Anda di halaman 1dari 36

Tugas dan Peran Kepala Sekolah

Posted by Hadi Susanto on 3 Desember 2015


Posted in: Kepemimpinan. Tinggalkan komentar

A. Pendahuluan

Peningkatan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia akan terwujud dengan baik apabila didukung
secara optimal peranan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru. Sebab kepala sekolah
adalah pelaku utama dalam memainkan peranan penting di sekolah. Kepala sekolah
merupakan the key person dalam mencapai keberhasilan otonomi sekolah yang diberi tanggung
jawab dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber dana untuk
kepentingan keberhasilan pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah. Adapun dalam hal
administrator kepala sekolah sangat menentukan baik dalam hal perencanaan dan pengesahan
segala macam bentuk administrasi sekolah. Sedangkan dalam hal supervisor kepala sekolah
sangat menentukan segala arah kebijakan yang berkaitan dengan supervisi di sekolah.

Kepala sekolah sebagai motor penggerak peningkatan kinerja guru dituntut memiliki visi, misi,
dan wawasan yang luas serta kemampuan profesional yang memadai dalam perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan penyelenggaraan pendidikan. Selain itu
kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan dalam membangun kerjasama yang
harmonis dengan berbagai pihak yang terkait dengan program pendidikan di sekolah.
Kemampuan kepala sekolah tentunya akan turut mempengaruhi kinerja guru dalam
melaksanakan tugas. Salah satu indikator kinerja kepala sekolah adalah dinilai berdasarkan atas
pelaksanaan tugas dan perannya. Salah satu di antara peran kepala sekolah yang sangat
penting adalah sebagai administrator dan supervisor dalam upaya meningkatkan kinerja guru.

Kepala sekolah mempunyai peran sebagai administrator dan supervisor pada dasarnya
memberikan layanan profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan
kinerja guru. Kondisi pelaksanaan pembinaan oleh kepala sekolah yaitu kegiatan yang dilakukan
untuk mengawasi pelaksanaan administrasi sekolah, tugas rutin guru-guru, ketertiban, disiplin
dan keberhasilan sekolah. Kegiatan pembinaan kepala sekolah seperti di atas tentunya akan
berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru. Keberhasilan sekolah tidak terlepas dari tugas
dan tanggung jawab serta peranan kepala sekolah.

Dalam meningkatkan kinerja guru, peranan kepala sekolah sangat besar, bukti bahwa peran
tersebut sangat besar adalah ketidakhadiran kepala sekolah di sekolah menjadikan kegiatan
belajar mengajar kurang terarah dan terkontrol. Jika berjalanpun maka kegiatan belajar mengajar
asal berjalan saja, mengingat setiap guru yang akan menyampaikan materi pelajaran terlebih
dahulu membuat program pengajaran harian untuk diteliti dan disahkan oleh kepala sekolah.
.

B. Kepala Sekolah

1. Pengertian Kepala Sekolah

Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah.
Karena kepala sekolah sebagai pemimpin di lembaganya, maka kepala sekolah harus mampu
membawa lembaganya ke arah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, kepala sekolah harus
mampu melihat adanya perubahan, serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan
globalisasi yang lebih baik. Kepala sekolah harus bertangung jawab atas kelancaran dan
keberhasilan semua urusan pengaturan dan pengelolaan secara formal kepada atasannya atau
informal kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya.

Kepala sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah
sebagai tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar atau tempat terjadi interaksi antara
guru yang memberi pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran. Di lembaga
persekolahan, kepala sekolah bukanlah mereka yang kebetulan mempunyai nasib baik apalagi
secara kebetulan direkrut untuk menduduki posisi itu, dengan kinerja yang serba kaku dan
mandul. Kepala sekolah diharapkan dapat menjadi sosok pribadi yang tangguh, handal, dan
teruji dalam rangka pencapaian tujuan sekolah.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwasa posisi kepala sekolah akan
menentukan arah suatu lembaga dalam mencapai tujuan pendidikan. Kepala sekolah
merupakan pengatur dari program yang ada di sekolah. Karena nantinya diharapkan kepala
sekolah akan membawa etos kerja guru serta dapat membangun kultur sekolah dalam
peningkatan kualitas pembelajaran.

2. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah

Dinas pendidikan telah menetapkan bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan
perannya sebagai edukator, manajer, administrator, dan supervisi (EMAS). Tetapi dalam
perkembangannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala
sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader, inovator dan motivator di sekolahnya.
Dengan demikian dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah setidaknya
harus mampu berperan sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator
dan motivator (EMASLIM).

Perspektif ke depan menunjukkan bahwa kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai
figur dan mediator, bagi perkembangan masyarakat dan lingkungan. Dengan demikian pekerjaan
kepala sekolah semakin hari semakin meningkat dan akan semakin meningkat sesuai dengan
perkembangan pendidikan yang diharapkan. Aswarni Sudjud, Moh. Saleh dan Tatang M Amirin
dalam bukunya Administrator Pendidikan menyebutkan bahwa fungsi kepala sekolah adalah (1)
perumus tujuan kerja dan pembuat kebijaksanaan sekolah yang disebut pemimpin atau
pengelola pendidikan, (2) pengatur tata kerja sekolah, yang mencakup mengatur pembagian
tugas dan wewenang serta mengatur petugas pelaksana dan menyelenggarakan kegiatan, dan
(3) pensupervisi kegiatan sekolah, meliputi: mengatur kegiatan, mengarahkan pelaksanaan
kegiatan, mengevaluasi pelaksanaan kegiatan serta membimbing dan meningkatkan
kemampuan pelaksana.

a. Kepala Sekolah sebagai Edukator

Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan
pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan
komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di
sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang dimiliki gurunya,
sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat
secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan efektif dan efisien.

Dalam melakukan fungsinya sebagai edukator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan di sekolahnya. Fungsi
kepala sekolah sebagai edukator adalah menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan
nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan,
serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class dan
mengadakan program akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di atas normal. Wahyusumidjo
mengatakan bahwa,

Memahami arti pendidik tidak cukup berpegang pada konotasi yang terkandung
dalam definisi pendidik melainkan harus dipelajari keterkaitannya dengan makna
pendidikan, sarana pendidikan dan bagaimana strategi pendidikan itu dilaksanakan.
Untuk kepentingan tersebut kepala sekolah harus berusaha menanamkan,
memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni pembinaan
mental, moral, fisik, dan artsitik (1999: 122).
Pembinaan mental, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan sikap, batin dan wataknya. Dalam hal ini kepala sekolah harus mampu menciptakan
iklim yang kondusif agar setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik,
proposional dan profesional. Untuk itu, kepala sekolah harus berusaha melengkapi sarana,
prasarana dan sumber belajar agar dapat memberikan kemudahan kepada guru dalam
melaksanakan tugas utamanya mengajar. Mengajar dalam arti memberikan kemudahan belajar
bagi peserta didik.

Pembinaan moral, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan ajaran baik buruk suatu perbuatan, sikap, hak dan kewajiban sesuai dengan tugas
masing-masing tenaga kependidikan. Kepala sekolah profesional harus berusaha memberikan
nasehat kepada seluruh warga sekolah, misalnya, pada setiap upacara bendera atau pertemuan
rutin.

Pembinaan fisik, yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan mereka secara lahiriah. Kepala sekolah
profesional harus mampu memberikan dorongan agar para tenaga kependidikan terlibat secara
aktif dan kreatif dalam berbagai kegiatan olah raga, baik yang diprogramkan di sekolah maupun
yang diselenggarakan oleh masyarakat di sekitar sekolah.

Pembinaan artistik, yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kepekaan manusia terhadap seni dan keindahan. Hal ini biasanya dilakukan melalui kegiatan
karyawisata yang dilaksanakan setiap semester atau tahun ajaran. Dalam hal ini, kepala sekolah
dibantu oleh para pembantunya harus mampu merencanakan berbagai program pembinaan
artistik, seperti karyawisata, agar dalam pelaksanaannya tidak mengganggu kegiatan
pembelajaran. Lebih daripada itu, pembinaan artistik harus terkait atau merupakan pengayaan
dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Sebagai edukator, kepala sekolah harus selalu berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran
yang dilakukan oleh para guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan sangat mendukung
terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanaan tugasnya. Pengalaman
semasa menjadi guru, wakil kepala sekolah, atau anggota organisasi kemasyarakatan sangat
mempengruhi kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaaannya demikian pula
halnya pelatihan dan penataran yang pernah diikuti. Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah
dalam meningkatkan kinerjanya sebagai edukator, khususnya dalam peningkatkan kinerja
tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Pertama, mengikutsertakan guru-guru dalam penataran, pelatihan


atau workshop untuk menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus
memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Misalnya,
memberikan kesempatan bagi para guru yang belum mencapai jenjang sarjana
untuk mengikuti kuliah di universitas terdekat dengan sekolah, yang pelaksanaannya
tidak mengganggu kegiatan pembelajaran. Kepala sekolah harus berusaha
mencarikan beapeserta didik bagi guru yang melanjutkan pendidikan melalui
kerjasama dengan masyarakat atau dengan dunia usaha dan kerjasama lain yang
tidak mengikat. Kedua, kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi
hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan
secara terbuka di papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk memotivasi para
peserta didik agar lebih giat belajar dan meningkatkan prestasinya. Ketiga,
menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara mendorong para
guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah
ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pembelajaran.

Kepala Sekolah sebagai pendidik mempunyai tugas untuk melaksanakan tujuh aspek penting
yaitu mengajar di kelas, membimbing guru, membimbing karyawan, membimbing peserta didik,
mengembangkan staf, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan memberi
contoh bimbingan konseling/ karier yang baik. Ketujuh tugas tersebut dapat dijjelaskan sebagai
berikut.

1) Mengajar di Kelas

Kepala Sekolah diwajibkan mengajar minimal 6 jam pelajaran per minggu di kelas. Walaupun
Kepala Sekolah tidak diwajibkan mengajar, hendaknya Kepala Sekolah menyadari bahwa pada
waktu-waktu tertentu ia perlu masuk ke kelas-kelas untuk berinteraksi dengan peserta didik agar
mengetahui dengan jelas perkembangan situasi dan kondisi nyata kelas per kelas di sekolahnya.
Di jenjang SMP dan SMA, meskipun kepala sekolah tidak wajib mengajar tetapi, wakil kepala
sekolah wajib mengajar 10 jam per minggu.

