Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Konsep merupakan suatu ide di mana terdapat suatu kesan yang abstrak yang
dapat diorganisir menjadi simbul-simbul yang nyata sedangkan konsep
keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau
model keperawatan.

Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam


keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi dari
struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk
mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat ditempat mereka bekerja dalam batas
kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan
dalam menentukan model praktek keperawatan yang akan diterapkan sesuai
kondisi dan situasi tempat perawat tersebut bekerja.

Berdasarkan hal diatas, maka perlunya mempelajari teori dan Model konsep
keperawatan yang telah ada sebagai salah satu kunci dalam mengembangkan ilmu
dan praktek, serta profesi keperawatan di Indonesia. Pada kesempatan kali ini
saya mencoba memaparkan “Teori dan Model Konsep Keperawatan Katharine
Kolcaba : Theory of Comfort ”.

1.2 TUJUAN PENULISAN MAKALAH


1. Menerapkan falsafah, konsep paradigma keperawatan dan teori
keperawatan : Theory of Comfort (Katharine Kolcaba)
2. Mahasiswa mampu mengembangkan kemampuan berfikir kritis,
bekerjasama dan mengemukakan pendapat serta menghargai pendapat
orang lain
1.3 MANFAAT
1. Mengetahui latar belakang teori/sejarah dari Theory of Comfort (Katharine
Kolcaba).
2. Mengetahui sumber teori untuk pengembangan teori, konsep umum dan
defenisi serta penggunaan temuan empiris dari Katharine Kolcaba.
3. Mengetahui paradigma keperawatan menurut Katharine Kolcaba.
4. Mengetahui aplikasi teori dari Katharine Kolcaba.
BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 LATAR BELAKANG TEORI/SEJARAH

Menurut Martha Raile Alligood (2012:657-658) , Katharine Kolcaba lahir dan


dididik di Cleveland, Ohio. Pada 1965, ia menerima diploma dalam bidang
keperawatan danberlatih paruh waktu selama bertahun-tahun di bidang medis-
bedah perawatan, perawatan jangka panjang, dan perawatan di rumah sebelum
kembali ke sekolah. Pada tahun 1987, ia lulus di RN pertama untuk Kelas MSN
di Case Western Reserve University (CWRU) Sekolah Keperawatan Frances
Payne Bolton, dengan spesialisasi di gerontologi. Saat di sekolah, ia berbagi
pekerjaan sebuah posisi kepala perawat pada unit demensia. Dalam hal ini
berlatih konteks yang dia mulai berteori tentang hasil dari kenyamanan pasien.

Kolcaba bergabung dengan fakultas di University of Akron College of


Nursing setelah lulus dengannya gelar master dalam bidang keperawatan. Dia
mendapatkan dan mempertahankan Sertifikasi American Nurses Association
(ANA) di Indonesia gerontologia. Dia kembali ke CWRU untuk mengejarnya
gelar doktor di bidang keperawatan paruh waktu sambil terus mengajar. Selama
10 tahun berikutnya, dia menggunakan pekerjaannya dalam program doktoral
untuk mengembangkan dan menjelaskan teorinya.

Kolcaba menerbitkan sebuah konsep analisis kenyamanan dengan suaminya


filsuf, aspek diagram dari kenyamanan, kenyamanan yang dioperasionalkan
sebagai hasil perawatan, kenyamanan kontekstual dalam teori kelas menengah,
dan menguji teori dalam studi intervensi (Kolcaba & Fox, 1999).

Saat ini, Dr. Kolcaba adalah seorang associate associate professor dari
keperawatan di University of Akron College of Keperawatan, tempat ia mengajar
teori kepada siswa MSN. Dia juga mengajarkan teori kepada siswa DNP di
Ursulin Perguruan tinggi di Mayfield Heights, Ohio. Minatnya termasuk
intervensi dan dokumentasi perubahan dalam kenyamanan untuk praktik berbasis
bukti. Dia tinggal di daerah Cleveland dengan suaminya, di mana dia menikmati
berada di dekat cucu dan ibunya. Dia mewakili perusahaannya, yang dikenal
sebagai The Comfort Line, untuk membantu lembaga perawatan kesehatan
menerapkan Teori Kenyamanan secara institusional. Dia adalah pendiri dan
koordinator program perawat paroki setempat dan sebuah anggota ANA. Kolcaba
terus bekerja dengan siswa melakukan studi kenyamanan.

2.2 SUMBER TEORI

Kolcaba memulai pekerjaan teoretisnya yang menggambarkan praktik


keperawatan awal dalam studi doktoralnya. Kapan Kolcaba mempresentasikan
kerangka kerjanya untuk perawatan demensia (Kolcaba, 1992), seorang anggota
audiensi bertanya, "Apakah Anda sudah melakukan analisis konsep
kenyamanan?" Kolcaba menjawab bahwa dia tidak melakukannya tetapi itu akan
terjadi langkah selanjutnya. Pertanyaan ini mengawali penyelidikannya yang
panjang tentang konsep kenyamanan.

Langkah pertama, analisis konsep yang dijanjikan, dengan tinjauan luas


literatur tentang kenyamanan dari disiplin keperawatan, kedokteran, psikologi,
psikiatri, ergonomi, dan bahasa Inggris (khususnya penggunaan kenyamanan dan
kenyamanan oleh Shakespeare Kamus Bahasa Inggris Oxford (OED)). Dari
OED, Kolcaba belajar bahwa definisi asli kenyamanan adalah “sangat kuat”.
Definisi ini memberikan alasan yang bagus bagi perawat untuk menghibur pasien
karena pasien akan melakukan yang lebih baik dan perawat akan merasa lebih
puas.

Catatan sejarah kenyamanan dalam keperawatan tidaklah berbeda.


