Pengolahan air limbah diperlukan agar kualitas air limbah sesuai dengan
baku mutu dan tidak membahayakan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui kualitas air limbah berdasarkan parameter BOD, COD, TSS, dan pH
di influen serta efluen masing-masing unit instalasi pengolahan air limbah (IPAL),
membandingkan efisiensi penurunan konsentrasi pencemar dengan literatur, dan
membandingkan kualitas air limbah di outlet dengan baku mutu. Penelitian
menggunakan sampel yang diambil di IPAL Bojongsoang Bandung dan pengujian
dilakukan di Laboratorium PDAM Kota Bandung. Efisiensi pengurangan
pencemar terbesar pada unit set A yaitu untuk parameter TSS 66,67%, BOD
87,55%, dan COD 81,28%. Pada unit set B efisiensi pengurangan pencemar
terbesar adalah parameter TSS sebesar 55,88%, BOD 73,91%, dan COD 73,05%.
Unit pengolahan di set A telah memenuhi syarat untuk parameter BOD dan COD
untuk oxidation ditch (80-90%). Konsentrasi di outlet pada unit set A untuk TSS
50 mg/l, BOD 27 mg/l, COD 67 mg/l, dan pH 6,5, sedangkan di unit set B untuk
TSS 75 mg/l, BOD 21 mg/l, COD 45 mg/l, dan pH 6,5. Dibandingkan dengan
baku mutu yang berlaku nilai parameter COD dan pH telah memenuhi standar.
ABSTRACT
MUHAMMAD IHSAN FIRDAUS. Performance Evaluation of Wastewater
Treatment Plant Unit Bojongsoang, Bandung. Supervised by SATYANTO
KRIDO SAPTOMO and JOANA FEBRITA.
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Limbah Cair Domestik 2
Instalasi Pengolahan Air Limbah 3
Kualitas Air 6
METODE PENELITIAN 8
Waktu dan Lokasi Penelitian 8
Alat dan Bahan 8
Prosedur Penelitian 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Instalasi Pengolahan Air Limbah 11
Kualitas Air Limbah 13
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 24
RIWAYAT HIDUP 28
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Karakteristik limbah cair 3
Tabel 2 Perbandingan proses kolam pengolahan 6
Tabel 3 Tingkatan pencapaian pengolahan dari berbagai unit operasi dan
unit proses 7
Tabel 4 Baku mutu air limbah domestik 11
Tabel 5 Unit pengolahan di IPAL Bojongsoang 11
Tabel 6 Perbandingan desain 12
Tabel 7 Efisiensi (%) pengurangan konsentrasi BOD 14
Tabel 8 Efisiensi (%) pengurangan konsentrasi COD 16
Tabel 9 Efisiensi (%) pengurangan konsentrasi TSS 17
Tabel 10 Baku mutu limbah cair SK.Gubernur Jabar No. 6 Tahun 1999 19
Tabel 11 Hasil pengukuran parameter Bulan April 19
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skema Instalasi Pengolahan Air Limbah 24
Lampiran 2 Peta Lokasi Penelitian 24
Lampiran 3 Pelayanan Jaringan Air Limbah 26
Lampiran 4 Unit di IPAL Bojongsoang 27
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Air
Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter mengenai kualitas air.
Tersedianya oksigen terlarut didalam air sangat menentukan kehidupan di perairan
tersebut (Mubarak et. al. 2010). Oksigen terlarut dalam suatu perairan diperoleh
melalui difusi dari udara ke dalam air, aerasi mekanis, dan fotosintesis tanaman
akuatik. Sementara itu, oksigen terlarut dalam air dapat berkurang akibat adanya
respirasi dan pembusukan bahan organik pada dasar perairan. Ketika air banyak
mengandung bahan organik, bakteri aerob akan berkembang dan kadar oksigen
terlarut berkurang. Sementara bakteri anaerob membantu penguraian sampah
organik. Semakin tinggi kandungan dissolved oxygen (DO) semakin bagus
kualitas air tersebut (Simanjutak 2007). Nilai DO ini berbanding terbalik dengan
nilai BOD dan COD.
