Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu pada Mata Kuliah Block Sistem Imun
dan Hematology Semester tiga yang Diampu oleh Ns. Dera Alfianti, M.Kep
Disusun Oleh :
CHANDRA FITRIANA
G2A016041
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat-Nya maka penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Anemia”.
1. Ns. Dera Alfianti, M.Kep.selaku dosen pengampu pada mata kuliah sistem
imun dan hematologi.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A Pengertian .........................................................................................3
B Etiologi/Predisposisi ........................................................................3
C Klasifikasi .......................................................................................4
D Patofisiologi .....................................................................................8
E Manifestasi klinik .............................................................................8
F Pemeriksaan diagnosis ...................................................................10
G Penatalaksanaan ............................................................................11
H Komplikasi ....................................................................................12
I Pengkajian fokus ............................................................................12
J Pathways keperawatan ...................................................................15
K Diagnose Keperawatan...................................................................16
L Fokus intervensi dan Rasional .......................................................17
A Kesimpulan ....................................................................................24
B Saran ..............................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita
masyarakat, baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang
tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan,
kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik.
Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan
pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah,
dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb)
dalam darah dari harga normal.
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hat ini
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.
Seliap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan
dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal <_ I mg/dl,
kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pads sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria).
1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Dapat memahami dan mengaplikasikan Asuhan Keperawatan terhadap
pasien dengan diagnosa medis anemia disegala usia secara tepat dan
efektif.
2. Tujuan Khusus
a Untuk mengidentifikasi pengertian Anemia
b Untuk menjelaskan klasifikasi Anemia
c Untuk mendeskipsikan Etiologi/Predisposis Anemia
d Untuk memaparkan patofisiologi Anemia
e Untuk menyebutkan Manifestasi Klinis Anemia
f Untuk menjelaskan Komplikasi Anemia
g Untuk menjelaskan Penatalaksanaan Anemia
h Untuk menjelaskan Pegkajian fokus Anemia
i Untuk memaparkan Pathways Anemia
j Untuk menegakkan Diagnosa Keperawatan Anemia
k Untuk menegakkan Intervensi Keperawatan dan Rasional Anemia
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan yaitu studi pustaka yang mengambil
dari beberapa referensi buku yang berkaitan dengan pembahasan isi
pembahasan makalah ini.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Anemia
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (HB) atau hematokrit (HT) dibawah normal. Anemia menunjukkan
suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Terdapat banyak perbedaan
jenis anemia. Beberapa menyebabkan ketidak adekuatan pembentukan sel sel
darah merah (eritropoiesis); SDM prematur atau penghancuran SDM yang
berlebihan (hemolisi); kehilangan darah( penyebab yang paling umum ); faktor-
faktor etiologi lainnya yaitu defisit zat besi dan nutrien, faktor faktor hereditas,
dan penyakit kronis. (Brunner & Suddarth, 2000, Hal : 22)
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100
ml darah (Price, 2006 : 256).
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan /atau masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan tubuh. (Haribowo,dkk. 2008. Asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan sisitem hematology)
Anemia adalah suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal
anemia merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal di dalam
sirkulasi.
B. Etiologi/Predisposisi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic
acid, piridoksin, vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
3
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak
dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
C. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologi :
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab :
4
Agen neoplastik/sitoplastik
Terapi radiasi
Antibiotic tertentu
Obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
Benzene
5
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang
normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis,
tuberkolosis dan berbagai keganasan.
d. Anemia Defisiensi Besi
Penyebab :
Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi.
Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,
hemoroid, dll.)
↓
gangguan eritropoesis
↓
Absorbsi besi dari usus kurang
↓
sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin
↓
Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya :
Atropi papilla lidah
Lidah pucat, merah, meradang
Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab :
Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing
pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
↓
Sintesis DNA terganggu
6
↓
Gangguan maturasi inti sel darah merah
↓
Megaloblas (eritroblas yang besar)
↓
Eritrosit immatur dan hipofungsi
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh destruksi sel darah merah :
Pengaruh obat-obatan tertentu
Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
Proses autoimun
Reaksi transfusi
Malaria
↓
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit
↓
Antigesn pada eritrosit berubah
↓
Dianggap benda asing oleh tubuh
↓
sel darah merah dihancurkan oleh limposit
↓
Anemia hemolisis
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
7
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/dL < 6.5 g/Dl
D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik
atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang, kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ organ
penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki.
E. Manifestasi Klinik
Gejala klinis
Gejala anemia sangat bervariasi ,tetapi pada umumnya dapat dibagi
menjadi tiga golongan besar,yaitu sebagai berikut.
Gejala umum anemia
8
Gejala umum anemia disebut sebagai sindrom anemia atau anemia
syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul
pada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun
sedemikian rupa di bawah titik teretentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ
target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin.
Gejala gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena.
1 Sistem kardiovaskuler: lesu ,cepat lelah,palpitasi,takikardi,sesak napas saat
beraktivitas,angina pectoris,dan gagal jantung.
2 Sistem saraf: sakit kepala,pusing,telinga mendenging,mata berkunang-
kunang,kelemahan otot,iritabilitas,lesu,serta perasaan dingin pada
ekstremitas.
3 Sistem urogenital : gangguan haid dan libido menurun
4 Epitel : warna pucat pada kulit dan mukosa ,elastisitas kulit menurun,serta
rambut tipis dan halus
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalh
sebagai berikut.
