Anda di halaman 1dari 16

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 04.04.

03
RUMAH SAKIT TK.IV 04.07.03 dr ASMIR

PANDUAN
SKRINING PASIEN
DI RUMAH SAKIT TK IV.04.07.03 dr.ASMIR

TIM POKJA AKSES KE PELAYANAN DAN KONTINUITAS PELAYANAN

RUMAH SAKIT TK.IV 04.07.03 dr.ASMIR

SALATIGA

2017

i
KATA PENGANTAR

Asuhan pasien di rumah sakit merupakan bagian dari suatu sistem


pelayanan yang terintegrasi dengan para professional di bidang pelayanan
kesehatan dan tingkat pelayanan yang akan membangun suatu kontinuitas
pelayanan. Penerimaan pasien berdasarkan kebutuhan pelayanan kesehatannya
perlu diidentifikasi dan disesuaikan dengan misi dan sumber daya rumah sakit.
Skrining pasien merupakan kegiatan penapisan pasien pada kontak
pertama ketika pasien datang di rumah sakit, yang dilaksanakan melalui kriteria
triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.
Skrining dapat terjadi di asal rujukan, pada saat pasien ditransportasi
emergensi atau waktu pasien tiba di rumah sakit. Hal ini penting bahwa keputusan
untuk mengobati, mengirim atau merujuk pasien dibuat hanya setelah ada hasil
skrining dan evaluasi. Hanya rumah sakit yang mempunyai kemampuan
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan dan konsisten dengan misinya dapat
dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat inap atau rawat jalan.
Panduan Skrining Pasien ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan
skrining pasien dan pengambilan keputusan penerimaan pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan atas kebutuhan pasien tersebut. Panduan ini
digunakan oleh dokter, perawat, petugas pendaftaran dan informasi, tim
ambulance, serta petugas lain terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan
bermutu, berfokus pada pasien dan mengutamakan keselamatan pasien.

Salatiga,
Karumkit Tk. IV. 04.07.03

Agung Siswanto,drg.Sp.KGA
Mayor Ckm Nrp 11010014670275

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
TIM PENYUSUN........................................................................................................................ ii
BAB I DEFINISI......................................................................................................................... 1
A.TUJUAN.......................................................................................................................... 1
B.DEFINISI......................................................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP.......................................................................................................... 2
BAB III TATA LAKSANA............................................................................................................. 3
A.TATA LAKSANA SKRINING PENERIMAAN RUJUKAN LUAR RS..................................3
B.TATA LAKSANA SKRINING KENDALA/HAMBATAN PASIEN ATAS PELAYANAN........3
C. TATA LAKSANA SKRINING SAAT PENDAFTARAN PASIEN.........................................3
D. TATA LAKSANA SKRINING PASIEN GAWAT DARURAT (IGD).....................................4
BAB IV DOKUMENTASI.......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TIM PENYUSUN
PANDUAN SKRINING PASIEN