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya
oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik,
pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik
ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh
dari proses oksidasi (Pescod 1973). Penentuan BOD sangat penting untuk
menelusuri aliran pencemaran dari tingkat hulu ke muara (Salmin 2005). Nilai
BOD akan semakin tinggi jika derajat pengotoran limbah semakin besar, namun
nilai BOD yang tinggi tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya,
melainkan hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan buangan (Fardiaz 1992). Selama pemeriksaan BOD,
contoh yang diperiksa harus bebas dari udara luar untuk rnencegah kontaminasi
dari oksigen yang ada di udara bebas. Sawyer dan McCarty (1978) juga
7
mengatakan nilai BOD 5 hari merupakan bagian dari total BOD dan nilai BOD 5
hari merupakan 70 - 80% dari nilai BOD total.
Tabel 3 Tingkatan pencapaian pengolahan dari berbagai unit operasi dan unit
proses
Nilai efisiensi penyisihan (%)
Unit pengolahan
BOD COD TS
Bar screen 0 0 0
Grit chamber 0-5 0-5 0-5
Lumpur aktif
80-95 80-85 80-90
konvensional
Trickling filter
a. High rate dengan
65-80 60-80 60-85
media batu
65-85 65-85 65-85
b. Super rate
dengan media plastik
Rotating biological
60-85 80-85 80-85
contactor
Klorinasi 0 0 0
Koagulasi dan
sedimentasi setelah
40-70 40-70 50-80
pengolahan primer
dan sekunder
Koagulasi di
80-90 80-90 70-90
pengolahan biologis
Oxidation ditch 80-90 80-90 70-90
Penambahan kapur
satu tahapan di 80-90 80-90 70-80
pengolahan biologis
Ammonia stripping 0 0 0
Filtrasi 20-50 20-50 60-80
Penambahan kapur
dua tahapan setelah
pengolahan biologis 50-85 50-85 50-90
atau pengolahan
primer
Adsorbsi karbon 50-85 50-85 50-80
Reverse osmosis 90-100 90-100 0
Elektrodialisis 20-60 20-60 0
Pertukaran ion 0 0 0
Menurut Lumaela et. al. (2013) chemical oxygen demand (COD) merupakan
jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara
kimiawi. Limbah rumah tangga dan industri merupakan sumber utama limbah
organik dan merupakan penyebab utama tingginya konsentrasi COD. Angka COD
yang terkandung menunjukkan banyaknya oksigen yang dibutuhkan agar bahan
organik di dalam limbah cair dapat teroksidasi dengan baik (Munawaroh et. al.
2013). Sementara menurut Nurhasanah (2009) nilai COD merupakan penanda
bagi tingkat pencemaran yang disebabkan oleh bahan organik. Secara umum,
kadar COD akan lebih tinggi pada musim kemarau dibandingkan pada musim
hujan. Air hujan yang jatuh di perairan dapat mengencerkan pencemar bahan
organik sehingga dapat menurunkan kadar BOD dan COD (Ratna 2011).
8
TSS adalah jumlah berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalam
limbah setelah mengalami penyaringan (Sugiharto 1987). Penentuan zat padat
tersuspensi (TSS) berguna untuk mengetahui kekuatan pencemaran air limbah
domestik, dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air
(BAPPEDA 1995). Menurut Rahmawati dan Azizah (2005) total suspended solid
adalah semua zat terlarut dalam air yang tertahan membran saring yang berukuran
0,45 mikron yang kemudian dikeringkan dan partikel yang mengapung dan zat-zat
yang menggumpal yang tidak tercampur dalam air, terlebih dahulu dipisahkan
sebelum pengujian.
Derajat keasaman merupakan aktivitas ion hidrogen dalam perairan yang
menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan.
Perairan dengan nilai pH = 7 adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan
bersifat asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan bersifat basa (Effendi
dan Hefni 2003). Perubahan keasaman pada air limbah, baik kearah alkali atau
basa (pH naik) maupun ke arah asam (pH turun) dapat mengganggu kehidupan
biota perairan (Kristanto 2002). Pengaruh pH yang terjadi pada proses instalasi
pengolahan air salah satunya yaitu terjadi korosi pada pipa distribusi air karena
nilai pH bersifat asam (Effendi dan Hefni 2003)
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah erlenmeyer, labu ukur,
pipet, wingkler, oven, dan kertas saring. Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah
sampel air limbah, KOH, K2Cr2O7 0,1 N, dan H2SO4.
