Anda di halaman 1dari 5

ORBITH VOL. 8 NO.

2 JULI 2012 : 104 – 108

HUKUM SEBAGAI SARANA UNTUK MELINDUNGI


PEKERJA/BURUH DALAM HUBUNGAN INDUSTRIAL

Oleh : Taufiq Yulianto


Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang
Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang 50275

Abstrak
Hubungan kerja tidaklah terbatas hanya hubungan antara pekerja/buruh dan pengusaha saja, tetapi
perlu adanya campur tangan pemerintah. Hubungan antara pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah
inilah yang disebut hubungan industrial. Perbedaan kedudukan secara ekonomi dan sosial antara
pekerja/buruh dan pengusaha menimbulkan hubungan subordinatif , sehingga menimbulkan posisi yang
tidak seimbang. Pemerintah sebagai regulator atau pembuat kebijakan mempunyai kewajiban untuk
menciptakan hubungan industrial dalam rangka mencari keseimbangan antara kepentingan
pekerja/buruh, pengusaha, dan pemerintah.
Kata Kunci : Hukum, Perlindungan pekerja/buruh, Hubungan industial

1. Pendahuluan industrial. Pembinaan hubungan industrial


Pembangunan nasional dilaksanakan dalam sebagai bagian dari pembangunan
rangka pembangunan manusia Indonesia ketenagakerjaan harus diarahkan untuk
seutuhnya dan pembangunan masyarakat terus mewujudkan hubungan industrial
masyarakat Indonesia seluruhnya untuk yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan .
mewujudkan masyarakat yang sejahtera,
adil,makmur yang merata,baik materiil 2. Hubungan Industrial
maupun spirituil berdasarkan Pancasila dan Dasar dari hubungan industrial adalah
Undang-Undang Dasar Negara Republik adanya suatu perjanjian kerja. Kesepakatan
Indonesia Tahun 1945. yang dituangkan dalam perjanjian kerja
inilah yang menimbulkan suatu hubungan
Demikian juga dalam dunia kerja. Hubungan kerja terjadi setelah
ketenagakerjaan, Pembangunan diadakan perjanjian antara buruh dan
ketenagakerjaan dilaksanakan dalam majikan, dimana buruh menyatakan
rangka pembangunan manusia Indonesia kesanggupannya untuk bekerja pada
seutuhnya. Oleh sebab itu, pembangunan majikan dengan menerima upah dan
ketenagakerjaan dilaksanakan untuk majikan menyatakan kesanggupannya
mewujudkan manusia dan masyarakat untuk memperkerjakan buruh dengan
Indonesia yang sejahtera, adil, makmur, membayar upah. Menurut Iman Soepomo,
dan merata baik materiil maupun spirituil. hubungan kerja adalah suatu hubungan
antara seorang buruh dan seorang majikan,
Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai dimana hubungan kerja itu terjadi setelah
banyak dimensi dan keterkaitan. adanya perjanjian kerja antara kedua belah
Keterkaitan itu tidak hanya dengan pihak. Mereka terikat dalam suatu
kepentingan tenaga kerja selama, sebelum, perjanjian, di satu pihak pekerja/buruh
dan sesudah masa kerja tetapi juga bersedia bekerja dengan menerima upah
keterkaitan dengan kepentingan pengusaha, dan pengusaha mempekerjakan
pemerintah dan masyarakat. Untuk itu pekerja/buruh dengan memberi upah (
diperlukan pengaturan yang menyeluruh Soepomo, 1987 ). Sedangkan Lalu Husni
dan komprehensif , antara lain mencakup berpendapat bahwa hubungan kerja adalah
pengembangan sumber daya manusia, hubungan antara buruh dan majikan setelah
peningkatan produktivitas dan daya saing adanya perjanjian kerja yaitu suatu
tenaga kerja Indonesia, upaya perluasan perjanjian dimana pihak buruh mengikatkan
kesempatan kerja, pelayanan penempatan dirinya pada pihak majikan untuk bekerja
tenaga kerja, dan pembinaan hubungan dengan mendapatkan upah dan majikan