Ketua : dr. Bayu Rizky Prabowo

Sekretaris : Meika Amd.Keb

Anggota : 1. Devina Amd.Keb


2. Ida Etika Amd.Keb
3. Prasetya Yudha
4. Nurul Emilianingsih Amd.RMIK

iv
BAB I
DEFINISI

A. TUJUAN
Panduan Skrining ini dibuat untuk tujuan:
1. Memberikan acuan bagi pelaksana unit kerja terdepan dalam melakukan
penapisan kebutuhan pelayanan kesehatan yang diperlukan oleh pasien dan
menyesuaikan dengan kemampuan pelayanan RS.
2. Memberikan acuan bagi seluruh karyawan untuk proaktif melakukan
penapisan atas kendala fisik, bahasa dan budaya yang dimiliki pasien dalam
mendapatkan pelayanan di RS dan memberikan bantuan seperlunya.
3. Memberikan acuan untuk melakukan penapisan atas kondisi klinis pasien dan
menentukan asuhan pelayanan kesehatan selanjutnya.
B. DEFINISI
Di dalam panduan ini terdapat istilah-istilah yang berhubungan dengan
kesehatan. Untuk menyamakan persepsi dalam memberikan dan mengartikan
istilah-istilah yang ada, perlu sekali untuk dibahas istilah sebagai berikut adalah:
1. TPI (Tempat Pendaftaran dan Informasi) adalah unit terdepan yang
melakukan penerimaan pasien dan melakukan pendaftaran terhadap pasien
yang membutuhkan layanan kesehatan di RS.
2. Skrining adalah kegiatan penapisan kebutuhan pasien yang dilakukan
sebelum, segera, dan saat pasien tiba di rumah sakit berdasarkan misi dan
sumber daya rumah sakit, sebagai dasar pengambilan keputusan
penerimaan pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
3. Triage adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat
ringannya trauma / penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
4. Pasien Gawat Darurat adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
5. Pasien Darurat Tidak Gawat adalah pasien akibat musibah yang datang
tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya
luka sayat dangkal.
6. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat adalah pasien yang memerlukan
pelayanan kesehatan yang tidak mengancam jiwa dan dapat ditunda
pelayanannya, misalnya pasien dengan ulcus kronis, TBC kulit, dan
sebagainya.
7. Kecelakaan (Accident) adalah suatu kejadian dimana terjadi interaksi
berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga
menimbulkan cidera fisik, mental dan sosial.
8. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaaan
manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana
dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan. Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau
kegagalan dari salah satu sistem / organ di bawah ini, yaitu :
a. Susunan saraf pusat
b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler
d. Hati
e. Ginjal
f. Pancreas

1
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Unit Kerja
1. Tempat Pendaftaran Pasien
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Ruang Rawat Inap
4. Instalasi Laboratorium
5. Instalasi Radiologi

B. Pelaksana
1. Petugas Pendaftaran
2. Dokter
3. Perawat

C. Misi dan Sumber Daya RS


 VISI
Menjadi Rumah sakit kebanggaan prajurit TNI dan masyarakat umum
dengan pelayanan prima.
 MISI
Memberikan pelayanan kesehatan yang prima dilandasi sikap
profesionalisme, disiplin dan bermoral.

2
BAB III
TATA LAKSANA

A. TATA LAKSANA SKRINING PENERIMAAN RUJUKAN LUAR RS


1. Permintaan rujukan dapat disampaikan oleh kalangan non medis
(masyarakat, keluarga pasien, dll.) maupun kalangan medis (praktik dokter,
praktik perawat/bidan, puskesmas, klinik, RS lain).
2. Permintaan rujukan dapat diterima oleh petugas TPP dan Informasi, dokter
jaga atau petugas IGD, petugas ambulance.
3. Setiap permintaan rujukan dari kalangan non medis perlu dimintakan
informasi mengenai kondisi pasien, kesadaran, jumlah korban (dalam
keadaan bencana alam, kecelakaan), kemampuan mobilitas pasien.
4. Setiap permintaan rujukan dari kalangan medis perlu dimintakan informasi
mengenai diagnosis kerja, indikasi rujukan, tanda vital, kesadaran,
pemeriksaan diagnostik yang sudah dilakukan dan hasilnya, pengobatan
yang sudah diberikan.

C. TATA LAKSANA SKRINING KENDALA/HAMBATAN PASIEN ATAS


PELAYANAN
1. Petugas mengamati dan menanyakan pasien yang akan mendapatkan
pelayanan di RS, mengenai kemampuannya dalam berbahasa dan
mobilisasi.
2. Apabila pasien tidak dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, maka
petugas memfasilitasi untuk mencari penerjemah sesuai kebijakan RS.
3. Apabila pasien membutuhkan alat bantu mobilisasi (kursi roda, brankar, dll.)
maka petugas mencarikan alat bantu yang dibutuhkan dan petugas yang
mengantarkan ke unit pelayanan yang dituju.

D. TATA LAKSANA SKRINING SAAT PENDAFTARAN PASIEN


1. Penerimaan pasien rawat jalan
a. Petugas menanyakan sudah pernah berobat kesini.
b. Petugas tetap menanyakan keluhan utama dan kebutuhan layanan
pasien, walaupun pasien telah mengetahui tujuan poliklinik, dan langsung
didaftarkan ke poliklinik tujuan
c. Apabila pasien tidak mengetahui, petugas akan menawarkan tujuan
poliklinik, dan apabila ditumpai kasus yang meragukan, seyogyanya
petugas meminta bantuan dokter IGD atau perawat rawat jalan lainnya
untuk mengarahkan tujuan poliklinik
d. Petugas mengamati kondisi pasien dan menanyakan kepada keluarga
pasien yang mendaftar, apakah kondisi pasien memungkinkan untuk
duduk menunggu antrian pelayanan; apabila kondisi pasien lemah, maka
petugas dapat menyarankan pasien untuk dilayani di IGD
e. Apabila pasien membutuhkan pelayanan spesialistik yang tidak dimiliki
RS, maka petugas mengarahkan ke RS lain yang memiliki pelayanan
spesialistik tersebut
2. Penerimaan pasien rawat inap
a. Petugas menanyakan Surat Pengantar Masuk Rumah Sakit (MRS) dari
dokter pengirim.
b. Petugas mengamati dan menanyakan kondisi pasien, apakah mampu
untuk mobilisasi, dan apabila membutuhkan alat bantu, maka petugas