Prosedur Penelitian
Mulai
Studi literatur
Pengambilan
sampel air
limbah
Bandingkan
efisiensi unit dan
nilai pencemar Tidak sesuai
dengan baku mutu
Sesuai
Selesai
sampel dimasukkan ke dalam alat BOD apparatus dan sampel disimpan selama
30 menit lalu botol disambungkan dengan alat pembaca digital. Konsentrasi BOD
yang diambil adalah nilai BOD pada pengukuran hari kelima.
( ) ( ) ( ) (1)
Keterangan :
a = berat awal kertas saring (mg)
b = berat akhir kertas saring (mg)
Pengukuran pH
Prosedur pengujian mengacu pada ketentuan yang berlaku dengan
menggunakan alat pH meter (BSN 2004c). Prosedur yang dilakukan adalah
kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga. Keringkan dengan kertas tisu
selanjutnya bilas elektroda dengan air suling. Bilas elektroda dengan contoh uji.
Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukkan
pembacaan yang tetap. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari
pH meter.
Efisiensi
Perhitungan dilakukan agar diketahui nilai efisiensi dari sistem pengolahan
instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dalam mengolah limbah domestik sebelum
dialirkan ke badan air. Nilai efisiensi dihitung dengan persamaan (2).
(2)
11
Keterangan :
menghasilkan oksigen bagi bakteri aerob. Air keluaran dari kolam maturasi harus
memenuhi standar baku air bersih namun belum dapat digunakan untuk konsumsi.
Setelah melalui seluruh proses pengolahan, air dialirkan menuju sungai Citarum.
250
200
BOD (mg/l)
0
1 2 3 4
Bulan
Gambar 4 Kadar BOD dengan metode grab
Konsentrasi di outlet terkecil untuk set A berada pada bulan Januari yaitu 27
mg/l dan konsentrasi terbesar di outlet set A yaitu 70 mg/l. Sementara untuk outlet
set B memiliki nilai terkecil pada bulan Januari dengan 21 mg/l dan terbesar pada
bulan Februari dengan 49 mg/l. Kompartemen set A untuk bulan Januari, Februari,
dan April sudah memenuhi kriteria baku mutu yaitu 30 mg/l (KemenLHK 2016),
sedangkan untuk set B hanya pada bulan Januari saja yang memenuhi baku mutu.
Hasil pengukuran metode time detention disajikan pada Gambar 5. Berdasarkan
Gambar 5 nilai di inlet tersebut masuk dengan kadar BOD rata-rata 220 mg/l
(Metcalf 2003) karena nilai terbesar yaitu 152 mg/l pada bulan Februari.
Sementara untuk kadar BOD di outlet untuk set A maupun set B tidak ada yang
memenuhi baku mutu (KemenLHK 2016). Nilai terkecil untuk set A di outlet
yaitu 42 mg/l dan di set B 56 mg/l.
14
160
140
BOD (mg/l) 120
100 inlet Set A
80 inlet Set B
60 outlet Set A
outlet Set B
40
Baku Mutu
20
0
1 2 3
Bulan
Gambar 5 Kadar BOD dengan metode time detention
400
350
300
250
COD (mg/l)
inlet Set A
200 inlet Set B
0
1 2 3 4
Bulan
Gambar 6 Kadar COD dengan metode grab
250
200
COD (mg/l)
0
1 2 3
Bulan
. Gambar 7 Kadar COD dengan metode time detention
Meskipun nilai efisiensi tidak masuk ke dalam rentang kriteria namun hasil
di outlet dapat masuk ke dalam baku mutu karena hal tersebut juga bergantung
pada konsentrasi di inlet dan cuaca di lapangan. Kadar BOD dan COD yang tinggi
dapat menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut di perairan, yang dapat
mengakibatkan kematian organisme akuatik (Isyuniarto dan Andrianto 2009).
Sementara Grady et. al. (1999) mengatakan semakin lama limbah berada pada
secondary treatment maka akan terjadi degredasi oleh mikroorganisme lokal
dengan waktu yang lebih lama sehingga akan menaikan efisiensi removal pada
BOD dan COD.