104
Hukum Sebagai Sarana Untuk Melindungi Pekerja/Buruh.................................Taufiq Yulianto

menyatakan kesanggupannya untuk dan bertanggung jawab atas kelangsungan


mempekerjakan pekerja/buruh dengan dan keberhasilan setiap perusahaan.
memberi upah ( Asikin, 1997 ). Sedangkan
dalam UU Ketenagakerjaan, yang dimaksud Hubungan antara pengusaha, pekerja/buruh,
dengan hubungan kerja adalah hubungan dan pemerintah inilah yang disebut
antara pengusaha dengan pekerja/buruh hubungan industrial. Penggunaan istilah
berdasarkan perjanjian kerja , yang hubungan industrial sebenarnya merupakan
mempunyai unsur pekerjaan , upah dan kelanjutan dari istilah hubungan industrial
perintah. Pancasila ( Khakim , 2003). Istilah
Hubungan Industrial Pancasila (HIP)
Perjanjian kerja yang akan ditetapkan oleh merupakan terjemahan labour relation atau
pekerja / buruh dan pengusaha tidak boleh hubungan perburuhan. Istilah ini pada
bertentangan dengan Perjanjian Kerja awalnya menganggap bahwa hubungan
Bersama (PKB) yang telah dibuat oleh perburuhan hanya membahas masalah-
pengusaha dengan serikat pekerja / buruh masalah hubungan antara pekerja/buruh dan
atau peraturan perusahaan yang dibuat oleh pengusaha. Melihat perkembangan dan
pengusaha. Perjanjian kerja adalah kenyataan yang ada bahwa masalah
perjanjian antar pekerja/buruh dengan hubungan kerja antara pekerja/buruh dan
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat pengusaha ternyata juga menyangkut aspek-
syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para aspek lain yang luas.
pihak. Pada pasal 1601a KUHPerdata
menyebutkan bahwa perjanjian kerja adalah Hubungan perburuhan tidaklah terbatas
suatu persetujuan bahwa pihak kesatu yaitu hanya hubungan antara pekerja / buruh dan
buruh mengikatkan diri untuk menyerahkan pengusaha saja, tetapi perlu adanya campur
tenaganya kepada pihak lain, yaitu majikan tangan pemerintah. Bertolak dari hal
dengan upah selama waktu tertentu. tersebut melalui Kesepakatan Bersama LKS
Tripartit Nasional Nomer 9 Tahun 1985
Hubungan kerja tidaklah terbatas hanya maka istilah hubungan perburuhan diganti
hubungan antara pekerja / buruh dan dengan istilah hubungan industrial
pengusaha saja, tetapi perlu adanya campur (industrial relation). Berdasarkan Pedoman
tangan pemerintah. Pemerintah sebagai Pelaksanaan Hubungan Industrial Pancasila
regulator atau pembuat kebijakan (HIP) Departemen Tenaga Kerja,
mempunyai kepentingan untuk pengertian HIP adalah suatu sistem yang
menciptakan hubungan industrial dalam terbentuk antara pelaku dalam proses
rangka mencari keseimbangan antara produksi barang dan jasa (pekerja,
kepentingan pekerja/buruh, pengusaha, dan pengusaha, dan pemerintah ) yang
pemerintah. Ketiga komponen tersebut didasarkan atas nilai-nilai Pancasila dan
mempunyai kepentingan masing-masing, Undang-Undang Dasar Negara Republik
yaitu bagi pekerja / buruh, perusahaan Indonesia Tahun 1945, yang tumbuh dan
merupakan tempat mereka bekerja dan berkembang diatas kepribadian bangsa dan
sekaligus sebagai sumber penghasilan dan kebudayaan nasional Indonesia. Untuk itu
penghidupan diri beserta keluarganya , bagi sebagai wujud pelaksanaan hubungan kerja
pengusaha, perusahaan adalah wadah untuk antara pekerja/buruh, pengusaha, dan
mengeksploitasi modal guna mendapat pemerintah harus sesuai dengan jiwa yang
untung yang sebesar-besarnya, sedangkan terkandung dalam sila-sila Pancasila,
bagi pemerintah , perusahaan merupakan artinya segala bentuk perilaku semua
bagian dari kekuatan ekonomi yang subyek yang terkait dalam proses produksi
menghasilkan barang atau jasa untuk harus mendasarkan pada nilai-nilai luhur
memenuhi kebutuhan masyarakat, karena Pancasila secara utuh.
itulah pemerintah mempunyai kepentingan

