Anda di halaman 1dari 4

Orientasi Kebijakan Ekspor

Transisi rezim yang berpindah kepada masa kepemimpinan Park Chung-Hee banyak
menggambarkan tentang titik tumbuh perkembangan pesat ekonomi Korea Selatan. Rezim
Park Chung-Hee berupaya untuk mengatur ulang arah strategi pembangunan ekonomi
sehingga dapat membantu Korea Selatan keluar dari keterpurukan. Salah satu langkah yang
diambil oleh Park Chung-Hee dalam upayanya untuk menumbuhkan ekonomi ialah
menggencarkan kegiatan ekspor dari produk-produk industri di Korea Selatan.

Park Chung-Hee mengemas langkah ini dengan suatu kebijakan yang dinamakan
Export-Oriented Industrialization. Pada dasarnya, melalui kebijakan ini rezim Park Chung-
Hee berhasrat untuk mendorong kegiatan ekspor dengan memberi fasilitas tersendiri bagi
para eksportir dan membatasi kegiatan impor guna memantik pertumbuhan ekonomi yang
signifikan.1 Fasilitas yang dimaksud ialah memberi akses kepada para eksportir agar
mendapat pinjaman modal dari bank milik negara secara mudah dan juga mendapat lisensi
impor khusus agar dapat menunjang kebutuhan operasional industri.

Berkaitan dengan kebiijakan Export-Oriented Industrialization, Park Chung-Hee


berusaha merangkul aktor-aktor swasta (konglomerat) untuk bersama-sama menggerakkan
roda perekonomian Korea Selatan.2 Aktor-aktor ini biasanya disebut sebagai chaebol atau
jika direfleksikan pada kondisi Korea Selatan saat ini chaebol diperankan oleh perusahaan
seperti Samsung, Hyundai Motor, LG, Lotte Group, dan lain-lain. Chaebol sebenarnya sudah
banyak berdiri pada masa pemerintahan sebelum Park Chung-Hee, namun pada saat itu
alokasi fasilitas kepada chaebol banyak disalahgunakan oleh para pemangku kepentingan
dengan memberi servis lebih kepada oknum-oknum yang memiliki “kedekatan” khusus.3
Barulah pada saat era pemerintahan Park Chung-Hee alokasi fasilitas direvitalisasi guna
menunjang perekonomian sesuai dengan tuntutan perkembangan dunia modern. Melalui
pengggiatan ekonomi melalui instrumen chaebol, rezim Park Chung-Hee berusaha
mengarahkan pertumbuhan ekonomi mandiri dari produk dalam negeri dan dipasarkan
kepada dunia internasional.4 Sehingga konsep Five Year Development Plans yang sudah

1
Ira Ayu Dewi Agustina. (2014). Pembangunan Ekonomi Korea Selatan Pada Masa Pemerintahan Park Chung-
Hee (1963-1979).
2
Poppy Sulistyaning Winanti. (2003). Developmental State dan Tantangan Globalisasi: Pengalaman Korea
Selatan*. Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, 7(2003).
3
Ibid
4
Peter M. Beck. (1998). Revitalizing Korea's Chaebol. Asian Survey, 38(11), 1018-1035.
dirancang oleh badan perancang ekonomi (economic planning boards) dapat terwujud dengan
strategis. 5

Rangkaian upaya yang dilakukan oleh rezim Park Chung-Hee nampaknya berjalan
cukup baik diawal kebijakan tersebut diberlakukan, beberapa komoditi hasil industri menuai
hasil yang berkualitas dan menorehkan nilai jual yang menjanjikan seperti sebagai berikut:

Komoditi Ekspor Korea Selatan pada Tahun


1968
70

60

50

40

30

20

10

0
Bahan Biji Garmen Garmen Ikan Segar Kayu Rambut Rumput Serat Serat
Mentah Tungsten Pakaian Lain Lapis Palsu Laut Tenun Tenun
Sutera Dalam Kering Kapas

Nilai Ekspor (Satuan Juta USD)

Sumber: Ririn Darini. (2009). Park Chung-Hee dan Keajaiban Ekonomi Korea Selatan. Universitas
Negeri Yogyakarta.