2) Memberikan Bimbingan Kepada Para Guru

Tugas kepala sekolah di dalam membimbing para guru meliputi menyusun program pengajaran
dan bimbingan dan konseling, melaksanakan program pengajaran serta bimbingan dan
konseling, mengevaluasi hasil belajar dan layanan bimbingan dan konseling, menganalisis hasil
evaluasi belajar dan layanan bimbingan dan konseling, dan melaksanakan program pengayaan
dan perbaikan.

3) Memberikan Bimbingan Kepada Karyawan

Tugas Kepala Sekolah di dalam membimbing karyawan meliputi penyususnan program kerja
dan pembagian tugas ketatausahaan, pesuruh, satpam, UKS, tukang, dan laboran. Para
karyawan tersebut dipantau dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Melalui pemantauan
tersebut mereka dievaluasi dan dikendalikan kinerjanya secara periodik.

4) Memberikan Bimbingan Kepada Peserta didik

Tugas kepala sekolah di dalam membimbing para peserta didik telah banyak diserap oleh guru
bidang studi, guru bimbingan dan konseling, wali kelas, dan pembina OSIS. Tetapi tidak boleh
lupa bahwa tugas membimbing peserta didik adalah salah satu tanggung jawab kepala sekolah.
Pembinaan kepala sekolah yang lebih khusus terhadap peserta didik adalah memantau kegiatan
ekstrakurikuler dan mengikuti lomba di luar sekolah.

5) Mengembangkan Staf

Tugas kepala sekolah di dalam mengembangkan staf dapat dijalankan melalui pendidikan dan
pelatihan staf, pertemuan sejawat staf, seminar, diskusi, lokakarya, penyediaa bahan bacaan
dan media elektronik. Selain itu, pengembangan staf bisa juga melalui pengusulan kenaikan
jabatan melalui seleksi menjadi kepala tata usaha, wakil kepala sekolah, kepala lokasi satpam/
pesuruh, dan sebagainya.

6) Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Tugas kepala sekolah di dalam mengembangkan dirinya sendiri untuk mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dilakukan dengan ikuit pelatihan, KKKS/ MKKS, seminar,
lolakarya, diskusi, media elektronik, atau bahan bacaan lainnya. Sesungguhnya, bila staf lebih
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dibandingkan dengan kepala sekolah maka, wibawa
kepala sekolah itu turun, atau lebih jelek lagi kalau kepala sekolah tersebut dipermainkan oleh
staf karena ketidaktahuannya tentang IPTEK.

7) Memberi Contoh Bimbingan Konseling / Karier

Tugas Kepala Sekolah di dalam memeri contoh Bimbingan Konseling / Karir dapat dilakukan
lewat program layanan bimbingan dan konseling langsung kepada peserta didik. Selain itu, bisa
juga memberi bimbingan kepada peserta didik melalui guru bimbingan dan konseling. Artinya,
guru bimbingan dan konseling harus diberdayakan dengan memberikan saran, menggerakkan,
memantau, dan memberikan reward and punishment atas apa yang dia kerjakan dalam 30 jam
pelajaran per minggu.
Guru BP harus mengetahui setiap peserta didik dalam kelas-kelas yang dipercayakan menjadi
bimbingannya mengenai berapa hari peserta didik tertentu sudah tidak hadir sekolah, mencari
tahu mengapa tidak hadir di sekolah. Siapa yang berpacaran dengan siapa, membuat analisa
penjurusan dan gejala narkoba, merekap absensi peserta didik menjelang pengisian raport, dan
sebagainya.

b. Kepala Sekolah sebagai Manajer

Manajemen pada hakikatnya adalah suatu proses merencanakan, mengorganisasikan,


melaksanakan, memimpin dan mengendalikan usaha anggota organisasi serta
mendayagunakan seluruh sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
(Wahyusumidjo, 2001:12). Dikatakan suatu proses, karena semua manajer dengan ketangkasan
dan keterampilan yang dimiliki mengusahakan dan mendayagunakan berbagai kegiatan yang
saling berkaitan untuk mencapai tujuan.

Manajemen merupakan proses pencapaian tujuan melalui pendayagunaan sumber daya


manusia dan material secara efisien. Weihrich and Koontz (2005:4) menyatakan, Management is
the process of designing andmaintaining an environmentin which individuals, working together in
groups, efficiently accomplish selected aims. Pendapat ini menyatakan bahwa manajemen
merupakan proses merancang dan memelihara lingkungan individu-individu yang bekerja sama
dalam kelompok secara efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pendapat yang hampir
sama, Hersey and Blanchard (1982: 3) menyatakan, Management as working with and throught
individuals and groups to accomplish organizational goals”.

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah perlu memiliki
strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan melalui persaingan
yang membuahkan kerja sama (cooperation), memberikan kesempatan kepada tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga
pendidik dan kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.

Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah
adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru. Dalam hal
ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan yang luas
kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai
kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti :
KKG/MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya, atau
melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti : kesempatan melanjutkan
pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain.
Sebagai manajer, kepala sekolah mau dan mampu mendayagunakan sumber daya sekolah
dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan mencapai tujuannya. Kepala sekolah mampu
menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara analitik, konseptual, harus
senantiasa berusaha menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah, dan
mengambil keputusan yang memuaskan stakeholders sekolah. Kepala sekolah memberikan
peluang kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya. Semua peranan tersebut
dilakukan secara persuasif dan dari hati ke hati. Kepala sekolah mendorong keterlibatan seluruh
tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah (partisipatif). Dalam hal ini kepala sekolah
berpedoman pada asas tujuan, asas keunggulan, asas mufakat, asas kesatuan, asas persatuan,
asas empirisme, asas keakraban, dan asas integritas.

Sesuai kriteria penilaian kinerja kepala sekolah, maka kepala sekolah perlu memiliki kemampuan
dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan baik yang diwujudkan dalam kemampuan
menyusun program, organisasi personalia, memberdayakan tenaga kependidikan, dan
menberdayakan sumber daya sekolah secara optimal dalam rangka melakukan peran dan
fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama yang kooparatif, memberikan
kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong
keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program
sekolah.

Pertama, memberdayakan tenaga kependidikan melalui persaingan sehat yang membuahkan


kerja sama (coopetition). Maksudnya ialah dalam peningkatan profesionalisme tenaga
kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mementingkan kerjasama dengan tenaga
kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan. Sebagai manajer
kepala sekolah harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam
rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuannya. Kepala sekolah harus mampu
menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berpikir secara analitik dan konseptual dan harus
senantiasa berusaha untuk menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi oleh para tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya, serta berusaha untuk
mengambil keputusan yang memuaskan bagi semuastakeholders sekolah.

Kedua, memberikan kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya.


Sebagai manajer kepala sekolah harus mampu meningkatkan profesi tenaga kependidikan
secara persuasif dan dari hati ke hati. Dalam hal ini, kepala sekolah harus bersikap demokratis
dan memberikan kesempatan kepada seluruh tenaga kependidikan untuk mengembangkan
potensinya secara optimal. Misalnya, memberi kesempatan kepada bawahan untuk
meningkatkan profesinya melalui berbagai penataran dan loka karya sesuai dengan bidangnya
masing-masing.

Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan. Kepala sekolah harus berusaha
untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah
(partisipatif). Dalam hal ini kepala sekolah bisa berpedoman pada asas tujuan, asas keunggulan,
asas mufakat, asas kesatuan, asas persatuan, asas empirisme, asas keakraban dan asas
integritas.

Azas tujuan, bertolak dari anggapan bahwa kebutuhan dasar tenaga kependidikan akan harga
dirinya mungkin dicapai dengan turut menyumbang pada suatu tujuan yang lebih tinggi. Hal
tersebut merupakan kesempatan bagi kepala sekolah selaku pemimpin untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kependidikan tersebut. Kemampuan untuk menyampaikan dan menanamkan
tujuan merupakan seni yang harus dimiliki oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugas
kepemimpinannya.

Asas keunggulan, bertolak dari anggapan bahwa setiap tenaga kependidikan membutuhkan
kenyamanan dan harus memperoleh kenyamanan serta harus memperoleh kepuasan dan
penghargaan pribadi. Kepuasan mengandung makna penerimaan keadaan seperti apa adanya,
sehingga ketidakpuasan merupakan sumber motivasi yang dapat menggerakkan tenaga
kependidikan untuk menutupi ketidakpuasan tersebut dan mencapai kepuasan yang diinginkan.
Oleh karena itu, kepala sekolah harus berusaha untuk mengembangkan budaya kerja dan
ketidakpuasan kreatif.

Azas mufakat, dalam hal ini kepala sekolah harus mampu menghimpun gagasan bersama dan
membangkitkan tenaga kependidikan untuk berpikir kreatif dan bertindak inovatif dalam
melaksanakan tugasnya. Azas kesatuan, dalam hal ini kepala sekolah harus menyadari bahwa
tenaga kependidikan tidak ingin dipisahkan dari tanggung jawabnya. Oleh karena itu, kepala
sekolah harus berusaha untuk menjadikan tenaga kependidikan sebagai pengurus upaya-upaya
pengembangan sekolah. Hal ini penting untuk menumbuhkan rasa kepemilikan pada tenaga
kependidikan terhadap sekolah tempatnya melaksanakan tugas.

Azas persatuan, kepala sekolah harus mendorong tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesionalismenya dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk mencapai tujuan sesuai
dengan visi dan misi sekolah. Hal ini dapat dilakukan, misalnya, dengan sistem imbalan terhadap
setiap kegiatan yang dilakukan oleh bawahan. Dalam konsep kontemporer dikenal dengan istilah
kompensasi berbasis kinerja. Azas empirisme, kepala sekolah harus mampu bertindak
berdasarkan atas nilai dan angka yang menunjukkan prestasi para tenaga kependidikan. Oleh
karena itu, data dan informasi yang memuat semua komponen sekolah memegang peranan
yang sangat penting.

Azas keakraban, kepala sekolah harus berupaya menjaga keakraban dengan para tenaga
kependidikan, agar tugas-tugas dapat dilaksnakan dengan lancar. Hal ini dimungkinkan karena
keakraban mendorong berkembangnya saling percaya dan kesediaan untuk berkorban di antara
para tenaga kependidikan. Azas integritas, kepala sekolah harus memandang bahwa peran
kepemimpinannya merupakan suatu komponen kekuasaan untuk menciptakan dan memobilisasi
energi seluruh tenaga kependidikan dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya. Integritas merupakan kejujuran dan upaya mencapai suatu langkah tindakan
yang telah ditetapkan secara bertanggung jawab dan konsisten.

