Anda di halaman 1dari 2

Contoh manajemen resiko di rumah sakit

A. Administratif

Kontrol administratif diperuntukkan pengendalian dari bagian orang yang


akan melakukan pekerjaan. Dengan dikendalikan cara kerja diharapkan orang akan
mematuhi, mempunyai potensi serta ketrampilan cukup untuk merampungkan
pekerjaan dengan aman. Jenis pengendalian ini diantaranya seleksi karyawan,
terdapatnya standard operasional Mekanisme (SOP), pelatihan, pengawasan,
modifikasi prilaku, agenda kerja, perputaran kerja, pemeliharaan, manajemen
pergantian, agenda istirahat, dan sebagainya.

B. Alat pelindung diri (APD)

Penentuan serta pemakaian alat pelindung diri adalah merupakan perihal yang
sekiranya efisien dalam pengendalian bahaya. APD cuma dipakai oleh pekerja yang
akan bertemu langsung dengan kemungkinan bahaya dengan memerhatikan jarak
serta waktu kontak dengan kemungkinan bahaya itu. Makin jauh dengan
kemungkinan bahaya jadi kemungkinan yang didapatkan makin kecil, begitupun
makin singkat kontak dengan kemungkinan bahaya kemungkinan yang didapatkan
ikut makin kecil.

Pemakaian beberapa APD terkadang mempunyai dampak negatif pada pekerja


seperti kurang bebas dalam kerja, terbatasnya komunikasi dengan pekerja lainnya,
alergi pada APD spesifik, dan sebagainya. Beberpa pekerja yang kurang faham pada
efek kemungkinan bahaya dari pekerjaan yang dikerjakan terkadang kepatuhan dalam
pemakaian APD ikut jadi rendah. APD reuse memerlukan perawatan serta
penyimpanan yang baik hingga kualitas perlindungan dari APD itu tetap maksimal.

C. Manajemen resiko juga membutuhkan dokumentasi yang baik

Dokumentasi perawat merupakan bukti pelayanan bagi klien dan juga bukti pelayanan
yang baik dan aman oleh perawat. Jika terjadi tuntutan hukum, maka catatn perawat
merupakan hal pertama yang ditinjau oleh pengacara (Austin, 2006). Pengkajian dan
laporan perubahan kondisi klien oleh perawat merupakan faktor pembela yang
penting di dalam tuntutan hukum. Oleh karena itu, perawat harus mengidentifikasi
kepastian bahwa dokter atau penyelenggara layanan kesehatan telah dihubungi;
informasi kepada dokter atau penyelenggara layanan kesehatan telah disampaikan;
dan juga respon dokter atau penyelenggara layanan kesehatan.

D. Adanya komplain terhadap tenaga perawatan dari klien yang menderita radang uretra
setelah pemasangan kateter.apakah hal ini dapat dimintakan tanggung jawab hukum
kepada tenaga perawatan?

Yang perlu dipahami semua pihak adalah apakah ureteritis bukan merupakan resiko
yang melekat terhadap pemasangan kateter?apakah tenaga perawatan dalam
memasang kateter telah sesuai dengan prosedur profesional?beberapa hal inilah yang
menjadi pegangan untuk menentukan ada tidaknya malpraktek. Apabila tenaga
perawatan didakwa telah melakukan kesalahan profesi, hal ini bukanlah merupakan
hal yang mudah bagi siapa saja yang tidak memahami profesi kesehatan dalam
membuktikan ada tidaknya kesalahan

Sumber:
https://apriyanipujihastuti.wordpress.com/2012/07/09/aspek-legal-serta-manajemen-
resiko-dalam-pendokumentasian-keperawatan/

Anda mungkin juga menyukai