3
mencarikan alat bantu yang diperlukan dan petugas yang mengantar
pasien.
c. Apabila pasien maenghendaki rawat inap tetapi tidak membawa surat
MRS, maka pasien didaftar ke IGD untuk mendapatkan SPRI (Surat
Perintah Rawat Inap).

E. TATA LAKSANA SKRINING PASIEN GAWAT DARURAT (IGD)


1. Pelayanan medis yang bisa dilakukan di Intalasi Gawat Darurat antara lain:
a. Diagnosis dan penanganan permasalahan pada jalan napas (airway
problem), pernafasan (breathing problem), Sirkulasi pembuluh darah
(Circulation Problem)
b. Melakukan Stabilisasi dan evakuasi
c. Penilaian Disability, penggunaan obat, EKG
d. Defibrilasi (Observasi HCU)/R. Resusitasi
e. Pelayanan Visum et Repertum
f. Death On Arrival (DoA)
g. Rujukan
2. Yang termasuk dalam Diagnosa Gawat Darurat adalah sebagai berikut:
a. Anak
1) Anemia sedang/berat
2) Apnea/gasping
3) Asfiksia neonatorum
4) Bayi ikhterus, anak iksterus
5) Bayi kecil/premature
6) Cardiac arrest/payah jantung
7) Cyanotic Spell (penyakit jantung)
8) Diare profis (>10/hari) disertai dehidrasi ataupun tidak
9) Difteri
10) Ditemukan bising jantung, aritmia
11) Endema/bengkak seluruh badan
12) Epistaksis, tanda pendarahan lain disertai febris
13) Gagal Ginjal Akut
14) Gagal Nafas Akut
15) Gangguan kesadaran, fungsi vital masih baik
16) Hematuri
17) Hipertensi berat
18) Hipotensi/syok ringan s/d sedang
19) Intoksikasi (minyak tanah, baygon) keadaan umum masih baik
20) Intoksikasi disertai gangguan fungsi vital (minyak tanah, baygon)
21) Kejang disertai penurunan kesadaran
22) Muntah profis (>6/hari) disertai dehidrasi ataupun tidak
23) Panas tinggi >40oC
24) Resusitasi cairan
25) Sangat sesak, gelisah, kesadaran menurun, sianosis ada retraksi
hebat (penggunaan otot pernafasan sekunder)
26) Sering kencing, kemungkinan diabetes
27) Sesak tapi kesadaran dan keadaan umum masih baik
28) Shock berat (profound) : Nadi tak teraba, tekanan darah terukur
29) Tetanus
30) Tidak kencing > 8jam
31) Tifus abdominalis dengan komplikasi

4
b. Bedah
1) Abses sub mandibula
2) Amputasi penis
3) Anuria
4) Apendicitis acuta
5) Astresia ani (Anus malformasi)
6) Akut Abdomen
7) BPH dengan retensio urine
8) Cedera kepala berat
9) Cedera kepala sedang
10) Cedera tulang belakang (vertebral)
11) Cedera wajah dengan gangguan jalan nafas
12) Cedera wajah tanpa gangguan jalan nafas antara lain :
a) Patah tulang hidung/nasal terbuka dan tertutup
b) Patah tulang pipi (zygoma) terbuka dan tertutup
c) Patah tulang rahang (maxilla dan mandibula) terbuka dan tertutup
d) Luka terbuka daerah wajah
13) Cellulitis
14) Cholesistitis acut
15) Corpus Alienum pada :
a) Intra cranial
b) Leher
c) Thorax
d) Abdomen
e) Anggota gerak
f) Genetalia
16) CVA Bleeding
17) Dislokasi persendian
18) Drowning
19) Flail chest
20) Fraktur tulang kepala
21) Gastroskikis
22) Gigitan binatang/manusia
23) Hanging
24) Hematothorax dan pneumothorax
25) Hematuria
26) Hemoroid Grade IV (dengan tanda strangulasi)
27) Hernia incarcerate
28) Hidrocephalus dengan TIK meningkat
29) Hirchprung desease
30) Ileus obstruksi
31) Internal bleeding
32) Luka baker
33) Luka terbuka daerah abdomen
34) Luka terbuka daerah kepala
35) Luka terbuka daerah thorax
36) Meningokel/myelokel pecah
37) Multiple trauma
38) Omfalokel pecah
39) Pancreatitis acut
40) Patah tulang dengan dugaan cedera pembuluh darah
41) Patah tulang iga multiple