Fattah dan Ali (2008: 1.7) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan MBS, kepala sekolah
adalah the key person untuk keberhasilan pelaksanaan otonomi sekolah. Kepala sekolah adalah
orang yang diberi tanggung jawab untuk mengelola dan memberdayakan sumber daya manusia
dan sumber dana yang tersedia dan dapat digali dari masyarakat dan orang tua untuk
keberhasilan pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah. Oleh karena itu dalam implementasi
MBS, kepala sekolah dituntut memiliki visi dan wawasan yang luas tentang effect schools serta
kemampuan profesional yang memadai dalam bidang perencanaan, kepemimpinan, manajerial,
dan supervisi bidang pendidikan.

Kepala sekolah juga dituntut untuk mampu membangun kerja sama yang harmonis dengan
berbagai pihak yang terkait dengan program pendidikan di sekolah. Fattah dan Ali
mengemukakan tugas dan wewenang kepala sekolah dalam konteks MBS sebagai berikut.

1) pengelolaan dan pemanfaatan sumber-sumber daya sekolah,


2) pengembangan strategi MBS sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pengembangan
sekolah,
3) menyusun rencana dan merumuskan kebijakan sekolah sesuai dengan visi, misi,
dan tujuan sekolah,
4) mempertanggungjawabakan pekerjaannya kepada dewan sekolah secara periodik,
5) pengelolaan kurikulum serta penetapan tolok ukur sebagai patokan penilaian
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah,
6) mencari dan mengupayakan sumber-sumber dana lain di luar dana operasional
sekolah untuk pembiayaan sekolah,
7) mengupayakan pelibatan pemangku kepentingan atau stakeholders dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan peningkatan kinerja sekolah sesuai dengan visi,
misi, dan tujuan sekolah (2008:1.8).

Implementasi manajemen berbasis sekolah dalam pelaksanaannya tidak selalu berjalan mulus
dan sesuai dengan harapan serta tujuan. Sekolah kadangkala menemui beberapa kendala yang
dapat menjadi faktor penghambat proses pelaksanaan manajemen berbasis sekolah tersebut.
Menurut Anwar hambatan yang mungkin dihadapi pihak-pihak berkepentingan dalam penerapan
MBS di sekolah adalah sebagai berikut.

Pertama, sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang
sekarang mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan
yang menurut mereka hanya menambah beban. Anggota dewan sekolah harus lebih
banyak menggunakan waktunya dalam hal-hal yang menyangkut perencanaan dan
anggaran. Akibatnya kepala sekolah dan guru tidak memiliki banyak waktu yang
tersisa untuk memikirkan aspek-aspek lain dari pekerjaan mereka. Tidak semua
guru berminat dalam proses penyusunan anggaran atau tidak ingin menyediakan
waktunya untuk urusan itu. Kedua, pengambilan keputusan yang dilakukan secara
partisipatif adakalanya menimbulkan frustrasi dan seringkali lebih lamban
dibandingkan dengan cara-cara yang otokratis. Para anggota dewan sekolah harus
dapat bekerja sama dan memusatkan perhatian pada tugas, bukan pada hal-hal lain
di luar itu. Ketiga, setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah
kemungkinan besar akan semakin kohesif. Di satu sisi hal ini berdampak positif
karena mereka akan saling mendukung satu sama lain. Di sisi lain, kohesivitas itu
menyebabkan anggota terlalu kompromis hanya karen merasa tidak enak berlainan
pendapat dengan anggota lainnya. Pada saat inilah dewan sekolah mulai terjangkit
pikiran kelompok. Ini sangat berbahaya karena keputusan yang diambil
kemungkinan besar tidak lagi realistis. Keempat, pihak-pihak yang berkepentingan
kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum berpengalaman menerapkan
model yang partisipatif ini. Mereka kemungkinan besar tidak memiliki pengetahuan
dan keterampilan tentang hakikat manajemen berbasis sekolah sebenarnya
dan bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan
sebagainya. Kelima, pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat
terkondisi dengan iklim kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS
mengubah peran dan tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan
yang mendadak kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan
sehingga mereka ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan
keputusan. Keenam, setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan
yang beragam mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu,
kegiatan yang beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang
kemungkinan besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah (2011: 6-7).

Apabila pihak-pihak yang berkepentingan telah dilibatkan sejak awal, mereka dapat
memastikan bahwa setiap hambatan telah ditangani sebelum penerapan MBS. Dua unsur
penting dalam MBS adalah pelatihan yang cukup tentang MBS dan klarifikasi peran dan
tanggung jawab serta hasil yang diharapkan kepada semua pihak yang berkepentingan. Selain
itu, semua yang terlibat harus memahami apa saja tanggung jawab pengambilan keputusan
yang dapat dibagi, oleh siapa, dan pada level mana dalam organisasi. Anggota masyarakat
sekolah harus menyadari bahwaadakalanya harapan yang dibebankan kepada sekolah terlalu
tinggi. Pengalaman penerapannya di tempat lain menunjukkan bahwa daerah yang
paling berhasil menerapkan MBS telah memfokuskan harapan mereka pada dua manfaat yaitu
meningkatkan keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan menghasilkan keputusan lebih
baik.
Sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam penilaian kinerja kepala sekolah, kepala sekolah
harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan baik, yang
diwujudkan dalam kemampuan menyusun program sekolah, organisasi personalia,
memberdayakan tenaga kependidikan dan mendayagunakan sumber daya sekolah secara
optimal. Kemampuan menyusun program sekolah harus diwujudkan dalam: (1) pengembangan
program jangka panjang, baik program akademis maupun non-akademis, yang dituangkan
dalam kurun waktu lebih dari lima tahun; (2) pengembangan program jangka menengah, baik
program akademis maupun non-akademis, yang dituangkan dalam kurun waktu tiga sampai lima
tahun; (3) pengembangan program jangka pendek, baik program akademis maupun non-
akademis yang dituangkan dalam kurun waktu satu tahun (program tahunan), termasuk
pengembangan rencana anggaran pendapatan belanja sekolah dan Anggaran Biaya Sekolah.

Dalam pada itu, kepala sekolah harus memiliki mekanisme yang jelas untuk memonitor dan
mengevaluasi pelaksanaan program secara periodik, sistemik dan sistematik. Kemampuan
menyusun organisasi personalia sekolah harus diwujudkan dalam pengembangan susunan
personalia sekolah dan personalia pendukung, seperti pengelola laboraturium, perpustakaan dan
pusat sumber belajar, serta penyusunan kepanitiaan untuk kegiatan temporer, seperti panitia
penerimaan peserta didik baru, panitia ujian dan panitia peringatan hari-hari besar keagamaan.

Kemampuan memberdayakan tenaga kependidikan di sekolah harus diwujudkan dalam


pemberian arahan secara dinamis, pengkoordinasian tenaga kependidikan dalam pelaksanaan
tugas, pemberian hadiah bagi mereka yang berprestasi dan pemberian hukuman (punishment)
bagi yang kurang disiplin dalam melaksanakan tugas. Di samping itu, kemampuan
mendayagunakan sumber daya sekolah, yang harus diwujudkan dalam pendayagunaan serta
perawatan sarana dan prasarana sekolah, pencatatan berbagai kinerja tenaga kependidikan dan
pengembagan program peningkatan profesioanlisme.

Seorang manajerpada hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin, dan


pengendali. Keberadaan manajer pada suatu organisasi (sekolah) sangat diperlukan, sebab
organisasi sebagai alat mencapai tujuan organisasi. Menurut GR Terry, proses manajemen
ditempuh melalui empat tahapan, yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling (POAC).

1) Planning

Perencanaan pada hakekatnya adalah aktifitas pengambilan keputusan tentang sasaran


(objectives) apa yang akan dicapai, tindakan apa yang akan diambil dalam rangka mencapai
tujuan dan siapa yang akan melaksanakan tugas-tugas tersebut. Menurut Roger A. Kauffman
perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan
menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien
mungkin. Dengan demikian perencanaan pendidikan adalah keputusan yang diambil untuk
melakukan tindakan sesuai engan jangka waktu perencanaan agar penyelenggaraan sistem
pendidikan menjadi lebih sangkil dan mangkus, serta menghasilkan lulusan yang bermutu, dan
relevan dengan kebutuhan pembangunan.

2) Organizing

Pengorganisasian sebagai suatu proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil,
membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuan dan keahlainnya,
serta mengalokasikan sumber daya, dan mengkoordinasikannya dalam rangka memperoleh
efektivitas pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian, dalam fungsi pengorganisasian itu
terdapat adanya sekelompok orang yang bekerja sama, adanya tujuan tertentu yang hendak
dicapai, adanya pekerjaan yang akan dikerjakan, adanya pembagian tugas yang disusun oleh
pimpinan, mengelompokkan kegiatan, menyediakan ala-alat yang dibutuhkan untuk aktivitas
organisasi, adanya pendelegasian wewenang antara atasan dan bawahan, sampai pada
pembuatan struktur organisasi yang efektif dan efisien.

3) Actuating

Terry (1978) memberikan definisi penggerakan: Berarti, penggerakan adalah membuat semua
anggota kelompok agar mau bekerja sama secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan
organisasi sesuai dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian. Dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa penggerakan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan
untuk membimbing, mengarahkan, dan mengatur bawahan yang telah diberikan tugas dalam
melakukan suatu kegiatan secara efektif dan efisien agar diperoleh suatu hasil yang optimal.

