LATAR BELAKANG
juga dengan uniterisme atau eenbeistaat, ialah suatu negara merdeka dan
(pusat) yang mengatur seluruh daerah, jadi tidak terdiri dari beberapa daerah
yang berstatus negara bagian (deelstaat) atau negara dalam negara. Dengan
supremasi MPR3 sebagai salah satu bentuk varian sistem supremasi parlemen
1
Trianto dkk, Falsafah Negara dan Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007. hal 139
2
UUD (Undang-Undang Dasar)
3
MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat)
4
DPR ( Dewan Perwakilan Rakyat )
1
tercermin dalam keanggotaan MPR sehingga lembaga yang mempunyai
Sebagai organ negara atau lembaga negara yang diberi kedudukan tertinggi,
dan bertanggung jawab. Lembaga MPR itu disebut sebagai pelaku tertinggi
kedaulatan rakyat bahkan dalam Pasal I ayat (2) UUD 1945 sebelum perubahan
atau kekuasaan tertinggi itu berada dan berasal atau bersumber dari rakyat
dilaksanakan menurut ketentuan UUD itu sendiri; dan (c) Organ pelaku atau
pelaksana prinsip kedaulatan rakyat itu tidak terbatas hanya MPR saja,
melainkan semua Lembaga Negara adalah juga pelaku langsung atau tidak
langsung kekuasaan yang bersumber dari rakyat yang berdaulat tersebut. DPR
Badan Pemeriksa Keuangan yang juga dipilih oleh rakyat secara tidak langsung
5
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia Edisi Revisi, Jakarta: Rajawali Perss,
2011. hal 149
2
dapat pula disebut sebagai lembaga pelaksana kedaulatan rakyat dibidang
tugasnya masing-masing.6
Indonesia Tahun 1945 pasca Perubahan Keempat (Tahun 2002), dalam struktur
6. Mahkamah Agung;
7. Mahkamah Konstitusi;
8. Komisi Yudisial.
3. Pemerintah Daerah;
4. Partai Politik.
6
Ibid., hal 150
3
Selain itu, ada pula lembaga yang tidak disebut namanya, tetapi disebut
undang, yaitu (1) bank sentral yang tidak disebutkan namanya “Bank
Indonesia”, dan Komisi Pemilihan Umum yang juga bukan namanya karena
ditulis dengan huruf kecil. Baik Bank Indonesia maupun Komisi Pemilihan
undang-undang.7
dalam kenyataan ada pula lembaga atau organ yang kewenangan berasal
7
Ibid., hal 151
8
Ibid., hal 152
4
masyarakat, makin berkembang pula tuntutan keteraturan dalam pola-pola
(DPR) juga dalam Pasal 20, yang diadopsikan dalam naskah UUD 1945 di
guna mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean
9
Jimly Asshidiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta. Sinar
Gradika, 2012. hal 1-2
10
Jimly Assiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,
Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010. hal 134
5
governance) dalam menjalankan fungsinya perlu senantiasa mengedepankan
penting sebagai upaya untuk mewujudkan DPR yang produktif, terpecaya, dan
secara generik.11
Kedudukan DPR adalah kuat, dewan ini tidak dapat dibubarkan oleh
peran dasar, DPR memerlukan aturan main yang tegas dan jelas yang
DPD, dan DPRD serta Tata Tertib (Tatib) DPR yang berlaku khusus untuk
urusan internal DPR, yang termasuk dalam Tata tertib DPR adalah batasan-
batasan perilaku anggota yang secara khusus dirumuskan dalam Kode Etik
11
A.M. Fatwa, Potret Konstitusi, Pasca Amandemen UUD 1945, Jakarta: Kompas, 2009.
hal 313
6
sekaligus memperkukuh pelaksanaan saling mengawasi dan saling
kelengkapan ini dibentuk dan dijalankan oleh anggota dari setiap lebaga-
Seperti halnya MKD, yaitu salah satu alat kelengkapan dalam DPR yang
DPR. Sebagai contoh pada kasus yang terjadi dalam ruang lingkup DPR salah
satunya mengenai ketua DPR yang diduduki oleh Setya Novanto periode 2014-
2019. Jakarta13 - Kegaduhan politik sepanjang tahun 2015 ini ditutup dengan
prahara 'papa minta saham' yang berujung mundurnya Setya Novanto dari kursi
Ketua DPR RI. Kasus 'papa minta saham' menjadi tontonan politik paling
hangat sepanjang tahun 2015. Adalah Menteri ESDM Sudirman Said yang
nama Presiden dan Wapres dalam perbincangan tentang saham Freeport antara
12
Ibid., hal 116
13
https://news.detik.com/berita/3107222/panasnya-kasus-papa-minta-saham-mundurnya-
novanto-dari-kursi-ketua-dpr . Diakses pada senin, 19 juni 2017 pukul 15:13
7
Presiden PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin, Setya Novanto, dan
B. RUMUSAN MASALAH
permasalahan yaitu :
C. KERANGKA TEORI
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah” teori yang penulis gunakan
sebagai krangka acuan untuk menelaah permasalahan diatas terdiri atas Negara
aspek teoritis maupun praktis dari hukum positif tertentu secara tersendiri dan
8
pengentahuan dan penjelasan yang lebih baik, lebih jelas dan lebih mendasar
1. Negara Hukum
Pemikiran atau konsepsi manusia tentang negara hukum juga lahir dan
konsep Anglo-Saxon (rule of law), (4) konsep socialist legality, dan (5)
14
Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
2011. hal 87
15
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2013. hal 1
16
Ibid., hal 1
9
menjadi warga negara dari negara tersebut. JJ Rosseau mengemukakan
merupakan kehendak dari beberapa orang ini, maka volonte generale akan
jatuh menjadi volonte de corps. Begitu pun jika negara dipegang oleh satu
17
Volonte generale ditujukan untuk kepentingan umum, volonte de corps ditujukan untuk
kepentingan golongan, volonte de tous ditujukan untuk kepentingan semua orang tetapi bukan
sebagai satu kesatuan, sedangkan volonte particuliere ditujukan untuk kepentingan perseorangan.