105
ORBITH VOL. 8 NO. 2 JULI 2012 : 104 – 108

Pada pasal 1 angka 16 UU No. 13 Tahun dikarenakan berakhirnya hubungan kerja


2003 tentang Ketenagakerjaan bagi pekerja/buruh berarti kehilangan mata
menyebutkan bahwa hubungan industrial pencaharian, yang berarti pula permulaan
adalah suatu sistem hubungan yang masa pengangguran dengan segala
terbentuk antara pelaku dalam proses akibatnya.
produksi barang dan/atau jasa yang terdiri
dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan Sebenarnya untuk menjamin kepastian dan
pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai ketentraman hidup pekerja/buruh
Pancasila dan Undang-Undang Dasar seharusnya tidak ada pemutusan hubungan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. kerja tetapi dalam kenyataannya
membuktikan bahwa pemutusan hubungan
Perkembangan dunia usaha sangat kerja tidak dapat dicegah seluruhnya.
bergantung kepada adanya hubungan
industrial yang baik, karena semakin baik Hal utama yang harus dipegang teguh
hubungan industrial maka biasanya juga dalam menghadapi masalah pemutusan
berdampak dengan semakin baiknya hubungan kerja ialah sedapat mungkin
perkembangan dunia usaha. Perkembangan pengusaha, pekerja/buruh, serikat
ekonomi global dan teknologi yang pekerja/buruh, dan pemerintah dengan
demikian cepat membawa dampak segala upaya harus mengusahakan agar
timbulnya persaingan usaha yang begitu jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.
ketat dan secara efek domino juga Segala upaya berarti bahwa kegiatan-
berdampak terhadap bidang kegiatan yang positif yang pada akhirnya
ketenagakerjaan.Melihat perkembangan dapat menghindari terjadinya pemutusan
tersebut maka pembangunan hubungan kerja, antara lain pengaturan
ketenagakerjaan harus diatur sedemikian waktu kerja, penghematan, pembenahan
rupa sehingga terpenuhi hak-hak dan metode kerja, dan memberikan pembinaan
perlindungan yang mendasar bagi kepada pekerja/buruh ( Rusli, 2003 ). Jadi
pekerja/buruh serta pada saat yang pemutusan kerja adalah merupakan
bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang tindakan terakhir jika segala upaya
kondusif bagi pengembangan dunia usaha. pencegahan telah gagal. Dalam hal segala
Hubungan industrial yang harmonis, upaya telah dilakukan tetapi pemutusan
dinamis dan berkeadilan perlu diwujudkan hubungan kerja tidak dapat dihindari maka
secara optimal sesuai dengan nilai-nilai pengusaha diwajibkan membayar uang
Pancasila. pesangon dan atau uang penghargaan masa
kerja dan uang penggantian hak sesuai
3. Perlindungan Pekerja/buruh dalam dengan ketentuan perundang-undangan.
hubungan Industrial
Dalam era industrialisasi, masalah Pemutusan hubungan kerja pada dasarnya
perselisihan hubungan industrial menjadi merupakan masalah yang kompleks karena
semakin meningkat dan kompleks, sehingga mempunyai dampak pada pengangguran,
diperlukan institusi dan mekanisme kriminalitas, maupun kesempatan kerja.
penyelesaian perselisihan hubungan Seiring dengan laju perkembangan industri
industrial yang cepat, tepat, adil dan murah. serta meningkatnya jumlah angkatan kerja
Perselisihan antara pengusaha dengan yang bekerja, permasalahan pemutusan
pekerja/buruh kadangkala harus berakhir hubungan kerja merupakan permasalahan
dengan pemutusan hubungan kerja. yang menyangkut kehidupan manusia.
Penyelesaian yang menyangkut masalah Pemutusan hubungan kerja bagi
pemutusan hubungan kerja harus harus bisa pekerja/buruh merupakan awal penderitaan
memenuhi rasa keadilan masing-masing bagi pekerja dan keluarganya,sedangkan
pihak, terutama bagi pekerja/buruh. Hal ini bagi perusahaan pemutusan hubungan kerja

106
Hukum Sebagai Sarana Untuk Melindungi Pekerja/Buruh.................................Taufiq Yulianto

juga merupakan kerugian karena harus 6. Surat Menteri Tenaga Kerja dan
melepas pekerja/buruh yang telah dididik Transmigrasi Nomor. B.600/Men/Sj-
dan telah mengetahui cara-cara kerja di Hk/VIII/2005 perihal Uang
perusahaannya.Terjadinya pemutusan Penggantian Perumahan serta
hubungan kerja dengan demikian bukan Pengobatan dan Perawatan.
hanya menimbulkan kesulitan bagi
pekerja/buruh tetapi juga akan Tujuan hukum perburuhan adalah
menimbulkan kesulitan bagi perusahaan. melaksanakan keadilan sosial dalam bidang
Untuk itu pemerintah perlu ikut campur ketenagakerjaan yang diselenggarakan
tangan dalam mengatasi masalah dengan jalan melindungi pekerja/buruh
pemutusan hubungan kerja. terhadap kekuasaan pengusaha .Hal ini juga
tertuang dalam Pasal 4 huruf c UU No. 13
Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang
telah membuat suatu kebijakan mengenai menyatakan bahwa tujuan pembangunan
pemutusan hubungan kerja dengan maksud ketenagakerjaan adalah memberikan
untuk lebih menjamin adanya ketertiban perlindungan kepada tenaga kerja dalam
dan kepastian hukum dalam pelaksanaan mewujudkan kesejahteraan.
pemutusan hubungan kerja antara lain
menetapkan peraturan perundang-undangan 4. Kesimpulan
tentang pemutusan hubungan kerja, Perlindungan pekerja/buruh dari kekuasaan
penyelesaian perselisihan hubungan pengusaha terlaksana apabila peraturan-
industrial serta berbagai keputusan menteri. peraturan dalam bidang ketenagakerjaan
Beberapa ketentuan tentang pemutusan yang mengharuskan atau memaksa
hubungan kerja antara lain : pengusaha bertindak seperti dalam
1. UU No. 13 Tahun 2003 tentang perundang-undangan tersebut benar
Ketenagakerjaan dilaksanakan semua pihak karena
2. UU No. 2 Tahun 2004 tentang keberlakuan hukum tidak dapat diukur
Penyelesaian Perselisihan Hubungan secara yuridis saja tetapi juga diukur secara
Industrial sosiologis dan filosofis.
3. Putusan Mahkamah Konstitusi RI
perkara No. 012/PUU-1/2003 tanggal Perbedaan kedudukan secara ekonomi dan
28 Oktober 2004 atas Hak Uji Materiil sosial antara pekerja/buruh dan pengusaha
UU No.13 Tahun 2003 tentang menimbulkan hubungan subordinatif ,
Ketenagakerjaan terhadap Undang- sehingga menimbulkan posisi yang tidak
Undang Dasar Republik Indonesia seimbang. Dalam konteks inilah hukum
Tahun 1945 dijadikan sarana guna memberikan
4. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja perlindungan terhadap pekerja/buruh,
dan Transmigrasi Nomor. SE. karena sebagai konsekuensi dari hubungan
907/Men.PHI-PPHI/X/2004 tentang kerja muncul hak dan kewajiban yang harus
Pencegahan Pemutusan Hubungan dijaga dan dilindungi oleh hukum.
Kerja Massal
5. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja DAFTAR PUSTAKA
dan Transmigrasi Nomor. Asikin, Zainal, dkk, 1997, Dasar-dasar
SE.13/Men/SJ-HK/I/2005 tentang Hukum Perburuhan, Jakarta
PutusanMahkamah Konstitusi RI atas RajaGrafindo Persada.
Hak Materiil UU No. 13 Tahun 2003 Khakim, Abdul, 2003, Pengantar Hukum
tentang Ketenagakerjaan terhadap Ketenagakerjaan Indonesia,
Undang-Undang Dasar Republik Bandung Citra Aditya Bakti
Indonesia Tahun1945

107
ORBITH VOL. 8 NO. 2 JULI 2012 : 104 – 108

Rusli, Hardijan, 2003, Hukum


Ketenagakerjaan 2003, Jakarta
Ghalia Indonesia.
Soepomo, Iman, 1987, Hukum
Perburuhan, Jakarta, Penerbit
Djambatan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Undang – Undang Republik Indonesia No.
13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan

108

Anda mungkin juga menyukai