 0,4 16.53 45
2
17.1
5 28 1,070 0,4 16.47 30
3

Intra vena
Menci Volume WaktuPem Onset
No Dosis 51 52 53 54 55 56 57 58 59 510 511 512
t Pemberian berian (menit)
16.
1 23,5 0,898 0,3 16.09 34
25

8
16.5
2 29 1,108 0,4 16.20 45
5
16.4
3 25,5 0,974 0,4 16.10 45
5
16.5
4 21 0,802 0,3 16.33 35
8
16.4
5 30 1,146 0,4 16.10 30
0

BAB V

KESIMPULAN
Onset yang didapatkan dari suatu sediaan didapatkan hasil yang berbeda-beda
berdasarkan rute yang diberikan. dari data diatas onset tercepat didapatkan dari
rute pemberian intra vena yang didapatkan pada menit ke 1, sedangkan onset
teralma didapatkan melalui rute peroral.

Anda mungkin juga menyukai