4) Controlling

Pengawasan adalah proses penentuan apa yang dicapai, yaitu tandar, apa yang sedang
dihasilkan, yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bilamana perlu mengambil tidakan
korektif sehingga pelaksanaan dapat berjalan sesuai rencana, yaitu sesuai dengan standar.
Peran kepala sekolah dalam pengawasan adalah mengadakan penilaian untuk mengetahui
sejauh mana program dilaksanakan. Melalui evaluasi akan diketahui apakah program yang
direncanakan sudah berhasil atau belum, apakah telah mencapai sasaran atau belum, apakah
hambatan yang terjadi dan bagaimana cara mengatasinya.

c. Kepala Sekolah sebagai Administrator


Secara teoritik pengertian administrasi adalah melayani secara intensif, sedangkan secara
etimologis administrasi dalam bahasa Inggris administer yaitu kombinasi dari kata latin yang
terdiri dari ad dan ministrare yang berarti to serve melayani, membantu, dan memenuhi. Lebih
jelas lagi, kata ad artinya intensif sedang minsitrare berbentuk kata benda yang berarti melayani,
membantu, atau mengarahkan. Jadi, secara etimologis administrasi adalah melayani secara
intensif. Kata administratio dan kata administrativus yang kemudian masuk kedalam bahasa
Inggris menjadi administration dalam bahasa Indonesia menjadi administrasi. Ada beberapa
pendapat tentang pengertian administarsi, antara lain:

1) Ensiklopedia Manajemen Pendidikan (1972: 5) mengemukakan administrasi adalah


pekerjaan-pekerjaan dalam rangka kebijaksanaan yang diletakkan oleh manajer-
manajer yang lebih tinggi atau ditetapkan oleh orang yang lebih dahulu memegang
jabatan. Administrasi meliputi semua fungsi dan kegaiatan yang berhubungan
dengan pekerjaan pelaksanaan atau pencapaian tujuan yang sebenarnya. Fungsi
administrasi berhubungan dengan masalah-masalah kepemimpinan dalam arti
sempit. Kegiatannya meliputi kegiatan untuk melihat ke depan, mengorganisasi,
mengeluarkan perintah-perintah, mengkoordinasi, dan melaksanakan pengawas.
2) Sondang P. Siagian (1985:3), bahwa administrasi adalah keseluruhan proses kerja
sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Ada beberapa
hal yang terkandung dalam definisi ini yakni: (a) administrasi sebagai seni adalah
suatu proses yang diketahui hanya permulaannya sedang akhirnya tidak ada,
administrasi sebagai seni merupakan social phenomenon, (b) adminstrasi
mempunyai unsur-unsur tertentu yaitu adanya dua manusia atau lebih, adanya
tugas-tugas yang harus dilaksanakan, adanya peralatan dan perlengkapan untuk
melaksanakan tugas-tugas, dan (c) administrasi sebagai proses kerjasama bukan
merupakan hal 8 yang baru, karena ia telah timbul bersama-sama dengan timbulnya
peradaban manusia.
3) The Liang Gie (1983:81) menyimpulkan bahwa administrasi adalah segenap
rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan-pekerjaan induk dan sumber-
sumber kegiatan lainnya yang bermaksud mencapai tujuan apapun dalam usaha
bersama dari sekelompok orang. Menurut hakekat dan kenyataannya administrasi
adalah segenap rangkaian kegiatan penataan berlangsung dalam usaha bersama
dari sekelompok orang yang bermaksud mencapai tujuan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa administrasi adalah rangkaian
kegiatan bersama sekelompok manusia secara sistematis untuk menjalankan suatu usaha agar
dapat terwujud, tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Sedang administrator adalah orang yang
menggerakkan kegiatan administrasi.

Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan erat dengan berbagai aktivitas
pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh
program sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah perlu memiliki kemampuan untuk mengelola
kurikulum, mengelola administrasi kearsipan, dan administrasi keuangan. Kegiatan tersebut
perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk itu,
kepala sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas ke dalam tugas-tugas
operasional. Dalam berbagai kegiatan administrasi, maka membuat perencanaan mutlak
diperlukan. Perencanaan yang akan dibuat oleh kepala sekolah bergantung pada berbagai
faktor, di antaranya banyaknya sumber daya manusia yang dimiliki, dana yang tersedia dan
jangka waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan rencana tersebut. Perencanaan yang
dilakukan antara lain menyusun program tahunan sekolah yang mencakup program pengajaran,
kepeserta didikan, kepegawaian, keuangan dan perencanaan fasilitas yang diperlukan.
Perencanaan ini dituangkan ke dalam rencana tahunan sekolah yang dijabarkan dalam program
semester. Di samping itu, fungsi kepala sekolah selaku administrator juga mencakup kegiatan
penataan struktur organisasi, koordinasi kegiatan sekolah dan mengatur kepegawaian di
sekolah.

Kepala sekolah sebagai Administrator bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan


pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Hal tersebut mencakup seluruh kegiatan sekolah,
seperti; proses belajar-mengajar, kepeserta didikan, personalia, sarana prasarana,
ketatausahaan dan keuangan serta mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat. Selain itu
juga, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keadaan lingkungan sekolahnya.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai administrator, kepala sekolah harus mampu menguasai
tugas-tugasnya dan melaksanakan tugasnya dengan baik.Untuk itu kepala sekolah harus kreatif
mampu memiliki ide-ide dan inisiatif yang menunjang perkembangan sekolah. Berbagai tugas
yang harus dilakukan kepala sekolah sebagai administrator adalah sebagai berikut.

1) Membuat perencanaan

Perencanaan yang perlu dilakukan oleh kepala sekolah, di antaranya adalah menyusun program
tahunan sekolah, yang mencakup program pengajaran, kepeserta didikan, kepegawaian,
keuangan dan penyediaan fasilitas-fasilitas yang diperlukan. Perencanaan ini selanjutnya
dituangkan dalam rencana tahunan sekolah yang dijabarkan dalam dua program semester.

2) Menyusun struktur organisasi sekolah

Organisasi memainkan peranan penting dalam fungsi administrasi karena merupakan tempat
pelaksanaan semua kegiatan administrasi. Selain itu, dilihat dari fungsinya organisasi juga
menetapkan dan menyusun hubungan kerja seluruh anggota organisasi agar tidak terjadi
tumpang tindih dalam melakukan tugasnya masing-masing.

Penyusunan organisasi merupakan tanggungjawab kepala sekolah sebagai administrator


pendidikan. Sebelumnya ditetapkan, penyusunan organisasi itu sebaiknya dibahas bersama-
sama dengan seluruh anggota agar hasil yang diperoleh benar-benar merupakan kesepakatan
bersama. Selain menyusun struktur organisasi, kepala sekolah juga bertugas untuk
mendelegasikan tugas-tugas dan wewenang kepada setiap anggota administrasi sekolah sesuai
dengan struktur organisasi yang ada.

3) Koordinator dalam organisasi sekolah

Pengoordinasian organisasi sekolah ini merupakan wewenang dari kepala sekolah. Dalam
melakukan pengoordinasian ini sebaiknya juga kepala sekolah kerja sama dengan berbagai
bagian dalam organisasi agar pengoordinasian yang dilakukan dapat menyelesaikan semua
hambatan dan halangan yang ada.

4) Mengatur kepegawaian dalam organisasi sekolah

Berbagai tugas yang berkenaan dengan kepegawaian sepenuhnya merupakan wewenang


kepala sekolah. Kepala sekolah memiliki wewenang untuk mengangkat pegawai,
mempromosikannya, menempatkan, atau menerima pegawai baru. Pengelolaan kepegawaian ini
akan berjalan dengan baik bila kepala sekolah memperhatikan kesinambungan antara
pemberian tugas dan dengan kondisi dan kemampuan pelaksanaannya.

Kepala sekolah sebagai Administrator bertanggung jawab terhadap kelancaran pelaksanaan


pendidikan dan pengajaran di sekolahnya. Hal tersebut mencakup seluruh kegiatan sekolah,
seperti; proses belajar-mengajar, kepeserta didikan, personalia, sarana prasarana,
ketatausahaan dan keuangan serta mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat. Selain itu
juga, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keadaan lingkungan sekolahnya, yaitu:

1) Mengatur proses pembelajaran.

Pengelolaan pengajaran ini merupakan dasar kegiatan dalam melaksanakan tugas pokok.
Kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan ini antara lain:

a) Pemimpin pendidikan hendaknya dapat menguasai garis-garis besar program


pengajaran untuk tiap-tiap bidang studi dan tiap kelas,
b) Menyusun program sekolah untuk satu tahun,
c) Menyusun jadwal pelajaran,
d) Mengkoordinir kegiatan-kegiatan penyusunan model satuan pengajaran,
e) Mengatur kegiatan penilaian,
f) Melaksanakan norma-norma kenaikan kelas,
g) Mencatat dan melaporkan hasil kemampuan belajar peserta didik,
h) Mengkoordinir kegiatan bimbingan sekolah,
i) Mengkoordinir program non kurikuler,
j) Merencanakan pengadaan,
k) Memelihara dan mengembangkan buku perpustakaan sekolah dan alat-alat
pelajaran.
2) Mengatur administrasi kantor
3) Mengatur administrasi peserta didik

Dalam bidang ini kegiatan yang nampak adalah perencanaan dan penyelenggaran peserta didik
baru, pembagian peserta didik atas tingkat-tingkat, kelas-kelas atau kelompok-kelompok
(grouping), perpindahan dan keluar masuknya peserta didik-peserta didik (mutasi),
penyelenggaraan pelayanan khusus (special services) bagi peserta didik, mengatur
penyelenggaraan dan aktivitas pengajaran, penyelenggaran testing dan kegiatan evaluasi,
mempersiapkan laporan tentang kemajuan masalah disiplin peserta didik, pengaturan organisasi
peserta didik, masalah absensi, dan sebagainya.

4) Mengatur administrasi pegawai

Termasuk dalam bidang ini yaitu menyelenggarakan urusan-urusan yang berhubungan dengan
penyeleksian, pengangkatan kenaikan pangkat, cuti, perpindahan dan pemberhentian anggota
staf sekolah, pembagian tugas-tugas di kalangan anggota staf sekolah, masalah jaminan
kesehatan dan ekonomi, penciptaan hubungan kerja yang tepat dan menyenangkan, masalah
penerapan kode etik jabatan.

5) Mengatur administrasi perlengkapan

Pengelolaan administrasi perlengkapan menyangkut usaha-usaha perencanaan dan pengadaan,


inventarisasi, pengaturan pemakaian, pemeliharaan, rehabilitasi perlengkapan dan alat-alat
material sekolah, keindahan serta kebersihan lingkungan, usaha melengkapi gedung,
perpustakaan, lapangan tempat bermain, kebun dan halaman sekolah, meubel sekolah, alat-alat
pelajaran klasikal dan alat peraga, perpustakaan sekolah, alat-alat permainan dan rekreasi,
fasilitas pemeliharaan sekolah, perlengkapan bagi penyelenggaraan khusus, transportasi
sekolah, alat-alat komunikasi, dan kantin sekolah.

6) Mengatur administrasi keuangan

Dalam bidang ini menyangkut masalah-masalah urusa gaji guru-guru dan staf sekolah, urusan
penyelenggaraan otorisasi sekolah, urusan uang sekolah dan uang alat-alat peserta didik-
peserta didik, usaha-usaha penyediaan biaya bagi penyelenggaraan pertemuan dan perayaan
serta keramaian.

7) Mengatur administrasi perpustakaan


8) Mengatur administrasi pembinaan peserta didik
9) Mengatur administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat
Untuk memperoleh simpati dan bantuan dari masyarakat termasuk orang tua peserta didik
dengan peserta didik, dan untuk dapat menciptakan kerjasama antara sekolah dengan rumah
dan lembaga-lembaga sosial lainnya.

d. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala
kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan
kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam
pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan peserta didik dalam
proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan
sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi
guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu
sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan
keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.

