PENDAHULUAN
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan
berkesinambungan serta terutama terdiri dari jaringan saraf. Dalam
mekanisme system saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal
dipantau dan diatur. Susunan saraf terdiri dari susunan saraf pusat dan
susunan saraf tepi. Susunan saraf pusat terdiri dari otak (ensevalon) dan
medulla spinalis (sumsum tulang belakang) (Tim Penyusun. 2010: 68).
Susunan saraf pusat berkaitan dengan system saraf manusia yang
merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi system saraf antara lain :
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu
dengan lingkungan sekitarnya. Sistem saraf dapat dibagi menjadi system
saraf pusat atau sentral dan system saraf tepi (SST). Pada system syaraf
pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa, cahaya, dan suara mula-mula
diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang
belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit diotak besar.
Sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional yang ditimbulkan
rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh
penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya sedative hipnotik.
Hipnotik sedative merupakan golongan obat depresan susunan saraf
pusat (SSP), mulai yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk,
menidurkan ,hingga yang berat (kecuali benzodiazepine) yaitu hilangnya
kesadaran, komadan mati bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi obat
sedasi menekan aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan dan
menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah
tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis (H.
Sarjono, SantosodanHadi R D., 1995).
Pada dosis terapi, obat sedative menekan aktivitas mental,
menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan.
Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta
2
mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis. Obat –obat
sedative hipnotik memiliki efek farmakologi yang mirip dengan anestetik
umum, jika obat obat tersebut diberikan dengan dosis yang lebih besar
efeknya sama dengan anastesi umum. Kedua jenis obat tersebut
mempunyai mekanisme yang sama dalam menekan susunan syaraf pusat
(mayes,dkk 1974)
3
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
V1.N1 = V2.N2
X .100 = 25 . 2,6754
V1 = 0,669ml
b. Rute Intera Peritonial (i.p)
V1.N1 = V2.N2
X .100 = 25 . 1,3374
V1 = 0,3344ml
3.3 Prosedur Kerja
1. Timbang mencit dan catat berat badan mencit dan beri tanda pada
ekor mencit dengan menggunakan spidol.
2. Preparasi sediaan Phenobarbital untuk rute pemberian I.P untuk 5
mencit sesuai dengan dosis untuk masing – masing mencit
3. Olesi mencit dengan kapas alcohol
4. Posisikan mencit layaknya diberikan perlakuan
5. Suntikkan obat pada bagian perut sebelah kiri bawah.
6. Amati reaksi mencit sampai mencit tidur dan catat waktunya.
5
BAB IV
26 0,71
1 26 𝑥0,9555𝑚𝑔 = 0,71 𝑥1𝑚𝑙 = 0,74 = 0,7
35 1
28 0,8
2 28 𝑥0,9555𝑚𝑔 = 0,80 𝑥1𝑚𝑙 = 0,83 = 0,8
35 1
29 0,833
3 29 𝑥0,9555𝑚𝑔 = 0,83 𝑥1𝑚𝑙 = 0,857 = 0,8
35 1
29 0,833
4 29 𝑥0,9555 = 0,83 𝑥1𝑚𝑙 = 0,857 = 0,8
35 1
17 0,49
5 17 𝑥0,9555 = 0,49 𝑥1𝑚𝑙 = 0,784 = 0,5
35 1
Intra Peritonial
22.3 22.3
1 22.3 𝑥1,3377 = 0,86 𝑥1𝑚𝑙 = 0,63
35 35
34 34
2 34 𝑥1,3377 = 1,3 𝑥1𝑚𝑙 = 1,30
35 35
25,9 25,9
3 25.9 𝑥1,3377 = 0,99 𝑥1𝑚𝑙 = 0,99
35 35
34 34
4 34 𝑥1,3377 = 1,3 𝑥1𝑚𝑙 = 1,30
35 35
35 35
5 35 𝑥1,3377 = 1,3377 𝑥1𝑚𝑙 = 0,8
35 35
Subkutan
6
No BB Mencit DosisMaksimal (mg) Volume Pemberian (ml)
(g)
22,8 22,8
1 22,8 𝑥1,3377 = 0,993 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,33
35 35
32,8 32,8
2 32,8 𝑥1,3377 = 0,917 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,47
35 35
32,9 32,9
3 32,9 𝑥1,3377 = 1,108 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0.47
35 35
28,9 28,9
4 28,9 𝑥1,3377 = 0,993 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,41
35 35
30 30
5 30 𝑥1,3377 = 1,070 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,43
35 35
Intra Vena
BB Mencit
No DosisMaksimal (mg) Volume Pemberian (ml)
(g)
20 20
1 20 𝑥1,3377 = 0,848 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,29
35 35
21 21
2 21 𝑥1,3377 = 1,108 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,3
35 35
27 27
3 27 𝑥1,3377 = 0,974 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,39
35 35
27,6 27,6
4 27.6 𝑥1,3377 = 0,802 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,39
35 35
23,5 23,5
5 23,5 𝑥1,3377 = 1,146 𝑥0,5𝑚𝑙 = 0,32
35 35
7
Hasil Pengamatan Tercapainya Onset
Per oral
Menci Volume WaktuPem Onset
No Dosis 51 52 53 54 55 56 57 58 59 510 511 512
t Pemberian berian (menit)
17.1
1 26 0,74 0,74 16.14 28
4
17.1
2 28 0,80 0,80 16.15 37
0
16.5
3 29 0,83 0,83 16.25 25
0
17.1
4 22 0,60 0,60 16.21 15
6
17.1
5 17 0,49 0,49 16.24 21
9
Intra Peritonial
Menci Volume WaktuPem Onset
No Dosis 51 52 53 54 55 56 57 58 59 510 511 512
t Pemberian berian (menit)
17.1
1 0.86 0.63 16.48 25
22.3 8
17.2
2 1.30 0.97 16.41 30
34 1
17.2
3 0.99 0.74 16.52 30
25.9 2
17
4 1.30 0.97 17.00 .3 35
34 5
17
5 1.34 1 16.57 .4 35
35 2
Subktan
Menci Volume WaktuPem Onset
No Dosis 51 52 53 54 55 56 57 58 59 510 511 512
t Pemberian berian (menit)
17.1
1 26 0,994 0,4 16.34 45
9
17.1
2 24 0,92 0,3 16.45 30
5
17.3
3 29 1,108 0,4 16.49 50
9
17.4
4 26 0,994 0,4 16.53 45
2
17.1
5 28 1,070 0,4 16.47 30
3
Intra vena
Menci Volume WaktuPem Onset
No Dosis 51 52 53 54 55 56 57 58 59 510 511 512
t Pemberian berian (menit)
16.
1 23,5 0,898 0,3 16.09 34
25
8
16.5
2 29 1,108 0,4 16.20 45
5
16.4
3 25,5 0,974 0,4 16.10 45
5
16.5
4 21 0,802 0,3 16.33 35
8
16.4
5 30 1,146 0,4 16.10 30
0
BAB V
KESIMPULAN
Onset yang didapatkan dari suatu sediaan didapatkan hasil yang berbeda-beda
berdasarkan rute yang diberikan. dari data diatas onset tercepat didapatkan dari
rute pemberian intra vena yang didapatkan pada menit ke 1, sedangkan onset
teralma didapatkan melalui rute peroral.