Nightingale (1859: 70) menasihati, “Pasti tidak pernah lupakan pengamatan untuk
apa. Ini bukan untuk demi menumpuk informasi lain-lain atau fakta aneh, tetapi
demi menyelamatkan hidup dan meningkatkan kesehatan dan kenyamanan ”.

Dari tahun 1900 hingga 1929, kenyamanan adalah tujuan utama keperawatan
dan obat-obatan karena, melalui kenyamanan, pemulihan dicapai (McIlveen &
Morse, 1995). Perawat bertugas untuk memperhatikan perincian yang
mempengaruhi kenyamanan pasien.
“Kenyamanan pasien tidak dapat diabaikan sekecil apapun. Kenyamanan
pasien adalah Pertimbangan pertama dan terakhir perawat. Perawat yang
baik membuat pasien nyaman, dan pemberian kenyamanan adalah faktor
penentu utama perawat kemampuan dan karakter” (Aikens, 1908).

Harmer (1926:26) menyatakan bahwa asuhan keperawatan berkaitan


dengan memberikan "suasana umum kenyamanan, "dan bahwa perawatan
pribadi pasien termasuk perhatian pada" kebahagiaan, kenyamanan, dan
kemudahan, fisik dan mental, "selain" istirahat dan tidur, nutrisi,
kebersihan, dan eliminasi ”.

Goodnow (1935: 95) mengabdikan satu bab dalam bukunya, The Teknik
Perawatan, untuk kenyamanan pasien. Dia menulis, “Seorang perawat
dinilai selalu dengan kemampuannya buat pasiennya nyaman.
Kenyamanan adalah keduanya fisik dan mental, dan tanggung jawab
seorang perawat tidak berakhir dengan perawatan fisik ”. “Kenyamanan
emosional disebut kenyamanan mental dan tercapai sebagian besar dengan
memberikan kenyamanan fisik dan memodifikasi lingkungan untuk
pasien” (McIlveen & Morse, 1995).

Dalam contoh-contoh ini, kenyamanan merupakan hal yang positif dan


tercapai dengan bantuan perawat dan dalam beberapa kasus menunjukkan
perbaikan dari kondisi-kondisi sebelumnya. Secara intuitif, kenyamanan dikaitkan
dengan aktivitas pengasuhan. Dari kata asalnya, Kolcaba menjelaskannya fitur
penguatan, dan dari ergonomi, langsung tautan ke kinerja pekerjaan. Namun,
seringkali maknanya tersirat, tersembunyi dalam konteks, dan ambigu. konsep ini
bervariasi secara semantik sebagai kata kerja, kata benda, kata sifat, kata
keterangan, proses, dan hasil.

Kolcaba menggunakan ide-ide dari tiga teori keperawatan awal untuk


mensintesis atau menurunkan jenis kenyamanan di analisis konsep (Kolcaba &
Kolcaba, 1991).
 Bantuan disintesis dari karya Orlando (1961), yang menyatakan bahwa
perawat meringankan kebutuhan yang diungkapkan oleh pasien.

 Kemudahan disintesis dari karya Henderson (1966), yang menggambarkan


13 fungsi dasar manusia makhluk yang harus dipertahankan selama
perawatan.

 Transendensi berasal dari Paterson dan Zderad (1975), yang mengusulkan


agar pasien bangkit dari kesulitan yang mereka alami dengan bantuan
perawat.

Jenis Kenyamanan
Konteks Di Mana Kenyamanan
Terjadi

Gambar 1.1 Struktur kenyamanan taksonomi.

Keterangan :

Jenis Kenyamanan:

Relief : Keadaan pasien yang memiliki kebutuhan khusus terpenuhi.


Ease (Kemudahan) : Keadaan tenang atau puas.
Transcendence : Keadaan di mana seseorang mengatasi masalah atau rasa
sakitnya.

Konteks Di Mana Kenyamanan Terjadi:


Fisik : Berkenaan dengan sensasi tubuh
Psikospiritual : Berkaitan dengan kesadaran internal diri, termasuk
penghargaan, konsep, seksualitas, dan makna dalam
kehidupan seseorang, hubungan seseorang dengan tatanan atau
makhluk yang lebih tinggi

Lingkungan : Berkenaan dengan lingkungan luar, kondisi, dan pengaruh


Sosial : Berkaitan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.

Empat konteks kenyamanandini ialami oleh mereka yang menerima


perawatan, berasal dari ulasan literatur keperawatan (Kolcaba, 2003). Konteksnya
adalah fisik,psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan. Itu empat konteks
disandingkan dengan tiga jenis kenyamanan, menciptakan struktur taksonomi
(matriks)dari mana untuk mempertimbangkan kompleksitas kenyamanan sebagai
sebuah hasil (Gambar 1.1).

Struktur taksonomi menyediakan peta domain konten kenyamanan.


Diantisipasi itu peneliti akan merancang instrumen di masa depan seperti itu
sebagai kuesioner yang dikembangkan dari taksonomi untuk instrumen akhir
kehidupan (Kolcaba, Dowd, Steiner, & Mitzel, 2004). Kolcaba termasuk
langkah-langkahnya situs web untuk adaptasi kenyamanan umum kuisioner oleh
peneliti masa depan.