Supervisi diadopsi dari bahasa Inggris supervision yang berarti pengawasan atau
kepengawasan. Super berarti atas, lebih dan visi berarti lihat/penglihatan, pandangan. Orang
yang mengerjakan supervisi disebut supervisor (Ary H. Gunawan (1996: 193). Menurut konsep
kuno supervisi dilaksanakan dalam bentuk inspeksi atau mencari kesalahan. Sedangkan
pandangan modern supervisi adalah usaha untuk memperbaiki situasi belajar mengajar, yaitu
sebagai bantuan bagi guru dalam mengajar untuk membantu peserta didik agar lebih baik dalam
belajar Menurut Burton (1955: 1) secara umum supervisi berarti upaya bantuan yang diberikan
kepada guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya, agar guru mampu membantu para
peserta didiknya dalam belajar untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukakan bahwa
menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi,
metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran
dan bimbingan dari kepala sekolah mereka. Ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala
sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala
sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak
menguasainya dengan baik

Supervisi merupakan suatu teknis pelayanan profesional dengan tujuan utama mempelajari dan
memperbaiki bersama-sama dalam membimbing dan mempengaruhi pertumbuhan anak.
Menurut Kimbal Wiles (1955) menegaskan bahwa supervisi berusaha untuk memperbaiki situasi-
situasi belajar mengajar, menumbuhkan kreativitas guru, memberi dukungan dan
mengikutsertakan guru dalam kegiatan sekolah, sehingga menumbuhkan rasa memiliki bagi
guru. Adapun personel yang menjalankan kegiatan supervisi disebut supervisor. Dengan
demikian administrasi dan supervisi merupakan sebagian dari proses pendidikan yang tidak bisa
ditinggalkan, namun masih banyak yang memahami bahwa administrasi termasuk yang sering
menghambat dalam proses belajar mengajar.

Supervisi dalam pendidikan telah lama dikenal namun tidak semua orang dalam dunia
pendidikan mengerti apa hakekat supervisi itu sendiri. Supervisi disamakan dengan pekerjaan
mengawasi, supervisi lebih banyak mengawasi daripada berbagai ide pengalaman. Sebagai
supervisor, Kepala Sekolah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.
Menurut Sahertian (2004:19) bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara
khusus untuk membantu para guru dan supervisor mempelajari tugas sehari-hari di sekolah,
agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang
lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai
komunitas belajar yang lebih efektif. Jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia
harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja
tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan
pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.

Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar tenaga
kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih cermat melaksanakan pekerjaannya.
Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan
khususnya guru, disebut supervisi klinis, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran efektif. Kepala
sekolah sebagai supervisor perlu memperhatikan prinsip-prinsip: (1) hubungan konsultatif,
kolegial dan bukan hirarkis; (2) dilaksanakan secara demokratis; (3) berpusat pada tenaga
kependidikan; (4) dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan; dan (5) merupakan
bantuan profesional.

Guru cenderung menjadi resah dan takut apabila mereka diawasi, sehingga kenbanyakan guru
tidak suka disupevisi walaupun hal itu merupakan bagian proses pendidikan. Jadi supervisi
mempunyai pengertian yang luas, dimana segala bantuan dari pimpinan sekolah, yang tertuju
kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personal sekolah lainnya di dalam
mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain dapat disimpulkan dari beberapa pendapat bahwa
supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan
pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Peningkatan kinerja
guru ditentukan oleh tingkat keberhasilan peran kepala sekolah, dalam hal ini kepala sekolah
sebagai administrator dan supervisor.
Sementara itu pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah di antaranya adalah membenahi
kekurangan dan kelemahan dalam melaksanakan tanggung jawab yang diembannya.
Sedangkan strategi yang dapat diterapkan oleh kepala sekolah di antarannya adalah
menerapkan arah tindakan dan cara yang sifatnya mendasar melalui perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi, itu semua diharapkan untuk meningkatkan kualitas dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Kepala sekolah sebagai pimpinan puncak lembaga pendidikan berkewajiban memberikan


arahan, bimbingan, motivasi, pembinaan, peningkatan dan pengembangan para guru dan staf
tata usaha, serta menumbuhkan kreatifitas dan produktivitas yang tinggi untuk hasil yang
maksimal. Pelaksanaan supervisi merupakan tugas kepala sekolah untuk melakukan
pengawasan terhadap guru-guru dan pegawai sekolahnya. Beberapa prinsip yang digunakan
dalam mengadakan kegiatan supervisi adalah :

1) Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif


2) Supervisi harus bersifat sederhana, realistis dan informasi dalam pelaksanaannya
3) Supervisi harus bersifat objektif
4) Supervisi bersifat preventif
5) Supervisi bersifat korektif
6) Supervisi bersifat kooperatif
7) Supervisi harus memperhatikan kemampuan para anggota organisasi.

Apabila prinsip-prinsip supervisi di atas diperhatikan dan benar-benar dilakukan oleh kepala
sekolah, kiranya dapat diharapkan setiap sekolah akan berangsur-angsur maju dan berkembang
sebagai alat yang benar-benar memenuhi syarat untuk mencapai tujuan pendidikan. Akan tetapi
kesanggupan dan kemampuan seorang kepala sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat lambatnya
hasil supervisi itu antara lain:

1) Lingkungan masyarakat dimana sekolah berada.


2) Besar kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
3) Tingkatan dan jenis sekolah.
4) Keadaan guru-guru dan pegawai-pegawai yang tersedia.
5) Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri.

Supervisi adalah kegiatan membina atau membimbing guru agar bekerja dengan betul-betul
dalam mendidik dan mengajar, kepala sekolah sebagai supervisor juga membina pribadi, profesi
dan pergaulan mereka sesama guru maupun personalia yang lain yang berkaitan dengan
pendidikan sekolah. Supervisi mempunyai kedudukan yang penting dalam kegiatan sekolah.
Karena kegiatan sekolah mengacu pada tujuan pembentukan manusia pribadi dan individu.
Supervisi adalah aktivitas menetukan kondisi/syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin
tercapainya tujuan pendidikan. Sedangkan dalam kurikulum 1984 dalam buku Pedomana
Administasi dan Supervisi Pendidikan, Supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada
seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan
situasi belajar mengajar dengan lebih baik. Maka, tugas kepala sekolah sebagai supervsisor
harus memiliki, mencari dan menentukan syarat-syarat mana saja yang diperlukan bagi
kemajuan sekolahnya dan meneliti syarat-syarat mana yang telah ada dan tercukupi, dan mana
yang belum ada atau kurang maksimal.

Supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah harus mampu melakukan berbagai
pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan
dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan kependidikan disekolah terarah pada
tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif
untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih
berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya.

Kepala sekolah sebagai supervior harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan
melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan
menyusun program supervise pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program
supervisi kelas, pengembangan supervisi untuk kegiatan eksra kurikuler, pengembangan
supervisi perpustakaan, labolatorium, dan ujian. Di samping itu, kepala sekolah sebagai
supervisor harus memperhatikan perinsip-perinsip supervise, agar pelaksanaan supervise
berjalan dengan efektif. Prinsip prinsip yang harus diperhatikan oleh Supervisior adalah: 1)
hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkhis, 2) dilaksanakan secara demokratis, 3)
berpusat kepada tenaga kependidikan (guru), 4) dilakukan berdasarkan kebutuhan pendidik
(guru), 5) merupakan bantuan professional. Dengan demikian, Kepala sekolah sebagai
supervisior mempunyai peran dan tanggungjawab membina, memantau, dan memperbaiki
proses pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga terciptanya peningkatan
kualitas pembelajaran dan hasil yang memuaskan. Tanggungjawab ini dikenal dan dikategorikan
sebagai tanggung jawab supervisi. Supervisi sebagai proses membantu guru guna memperbaiki
dan meingkatkan pembelajaran kurikulum. Hal ini terkandung bahwa kepala sekolah adalah
supervisor dalam membantu guru secara individual maupun kelompok untuk memperbaiki
pengajaran dan kurikulum serta aspek lainnya.

Agar kualitas pembelajaran meningkat dan hasil yang dicapai secara optimal, maka kepala
sekolah harus mampu melakukan kegiatan supervisi dengan kegiatan sebagai berikut.

1) Membimbing guru agar dapat memahami secara jelas tujuan pendidikan yang
hendak dicapai dan aktivitas pengajaran dalam mencapai tujuan tersebut,
2) Membimbing guru agar mereka dapat memahami lebih jelas tentang persoalan dan
kebutuhan peserta didik, serta upaya yang ditempuh dalam mengatasi persoalan
tersebut,
3) Membantu guru agar dapat memahami lebih jelas masalah kesulitan belajar peserta
didik dan upaya mengatasinya,
4) Membantu guru agar memperoleh kecakapan mengajar yang lebih baik dengan
menggunakan multi metode dalam pengajaran,
5) Menyeleksi dan memberikan tugas kepada guru sesuai dengan kemampuan, bakat
dan minatnya,
6) Membantu guru untuk memahami sumber pengalaman belajar,
7) Membantu guru untuk memahami dan menggunakan alat peraga,
8) Membantu guru untuk dapat menerapkan penilaian yang valid, reliable, dan objektif,
9) Menumbuhkan moral kerja yang tinggi kepada setiap guru,
10) Memberikan penilaian terhadap prestasi kerja guru berdasarkan standar yang telah
ditetapkan,
11) Menciptakan, memupuk, serta mengembangkan pola hubungan yang sinergis,
harmonis, dan kooperatif di kalangan guru,
12. Mengikutsertakan wali peserta didik, tokoh masyarakat, dan stakeholder dalam
menyusun program sekolah.

Dari uraian di atas kita ketahui betapa banyak dan besar tanggung jawab kepala sekolah
sebagai supervisor. Oleh karena itu, untuk menjalankan tindakan-tindakan supervisi yang
sebaik-baiknya, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Supervisi hendaknya bersifat konstruktif, yaitu pada yang dibimbing dan diawasi
harus menimbulkan dorongan untuk bekerja.
2) Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenarnya (realistis
dan mudah untuk dilaksanakan).
3) Supervisi harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru/pegawai sekolah
yang disupervisi.
4) Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.
5) Supervisi harus didasarkan pada pola hubungan profesional bukan atas dasar
hubungan pribadi.
6) Supervisi harus senantiasa memperhitungkan kesanggupan, sikap, dan mungkin
prasangka guru-guru/pegawai sekolah.
7) Supervisi tidak bersifat mendesak atau otoriter, karena dapat menimbulkan perasaan
gelisah atau antisipasi dari guru-guru/pegawai.
8) Supervisi tidak bolah berdasarkan atas kekuasaan pangkat, kedudukan atau
kekuasaan pribadi.
9) Supervisi tidak boleh bersifat mencari kesalahan dan kekurangan (ingat bahwa
supervisi tidak sama dengan inspeksi).
10) Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil, dan tidak boleh lekas
merasa kecewa.
11) Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif dan kooperatif.