Kandungan zat-zat organik dalam limbah yang tinggi akan menyebabkan
lebih banyak oksigen yang dibutuhkan untuk mendegradasi zat-zat organik
tersebut, sehingga nilai BOD dan COD limbah akan tinggi. Oleh karena itu untuk
menurunkan nilai BOD dan COD limbah, perlu dilakukan pengurangan zat-zat
organik yang terkandung di dalam limbah sebelum dibuang ke perairan.
Pengurangan kadar zat-zat organik yang ada pada limbah cair sebelum dibuang ke
perairan, dapat dilakukan dengan mengadsorpsi zat-zat tersebut menggunakan
adsorben. Salah satu adsorben yang memiliki kemampuan adsorpsi yang besar
adalah zeolit alam (Wahistina et. al. 2013).
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap parameter TSS. Penentuan zat
padat tersuspensi (TSS) berguna untuk mengetahui kekuatan pencemaran air
limbah domestik, dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air
(BAPPEDA 1995). Hasil pengukuran TSS untuk metode grab ditampilkan pada
Gambar 8.
200
180
160
140
inlet Set A
TSS (mg/l)
120
100 inlet Set B
80 outlet Set A
60 outlet Set B
40 Baku Mutu
20
0
1 2 Bulan 3 4
Gambar 8 Kadar TSS dengan metode grab
17
200
180
160
140
TSS (mg/l)
Berdasarkan Gambar 9 nilai di inlet tersebut masuk dengan kadar TSS rata-
rata 220 mg/l (Metcalf 2003) karena nilai terbesar yaitu 180 mg/l pada bulan
Januari. Kadar TSS di outlet untuk set A maupun set B juga belum memenuhi
baku mutu yaitu 30 mg/l (KemenLHK 2016). Nilai terkecil untuk set A di outlet
yaitu 75 mg/l dan di set B 80 mg/l. Efisiensi pengurangan konsentrasi TSS dapat
dilihat pada Tabel 9.
oxidation ditch. Sementara nilai efisiensi terkecil untuk set A yaitu 44,44% dan
set B 44,44% dengan metode time detention. Konsentrasi di outlet yang
terkandung dalam air limbah bergantung pada konsentrasi di inlet dan cuaca di
lapangan. Masuknya padatan tersuspensi (TSS) ke dalam air dapat menimbulkan
kekeruhan air, yang menyebabkan menurunnya laju fotosintesis fitoplankton dan
tumbuhan air lainnya, sehingga produktivitas primer perairan menurun (Fardiaz
1992).
Pengurangan kadar TSS dapat dilakukan salah satunya dengan
menggunakan koagulasi dan flokulasi. Koagulasi merupakan proses terjadinya
peristiwa pembentukan partikel-partikel kecil dengan menggunakan bahan
koagulan (PAC atau alum) dan flokulasi merupakan proses pengadukan lambat
terhadap partikel yang terdestabilisasi dan membentuk pengendapan flok dengan
cepat (Gurses 2003). Pengurangan TSS juga dapat dilakukan dengan penggunaan
jaring sebagai alat penyaring yang diletakkan pada setiap inlet, akan tetapi perlu
dilakukan maintenance yang rutin agar padatan pada saringan tidak menyumbat.
Selanjutnya untuk parameter pH, penentuan pH sangat berpengaruh terhadap
korosi yang biasanya terjadi pada pipa distribusi air (Effendi dan Hefni 2003).
Hasil pengukuran pH disajikan pada Gambar 10.
9
8
7
6
inlet Set A
5
inlet Set B
4
outlet Set A
3
outlet Set B
2
Baku Mutu
1
0
1 2 Bulan 3 4
Gambar 10 Kadar pH
perbedaan baku mutu sangat jauh. Nilai konsentrasi baku mutu SK.Gubernur
Jabar No. 6 Tahun 1999 untuk parameter BOD, COD, TSS, dan pH disajikan pada
Tabel 10.