Lihat: JJ von Schmid, Ahli-Ahli Pikir Besar Tentang Negara dan Hukum, Jakarta: Pembangunan,
1988, Cet. Ke 6, hlm. 171 - 182
10
melatarbelakanginya sama, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah
yaitu:
sebaliknya konsep the rule of law berkembang secara evolusioner. Hal ini
tampak dari isi atau kriteria rechsstaat dan kriteria the rule of law. Konsep
law, sedangkan konsep the rule of law bertumpu atas system hukum
2. Trias Politica
18
Muhamad Tahir Azhary, Negara Hukum, Jakarta: Prenada Media, 2004. hal 89
19
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: PT Raja Gravindo Persada
2006. hal 74
11
kekuasaan dalam negara dipisah-pisahkan dalam tiga bidang kekuasaan
Yudikatif.
negara, badan negara, atau disebut juga organ negara. Dalam kamus
perlengkapan itu sering kali di anggap identik dan karena itu sering saling
memahami secara tepat, maka tidak ada jalan lain kecuali mengetahui
persis apa yang dimaksud, dan apa kewenangan dan fungsi yang dikaitkan
20
Moh. Mahfud MD, Hukuim dan Pilar-Pilar Demokrasi, Yogjakarta Gama Media,
1999. hal 22
12
mempunyai peranan yang terbatas pada tugas eksekutif. Dalam kaitannya
abad ke-19 yang memberi peranan sangat terbatas pada negara ini disebut
negara hukum yang formal (klasik). Dalam klasifikasi yang oleh Arief
disebut sebagai negara pluralisme, yaitu negara yang tidak mandiri yang
melalui parlemen.21
dipraktikkan secara murni atau tidak pernah dilahirkan dalam fakta, tidak
21
Moh.Mahfud MD, Demokrasi Dan Konstitusi Di Indonesia ( studi tentang unteraksi
politik dan kehidupan ketatanegaraan). Op.cit., hal 27
13
realistis dan jauh dari kenyataan.22 Karena itu, jimly asshiddiqie
menyatakan :
antara cabang kekuasaan negara yang ada tidak punya hubungan satu
oleh cabang kekuasaan lain atau dirangkap oleh cabang kekuasaan yang
22
Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi (menguatnya model legislasi parlementer
dalam sistem presidensial indonesia), Jakarta; Rajawali Pers, 2010. hal 76
23
Jimly Asshiddiie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mhkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2006.
hal 17
14
negara punya eksklusivitas yang tidak boleh disentuh atau dicamputi oleh
Kerangka pemikiran
Negara Hukum
Trias Politica
DPR
MKD
D. TUJUAN PENELITIAN
yang diajukan.
E. KEGUNAAN PENELITIAN
24
Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi (menguatnya model legislasi parlementer
dalam sistem presidensial indonesia), Op.cit, hal 77
15
Soedirman, Penulis tidak melihat satu skripsi pun yang berjudul Peran
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
Negara.
F. METODE PENELITIAN
1. Tipe Penelitian
16
adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundang-
2. Metode pendekatan
pengadilan negara lain. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah apabila
25
Mukti Fajar ND dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan
Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hal 34
26
Case approach berbeda dengan case study. Keliru jika mencantumkan case approach
sebagai metode pendekatan dalam melakukan penelitian hukum, padahal nyata-nyata bahwa yang
ditelitinya hanya satu buah putusan. Penelitian terhadap satu buah putusan pengadilan merupakan
case study bukan case approach, dan case study bukan merupakan metode pendekatan di dalam
penelitian hukum.
27
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Prenadamedia Group, 2005, Edisi
Revisi, hlm. 133
17
peneliti menggunakan metode pendekatan conceptual approach, yang
3. Spesifikasi Penelitian
literatur hukum.29
28
Mukti Fajar ND dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan
Empiris, op.,cit, hal 34
29
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, op.,cit, hal 181
18
Pengumpulan bahan hukum primer dilakukan dengan
DPRD.
akan diolah dalam bentuk uraian yang disusun secara sistematis, logis, dan
sedemikian rupa satu dengan yang lainnya dan disesuaikan dengan pokok
19
7. Metode Analisis Bahan Hukum
20