Hubungan Industrial Pancasila PDF
Hubungan Industrial Pancasila PDF
Abstrak
Hubungan kerja tidaklah terbatas hanya hubungan antara pekerja/buruh dan pengusaha saja, tetapi
perlu adanya campur tangan pemerintah. Hubungan antara pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah
inilah yang disebut hubungan industrial. Perbedaan kedudukan secara ekonomi dan sosial antara
pekerja/buruh dan pengusaha menimbulkan hubungan subordinatif , sehingga menimbulkan posisi yang
tidak seimbang. Pemerintah sebagai regulator atau pembuat kebijakan mempunyai kewajiban untuk
menciptakan hubungan industrial dalam rangka mencari keseimbangan antara kepentingan
pekerja/buruh, pengusaha, dan pemerintah.
Kata Kunci : Hukum, Perlindungan pekerja/buruh, Hubungan industial
104
Hukum Sebagai Sarana Untuk Melindungi Pekerja/Buruh.................................Taufiq Yulianto
105
ORBITH VOL. 8 NO. 2 JULI 2012 : 104 – 108
106
Hukum Sebagai Sarana Untuk Melindungi Pekerja/Buruh.................................Taufiq Yulianto
juga merupakan kerugian karena harus 6. Surat Menteri Tenaga Kerja dan
melepas pekerja/buruh yang telah dididik Transmigrasi Nomor. B.600/Men/Sj-
dan telah mengetahui cara-cara kerja di Hk/VIII/2005 perihal Uang
perusahaannya.Terjadinya pemutusan Penggantian Perumahan serta
hubungan kerja dengan demikian bukan Pengobatan dan Perawatan.
hanya menimbulkan kesulitan bagi
pekerja/buruh tetapi juga akan Tujuan hukum perburuhan adalah
menimbulkan kesulitan bagi perusahaan. melaksanakan keadilan sosial dalam bidang
Untuk itu pemerintah perlu ikut campur ketenagakerjaan yang diselenggarakan
tangan dalam mengatasi masalah dengan jalan melindungi pekerja/buruh
pemutusan hubungan kerja. terhadap kekuasaan pengusaha .Hal ini juga
tertuang dalam Pasal 4 huruf c UU No. 13
Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang
telah membuat suatu kebijakan mengenai menyatakan bahwa tujuan pembangunan
pemutusan hubungan kerja dengan maksud ketenagakerjaan adalah memberikan
untuk lebih menjamin adanya ketertiban perlindungan kepada tenaga kerja dalam
dan kepastian hukum dalam pelaksanaan mewujudkan kesejahteraan.
pemutusan hubungan kerja antara lain
menetapkan peraturan perundang-undangan 4. Kesimpulan
tentang pemutusan hubungan kerja, Perlindungan pekerja/buruh dari kekuasaan
penyelesaian perselisihan hubungan pengusaha terlaksana apabila peraturan-
industrial serta berbagai keputusan menteri. peraturan dalam bidang ketenagakerjaan
Beberapa ketentuan tentang pemutusan yang mengharuskan atau memaksa
hubungan kerja antara lain : pengusaha bertindak seperti dalam
1. UU No. 13 Tahun 2003 tentang perundang-undangan tersebut benar
Ketenagakerjaan dilaksanakan semua pihak karena
2. UU No. 2 Tahun 2004 tentang keberlakuan hukum tidak dapat diukur
Penyelesaian Perselisihan Hubungan secara yuridis saja tetapi juga diukur secara
Industrial sosiologis dan filosofis.
3. Putusan Mahkamah Konstitusi RI
perkara No. 012/PUU-1/2003 tanggal Perbedaan kedudukan secara ekonomi dan
28 Oktober 2004 atas Hak Uji Materiil sosial antara pekerja/buruh dan pengusaha
UU No.13 Tahun 2003 tentang menimbulkan hubungan subordinatif ,
Ketenagakerjaan terhadap Undang- sehingga menimbulkan posisi yang tidak
Undang Dasar Republik Indonesia seimbang. Dalam konteks inilah hukum
Tahun 1945 dijadikan sarana guna memberikan
4. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja perlindungan terhadap pekerja/buruh,
dan Transmigrasi Nomor. SE. karena sebagai konsekuensi dari hubungan
907/Men.PHI-PPHI/X/2004 tentang kerja muncul hak dan kewajiban yang harus
Pencegahan Pemutusan Hubungan dijaga dan dilindungi oleh hukum.
Kerja Massal
5. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja DAFTAR PUSTAKA
dan Transmigrasi Nomor. Asikin, Zainal, dkk, 1997, Dasar-dasar
SE.13/Men/SJ-HK/I/2005 tentang Hukum Perburuhan, Jakarta
PutusanMahkamah Konstitusi RI atas RajaGrafindo Persada.
Hak Materiil UU No. 13 Tahun 2003 Khakim, Abdul, 2003, Pengantar Hukum
tentang Ketenagakerjaan terhadap Ketenagakerjaan Indonesia,
Undang-Undang Dasar Republik Bandung Citra Aditya Bakti
Indonesia Tahun1945
107
ORBITH VOL. 8 NO. 2 JULI 2012 : 104 – 108
108