Tabel 10 Baku mutu limbah cair SK.Gubernur Jabar No. 6 Tahun 1999
Parameter Satuan Konsentrasi (mg/l)
BOD mg/l 50
COD mgl/l 100
TSS mg/l 200
pH - 6,0-9,0
Berdasarkan Tabel 11 untuk parameter BOD dan COD pada set A di kolam
anaerobik 1 mengalami kenaikan konsentrasi dari inlet BOD 49 mg/l dan COD
102,93 mg/l menjadi BOD 55 mg/l dan COD 104,75 mg/l. Begitu pula dengan
kolam anaerobik 3 yang mengalami kenaikan hingga BOD 76 mg/l dan COD
159,66 mg/l. Hal ini menunjukkan adanya masalah yang terjadi di kolam
anaerobik 1 dan 3 set A yang mungkin terjadi adalah adanya pendangkalan kolam
akibat sedimentasi. Salah satu upaya pengurangan sedimentasi yang berlebih ini
dapat dilakukan dengan cara pengerukan secara berkala. Kemudian untuk kolam
pada set B ditemukan nilai konsentrasi parameter yang naik pada kolam maturasi
20
2 yang berasal dari kolam maturasi 1. Nilai untuk parameter TSS dan BOD pada
kolam maturasi 1 yaitu TSS 60 mg/l dan BOD 34 mg/l sedangkan pada kolam
maturasi 2 mengalami kenaikan konsentrasi dan didapatkan hasil TSS 90 mg/l dan
BOD 48 mg/l. Sehingga ada kemungkinan terjadi masalah pada kolam maturasi 2,
berdasarkan pengamatan di lapangan pada kolam maturasi 2 ini dijadikan warga
sebagai kolam ternak ikan sehingga sedikit banyak akan mempengaruhi kualitas
air di kolam tersebut.
Simpulan
Konsentrasi parameter terkecil di outlet unit set A untuk TSS adalah 50 mg/l,
BOD 27 mg/l, COD 67 mg/l, dan pH 6,5. Sementara untuk unit set B konsentrasi
parameter terkecil di outlet TSS 75 mg/l, BOD 21 mg/l, COD 45 mg/l, dan pH 6,5.
Sementara konsentrasi parameter terbesar di outlet unit set A untuk TSS adalah
100 mg/l, BOD 70 mg/l, COD 99 mg/l, dan pH 7. Konsentrasi parameter terbesar
untuk unit set B adalah TSS 100 mg/l, BOD 65 mg/l, COD 102 mg/l, dan pH 7.
Berdasarkan pada baku mutu PERMEN LHK NOMOR P.68 Tahun 2016
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik untuk TSS 30 mg/l, BOD 30 mg/l,
COD 100 mg/l, dan pH 6-9 untuk parameter COD dan pH sudah masuk ke dalam
baku mutu. Beberapa parameter BOD sudah masuk ke dalam baku mutu, tetapi
lebih banyak hasil yang tidak memenuhi baku mutu.
Efisiensi pengurangan pencemar terbesar pada unit set A untuk parameter
TSS yaitu 66,67%, BOD yaitu 87,55%, dan COD yaitu 81,28%. Sementara untuk
unit pada set B efisiensi pengurangan pencemar terbesar pada unit set B untuk
parameter TSS yaitu 55,88%, BOD yaitu 73,91%, dan COD yaitu 73,05%. Jika
mengacu pada kriteria tingkatan pencapaian pengolahan dari unit operasi dan unit
proses untuk oxidation ditch adalah 80-90% unit pengolahan di set A telah
memenuhi syarat untuk parameter BOD dan COD.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts G, Santika SS. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya (ID): Usaha
Nasional.
[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah TK. I Jawa Timur. 1995.
Panduan Pelatihan Manajemen Laboratorium. Surabaya (ID): BAPPEDA.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2004a. Air dan air limbah – Bagian 2: Cara
Uji Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) dengan Refluks Tertutup Secara
Spektrofotometri. SNI 06-6989.2-2004. Jakarta (ID): BSN.
21
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2004b. Air dan air limbah – Bagian 3: Cara
Uji Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid, TSS) Secara
Gravimetri. SNI 06-6989.3-2004. Jakarta (ID): BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2004c. Air dan air limbah – Bagian 11:
Cara uji derajat keasaman (pH) dengan menggunakan alat pH meter. SNI
06-6989.11-2004. Jakarta (ID): BSN.
Chakrabarti T. 1970. Design Criteria for Aerated Grit Chambers. Utah (US):
Brigham Young University.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Fardiaz S. 1992. Polusi Air & Udara. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Garno YS. 2002. Beban Pencemaran Limbah Perikanan Budidaya dan Yutrofikasi
di Perairan Waduk pada DAS Citarum. Jurnal Teknologi Lingkungan. 3(2):
112-120.
Grady CP, Lim HC, Daigger GT. 1999. Biological Wastewater Treatment, Second
Edition. New York (US): Marcel Dekker Inc.
Gurses A. 2003. Removal of Remazol Red RB by Using Al(III) as Coagulant
Flocculant: Effect of Some Variables on Settling Velocity. Turkey: Ataturk
University. Journal of Water, Air, and Soil Pollution. 146(1): 297-318.
Hamer MJ. 1986. Water and Wastewater Technology, Second Edition. New York
(US): Prentice-Hall Inc.
Isyuniarto, Andrianto. 2009. Pengaruh Waktu Ozonisasi Terhadap Penurunan
Kadar BOD, COD, TSS, dan Fosfat Pada Limbah Cair Rumah Sakit. Jurnal
IPTEK Nuklir Ganendra. 12(1): 45-49.
[KemenLHK] Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia. 2016. Baku Mutu Air Limbah Domestik. Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016. Jakarta (ID): Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
Kristanto. 2002. Pencemaran Limbah Cair. Jakarta (ID) : Yudistira.
Lumaela AK, Widjanarko B, Sutikno. 2013. Pemodelan Chemical Oxygen
Demand (COD) Sungai di Surabaya Dengan Metode Mixed Geographically
Weighted Regression. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2(1): 100-105.
Metcalf E. 2003. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal, Reuse, 4th
Edition. New York (US): Mc. Graw Hill Series Water Resource and
Enviromental Engineering.
Mubarak, Satyari, Kusdarwati. 2010. Korelasi antara Konsentrasi Oksigen
Terlarut pada Kepadatan yang Berbeda dengan Skoring Warna Daphnia Spp.
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 2(1): 45-50.
Munawaroh U, Sutisna M, Pharmawati K. 2013. Penyisihan Parameter Pencemar
Lingkungan pada Limbah Cair Industri Tahu Menggunakan Efektif
Mikroorganisme 4 (EM4) serta Pemanfaatannya. Reka Lingkungan Jurnal
Institut Teknologi Nasional. 1(2): 1-12.
Munir E. 2006. Pemanfaatan Mikroba dalam Bioremediasi: Suatu Teknologi
Alternatif untuk Pelestarian Lingkungan. Medan (ID): FMIPA Universitas
Sumatera Utara.
Nasution A. 2003. Limbah Perkotaan. Jakarta (ID): Gramedia.
22
Wulandari PR. 2014. Perencanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Terpusat (Studi
Kasus di Perumahan PT. Pertamina Unit Pelayanan III Plaju – Sumatera
Selatan). Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. 2(3): 499-509.
Lampiran 1 Skema Instalasi Pengolahan Air Limbah
24
Lampiran 2 Peta Lokasi Penelitian
Sumber: PDAM
27
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Langsa, 26 Mei 1995. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari
pasangan Bapak Uki Marzuki dan Ibu Lida Amalia.
Penulis memulai pendidikan dasar di SD Kartika
Siliwangi 3 (2001-2007), kemudian melanjutkan ke
SMP Negeri 1 Garut (2007-2010). Penulis lulus dari
SMA Negeri 1 Garut pada tahun 2013 dan pada tahun
yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor melalui
jalur SNMPTN di Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan. Fakultas Teknologi Pertanian.
Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis aktif di organisasi
HIMATESIL periode 2015-2016 sebagai anggota dari Departemen
Communication and Information Development dan anggota divisi logistik dan
transportasi ICEF (Indonesian Civil and Environmental Festival) 2015. Penulis
melaksanakan kegiatan Praktik Lapang pada bulan Juli-Agustus 2015 di PDAM
Tirtawening Kota Bandung tepatnya di Instalasi Pengolahan Air Minum Dago
Pakar dan menulis laporan yang berjudul “Proses Pengolahan Air Minum dan
Kualitas Air di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Dago Pakar”. Sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “Evaluasi Kinerja Unit Instalasi Pengolahan Air Limbah
Bojongsoang Bandung”, di bawah bimbingan Dr. Satyanto Krido Saptomo, STP.,
M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Joana Febrita, S.T., M.T. selaku pembimbing
II.