Anda di halaman 1dari 3

PRATIKUM III

PEMBUATAN EMULSI ANFO

A. Tujuan Pratikum
 Mengenal komposisi bahan peledak kimia dan gas-gas yang ditimbulkan pada
peledakan serta gambaran tingkat energi yang dihasilkan
 Mampu membuat bahan peledak ANFO dan mengetahui karakteristik masing –
masing bahan peledak
B. Landasan Teori
Peledakan adalah metode pemberaian batuan dalam tambang dan proek
konstruksi yang paling utama diantara cara-cara lain. Suatu operasi peledakan batuan
akan mencapai hasil optimal apabila bahan peledak, perlengkapan dan peralatan yang
dipakai sesuai dengan metode peledakan yang diterapkan.
Berdasarkan pada perbedaan dalam bentuk energi yang dipergunakan untuk
memberai batuan, maka pemberaian batuan dapat dilaksanakan dengan berbagai
metode.
Tabel 1. Klasifikasi Metode Pemberaian Batuan
Bentuk Energi yang Metode Alat atau Mesin yang
Dipergunakan Dipergunakan
Kimia Peledakan High Explosives, Blasting
agent, Liquid Oxygen,
Black Powder
Penumatic Udara Bertekanan Tinggi,
Silinder carbondioxide
Mekanis Ripping Ripper Teeth, Dozer Blade
Impact Hydraulic Impact hammer,
drop ball
Fluida Menyemprot Tanah Hydraulicking (Monitor)
Menyembur Batuan Hydraulic Jet
Listrik Elecric Arc atau Lompatan Electrofac machines
Listrik

Dari metode yang disebutkan di atas hanya energi kimia atau metode peledakan
yang dipergunakan secara luas untuk pemberaian batuan yang kuat. Kecuali bahan
peledak kimia, masih ada jenis bahan peledak lain, yaitu bahan peledak mekanis
(Mechanical Explosive) dan nuklir (Nuclear) seperti yang tercantum dalam klasifikasi
bahan peledak menurut JJ. Manon.
Bahan peledak adalah material yang tidak stabil secara kimia atau energikal,
atau dapat menghasilkan pengembangan mendadak dari bahan tersebut diikuti dengan
penghasilan panas dan perubahan besar pada tekanan (dan biasanya juga kilat atau suara
besar) yang biasa disebut ledakan.
Beberapa klasifikasi bahan peledak menurut beberapa ahli :
1. Menurut R.L. Ash bahan peledak kimia dibagi menjadi :
a. Bahan peledak kuat (High Explossive), yang memiliki sifat “detonation”
dengan kecepatan detonasi 5.000-24.000 fps.
b. Bahan peledak lemah (low Explossive), yang memiliki sifat
“deflagration” dengan kecepatan reasi < 5.000 fps.
2. Menurut Anon (1977) bahan peledak diklasifikasaikan menjadi 3 macam:
a. Bahan peledak kuat (High Explossive)
b. Bahan peledak lemah (Low Explossive)
c. Blasting Agents
3. Menurut Mike Smith (“Mining Magazine”, Feb. 1988) bahan peledak
dibagi menjadi:
a. Bahan peledak kuat (high explossives)
b. Blasting Agent
c. Speciality explosives
d. Explossives substitutes
Bahan peledak kuat yang diperdagangkan pada umuna diharapkan meghasilkan
panas peledakan (Heat of Explosion) setinggi mungkin, memberikan energi maksimum
dan menghindari terbentuknya gas-gas beracun (fumes). Bahan peledak komersial
merupakan campuran bahan-bahan sedemikian rupa sehingga dicapai keadaan “oxygen
balance” (sedapat mungkin mendekati zero balance).
Umumnya produk yang dikehendaki dari suatu peledakan adalah uap air (steam,
H2O), Carbon dioxide (CO2), gas nitrogen (free molecular nitrogen, N2) dan oksida
padat (solid oxides) semuanya adalah relatif lembam (inert) dan tidak beracun.
Contoh :
3NH4NO3 + CH2 → 7 H2O + CO2 + 3 N2
2 Al + 6 NH4NO3 + CH2 → 13H2O + CO2 + 6N2 + Al2O3
Apabila suatu bahan peledak hanya mengandung elemen-elemen karbon,
oksigen,hidrogen, dan nitrogen, hubugan yang dipakai untuk menghitung neraca
oksigen dapat dinyatakan sebagai berikut :
1
OB = O0 – 2C0 - 2H0
Keterangan :
O0, C0, H0 adalah menyatakan jumlah gram atom dari masing-masing elemen
dalam bahan peledak. Dari persamaan di atas dapat dilihat angka 2 dan ½ didapt dari
masing-masing 2 atom oksigen yang dibutuhkan untuk setiap atom karbon dan ½ atom
oksigen ang dibutuhkan untuk setiap atom hidrogen.
Apabila bahan peledak mengandung elemen-elemen tambahan yang
mempunyai afinitas terhadap oksigen, maka O0 harus dikoreksi menjadi sebagai
berikut:
OB = (O0 – ½ Na0 – Ca0....... dan lain-lain) – 2C0 – ½ H0
Untuk memecahkan soal neraca oksigen perlu ditentukan harga-harga gram
atom setiap elemen per satuan berat.
Slurries/ Emulsi merupakan campuran oksidator seperti sodium nitrat dan
amonium nitrat, fuel, dan sensitivizer baik berupa bahan peledak atau bukan bahan
peledak, dan air (biasanya 15%), campuran ini dikentalkan menggunakan “gaur gum”
menyebabkan emulsi memiliki ketahanan air yang sempurna.
Slurry blasting agent yang mengandung sensitivizer bukan bahan peledak
seperti bahan bakar, sulfur atau alumunium tidak peka terhadap detonator (Non Cap
Sensitive). Sedangkan slury yang mengandung sensitivizer bahan peledak seperti TNT
adalah peka terhadap detonator (Cap Sensitive). Oleh karena itu slurry yang
mengandung bahan yang dapat diklasifikasikan sebagai bahan peledak disebut slurry
explosive dan peka terhadap detonator.
Seperti blasting agent lainnya, slurry bkasting agent memerlukan priming yang
cukup supaya dapat dicapai kecepatan detonasi yang telah ditentukan, primer yang
dipakai adalah bahan peledak kuat atau booster. Sementara slurry explossive mungkin
memerlukan atau tidak memerlukan suatu primer.
C. Alat dan Bahan
1. Amonium Nitrat
2. Fuel Oil (Solar)
3. Wadah Pencampur
4. Gelas Ukur
5. Cuka
6. Putih Telur
D. Langkah Kerja
1. Masukkan berturut-turut Amonium Nitrat yang telah digerus dan dicampur dengan
air sehingga menjadi AN solution, Solar , Cuka dan 1 buah putih telur ayam pada
wadah yang terlebih dahulu dipanaskan pada suhu 60 0C.
2. Aduk perlahan-lahan hingga campuran bahan-bahan tersebut merata.
3. Bila dianggap adonan telah menjadi emusi, angkat adonan dari wadah, kemudian
ujilah dengan memasukannya kedalam air.
E. Hasil Pratikum
1. Dokumentasi Proses pembuatan Emulsi
2. Dokumentasi pengujian ketahanan Air emulsi vs ANFO

Anda mungkin juga menyukai