Gejala penyakit dasar menjadi penyebab anemi. Gejala ini timbul karena
penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersebut.Misalnya anemia defisiensi
besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan
gajala seperti pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna kuning seperti
jerami.
9
F. Pemeriksaan diagnosis
Menurut wiwik, H., & Hariwibowo,A. S (2008, Hal : 41) pemeriksaan
laboratorium pada klien dengan anemia adalah sebagai berikut.
a. Pemeriksaan laboratorium hematolgis dilakukan secara bertahap sebagai berikut :
1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi
anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen
berikut ini : kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV, MCV, Dan MCHC),
apusan darah tepi.
2) Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahuikelainan pada
sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap
darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
3) Pemriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian
besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis defenitifmeskipun ada beberapa
kasus yang diagnosisnya tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini akan dikkerjakan jika telah
mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah untuk
mengomfirmasi dugaan diagnosis tersebut pemeriksaan tersebut memiliki
komponen berikut ini:
a) Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin
serum.
b) Anemia megaloblastik: asam folat darah/ertrosit, vitamin B12.
c) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb.
d) Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematogolis meliputi
1) Faal ginjal
2) Faal endokrin
3) Asam urat
4) Faal hati
5) Biakan kuman
c. Pemeriksaan penunjang lainnya, pada bebrapa kasus anemia diperlukan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
I0
1) Biopsy kelenjar uang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi
2) Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
3) Pemeriksaan sitogenetik.
4) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction, FISH =
fluorescence in situ hybridization).
G. Penatalaksanaan
Tindakan umum :
Penatalaksanaan :
I1
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
H. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah,
karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia,
jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan
beresiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga
mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah,
1998).
I. Pengkajian fokus
1) Aktivitas / istirahat
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot,
dan penurunan kekuatan. Tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai,
berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
12
2) Sirkulasi
3) Integritas ego
Tanda : Depresi.
4) Eleminasi
5) Makanan/cairan
13
Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat,
tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turvgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir :
selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,
AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi,
ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
14
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
J. Pathways Keperawatan
Anemia
Gangguan
Tansport pasien menurun perfusi jaringan
15
Hipertropi
Anoreksia
Intake menurun
Ketidakseimbangan
BB menurun nutrisi
K. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan
anemia mernurut doengoes (1999) ialah sebagai berikut :
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologist.
e. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan
proses pencernaan; efek samping terapi obat.
16
f. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan).
g. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
17
Intervensi Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel
darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons
terhadap terapi.
Intervensi Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
18
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan
nilai laboratorium normal. - tidak mengalami tanda mal nutrisi. - Menununjukkan
perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan
berat badan yang sesuai.
Intervensi Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
Intervensi Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
Intervensi Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
Intervensi Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan
diantara waktu makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah
distensi gaster.
Intervensi Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain
yang berhubungan.
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
Intervensi Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah
makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci
mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan
pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan
mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri
berat.
Intervensi Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
19
Intervensi Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.
Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet
nutrisi yang dibutuhkan.
Intervensi Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan
masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
20
e. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan
proses pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan
sebagai penyebab, factor pemberat.
Intervensi Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi
yang tepat.
Intervensi Auskultasi bunyi usus.
Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada
konstipasi.
Intervensi Awasi intake dan output (makanan dan cairan).
Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat
dalam pengidentifikasi defisiensi diet.
Intervensi Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung.
Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan
membantu memperthankan status hidrasi pada diare.
Intervensi Hindari makanan yang membentuk gas.
Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen Kaji kondisi kulit
perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan.
Intervensi Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.
Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.
Intervensi Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk.
Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam
alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk,
yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.
Intervensi Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk
atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi)
Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
Intervensi Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan
atropine (Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi).
Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi. .
23
f. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko
infeksi. - meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema,
dan demam.
Intervensi Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan
pasien.
Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien
dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit.
Intervensi Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
Intervensi Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
Intervensi Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan
napas dalam. Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan
membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
Intervensi : Tingkatkan masukkan cairan adekuat.
Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah
pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.
Intervensi Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi
dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.
Intervensi Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau
tanpa demam. Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan
evaluasi/pengobatan.
Intervensi Amati eritema/cairan luka.
Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada
bila granulosit tertekan.
Intervensi Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)
21
Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan
mempengaruhi pilihan pengobatan.
Intervensi Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi).
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi
atau untuk pengobatan proses infeksi local.
22
4. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan berabagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat
harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan
pada klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman
tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien
(Hidayat, A, 2008. hal; 122).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan,
kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil
(Hidayat, A, 2008. hal; 124).
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan
kadar hemoglobin (HB) atau hematokrit (HT) dibawah normal. Anemia
menunjukkan suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Terdapat
banyak perbedaan jenis anemia. Beberapa menyebabkan ketidak
adekuatan pembentukan sel sel darah merah (eritropoiesis); SDM prematur
atau penghancuran SDM yang berlebihan (hemolisi); kehilangan darah(
penyebab yang paling umum ); faktor-faktor etiologi lainnya yaitu defisit
zat besi dan nutrien, faktor faktor hereditas, dan penyakit kronis.
B. Saran
Mahasiswa keperawatan dapat menerapkan asuhan keperawatan
secara tepat dan efisien yang telah didapatkan secara teoritis pada kasus
anemia.
24
DAFTAR PUSTAKA
saku untuk brunner dan suddarth. alih bahasa : yasmin asih. Editor :
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Jakarta.
Wiwik. H., & Haribowo, A. S (2008). Buku ajar asuhan keperawatan pada klien
iv