Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi yang menyebabkan adanya
peradangan pada paru dan berbagai gangguan organ pernapasan. Bakteri yang
menetap di dalam paru tersebut dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui
aliran darah sehingga menyebabkan infeksi di seluruh tubuh.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia dengan angka
kematian tinggi baik di Negara berkembang maupun di Negara maju. Namun,
kasus pneumonia juga dapat dicegah dengan imunisasi atau akses ke
perawatan sederhana dan efektif. Dari ulasan tersebut, maka kami bermaksud
untuk memberikan penatalaksanaan fisioterapi dengan postural drainage pada
kasus pneumonia.
Postural drainage merupakan salah satu fisoterapi dada yang berfungsi
untuk membantu pasien dalam mengeluarkan sekret. Postural drainage adalah
pembersihan secret jalan nafas segmen bronkus dengan pengaruh gravitasi
(Hidayat, 2004).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Postural Drainage?
2. Apa indikasi dan kontraindikasi pada pelaksanaan Postural Drainage?
3. Apa tujuan dilakukan Postural Drainage?
4. Bagaimana metode Postural Drainage?

1.3 Tujuan dan Manfaat


A. Tujuan Penulisan :
Mengetahui efek postural drainage dalam mengeluarkan sekret pada
kasus pneumonia.

1
B. Manfaat Penulisan :
- Bagi penulis: Menambah wawasan bagi penulis tentang kasus
pneumonia yang di kaji dalam karya tulis ilmiah serta dapat
dipraktikkan ke lapangan pekerjaan fisioterapi.
- Bagi pembaca: Menambah wawasan bagi para pembaca mengenai
pengobatan dengan fisioterapi pada kasus pneumonia serta
menambah informasi bagi pembaca untuk dapatmempraktikkan
Postural Drainage ke lapangan pekerjaan fisioterapi.

1.4 Metode Penelitian


Metode yang digunakan berdasarkan kajian kepustakaan, agar karya tulis
ilmiah ini dapat di buktikan keakuratannya.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru dan sel–sel tubuh
mengalami kekurangan oksigen (Misnadiarly, 2008).
Pneumonia adalah gangguan menular/peradangan paru pada parenkim
paru-paru. Kebanyakan pasien memiliki gejala demam, menggigil, gejala
gangguan paru (batuk, dyspnea, produksi sputum berlebih, pleuritic, nyeri
dada), dan satu atau lebih infiltrat/opacities pada hasil foto x-ray dada (Burke
A. Cunha, MD, 2010).
Pneumonia adalah peradangan paru dimana paru terisi cairan radang
dengan atau tanpa disertai infiltrat sel radang ke dalam dinding aveoli dan
ronggga intistisium (Ridha, 2014).

2.2 Patofisiologi
Sistem pertahanan tubuh terganggu menyebabkan virus masuk ke dalam
tubuh setelah menghirup kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi.
Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi
yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag
alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau
bila virulensi organisme bertambah. Virus dapat meningkatkan kemungkinan
terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan mempengaruhi
mekanisme pembersihan dan respon imun.
Ketika mikroorganisme penyebab pneumonia berkembang biak,
mikroorganisme tersebut mengeluarkan toksin yang mengakibatkan
peradangan pada parenkim paru yang dapat menyebabkan kerusakan pada
membran mukus alveolus. Hal tersebut dapat memicu perkembangan edema
paru dan eksudat yang mengisi alveoli sehingga mengurangi luas permukaan
alveoli untuk pertukaran karbondioksida dan oksigen sehingga sulit bernafas.

3
2.3 Etiologi
Pada umumnya Pneumonia disebabkan oleh:
a. Bakteri
Bakterial dibagi menjadi dua bakteri yaitu:
1. Typical organisme
Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa:
- Streptococcus pneumonia: merupakan bakteri anaerob
facultatif. Bakteri patogen ini di temukan pneumonia
komunitas rawat inap di luar ICU (Intensive Care Unit)
sebanyak 20-60%, sedangkan pada pneumonia komunitas
rawat inap di ICU (Intensive Care Unit) sebanyak 33%.
- Staphylococcus aureus: bakteri anaerob fakultatif. Pada
pasien yang diberikan obat secara intravena (intravena drug
abusers) memungkinkan infeksi kuman ini menyebar secara
hematogen dari kontaminasi injeksi awal menuju ke paru-
paru.