2.3 KONSEP UTAMA DAN DEFENISI

Di dalam Teori Kolcaba, mereka yang menerima tindakan kenyamanan


dapat disebut sebagai penerima (recipients), pasien, mahasiswa, tahanan, pekerja,
orang dewasa yang lebih tua, komunitas, dan institusi. Beberapa konsep utama
dalam teori ini adalah :

a. Pentingnya perawatan Kesehatan


Kebutuhan perawatan kesehatan merupakan kebutuhan kenyamanan
yang timbul dari situasi stres pada kesehatan yang tidak bisa dipenuhi
oleh sistem pendukung tradisional penerima. Kebutuhan ini mungkin
fisik, psikospiritual, sosial budaya, atau lingkungan. Mereka menjadi
jelas melalui pemantauan, laporan verbal atau nonverbal, parameter
patofisiologi, pendidikan dan dukungan, dan konseling keuangan dan
intervensi (Kolcaba,2003)
b. Intervensi Kenyamanan
Intervensi kenyamanan adalah tindakan keperawatan dandirancang untuk
memenuhi kebutuhan kenyamanan yang spesifik pada penerima,
termasuk fisiologis, sosial, budaya, keuangan, psikologis, agama,
lingkungan dan intervensi fisik (Kolcaba, 2001).

c. Intervensi Variabel
Intervensi variabel adalah interaksi yang mana dapat mempengaruhi
persepsi penerima untuk kenyamanan. Mereka terdiri dari pengalaman
masa lalu, usia, sikap, keadaan emosional, sistem pendukung, prognosis,
keungan, pendidikan, latar belakang budaya, dan totalitas unsur dalam
pengalaman penerima (Kolcaba, 1994). Variabel intervesi berdampak
pada perencanaan dan keberhasilan intervensi perawatan pasien.

d. Kenyamanan
Kenyamanan adalah keadaan yang dialami oleh penerima intervensi
kenyamanan. Hal itu adalah langsung, pengalaman holistik diperkuat
ketika kebutuhan seseorang yang ditujukan untuk tiga jenis kenyamanan
(lega, kemudahan, dan transendensi) dalam empat konteks (fisik,
psikospiritual, sosial budaya, dan lingkungan) (Kolcaba,1994)

e. Perilaku mencari - Kesehatan

Perilaku mencari - Kesehatan menyusun kategori yang luas dari hasil


terkait untuk mencari kesehatan seperti yang didefinisikan oleh penerima
yang berkonsultasi dengan perawat. Kategori ini disintesis oleh
Schlotfeldt (1975) dan diusulkan menjadi internal, eksternal, atau
kematian yang damai.

f. Integritas kelembagaan
Perusahaan, Masyarakat, sekolah, rumah sakit, regional, negara, dan kota
yang memiliki kualitas yang lengkap, utuh, suara, jujur, menarik, etika,
dan tulus memiliki integritas kelembagaan. Ketika institusi menampilkan
jenis integritas, menghasilkan bukti praktik terbaik dan kebijakan terbaik
(Kolcaba, 2001).

g. Praktik Terbaik
Penggunaan intervensi kesehatan berdasarkan bukti-bukti untuk
menghasilkan kemungkinan hasil yang terbaik pada pasien dan keluarga
(kelembagaan) dikenal sebagai praktik terbaik

h. Kebijakan Terbaik
Institusi atau kebijakan daerah mulai dari protokol untuk prosedur dan
kondisi medis untuk mengakses dan pemberian perawatan kesehatan
yang dikenal sebagai kebijakan terbaik.

2.4 KERANGKA KONSEPTUAL TEORI

Berdasarkan konsep utama , dapat dikembangkan kerangka konseptual dari


teori kenyamanan sebagai berikut :

Kerangka konseptual diatas, menurut Kolcaba (2001) dapat dijelaskan


sebagai berikut:

1. Perawat mengidentifikasi kebutuhan kenyamanan pasien dan anggota


keluarga.
2. Perawat menyusun intervensi untuk memenuhi kebutuhan
3. Variabel intervensi (intervening variable) perlu dipertimbangkan
ketika menyusun intervensi
4. Ketika intervensi dimunculkan dalam cara merawat dan efektif, dan
ketika peningkatan kenyamanan telah dicapai, intervensi itu disebut
alat ukur/pengukuran kenyamanan (comfort measure).
5. Pasien dan perawat menyetujui perilaku mempertahankan kesehatan
yang dapat dipertimbangkan dan realistis.
6. Jika peningkatan kenyamanan tercapai, pasien dan anggota keluarga
lebih menyukai perilaku mempertahankan kesehatan untuk
peningkatan kenyamanan yang lebih jauh.
7. Ketika pasien dan anggota keluarga diberikan perawatan kenyamanan
dan menggunakan perilaku mempertahankan kesehatan, mereka akan
lebih puas dengan pelayanan kesehatan dan mempunyai hasil
kesehatan yang lebih baik.
8. Ketika pasien, keluarga, dan perawat puas dengan pelayanan kesehatan
dalam sebuah institusi, publik mengakui kontribusi institusi terhadap
pelayanan kesehatan yang akan membantu mempertahankan
kelangsungan dan perkembangan institusi.
2.5 PENGGUNAAN BUKTI EMPIRIS

Asal penyelidikan modern tentang hasil dari kenyamanan telah ditujukkan


di akhir tahun 1980, menandai periode kolektif, tapi secara terpisah menyadari
pentingnya konsep holistik dari kenyamanan. Hamilton (1989) menggali arti
kenyamanan dari pesrpektif pasien. Dia menggunakan wawancara untuk
mengetahui bagaimana setiap pasien dengan perawatan lama mendefinisikan
kenyamanan. Hamilton menyimpulkan kenyamanan merupakan multi dimensi,
memiliki makna yang berbeda pada setiap orang (Alligood, 2014)

Setelah Kolcaba mengembangkan teorinya, dia mendemonstrasikan


perubahan dalam kenyamanan dinilai menggunakan design eksperimental dalam
disertasinya (Kolcaba dan Fox, 1999). Dalam penelitian ini, kenyamanan
dibutuhkan pada diagnosis kanker payudara awal. Intervensi holistik yang
diberikan adalah teknik guide imagery, intervensi diberikan pada populasi pasien
untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan hasil yang ingin dicapai yaitu rasa
nyaman pada pasien. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan rasa nyaman yang
signifikan antara wanita yang mendapat terapi guide imagery dengan kelompok
perawatan biasa yang tidak mendapat terapi guide imagery. Beberapa studi lain
yang juga menggunakan intervensi untuk membuktikan rasa nyaman :

a. Guide imagery untuk pasien psykiatrik (Apostolo dan Kolcaba, 2009)


b. Pengobatan dengan sentuhan dan latihan untuk mengurangi stres pada
siswa (Dowd, Kolcaba, Steiner dan Fashinpaur, 2007)
c. Pijatan tangan untuk pasien rawat inap dan waktu rawat lama (Kolcaba,
Dowd, Steiner dan Mitzel, 2004)
d. Pengontrolan panas gown pada pasien untuk menurunkan ansietas dan
meningkatkan rasa nyaman pada pasien preoperative (Wagner, Byrne dan
Kolcaba, 2006).