5
42) Patah tulang leher
43) Patah tulang terbuka
44) Patang tulang tertutup
45) Periappendiculla infiltrate
46) Peritonitis generalisata
47) Phlegmon dasar mulut
48) Priapismus
49) Prolaps rekti
50) Rectal bleeding
51) Ruptur otot dan tendon
52) Strangulasi penis
53) Syok Neuroragik
54) Tension pneumothorax
55) Tetanus generalisata
56) Tenggelam
57) Torsio testis
58) Tracheo esophagus fistel
59) Trauma tajam dan tumpul daerah leher
60) Trauma tumpul abdomen
61) Trauma musculoskeletal
62) Trauma spiral
63) Traumatik amputasi
64) Tumor otak dengan penurunan kesadaran
65) Unstable pelvis
66) Urosepsi

c. Kadioaskuler
1) Aritmia
2) Aritmia dan shock
3) Angina pectoris
4) Cor pulmonale 6ating6nsate yang akut
5) Edema paru akut
6) Henti jantung
7) Hipertensi berat dengan komplikasi (Hipertensi enchephalopati, CVA)
8) Infark Miokard dengan komplikasi (shock)
9) Kelainan jantung bawaan dengan gangguan ABC (Airway Breathing
Circulation)
10)Kelainan katup jantung dengan gangguan ABC (Airway Breathing
Circulation)
11) Krisis hipertensi
12)Miokarditis dengan shock
13)Nyeri dada
14)PEA (Pulseless Electrical Activity) dan Asistol
15)Sesak nafas karena payah jantung
16)Syndrome koroner akut
17)Syncope karena penyakit jantung

a. Kebidanan
1) Abortus
2) Atonia Uteri
3) Distosia bahu
4) Eklamsia

6
5) Ekstraksi Vacum
6) Infeksi Nifas
7) Kehamilan Ektopik Terganggu
8) Perdarahan Antepartum
9) Perdarahan Postpartum
10)Perlukaan Jalan Lahir
11) Pre Eklampsia & Eklampsia
12)Sisa Plasenta

b. Mata
1) Benda asing di kornea mata/kelopak mata
2) Blenorrhoe/Gonoblenorrhoe
3) Endofalmitis/panofalmitis
4) Glaukoma :
a) Akut
b) Sekunder
5) Penurunan tajam penglihatan mendadak :
a) Ablasio retina
b) CRAO
c) Vitreous Bleeding
6) Sellulitis Orbita
7) Semua kelainan kornea mata :
a) Erosi
b) Ulkus/abses
c) Descematolis
8) Semua trauma mata :
a) Trauma tumpul
b) Trauma fotoelektrik/radiasi
c) Trauma tajam/tajam tembus
9) Trombosis sinus kavernosis
10)Tumor orbita dengan pendarahan
11) Uveitis/Skleritis/Iritasi

c.Paru
1) Asma bronchitis moderat severe
2) Aspirasi pneumonia
3) Emboli paru
4) Gagal nafas
5) Injury paru
6) Massive hemoptisis
7) Massive pleural effusion
8) Oedema paru non cardiogenic
9) Open/closed pneumotrorax
10)P.P.O.M Exacerbasi acut
11) Pneumonia sepsis
12)Pneumothorax ventil
13)Recurrent Haemoptoe
14)Status asmaticus
15)Tenggelam

d. Penyakit Dalam

7
1) Demam berdarah dengue
2) Demam Tifoid
3) Difteri
4) Gagal Ginjal Akut
5) GEA dan dehidrasi
6) Hematemesis melena
7) Hematochezia
8) Hipertensi maligna
9) Intoksikasi Opiat
10)Keracunan makanan
11) Keracunan obat
12)Koma metabolic
13)Keto Acidosis Diabetikum (KAD)
14)Leptospirosis
15)Malaria
16)Obsevasi Syol

e. THT
1) Abses dibidang THT & kepala-leher
2) Benda asing laring/trakea/bronkus, dan benda asing tenggorokan
3) Benda asing telinga dan hidung
4) Disfagia
5) Obstruksi saluran nafas atas Gr. II/III Jackson
6) Obtruksi saluran nafas atas Gr. IV Jackson
7) Otalgia akut (apapun penyebabnya)
8) Parese fasilitas akut
9) Pendarahan dibidang THT
10)Syok karena kelainan di bidang THT
11) Trauma (akut) dibidang THT & kepala-leher
12)Tuli mendadak
13)Vertigo (berat)

3. Tata Laksana Triase


Petugas yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan triage adalah
Dokter jaga IGD dibantu perawat IGD dengan perangkat yang dibutuhkan
minimal Stetoscope, Tensimeter, Berkas Rekam Medis serta alat tulis.
Adapun pelaksanaannya sebagai berikut :
a. Pasien/keluarga pasien mendaftar ke TPI, jika tidak memungkinkan
pasien bisa langsung ditangani terlebih dahulu.
b. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara
lengkap dan menentukan prioritas penanganan.
c. Prioritas nol (Death on arrifal ) yaitu Pasien meninggal pada saat
datang di IGD
d. Prioritas pertama (I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam
jiwa/mengancam fungsi vital, pasien ditempatkan di ruang resusitasi.
e. Prioritas kedua (II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam
jiwa/fungsi vital, bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat.
Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan di
ruang tindakan bedah/non bedah.
f. Prioritas ketiga (III, rendah, non emergency) yaitu memerlukan
pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan
bersifat terakhir. Pasien ditempatkan di ruang non bedah.

8
4. Tata Laksana Pelayanan False Emergency
Dalam pelaksanaan pelayanan False Emergency Petugas Penanggung
Jawab di IGD adalah Perawat Admission, Dokter jaga IGD . sedangkan
perangkat yang di perlukan antara lain Stetoscope, Tensi meter, Berkas
Rekam Medis, serta Alat Tulis. Untuk pelaksanaannya adalah sebagai
berikut:
a. Pasien/keluarga pasien mendaftar ke TPI, jika tidak memungkinkan
pasien bisa langsung ditangani terlebih dahulu.
b. Dilakukan triase untuk penempatan pasien di ruang non bedah
c. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
d. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga/penanggung
jawab
e. Bila perlu dirawat/observasi pasien dianjurkan ke TPI.
f. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung
pulang
g. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter

D. Tata Laksana Merujuk dan Menerima Rujukan Pasien


Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk.
Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:
1. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu
diatasi.
2. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis
ternyata tidak mampu diatasi.
3. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi
pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.
4. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.
Prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang
terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan
dengan rincian beberapa prosedur sebagai berikut :
1. Prosedur standar merujuk pasien
2. Prosedur standar menerima rujukan pasien,
3. Prosedur standar memberi rujukan balik pasien,
4. Prosedur standar menerima rujukan balik pasien.

1. Prosedur standar menerima rujukan Pasien.


a. Prosedur Klinis:
1) Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan sesuai
Standar Prosedur Operasional (SPO).
2) Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan elektif untuk
perawatan selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang
lebih mampu untuk dirujuk lanjut.
3) Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien.

b. Prosedur Administratif:
1) Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang
telah diterima untuk ditempelkan di kartu status pasien.
2) Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tanda
terima pasien sesuai aturan masing-masing sarana.

9
3) Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada
kartu catatan medis dan diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya
sesuai kondisi pasien.
4) Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan rawat
inap atau pulang paksa).
5) Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan/ perawatan
yang akan dilakukan kepada petugas/keluarga pasien yang
mengantar.
6) Apabila tidak sanggup menangani, maka harus merujuk ke Rumah
Sakit yang lebih mampu dengan membuat surat rujukan pasien
rangkap 2 kemudian surat rujukan yang asli dibawa bersama pasien,
prosedur selanjutnya sama seperti merujuk pasien.
7) Mencatat identitas pasien di buku register yg ditentukan.

E. TATA LAKSANA PELAYANAN RUANG RAWAT INTENSIF (ICU)


Ruang Rawat Intensif dikepalai oleh seorang dokter spesialis anestesi, mampu
melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
1. Resusitasi jantung paru.
2. Pengelolaan jalan nafas termasuk intubasi trakeal dan penggunaan
ventilator sederhana.
3. Terapi oksigenasi.
4. Pemantauan EKG, Pulse oksimetri terus menerus.
5. Pemberian nutrisi enteral dan parenteral.
6. Pemeriksaan laboratorium dengan cepat dan lengkap (terpusat pada
laboratorium).
7. Kemampuan pelaksanaan terapi secara titrasi.
8. Kemampuan melaksanakan teknik khusus sesuai dengan kondisi pasien.
9. Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portabel selama
transportasi pasien gawat.
10. Kemampuan melakukan fisioterapi dada.

F. TATA LAKSANA SKRINING PASIEN PELAYANAN LABORATORIUM


Pasien yang bisa dilayani oleh Unit Laboratorium adalah :
1. Pasien Atas Permintaan Sendiri yang ingin melakukan pemeriksaan
laboratorium, harus mendapatkan Surat Pengantar dari dokter jaga.
2. Pasien yang berasal dari rujukan luar (dokter/bidan/puskesmas/
polides/polkesdes)
3. Rujukan Spesimen dari dokter/bidan/puskesmas/polides/poskesdes)

G. TATA LAKSANAN SKRINING PASIEN PELAYANAN RADIOLOGI


Pasien yang bisa dilayani oleh Unit Radiologi adalah:
1. Pasien Atas Permintaan Sendiri yang ingin melakukan pemeriksaan
laboratorium dengan terlebih dahulu meminta surat pengantar dari dokter
Jaga.
2. Pasien yang berasal dari rujukan luar (dokter/bidan/ puskesmas/
polides/polkesdes).
3. Pelayanan yang bisa dilakukan Radiologi adalah semua foto X-Ray,USG 2
kecuali Foto dengan Kontras, CT Scan, USG 4 Dimensi.
4. Untuk pasien yang akan melakukan Foto Rongent dengan kontras, CT Scan,
USG 4 Dimensi akan dirujuk ke RS yang lebih tinggi atau laboratorium luar.

10
BAB IV
DOKUMENTASI

Diharapkan bisa dijalankan dalam proses pelayanan pasien di RSUD


Prambanan. Seluruh petugas terkait di RS dr.Asmir Salatiga agar mampu
melaksanakan proses skrining pasien, dari mulai pendaftaran hingga pemulangan
pasien sesuai SPO tentang identifikasi sehingga dapat terhindar dari salah individu
dalam proses pelayanan pasien. Indikator mutu untuk keselamatan pasien yang
digunakan di RS dr.Asmir Salatiga dalam memberikan pelayanan adalah angka
keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan dilakukan skrining awal masuk
sangat menentukan ketepatan dan keselamatan dalam pemberian pelayanan
kesehatan penderita gawat darurat maupun rawat jalan RS dr.Asmir Salatiga.

11
DAFTAR PUSTAKA

Undang - Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.


Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 438/Menkes/PER/IX/2010 tentang Standar
Pelayanan Kedokteran.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087 / Menkes / SK / VIII /
2010 tentang. Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/Menkes/PER/ VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269 / Menkes / Per / III / 2008
tentang Rekam Medis
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 12/Menkes/PER/III/2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit.

A.A.Gde Mininjaya, 2004; Manajemen Kesehatan Edisi2, Hal 125, 130, 239.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT


Rineka Cipta.
Depkes RI, 2002; Organisasi dan Tata Kerja Pelayanan Kesehatan, Hal 25.

Eko S dan Sri S, 2001; Operasionalisasi Pelayanan Prima, Bahan Ajar


DiklatpimTingkat IV.
Nurcaya, I nyoman. 2007. Analisis Kualitas Pelayanan Rumah Sakit di ProvinsiBali.
Jurnal Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
PP 41, 2007; Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja, Hal 32.

Perwanto, S, 2007, Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit. Availble


Online at.http://klinis.wordpress.com (Diakses 7 mei 2009).

Resnani, 2002, Pengaruh Komunikasi Dokter Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan
( Study Tentang Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum

12

Anda mungkin juga menyukai