Penyebab pneumonia berasal dari gram negatif sering menyerang


pada pasien defisiensi imun (immunocompromised) atau pasien yang
di rawat di rumah sakit, di rawat di rumah sakit dalam waktu yang
lama dan dilakukan pemasangan endotracheal tube. Contoh bakteri
gram negatif dibawah adalah:
- Pseudomonas aeruginosa: bakteri anaerob, bentuk batang
dan memiliki bau yang sangat khas.
- Klebsiella pneumonia: bakteri anaerob fakultatif, bentuk
batang tidak berkapsul. Pada pasien alkoholisme kronik,
diabetes atau PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
- Haemophilus influenza: bakteri bentuk batang anaerob
dengan berkapsul atau tidak berkapsul. Jenis kuman ini yang
memiliki virulensi tinggi yaitu encapsulated type B (HiB).

4
2. Atipikal organisme
Bakteri yang termasuk atipikal adalah Mycoplasma sp. , chlamedia
sp. , Legionella sp.
a. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet ,
biasanya menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga
virus penyebabnya adalah cytomegalivirus, herpes simplex virus,
varicella zooster virus.
b. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh
jamur oportunistik, dimana spora jamur masuk kedalam tubuh
saat menghirup udara. Organisme yang menyerang adalah
Candida sp. , Aspergillus sp.

2.4 Faktor Resiko


Faktor Resiko Pneumonia adalah :
- Flu
- Usia
- Merokok
- Kontak dengan penderita
- Imunitas menurun
- Gizi kurang
- Lingkungan tidak sehat

2.5 Gejala Klinis


Gejala khas adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non
produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir atau bercak
darah), sesak napas. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring
pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan

5
fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat
pernafasan, takipneu, ronki, suara pernafasan bronkial, pleural friction rub.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Postural Drainage


Postural Drainage adalah pembersihan secret jalan nafas segmen
bronkus dengan pengaruh gravitasi. Ini dicapai dengan melakukan satu
atau lebih posisi tubuh yang berbeda. Tiap posisi mengalirkan sekret
khusus dari percabangan trakeobronkial-area paru atas, tengah, bawah
ke trakea. Batuk atau pengisapan kemudian dapat menghilangkan
sekret dari trakea. Waktu yang terbaik untuk melakukan postural
drainage yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan 1 jam sebelum
tidur pada malam hari(Hidayat, 2004).
Postural Drainage (PD) merupakan salah satu intervensi untuk
melepaskan sekresi dari berbagai segmen paru dengan menggunakan
pengaruh gaya gravitasi. Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi
pada berbagai lokasi maka Postural Drainage dilakukan pada berbagai
posisi disesuaikan dengan kelainan parunya. Keberhasilan dari
Postural Drainage sering segera dapat dirasakan oleh penderitanya,
yaitu dengan adanya perbaikan ventilasi (Fisioterapi Indonesia, 2012).

3.2 Tujuan Postural Drainage


Menurut Arif Muttaqin (2008), Postural drainage untuk
mengeluarkan apa saja yang terkumpul dalam rongga pleura agar
rongga pleura normal. Sedangkan menurut Hidayat (2004) adalah
untuk mengeluarkan sekret yang tertampung, untuk mencegah
akumulasi sekret agar tidak terjadi atelektasis, dan untuk mencegah
dan mengeluarkan sekret.

7
3.3 Indikasi dan Kontraindikasi pada Pelaksanaan Postural Drainage
1. Indikasi
a. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada :
1. Pasien yang memakai ventilasi
- Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
- Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada
fibrosis kistik atau bronkiektasis
- Pasien dengan batuk yang tidak efektif
b. Mobilisasi sekret yang tertahan :
1. Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret
- Pasien dengan abses paru
- Pasien dengan pneumonia
- Pasien pre dan post operatif
- Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan
gangguan menelan atau batuk
2. Kontraindikasi
a. Tension pneumotoraks
b. Hemoptisis
c. Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi,
infark miokard akutrd infark dan aritmia.
d. Edema paru
e. Efusi pleura yang luas
(Hidayat, 2004).