Pada setiap penelitian, intervensi ditargetkan untuk menilai rasa nyaman


pada pasien, instrumen untuk menilai kenyamanan diadopsi dari Kuisioner
General Comfort (Kolcaba, 1997, 2003) yang menggunakan struktur taksonomi.

Dukungan untuk teori comfort ini ditemukan dari 4 teoritikal dalil tentang dasar
holistik comfort (Kolcaba dan Steiner, 2000) :

a. Kenyamanan adalah pernyatan umum-spesifik


b. Hasil dari keyamanan mudah berubah dari waktu ke waktu
c. Intervensi keperawatan holistik diterapkan secara konsisten untuk
meningkatkan kenyamanan dari waktu ke waktu.
d. Kenyamanan total lebih besar jumlahnya dari bagian-bagiannya.

2.6 ASUMSI UTAMA DALAM PARADIGMA KEPERAWATAN

Berikut adalah asumsi utama yang digunakan dalam memandang paradigma


keperawatan, antara lain:

1. Keperawatan
Keperawatan adalah salah satu pengkajian kebutuhan kenyaman yang
intensif, intervensi yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan,
dan evaluasi tingkat kenyamana setelah implemnetasi dberikan kemudian
dibandingkan dengan tujuan hasil yang diinginkan. Pengkajian dan evaluasi
dapat berupa intuisi atau subjektif atau keduanya. Pengkajian diperoleh
melalui skala tingkatan verbal (klinis) atau kuesioner mengenai tingkat
kenyamanan yang menggunakan instrumen dari studi Kolcaba.

2. Pasien

Penerima asuhan mungkin dapat berupa individu, keluarga, institusi atau


komunitas yangmembutuhkan asuhan keperawatan. Perawat dapat berperan
sebagai penerima intervensi terkiat kenyamanan di lingkungan tempat bekerja
ketika adanya inisiatif untuk meningkatkan kondisi kerja dibawah tekanan,
seperti untuk meningkatkan Magnet status.

3. Lingkungan

Lingkungan adalah segala aspek pasien, keluarga, atau institusi yang dapat
dimanipulasi oleh perawat, orang dicintai atau institusi untuk meningkatkan
kenyamanan

4. Kesehatan

Kesehatan adalah status fungsi optimal seorang pasien, keluarga, pemberi


asuhan kesehatan, atau komunitas dalam konteks individu atau kelompok

2.7 PERNYATAAN TEORITIS


1. Perawat mengidentifikasi kebutuhan kenyamanan yang tidak terlihat dari
pasien, desain kenyamanan digunakan untuk mengukur kebutuhan, dan
untuk mencari peningkatkan kenyamanan pasien mereka, di mana hasil
tersebut diinginkan dengan segera.
2. Peningkatan kenyamanan langsung dan secara positif dihubungkan dengan
penerapan di dalam HSBs, seperti hasil yang diinginkan sebelumnya.
3. Kapan seseorang mempunyai pendukung yang sesuai untuk dilibatkan
secara penuh di dalam HSBs, seperti pemulihan dan/atau program
penyembuhan atau cara hidup, integritas institusi juga sangat mendukung.

2.8 BENTUK LOGIS

Kolcaba mengembangkan Teori Kenyamanan melalui tiga jenis pemikiran


logis antara lain :

1. Induksi

Induksi terjadi ketika penyamarataan dibangun dari suatu kejadian yang


diamati secara spesifik. Di mana perawat dengan sungguh-sungguh
melakukan praktek dan dengan sungguh-sungguh menerapkan keperawatan
sebagai disiplin, sehingga mereka menjadi terbiasa dengan konsep Implisit
atau eksplisit, terminologi, dalil, dan asumsi pendukung praktek mereka.
Ketika perawat lulus sekolah, mereka mungkin diminta untuk menjelaskan
diagram prakteknya, yang mana tugas tersebut sangatlah mudah.

2. Deduksi

Deduksi adalah suatu format dari pemikiran logis di mana kesimpulan


spesifik berasal dari prinsip atau pendapat yang lebih umum; prosesnya dari
yang umum ke yang spesifik. Langkah mengurangi pengembangan teori
mengakibatkan teori kenyamanan dapat dihubungkan dengan konsep lain
untuk menghasilkan suatu teori. Kerja dari tiga ahli teori keperawatan
diperlukan untuk mendefinisikan kenyamanan. Oleh karena itu Kolcaba lebih
dulu melihat di tempat lain untuk bekerja secara bersama untuk menyatukan
kebutuhan seperti keringanan, ketentraman dan hal yang penting. Apa yang
dibutuhkan, dia merealisir suatu yang abstrak dan kerangka konseptual umum
yang sama dengan kenyamanan dan berisi dalam jumlah banyak yang bersifat
abstrak.