Dari pemaparan data diatas, dapat dimengerti bahwa langkah yang dilakukan Park
Chung-Hee mulai menunjukkan nilai positif. Beberapa komponen sudah mampu menembus
omset puluhan juta dolar Amerika dan khususnya produk tekstil yang dimiliki dapat
menembus angka 65,6 juta USD.6 Berawal dari industri hasil mentah yang dimaksimalkan,
saat ini Korea Selatan mampu mengembangkan kegiatan ekspor melalui hasil industri
teknologi, alat berat, hingga transportasi dan menjadikan hal tersebut sebagai salah satu
kekuatan perekonomian sampai saat ini.

5
Loc.Cit. Ira Ayu Dewi Agustina. (2014).
6
Ririn Darini. (2009). Park Chung-Hee dan Keajaiban Ekonomi Korea Selatan. Universitas Negeri Yogyakarta
Saemaul Undong

Masih berhubungan dengan kebijakan Park Chung-Hee yang mendorong


industrialisasi sebagai mediasi penguatan ekonomi, dari maraknya industrialisasi yang
dijalankan tentunya hal itu memiliki konsekuensi tersendiri bagi kondisi kehidupan di Korea
Selatan. Konsekuensi kehidupan yang dimaksud adalah ketimpangan kondisi dan lingkungan
hidup antara wilayah perkotaan dan pedesaan di Korea, dimana wilayah perkotaan akan dapat
merasakan kemajuan signifikan dan wilayah pedesaan yang mengalami stagnasi keterpurukan
sekaligus mengalami dampak buruk hasil industrialisasi.7 Maka dari itu pemerintah
menginisiasikan adanya moderenisasi pedesaan guna menyelaraskan kehidupan yang dinamis
bagi seluruh masyarakat yang ada di Korea Selatan dan inisiasi tersebut dinamakan saemaul
undong.8

Dampak dari proyek industrialisasi akhirnya semakin berbentuk nyata, hal tersebut
terbukti diakhir tahun 1970 Korea Selatan mengalami kesenjangan kondisi dan lingkungan
hidup antara masyarakat perkotaan dan masyarakat desa.9 Salah satu wujud dari kesenjangan
ini ialah intensitas pertanian sangat tertinggal jauh dari industri yang disemarakkan di
perkotaan.10 Oleh karena itu Park Chung-Hee memperkenallkan sebuah kebijakan untuk
mengatasi hal ini yaitu dengan mengimplementasikan gerakan yang bernuansa edukasi guna
mengimbangi kemajuan yang diusahakan dan gerakan tersebut ialah saemaul undong.
Setidaknya terdapat beberapa sasaran yang dituju dari gerakan ini, diantaranya:

1. Lingkungan Hidup, pada sasaran ini pemerintah berusaha untuk memperbaiki


kualitas lingkungan agar tanggungjawab atas proyek industrialisasi dapat
tersampaikan dengan seharusnya. Pemerintah juga memberikan edukasi perawatan
lingkungan agar dampak berkelanjutan dari industrialisasi dapat ditangani secara
bersama-sama.
2. Infrastruktur, pada sasaran ini pemerintah banyak melakukan rekonstruksi tata
bangunan sehingga dapat menjadi ruang perkembangan publik yang layak. Tidak
hanya sekedar tempat hunian namun segala bentuk infrastruktur desa dibangun
agar dapat menjadi sarana pembaharuan yang ingin diimplementasikan.

7
Ibid.
8
Ibid
9
Hans Ulrich Luther. (1979). Saemaul Undong: The" Modernization" of Rural Poverty in South-
Korea. Internationales Asienforum, 10(3-4), 329-358.
10
Sooyoung Park. (2012). Analysis of Saemaul Undong: a Korean Rural Development Programme in the
1970s. Asia-Pacific Development Journal, 16(2), 113-140.
3. Sumber Daya Manusia, pada sasaran ini pemerintah banyak memberi bantuan
pendidikan agar membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Bantuan
pendidikan tersebut berupa pendidikan formal, institusi kursus keahlian, dan juga
dana guna memfasilitasi ruang edukasi yang diberikan. Pemerintah juga membuka
akses lapangan pekerjaan baik dari lingkup pedesaan maupun industry
diperkotaan agar kesempatan bagi seluruh masyarakat Korea Selatan dapat
diperoleh secara imbang.

Anda mungkin juga menyukai