3.4 Metode Postural Drainage


1. Tidur dengan beberapa bantal, kepala letak tinggi untuk drainage
kedua lobus atau dari segmen apikal.

8
2. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah
lutut untuk drainage lobus atas kanan segmen anterior, dan
beberapa bantal tanpa bantal bawah lutut untuk drainage lobus
atas kiri segmen anterior.

,..bhhhhhfg

3. Tidur melungkup pada bantal untuk drainage lobus atas segmen


posterior.

4. Tidur pada sisi kiri dengan 3/bagian badan tidur, untuk drainage
lobus tengah kanan dan lobus bawah kanan

5. Tidur pada sisi kanan dengan ¾ bagian badan tidur, untuk


drainage lingula dan lobus bawah kiri segmen anterior. Letak
kepala sama seperti No. 4
 5.

6. Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah
lutut dengan letak kepala seperti no. 4, untuk drainage kedua
lobus bawah segmen anterior.

9
7. Tidur pada sisi kiri, letak kepala sama seperti no. 4, untuk
drainage lobus bawah kanan segmen lateral.

8.
9.
8. Tidur pada sisi kanan dengan letak kepala sama seperti no. 4,
untuk drainage lobus bawah kiri segmen lateral dan lobus bawah
kanan segmen kardiak.

9. Tidur menelungkup dengan satu bantal dibawah perut dengan


letak kepala atau beberapa bantal di bawah perut untuk drainage
kedua lobus bawah.

10
10. Tidur pada sisi kiri dengan ¾ bagian badan miring, letak
kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kanan
segmen posterior.

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Radang paru-paru (pneumonia) adalah infeksi pada paru-paru yang


disebabkan oleh bakteri, virus ataupun fungi. Menurut Misnadiarly (2008),
pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru. dan sel–sel tubuh
mengalami kekurangan oksigen. Menurut Burke A. Cunha, MD, (2010)
pneumonia adalah gangguan menular/peradangan paru pada parenkim paru-
paru. Penyebab terjadinya Pneumonia disebabkan oleh Bakteri Streptococcus
pneumonia. Faktor resiko yang dapat memicu Pneumonia yaitu kontak
dengan penderita Pneumonia, merokok, dan bisa karena lingkungan tidak
sehat.
Kebanyakan pasien yang mengalami Pneumonia memiliki gejala demam
sampai menggigil, batuk disertai produksi sputum berlebih, dan sesak napas.
Untuk pemeriksaan pada Pneumonia dapat melakukan pemeriksaan dengan
cara Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi, serta pemeriksaan vital sign, gerak
dasar, dan antropometri thoraks.
Salah satu cara untuk menangani pneumonia adalah dengan diberikannya
postural drainage. Dengan postural drainage, sputum berlebih dapat
dibersihkan sesuai dengan dimana sputum tersebut berada.

4.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian yang mengkaji kerasionalan penggunaan
antibiotik pada pasien pneumonia secara prospektif sehingga dapat
diketahui kajian terapi antibiotik pada pasien rawat inap dan ketika
melakukan pengobatan rawat jalan.

12
2. Perlunya melakukan komunikasi pada dokter untuk memberikan
pertimbangan pengobatan sesuai kondisi penyakit pasien yang
sebenarnya.
3. Perlunya perhatian khusus kerasionalan penggunaan antibiotik untuk
terapi pada balita pneumonia agar tidak terjadi resistensi dan kegagalan
terapi akibat penggunaan antibiotik yang tidak sesuai standar

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Hidayat, A. A. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar


Manusia .Jakarta : EGC
2. Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak
Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut.Jakarta:Pustaka Obor Populer.
3. Cunha, Burke A., MD. 2010. Pneumonia Essentials Third Edition.
Massachusets: Physicians’ Press.
4. Fadillah, Luthfia. 2018. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus
Pneumonia Dengan Modalitas Nebulizer, Infra Red (Ir), Postural
Drainage Dan Thoracic Expansion Exercise (Tee) Di Bbkpm Surakarta.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi.
5. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

14

Anda mungkin juga menyukai