3. Retroduksi
Retroduksi adalah suatu format pemikiran untuk memulai ide. Bermanfaat
untuk memilih suatu fenomena yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan
diuji. Pemikiran jenis ini diterapkan di (dalam) bidang di mana tersedia sedikit
teori. Seperti pada kasus hasil riset, di mana saat ini memusat pada
pengumpulan database besar untuk mengukur hasil dan berhubungan pada
pengeluaran untuk jenis keperawatan, medis, institusi, atau protokol
masyarakat. Penambahan suatu kerangka teori keperawatan untuk riset hasil
akan meningkatkan area penelitian keperawatan karena praktek dasar teori
memungkinkan perawat untuk mendisain intervensi yang sama dan selaras
dengan hasil yang diinginkan.

2.9 APLIKASI TEORI KENYAMANAN PADA KASUS ANAK DI


RUANG RAWAT NON BEDAH
A. Pengkajian pengalaman kenyamanan pada kontak fisik

Klien adalah seorang anak berusia 15 tahun, perempuan, dirawat diruang


rawat non bedah dengan diagnosis medis demam tipoid. Keluhan saat ini,
kklien mengeluh mual, pusing dan lemas. Sebelumnya tidak pernah dirawat di
rumah sakit dengan penyakit yang sama. Pengukuran tanda-tanda vital;
tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 96 kali per menit, suhu 36,40C. Berat
badan klien sekarang 43 Kg, tinggi badan 155 cm. Pemeriksaan fisik
didapatkan data konjungtiva tidak anemis, suara nafas vesikuler, bising usus 8
kali per menit, hepar tidak teraba. Hasil pemeriksaan laboratorium; Hb 14,9,
Ht 45, trombosit 210.000, widal titer O: 1/320 widal titer H 1/160. Saat ini
mendapatkan terapi acran injeksi 3x25 mg (IV), Tricefin 2x1 gr (drip
dekstrose 5% 100 cc)

B. Pengkajian pengalaman kenyamanan pada konteks psikospiritual

Ibu mengatakan klien adalah anak yang percaya diri dan mudah bergaul,
mempunyai banyak teman dan merasa sedih karena tidak dapat berkumpul
dengan mereka selama sakit. Kklien merasa sangat senang ketika dijenguk
oleh teman-temannya di rumah sakit. Klien teratur melaksanakan ibadah
agama dan berdoa dirumah. Sejak diraawat klien tidak melaksanakan ibadah
karena kondisi tubuh yang lemah, klien belum menarche, informasi tentang
pubertas didapatkan dari majalah dan cerita teman. Orang tua memberikan
penjelasan apabila klien bertanya.

C. Pengkajian pengalaman kenyamanan pada konteks lingkungan

Keluarga dan klien merasa nyaman dengan lingkungan kamar. Ruangan


kamar menggunakan AC dengan pengharum ruangan, satu kamar untuk 2
pasien dengan lampu penerangan masing-masing klien. Terdapat sofa untuk
keluarga. Kamar mandi bersih dan nyaman. Namun demikian anak dan
keluarga ingin segera pulang ke rumah.

D. Pengkajian pengalaman kenyamanan pada kontek sosiokultural

Klien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayah tidak pernah
menjenguk kerena bekerja sebagai supir di kedutaan besar. Anak tidak sedih
berpisah dari ayah karena ayahnya bekerja. Klen lebih dekat dengan ibu
dibandingkan dengan ayah.

Diagnosa keperawatan terdiri atas (1) pengalaman fisik meliputi resiko


nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient, mual berhubungan iritasi intestinum dan intoleransi
aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum. (2) pengalaman psikososial,
merupakan gangguan proses keluarga berhubungan dengan krisis
perkembangan.

E. Intervensi keperawatan
 Diagnosa keperawatan terkait resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient dengan
tujuan tidak terjadi penurunan berat badan.
 Diagnosa keperawatan terkait mual berhubungan dengan iritasi intestinum
dengan tujuan rasa mual berkurang, tidak mengganggu aktifitas makan.
 Diagnosa keperawatan terkait intoleransi aktifitas berhubungan dengan
kelemahan umum dengan tujuan klien mampu beraktivitas sesuai
toleransi.
 Diagnosa keperawatan terkait gangguan proses keluarga berhubungan
dengan krisis perkembangan.

2.10 ANALISIS KASUS


A. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman fisik

Pengkajian rasa nyaman terkait dengan pengalaman fisik klien dapat


dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan fisik. Secara umum perawat
mengobservasi keadaan klien, mengamati sikap tubuh klien, perilaku yang
menunjukan ketidaknyamanan. Observasi dilakukan dengan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan hemodinamik juga dapat memberikan gambaran rasa tidak
nyaman klien. Pengkajian secara menyeluruh dapat dilakukan dengan
pemeriksaan head to toe. Data antropometri melengkapi data pemeriksaan
head to toe. Pemeriksaan ini mendukung masalah ketidaknyamanan fisik
klien.

Anak yang dirawat di rumah sakit datang dengan keluhan utama. Keluhan
ini dapat terkait dengan riwayat kesehatan masa lalunya. Gangguan kesehatan
anak dapat pula disebabkan karena penurunan fungsi imunitas sehingga perlu
dikaji riwayat imunisasi anak. Pergeseran status kesehatan anak dapat terjadi
karena gangguan fungsi fisiologis sistem maupun organ. Gangguan ini dapat
diperiksa dengan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium,
foto rontgen dan pemeriksaan penunjang lainnya. Hasil pemeriksaan
penunjang dapat memperkuat dugaan penyebab rasa tidak nyaman anak secara
fisik

B. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman psikospiritual

Pengkajian rasa nyaman terkait psikospiritual mencakup kepercayaan diri,


motivasi dan kepercayaan terhadap Tuhan. Pengkajian psikospiritual pada
anak disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Pencapaian tahap
perkembangan psikoseksual termasuk dalam pengalaman psikospiritual karena
akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri anak. Pada kasus ini remaja dikaji
tahap perkembangan pubertasnya, gambaran diri dan nilai diri. Remaja
mengalami masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa sehingga terjadi
perubahan psikoseksual. Perubahan bentuk fisik sebaiknya dapat diterima
dengan baik oleh anak sehingga terbentuk rassa percaya diri dan gambaran diri
yang baik. Remaja yang sakit dan dirawat dirumah sakit dapat terganggu
privasinya karena harus berbagi kamar dengan orang lain. Bila perubahan ini
tidak dapt diterima oleh anak maka dapat menimbulkan rasa tidak nyaman.

C. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman sosiokultural.

Pengkajian sosiokultural mencakup perkembangan sosial anak baik


interpesonal maupun intrapersonal. Lingkungan sosial yang banyak
berinteraksi dengan anak adalah keluarga. Kondisi hubungan dalam keluarga
banyak dikaji dalam aspek ini. Masalah yang muncul antara pemberi asuhan
dengan anak akan menimbulkan rasa tidak nyaman secara sosial. Anak remaja
mengalami perubahan dalam menjalin hubungan. Remaja tidak lagi banyak
terikat dengan hubungan orang tua dan anak tetapi lebih banyak terlubat
hubungan dengan kelompoknya yang mempunyai nilai-nilai tersendiri.

Nilai yang dianut oleh remaja dan kelompoknya tidak selalu sama dengan
nilai yang dapat diterima oleh masyarakat secara umum. Mungkin saja nilai
tersebut sejalan atau bertentangan dengan nilai kultural. Perubahan ini
sebaiknya dapat diantisipasi oleh keluarga dan masyarakat. Sehingga tidak
muncul ketegangan peran pemberi asuhan dan ketegangan di lingkungan
masyarakat. Apabila timbul ketegangan-ketegangan maka dapat menimbulkan
masalah ketidaknyamanan sosiokultural.

Remaja yang dirawat di rumah sakit akan terpisah dari kelompoknya untuk
sementara waktu. Perpisahan dengan kelompoknya ini akan menimbulkan rasa
isolasi pada diri remaja. Isolasi ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman
secara sosial pada diri anak. Remaja menjadi lebih sedih berpisah dengan
teman-temannya daripada berpisah dengan keluarganya. Keluarga mengalami
perubahan terkait perawatan anak dirumah sakit. Ibu yang biasanya berperan
sebagai ibu rumah tangga harus meninggalkan rumah untuk menunggu anak
yang sakit di rumah sakit. Ayah yang mencari nafkah terganggu rutinitasnya
karena anak dirumah sakit. Perubahan sementasra pada remaja yang Menjalani
perawatan di rumah sakit dapat mengakibatkan adanya ketidaknyamanan
secara sosiokultural.

D. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman lingkungan.

Pengkajian lingkungan pada teori kenyamanan ini mencakup respon


adaptasi anak dan keluarga terhadap lingkungan fisik di rumah sakit.
Lingkungan yang berbeda ini dapat menjadi suatu stressor tersendiri bagi anak
dan keluarga . stressor ersebut dapat berupa cahaya lampu kamar, kebisingan
atau suara suara yang tidak bisa didengar seperti suara mesin, suara alat alat
kesehatan, suhu yang mungkin dingin atai terlalu panas/ apabila anak dan
keluarga tidak dapat beradapasi maka akan timbul rasa tidak nyaman terhadap
lingkungan ( Peterson dan Bredow. 2004., Kolbaca, 2003 )

E. Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan dapat dianalisa dari sruktur taksonomi kenyamanan.


Analisa dilakukan terhadap ketiga tingkat kenyamanan yang dikaitkan dengan
pengalaman fisik, pskikospiritual, sossiokulural dan lingkungan anak dan
keluarga. Daa yang meniunjukkan perubahan homeostatis dan respon fisiologi
anak termasuk didalam diagnosis rasa tidak nyaman fisik pada level relief
karena nakan merasa pusing, mual, lemas, dan konjungtiva anemis .

Pengalaman psikospiritual anak mengalami rasa tidak nyaman pada level


easekarena anak merasa sedih berpisah dengan teman – temannya. Rasa
nyaman meningkat pada level transcendence ketika teman – teman klien
menengok ke rumah sakit. Klien merasa senang ditengok oleh teman-
temannya. Anak belum dapat berkumpul beraktifitas speri biasa bersama
kelompoknya tetapi nakan sudah merasa sengat sennag dengan ditengok
teman- temannya.
Pengalaman sosiokultural nakan mengalami masalah pada level
transcendence karena anak merasa tidak sedih berpisah dengan ayahnya, hal
ini menunjukkan bahwa hubungan anakd dengan ayahnya tidak dekat. Ketidak
eratan hubungan ini dapat disebabkan karena orang tua belum siap
menghadapi perubahan anaknya yang beranjak remaja. Kondisi ini beresiko
terhadap ketegangan pemberi asuhan. Anak dan keluraga mengalami rasa
nyaman pada levcel trancedence karena anak dan keluraga ingin segara
pulang kerumah. Anak dfan kelurga sudah mulai erbiasa dengan lingkungan
kamar.

F. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan berfokus pada peningkatan rasa nyaman nakn dan


keluarga. Pengkajian keperawatan menggunakan taksonomi. Kenyamanan
tidak memerlukan waktu yang lama untuk merngkaji sehingga perawat
mempunyai waktu yang lama untuk mengkaji sehingga perawat mempunyai
waktu luang untuk melakukan intervensi. Intervensi dikelompokkan menjadi 3
(tiga) jenis intervensi yaitu intervensi standar, pendampingan atau pelatihan
dan tindakan kenyamanan ekstra perawat. Masing – masing pengalaman
kenyamanan berbeda focus intervensinya. Pengalaman fisik lebih banyak
tindakan standardaripada kedua tindakan lainnya salah satu contoh tindakan
standar adalah mempertahankan hemeostatis. Pengalaman sosiokultural lebih
banyak tindakan pendampingan atau pelatihan daripada kedua tindakan
lainnya