Preventif berarti berusaha jangan sampai timbul atau terjadi hal-hal yang negatif, mengusahakan
memenuhi syarat-syarat sebelum terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Korektif berarti mencari
kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekuarangan dan usaha memperbaiki dilakukan
bersama-sama oleh sipervisor dan orang-orang yang disupervisi. Untuk menjawab pertanyaan
apakah yang dilakukan seorang kepala sekolah sebagai supervisor, kita perlu kembali
mengingat pengertian supervisi. Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat
yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan. Dengan demikian, tugas kepala sekolah
sebagai supervisor berarti bahwa ia harus meneliti, mencari dan menentukan syarat-syarat mana
saja yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya. Kepala sekolah harus dapat meneliti syarat-
syarat mana yang telah ada dan tercukupi, dan mana yang belum ada atau kurang secara
maksimal (Daryanto, 2010:84).

e. Kepala Sekolah sebagai Leader

Istilah kepemimpinan bukan merupakan istilah baru bagi masyarakat. Di setiap organisasi, selalu
ditemukan seorang pemimpin yang menjalankan organisasi. Pemimpin berasal dari
kata leader yang merupakan bentuk benda dari to lead yang berarti memimpin. Untuk
memahami pengertian kepemimpinan secara jelas, maka perlu dikaji beberapa definisi yang
dikemukakan para ahli tentang kepemimpinan.

Feldmon mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah usaha sadar yang dilakukan pimpinan
untuk mempengaruhi anggotanya melaksanakan tugas sesuai dengan harapannya. Di sisi lain,
Newell mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain
untuk mencapai pengembangan atau tujuan organisasi. Kedua pendapat tersebut sesuai dengan
pendapat Stogdil yang mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
aktifitas kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan para ahli kepemimpinan tersebut, dapat
digarisbawahi bahwa kepemimpinan pada dasarnya adalah suatu proses menggerakkan,
mempengaruhi dan membimbing orang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi.
Ada empat unsur yang terkandung dalam pengertian kepemimpinan, yaitu unsur orang yang
menggerakkan yang dikenal dengan pemimpin, unsur orang yang digerakkan yang disebut
kelompok atau anggota, unsur situasi dimana aktifitas penggerakan berlangsung yang dikenal
dengan organisasi, dan unsur sasaran kegiatan yang dilakukan.

Sekolah merupakan salah satu bentuk organisasi pendidikan. Kepala sekolah merupakan
pemimpin pendidikan di sekolah. Jika pengertian kepemimpinan tersebut diterapkan dalam
organisasi pendidikan, maka kepemimpinan pendidikan bisa diartikan sebagai suatu usaha untuk
menggerakkan orang-orang yang ada dalam organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nawawi yang mengemukakan bahwa
kepemimpinan pendidikan adalah proses mempengaruhi, menggerakkan, memberikan motivasi,
dan mengarahkan orang-orang yang ada dalam organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan.

Dalam organisasi pendidikan yang menjadi pemimpin pendidikan adalah kepala sekolah.
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah memiliki sejumlah tugas dan tanggung jawab
yang cukup berat. Untuk bisa menjalankan fungsinya secara optimal, kepala sekolah perlu
menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat. Peranan utama kepemimpinan kepala sekolah
tersebut, nampak pada pernyataan-pernyataan yang dikemukakan para ahli kepemimpinan.
Knezevich yang dikutip Indrafachrudi mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah sumber
energi utama ketercapaian tujuan suatu organisasi. Di sisi lain, Owens juga menegaskan bahwa
kualitas kepemimpinan merupakan sarana utama untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk itu,
agar kepala sekolah bisa melaksanakan tugasnya secara efektif, mutlak harus bisa menerapkan
kepemimpinan yang baik.

Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari
kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan
mengambil keputusan dan kemampuan dalam berkomunikasi. Kepribadian kepala sekolah
sebagai leader akan tercermin pada sifat-sifatnya (1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab,
(4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil, dan (7)
teladan.

Pemahaman terhadap visi dan misi akan tercermin dari kemampuannya untuk: (1)
mengembangkan visi sekolah, (2) mengembangkan misi sekolah, (3) melaksanakan program
untuk mewujudkan visi dan misi ke dalam tindakan. Sedangkan Kemampuan mengambil
keputusan akan tercermin dari kemampuannya untuk (1) berkomunikasi dengan lisan (2)
menuangkan gagasan dalam bentuk lisan, (3) berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik,
dan (4) berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat dalam lingkungan
sekolah.

Sedangkan tipe-tipe kepemimpinan kepala sekolah dapat digolongkan menjadi beberapa bagian,
antara lain sebagai berikut.

1) Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan otoriter adalah kepemimpinan yang bertindak sebagai diktor terhadap anggota-
anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Apa
yang diperintahnya harus dilaksanakan secara utuh, ia bertindak sebagai penguasa dan tidak
dapat dibantah sehingga orang lain harus tunduk kepada kekuasaanya. Ia menggunakan
ancaman dan hukuman untuk menegakkan kepemimpinannya. Kepemimpian otoriter hanya
akan menyebabkan ketidakpuasan dikalangan guru.

2) Kepemimpinan Paternalistic
Tipe kepemimpinan ini banyak terdapat dilingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional.
Salah satu cirri dari kepemimpinan demikian ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh
para agnggotanya kepada yang dituakan (pemimpinnya). Ketergantungan hidup bawahnnya
berada pada pemimpinnya itu. Para bawahannya biasanya mengharapkan para pemimpin
paternalistic mempunyai sifat kebapak-an, yang tidak mementingakan diri sendiri melainkan
memberikan perhatian kepada bawahannya. Akan tetapi pemimpin yang paternalistic
mengharapkan bahwa kehadiran / keberadaan dari organisasi tidak lagi dipertanyakan oleh
orang lain.

3) Kepemimpinan Karismatik

Literatur yang ada tentang kepemimpinan tidak memberikan petunjuk yang cukup bagi penulis
untuk melakukan analisis tentang kepemimpinan yang karismatik. Artinya tidak banyak hal yang
dapat disimak dari literature yang ada tentang kreteria kepemimpinan yang karismatik
itu. Memang ada ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tarik ayang sangat memikat
sehingga mampu memperoleh pengikut atau dukungan yang jumlahnya kadang-kadang sangat
besar. Tegasnya seorang pemimpin yang karismatik adalah orang yang dikagumi oleh banyak
pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret
mengapa orang tertentu itu dikagumi.

4) Kepemimpinan Laissez Faire

Bentuk kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari kepemimpinan otoriter. Yang mana
kepemimpinan laissez faire menitik beratkan kepada kebebasan bawahan untuk melakukan
tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Pemimpin lasses faire banyak memberikan kebebasan
kepada personil untuk menentukan sendiri kebijaksanaan dalam melaksanakan tugas, tidak ada
pengawasan dan sedikit sekali memberikan pengarahan kepada personilnya. Kepemimpinan
Laissez Faire tidak dapat diterapkan secara resmi di lembaga pendidikan, kepemimpinan laissez
faire dapat mengakibatkan kegiatan yang dilakuakn tidak terarah, perwujudan kerja simpang
siur, wewenang dan tanggungjawab tidak jelas, yang akhirnya apa yang menjadi tujuan
pendidikan tidak tercapai.

5) Kepemimpinan Demokratis

Bentuk kepemimpinan demokratis menempatkan manusia atau personilnya sebagai factor utama
dan terpenting. Hubungan antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpin atau bawahannya
diwujudkan dalam bentuk human relationship atas dasar prinsip saling harga-menghargai dan
hormat-menghormati.
Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin demokratis mau menerima dan bahkan
mengharapkan pendapat dan saran-saran dari bawahannya, juga kritik-kritik yang membangun
dari anggota diterimanya sebagai umpan balik atau dijadikan bahan pertimbangan kesanggupan
dan kemampuan kelompoknya. Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif,
dinamis, terarah yang berusaha memanfaatkan setiap personil untuk kemajuan dan
perkembangan organisasi pendidikan.

Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-suburkan kreativitas
sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi guru ? Dalam teori kepemimpinan
setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada
tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan
kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan
tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.
Kendati demikian menarik untuk dipertimbangkan dari hasil studi yang dilakukan Bambang Budi
Wiyono (2000) terhadap 64 kepala sekolah dan 256 guru Sekolah Dasar di Bantul terungkap
bahwa ethos kerja guru lebih tinggi ketika dipimpin oleh kepala sekolah dengan gaya
kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.

Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan,
meningkatkan kemauan dan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah
dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai
pemimpin harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar,
pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.
Kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis dari aspek kepribadian,
pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil
keputusan dan kemampuan berkomunikasi. Sedangkan kepribadian kepala sekolah sebagai
pemimpin akan tercermin dalam sifatnya yang: (1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4)
berani mengambil risiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan.

Dalam implementasinya, kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis dari tiga gaya
kepemimpinan, yakni demokratis, otoriter dan bebas. Ketiga gaya tersebut sering dimiliki secara
bersamaan oleh seorang pemimpin sehingga dalam melaksanakan kepemimpinannya, gaya-
gaya tersebut muncul secara situasional. Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan
kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat
sebagai barikut : (1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan
keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan (E. Mulyasa, 2003).
Kepemimpinan Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui
tugas-tugas yang harus ia laksanakan. Tugas Kepala Sekolah sebagai pemimpin harus memiliki
kepribadian yang kuat; dapat dipercaya, jujur dan bertanggung jawab,memahami kondisi guru,
karyawan, dan peserta didik dengan baik; memiliki visi dan memahami misi sekolah, memiliki
kemampuan mengambil keputusan, dan memiliki kemampuan berkomunikasi.

Menurut Purwanto, (2004 : 65), seorang kepala sekolah sebagai pemimpin mempunyai sepuluh
macam peranan, yaitu 1) sebagai pelaksana (executive), 2) sebagai perencana (planner), 3),
sebagai seorang ahli (expert), 4) mengawasi hubungan antara anggota-anggota kelompok
(contoller of internal relationship), 5) mewakili kelompok (group representative), 6) bertindak
sebagai pemberi ganjaran/ pujian dan hukuman, 7) bertindak sebagai wasit dan penengah
(arbitrator and modiator), 8) pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya, 9) sebagai
pencipta/memiliki cita-cita (idiologist), 10) bertindak sebagai ayah (father figure).

Kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam
mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Kualitas kepemimpinan kepala sekolah sangat
berpengaruh terhadap terbentuknya semangat kerja, kerja sama yang harmonis, minat terhadap
perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan, dan perkembangan mutu
profesional di antara para guru.

Tidak semua kepala sekolah mengerti maksud kepemimpinan, kualitas serta fungsi-fungsi yang
harus dijalankan oleh pemimpin pendidikan. Setiap orang yang memberikan sumbangan bagi
perumusan dan pencapaian tujuan bersama adalah pemimpin, namun individu yang mampu
memberi sumbangan yang lebih besar terhadap perumusan tujuan serta terhimpunnya suatu
kelompok di dalam kerja sama mencapainya, dianggap sebagai pemimpin yang sebenarnya.
Orang yang memegang jabatan kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan. Tanggung jawab
kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan ada enam, antara lain:

1) Pemimpin di bidang kurikulum

Pada jenis dan tingkat sekolah apapun yang menjadi tugas utama kepala sekolah ialah
menajmin adanya program pengajaran yang baik bagi peserta didik-peserta didik. Inilah
tanggung jawab kepala sekolah yang paling penting dan banyak tantangannya, sedangkan
stafnya mendapat bagian tanggung jawab dalam membantu usaha pelaksanaan dan
pengembangan program pengajaran yang efektif. Agar supaya kepala sekolah mampu
memberikan pimpinan yang efektif dalam bidang ini hendaknya ia mengetahui berbagai teori
mengenai kurikulum dan menyadari kaitannya dengan kebijaksanaan dan langkah-langkah
administrasi yang sedang berlaku.

2) Pemimpin di bidang personalia

Kepala sekolah harus dapat (a) memiliki kemampuan menerima dan menghargai individu guru
sebagai anggota staf atas dasar karakter pribadi dan latar belakangnya (b) memberikan bekal
yang mendorong kekuatan, minat, dan kecakapan setiap anggota staf dalam melaksanakan
tugas (c) menghargai kekuatan dan kelemahan guru dan melengkapi serta membantunya
menjadi konseling pribadi (d) memperaktekan pendekatan psikologis dan manajemen
personalia. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan kerjasama dalam perencanaan, hubungan
individual dan kelompok, menciptakan iklim yang menyenangkan dan pengorganisasian
kurikulum dan sekolah secar bijaksana (e) mengetahui dan menerapkan beraneka ragam teknik
bekerja bersama staf dalam menyelesaikan progam (f) mengembangkan sensitifitas orang lain
(g) mendorong dan memberikan bimbingan dalam pertumbuhan professional para guru dan
mendorong motivasi belajar.

3) Pemimpin di bidang public relation

Kepala sekolah harus dapat (a) mendayagunakan organisasi orang tua peserta didik dan guru
dan organisasi tertentu demi kesehatan dan kesejahteraan anak didik (b) menggunakan
organisasi-organisasi tersebut untuk membantu personal sekolah dalam menentukan,
mengembangkan, dan memahami tujuan sekolah (c) menerapkan kepemimpinan untuk
meningkatkan partisipasi orang tua dalam menyelesaikan problema sekolah dan masyarakat (d)
mendorong kunjungan orang tua dan menyediakan fasilitas terhadap kunjungan orang tua ke
sekolah dan kunjungan staf ke rumah-rumah peserta didik (e) mengembangkan metode laporan
regular yang sistematik kepada orang tua tentang pengembangan sekolah (f) mendayagunakan
partisipasi peserta didik dalam program hubungan sekolah dengan masyarakat (g) mengadakan
studi dan memperaktekan teknik-teknik latihan guru untuk menghandel public relation (h)
mendayagunakan orang tua dan warga masyarakat untuk meningkatkan program hubungan
sekolah dengan masyarakat (i) melihat dengan jelas bagaimana memperbaiki hubungan sekolah
dengan masyarakat (Daryanto, 2010)

4) Pemimpin di bidang hubungan guru dengan peserta didik


5) Pemimpin di bidang personal non pengajar
6) Pemimpin dalam pelayanan bimbingan dan pengorganisasian
Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan,
meningkatkan kemauan dan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah
dan mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999) mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai
pemimpin harus memiliki karakter khusus yang mencakup kepribadian, keahlian dasar,
pengalaman dan pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan.

Kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis dari aspek kepribadian,
pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil
keputusan dan kemampuan berkomunikasi. Sedangkan kepribadian kepala sekolah sebagai
pemimpin akan tercermin dalam sifatnya yang: (1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4)
berani mengambil risiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan.

Dalam implementasinya, kepala sekolah sebagai pemimpin dapat dianalisis dari tiga gaya
kepemimpinan, yakni demokratis, otoriter dan bebas. Ketiga gaya tersebut sering dimiliki secara
bersamaan oleh seorang pemimpin sehingga dalam melaksanakan kepemimpinannya, gaya-
gaya tersebut muncul secara situasional. Oleh karena itu, kepala sekolah sebagai pemimpin
mungkin bergaya demokratis, otoriter dan mungkin bersifat bebas. Meskipun kepala sekolah
ingin selalu bersifat demokratis, namun seringkali situasi dan kondisi menuntut untuk bersikap
lain, misalnya harus otoriter. Dalam hal tertentu gaya kepemimpinan otoriter lebih cepat dan
tepat digunakan dalam pengambilan suatu keputusan.

Jika kepala sekolah yang memiliki tiga gaya sebagai pemimpin, maka dalam menjalankan roda
kepemimpinannya dapat menggunakan strategi yang tepat sesuai tingkat kematangan para
tenaga kependidikan dan kombinasi yang tepat antara perilaku tugas dan perilaku hubungan.
Strategi tersebut dapat dilaksanakan dalam gaya mendikte, menjual, melibatkan, dan
mendelegasikan.

Gaya mendikte digunakan ketika para tenaga kependidikan berada dalam tingkat kematangan
rendah, sehingga perlu petunjuk serta pengawasan yang jelas. Gaya ini disebut mendikte karena
pemimpin dituntut untuk mengatakan apa, bagaimana, kapan dan dimana tugas dilakukan. Gaya
ini ditekankan pada tugas, sedangkan hubungan hanya dilakukan sekedarnya saja.

Gaya menjual dapat digunakan ketika kondisi tenaga kependidikan berada dalam taraf rendah
sampai moderat sehingga mereka telah memiliki kemauan untuk meningkatkan
profesionalismenya tetapi belum didukung oleh kemampuan yang memadai. Gaya ini disebut
menjual karena pemimpin banyak memberikan petunjuk. Dalam tingkat kematangan tenaga
kependidikan seperti ini diperlukan tugas dan hubungan yang tinggi agar dapat memelihara dan
meningkatkan kemauan dan kemampuan yang dimiliki.
Gaya melibatkan digunakan ketika tingkat kematangan tenaga kependidikan di sekolah berada
pada taraf kematangan moderat sampai tinggi, yaitu ketika mereka mempunyai kemampuan
tetapi kurang memiliki kemajuan kerja dan kepercayaan diri dalam meningkatkan
profesionalismenya. Gaya ini disebut melibatkan, karena kepala sekolah dengan tenaga
kependidikan lain bersama-sama berperan di dalam proses pengambilan keputusan. Dalam
kematangan seperti ini upaya tugas tidak digunakan, namun upaya hubungan senantiasa
ditingkatkan dengan membuka komunikasi dua arah dan iklim yang transparan.

Gaya mendelegasikan digunakan oleh kepala sekolah jika tenaga kependidikan telah memiliki
kemampuan yang tinggi dalam menghadapi suatu persoalan, demikian pula ada kemauan untuk
meningkatkan profesionalitasnya. Gaya ini disebut mendelegasikan sehingga para tenaga
kependidikan dibiarkan melaksanakan kegiatan sendiri melalui pengawasan umum. Para
pendidik tersebut berada pada tingkat kedewasaan yang tinggi. Dalam tingkat kematangan yang
tinggi, upaya tugas hanya diperlukan sekedarnya saja, demikian pula upaya hubungan.

f. Kepala Sekolah sebagai Pencipta Iklim Kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk
menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan
kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang
kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

(1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan
menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan
diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja,
para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru
harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih
baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan
untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan
(Mulyasa, 2003).

g. Kepala Sekolah sebagai Wirausahawan

Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi


guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan
komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan
yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk
perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran peserta didik beserta
kompetensi gurunya. Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran tersebut,
secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan
kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu
pendidikan di sekolah.

h. Kepala Sekolah sebagai Inovator

Peranan dan fungsinya sebagai inovator, Kepala Sekolah perlu memiliki strategi yang tepat
untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru,
mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada tenaga kependidikan dan
mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. Kepala sekolah sebagai inovator
dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan akan tercermin dari caranya
melakukan pekerjaan secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, obyektif, pragmatis,
keteladanan, disiplin, adaptable, dan fleksibel.

Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan dan melaksanakan
berbagai pembaruan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class
adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi,
sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga dan
alat-alat lainnya.

Dalam rangka melakukan peranan dan fungsinya sebagai inovator, kepala sekolah perlu
memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan,
mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada tenaga
kependidikan dan mengembangkan modelmodel pembelajaran yang inovatif. Kepala sekolah
sebagai inovator dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan akan tercermin dari
caranya melakukan pekerjaan secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional, obyektif,
pragmatis, keteladanan, disiplin, adaptable, dan fleksibel.

Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan dan melaksanakan
berbagai pembaruan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class
adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas bidang studi,
sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga dan
alat-alat lainnya. Moving class ini biasa dirangkaikan dengan pembelajaran terpadu, sehingga
dalam suatu laboratorium bidang studi dijaga oleh beberapa guru yang bertugas memberikan
kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.

i. Kepala Sekolah Sebagai Motivator


Fungsi sebagai motivator, Kepala Sekolah memiliki strategi yang tepat untuk memberikan
motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya.
Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin,
dorongan, penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai sumber belajar. Dorongan dan
penghargaan merupakan dua sumber motivasi yang efektif diterapkan oleh kepala sekolah.
Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang datang dari
dalam maupun datang dari lingkungan. Dari berbagai faktor tersebut, motivasi merupakan suatu
faktor yang cukup dominan dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain ke arah keefektifan
(effectiveness) kerja, bahkan motivasi sering disamakan dengan mesin dan kemudi mobil, yang
berfungsi sebagai penggerak dan pengarah.

Sebagai motivator, kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi
kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini
dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan,
penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan
Pusat Sumber Belajar (PSB).

Dorongan dan penghargaan merupakan dua sumber motivasi yang efektif diterapkan oleh
kepala sekolah. Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang
datang dari dalam maupun datang dari lingkungan. Dari berbagai faktor tersebut, motivasi
merupakan suatu faktor yang cukup dominan dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain ke arah
keefektifan (effectiveness) kerja, bahkan motivasi sering disamakan dengan mesin dan kemudi
mobil, yang berfungsi sebagai penggerak dan pengarah.

Setiap tenaga kependidikan memiliki karakteristik khusus, yang berbeda satu sama lain,
sehingga memerlukan perhatian dan pelayanan khusus pula dari pimpinannya agar
memanfaatkan waktu untuk meningkatkan profesionalismenya. Perbedaan tenaga kependidikan
tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam kondisi psikisnya, misalnya motivasinya. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, kepala sekolah perlu
memperhatikan motivasi para tenaga kependidikan dan faktor-faktor lain yang berpengaruh.

Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan kepala sekolah untuk mendorong tenaga
kependidikan agar mau dan mampu meningkatkan profesionalismenya. Prinsip-prinsip tersebut
adalah sebagai berikut.

1) Para tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang
dilakukannya menarik dan menyenangkan.
2) Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada parapendiaik
dan tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui tujuannya bekerja. Para
tenaga kependidikan juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut.
3) Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari setiap
pekerjaannya.
4) Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman
dapat juga diperlukan.
5) Usaha memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dapat dilakukan dengan jalan
memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman dan nyaman, menunjukkan
sikap bahwa kepala sekolah memperhatikannya, mengatur pengalaman sedemikian
rupa sehingga setiap pegawai pernah memperoleh kepuasan dan
penghargaan (Mulyasa, 2003).

Penghargaan penting artinya untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan dan


mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan, tenaga kependidikan
dirangsang untuk meningkatkan profesionalisme kerjanya secara positif dan
produktif. Pelakasanaan penghargaan dapat dikaitkan dengan prestasi tenaga kependidikan
secara terbuka, sehingga mereka memiliki peluang untuk meraihnya. Kepala sekolah harus
berusaha menggunakan penghargaan secara tepat, efektif dan efisien untuk menghindari
dampak negatif yang ditimbulkannya.

j. Kepala Sekolah Sebagai Pejabat Formal

Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua bentuk, yaitu kepemimpinan
formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan formal terjadi apabila jabatan atau otoritas
formal dalam organisasi diisi oleh orang yang ditunjuk atau dipilih melalui proses
seleksi. Sedangkan kepemimpinan informal terjadi ketika kedudukan pemimpin dalam suatu
organisasi diisi oleh orang yang muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan
khusus yang dimiliki atau sumber daya yang dimilikinya dirasakan mampu memecahkan
persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan anggota organisasi.

Kepala sekolah adalah jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh orang tanpa didasarkan atas
pertimbangan. Siapa pun yang akan diangkat menjadi kepala sekolah harus ditentukan melalui
prosedur serta persyaratan tertentu seperti latar belakang pendidikan, pengalaman, usia,
pangkat dan integritas. Oleh sebab itu, kepala sekolah pada hakikatnya adalah pejabat formal
sebab pengangkatannya melalui suatu proses dan prosedur yang didasarkan atas peraturan
yang berlaku.
Secara sistem, jabatan kepala sekolah sebagai pejabat atau pemimpin formal dapat diuraikan
melalui berbagai pendekatan yakni pengangkatan, pembinaan, tanggung jawab.

Sebagai pejabat formal, pengangkatan seseorang menjadi kepala sekolah harus didasarkan atas
prosedur dan peraturan yang berlaku. Prosedur dan peraturan tersebut dirancang dan ditentukan
oleh suatu unit yang bertanggung jawab dalam bidang sumber daya manusia. Dalam hal ini perlu
ada kerjasama dengan unit yang berkaitan dengan pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah.
Prosedur pengangkatan memberikan petunjuk tentang sumber dari manakandidat kepala
sekolah dicalonkan, siapa yang harus mencalonkan mulai dari tingkat sekolah, kabupaten,
provinsi, sampai tingkat pusat dan instansi terkait mana saja yang terlibat dalam proses
pencalonan tersebut. Sedangkan peraturan yang dimaksud lebih ditekankan kepada persyaratan
yang perlu dipenuhi oleh para calon kepala sekolah. Klasifikasi persyaratan formal kepala
sekolah yang perlu diperhatikan, yaitu bersifat administratif yang meliputi: (1) usia minimal dan
maksimal, (2) pangkat, (3) masa kerja, (4) pengalaman dan (5) berkedudukan sebagai tenaga
fungsional guru.

Bersifat akademis, yaitu latar belakang pendidikan formal dan pelatihan terakhir yang
dimiliki oleh calon kepala sekolah. Kepribadian bebas dari perbuatan tercela dan loyal kepada
Pancasila dan pemerintah. Selama menduduki jabatan kepala sekolah, dalam rangka
pembinaan kepada para kepala sekolah selaku pejabat formal yaitu: (1) diberikan gaji serta
penghasilan dan pendapatan lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku, (2) memperoleh
kedudukan dalam jenjang kepangkatan tertentu, (3) memperoleh hak kenaikan gaji atau
kenaikan pangkat, (4) memperoleh kesempatan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi, (5)
memperoleh kesempatan untuk pengembangan diri, (6) memperoleh penghargaan atau fasilitas,
(7) dapat diberi teguran oleh atasannya karena sikap, perbuatan serta perilakunya yang
dirasakan dapat menggangu tugas dan tanggung jawab sebagai kepala sekolah, dan (8) dapat
dimutasikan atau diberhentikan dari jabatan kepala sekolah karena hal-hal tertentu.

Sebagai seorang pejabat formal, kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab
terhadap atasan, terhadap sesama rekan kepala sekolah atau lingkungan terkait dan kepada
bawahan. Kepada atasan, seorang kepala sekolah mempunyai atasan, yaitu atasan langsung
dan atasan yang lebih tinggi. Mengingat kedudukannya yang terkait kepada atasan/sebagai
bawahan, maka seorang kepala sekolah: (1) wajib loyal dan melaksanakan apa yang digariskan
oleh atasan, (2) wajib berkonsultasi atau memberikan laporan mengenai pelaksanaan tugas
yang menjadi tanggung jawabnya, dan (3) wajib selalu memelihara hubungan yang bersifat
hirarki antara kepala sekolah dan atasan.

Kepada sesama rekan kepala sekolah atau instansi terkait kepala sekolah: (1) wajib memberikan
hubungan kerja sama yang baik dengan para kepala sekolah yang lain, dan (2) wajib
memelihara hubungan kerja sama sebaik-baiknya dengan lingkungan baik dengan instansi
terkait maupun tokoh-tokoh masyarakat dan BP3. Kepada bawahan, kepala sekolah
berkewajiban menciptakan hubungan yang sebaikbaiknya dengan para guru, staf dan peserta
didik, sebab esensi kepemimpinan adalah kepengikutan orang lain.
Peranan kepala sekolah sebagai pejabat formal secara singkat dapat disimpulkan bahwa kepala
sekolah diangkat dengan surat keputusan oleh atasan yang mempunyai kewenangan dalam
pengangkatan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku; memiliki tugas dan
tanggung jawab yang jelas serta hak-hak dan sanksi yang perlu dilaksanakan; secara hirarki
mempunyai atasan langsung, atasan yang lebih tinggi dan memiliki bawahan; dan mempunyai
hak kepangkatan, gaji, dan karier.

3. Langkah-langkah Peningkatan Mutu Pendidikan

Peningkatan mutu pendidikan harus dilaksanakan para pelaku pendidikan. Kepala Sekolah
sebagai penggerak utama di tingkat sekolah mutlah menguasai dan mengaplikasikasikan
peningkatan mutu pendidikan. Upaya perbaikan pada lembaga pendidikan tidak sederhana
yang dipikirkan karena butuh perbaikan yang berkelanjutan. Langkah-langkah dalam
meningkatkan mutu pendidikan adalah sebagai berikut.

a. Memperkuat Kurikulum

Kurikulum adalah instrumen pendidikan yang sangat penting dan strategis dalam menata
pengalaman belajar peserta didik, dalam meletakkan landasan-landasan pengetahuan, nilai,
keterampilan,dan keahlian, dan dalam membentuk atribut kapasitas yang diperlukan untuk
menghadapi perubahan-perubahan sosial yang terjadi.

b. Memperkuat Kapasitas Manajemen Sekolah

Salah satu model yang diadopsi dalam dunia pendidikan. Dalam rangka desentralisasi di
bidang pendidikan, model manajemen berbasis sekolah (MBS): (1) akan memperkuat rujukan
referensi nilai yang dianggap strategis dalam arti memperkuat relevansi, (2) memperkuat
partisipasi masyarakat dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, (3) memperkuat preferensi nilai
pada kemandirian dan kreativitas baik individu maupun kelembagaan, dan (4) memperkuat
dan mempertinggi kebermaknaan fungsi kelembagaan sekolah.

c. Memperkuat Sumber Daya Tenaga Kependidikan

Dalam jangka panjang, agenda utama upaya memperkuat sumber daya tenaga kependidikan
ialah dengan memperkuat sistem pendidikan dan tenaga kependidikan yang memiliki keahlian.
Keahlian baru itu adalah modal manusia (human investmen), dan memerlukan perubahan dalam
sistem pembelajarannya. Menurut Thurow (sularso,2002),
d. Perbaikan yang berkesinambungan

Perbaikan yang berkesinambungan berkaitan dengan komitmen (Continuos quality Improvement


atau CQI) dan proses Continuous pros Improvement. Komitmen terhadap kualitas dimulai
dengan pernyataan dedikasi pada misi dan visi bersama, serta pembedayaan semua persiapan
untuk secara inkrimental mewujudkan visi tersebut (Lewis dan smith, 1994). Perbaikan yang
berkesinambungan tergantung kepada dua unsur. Pertama, mempelajari proses, alat, dan
keterampilan yang tepat. Kedua, menerapkan keterampilan baru small achieveable project.

e. Manajemen berdasarkan fakta

Pengambilan keputusan harus didasarkan pada fakta yang nyata tentang kualitas yang
didapatkan dari berbagai sumber diseluruh jajaran organisasi. Jadi, tidak semata-mat atas dasar
intuisi, praduga, atau organizational politik. Berbagai alat telah dirancang dan dikembangkan
untuk mendukung pengumpulan dan analisis data, serta pengambila keputusan berdasarkan
fakta.

Sumber Bacaan

Arikunto, Suharsimi. 1993. Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Grafindo Persada.


Baharuddin, Yusak, 1998. Administrasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Bambang Budi Wiyono. 2000. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Semangat Kerja Guru
dalam Melaksanakan Tugas Jabatan di Sekolah Dasar. Universitas Negeri Malang.
Danim, Sudarw

Anda mungkin juga menyukai