G. Implementasi & Evaluasi

Intervensi keperawatan diimplementasikan kemudian dievaluasi. Evaluasi


menggunakan instrument yang berbeda – beda antara klien tergantung dan
tingak peekembangan anak. Kenyamanan klien yang tekah tercapai akan
dibandingkan dengan tujuan tindakan keperawatan. Kemudian perawat akan
menyususn kembali rencana keperawaan untuk meningkatkan maupun
mempertahankan kenyamanan yang telah sampai pada level trancedence.
Proses inilah yang disebut dengan intervensi yang intens. Dengan demikian
diharapkan kenyamanan klien dan keluarga akan selalu meningkat

H. Aspek Positof Aplikasi Teori Kenyamanan pada Area Keperawatan Anak

Aspek positif aplikasi teori kenyaman pada area keperaeatan anak terdiri
atas (1) teori kenyaman sederhan sehingga dapat langsung diaplikasikan pada
tingkat praktis, (2) instrument pengkajian telah disusun untuk mengukur level
kenyamanan klien sehingga dapat membantu perawat menyusun intervensi
comfort, (3) instrument kenyamanan dapat dipergunakan untuk mengukur
tingkat kenyamanan dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat kenyamanan
klien maupun keluarganya sehingga sesuai dengan filosofi keperawatan anak
yaitu family canter care ( perawatan berpusat pada keluarga ), dan (4)
intervensi kenyamanan bertujuan meningkatkan rasa nyaman sehingga
menjadi pengalaman yang positif bagi anak dan keluarganya, hal ini sesuai
dengan filosofi keperawatan anak atraumatic care

I. Aspek Negatif Aplikasi teori kenyamanan pada Area keperawatan Anak

Aspek negative aplikasi teori kenyamanan pada area keperawatan anak


terdiri atas (1) tingkat perkembangan anak berbeda – beda sehingga tidak
semua instrument pengkajian kenyamanan dapat diterapkan disemua tahap
usia anak, (2) diperlukan format pengkajian khusus karena keempat
pengalaman nyaman anak akan berbeda di setiap tahap perkembangan, dan (3)
intervensi keperawatan telah dikelompokkan tetapi diagnosis keperawatan
belum dikelompokkan secara khusus.

J. Implikasi Aplikasi teori kenyamanan pada Asuhan Keperawatan Anak

Implikasi aplikasi teori kenyaman pada asuhan keperawatan anak terdiri


atas (1) teori kenyamanan mempunyai kerangka kerja yang dapat menjadi
panduan praktik keperawatan yang holistic dan harus didokumetasikan dengan
baik, (2) hasil yang diharapakandari tindakan keperawatan erkait klien dengan
HSBs dan untuk pencapaian institusi yang lebih baik, (3) kerangka konseptual
teori kenyamanan tidak akan tercapai tanpa dukungan dan komitmen institusi
pelayanan kesehatan, dan (4) kerangka konseptual teori kenyamanan tidak
hanya diaplikasikan pada area praktik tetapi dapat juga diaplikasikan pada
level staff dan pola interdisiplin untuk mencapai tujuan kenyamanan secara
khusus.

2.11 NASKAH ROLE PLAY

Penokohan :

1. Narator : Aida Adila

2. Perawat 1 :

3. Perawat 2 :

4. Dokter : Nurul Irhamna

5. Ibu Pasien :

6. Ayah Pasien :

7. Pasien : Khairunnisa Hazira

8. Presentator : Mifthahur Rahmi

Pada sore itu sepasang suami istri dengan panik mengantarkan anaknya ke
IGD dan diterima oleh seorang perawat.

Perawat : anakniya kenapa bu ?

Ibu : panas mbak anak saya

Pearawat : panasnya sudah berapa lama ?

Ibu : baru tadi pagi mbak… saya takut mbak karna tetangga saya
banyak yang mengalami demam berdarah jadi saya panic sekali

Perawat : baik saya periksa dulu ya pak bu anaknya


Ayah : (dengan nada panic) pagi tadi panas sekali mbak dan makannya
juga susah dan ada pileknya juga

Perawat : jadi gini pak… sebenarnya ini anaknya hanya panas biasa dan
disertai batuk pilek , apakah ankanya juga sempat mengalami sesakl ?

Ayah : tidak mbak… hanya panass saja dan ada pileknya

Perawat : sebenarnya bapak ibu tidak perlu khawatir… karna anaknya


massih harus dievaluasi lagi karna panasnya baru mulai tadi pagi dan hanya
disertai pilek, sementara akan kita berikan obat penurun panas saja dulu

Ibu : tapi saya takut banget mbak,,, saya takut kalo sampai anak saya
tertlalr demam berdarah dan telat dalam penanganannya

Perawat : iya ibu…. Tapi smeentara anak ibu tidak perlu dirawat inap. Anak
ibu masih dapat makan dan minum dengan baik…. Kita evaluasi lagi nanti setelah
diberikan obat buk… apakah panas yang dialami anak ibu masih berlanjut

Ibu ; saya takut lo mbak kalua sampai anak saya kenapa-napa

Perawat : gapapa ibu… kita kaan tetap membantu ibu,,,, ibbu yang tenang
yaa .. ini bisa juga mungkin karena pengaruh musim…. Saya tadi sudah
melakukan pemeriksaan bu… ini nanti ibuk akan diberikan pendidikan kesehatan

Ayah : apa maksudnya mbak? Pendidikan kesehatan ?

Perawat : iya bapak ibu. akan diberikan pengetahuan atau diberi penjelasan
terkait penyakit yang dialami anak bapak dan ibu. penattalaksanaan juga
bagaimana… seperti itu ‘

Ayah : apa penatalaksanaan itu mbak ?

Perawat : seperti penanganan apa yang harus diberikan pada anak bapak ibu
ketika mengalami panas dan kapan anak ibu harus dibawa ke rumah sakit dan
bagaimana pengobatan saat dirumah nanti akan dijelaskan oleh pak fajri

Ibu : terus obatnya nak saya gimana ?


Perawat : iya nanti saya kolaborasikan dulu dengan dokternya

Nurse station

Perawat 1 dan perawat 2 melaporkan ke dokter tentang hasil pengkajian


pada anak jihan.

Perawat 1 : Dokter ini ada pasien anak atas nama anak jihan usia 2 tahun,
mengalami panas, batuk,pilek sejak pagi tadi. Hasil pemeriksaan TTV : TD :
100/70 mmHg, Suhu : 39 0C.

Dokter : apakah sudah ada tindakan yang dilakukan ke keluarga sebelum


datang ke UGD?

Perawat 2 : Belum ada dok. Orang tua langsung membawa pasien ke UGD.

Dokter : Baiklah, ini saya kasih resep untuk anak jihan, yaitu paracetamol
500 mg. Berikan edukasi kepada keluarga pasien cara merawat anak dan cara
memberikan obat pada anak. Anjurkan kepada keluarga pasien agar anaknya
diberikan kompres hangat apabila panasnya belum turun. Akan tetapi jika dalam 3
hari panasnya masih belum turun maka anjurkan keluarga pasien untuk
mengunjungi puskesmas terdekat.

“Perawat 1 dan Perawat 2 melakukan dialog di ruang nurse station untuk


menegakkan diagnosa keperawatan”

Perawat 1 : pak fajri kalau dilihat dari hasil pengkajian sepertinya diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien tersebut yaitu Hipertermi dan ansietas. Jadi
diagnosa keperawatan yang muncul ada 2. 1 untuk si anak jihan dan 1 diagnosa
untuk keluarga pasien.

Perawat 2 : iya mbak, sepertinya orang tua pasien sangat cemas disebabkan
karena kurang pengetahuan. Jadi intervensi keperawatan meliputi, kompres hangat
untuk anak jihan dan edukasi untuk keluarga pasien.
Perawat 1 : iya pak, nanti pak fajri yang akan memberikan edukasi ke orang
tua pasien.

Perawat 2 memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua klien.

Perawat : baik bu akan saya jelasskan terkait dengan penyakit ibu, berikut
adalah resep yang diberikan oleh dokter silahkan obatnya ditebus di apotik

Ibu : ini ada ya pak obatnya diapotik

Perawat : ada bu…. Kalua boleh tau ini anak keberapa pak ?

Ayah : anak pertama pak

Perawat : baik bu… berate ini massih pengalaman pertama ibu dengan
anak sakit ya bu… baik,,, sebenarnya anak ib denngan kondisi seperti ini tidak
perlu tergesa gesa dibawa ke rumah sakit… sebenarnoya kondisi ini masih dapat
ditangani dirumah… dengn memberikan obat peurun panas,,, memberikan
bbanoyak minum air putih dan dan membberikan kompres kepada anak… atau
sebelumnya ibu biisa telpon IGD terlebih dahulu untuk menanyakan penanganan
dirumah atau menanyakan perlu tidaknya anak tersebut dibwawa ke rumah sakit

Ibu : ooo begitu ya pak… baik pak,,, lain kali saya kan mencoba
melakukan penanngananan di rumah terlebih dahulu

Perawat : baik bu… saya rasa cukup,,, ibu boleh melanjutkan dengan
menebus obait di apotik

DAFTAR PUSTAKA

 Kolbaca, Katharine., DiMarco, Marguerite. 2005. Comfort theory and its


application to pediatric nursing . A Pediatric nursing . 31, 187 – 94.
 Wong, Donna L., Eaton, Maryln Hockenberry, dkk. 2009.wong buku ajar
keperawatan pediatric vil 1. Jakarta. EGC
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, Martha Raile.(2012). Nursing Theorists and Their Work. St. Louis,
Missouri: Elsevier.

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konse, Proses dan
Praktik Edisi 4 Volume 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

https://idarahmawati.wordpress.com/2016/11/29/middle-range-theory-kolcaba/

http://galih-priambodo.com/2013/02/teori-keperawatan-katharine-kolcaba.html?m=1

Alligood, M.R. (2014). Nursing theorist and their works (8th ed.). St Louis: Mosby
Elsevier Inc.

Alligood, M.R. & Tomey, A.M. (2010). Nursing theorist and their works (7th ed.).
St Louis: Mosby Elsevier Inc.

Fawcett, J. (2005). Contemporary nursing knowledge: Analysis andevaluation of


nursing models and theories (2nd ed). Phiadelphia: F.A. Davis Company.

Hidayat, A. (2004). Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta : Salemba

Kearney-Nunnery, R. (2008). Advancing your career: Concepts of professional


nursing. 4th Ed. Philadelphia : FA Davis Company.

Kolcaba, K. (1995). Comfort as process and product, merged in holistic nursing


art. Journal of Holistic Nursing, 13(2), 117-131.

Kolcaba, K. (2001). Evolution of the mid range theory of comfort for outcomes
research. Nursing Outlook, 49(2), 86-92.

Kolcaba, K. Y. (1995). The art of comfort care. Image: Journal of Nursing


Scholarship, 27(4),

McEwen, M., & Wills, E.M. (2011). Theoretical basis for nursing. 3rd Ed.
Philadelphia : Lippincott.
Peterson, S.J., & Bredow, T.S. (2004). Middle range theories: Application to
nursing research. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Kolbaca, Katharine., DiMarco, Marguerite. 2005. Comfort theory and its


application to pediatric nursing . A Pediatric nursing . 31, 187 – 94.

Wong, Donna L., Eaton, Maryln Hockenberry, dkk. 2009.wong buku ajar
keperawatan pediatric vil 1. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai